Metodologi Penelitian sosial pokok bahasan (10)

MODUL PERKULIAHAN

METODE PENELITIAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
2016

PENGANTAR PELAKSANAAN PERKULIAHAN
MK METODE PENELITIAN
SEMESTER VII/2 SKS
OLEH : TJOKORDA ISTRI PRAGANINGRUM, ST.,MT
A. DESKRIPSI PERKULIAHAN
Mata kuliah Metode Penelitian merupakan mata kuliah bersifat teori yang
diberikan kepada Mahasiswa Teknik Sipil dengan harapan mahasiswa mengerti
bagaimana tata cara penulisan ilmiah yang diperlukan pada saat mengerjakan tugas
akhir (skripsi). Tujuan utama penulisan tugas akhir tersebut tentunya tidak lain
antara lain adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk menghasilkan
sebuah tulisan ilmiah yang menyajikan fakta yang ia temukan di lapangan
mengenai gejala atau keadaan masyarakat yang ditemukannya sebagai hasil

penelitian di lapangan dan kemudian penemuan itu dituliskan secara sistematis dan
terstruktur sesuai dengan panduan penulisan karya tulis ilmiah yang berlaku. Untuk
memperoleh tulisan ilmiah yang bermutu serta kesamaan kerangka pikir dan
mekanisme dalam penulisan skripsi, maupun karya tulis ilmiah maka mahasiswa
tingkat akhir memperoleh matakuliah Metode Penelitian atau yang lebih dikenal
dengan singkatan matakuliah Metode Penelitian.
B. TUJUAN PENGAJARAN
Dengan matakuliah ini diharapkan hasil karya tulis ilmiah mahasiswa maupun
skripsi yang dibuatnya dapat menunjukkan mutu atau kualitas dari sarjana tersebut.
Gagasan, ide kreatifitas, cerminan intelektual mahasiswa, dapat terlihat dari
penulisan Skripsi tersebut. Akhirnya mahasiswa diharapkan mampu pula untuk
membuat sebuah tulisan atau essay yang merupakan analisis hasil pemikirannya
secara baik dan benar sesuai pedoman penulisan karya tulis ilmiah.
C. METODA PEMBELAJARAN
Tatap muka, ceramah,diskusi, presentasi dan tugas
D. MATERI/BACAAN PERKULIAHAN
a. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Method).
Sugiyono, 2011

2


b. Metodologi Penelitian (Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif)
E. EVALUASI
Dalam penentuan nilai akhir beberapa hal yang dijadikan dasar pembobotan adalah
sebagai berikut:
1. Kehadiran 75% dari seluruh kegiatan tatap muka dan berpartisipasi aktif dalam
perkuliahan.
2. Tugas individu (40%);
3. Ujian Tengah Semester (UTS) 30%;
4. Ujian Akhir Semester (UAS) 30%.
Penilaian akan dilakukan oleh pengajar dengan menggunakan kriteria sebagai
berikut :
Nilai

Point

Range

A


4≥

85

B

3

76 - 84

C

2

66- 70

D

1


51 – 65

E

0

≤ 50

F. TATA TERTIB
a. Mahasiswa wajib mengikuti minimal 75% dari acara perkuliahan
b. Mahasiswa wajib mengerjakan tugas dan wajib asistensi sesuai jadwal yang
ditentukan dosen pengampu.
c. Produk tugas kecil dikumpulkan pada waktu yang ditentukan.

3

G. JADWAL PERKULIAHAN
No

Jadwal

pertemuan/Tgl

1

Pertemuan I

2

Pertemuan II

3

Pertemuan III

4

Pertemuan IV

5


Pertemuan V

6

Pertemuan VI

7

Pertemuan VII

8
9

Pertemuan IX

10

Pertemuan X

11


Pertemuan XI

12

Pertemuan XII

13

Pertemuan XIII

14

Pertemuan XIV

15

Pertemuan XV

16


Topik/Materi

Kegiatan

Pemaparan materi
dan Diskusi
Pemaparan materi
PENGENALAN PENELITIAN
dan Diskusi
BENTUK
PENELITIAN Pemaparan materi
NORMATIF DAN EMPIRIS
dan Diskusi
DATA PENELITIAN
Pemaparan materi
dan Diskusi
TEMA, TOPIK DAN JUDUL
Pemaparan materi
dan Diskusi

PROPOSAL
Pemaparan materi
dan Diskusi
ALAT PENGUMPULAN DATA
Pemaparan materi
dan Diskusi
UJIAN TENGAH SEMESTER
ABSTRAK
DAN
TEKNIK Pemaparan materi
KUTIPAN
dan Diskusi
DAFTAR PUSTAKA
Pemaparan materi
dan Diskusi
TEKNIK PENULISAN
Pemaparan materi
dan Diskusi
PENELITIAN
KUALITATIF Pemaparan materi

DAN KUANTITATIF
dan Diskusi
ANALISIS DAN INTREPRETASI Pemaparan materi
DATA
dan Diskusi
Pemaparan materi
METODE SAMPLING
dan Diskusi
PENELITIAN ILMIAH DAN Pemaparan materi
NON ILMIAH
dan Diskusi
UJIAN AKHIR SEMESTER
PENDAHULUAN

Estimasi
Waktu
120 Menit
120 Menit
120Menit
120Menit

120 Menit
120 Menit
120 Menit
120 Menit
120 Menit
120 Menit
120 Menit
120 Menit
120 Menit
120 Menit

4

MODUL 1
METODE PENELITIAN

MATERI I:
PENDAHULUAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2016

A. Pengantar

5

Bab Pertama ini mengajak mahasiswa untuk memahami bahwa sebagai intelektual,
maka meneliti merupakan suatu keharusan. Mahasiswa di ajarkan bahwa manusia
memiliki rasa penasaran, memiliki rasa ingin tahu. Manusia juga di dalam
kehidupan, pasti memiliki masalah, oleh karenanya perlu di carikan solusi tepat
guna untuk membantu manusia yang mengalami masalah tersebut keluar dari
masalah yang menimpanya. Oleh karenanya kemampuan untuk melakukan
penelitian adalah hal yang mutlak dimiliki oleh civitas akademia, dalam upayanya
mencari jawaban atas masalah yang ada. Sehingga dengan kemampuan penelitian
yang dimiliki, diharapkan mahasiswa dapat berguna bagi orang lain dan dirinya
sendiri.
B. Materi Belajar
1. Manfaat Penelitian
Penelitian secara ilmiah dilakukan oleh manusia untuk menyalurkan hasrat ingin tahu
yang telah mencapai taraf ilmiah, yang disertai dengan suatu keyakinan bahwa setiap
gejala akan dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab akibatnya.
Para mahasiswa di semester terakhir mendapat tugas akhir berupa penulisan karya
ilmiah yang untuk tingkatan Strata Satu (S1) disebut Skripsi. Sedangkan untuk para
mahasiswa Strata Dua (S2) tugas akhirnya disebut Tesis, dan untuk para mahasiswa
Strata Tiga (S3) tugas akhirnya disebut Disertasi.
Karya Tulis Ilmiah merupakan rangkaian fakta yang berupa hasil pemikiran,
gagasan, peristiwa, gejala dan pendapat. Adapun persyaratan suatu tulisan untuk
dapat dikatakan sebagai karya tulis ilmiah adalah:
1. Menyajikan fakta obyektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum
alam pada situasi spesifik.
2. Ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan.
3. Harus disusun secara sistematis.
4. Menyajikan rangkaian sebab akibat yang mendorong pembaca untuk menarik
kesimpulan.
5. Mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan
suatu hipotesis.
6. Ditulis secara tulus.
2. Metodelogi Penelitian
Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-cara seorang
ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan yang
dihadapinya.
Metode dirumuskan, dengan kemungkinan sebagai berikut:
1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian.
2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.
3. Cara tertentu untuk melakukan suatu prosedur.
Peranan metodologi dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
sebagai berikut:

