PERKEMBANGAN DAN AKUNTANSI DI INDONESIA

SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI INDONESIA DAN AKUNTANSI
INTERNASIONAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Seminar Akuntansi
Dosen Pengampu : SUNYOTO, SE. MM.MSA.Ak. CA.

Disusun oleh:
1. Nuri Bisiranawati
2. Putri Siah Hapsari

211131413
211131416

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
STIE WIDYA GAMA LUMAJANG
TAHUN 2014

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Akuntansi Indonesia mengalami pasang surut perkembangan. Ada berbagai

faktor yang mempengaruhi perkembangan akuntansi di Indonesia. Faktor tersebut
antara lain lingkungan politik dan ekonomi serta organisasi profesi.
Seperti diketahui Indonesia telah mengalami perubahan dalam lingkungan politik
dengan ditandai pergantian kepemimpin yang memiliki karakter berbeda. Perbedaan
karakter kepemimpinan ini pada akhirnya akan mempengaruhi model ekonomi
Negara serta mempengaruhi praktik akuntansi.
Secara singkat pada makalah ini mencoba membahas perkembangan praktik
akuntansi di Indonesia. Pembahasan pertama dimulai dengan mengambarkan sejarah
perkembangan akuntansi si Indonesia. Pada bagian berikutnya akan dibahas
perkembangan Akuntansi internasional yang akan dikhususkan pada negara Amerika,
yang mana peneliti menganggap bahwa Amerika merupakan negara maju atau kita
sering disebut Negara Adikuasa.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan akuntansi Indonesia ?
2. Bagaimana perkembangan akuntansi internasional khususnya negara Amerika ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan akuntansi Indonesia
2. Untuk mengetahui perkembangan akuntansi internasional khususnya negara
Amerika
1.4 Manfaat

1. Bagi penulis
Diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan atau referensi makalah
selanjutnya. Hal ini karena tidak ada suatu batasan dalam ilmu pengetahuan
yang semakin hari semakin maju mengikuti perkembangan zaman.
2. Bagi pembaca
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
dalam bidang perkembangan akuntansi.

1.5 Sistematika
Analisis deksripstif digunakan untuk memberi gambaran umum mengenai
demografi responden dalam penelitian dan deskripsi mengenai perkembangan
akuntansi di Indonesia dan akuntansi Internasional.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian
Menurut Hans (2012), Akuntansi adalah suatu sistem informasi
keuangan, yang bertujuan untuk menghasilkan dan melaporkan informasi
yang relevan bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Dalam buku
Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Henry, Akuntansi

(accounting) adalah proses pengukuran aktivitas ekonomi entitas dalam
satuan uang dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang
berkepentingan.

Sedangkan bagi Henry, Akuntansi (accounting) adalah proses
pengidentifikasian, pencatatan, dan pengkomunikasian kejadian-kejadian
ekonomi suatu organisasi (perusahaan ataupun bukan perusahaan) kepada
para pemakai informasi berkepentingan.
Supriyono menjelaskan bahwa pengertian akuntansi keuangan
adalah proses pencatatan dan penggolongan, peringkasan, dan penyajian,
dari transaksi keuangan suatu badan usaha dengan cara yang sistematis,
serta penafsiran terhadap hasilnya dari laporan-laporan yang disajikan oleh
akuntansi. Tujuan akuntansi keuanganadalah sebagai alat pembantu untuk
menjalankan fungsi, alat komunikasi dan pertanggungjawaban dari
manajemen kepada berbagai pihak yang menggunakan laporan keuangan,
sesuai kepentingan masing-masing pemakai.
Disisi lain Farid dan Siswanto dalam Fahmi (2011) menyatakan:
“Laporan keuangan merupakan informasi yang mampu diharapkan mampu
memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi
2.1.2


bersifat finansial”.
Perkembangan Akuntansi
Standard dan praktik akuntansi di setiap Negara merupakan hasil dari
interaksi yang kompleks diantara factor ekonomi, sejarah, kelembagaan,
dan budaya. Dapat diduga akan terjadinya perbedaan antarnegara. faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan akuntansi nasional juga
membantu menjelaskan perbedaan akuntansi antar-bangsa.
Kami meyakini bahwa delapan faktor berikut ini memiliki pengaruh
yang signifikan dalam perkembangan akuntansi. Tujuh faktor pertama
berupa ekonomi, sejarah, sosial, dan/atau kelembagaan dan merupakan
faktor yang sering disebutkan oleh para penulis akuntansi. Akhir-akhir ini,

hubungan antara budaya (faktor kedelapan berikut ini) dan perkembangan
akuntansi mulai digali lebih lanjut.
1. Sumber pendanaan
Di Negara-negara dengan pasar ekuitas yang kuat, akuntansi memiliki
focus atas seberapa baik manajemen menjalankan perusahaan
(profitabilitas), dan dirancang untuk membantu investor menganalisis
arus kas masa depan dan resiko terkait.
2. Sistem Hukum

Sistem hokum menentukan bagaimana

individu

dan

lembaga

berinteraksi
3. Perpajakan
Di kebanyakan Negara, peraturan pajak secara efektif menentukan
standar akuntansi karena perusahaan harus mencatat pendapatan dan
beban dalam akun mereka untuk mengklaimnya dalam keperluan pajak.
Dengan kata lain, pajak keuangan dan pajak akuntansi adalah sama.
4. Ikatan Politik dan Ekonomi
Ide dan teknologi akuntansi dialihkan melalui penaklukan,
perdagangan, dan kekuatan sejenis.
5. Inflasi
Inflasi mengaburkan biaya historis melalui penurunan berlebihan
terhadap nilai-nilai aset dan beban-beban terkait, sementara disisi lain

melakukan peningkatan berlebihan terhadap pendapatan. Negara-negara
dengan inflasi tinggi sering kali menuntut perusahaan-perusahaan
melakukan berbagai perubahan harga kedalam perhitungan keuangan
mereka.
6. Tingkat Perkembangan Ekonomi
Faktor ini mempengaruhi jenis transaksi usaha yang dilaksanakan
dalam suatu perekonomian dan menentukan manakah yang paling
utama. Jenis transaksi menentukan maslaah akuntansi yang dihadapi.

