Strategi Pembelajaran Kontekstual id. doc

Strategi Pembelajaran Kontekstual
Judul: Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual
Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum.
Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia yang semakin terpuruk
dengan fenomena lulusan yang kurang qualified, pemerintah telah merumuskan
kurikulum berbasis kompetensi. Pada tahun 2004 ini, pemerintah akan menerapkan
kurikulum berbasis kompetensi secara serentak di sekolah-sekolah setelah melalui uji
coba sejak tahun 2001 di beberapa sekolah tertentu.
KBK memiliki konsep pendekatan pembelajaran yang berbeda dengan kurikulum 1994,
yaitu berbasis kompetensi dimana fokus program sekolah adalah pada siswa serta apa
yang akan dikerjakan oleh mereka dengan memperhatikan kecakapan hidup (life skill)
dan pembelajaran kontekstual. Dalam pengembangannya, seluruh elemen sekolah
dan masyarakat perlu terlibat secara langsung, antara lain kepala sekolah, komite
sekolah, guru, karyawan, orang tua siswa serta siswa.
Sebuah kurikulum tidak hanya sekedar instruksi pembelajaran yang disusun oleh
pemerintah untuk diterapkan di sekolah masing-masing. Sinclair (2003) menegaskan
bahwa kurikulum yang baik adalah yang memberi keleluasaan bagi sekolah untuk
mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik sesuai tuntutan
lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, sekolah memiliki wewenang penuh dalam
mengimplementasikan KBK dalam proses belajar mengajar.

Salah satu unsur terpenting dalam penerapan KBK sangat tergantung pada
pemahaman guru untuk menerapkan strategi pembelajaran kontekstual di dalam kelas.
Akan tetapi, fenomena yang ada menunjukkan sedikitnya pemahaman guru mengenai
strategi ini. Oleh karena itu diperlukan suatu model pengajaran dengan menggunakan
pembelajaran kontekstual yang mudah dipahami dan diterapkan di kelas secara
sederhana.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang
menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait
dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan yang atau peristiwa yang akan
terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi,
transfer imu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan
masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, guru dapat menggunakan strategi
pembelajaran kontekstual dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu: memberikan
kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa, lebih
mengaktifkan siswa dan guru, mendorong berkembangnya kemampuan baru,
menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat.
Melalui pembelajaran ini, siswa menjadi lebih responsif dalam menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan di kehidupan nyata sehingga memiliki motivasi tinggi
untuk belajar.

Beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru melalui
pembelajaran kontekstual, antara lain:
1. Pembelajaran berbasis masalah
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, siswa terlebih dahulu
diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian siswa
diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas
guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang
ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi,
dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.

2. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan
siswa antara lain di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan yang diberikan
oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas. Misalnya,
siswa keluar dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara.
Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang
dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa
dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan
materi pembelajaran.
3.


Memberikan

aktivitas

kelompok

Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun
kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun
kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan
penugasan.
4. Membuat aktivitas belajar mandiri
Peserta didik tersebut mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi
dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya, siswa
harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan
strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka
peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih
dahulu; menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta berusaha tanpa
meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri
(independent learning).

5. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian
khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan
pengalaman belajar secara langsung dimana siswa dapat termotivasi untuk
mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja sama juga dapat dilakukan dengan institusi
atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja. Misalnya meminta
siswa untuk magang di tempat kerja.
6.

Menerapkan

penilaian

autentik

Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk
menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi
nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (2002: 165), penilaian autentik
memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka
pelajari selama proses belajar-mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat

digunakan oleh guru adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan
tertulis.
Portfolio merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan siswa dalam konteks belajar di
kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut supaya
lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar. Selain itu, portfolio juga
memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berkembang serta memotivasi siswa.
Penilaian ini tidak perlu mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses
siswa sebagai pembelajar aktif. Sebagai contoh, siswa diminta untuk melakukan
survey mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya.
Tugas kelompok dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan proyek.
Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi
perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa. Isi dari proyek

akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini dapat
meningkatkan partisipasi siswa. Sebagai contoh, siswa diminta membentuk kelompok
proyek untuk menyelidiki penyebab pencemaran sungai di lingkungan siswa.
Dalam penilaian melalui demonstrasi, siswa diminta menampilkan hasil penugasan
kepada orang lain mengenai kompetensi yang telah mereka kuasai. Para penonton
dapat memberikan evaluasi pertunjukkan siswa. Sebagai contoh, siswa diminta
membentuk kelompok untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam

pertunjukan drama.
Bentuk penilaian yang terakhir adalah laporan tertulis. Bentuk laporan tertulis dapat
berupa surat, petunjuk pelatihan teknis, brosur, essai penelitian, essai singkat.
Menurut Brooks&Brooks dalam Johnson (2002: 172), bentuk penilaian seperti ini lebih
baik dari pada menghafalkan teks, siswa dituntut untuk menggunakan ketrampilan
berpikir yang lebih tinggi agar dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penjabaran yang telah dikemukakan diatas, kurikulum berbasis
kompetensi perlu dikembangkan supaya dapat diterapkan secara efektif di dalam
proses belajar mengajar. Guru sebagai pelaksana kurikulum dapat menerapkan
strategi pembelajaran kontekstual supaya dapat memberikan bentuk pengalaman
belajar. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memiliki kecakapan untuk
memecahkan permasalahan hidup sesuai dengan kegiatan belajar yang mengarahkan
siswa untuk terlibat secara langsung dalam konteks rumah, masyarakat maupun
tempat kerja.
Keberhasilan penerapan pembelajaran kontekstual perlu melibatkan berbagai pihak.
Dalam hal ini, penulis menyarankan supaya pihak sekolah dan masyarakat memiliki
kesadaran akan pentingnya beberapa hal, yaitu:sumber belajar tidak hanya berasal
dari buku dan guru, melainkan juga dari lingkungan sekitar baik di rumah maupun di
masyarakat; strategi pembelajaran kontekstual memiliki banyak variasi sehingga

memungkinkan guru untuk mengembangkan model pembelajaran yang berbeda
dengan keajegan yang ada; pihak sekolah dan masyarakat perlu memberikan
dukungan baik materiil maupun non-materiil untuk menunjang keberhasilan proses
belajar siswa.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN yang EFEKTIF
EXAMPLES NON EXAMPLES
CONTOH DAPAT DARI KASUS/GAMBAR YANG RELEVAN DENGAN KD
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat
pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang
ingin dicapai
7. Kesimpulan

PICTURE AND PICTURE

Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambargambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman
NUMBERED HEADS TOGETHER (KEPALA BERNOMOR)
(SPENCER KAGAN, 1992)
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan

COOPERATIVE SCRIPT (DANSEREAU CS., 1985)
Skrip kooperatif :
metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan,
bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide
pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
1.
o Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
o

Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya

2. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta

lakukan seperti diatas.
3. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
4. Penutup

KEPALA BERNOMOR STRUKTUR (MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS)
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang
berangkai
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa
nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
1. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain.
Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau
mencocokkan hasil kerja sama mereka
2. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
3. Kesimpulan
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TIM SISWA KELOMPOK PRESTASI
(SLAVIN, 1995)
Langkah-langkah :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua
anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu
5. Memberi evaluasi
6. Kesimpulan
JIGSAW (MODEL TIM AHLI) (ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978)
Langkah-langkah :
1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) (PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH)
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat
pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis,
pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka
dan proses-proses yang mereka gunakan
ARTIKULASI
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari
guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti
peran. Begitu juga kelompok lainnya
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan
teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup
MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat
di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi
perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru
MAKE – A MATCH
(MENCARI PASANGAN)
(Lorna Curran, 1994)
Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk
sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal
jawaban)
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin

6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya
7. Demikian seterusnya
8. Kesimpulan/penutup
THINK PAIR AND SHARE
(FRANK LYMAN, 1985)
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan
7. Penutup
8.
DEBATE
Langkah-langkah :
1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok
diatas
3. Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk
berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap
pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
ROLE PLAYING
Langkah-langkah :
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum
KBM
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan
6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang
diperagakan

7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas
penampilan masing-masing kelompok.
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
11. Penutup
GROUP INVESTIGATION
(SHARAN, 1992)
Langkah-langkah :
1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas
yang berbeda dari kelompok lain
4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat
penemuan
5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok
6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7. Evaluasi
8. Penutup
TALKING STICK
Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.
3. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup
bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru
5. Guru memberikan kesimpulan
6. Evaluasi
7. Penutup

BERTUKAR PASANGAN
Langkah-langkah :
1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih
sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.