6

1. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan
penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap.
2. Memberikan kemungkinan yang lebih besar, untuk meneliti hal-hal yang belum
diketahui.
3. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian
multidisipliner.
4. Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan serta mengintegrasikan
pengetahu-an, mengenai masyarakat.
Tanpa metode atau metodologi seseorang peneliti tak akan mungkin mampu untuk
menemukan, merumuskan, menganalisa maupun memecahkan masalah-masalah
tertentu, untuk mengungkapkan kebenaran.
Metodologi ilmu-ilmu sosial dapat memberikan jalan bagaimana caranya meneliti
faktor-faktor manusia yang benar-benar subyektif. Oleh karena itu diperlukan
metodologi yang bersifat interdisipliner agar diperoleh hasil yang selengkap
mungkin mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat.

7

MODUL 1
METODE PENELITIAN

MATERI II:
PENGENALAN PENELITIAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2016

A. Pengantar

8

Bab Kedua ini mengajak mahasiswa untuk mengenal lebih baik lagi mengenai halhal yang berkaitan dengan penelitian. Seperti mengenal tujuan penelitian, ciri
penelitian ilmu sosial, macam-macam penelitian, sampai kepada rumus yang
membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Dengan demikian diharapkan
mahasiswa tidak lagi mengalami kesulitan di dalam membuat skripsi sebagai tugas
akhir mahasiswa tingkat Strata Satu (S1).
B. Materi Belajar
1. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan erat dengan analisa dan
konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis
berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. Sistematis adalah berdasarkan suatu
sistem. Konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka
tertentu.
Penelitian adalah merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis
dan konsisten dengan mengadakan analisa dan konstruksi.
Tujuan penelitian menurut Soerjono Soekanto:
1.
a.Mendapatkan pengetahuan tentang suatu gejala sehingga dapat merumuskan
masalah.
b.Memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala, sehingga
dapat merumuskan hipotesa.
(bila penelitiannya merupakan penelitian eksplanatoris)
2.
Untuk menggambarkan secara lengkap ciri-ciri / karakteristik dari:
a.
suatu keadaan
b.
perilaku pribadi
c.
perilaku kelompok.
3.
a. Untuk mendapatkan keterangan tentang frekuensi peristiwa.
b. Memperoleh data mengenai hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain.
(bila penelitiannya merupakan penelitian deskriptif)
4. Untuk menguji hipotesa.
(bila penelitiannya merupakan penelitian eksplanatoris)
Ciri-ciri Esensiil daripada penelitian ilmu-ilmu sosial, antara lain:
1.
Penelitian dilakukan utk mendapatkan generalisasi perihal perilaku manusia
dlm kehidupan masyarakat;
2.
Perilaku nyata dari manusia hanya timbul dan terjadi dalam situasi tertentu;
3.
Tidak jarang situasi sosial yg dialami oleh manusia (obyek penelitian) tdk jauh
berbeda dg situasi sosial yg dialami oleh peneliti.
4.
Pengetahuan yg diperoleh akan sangat berguna utk memahami perilaku
manusia, menarik pola tertentu, mengawasinya dan mengadakan evaluasi.
2. Macam-macam Penelitian:

9

1. Dilihat dari sifatnya
a.
Penelitian Eksploratoris (menjelajah).
Dilakukan apabila pengetahuan tentang suatu gejala yang akan diselidiki masih
kurang sekali atau bahkan tidak ada. Penelitian ini pada umumnya dilakukan
terhadap masyarakat terasing. Untuk bidang antropologi.
b.
Penelitian Deskriptif (menggambarkan).
Dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,
keadaaan atau gejala lainnya. Mempertegas hipotesa, memperkuat teori lama.
Memberikan gambaran terhadap peristiwa / gejala dalam masyarakat.
c.
Penelitian Eksplanatoris.
Bila pengetahuan tentang suatu masalah sudah cukup. Untuk melakukan uji
hipotesa.
2. Dilihat dari sudut bentuknya
a.
Penelitian diagnostik.
Dimaksudkan utk mendapatkan keterangan mengenai sebab-sebab terjadinya
suatu atau beberapa gejala.
b.
Penelitian preskriptif.
Dimaksudkan utk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang harus dilakukan
untuk mengatasi masalah.
c.
Penelitian evaluatif.
Penelitian ini dilakukan pada umumnya untuk menilai program-program yang
dijalankan.
3. Dilihat dari tujuannya
1. Fact-finding.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari atau mengungkapkan fakta – fakta yang
terdapat di masyarakat terhadap suatu permasalahan. Sebagai contoh adalah
penelitian mengenai pembauran di masyarakat pribumi dan tionghoa. Indonesia
memang tidak mengakui adanya diskriminasi. Namun faktanya di lapangan,
faktanya di masyarakat, perbedaan sikap terhadap pribumi dan tionghoa masih
terjadi.
2. Problem finding.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari permasalahan utama. Seperti contohnya,
perbedaan suku, etnis memang terjadi, tetapi yang menjadi permasalahan utama
mungkin bukan perbedaan suku atau etnisnya, yang menjadi permasalahan
utama mungkin adalah penghormatan atau pengakuan terhadap suku bangsa lain.
3. Problem identification.
Pada penelitian ini, masalah – masalah yang ditemukan kemudian di identifikasi
dan di bahas satu per satu.
4. Problem solution.
Ini adalah tujuan penelitian pada umumnya. Yaitu mencari solusi atas
permasalahan. Memang pada dasarnya mengapa seseorang mengadakan atau
melakukan penelitian adalah dikarenakan dia ingin mencari pemecahan atas
masalah yang dia temukan.
4. Dilihat dari sudut penerapannya

