MAKALAH IRIGASI DAN BANGUNAN AIR METODE

MAKALAH IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
“METODE THORNTHWAITE”

Dosen Pengajar :

RINDU TRISNA WIDIASTUTI, S.T., M.ENG
Disusun oleh :

SALMA (16100061.P)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH BENGKULU
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur yang saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan karuniaNya yang masih memberikan saya kesehatan serta kekuatan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah irigasi dan bangunan air dengan judul “Metode
Thornthwaite”.
Makalah ini disusun memenuhi tugas mata kuliah Irigasi dan Bangunan Air. Dalam

makalah ini, saya membahas atau menjelaskan apa itu metode thornthwaite, apa saja rumus
yang digunakan hingga bagaimana perhitungannya.
Saya berharap dari hasil deskripsi yang berjudul “Metode Thornthwaite” ini dapat
membantu para pembaca mengetahui teori tentang perhitungan evapotranspirasi
menggunakan metode thornwaite.
Saya ucapkan terima kasih dan mohon maaf jika dalam makalah yang saya susun ini
terjadi kesalahan dalam hal berkata – kata maupun menjelaskan materi yang di bahas
dalam makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam makalah saya ini masih belum sempurna
dan masih perlu di tingkatkan lagi. Oleh karena itu, saya sangat memerlukan saran dan
kritik Anda.

Bengkulu, Oktober 2017

SALMA

2 | Irigasi dan Bangunan Air

DAFTAR ISI
Judul................................................................................................................................ i
Kata Pengantar................................................................................................................ ii

Daftar Isi......................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1....................................................................................................................................Latar
Belakang................................................................................................................... 1
1.2....................................................................................................................................Tujua
n................................................................................................................................. 2
1.3....................................................................................................................................Rum
usan Masalah............................................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................................ 3
2.1. Evapotranspirasi....................................................................................................... 3
2.2. Faktor Penentu Evapotranspirasi............................................................................. 3
2.3. Pengukuran Evapotranspirasi dengan Metode Thornthwaite.................................. 4
2.4. Langkah-Langkah Perhitungan dengan Metode Thornthwaite................................ 5
BAB III : PENUTUP.................................................................................................... 9
3.1.Kesimpulan............................................................................................................... 9
3.2.Saran......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 10

3 | Irigasi dan Bangunan Air


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat air hujan jatuh ke bumi,sebagian air jatuh langsung ke permukaan bumi
dan ada juga yang terhambat oleh vegetasi (Intersepsi). Intersepsi memiliki 3 macam,
yaitu interception loss, through fall, dan stem flow. Interception loss adalah air yang
jatuh ke vegetasi tetapi belum sampai mencapi tanah sudah menguap. Through fall
adalah air hujan yang tidak langsung jatuh ke bumi, tetapi terhambat oleh dedaunan
terlebih dahulu. Stem flow adalah air hujan yang jatuh ke vegetasi dan mengalir
melalui batang vegetasi tersebut. Air hujan yang terhambat vegetasi sebagian ada yang
menguap lagi atau mengalami evaporasi ada juga yang kemudian jatuh ke permukaan
tanah (through fall). Air hasil through fall ini mengalir di permukaan dan berkumpul di
suatu tempat menjadi suatu run off seperti sungai, danau, dan bendungan apabila
kapasitas lengas tanah sudah maksimal yaitu tidak dapat menyerap air lagi. Dalam
lengas tanah, ada zona aerasi yaitu zona transisi dimana air didistribusikan ke bawah
(infiltrasi) atau keatas (air kapiler). Semakin besar infiltrasi, tanah akan semakin
lembab dan setiap tanah memiliki perbedaan kapasitas penyimpanan dan pori-pori
tanah yang berbeda-beda. Vegetasi mengalami fotosintesis pada saat siang hari dan
mengalami transpirasi. Peristiwa berkumpulnya uap air di udara dari hasil evaporasi
dan transpirasi disebut evapotranspirasi. Evapotranspirasi dikontrol oleh kondisi