Saat ini, banyak perekonomian industry berubah menjadi perekonomian
jasa.
7. Tingkat Pendidikan
Standar dan praktik akuntansi yang sangat rumit (sophisticated) akan
menjadi tidak berguna jika disalahartikan dan disalahgunakan.
8. Budaya
Di sini budaya berarti nilai-nilai dan perilaku yang dibagi oleh suatu
masyarakat. Variabel budaya mendasari pengaturan kelembagaan di
suatu Negara (seperti sistem hukum). Hofstede mendasari empat
dimensi budaya nasional (nilai sosial) :
(1) individualisme,

(2) jarak kekuasaan,
(3) penghindaran ketidakpastian, dan
(4) maskulinitas.
Secara singkat, Individualisme (versus kolektivisme) merupakan
kecenderungan terhadap suatu tatanan sosial yang tersusun longgar
dibandingkan terhadap tatanan yang tersusun ketat

dan saling

tergantung (saya versus kita). Jarak kekuasaan adalah sejauh mana
hierarki dan pembagian kekuasaan dalam suatu lembaga dan organisasi
secara tidak adil dapat diterima. Penghindaran ketidakpastian adalah
sejauh mana masyarakat tidak merasa nyaman dengan ambiguitas dan
suatu masa depan yang tidak pasti. Maskulinitas (versus feminitas)
adalah sejauh mana peran gender dibedakan serta kinerja dan
pencapaian yang dapat dilihat (nilai-nilai maskulin yang tradisional)
ditekankan daripada hubungan dan perhatian (nilai-nilai feminim yang
tradisional).
2.1.3 Empat Pendekatan terhadap Perkembangan Akuntansi
Klasifikasi awal yang dilakukan adalah yang diusulkan oleh Mueller

pertengahan tahun 1960-an. Ia mengidentifikasikan empat pendekatan

terhadap perkembangan akuntansi di Negara-negara barat dengan sistem
ekonomi berorientasi pasar.
1.

Berdasarkan pendekatan makroekonomi, praktik akuntansi didapatkan
dari dan dirancang untuk meningkatkan tujuan makroekonomi nasional. Tujuan perusahaan umumnya mengikuti dan bukan memimpin

2.

kebijakan nasional.
Berdasarkan pendekatan mikroekonomi, akuntansi berkembang dari
prinsip-prinsip mikroekonomi. Fokusnya terletak pada perusahaan se-

3.

cara individu yang memiliki tujuan untuk bertahan hidup.
Berdasarkan pendekatan disiplin independen, akuntansi berasal dari
praktik bisnis dan berkembang secara ad hoc, dengan perlahan-lahan


4.

dari pertimbangan, coba-coba, dan kesalahan.
Berdasarkan pendekatan yang seragam, akuntansi distandardisasi dan
digunakan sebagai alat untuk kendali administrative oleh Pemerintah
pusat. Keseragaman dalam pengukuran, pengungkapan, dan penyajian
akan memudahkan informasi akuntansi dalam mengendalikan seluruh

jenis bisnis.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Perkembangan Akuntansi Di Indonesia
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri pada era penjajahan
Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995).
Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat
ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan di
Amphioen Sociteyt yang bekedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era
ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry
bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli.
Perusahaan VOC milik Belanda yang merupakan organisasi komersial


utama selama masa penjajahan memainkan peranan penting dlam praktik
bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus 1997).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama
tahun 1800an dan awal tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan
dihapuskannya tanam paksa sehingga pengusaha Belanda banyak yang
menanamkan modalnya di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi
mendorong munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan juru buku yang
terlatih. Akibatnya, fungsi auditing mulai dikenalkan di Indonesia pada
tahun 1907 (Soemarso 1995). Peluang terhadap kebutuhan audit ini
akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan Inggris yang masuk ke
Indonesia untuk membantu kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan
perusahaan maYunus 1990). Internal auditor yang pertama kali datang di
Indonesia adalah J.W Labrijn yang sudah berada di Indonesia pada tahun
1896 dan orang yang pertama melaksanakan pekerjaan audit (menyusun dan
mengontrol pembukuan perusahaan) adalah Van Schage yang dikirim ke
Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan
Akuntan Negara-Government Account Dienst yang terbentuk pada tahun
1915 (Soemarso 1995). Akuntan Publik yang pertama adalah Frese &

Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada tahun 1918. Pendirian
kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan H.Y.
Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting
Accountant Dienst (Soemarso 1995). Pada era penjajahan, tidak ada orang
Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik. Orang Indonesia pertama
yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang diangkat sebagai

pemegang buku paada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September
1929 (Soemarso 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada
tahun 1942-1945, dengan mundurnya Belanda dari Indonesia. Sampai tahun
1947 hanta ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr.
Abutari (Soemarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda masih
digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan
pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda.
Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiki Belanda dan pindahnya orang
orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan
akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997).
Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada
akhirnya berpaling pada praktik akuntansu model Amerika. Namun
demikian, pada era ini praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur
dengan akuntansi model Belanda, terutama yang terjadi di lembaga
pemerintah. Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi yang
menawarkan pendidikan akuntansi seperti pembukaan jurusan akuntansi di
Universitas Indonesia 1952, Institusi Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi
Akuntan Negara-STAN) 1990, Universitas Padjajaran 1961, Universitas
Sumatera Utara 1962, Universitas Airlangga 1962 dan Universitas Gadjah
Mada 1964 (Soemarso 1995) telah mendorong pergantian praktik akuntansi
model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB 2003).
Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem
akuntansi model Amerika (Diga dan Yunus 1997).
Pada pertengahan tahun 1980an, sekelompok tehknorat muncul dan
memiliki kepedulian terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok

tersebut berusaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih kompetitif dan
lebih berorientasi pada pasar dengan dukungan praktik akuntansi yang baik.
Kebijakan kelompok tersebut memperoleh dukungan kuat dari investor
asing dan lembaga lembaga internasional (Rosser 1999). Sebelum perbaikan
pasar modal dan pengenalan reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal
1990an, dalam praktik banya ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis
pembukuan, satu untuk menunjukkan gambaran sebenarnya dari perusahaan
dan untuk dasar pengambilan keputusan, satu untuk menunjukkan hasil
yang positif dengan maksud agar dapat digunakan untuk mengajukan
pinjaman/kredit dari bank domestik dan asing, dan satu lagi yang
menunjukkan hasil negatif (rugi) untuk tujuan pajak (Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas
pelaporan keuangan muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal
pelaporan keuangan yang dapat mempengaruhi kepercayaan dan perilaku
investor. Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta yang
dimiliki oleh tiga yayasan yang dikendalikan presiden Suharto). Bank Duta
go public pda tahun 1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang
jumlah besar (ADB 2003). Bank Duta juga tidak menginformasi semua
informasi kepada Bapepam, auditornya atau underwritternya tentang
masalah tersebut. Celakanya, auditor Bank Duta mengeluarkan opini wajar
tanpa pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia Realty
(pertengahan 1992) dan Barito Pacific Timber (1993). Rosser (1999)
mengatakan bahwa bagi pemerintah Indonesia, kualitas pelaporan keuangan
harus diperbiki jika memang pemerintah menginginkan adanya transformasi

pasar modal dari model “casino” menjadi model yang dapat memobilisasi
aliran investasi jangka panjang.
Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan
berwenang untuk mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan
dengan pelaporan keuangan. Pertama, pada September 1994, pemerintah
melalui IAI mengadopsi seperangkat standar akuntansi keuangan, yang
dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Kedua,
pemerintah bekerjasama dengan Bank Dunia (World Bank) melaksanakan
Proyek Pengembangan Akuntansi yang ditunjukkan untuk mengembangkan
regulasi dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995, pemerintah
membuat berbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam UndangUndang Perseroan Terbatas. Keempat, pada tahun 1995 pemerintah
memasukkan aspek akuntansi/pelaporan keuangan kedalam UndangUndang Pasar Modal (Rosser 1999).
Jatuh nilai rupiah pada tahun 1997 – 1998 makin meningkatkan
tekanan pada pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan.
Sampai awal 1998, kebangkrutan konglomerat, collapsenya sistem
perbankan, meningkatnya inflasi dan pengangguran memaksa pemerintah
bekerja sama dengan IMF dan melakukan negosiasi atas berbagai paket
penyelamat yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini, kesalahan secara tidak
langsung diarahkan pada buruknya praktik akuntansi dan rendahnya kualitas
keterbukaan informasi (transparency). Ringkasan perkembangan praktik
akuntansi di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Faktor Lingkungan dan Praktik Akuntansi
PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN

POLITIK DAN

EKONOMI

AKUNTANSI

SOSIAL
ERA KOLONIAL

Perusahaan Hindia Belanda

Belanda mengenalkan

BELANDA (1595-

(VOC) menguasai

akuntansi di Indonesia

1945):
 Belanda

perdagangan di Indonesia.

Regulasi akuntansi yang

Keterlibatan dan fasilitas

pertama dikeluarkan

pribumi di perdagangan

tahun 1642 oleh

menguasai Jawa
dan kepulauan


dibatasi dengan ketat. Etnis

Gubernur Jendral

lainnya
Islam menjadi

China diberi hak khusus di

Hindia Belanda. Regulasi

agama

bidang perdagangan dan

tersebut mengatur

mayoritas

transportasi air.

administrasi Kas dan
Piutang (Abdoelkadir

ERA SOEKARNO

Dominasi perdagangan oleh

1982)
Akademisi lulusan

(1945-1966):
Indonesia memperoleh

Belanda dan Cina

Amerika mengisi

mendorong munculnya

kekosongan posisi

ketidakadilan di

akuntan dan sistem

masyarakat. Akhirnya,

akuntansi dan auditing

Indonesia memilih

Amerika dikenalkan di

pendekatan sosialis dalam

Indonesia. Baik

pembangunan yang

akuntansi model Belanda

ditandai dengan dominasi

maupun Amerika

peran negara. Tahun 1958,

digunakan secara

semua perusahaan milik

bersama.
Ikatan Akuntan

kemerdekaan.
Kepemimpinan
presiden Soekarno
dekat dengan
Pemerintah China
(RRC). Tahun 1965
terjdi usaha kudeta
oleh komunis yang
berhasil digagalkan dan
Belanda dinasionalisasi dan
mendorong peran

Indonesia didirikan

militer

warga negara Belanda

tahun 1957 untuk

keluar dari Indonesia

memberi pedoman dan
untuk mengkoordinasi

ERA SUHARTO (1966-

Di bawah kepemimpinan

aktivitas akuntan
Terjadi transfer

1998):
Suharto menjadi

Suharto, pembangunan

pengetahuan dan

ekonomi didasarkan pada

keahlian akuntansi

pendekatan kapitalis.

secara langsung dari

Investasi asing didorong

Kantor Pusat

dan tahun 1967

perusahaan asing kepada

dikeluarkan Undang

karyawan Indonesia dan

Undang Penanaman Modal

secra tidak langsung

Asing yang menghasilkan

mempengaruhi

munculnya perusahaan

aaktivitas bisnis.
Tahun 1973, IAI

presiden tahun 1966
engan pendekatan
kebijakan ekonomi dan
politik yang
konservatif.

asing.
Tahun 1997-1998 krisis

mengadopsi seperangkat

Keuangan Asia menimpa

prinsip akuntansi dan

Indonesia dan banyak

standar auditing serta

perusahaan yang bankrut.

frofessinal code of
conduct. Prinsip-prinsip
akuntansi didasarkan
pada pedoman akuntansi
yang dipublikasikan
AICPA tahun 1965.
Standar akuntansi
internasional diadopsi

ERA SETELAH

Indonesia berjuang dari

tahun 1995
Regulasi diperketat

SUHARTO (SETELAH

kesulitan ekonomi dan

untuk memperbaiki

1998) :
Suharto dipaksa

stabilitas sosial.

pengungkapan
informasi.