4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan
semula.
SNOWBALL THROWING
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup
STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui
bagan/peta konsep.
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan
dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya
disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi
tanda silang (x)
6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak
horay … atau yel-yel lainnya
7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh

8. Penutup
DEMONSTRATION
(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah
disiapkan.
5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.
6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan.
7. Guru membuat kesimpulan.
EXPLICIT INTRUCTION
(PENGAJARAN LANGSUNG)
(ROSENSHINA & STEVENS, 1986)
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah
Langkah-langkah :
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
COOPERATIVE INTEGRATED READING
AND COMPOSITION (CIRC)
KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS
(STEVEN & SLAVIN, 1995)
Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan
terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup
INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE
(LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)
OLEH SPENCER KAGAN
“Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda
dengan singkat dan teratur”
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam

3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di
lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian
seterusnya
TEBAK KATA
MEDIA :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada
jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini
nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
1. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya
tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
2. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya
sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat
bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
3. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila
belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal
jangan langsung memberi jawabannya.
4. Dan seterusnya
CONTOH KARTU
Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas
Dimiliki oleh 1 orang
Struktur organisasinya tidak resmi
Bila untung dimiliki,diambil sendiri
NAH … SIAPA … AKU ?
JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN
WORD SQUARE
MEDIA :
* Buat kotak sesuai keperluan
* Buat soal sesuai TPK
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
3. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak

SCRAMBLE
MEDIA :
1. Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
2. Buat jawaban yang diacak hurufnya

Langkah-langkah :
1. Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
2. Membagikan lembar kerja sesuai contoh

TAKE AND GIVE
MEDIA :
1. Kartu ukuran ± 10×15 cm sejumlah peserta tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda
dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan TPK
2. Kartu contoh sejumlah siswa
Langkah-langkah :
1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya
2. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
3. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu kartu
untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap
siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh.

5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi
masing-masing (take and give).
6. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai
dengan kartunya (kartu orang lain).
7. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
8. Kesimpulan

CONSEPT SENTENCE
Langkah-langkah :
?
Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai.
l
Guru menyajikan materi secukupnya.
l
Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.
l
Guru Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
l
Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata
kunci setiap kalimat.
l
Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh Guru.
l
Kesimpulan.
COMPLETTE SENTENCE
Media : Siapkan blangko isian berupa paragraf
yang kalimatnya belum lengkap
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau
modul dengan waktu secukupnya
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat
contoh).

5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Siswa berdiskusi secara berkelompok
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca
sampai mengerti atau hapal
8. Kesimpulan

TIME TOKEN
ARENDS 1998
Struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari
siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali
Langkah-langkah :
1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah
nilai sesuai waktu yang digunakan.
3. Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap bebicara satu
kupon.
4. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon
harus bicara sampai kuponnya habis.
5. Dan seterusnya

PAIR CHEKS
SPENCER KAGEN
1993
APA YANG DILAKUKAN?
l
BEKERJA BERPASANGAN
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan
soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih
l
PELATIH MENGECEK
Apabila patner benar pelatih memberi kupon
l
BERTUKAR PERAN
Seluruh patner bertukar peran dan mengurangi langkah 1 – 3
l
PASANGAN MENGECEK
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban
l
PENEGASAN GURU
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep
KELILING KELOMPOK
Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan
kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya
Caranya………….?
1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan
pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
3. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau
dari kiri ke kanan

TARI BAMBU
Agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dalam waktu singkat secara teratur strategi ini cocok untuk materi yang
membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa

Caranya?
Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada
cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di
sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok
karena diperlukan waktu relatif singkat.
1. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
2. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
3. Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung
lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing
siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus
sesuai dengan kebutuhan

DUA TINGGAL DUA TAMU
(TWO STAY TWO STRAY)
SPENCER KAGAN 1992
MEMBERI KESEMPATAN KEPADA KELOMPOK UNTUK MEMBAGIKAN HASIL DAN INFORMASI
DENGAN KELOMPOK LAINNYA.
Caranya :
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang
2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang
lain
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi ke tamu mereka
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

Artikel Yang Berhubungan
Management Pendidikan
 Prosedur Verifikasi dan Validasi NUPTK Secara Online
 Pedoman Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pembelajaran 2013/2014


Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA



POS UN Tahun Pelajaran 2012/2013



POS dan Kisi – Kisi UAMBN PAI Dan Bahasa Arab Tingkat MI, MTs, Dan MA
Tahun 2013



Bahan Uji Publik Kurikulum 2013



Kisi-Kisi Ujian Nasional 2013



Pedoman Pembuatan Kisi-Kisi Soal



Format Supervisi



Format Remidi dan Pengayaan



Format Rancangan Penilaian



Pedoman Penetapan KKM



Kode Etik Guru Indonesia



Kompetensi Kepala Sekolah



KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAH



Strategi Pembelajaran Kontekstual



MANAJEMEN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF

RANCANGAN PENILAIAN HASIL BELAJAR
TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Kelas/Semester

: ……….............…/…………….....

Mata Pelajaran

: ……………………………...........