10

1. Pure research. (penelitian dasar / fundamentil)
2. Problem-focused research.
Penelitian murni ditujukan untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri atau
teori maupun untuk keperluan pengembangan metodologi penelitian. Inti dari
penelitian ini adalah kaitan antara bidang teori dengan bidang praktis, dimana
masalah-masalah ditentukan atas dasar kerangka teoritis yang sebenarnya
menghubungkan antara penelitian murni dengan penelitian terapan.
Penelitian terapan adalah penelitian yang tujuannya untuk memecahkan masalahmasalah kemasyarakatan yang sfiatnya praktis.
Kadang-kadang penelitian dapat pula dibedakan pada dasar ilmu yang dipergunakan dan
metodologi yang diterapkan. Atas dasar ini dikenal penelitian monodisipliner,
multidisipliner dan interdisipliner,
Seorang sosiolog berusaha untuk memahami dan mengungkap perilaku orang-orang,
motifnya, apa arti perilaku tersebut bagi masing-masing. Hal-hal ini akan dapat dicapai
dengan cara mengamati perilaku manusia dan memahaminya atau juga dengan cara
mengadakan identifikasi terhadap motif dari perilaku tersebut.
Sampel dari beberapa cabang ilmu sosial adalah:
1.
Antropologi, yang diteliti pada umumnya mengenai:
a. cara hidup manusia.
b. manusia purba
c. ras manusia
d. budaya manusia
e. perubahan budaya
2.
Sosiologi
a. populasi
b. kelompok-kelompok manusia
c. perubahan sosial kemasyarakatan
3.
Ilmu Politik
a. konstitusi pemerintahan
b. kekuasaan
c. hukum-hukum
d. kebijakan politik
4.
Sejarah
a. peristiwa-peristiwa penting
b. faktor-faktor alami
c. faktor-faktor politik
d. faktor-faktor ekonomi
e. faktor-faktor sosial
5.
Pendidikan
a. proses belajar mengajar
b. bimbingan dan konseling
c. pengelolaan kelembagaan
d. sosio-kultural pendidikan
e. dinamika sumber daya manusia pendidikan

11

Cara tersebut di atas dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Peneliti harus dapat membayangkan bagaimana reaksi individu dalam
menghadapi situasi tertentu.
2.
Peneliti harus dapat membayangkan motif apa yang ada dibalik reaksi tersebut
3.
Peneliti harus dapat mengadakan konstruksi terhadap perilaku nyata yang
timbul.
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa
gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.
Melalui penelitian di bidang ilmu hukum, akan dapat mengungkapkan permasalahanpermasalahan yang inherent, di dalam proses pembaharuan hukum, sehingga dapat
membuat suatu gambaran mengenai keadaan hukum yang sesungguhnya dalam
masyarakat atau dapat menunjukkan ke arah mana sebaiknya hukum dibina
berhubungan dengan perubahan-perubahannya di dalam masyarakat.
Penelitian hukum akan sangat berharga sekali bagi perumusan politik hukum yang tepat
dan serasi, juga memungkinkan terbentuknya perundang-undangan untuk melaksanakan
program modernisasi dengan memperhitungkan kenyataan-kenyataan dalam
masyarakat.
Dengan demikian di kalangan ilmu hukum penelitian memberikan bahan-bahan bagi
mereka yang berperan untuk menyusun program pembaharuan hukum. Inilah salah satu
kegunaan penelitian ilmu hukum.
3. Peryaratan Tulisan Ilmiah
Tujuan utama kerja ilmiah atau kerja penelitian adalah untuk menemukan kebenaran,
merumuskan teori, merumuskan prinsip-prinsip atau dalil-dalil, baik yang langsung
maupun yang tidak langsung mempunyai nilai kemaslahatan bagi kehidupan manusia.
Proses kerja ilmiah secara umum terdiri dari enam langkah, yaitu:
1.
Memilih dan merumuskan masalah.
2.
Mengumpulkan bahan yang relevan.
3.
Menyusun rancangan penelitian.
4.
Mengembangkan instrumen penelitian dan mengumpulkan data.
5.
Menganalisis dan menafsirkan data,
6.
Menyusun laporan penelitian.
Penulisan karya tulis ilmiah memerlukan persyaratan baik formal maupun materiil.
Persyaratan formal menyangkut kebiasaan yang harus diikuti dalam penulisan,
sedangkan persyaratan materiil menyangkut isi tulisan. Sebuah tulisan akan mudah
difahami dan menarik apabila isi dan cara penulisannya memenuhi persyaratan dan
kebiasaan umum.
Dalam penelitian ini juga berlaku rumus 5 W + 1 H, yaitu:
1. What (Apa yang akan diteliti?)
2. When (Kapan penelitian dilakukan?)

12

3.
4.
5.
Dan

Where (Dimana penelitian dilakukan?)
Who (Siapa yang akan diteliti?)
Why (Mengapa hal tersebut layak diteliti?)
How (Bagaimana cara menelitinya?)

13

MODUL 1
METODE PENELITIAN

MATERI III:
BENTUK PENELITIAN NORMATIF DAN
BENTUK PENELITIAN EMPIRIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2016

14

A.Pengantar
Bab Ketiga ini mengajak mahasiswa untuk mengenal lebih detil lagi mengenai
perbedaan penelitian normatif dan penelitian empiris. Dengan demikian diharapkan
mahasiswa dapat menentukan pilihan, akan menggunakan bentuk penelitian yang
mana di dalam penulisan skripsinya.
B. Materi Belajar
1. Penelitian Normatif dan Penelitian Empiris
Penelitian dapat dibedakan antara penelitian normatif dan penelitian empiris.
Pada penelitian normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder yang
mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Pada penelitian
empiris maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder untuk kemudian
dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan atau terhadap
masyarakat.
Penelitian normatif disebut juga Penelitian Kepustakaan (Library Research),
adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menelusuri atau menelaah dan
menganalisis bahan pustaka atau bahan dokumen siap pakai. Dalam penelitian
bentuk ini dikenal sebagai Normatif Research, dan jenis data yang diperoleh disebut
data sekunder. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan membaca, dan membuat
rangkuman dari buku acuan. Jenis kegiatan ini lazim dilakukan dalam penelitian
normatif atau penelitian doktrinal.
Penelitian Empiris dikenal juga sebagai Penelitian Lapangan (Field Research)
adalah pengumpulan materi atau bahan penelitian yang harus diupayakan atau dicari
sendiri oleh karena belum tersedia. Kegiatan yang dilakukan dapat berbentuk
membuat pedoman wawancara dan diikuti dengan mencari serta mewawancarai para
informan, menyusun kuisioner dan kemudian mengedarkan kuisioner itu pada
responden, melakukan pengamatan (observasi),
2. Prinsip Pengolahan Data Kualitatif
Untuk mempertinggi kebenaran hasil penelitian kualitatif dalam proses
pengolahan data kualitatif digunakan prinsip-prinsip tertentu, yaitu:1
1. Credibility, yaitu meningkatkan ketelitian selama proses penelitian.
2. dependability, yaitu mempertahankan konsistensi proses kerja pengumpulan
data, membentuk dan menggunakan konsep, menafsirkan data dan audit trial.
3. conformability, yaitu meminta para ahli untuk menerima hasil penelitian dan
memeriksa secara teliti data yang terhimpun dan
4. transferability, yaitu bahwa hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada
lokasi lain, kecuali konteks dan situasi lapangannya sama atau mendekati sama.

