METODE PEMBELAJARAN MATE MATIKA

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata kuliah Teori Belajar Matematika
Dosen: Widodo Winarso, M.PdI
pada Jurusan Matematika
Tahun Akademik 2017

Disusun Oleh :
Kelompok : 9
1. Wulan Marlina (1608105076)
2. Shofantun Nihayah (1608105060)
3. Nur Iban Faturohman (1608105077)

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, sholawat serta salam semoga
dicurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabatnya, dan para
pengikutnya yang selalu taat dan patuh terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasullullah saw
hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, berkat izin

dan pertolongan

dari Allah SWT, kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Teori Belajar Matematika
Pada kesempatan kali ini, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini dan semoga mendapat balasan
pahala yang berlipat ganda dari Allah swt. Amin.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, tidak menutup
kemungkinan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun terhadap penulisan makalah
ini.
Akhirnya kami berharap, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan bisa

dimanfaatkan, khususnya bagi kami dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.
Semoga Allah swt meridhoi atas segala usaha hamba-Nya. Amin.

Cirebon, 6 Februari 2017

Penyusun
Kelompok 9 Tadris Matematika B

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1.

Latar Belakang.......................................................................................................................1


1.2.

Rumusan Masalah..................................................................................................................3

1.3.

Tujuan Pembahasan...............................................................................................................3

BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
2.1.

Pengertian Metode Discovery Learning.................................................................................4

2.2.

Kelemahan dan kelebihan Metode Discovery Learning.........................................................5

2.3.


Langkah-langkah mempersiapkan aplikasi model Discovery Learning.................................7

2.4.

Contoh penerapan dari Metode Discovery Learning..............................................................9

BAB III................................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................................10
3.1

Kesimpulan..........................................................................................................................10

3.2

Saran....................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

2


BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa:“
Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not
presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self”
(Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang
menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
model pembelajaran discovery learning adalah metode mengajar yang mengatur
pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya
belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Penemuan
(discovery) merupkan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran menurut Hosnan (2014: 280). Pada intinya, model discovery learning ini
mengubah kondisi belajar anak yang tadinya pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah
pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi siswa aktif belajar. Mengubah penerimaan

informasi secara keseluruhan dari guru menjadi siswa menemukan informasi sendiri melalui
bimbingan guru.
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Metode
Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif
untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi
bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery
itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind
(Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

1

Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan metode
Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Men
gubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori
siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa
menemukan informasi sendiri.

Bruner dalam (Suherman, 2003:44) mengemukakan bahwa anak-anak (siswa)
berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental yakni: (a) enactive, pada tahap ini anak
dalam belajar menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung; (b) iconic,
menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran
dari obyek-obyek, anak sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari
obyek; dan (c) symbolic, anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak lagi
ada kaitannya dengan obyek-obyek. Teori belajar Bruner ini sangat mendukung dalam
membantu anak-anak (siswa) dalam memahami konsep matematika karena keabstrakannya
dalam usaha meningkatkan penalaran matematis siswa.
Ausubel dalam (Dahar, 2006:94) mengemukakan bahwa belajar diklasifikasikan
dalam dua dimensi, (1) berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang
disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan, (2) bagaimana siswa mengaitkan
informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Selanjutnya dikatakan bahwa
pembelajaran dapat menimbulkan belajar bermakna jika memenuhi prasyarat, yaitu : (1)
Materi yang akan dipelajari melaksanakan belajar bermakna secara potensial, (2) Anak yang
belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna. Kebermaknaan materi pelajaran secara
potensial tergantung dari materi itu memiliki kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang
relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa (Dahar, 2006:99).
Suparno (1997: 45) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelas sudah saatnya untuk meninggalkan atau mengurangi proses pembelajaran dengan

metode ceramah, dimana guru mendominasi bahan yang disampaikan kepada anak didiknya
sedangkan anak didik hanya dipaksa untuk duduk, mendengarkan , dan mencatat.
pembelajaran matematika strategi discovery Learning perlu diterapkan dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.

2

1.2. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan Metode Discovery Learning?
Apa kelemahan dan kelebihan dari Metode Discovery Learning?
Bagaimana persiapan dalam aplikasi model Discovery Learning?
Sebutkan contoh implementasi dari Metode Discovery Learning dalam pembelajaran
matematika di SMA/MA?

1.3. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1.
2.
3.
4.

Mengetahui pengertian Metode Discovery Learning
Mengetahui kelemahan dan kelebihan Metode Discovery Learning
Mengetahui langkah-langkah mempersiapkan aplikasi model Discovery Learning
Mengetahui contoh penerapan dari Metode Discovery Learning

3

BAB II

PEMBAHASAN
1.1. Pengertian Metode Discovery Learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman
struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa ssecara

aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa
didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman
dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk
diri mereka sendiri.
Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip
umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari
piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas.
Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana
murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari
siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian
sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat
perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan
menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat
ekstrapolasi.
Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan
dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk

terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.
Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka
sendiri.

4

Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak
melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan hasil
penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Maier
(Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata
– mata ditemukan oleh siswa sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery
learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan
lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga
bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi.
Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.

1.2.


Kelemahan dan kelebihan Metode Discovery Learning

Kelebihan discovery learning

1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem
solving)
2. Dapat meningkatkan motivasi
3. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa
4. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebab ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir
5. Menimbulakan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan
penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat
6. Melatih siswa belajar mandiri
7. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan
dan proses-proses kognitif
8. Menimbulkan rasa senang pada siswa
9. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri
10. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya

5

11. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasangagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di
dalam situasi diskusi
12. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar
yang baru.
13. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri
14. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri
15. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
16. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.