atmosfer di muka bumi. Evaporasi membutuhan perbedaan tekanan di udara. Potensi
evapotranspirasi adalah kemampuan atmosfer memindahkan air dari permukaan ke
udara, dengan asumsi tidak ada batasan kapasitas.
Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporisasi,
vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang
penguapan ke atmosfer (vapor removal). Evaporasi terjadi pada berbagai jenis
permukaan seperti danau, sungai, lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang
basah. Pengukuran evaporasi dilakukan dengan mengukur hilangnya air dari suatu
system secara langsung, yang dinyatakan dalam volume atau jeluk (depth). Sumber
energy dalam proses evaporasi berasal dari radiasi surya , panas (heat) yang dibawa
oleh angin ke suatu wilayah, panas yang tersimpan dalam massa tanah atau lahan,
panas yang tersimpan dalam air.

1 | Irigasi dan Bangunan Air

Transpirasi adalah vaporasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air
tersebut dipindahkan dari permukaan tanah ke atmosfer (vapor removal).
Evapotranspirasi (ET) adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan
bertanam melalui evaporasi dan transpirasi. Ada beberapa jenis evaporasi yaitu
evaporasi potensial (ETp), evaporasi standar (ETo), evaporasi tanaman (Etc), evaporasi

aktual (ETa). Nilai evapotranspirasi dapat dicari dengan beberapa metode yaitu
Thornthwaite, Blainey-Criddle, Penman, Penman-Monteith. Dalam makalah ini saya
akan membahas dengan menggunakan metode Thornthwaite.
1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, adapun tujuan dari
makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian dari evapotranspirasi.
b. Untuk mengetahui faktor penentu evapotranspirasi.
c. Untuk mengetahui pengukuran evapotranspirasi dengan metode Thornthwaite.
d. Untuk mengetahui langkah-langkah perhitungan dengan metode Thornthwaite.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan makalah yang telah dikemukakan diatas ada beberapa rumusan
masalah, yaitu :
a. Apa pengertian evapotranspirasi?
b. Apa saja faktor-faktor penentu evapotrasnpirasi?
c. Bagaimana pengukuran evapotranspirasi dengan metode Thornthwaite?
d. Bagaimana langkah-langkah perhitungan evapotranspirasi dengan metode
Thornthwaite?

BAB II

PEMBAHASAN
2.1.

Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan
tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh
faktor–faktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi
adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah),
intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi
(penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Beda antara intersepsi dan
tranapirasi adalah pada proses intersepsi air yang diuapkan kembali ke atmosfer
tersebut adalah air hujan yang tertampung sementara pada permukaan tajuk dan bagian
lain dari suatu vegetasi, sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari
dalam tanah melalui tajuk vegetasi sebagai hasil proses fisiologi vegetasi.
ET = T + It + Es + Eo
Ket : T = transpirasi vegetasi
It = intersepsi total
Es = evaporasi dari tanah, batuan dan jenis permukaan tanah lainnya
Eo = evaporasi permukaan air terbuka seperti sungai, danau, dan waduk.
Untuk tegakan hutan, Eo dan Es biasanya diabaikan dan ET = T + It. Bila unsur

vegetasi dihilangkan, ET = Es.

2.2. Faktor Penentu Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah kehilangan air di atmosfer dengan melalui dua proses,

yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah kehilangan air dari tubuh air yang
terbuka, seperti danau, sungai, waduk, lahan basah, lahan terbuka dan salju. Transpirasi
adalah kehilangan air dari suatu tanaman yang hidup. Beberapa faktor yang
menyebabkan tinggi rendahnya nilai evapotranspirasi yaitu karakteristik fisik dari air,
tanah, salju dan permukaan tanaman. Faktor yang lebih penting yaitu radiasi netto,
permukaan air, kecepatan angin, kerapatan vegetasi, kelembaban tanah, kedalaman
akar, kemampuan reflektansi permukaan tanah dan pengaruh musim (Hanson, 1991).
Evapotranspirasi adalah proses penguapan atau kehilangan air yang berasal dari
permukaan tanah dan permukaan tumbuhan akibat adanya aktivitas penyinaran
matahari. Keduanya bertanggung jawab terhadap proses kehilangan air tanah di bawah
kondisi lapang yang normal. Sedangkan laju evapotranspirasi lahan basah sangat
dipengaruhi oleh kondisi alam sekelilingnya.