1 Sudarwan Danim, Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
hlm. 156

15

MODUL 1
METODE PENELITIAN

MATERI IV:
DATA PENELITIAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2016

16

A. Pengantar
Bab Keempat ini mengajak mahasiswa untuk mengenal lebih detil lagi mengenai
macam-macam data penelitian. Dengan demikian mahasiswa dapat menentukan
B. Materi Belajar
1. Proses Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, ada beberapa masalah pokok yang harus
diselesaikan terlebih dahulu.
1.
Bagaimana memasuki ruang lingkup obyek penelitian
a.
mengadakan kontak dengan pemimpin formil atau informil
b.
menjelaskan maksud penelitian
c.
yang perlu diingat penelitian dilakukan untuk memahami perilaku, bukan
untuk menilainya.
d.
Mengadakan penelitian pendahuluan agar diketahui kesulitan apa yang
dihadapinya dan bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut.
2.
Bagaimana membuat catatan.
2. Tipe Data & Subklasifikasi Data:
Menurut H.L Manheim
1.
Perilaku manusia
a. Perilaku verbal: Perilaku yang disampaikan secara lisan dan kemudian dicatat.
Misalnya: pencatatan hasil wawancara.
b. Perilaku nyata & ciri-cirinya yang dpt diamati. Misalnya interaksi antara dua
orang, ciri-ciri badaniah seseorang.
2.
a.
b.

3.

Hasil dari perilaku manusia
Peninggalan-peninggalan fisik.
Arsip
2) data sensus, statistik vital, otobiografi, catatan harian.
3) bahan mass media.
4) Inkripsi pada kuburan, data pasien dokter, kecelakaan pesawat terbang, dll.

Data simulasi
a.
First level data.
Adalah data yang dapat dipercayai keakuratannya, karena data ini didapat dari
sumber pertama langsung.
b.
Second level data
Adalah data yang ke akuratannya kurang karena data ini didapat dari sumber
kedua. Bukan dari sumber pertama. Sehingga kesalahan penafsiran sangat
mungkin terjadi.
c.
Third level data.
Adalah data yang keakuratannya masih perlu dipertanyakan, karena di dapat dari
sumber ketiga.

3.
Data Penelitian
Jenis Data Dari Sumbernya

17

1. Data Primer adalah diperoleh langsung dari masyarakat, dimana alat pengumpulan
data primer adalah:
- Wawancara, cara yang paling umum untuk mencari informasi dari masyarakat
adalah mewawancarai narasumber yang berkompeten untuk memberikan
jawaban. Setidaknya diperlukan minimal tiga narasumber agar data penelitian
menjadi valid.
- Observasi, cara yang dipergunakan oleh para peneliti sejak dahulu kala.
Observasi ini terbagi ada observasi terlibat dan ada observasi tidak terlibat.
Untuk observasi diperlukan adanya lokasi yang tepat sesuai dengan tema
penelitian.
- Kuisioner, cara ini dipergunakan apabila hendak mengambil pendapat
masyarakat dengan jumlah yang tidak sedikit. Minimal untuk penyebaran
kuisioner agar datanya lebih akurat adalah 100 (seratus) kuisioner.
2. Data Sekunder, adalah data yang sudah jadi sehingga peneliti tinggal mengambil atau
menggunakan saja, data sekunder bentuknya adalah literatur atau bahan pustaka.
Ciri-ciri data sekunder:
1. Data sekunder pada umumnya dalam keadaan siap pakai dan dapat
dipergunakan degan segera.
2. Bentuk dan isi data sekunder telah dibentuk oleh peneliti terdahulu.
3. Tidak terbatas pada waktu dan tempat.
Data sekunder dapat pula dibedakan berdasarkan:
1.
Ruang lingkupnya, yang dibedaka antara
a.
Bahan hukum (legal documents), misalnya: undang-undang,
vonis, kontrak
b.
Bahan non-hukum (non-legal documents), misalnya:
majalah, data statistik, buku
2.
Tingkat realibilitasnya, yang dibedakan antara
a.
Bersifat publik, misalnya surat keputusan menteri, data sensus.
b.
Bersifat pribadi, misalnya biografi, catatan harian, surat pribadi,
3.

Kekuatan mengikatnya, yang dibedakan antara
a. Bahan hukum primer atau sumber primer (primary sources), misalnya
UUD’45, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri,
peraturan daerah, yurisprudensi, traktat.
b. Bahan hukum sekunder atau sumber sekunder (secondary sources), misalnya
Rancangan Undang-Undang, buku acuan, hasil penelitian, penjelasan
undang-undang.
c. Bahan hukum tersier, misalnya kamus hukum, kamus umum bahasa
Indonesia, kamus bahasa Inggris.

18

MODUL 1
METODE PENELITIAN

MATERI V:
TEMA, TOPIK & JUDUL

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2016

19

A. Pengantar
Sebelum memulai membuat sebuah karya tulis ilmiah, maka tahap pertama kali yang
dilakukan oleh penulis atau peneliti adalah menentukan Tema, menentukan Topik dan
membuat Judul. Oleh karena itu pada pertemuan Kelima ini, mahasiswa diberikan
pengetahuan mengenai apa yang dimaksud dengan Tema, Topik dan Judul.
B. Materi Belajar
Penyusunan perencanaan penelitian hukum perlu dijelaskan mengenai metode
analisa yang akan diterapkan. Misalnya metode kualitatif atau metode kuantitatif.
Perencanaan penelitian seringkali disamakan dengan Proposal penelitian. Beberapa
hal yang penting yang perlu diperhatikan oleh penulis skripsi atau karya tulis ilmiah,
termasuk laporan penelitian, yaitu:
1. Topik.
2. Tema.
3. Judul.
4. Kerangka Karangan.
5. Bentuk Lahiriah.
6. Teknik Penulisan.
1. Topik
Topik pada dasarnya adalah suatu isu atau pokok persoalan dan sifatnya juga masih
umum serta abstrak. Misalnya adalah isu mengenai wanprestasi, ini adalah topiknya,
yang tentunya masih bersifat umum, pelanggaran perjanjian terhadap apa masih
belum jelas, oleh karenanya tadi dikatakan bahwa topik masih bersifat umum dan
abstrak. Sehingga langkah selanjutnya untuk membuat skripsi setelah diketahui
topiknya, adalah pembuatan judul skripsi. Dengan demikian dapat juga dikatakan
bahwa judul merupakan perwujudan spesifik dari topik. Topik merupakan landasan
yang dapat dipergunakan oleh seorang penulis untuk menyampaikan maksudnya.
Banyak hal yang dapat dipergunakan sebagai sumber penentuan topik, misalnya
pengalaman, keluarga, karier, alam sekitar, masalah kemasyarakatan, kebudayaan,
ilmu pengetahuan, cita-cita dan sebagainya. Dari bermacam-macam hal yang dapat
dijadikan topik dalam menyusun karangan, maka karangan dapat berbentuk:
a. Kisahan (Narasi): yaitu karangan yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa
berdasarkan pengamatan atau observasi maupun pengalaman yang biasanya
tersusun secara kronologis.
b. Perian (Deskripsi): yaitu karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan
keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencintrai (melihat, mendengar,
mencium, merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
c. Paparan (Eksposisi): yaitu karangan yang berusaha menerangkan atau
menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca
karangan itu.
d. Bahasan (Argumentasi): yaitu karangan yang berusaha memberikan alasan untuk
memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.
Syarat-Syarat Perumusan Topik:
1. Topik harus menarik perhatian penulis.