mengundurkan diri
pada tahun 1998.
2.2.1.1 Periodisasi perkembangan akuntansi di Indonesia
Periodisasi perkembangan akuntansi di Indonesia dapat dibagi atas :
Zaman kolonial dan zaman kemerdekaan.
1. Zaman Kolonial
Zaman VOC
Sebelum bangsa Eropa: Portugis, Spanyol, dan Belanda masuk ke
Indonesia transaksi dagang dilakukan secara barter. Cara ini tidak
melakukan pencatatan. Pada waktu orang –orang Belanda datang ke
Indonesia kurang lebih akhir abad ke-16, mereka datang dengan tujuan
untuk berdagang kemudian mereka membentuk perserikatan Maskapai
Belanda yang dikenal dengan nama Vereenigde Oost Indische
Compagnie (VOC) , yang didirikan pada tahun 1602, sebagai peleburan
dari 14 maskapai yang beroprasi di Hindia Timur. Selanjutnya VOC
membuka cabangnya di Batavia tahun 1619 dan di tempat-tempat lain
di Indonesia. Kemudian dibentuk jabatan Gubernur Jenderal untuk
menangani urusan-urusan VOC. Akhir abad ke-18 VOC mengalami
kemunduran dan akhirnya dibubarkan pada 31 Desember 1799.
Dalam kurun waktu itu, VOC memperoleh hak monopoli
perdagangan rempah-rempah yang dilakukan secara paksa di Indonesia,
dimana jumlah transaksi dagangnya, baik frekuensi maupun nilainya
terus bertambah dari waktu ke waktu. Pada tahun itu bisa dipastikan

Maskapai Belanda telah melakukan pencatatan atas mutasi transaksi
keuangan.
Dalam hubungan itu, Ans Saribanon Sapiie (1980), mengemukakan
bahwa menurut Stible dan Stroomberg, bukti autentik mengenai catatan
pembukuan di Indonesia paling tidak sudah ada menjelang pertengahan
abad ke-17.
Hal itu ditunjukkan dengana adanya sebuah Instruksi Gubernur
Jenderal VOC pada tahun 1642 yang mengharuskan dilakukan
pengurusan pembukuan atas penerimaan uang, pinjaman-pinjaman, dn
jumlah uang yang diperlukan untuk penegeluaran (eksplorasi) garnisungarnisun dan galangan kapal yang ada di Batavia dan Surabaya.
2. Zaman Penjajahan Belanda
Setelah VOC bubar pada tahun 1799, kekuasaannya diambil alih
oleh Kerajaan Belanda, zaman penjajahan Belanda dimulai tahun 18001942. Pada waktu itu, catatan pembukuan menekankan pada mekanisme
debet dan kredit, yang diantara lain dijumpai pada pembukuan
Amphioen Socyteit di Batavia. Amphioen socyteit bergerak dalam
usaha morfin (amphioen) yang merupakan usaha monopoli di Belanda.
Pada abad ke-19 banyak perusahaan Belanda didirikan atau masuk
ke Indonesia dengan membuka cabang atau perwakilan, yang antara
lain sebagai berikut :
a. Deli Maatschaappij (perkebunan)
b. Biliton Maatschaappij (timah)
c. Bataafche Petroleum Maatschaappij (minyak)
d. Koninklijke Paketvaart Maatschaappij (pelayaran nusantara),
setelah dinasionalisasikan oleh pemerintah RI menjadi perusahaan
pelayaran nasional (PELNI)
e. Rotterdamsch Lloyd (maskapai atau agen pelayaran internasional),
setelah dinasionalisasikan menjadi Djakarta Lloyd

f. Koninklijke

Nederlands

Indische

Luhtvaart

Maatschaappij

(penerbangan nusantara), setelah dinasionalisasikan menjadi
g.
h.
i.
j.

Garuda Indonesia Airways
Stoomvart Maatschaappij Nederlands
Firma Ruys of de Oost
Nederlands Handel’s Bank
Algeme Handel’s Bank
Untuk mengangkut hasil produksi perkebunan dan tambang, dibuka

jalan kereta api dari daerah asal menuju ke pelabuhan. Kereta api yang
pertama diadakan pada tahun 1870 yang menghubungkan antara daerah
pedalaman Jawa Tengah dengan Semarang, menyusul dari pedalaman
Jawa Barat ke pelabuhan Tanjung Priok, dari pedalaman Jawa Timur ke
pelabuhan Tanjung perak dan dri pedalaman Sumatra Selatan ke
Palembang. Di samping jalan kereta api juga dibangun dan/atau
ditingkatkan ke jalan darat untuk melancarkan arus produksi
perkebunandan pertambangan ke kota-kota pelabuhan.
Catatan pembukuannya merupakan modifikasi sistem Venesia-Italia,
dan tidak dijumpai adanya kerangka pemikiran konseptual untuk
mengembangkan sistem pencatatan tersebut karena kondisinya sangat
menekankan pada praktik-praktik dagang yang semata-,mata untuk
kepentingan perusahaan Belanda. Sedangkan, segmen bisnis menengah
kebawah dikuasai oleh pedagang keturunan, yaitu : Cina, India, dan
Arab. Sejalan dengan itu, ada kebebasan dalam penyelenggaraan
pembukuan sehingga praktik pembukuannya menggunakan atau
dipengaruhi oleh sistem asal etnis yang bersangkutan.
Hadibroto (1992) mengihtisarkan sistem pembukuan asal etnis
sebagai berikut.
a. Sistem pembukuan Cina, terdiri dari 5 kelompok, yaitu :
 Sistem Hokkian (amoy)

 Sitem Kanton
 Sistem Hokka
 Sistem Tio Tjoe atau sistem Swatow
 Sistem Gaya Baru (New system).
b. Sistem pembukuan India atau Sistem Bombay
c. Sistem pembukuan arab atau Hadramaut.
2.2.1.2 Sekilas Perkembangan Akuntansi Di Indonesia
Pada waktu Indonesia merdeka, ada satu orang akuntan pribumi, yaitu
Prof. Dr. Abutari, sedangkan Prof. Soemardjo baru menyelesaikan
pendidikan akuntannya di negeri Belanda pada tahun 1956. Akuntan
Indonesia pertama yang merupakan lulusan dalam negeri adalah Basuki
Siddharta, Hendra Darmawan, Tan Tong Djoe, dan Go Tien Siem. Mereka
lulus pada pertengahan tahun 1957, keempat akuntan ini bersama dengan
Prof. Soemardjo memprakarsai berdirinya perkumpulan Akuntan Indonesia.
Dengan menyadari keindonesiaannya, mereka berkeyakinan bahwa
tidak mungkin menjadi anggota NIVA (Nederlands Insttitute Van
Accountants). Mereka juga berpendapat bahwa kedua lembaga itu
dipastikan tidak mungkin akan memikirkan perkembangan dan pembinaan
akuntan di Indonesia.
Pada hari kamis tanggal 17 Oktober 1957, kelima akuntan tadi
mengadakan pertemuan di aula Universitas Indonesia (UI) dan bersepakat
untuk mendirikan perkumpulan akuntan Indonesia. Karen pertemuan
tersebut tidak dihadiri semua akuntan yang ada, maka diputuskanlah untuk
membentuk Panitia Persiapan Pendirian Perkumpulan Akuntan Indonesia.
Panitia ini bertugas menghubungi akuntan lainnya untuk menyatakan
pendapat mereka mengenai usulan pendirian perkumpulan akuntan
Indonesia. Dalam panitia itu, Prof. Soemardjo ditunjuk sebagai ketua, Go
Tien Siem sebagai penulis, Basuki Siddharta nsebagai bendahara,
sedangkan Hendra Darmawan dan Tan Tong Djoe sebgai komisaris. Surat