A. Aspek yang dinilai

: Kognitif (pengetahuan)
Psikomotorik (ketrampilan gerak)
Afektif (minat, sikap)

B. Jenis Penilaian

: Tugas, Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah

Semester (UTS),
dan Ulangan Akhir Semester (UAS)
C. Frekuensi Penilaian

D. Bobot

: Tugas

: ........ kali

Ulangan Harian

: ........ kali

UTS

: 1 kali

UAS

: 1 kali

: Tugas
Ulangan Harian

:1
:1

UTS

:1

UAS

:1

E. Rata-rata penilaian Kelas

: (rata-rata skor Tugas + rata-rata skor UH)

2
F. Rumus Nilai Raport

: 2 (R.NHT) + UTS + UAS
4

G. Ketuntasan Belajar Minimal (KKM) : ..............

Keterangan :
R.NHT = Rata-rata Ulangan Harian dan Tugas

Mengetahui,
Pamekasan, ......................................
Kepala Madrasah

Guru Mata Pelajaran,

AKH. FAKIH, S.Ag, M.Pd
AKHMAD FAUZI, SHI
Artikel Yang Berhubungan
Management Pendidikan



Prosedur Verifikasi dan Validasi NUPTK Secara Online
Pedoman Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pembelajaran 2013/2014



Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA



POS UN Tahun Pelajaran 2012/2013



POS dan Kisi – Kisi UAMBN PAI Dan Bahasa Arab Tingkat MI, MTs, Dan MA
Tahun 2013



Bahan Uji Publik Kurikulum 2013



Kisi-Kisi Ujian Nasional 2013



Pedoman Pembuatan Kisi-Kisi Soal



Model Pembelajaran Efektif



Format Supervisi



Format Remidi dan Pengayaan



Pedoman Penetapan KKM



Kode Etik Guru Indonesia



Kompetensi Kepala Sekolah



KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAH



Strategi Pembelajaran Kontekstual



MANAJEMEN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF

Minggu, 09 Desember 2012 18:46
Tweet
Menyesuaikan perubahan kurikulum 2013 mendatang, bentuk laporan hasil belajar siswa
(raport)
akan
berubah
mengikuti
perkembangan
yang
ada.
Hal ini disampaikan M Nuh, Mendikbud, di Hotel Garden Palace Surabaya, Minggu
(9/12/2012). Menurutnya bentuk perubahan itu akan disesuaikan dengan kompetensi siswa.
Kompetensi siswa tersebut berupa sikap, ketrampilan dan pengetahuan. "Tiga masalah itu
yang akan di jalani siswa dan mendapat nilai sebagai bahan laporan nilai," katanya, ketika
membuka
uji
publik
kurikulum
2013.
Dari tiga masalah tersebut akan menyangkut lima hal masing masing pengamatan,
pertanyaan, daya nalar, percobaan, dan jejaring individu. Dari tiga pengembangan diri inilah
guru
akan
bisa
memberikan
nilai
kepada
siswanya.
Jadi intinya nilai raport siswa nanti tak akan sama lagi dengan yang ada sekarang ini.Kalao
sekarang ini nilai hanya berdasar pada nilai kognitif siswa sedangkan mulai 2013 akan
berdasar
pada
aspek
aspek
tersebut.
M Nuh mengatakan tidak semua jenjang kelas mengalami perubahan raport siswa. Namun
perubahan ini hanya berlaku untuk siswa kelas I,IV,VII dan X. Artinya jenjang kelas di luar
itu
tetap
akan
memakai
pola
lama.

Hanya untuk model penilaian ini nanti diharapkan tak membuat guru, siswa dan orang tua
cemas. Sebab Kemendikbud telah menyiapkan buku pegangan bagi siswa dan guru. Artinya
panduan untuk penilaian tersebut sudah disiapkan dari pusat.(red)