20

2.

3.
a.

b.

c.

Untuk dapat menghasilkan karangan yang baik dengan data yang lengkap,
seorang penulis harus memiliki topik yang menarik perhatiannya. Topik yang
tidak disenangi akan menimbulkan keengganan penulis dalam menyelesaikan
tulisan sehingga pencarian data dan informasi untuk melengkapi karangan akan
dilakukan dengan terpaksa.
Topik harus diketahui oleh penulis.
Seorang penulis sebelum memulai menulis seyogyanya sudah mempunyai
pengetahuan tentang hal-hal atau prinsip-prinsip dasar dari topik yang dipilih.
Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, seorang penulis dapat
mengembangkan tulisannya menjadi suatu tulisan menarik dengan cara
melengkapi tulisan tersebut melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian
lapangan.
Topik yang dipilih sebaiknya:
Tidak terlalu baru.
Topik yang terlalu baru memang menarik untuk ditulis, akan tetapi seringkali
penulis mengalami hambatan dalam memperoleh data kepustakaan yang akan
dipakai sebagai landasan atau penunjang. Data kepustakaan yang diperoleh
mungkin terbatas pada berita dalam surat kabar atau majalah populer.
Tidak terlalu teknis
Karangan yang terlalu teknis kurang dapat menonjolkan segi ilmiah. Tulisan
semacam ini biasanya bersifat sebagai petunjuk tentang bagaimana tata cara
melakukan sesuatu, tanpa mengupas teori-teori yang ada.
Tidak terlalu kontroversial.
Suatu tulisan yang mempunyai topik kontroversial menguraikan hal-hal diluar
hal yang menjadi pendapat umum. Tulisan semacam ini sering menimbulkan
permasalahan bagi penulisnya.

2. Tema
Menurut arti katanya, tema berarti “Sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu
yang telah ditempatkan.” Kata ini berasal dari kata Yunani “tithenai” yang
berarti “menempatkan” atau “meletakkan.” Pengertian tema dapat dibatasi
sebagai: “Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan
dan tujuan yang akan dicapai melalui topik”
Tema mempunyai dua pengertian yaitu:
1. Suatu pesan utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
2. Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan
tujuan yang ingin dicapai.
Sebuah tulisan dikatakan baik apabila tema dikembangkan secara terinci dan
jelas. Adanya gagasan sentral, rincian yang teratur dan susunan kalimat yang
jelas akan menghasilkan karangan yang menarik dan enak dibaca. Disamping
itu, seorang penulis juga harus menampilkan keaslian tulisannya. Keaslian
tersebut dapat dilihat dari beberapa hal, misalnya:
1. Pokok permasalahan;
2. sudut pandang;
3. cara pendekatan; atau
4. gaya bahasa dan tulisannya.

21

3. Judul
Apabila topik dan tema sudah ditentukan, maka selanjutnya penulis merumuskan
judul karya tulisnya. Judul yang dirumuskan sifatnya tentatif, karena selama
proses penulisan ada kemungkinan judul berubah. Perumusan judul penelitian
tidak jarang dianggap sebagai sesuatu hal yang remeh. Hal itu mungkin
disebabkan oleh karena bagi beberapa pihak masalah tersebut merupakan
pekerjaan yang agak sulit untuk dilaksanakan. Sebenarnya perumusan suatu
judul penelitian sedikit banyaknya tergantung pada berhasil atau tidaknya
seorang peneliti untuk mengabstraksikan masalah yang ingin ditelitinya.Menurut
Fisher, “masalah” diartikan sebagai:
1. suatu kesulitan yang dirasakan oleh seseorang, atau
2. suatu perasaan yang tidak menyenangkan seseorang atas fenomena yang ada
atau terjadi
3. suatu ketidaksesuaian atau penyimpangan yang dirasakan atas “apa yang
seharusnya” dan “apa yang akan terjadi”
Faktor-faktor merumuskan judul
Apabila Topik dan Tema sudah ditentukan, penulis kemudian merumuskan judul
karya tulisnya. Judul yang dituliskan sifatnya tentatif, karena selama proses
penulisan ada kemungkinan judul berubah. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam merumuskan judul adalah sebagai berikut:
1. Judul hendaknya relevan dengan tema dan bagian-bagian dari tulisan tersebut.
2. Judul menimbulkan rasa ingin tahu seorang lain untuk membaca tulisan ini
(bersifat provokatif)
3. Judul tidak mempergunakan kalimat yang tidak terlalu panjang, jika judul
terlalu panjang, dapat dibuat judul utama dan judul tambahan (sub judul)
4. Judul harus memiliki independent variable (variable bebas) dan dependent
variable (variable terikat)
Jadi kalau hendak merumuskan suatu judul penelitian, maka sebaiknya judul
tersebut:
1.
menggambarkan secara sederhana masalah yang akan diteliti, artinya
judul tersebut merupakan suatu refleksi daripada masalah yang akan diteliti.
2.
judul penelitian sebaiknya dirumuskan secara singkat dan jelas.
3.
perlu diperhatikan penggunaan gaya bahasa yang baik serta pemakaian
bahasa yang didasarkan pada dasar-dasar gramatika yang baik pula.
4.
tidak perlu dipergunakan kata-kata, istilah-istilah ataupun ungkapanungkapan yang mengandung kiasan-kiasan.