Kekurangan discovery learning

1. Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya
sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa
dalam belajar. Untuk seorang guru ini bukan pekerjaan yang mudah karena itu guru
memerlukan waktu yang banyak. Dan sering kali guru merasa belum puas kalau tidak
banyak memberi motivasi dan membimbing siswa belajar dengan baik
2. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan
3. Tidak berlaku untuk semua topik
4. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi
5. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya
6. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan
siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama
7. Pengajaran Discovery Learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian
8. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan
yang dikemukakan oleh para siswa. dll

6

1.3. Langkah-langkah mempersiapkan aplikasi model Discovery Learning
Tahap Persiapan dalam Aplikasi Model Discovery Learning Seorang guru bidang
studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas harus melakukan beberapa
persiapan. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner, yaitu:
a)

Menentukan tujuan pembelajaran.

b)

Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar,
dan sebagainya).

c)

Memilih materi pelajaran.

d)

Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contohcontoh generalisasi).

e)

Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas
dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

f)

Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit
ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

g)

Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suciati & Prasetya Irawan
dalam Budiningsih, 2005:50).

Prosedur aplikasi discovery learning
Adapun menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model Discovery Learning
di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar
secara umum adalah sebagai berikut:
a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Pertama-tama pada tahap ini pelajar
dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan
untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri
(Taba dalam Affan, 1990:198). Tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan
persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang
memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.

7

b) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). Setelah dilakukan stimulation
langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).

c) Data collection (pengumpulan data). Ketika eksplorasi berlangsung guru juga
memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah,
2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan
benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya (Djamarah, 2002:22).

d) Data processing (pengolahan data). Menurut Syah (2004:244) data processing
merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa
baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing
disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai
pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan
mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara logis.

e) Verification (pentahkikan/pembuktian). Verification menurut Bruner, bertujuan agar
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,
2005:41).

f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap generalitation/ menarik
kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
8

1.4. Contoh penerapan dari Metode Discovery Learning

Penggunaan metode pembelajaran dalam kegiatan belajar merupakan faktor yang
sangat penting, karena dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat akan
mempengaruhi hasil pembelajaran. Dengan demikian dalam upaya peningkatan hasil belajar
siswa salah satu cara yang dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran discovery
learning. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning pada Materi Peluang di Kelas X SMA
Negeri 7 Banda Aceh” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata hasil belajar
siswa dengan menggunakan metode pembelajaran discovery learning lebih baik daripada
rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Metode
pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan
metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi
lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Sedangkan
metode Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak
melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
pendekatan eksperimen (true experimental design). Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas X SMA Negeri 7 Banda Aceh yang diambil 8 kelas dipilih secara acak sedangkan
sampel yang dipilih yaitu kelas X MIA 1 dan X MIA 3. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan tes dan angket respon siswa. Pengolahan data secara analisis dan kuantitatif.
Kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji-t satu pihak (uji pihak kanan) dengan taraf
signifikan 0,05 derajat kebebasan dk = 62. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan
bahwa rata-rata hasil belajar siswa dengan mengunakan model pembelajara Discovery
Learning lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada materi peluang di kelas
X SMA Negeri 7 Banda Aceh.”

9

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu model pembelajaran
yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Pada pembelajaran penemuan, siswa
didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan
eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsepkonsep bagi diri mereka sendiri.
2. Pembelajaran penemuan memliki beberapa kelebihan. Pembelajaran penemuan
membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk terus bekerja hingga
menemukan jawaban. Siswa melalui pembelajaran penemuan mempunyai kesempatan
untuk berlatih menyelesaikan soal, mempertajam berpikir kritis secara mandiri, karena
mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi.
3. Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya dapat
menghasilkan kesalahan dan membuang-buang waktu, dan tidak semua siswa dapat
melakukan penemuan.
4. Seorang guru bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas
harus melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner,
yaitu:


Menentukan tujuan pembelajaran.



Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar,
dan sebagainya).



Memilih materi pelajaran.



Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contohcontoh generalisasi).



Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan
sebagainya untuk dipelajari siswa.



Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit
ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.



Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suciati & Prasetya Irawan dalam
Budiningsih, 2005:50).

3.2 Saran
Berdasarkan uraian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa implementasi strategi

discovery learning efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika SMA Negeri 7
Banda Aceh, Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang bisa dipaparkan
dari penelitian ini yaitu:
1. Strategi discovery learning sangat membantu mengembangkan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran dan melatih kesiapan siswa dalam menjawab pertanyaan atau soal
latihan yang diajukan dalam kondisi apapun, maka dari itu dalam penggunaan strategi
discovery learning sebaiknya siswa lebih berperan aktif sehingga siswa bisa memahami
materi secara langsung.
2. Pembelajaran menggunakan strategi discovery learning dapat dijadikan salah satu solusi
guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran, hendaknya guru perlu
menciptakan suasana pembelajaran yang lebih bervariasi dan menyenangkan.
3. Siswa lebih termotivasi dan bersemangat karena pada strategi discovery learning menuntut
siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat menemukan sendiri permasalahan yang
diberikan oleh guru.
4. Hendaknya guru memahami karakteristik siswanya karena itu guru dapat mengetahui
kelebihan dan kelemahan siswanya dalam mempelajari materi.

11

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, Suharsimi.2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Budiningsih, C Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Cahyo, N Agus. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan
Terpopuler. Jogjakarta: DIVA press. 7
http://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p=show_detail&id=15748

12

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 STUDI KASUS PENGONTROL SUHU ALIRAN AIR DALAM PIPA DENGAN METODE KONTROL FUZZY LOGIK

28 240 1

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

55 262 32

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62