yang dikirimkan pada panitia ke 6 akuntan lainnya memperoleh jawaban
setuju. Perkumpulan yang diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
akhirnya terbentuk pada tanggal 23 Desember 1957, yaitu pada pertemuan
2.2.2

ketiga yang diadakan di aula UI pada pukul 19.30.
Perkembangan Akuntansi Di Amerika Serikat
Di Amerika Serikat , dilakukan pengujian dan analisa pada prinsip dan
teori akuntansi yang berkembang melalui 4 fase yakni :
1. Fase Kontribusi Manajemen (1900-1933)
Pengaruh manajemen dalam pembentukan

prinsip-prinsip

akuntansi muncul dari meningkatnya jumlah pemegang saham dan
peranan ekonomik dominan yang dimainkan oleh korporasi industri
stelah 1900. Penyebaran kepemilikan saham memberi peluang bagi
manajemen untuk mengendalikan bentuk dan isi pengungkapan
akuntansi. Ketergantungan pada inisiatif manajemen menimbulkan
konsekuensi sbb:
a) Sebagian besar teknik akuntansi tidak memiliki dukungan teoritis.
b) Pusat perhatian pada penentuan penghasilan kena pajak dan
minimisasi pajak penghasilan.
c) Teknik yang diadopsi adalah untuk meratakan pendapatan
d) Penghindaran dari masalah-masalah kompleks dan

solusi

berdasarkan kebijakan dianut.
e) Perbedaan perlakuan teknik akuntansi dari perusahaan yang
berbeda untuk masalah yang sama.
Situasi ini menghasilkan ketidakpuasan, karena adanya tuntutan
dalam peningkatan standar pelaporan keuangan dan meminta danya
perlindungan terhadap investor. Perdebatan teoritis dan kontrofersi pada
saat itu terutama menyangkut akuntansi kos untuk bunga.
Penentuan biaya overhead dalam kos produk menjadi isu utama
seiring dengan alokasi kos produk yang realistis, meningkatnya
investasi pada mesin-mesin dan kebutuhan modal untuk jangka

panjang. Pendapat The American Institute of Accountants (AIA)
menentukan bahwa tidak ada kos penjualan, beban bunga dan biaya
administrasi yang dimasukkan dalam kos overhead pabrik. Perselisihan
tentang akuntansi kos bunga dipandang sebagai konflik antara teori
entitas (entity) dan kepemilikan (proprietary).
Peristiwa penting lain adalah pengaruh pajak penghasilan terhadap
teori akuntansi yakni diakuinya pendapatan bersih atas dasar periode
akuntansi dan metode akuntansi yang digunakan oleh pembukuan wajib
pajak. Hal ini merupakan tahap awal harmonisasi antara akuntansi pajak
dengan akuntansi keuangan.
2. Fase Kontribusi Institusi (1933-1959)
Fase ini ditandai dengan timbulnya badan/institusi dan peningkatan
peranannya dalam pengembangan prinsip akuntansi, sbb:
a) Tahun 1934 Kongres membentuk Securities and Exchange
Commision (SEC) untuk melaksanakan berbagai peraturan
investasi federal. Komisi ini dapat merumuskan hal-hal, informasi,
metode-metode, yang harus ditunjukan dalam laporan keuangan.
b) Adanya usulan agar The American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA) mulai melakukan kerjasama dengan bursa
saham sehingga standar yang ditetapkan dalam laporan keuangan
dapat sesuai dengan eksekutif perusahaan dan akuntan sesuai
dengan praktek yang ada. Alternatif yang lebih praktis ini
menyebabkan metode akuntansi berkembang secara luas dan
konsisten. Selain itu dikenal pula prinsip-prinsip dewan May
mencakup:

o Bahwa akun pendapatan harusnya tidak dimasukkan dalam
laba yang belum terealisir dan biaya yang dapat dibebankan
pada pendapatan seharusnya tidak dibebankan.
o Bahwa surplus modal seharusnya tidak dibebankan dengan
jumlah yang dibebankan pada pendapatan.
o Bahwa laba ditahan yang diperoleh perusahaan anak yang
diciptakan sebelum konsolidasi bukan merupakan surplus yang
diperoleh perusahaan induk konsolidasi.
o Bahwa dividen atas saham treasury tidak dapat dibebankan
pada pendapatan.
o Bahwa piutang dari pejabat, pegawai, dan perusahaan afiliasi
seharusnya tidak ditunjukan secara terpisah.
Setelah berdirinya American Accounting Association (AAA)
yang banyak mengkritik SEC maka AICPA memutuskan untuk
memberdayakan

Committee

Accounting

Procedure

(CAP)

menerbitkan Accounting Research Bulletins (ARBs). Adanya
praktek-praktek akuntansi yang banyak dikritik, isu-isu yang tidak
populer, kegagalan untuk mengembangkan pernyataan menyeluruh
tentang prinsip akuntansi menyebabkan konflik antara SEC dengan
CAP.
3. Fase Kontribusi Profesional (1953-1973)
Komite Khusus tentang Program