22

MODUL 1
METODE PENELITIAN

MATERI VI:
PROPOSAL

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2016

23

A. Pengantar
Pada bagian ke-enam ini mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan mengenai
pembuatan proposal yang baik dan benar. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah,
seperti Skripsi, Tesis dan Disertasi, bagian pertama yang harus dibuat di dalam
sebuah penelitian adalah penyusunan proposal. Bila proposal sudah dapat dibuat
dengan baik, maka seorang peneliti akan lebih mudah lagi dalam mengerjakan
penelitiannya. Oleh karena itu mahasiswa harus mengetahui bagian-bagian dari
proposal.
B. Materi Belajar
1. Tahapan-Tahapan Pembuatan Penelitian Ilmiah
Di dalam melakukan penelitian, baik penelitian normatif maupun penelitian empiris
seyogianya diikuti pula langkah-langkah yang biasanya dianuti dalam penelitian
ilmu-ilmu sosial lainnya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Perumusan judul penelitian
2. Perumusan pengantar permasalahan
3. Perumusan masalah
4. Penegasan maksud dan tujuan
5. Penyusunan kerangka teoritis yang bersifat tentatif
6. Penyusunan kerangka konsepsional dan definisi-definisi operasional.
7. Perumusan hipotesa
8. Pemilihan / penetapan metodologi
9. Penyajian hasil-hasil penelitian
10. Analisa data yang telah dihimpun
11. Penyusunan suatu ikhtisar hasil-hasil penelitian
12. Perumusan kesimpulan
13. Penyusunan saran-saran
2. Proposal Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti wajiba membuat proposal penelitian
sebagai pedoman di dalam pembuatan penelitiannya. Setidaknya ada lima hal yang
harus dicantumkan di dalam proposal penelitian. Dalam Proposal penelitian
pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan.
Berisikan masalah yang akan diteliti. Peneliti harus dapat menjelaskan aspekaspek sejarah atau perkembangan masalah yang akan diteliti, mengapa masalah
tersebut dipilih sebagai hal yang akan diteliti.
2. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai
oleh peneliti.
3. Ulasan bahan bacaan

24

Ulasan bahan bacaan terutama ditujukan agar penelitian mempunyai
pengetahuan yang menyeluruh tentang aspek-aspek yang relevan dalam
penelitian yang dilakukan.
4. Kerangka teoritis & konsepsionil
Bagian ini merupakan inti dari usul penelitian, karena berisikan dasar-dasar
teoritisnya serta operasionalnya.
5. Metodologi
3. Latar Belakang Masalah
Suatu konsep latar belakang masalah biasanya mencakup pokok-pokok sebagai
berikut:
i. Situasi atau keadaan dimana diduga bahwa masalah yang ingin diteliti tadi
timbul.
ii. Alasan-alasan ataupun sebab-sebab mengapa peneliti ingin menelaah masalahmasalah yang telah dipilihnya.
iii. Hal-hal yang telah diketahui atau belum diketahui mengenai masalah yang akan
diteliti.
iv. Pentingnya penelitian tersebut baik secara teoritis dan/atau secara praktis.
4. Permasalahan
Sumber untuk menemukan masalah:
1. Pengalaman pribadi
2. Bahan bacaan. (Bahan yang didapat diperpustakaan; data sekunder)
Kesulitan merumuskan masalah:
1. Penelitian normatif
a.
Kurang menguasai teori.
b.
Tidak menemukan kekurangan teoritis dalam peraturan perundangundangan yang menjadi pusat perhatiannya
2. Penelitian sosiologis
a.
Tidak semua masalah yang dihadapi dapat diuji secara empiris.
b.
Tidak ada pengetahuan tentang sumber masalah yang dipilih.
c.
Terlalu banyak masalah sehingga sulit menseleksi
d.
Masalahnya menarik tetapi sukar untuk mendapatkan data,
e.
Tidak ada tujuan tertentu dalam memilih suatu masalah.
Oleh sebab itu, maka di dalam memilih masalah hendaknya seorang peneliti
berpegang pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1)
Apakah masalah tersebut berfaidah untuk dipecahkan?
2)
Apakah masalah yang telah dipilih sudah sesuai dengan kerangka
penelitian yang diterapkan?
3)
Apakah dituntut kemampuan-kemampuan khusus untuk
memecahkan masalah yang hendak diteliti?
4)
Apakah metodologi dan teknik yang ada dapat membantu
pemecahan masalah yang hendak diteliti?
5. Tujuan Penelitian

25

Pada bagian ini, peneliti menuliskan apa yang diharapkan atau sumbangan apa yang
sekiranya dapat penulis berikan pada penelitian tersebut. Pernyataan yang merupakan
harapan terjadi di masa depan disebut Tujuan Umum. Sedangkan pernyataan yang
tentang apa yang akan terjadi pada akhir penelitian disebut Tujuan Khusus. Tujuan
khusus harus dapat dijawab dalam Bab Penutup pada bagian Kesimpulan oleh
penulis.
6. Kerangka Karangan
Agar penulis dapat menerangkan isi karangannya secara teratur dan terinci,
diperlukan suatu kerangka karangan. Kerangka karangan akan membantu penulis
untuk menyusun karangan yang logis dan teratur, karena kerangka karangan
merupakan suatu rencana kerja seorang penulis.
Untuk menyusun kerangka teori, seorang peneliti dapat menerapkan metode induktif
maupun metode deduktif. Metode induktif merupakan cara yang bertitik tolak pada
hal-hal yang khusus yang kemudian menarik kesimpulan umum. Sementara bila
metode deduktif adalah kebalikannya. Ia bertitik tolak pada hal-hal umum yang
kemudian menarik kesimpulan khusus.
Kerangka konsepsional merupakan penjabaran sederhana dari konsep-konsep tulisan.
Di dalam menyusun kerangka konsepsional, maka dapat dipergunakan perumusanperumusan yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan yang dijadikan
dasar penelitian atau yang hendak diteliti.
Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsional pada hakekatnya merupakan suatu
pengarah atau pedoman yang lebih konkrit daripada kerangka teoritis yang seringkali
masih bersifat abstrak. Di dalam menerapkan pengamatan, sebaiknya kerangka
konsepsional disusun secara sistematis dan dirumuskan secara jelas, sehingga
kerangka konsepsional tersebut dapat dipergunakan sebagai pedoman didalam
melakukan pengamatan dan didalam melakukan pencatatan data penelitian.
Kegunaan kerangka karangan:
1. Tulisan atau karangan dapat disusun secara teratur.
2. Menghindari pengulangan penulisan.
3. Mempermudahkan mencari data, kasus atau rujukan sesuai dengan kepentingan
penulisan.
4. Kerangka tulisan berfungsi sebagai miniatur atau prototipe yang akan
memudahkan pembaca melihat wujud, gagasan, struktur tulisan.
Perumusan kerangka karangan dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Kerangka kalimat.
Kerangka kalimat merumuskan tiap bagian karangan dengan kalimat berita yang
lengkap. Dengan demikian tujuan dan pokok pembahasan akan dapat diketahui
secara jelas baik oleh penulis sendiri maupun oleh orang lain.
2. Kerangka topik.
Perumusan kerangka topik dilakukan dengan menggunakan kata atau frasa.
Kerangka semacam ini kurang memberikan kejelasan bagi orang lain yang
membacanya.