Terkait dengan akan dilaksanakannya Kurikulum Baru pada 2013 (Kurikulum
2013), pemerintah melakukan perombakan yang cukup besar terhadap Standar
Nasional Pendidikan, di antaranya dengan meniadakan Ujian Nasional (UN)
Tingkat Sekolah Dasar (SD) dan sederajat (MI/SDLB), dan pelaksanaan Kurikulum
Baru yang berbasis kompetensi secara bertahap hingga 7 (tujuh) tahun
mendatang.
Ketentuan itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan yang telah ditandatangani oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada 7 Mei 2013 lalu.
Dalam PP ini dijelaskan, lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi Standar Isi,
Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. “Standar Nasional Pendidikan
digunakan sebagai acuan Pengembangan kurikulum untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional,” bunyi Pasal 2 Ayat (1a) PP tersebut.
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan Pengembangan Standar
Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar
Pembiayaan. “Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri,” bunyi Pasal 5 Ayat (4). Pada
PP terdahulu tidak ada kata-kata BSNP.
Menyangkut Materi Pendidikan sebagai bagian dari Standar Isi dalam Standar
Nasional Pendidikan, PP ini menegaskan bahwa ruang lingkup materi
dirumuskan berdasarkan kriteria: a. Muatan wajib yang ditetapkan dalam
ketentuan perundang-undangan; b. Konsep keilmuan; dan c. Karakteristik satuan
pendidikan dan program pendidikan.
Sementara Tingkat Kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria: a. Tingkat
perkembangan Peserta Didik; b. Kualifikasi Kompetensi Indonesia; dan c.
Pengusaan Kompetensi yang berjenjang.
PP ini secara tegas menghapus Ketentuan Pasal 6 sampai dengan Pasal 18
pada PP No. 19 Tahun 2005 yang di antaranya berisi tentang: a.
Pengelompokan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
(misalnya agama, kewarganeraan, pendidikan jasmani, dsb); b. Pengaturan
kurikulum untuk agama, ilmu pengetahuan dan tehnologi; c. Ketentuan

mengenai beban belajar; d. Pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan lokal;
dan e. Pengembangan kurikulum pada masing-masing satuan pendidikan.
Menyangkut pengadaan Buk Teks Pelajaran, Pasal 43 Ayat (5a) Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 ini menegaskan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan akan menetapkan buku tersebut sebagai sumber utama belajar dan
Pembelajaran setelah ditelaah dan/atau dinilai oleh BSNP atau tim yang dibentuk
oleh Menteri.
Hapus UN SD
Hal penting lain dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 ini adalah
menyangkut ketentuan penilaian hasil belajar. PP ini hanya menegaskan bahwa
penilaian hasil belajar digunakan untuk: a. Menilai pencapaian Kompetensi
Peserta Didik; b. Bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan c.
Memperbaiki proses pembelajaran. “Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian
hasil belajar oleh pendidikan diatur dengan Peraturan Menteri,” bunyi Pasal 64
Ayat (2e) PP No. 32/2013 ini.
Adapun ketentuan mengenai penilaian pada mata pelajaran Agama, Ahlak Mulia,
Kewarga Negara, Ilmu Pengetahuan, Estetika, Jasmani dan Olahraga, serta
Kesehatan yang tertuang dalam Pasal 64 Ayat (3,4,5,6,dan 7) PP No. 19/2005
dinyatakan dihapus.
Menurut PP ini, Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelanggarakan Ujian
Nasional yang diikuti Peserta Didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal
pendidikan dasar dan menengah, dan jalur nonformal kesetaraan.
“Ujian Nasional untuk satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar
sebagaimana dimaksud, dikecualikan untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang
sederajat,” bunyi Pasal 67 Ayat (1a) PP No. 32/2013 ini.
Pada Pasal 69 PP ini disebutkan, bahwa setiap Peserta Didik jalur pendidikan
formal pendidikan dasar dan menengah dan jalur pendidikan nonformal
kesetaraan berhak mengikuti Ujian Nasional, dan berhak mengulanginya
sepanjang belum dinyatakan lulus, serta kewajiban bagi Peserta Didik untuk
mengikuti satu kali Ujian Nasional tanpa dipungut biaya. Namun pada Ayat (2a)
Pasal 69 PP itu ditegaskan, Peserta Didik SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang
sederajat dikecualikan dari ketentuan mengikuti Ujian Nasional itu.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 ini bahkan secara tegas menghapus
ketentuan Pasal 70 Ayat (1,2) PP No. 19/2005, yang didalamnya disebutkan
mengenai materi Ujian Nasional tingkat SD dan sederajat, yang sebelumnya
mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matemika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Menurut Pasal 72 Ayat (1) PP ini, Peserta Didik dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: a. Menyelesaikan
seluruh program Pembelajaran; b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian

akhir untuk seluruh mata pelajaran; c. Lulus ujian sekolah/madrasah; dan d.
Lulus Ujian Nasional.
Khusus Peserta Didik dari SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat, menurut
Pasal 72 Ayat (1a) PP ini, dinyatakan lulus setelah memenuhi ketentuan pada
Ayat (1) huruf a, b, dan c (tidak ada kata-kata lulus Ujian Nasional, red).
“Kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri,” bunyi Pasal 72 Ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 ini.
Menurut PP ini pula, ketentuan pengecualian Ujian Nasional SD/MI/SDLB atau
bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 Ayat (1a)
berlaku sejak tahun ajaran 2013/2014.
(Pusdatin/ES)