Riset

mengusulkan

pembubaran CAP dan departemennya yang diterima oleh AICPA
dan kemudian didirikan Accounting Principle Board (APB) dan
The Accounting Research Division (ARD) untuk meneliti tentang
isu-isu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum. APB kemudian menerbitkan berbagai pendapat untuk
membahas isu-isu kontroversial , namun upaya tersebut tidak

berhasil sehingga APB diserang dan dikritik karena opini yang
bersifat kontroversial termasuk tentang akuntansi pensiun, alokasi
pajak penghasilan, kredit pajak investasi, akuntansi untuk
penggabungan usaha dan goodwill.
4. Fase Politisasi (1973-sekarang)
Keterbatasan asosiasi professional dan manajemen dalam
merumuskan teori akuntansi mendorong diadopsinya pendekatan
yang lebih deduktif dan politis. Dalam situasi tersebut FASB
mengindikasikan proses penetapan standar akuntansi sebagai
proses demokratik.
Proses penetapan standar akuntansi tidak hanya didasarkan
kebutuhan pemakai tetapi juga mempertimbangkan beberapa
perspektif yang dapat mempresentasikan seluruh konstituensi. Juga
ditekankan agar Pemerintah federal dan Kongres harus berada pada
kepentingan umum dengan mempertahankan dan meningkatkan
akuntabilitasnya dimata publik.
2.2.2.1 Relevansi Sejarah Akuntansi
Sejarah akuntansi memungkinkan kita untuk memahami kondisi
sekarang dan untuk meramalkan atau mengendalikan masa depan kita
dengan lebih baik. Sejarah akuntansi merupakan studi tentang warisan
akuntansi dan kontribusinya pada pedagogi, kebijakan, dan perspektif
akuntansi.
Dalam kaitannya dengan pedagogi, sejarah akuntansi berguna untuk
memahami dan mengapresiasikan bidang pengetahuan dan evolusinya
sebagai suatu pengetahuan sosial secara lebih baik.
Dalam kaitannya dengan perspektif kebijaksanaan, sejarah akuntansi
dapat menjadi sarana penilaian yang lebih baik terhadap praktik yang
berjalan dibandingkan dengan metode masa lalu.

Bidang-bidang seperti biografi, sejarah institusional, perkembangan
pemikiran, sejarah umum, sejarah kritis, taksonomi dan database
bibliografik dan historigrafi merupakan alat ideal untuk meneliti sejarah
akuntansi .
Dibandingkan

negara

lain, Amerika

Serikat

merupakan

pusat

perekonomian terbesar dan merupakan rumah bagi perusahaan-perusahaan
besar bertaraf multinasional. Akuntansi di Amerika Serikat diatur oleh
sektor badan khusus Dewan Standar Akuntansi Keuangan (Financial
Accounting Standard Board-FASB), akan tetapi yang menjadi penyokong
kewenangan terhadap standartisasi mereka adalah agensi kepemerintahan
Komisi Keamanan dan Kurs (Securities and ExchangeCommission-SEC).
Berikut Tabel data perekonomian Amerika Serikat :
Tabel 1.2
Data Perekonomian Negara Amerika Serikat
Area:km kubik (dalam ribuan)
Populasi (dalam jutaan)

9.373
297

Produk Domestik Kotor (Gross Domestic Product-GDP)
$11.712
(dalam miliar)
GDP Per Kapita

$39.430

GDP berdasarkan sektor:
Pertanian

1%

Industri

18%

Pelayanan

81%

Impor (dalam miliar)

$1.470

Ekspor (dalam miliar)

$819

Kapitalisasi Pasar (dalam miliar, akhir 2005)

$16.998

Rekan Dagang Utama

Kanada, Meksiko, Cina

Kunci utama yang memungkinkan sistem Shared Power ini bekerja
dengan efektif adalah 1973 SEC Accounting Series Release (ASR) No.150,
yang mengemukakan:
Komisi bermaksud melanjutkan kebijakannya dalam mencari sektor
swasta

untuk

kepemimpinan

dalam

rangka

membangun

dan

meningkatkan prinsip-prinsip akuntansi. Untuk tujuan praktik kebijakan,
prinsip, standar, dan praktik yang dikeluarkan secara resmi oleh FASB
dalam interprestasi dan pernyataannya, yang dipertimbangkan oleh komisi
yang memiliki dukungan kewenangan substansial, dan bagi yang tidak
setuju dengan keputusan FASB akan dianggap tidak memiliki dukungan.
Hingga tahun 2002, Institut Sertifikasi Akuntansi Publik Amerika
(American Institute of Certified Public Accountants-AICPA), sebagai badan
khusus lainnya juga mengaudit standartisasi mereka. Pada tahun tersebut,
Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) didirikan, dengan
dewan yang berwenang untuk mengeluarkan regulasi audit dan auditor
perusahaan publik.
2.2.2.2 Regulasi dan Pelaksanaan Akuntansi
Sistem yang dianut Amerika Serikat tidak memiliki persyaratan legal
untuk publikasi mengenai laporan audit periodik keuangan. Perusahaan di

Amerika Serikat dibentuk dibawah hukum negara, bukan hukum federal.
Setiap negarabagian memilikiperaturan dasar perusahaan tersendiri, secara
umum peraturan tersebut mengandung persyaratan minimal untuk menjaga
catatan akuntansi serta publikasi periodik laporan keuangan.
Banyak dari peraturan tersebut tidak kaku memaksa, sertalaporan
yang diberikan kepada agensi lokal sering kali tidak bisa diketahui umum.
Dengan demikian, audit tahunan serta persyaratan laporan keuangan secara
realistishanyaada pada tingkat federal saja sepertiyang dispesifikasikan oleh
SEC. Oleh karena itu, SEC memiliki yurisdiksi terhadap perusahaanperusahaan yang terdaftar di pertukaran stok AS serta perusahaan yang
berdagang over-the-counter. Perusahaan yang memiliki keuangan terbatas
tidak memiliki kewajiban persyaratan untuk laporan keuangan, yang
membuat Amerika Serikat terlihat ganjil dalam normainternasional.
SEC memiliki kewenangan penuh untuk menjelaskan standar
akuntansi dan laporan kepada perusahaan publik akan tetapi bergantung
pada sektor swasta dalam penerapan standartisasi tersebut. Halini bekerja
dengan FASB dan bersifat menekan saat FASB dinilai bergerak terlalu
lambat atau menyimpang. Jika hal tersebut terjadi, SEC telah menunda atau
menolak keputusannya sendiri atau telah memaksakanpersyaratannya
sendiri.
Oleh karena SEC merupakan agensi regulator yang independen,
kongres serta presiden tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap
kebijakan yang mereka buat. Bagaimanapun, limakomisi penuh SEC dipilih