26

7. Metodologi
Metodologi merupakan suatu rangkaian kegiatan mengenai tata cara pengumpulan,
pengolahan, analisa dan konstruksi data.
Pada bagian Metodologi ini mahasiswa menuliskan mengenai tipe penelitiannya,
sifat penelitiannya, jenis datanya dan bagaimana dia menganalisa permasalahan
tersebut dengan data yang dimilikinya.
1. Tipe penelitian.
Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian normatif. Tipe
penelitian normatif adalah bentuk penelitian dengan melihat studi kepustakaan,
sering juga disebut penelitian doktriner, penelitian kepustakaan atau studi
dokumen, seperti undang-undang, buku-buku yang berkaitan dengan
permasalahannya
2. Sifat penelitian.
Sifat penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sifat penelitian deskriptif
analistis, yaitu penelitian dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti
mungkin yang dapat membantu dalam memperkuat teori-teori yang dipergunakan.
3. Jenis Data.
Data Primer
Dalam penelitian ini data yang digunakan sebagai bahan penulisan adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka atau
literatur yang terdiri dari bahan primer dan bahan sekunder.
4. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan kualitatif untuk menemukan jawaban yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

27

MODUL 1
METODE PENELITIAN

MATERI VII:
ALAT PENGUMPULAN DATA

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2016

28

A. Pengantar
Pada bagian ke-tujuh ini mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan mengenai
alat-alat atau cara-cara yang dapat dipergunakan di dalam penelitian untuk
mengumpulkan data penelitian. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kelebihan
dan kelemahan masing-masing alat atau cara pengumpulan data, sehingga mahasiswa
mampu memilih mana cara yang paling tepat yang dapat dipergunakan untuk
mengumpulkan data penelitian berkaitan dengan penelitian yang sedang dibuatnya.
B. Materi Belajar
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah, maka diperlukan alat-alat pengumpulan data.
Adapun, alat-alat pengumpulan data tersebut adalah:
1. Studi dokumen (bahan pustaka)
Pengumpulan data yg dilakukan melalui data tertulis. Mengadakan penelahaan
bahan pustaka secara mendalam dan luas merupakan suatu kegiatan yang
integral dalam penelitian. Akan tetapi bukan berarti bahwa penelahaan bahan
pustaka merupakan satu-satunya pekerjaan penelitian. Bahan pustaka perlu
ditelaah agar diperoleh bahan teoritis dan konsepsional.
2. Pengamatan (observasi)
Didalam melakukan kegiatan ilmiah seperti penelitian, pengamatan atau
observasi merupakan salah satu sarana pengumpulan data yang tertua. Sejak
zaman dahulu para ahli filsafat melakukan pengamatan terhadap masyarakat.
Astronom juga melakukan pengamatan tertentu terhadap bintang-bintang.
Demikian juga para penyayang binatang. Ciri pengamatan:
1. Pengamatan mencakup seluruh konteks sosial alamiah dari perilaku manusia
yang nyata.
2. menangkap gejala atau peristiwa yang penting, yang mempengaruhi
hubungan sosial antara orang-orang yang diamati perilakunya.
3. menentukan apakah yang disebut sebagai kenyataan dari sudut pandangan
hidup atau falsafah hidup dari pihak-pihak yang diamati
4. mengidentifikasikan keteraturan perilaku atau pola-pola
Adapun tujuan dari pengamatan tersebut pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.
mendapatkan data yang menyeluruh dari perilaku manusia atau
masyarakat.
2.
mendapatkan deskripsi yg relatif lengkap mengenai kehidupan sosial /
salah satu aspeknya.
3.
mengadakan eksplorasi.
4.
untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai perilaku
manusia dan kelompoknya.
Prosedur pengamatan (observasi) dapat dikategorikan kepada dua kategori yaitu:
1. Pengamatan terlibat, dikatakan pengamatan terlibat adalah apabila peneliti
menjadi bagian dari obyek yang ditelitinya tersebut.

29

2. Pengamatan tidak terlibat, dikatakan pengamatan tidak terlibat apabila
peneliti hanya mengamati obyek penelitian tersebut dan tidak masuk
menjadi bagian di dalam obyek penelitian tersebut.
Dalam memilih pengamatan atau observasi sebagai alat pengumpulan data,
harus diperhitungkan beberapa faktor, yakni:
1. Masalah yang akan diteliti atau diamati
2. Ketrampilan pengamat di dalam melakukan pekerjaannya
3. Karakteristik pihak yang diamati seperti ekonomi, politik, kebudayaan, dll.
Pengamatan akan berjalan lancar apabila tidak ada halangan-halangan yang
berasal dari pengamat maupun yang diamati. Ada beberapa ciri-ciri dari pihak
yang diamati yang perlu diperhitungkan oleh peneliti, seperti:
1. Faktor pekerjaan
2. Faktor ekonomis
3. Faktor politis dan hukum
4. Faktor kebudayaan
5. Faktor normatif
Untuk keadaan di Indonesia, kadang – kadang perlu diperhatikan hal – hal lain,
misalnya:
1. Adanya persaingan antara suku – suku bangsa tertentu
2. Kemungkinan bahwa salah satu suku bangsa memaksakan unsur
kebudayaan atau unsur – unsur agamanya pada suku bangsa yang lain
3. Ada suku bangsa yang berusaha untuk mendominasi suku bangsa lain secara
politis
4. Adanya konflik yang bersifat tradisional.
3.

Wawancara (interview)
Wawancara dipergunakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. memperoleh data mengenai persepsi manusia
2. mendapat data mengenai kepercayaan manusia
3. mengumpulkan data mengenai perasaan dan motivasi seseorang
4. memperoleh data mengenai antisipasi atau orientasi masa depan manusia
5. memperoleh informasi mengenai perilaku pada masa lampau
6. mendapatkan data mengenai perilaku yang sifatnya sangat pribadi atau sensitif.
Adapun ciri pokok dari wawancara itu adalah:
1. Di dalam wawancara diperlakukan perilaku yang senantiasa saling
menyesuaikan diri terutama dari pewawancara.
2. Wawancara sangat berguna untuk memperoleh data perihal sikap, perasaan,
pikiran, kepercayaan, dan lain-lain.
3. Wawancara memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mempergunakan
berbagai tipe pertanyaan.
4. Perluasan ruang lingkup dimungkinkan dalam wawancara.
5. Kadang-kadang pewawancara harus dilengkapi dengan data apabila yang
diwawancarai pada saat tertentu menghendaki data tersebut.
Keuntungan:
c.
Memungkinkan peneliti utk mendapatkan keterangan lebih cepat.

30

d.
e.