Faktor-faktor yang memperngaruhi evaporasi, yaitu:
a. Temperatur (suhu). Jika suhu udara dan tanah naik maka E naik.

b. Angin. Jika perubahan zat cair jadi uap air naik maka udara jenuh sehingga E
turun dan terjadi kondensasi.
c. Tekanan udara. Terjadi evaporasi bila ada perbedaan tekanan uap air antara
permukaan dan udara di atasnya. Bila RH naik maka E turun karena
kemampuan utk menyerap udara berkurang.
d. Radiasi surya. Semakin lama matahari bersinar penguapan semakin tinggi.
e. Kualitas air. Jika air semakin jernih maka air tersebut lebih cepat menguap.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi laju transpirasi, yaitu:
a. Cahaya – bertambah jika semakin cerah.
b. Temperatur – bertambah dengan kenaikan temperatur.
c. Kelembaban – meningkat jika udara menjadi lebih kering.
d. Angin – meningkat dengan bertambahnya kecepatan angin.
e. Air tanah – turun jika lengas tanah turun.
2.3. Pengukuran Evapotranspirasi dengan Metode Thornthwaite
Thornthwaite telah mengembangkan suatu metode untuk memperkirakan

besarnya evapotranspirasi potensial dari data klimatologi. Evapotranspirasi potensial
(PET) tersebut berdasarkan suhu udara rerata bulanan dengan standar 1 bulan 30 hari,
dan lama penyinaran matahari 12 jam sehari. Metode ini memanfaatkan suhu udara
sebagai indeks ketersediaan energi panas untuk berlangsungnya proses ET dengan

asumsi suhu udara tersebut berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain
yang mengendalikan proses ET.
Rumus dasar:

Keterangan:
PET = evapotranspirasi potensial bulanan (cm/bulan)
T
= temperatur udara bulan ke-n (OC)
I
= indeks panas tahunan
a
= koefisien yang tergantung dari tempat

Harga a dapat ditetapkan dengan menggunakan rumus:
a = 675  10-9 ( I3 ) – 771  10-7 ( I2 ) + 1792  10-5 ( I ) + 0,49239
Jika rumus tersebut diganti dengan harga yang diukur, maka:
PET = evapotranspirasi potensial bulanan standart (belum disesuaikan dalam cm).
Karena banyaknya hari dalam sebulan tidak sama, sedangkan jam penyinaran matahari
yang diterima adalah berbeda menurut musim dan jaraknya dari katulistiwa, maka PET
harus disesuaikan menjadi:


Keterangan:
s = jumlah hari dalam bulan
Tz = jumlah jam penyinaran rerata per hari
2.4. Langkah-Langkah Perhitungan Menggunakan Metode Thornthwaite
Contoh soal:
Tentukan evaporasi suatu danau, jika diketahui suhu udara 87 oF, suhu air 63oF,

kecepatan angin 10 mph, dan kelembaban relatif 20%.
Metode kerja yang dilakukan adalah menghitung evaporasi dari data yang telah
disediakan dengan cara menghitung es dan ea terlebih dahulu, kemudian hitung
evaporasi dengan rumus :

E = k(es-ea)*(1+V angin /10)
Dengan k = 0.36

Menghitung evapotranspirasi dengan Metode ETp Thornthwaite, yaitu :
a. Hitung nilai i untuk masing-masing bulan dengan rumus :
i = (T/5)1.54
*nilai T merupakan nilai T rata-rata

b. Buat tabel i untuk setiap bulan, lalu hitung nilai i dalam 1 tahun (165 hari)
c. Hitung nilai A dengan rumus:
A=(6.75x10-7 i3) – (7.71x10-5 i2) + (1.79x10-2 i) + 0.4424
d. Cari ETp tiap bulan dengan rumus:

ETp = 1.6 (10 T/I)A
PENYELESAIAN :
Tabel 1 Evaporasi
Suhu (o)

Tekanan Uap (e)