oleh presiden dan disetujui oleh senat, serta SEC hanya memiliki
kewenangan yang diberikan melalui keputusan kongres. Sebagai bagian dari
proses regulasi, SEC mengeluarkan accounting series releases, financial
reporting release, dan staf accounting bulletins. Regulasi SX dan SK
mengandung peraturan mengenai persiapan laporan keuangan yang harus
diisi bersama SEC. Pengisian tahunan yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan AS dan Kanada berbentuk Form 10K, sementara bagi
perusahaan asing non-Kanada berbentuk Form 20F.
FASB dibentuk pada tahun 1973 dan pada Desember 2006 telah
mengeluarkan Laporan Standar Akuntansi Keuangan158 (158 Statements of
Financial Accounting Standards-SFASs). Tujuan SFASs adalah untuk
menyediakan informasi yang berguna untuk para investor, kreditor, dan
lainnya yang memutuskan untuk mengambil kredit, investasi, dan
sebagainya. FASB memiliki tujuh anggota penuh, perwakilan akuntansi
firma, akademisi, perusahaan, dan komunitas investor. Anggota dewan
harus memiliki kebijakan organisasional dan ekonomi secara keseluruhan
untuk mengutamakan pekerja atau kepemilikian dalam rangka pelayanan.
Penggunaan kerangka berfikir oleh FASB merupakan gambaran pengaturan
standartisasi yang cukup signifikan di Amerika Serikat. Konsep Laporan
Akuntansi Keuangan (Statements of Financial Accounting Concepts)
seterusnya menjadi fundamental sebagai dasar akuntansi keuangan dan
laporan.

FASB

menjalani

proses

prosedur

yang

panjang

sebelum

mengeluarkan SFAS. Dalam rangka mengembangkan agenda kerja mereka
mendengarkan saran dari individu, firma profesional, kehakiman,
perusahaan, serta agensi pemerintah. Hal ini juga bergantung pada tekanan
masalah yang muncul serta saran dari dewan untuk membantu
mengidentifikasi permasalahan akuntansi yang membutuhkan perhatian.
Jika sebuah topik sudah masuk dalam agenda karja, staf teknik FASB
melakukan penelitian dan menganalisis, sertamemberikan saran tindakan
yang harus dilakukan. Sebuah

Discussion Memorendum (Memorandum

Diskusi) atau dokumen hasil diskusi lainnya disebarkan untuk mendapatkan
komentar serta melakukan diskusi publik. FASB lebih memilih komentar
secara oral dan tertulis dalam rapat terbuka dengan publik. Selanjutnya,
sebuah

Exposure

Draft

dikeluarkan

dan

tanggapan

publik

lebih

dipertimbangkan lagi. Proses tersebut memastikan pengaturan standartisasi
secara politik maupun teknis di Amerika Serikat. Sebuah SFAS juga harus
disetujui oleh minimal empat anggota dari tujuh anggota yang ada.
Prinsip akuntansi yang umum berlaku (generally accepted
accounting principles-GAAP) terdiri atas seluruh standar akuntansi
keuangan,peraturan,

dan

regulasi

yang

harus

dipatuhi

dalam

mempersiapkan laporan keuangan. SFASs merupakan kompenen utama dari
GAAP. Regulasi akuntansi dan audit tersebut mungkin lebih besar dan lebih
detail secara substansi jika dibandingkan percampuran negara lainnya.
Dengan alasan tersebut, FASBdan SEC mempertimbangkan untuk

menggerakkan GAAP AS dari standar berdasarkan aturan terhadap standar
berdasarkan prinsip.
FASB belum serius memasuki dunia internasional hingga 1990-an.
Pada tahun 1991,FASB mengmbangkan strategi rencana pertama untuk
aktivitas internasional. Pada ktahun 1994, FASB menambahkan promosi
mengenai perbandingan internasional dalam pernyataan misinya. FASB
sekarang merupakan anggota internasional yang kooperatif, berkomitmen
untuk fokus pada GAAP AS dan IFRS. Pada tahun 2002, FASB dan IASB
berkomitmen mereka untuk menyatukan tujuan dengan menandatangani
yang disebut Norwalk Agreement (Persetujuan Norwalk). Dengan
persetujuan tersebut, kedua dewan berjanji untuk menghilangkan perbedaan
yang muncul antara standartisasi mereka serta mengekoordinasikan agenda
pengaturan standartisasi sehingga permasalahan utama yanng muncul dapat
diselesaikan bersama. Komitmen untuk menyatukan yujuan tersebut
ditegaskan kembali pada tahun 2005, dengan beberapa tujuan yang akan
dicapai tahun 2008.
Sarbanes-Oxley Act memiliki dasar hukum pada tahun 2002, yang
secara

signifikan

memperluas

persyaratan

AS

dalam

perusahaan

pemerintah, penjelasan dan laporan, serta regulasi audit profesi. Diantara
semuanya yang paling penting adalah pembentukan PCAOB yaitu sebuah
organisasi non profit yang diawasi langsung oleh SEC. PCAOB memiliki
tanggung jawab sebagai berikut:



Menetapkan audit, pengendalian kualitas, etika, kemandirian, dan
standartisasi lainnya yang berhubungan dengan persiapan untuk
laporan audit perusahaan agar aman diketahui publik.



Mengawasi subjek audit perusahaan publik terhadap keamanan
hukum.



Memeriksa akuntansi firma publik yang telah terdaftar.



Mendukung akuntansi firma publik, serta memberikan kasus kepada
SEC atau badan lain untuk menginvestigasi lebih lanjut dari AICPA.
Sebelumnya, AICPA telah mengeluarkan standartisasi audit, yang

bertanggung jawab terhadap Kode Etik Professional serta kedisiplinan
auditor. PCAOB secara efektif berasumsi bahwa tanggung jawab itu muncul
dari AICPA.
Sarbanes-Oxley Act dilewatkan setelah terdapat beberapa skandal
akuntansi dan perusahaan seperti Enron dan WorldCom. Permasalahan
tersebut membatasi pelayanan dimana firma yang melakukan audit dapat
melakukan penawaran padaklien dan auditor yang berwenang untuk layanan
non-audit (termasuk tipe layanan konsultasi) untuk mengaudit klien. Hal
tersebut juga membutuhkan pemberhentian rotasi rekanan audit setiap 5
tahun. Oleh karena itu, laporan audit terdiri atas dua laporan yaitu laporan
keuangan dan pengendalian internal.