Kayakinan bahwa penafsiran responden adalah tepat
Pembatasan dapat dilakukan secara langsung apabila jawaban yg
diberikan melewati batas ruang lingkup masalah yg diteliti,
f.
Kebenaran jawaban dapat diperiksa secara langsung.
Kelemahan:
a.
Kadang sulit utk mengetahui apabila responden tdk memberikan informasi yg
sebenarnya.
b.
Kadang sulit utk menjadi pewawancara & pencatat sekaligus.
c.
Seringkali memakan waktu lama.
d.
Sulit utk mengikuti kehendak para responden yg berbeda sifat & perilakunya.
Dalam wawancara dipergunakan suatu pedoman wawancara yang berisikan pokokpokok yang diperlukan untuk wawancara.
Wawancara memerlukan beberapa syarat ilmiah, yakni:
1. Sebelum wawancara dilakukan, pewawancara sudah harus tau hal-hal apa yang
nantinya akan ditanyakan. Pewawancara tidak boleh mengarang-ngarang
pertanyaan seadanya.
2. Sebagai pendahuluan dari wawancara yang sebenarnya, pewawancara harus
terlebih dahulu menciptakan hubungan baik. Hal ini penting untuk
menghilangkan kecemasan interviewee, memberikan jaminan bahwa jawabanjawabannya tidak akan menimbulkan konsekwensi yang merugikan dirinya
sehingga membangkitkan keinginan kerjasama.
3. Selama wawancara berlangsung, pewawancara harus waspada dalam menemui
saat kritis dimana mungkin interviewee menemui kesulitan untuk menjawab
karena menyangkut pribadi atau mengancam dirinya.
4. Penutup wawancara harus diusahakan agar interviewee tidak merasa habis manis
sepah dibuang.
Tipe wawancara:
1. Wawancara tidak terarah
2. Wawancara terarah
3. Wawancara berfokus
4. Wawancara mendalam

4. Kuisioner
Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang dibuat oleh peneliti lalu kemudian
disebarkan kepada responden dimana hasil jawaban responden akan diolah untuk
mendukung data penelitian.
Kuisioner seringkali dipergunakan untuk mengumpulkan data perihal masyarakat
atau golongan-golongan tertentu, kepercayaan, pendapat, pola perilaku dari
masyarakat. Suatu kuisioner direncanakan dan dipergunakan untuk memperoleh
atau mengumpulkan data dari populasi yang luas, atau yang mempunyai beraneka
ragam corak dari kelompok atau golongan masyarakat. Dengan memperoleh suatu

31

gambaran melalui pengunaan kuisioner maka peneliti dapat memperoleh
pengetahuan yang mendalam mengenai hal yang ditelitinya tersebut.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa penggunaan kuisioner mempunyai dua
fungsi utama:
1. Untuk mendapatkan deskripsi mengenai suatu gejala (atau beberapa gejala).
2. Untuk kepentingan pengukuran dari berbagai variabel dari individu / kelompok.
Tidak jarang peneliti menghadapi berbagai masalah, seperti:
1. konstruksi kuisioner yang akan dipergunakan.
2. bahasa yang akan dipergunakan
3. kerangka acuan
4. urutan pertanyaan
5. panjang pendeknya kuisioner
Peneliti harus sebanyak mungkin menghindari bahasa yang terlalu mengarah pada
jawaban tertentu seperti ya dan tidak. Contohnya:
“Menurut pendapat saudara bukankah perbuatan melanggar hukum merupakan
perilaku yang menyeleweng?”
Jawabannya adalah cenderung “YA”
Kecuali itu, maka dianjurkan untuk mempergunakan kalimat yang mempunyai arti
sekhusus mungkin. Bandingkan contoh di bawah:
“Berapakah usia bapak/ibu/saudara?”
“Berapakah usia bapak/ibu/saudara pada hari ulang tahun yang terakhir.”
Keuntungan:
1. Lebih mudah membuat score
2. responden tidak perlu menulis atau mengisi dengan tulisan pada daftar
pertanyaan tersebut
3. lebih cepat pengisian
Kekurangan:
1. Adakalanya peneliti tidak mempunyai kemampuan untuk merumuskan semua
alternatif yang ada
2. Responden kadang mengisi sembarangan.
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Panjang pendek daftar pertanyaan membuat kecenderungan pada pengisian dari
responden.
2. Isi pertanyaan. Responden kadang enggan untuk menjawab pertanyaan yang
bersifat pribadi atau sensitif
3. Anonimitas. Responden cenderung ingin identitasnya tidak diketahui
4. Faktor-faktor lain seperti taraf pendidikan responden, status sosial ekonomi
responden, latar belakang etnik.
Survey pada umumnya dapat dilakukan apabila tujuan penelitian adalah:
1.
mendapatkan pengetahuan tentang gejala hukum tertentu.

32

2.

memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu gejala hukum
tertentu.
3.
mendapatkan keterangan tentang frekuensi peristiwa hukum tertentu.
4.
memperoleh data mengenai hubungan antara suatu gejala hukum dengan gejala
lain.
5.
menguji hipotesa.

MODUL 1
METODE PENELITIAN

MATERI VIII:
ABSTRAK & TEKNIK KUTIPAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2016

33

A. Pengantar
Bagian penting di dalam karya ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi dan tulisan pada
sebuah jurnal adalah abstrak. Dapat dikatakan Abstrak adalah intisari dari karya tulis
ilmiah. Kemudian, di dalam pembuatan penelitian atau karya ilmiah, seorang peneliti
atau penulis tentu akan menggunakan bahan literatur sebagai referensi atau acuan
tulisan yang akan memperkuat tulisan yang dibuat, oleh karenanya mahasiswa harus
pula mengetahui aturan-aturan di dalam mengutip karya ilmiah orang lain sebagai
bahan acuan di dalam penulisan atau penelitian yang sedang dikerjakannya. Oleh
karena itu pada materi ke-delapan ini mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan abstrak dan hal-hal yang berkaitan dengan
teknik atau ketentuan pengutipan karya ilmiah.
B. Materi Belajar
1. Abstrak
Dalam penulisan skripsi, maka mahasiswa wajib menyertakan abstrak di dalam
skripsinya tersebut. Dapat dikatakan abstrak merupakan intisari dari sebuah skripsi.
Karena dengan hanya melihat abstrak, pembaca dapat mengetahui judul skripsi,
permasalahan yang dibahas, metode penulisannya, sampai kepada berapa jumlah
halama skripsi dan berapa jumlah literatur atau buku yang dipergunakan penulis
sebagai sumber referensinya. Dapat disimpulkan bahwa isi abstrak pada umumnya
adalah terdiri dari:
1. latar belakang penulisan skripsi atau alasan penulisan dan tujuan penelitian
2. masalah pokok
3. hasil penelitian
4. kesimpulan atau informasi lain.
Syarat teknis yang perlu diperhatikan dalam penulisan abstrak adalah sebagai
berikut:
1. Diketik rapi pada kertas kuarto.
2. Jumlah halaman dianjurkan hanya satu, maksimal dua halaman.
3. Jarak antar baris adalah satu spasi
2. Kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat atau
ucapan orang lain yang terdapat pada buku, majalah, peraturan perundang-undangan,
makalah, dan lain-lain. Untuk itu penulis harus memperhatikan prinsip-prinsip
mengutip, yaitu:
1) Tidak mengadakan perubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu
mengadakan pengubahan, maka seorang penulis harus memberi keterangan bahwa
kutipan tersebut telah diubah. Caranya dengan memberi huruf tebal atau memberi
keterangan dengan tanda kurung segi empat, seperti gambar berikut  [ ]

34

2)

Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda
[sic!] langsung di belakang kata yang salah. Hal itu berarti bahwa kesalahan ada
pada naskah asli dan penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan tersebut.
3) Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itu dinyatakan
dengan cara membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik). Penghilangan
bagian kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan makna asli naskah yang
dikutip.
Maca