32

(in.Hg)
0,18

40

0,25

50

0,36

60

0,52

70

0,74

80

1,03

90

1,42

100

1,91

es

1,30

ea

0,26

E

0,75

Contoh Perhitungan :
es

= y1 + (

y 2− y 1
x 2−x 1

= 1.03 + (

1.42−1.03
90−80

= 1.03 + (

0.39
10

= 1.03 + 0.039 x 7
= 1.03 + 0.273
= 1.303
ea

) x x-x1

= es x RH
= 1.3 x 20/100
= 0.26

)x7

) x 87-80

E

= k (es-ea) x (1+Vangin /10)
= 0.36 (1.3-0.26) x (1+10/10)
= 0.36 (1.04)x(1+1)
= 0.7488 mmHg

Berdasarkan tabel 1, data tersebut merupakan data evaporasi. Data tersebut telah
diolah sehingga didapat hasil evaporasi suatu perairan yaitu 0.7488 atau dibulatkan
menjadi 0.75.
Contoh Perhitungan : Bulan Januari
Diketahui  = 0.0661 kPaoC-1 dan G = 0 (asumsi)
Metode Thornthwaite
ETp

= 1.6 (10 x T/I)A
= 1.6 (10 x (27.2/13.5) 0.7)
= 1.6 (10 x (2) 0.7)
= 1.6 (10 x 1.6)
= 25.6 mm

Ada beberapa jenis evapotranspirasi, yaitu evapotranspirasi potensial (ETp),
evapotranspirasi standar (ETo), evapotranspirasi tanaman (ETc), dan evapotranspirasi
aktual (ETa). Pengukuran evapotranspirasi potensial secara langsung dilapangan
diukur dengan menggunakan alat yang disebut lysimeter. Data dari lysimeter ini
merupakan nilai sebenarnya evapotranspirasi dilapangan. Namun karena peralatan
lysimeter dipasang dengan peralatan dan instalasi khusus serta bersifat permanen maka
penggunaannya kurang praktis dan memerlukan biaya. Untuk itu maka para ahli
berusaha menduga ETP tersebut dengan persamaan empiris dengan menggunakan
data-data iklim. Beberapa cara analisis ETp, yaitu metode Penman, Thornthwaite,
Blaney Criddle, Hargreaves dan Radiasi. Metode Thornthwaite hanya membutuhkan
data suhu udara untuk melakukan analisis evapotranspirasi dan sedangkan metode
yang lain membutuhkan data iklim seperti hujan, radiasi matahari, suhu/temperatur,
kecepatan angin, kelembaban udara, tekanan udara dan lama penyinaran matahari.
Namun dalam perhitungan dengan menggunakan metode Thorthwaite tidak begitu
akurat karena hanya berpatokan pada satu data klimatologi yaitu suhu udara.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil deskripsi yang telah dikemukakan diatas, saya dapat
menyimpulkan

bahwa

perhitungan

evapotranspirasi

menggunakan

metode

Thornthwaite mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan menggunakan
metode ini adalah hanya membutuhkan data suhu udara untuk melakukan analisis
evapotranspirasi. Tetapi dalam kelebihannya pun metode ini mempunyai kekurangan
yaitu perhitungan yang dilakukan tidak begitu akurat karena hanya membutuhkan data
suhu udara, berbeda dengan metode yang lainnya yang membutuhkan data iklim yang
lebih banyak dalam analisis evapotranspirasi.
3.2. Saran
Dari hasil deskripsi saya dapat menyarankan ketika menyusun sebuah makalah
kita perlu mencari beberapa informasi dari berbagai sumber agar kita dapat memahami
dan mengerti lebih luas tentang materi yang kita cari.

DAFTAR PUSTAKA
Mujiharjo, S. 2002. Perbandingan Keeratan dan Bentuk Hubungan Evapotranspirasi
Potensial (ETp) Harian dengan Bulanan. J. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia,
Vol:4, No. 1, Hal: 42-48.
Nuryanto, DE, Rizal, J. 2013. Perbandingan Evapotranspirasi Potensial Antara Hasil
Keluaran Model Regcm 4.0 Dengan Perhitungan Data Pengamatan. J. Jurnal
Meteorologi Dan Geofisika, Vol. 14, No. 2 Tahun 2013 : 75-85.