2.2.2.3 Laporan Keuangan
Tipe laporan tahunan pada perusahaan besar di AS memiliki
beberapa komponen dibawah ini:


Laporan manajemen



Laporan auditor independen



Laporan keuangan primer (laporan laba rugi, neraca, laporan arus
kas, laba rugi komprehensif, perubahan ekuitas pemegang saham)



Diskusi manajemen dan analisis hasil operasional dan kondisi
keuangan



Penjelasan mengenai kebijakan akuntansi dengan dampak yang
paling kritis pada laporan keuangan



Catatan atas laporan keuangan



Perbandingan data keuangan selama lima atau sepuluh tahun



Data triwulan terpilih
Penggabungan laporan keuangan juga dibutuhkan, dan laporan

keuangan AS yang dipublikasikan biasanya tidak berisi laporan parentcompany-only (induk perusahaan saja). Peraturan penggabungan tersebut
membutuhkan penggabungan seluruh anak perusahaan yang telah

terkontrol. Laporan semacam ini biasanya hanya berisi laporan singkat saja,
laporan keuangan yang belum diaudit serta ringkasan laporan manajemen
2.2.2.4 Patokan Akuntansi
Peraturan patokan akuntansi di Amerika Serikat berasumsi bahwa
kesatuan bisnis akan terus berlangsung jika terus diperhatikan. Dasar
perhitungan akrual cukup meresap, serta peraturan transaksi dan pengenalan
event sangat bergantung pada konsep yang cocok. Sebuah konsistensi
membutuhkan pemaksaan pada keberagaman perlakuan akuntansi terhadap
pokok tertentu pada tiap periode akuntansi dari satu periode ke periode
selanjutnya. Jika terdapat perubahan pada praktik atau proses, maka
perubahan dan pengaruhnya harus diungkapkan.
Penggabungan bisnis harus dihitung seperti sebuah pembelian.
Goodwill

dikapitalisasi

sebagai

selisih

antara

harga

pasar

yang

dipertimbangkan dalam pertukaran dengan harga dibawahaset bersih yang
diperoleh (termasuk semua aset tak berwujud yang lain). Aset tak berwujud
tersebut ditinjau kembali untuk mengetahui adanya penurunan nilai secara
berkala dan dihapus serta dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan
laba saat nilai buku melebihi harga pasar. Penggabungan yang proporsional
tidak dilakukan. Oleh karena tidak ada penggabungan investasi, usaha
gabungan dihitung dengan menggunakan metode ekuitas, yaitu 20% hingga
50% perusahaan gabungan.
Amerika Serikat bergantung pada harga perolehan untuk menilai
aset berwujud dan aset tidak berwujud. Penyesuaian nilai mata uang hanya

diperbolehkan setelah ada penggabungan bisnis (dihitung sebagai
pembelian).

Metode

akselerasi

ataupun

straight-line

keduanya

diperbolehkan. Estimasi umur ekonomis digunakan untuk menentukan
periode penyusutan dan amortisasi. Seluruh biaya penelitian dan
pengembangan dibebankan saat terjadinya walaupun terdapat aturan khusus
kapitalisasi untuk biaya software komputer.
LIFO, FIFO, dan metode biaya rata-rata diperbolehkan dan telah
digunakan secara luas untuk penetapan harga persediaan. LIFO sudah
populer karena dapat digunakan untuk tujuan pajak penghasilan federal.
Bagaimanapun, jika LIFO digunakan untuk tujuan pajak, harus digunakan
juga untuk tujuan pelaporan keuangan. Surat-surat berharga yang dapat
dipasarkan memiliki nilai pasar jika surat-surat tersebut termasuk dalam
held-to-maturity dan dinilai pada harga perolehan.
Saat financial lease menjadi bahan dalam pembelian properti, nilai
properti tersebut dikapitalisasi dan korespondensi kewajiban dibukukan.
Biaya pensiun dan keuntungan lain setelah masa pensiun diakui selama
periode tertentu dimana para pegawai mendapatkan keuntungan, serta
kewajiban

tanpa

dana

dilaporkan

sebagai

kewajiban.

Kerugian

bersyarat/kewajiban diakui saat ada kemungkinan terealisasi dan jumlahnya
dapat diestimasi. Teknik memanupulasi pendapatan tidak diperbolehkan.
Akhirnya, terdapat permasalahan perlakuan untuk pajak tangguhan,
karena terdapat perbedaan pada laporan keuangan dan pajak. Pendapatan
pajak dihitung menggunakan metode kewajiban. Pajak yang ditangguhkan

diakui karena pengaruh perbedaan sementara antara metode akuntansi pajak
dengan keuangan, serta dihitung berdasarkan tingkat pajak yang akan
datang yang akan digunakan saat item tersebut kembali. Dibutuhkan alokasi
pendapatan pajak yang komprehensif.

KESIMPULAN

Bahwa dalam perkembangannya suatu sistem akuntansi selalu mengalami
perubahan dan pertambahan baik isi maupun fungsi suatu standart akuntansi yang ada di
Indonesia sendiri perkembangan akuntansi sudah dimulai sejak era penjajahan Belanda
sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Hal tersebut bermula saat
waktu Indonesia merdeka, ada satu orang akuntan pribumi, yaitu Prof. Dr. Abutari,
sedangkan Prof. Soemardjo baru menyelesaikan pendidikan akuntannya di negeri Belanda
pada tahun 1956. Akuntan Indonesia pertama yang merupakan lulusan dalam negeri adalah
Basuki Siddharta, Hendra Darmawan, Tan Tong Djoe, dan Go Tien Siem. Mereka lulus
pada pertengahan tahun 1957, keempat akuntan ini bersama dengan Prof. Soemardjo
memprakarsai berdirinya perkumpulan Akuntan Indonesia.
Sedangkan perkembangan yang terjadi di Amerika ini terjadi terdiri atas beberapa fase
kontribusi manajemen, fase kontribusi intitusi, fase kontribusi profesional, dan fase
politisasi hingga sekarang ini. Maka dari itu dapat kita simpulkan bahwa akuntansi itu akan
terus berkembang menyesuaikan dengan keadaan suatu negara yang menggunakan sistem
akuntansi.