PERBANDINGAN KADAR LDL (Low Density Lipoprotein) PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RS. IBNU SINA MAKASSAR PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2016

PERBANDINGAN KADAR LDL (Low Density Lipoprotein) PADA PASIEN
HIPERTENSI DENGAN DAN TANPA DIABETES MELITUS
TIPE 2 DI RS. IBNU SINA MAKASSAR PERIODE
1 JANUARI - 31 DESEMBER 2016

Zulfitriani Murfat

Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia

Alamat Korespondensi :
Alamat : Jl. Urip Sumoharjo no 225 Makassar, Prodi FK UMI
Email : fkumi@umi.ac.id
Telp : 0411 585087

ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit yang paling umum ditemukan dalam kedokteran
primer. Peningkatan tekanan darah menyebabkan 7,5 juta kematian di seluruh dunia.
Diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul karena adanya peningkatan
kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif. Dislipidemia salah

satu faktor resiko berbagai penyakit seperti aterosklerosis, diabetes melitus, PJK,
stroke dan hipertensi. DM, hipertensi, dan peningkatan LDL merupakan keadaan yang
sering dijumpai saling berkaitan. Mengetahui adanya perbedaan kadar LDL pada
pasien hipertensi dengan dan tanpa DM Tipe 2 di RS. Ibnu Sina Makassar .penelitian
deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bersifat retrospektif. Sampel
dianalisis dari data rekam medik penderita hipertensi di RS Ibnu Sina Makassar
periode 1 Januari - 31 desember 2016. Dari hasil analisis, didapatkan perbandingan
kadar LDL pasien hipertensi dengan dan tanpa DM Tipe 2 diperoleh nilai (p
value=0.012). Hal ini menunjukan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara
dua sampel yang diteliti. Kelompok hipertensi yang tidak disertai DM distribusi
tertinggi profil LDL terdapat pada kelompok Optimal (42.7%), hipertensi yang
disertai DM distribusi tertinggi profil LDL pada kelompok Garis Batas Tinggi
(28.1%). Terdapat perbedaan kadar LDL yang bermakna pada pasien hiepertensi
dengan dan tanpa DM tipe 2 di RS Ibnu Sina Makassar periode 1 Januari sampai 31
Desember 2016.

Kata Kunci : Hipertensi, Diabetes Melitus, LDL.

ABSTRACT


Hypertension is the most common diseases found in primary medicine. An increase
blood pressure cause 7.5 million deaths worldwide. Diabetes mellitus is numerous of
symptoms that arise due to an increase blood sugar levels caused by decreased of
insulin secretion progressivly. Dyslipidemia is the most risk factors for diseases such
as atherosclerosis, DM, CHD, stroke and hypertension. DM, hypertension, and high
LDL are common conditions that are connected. To determine the difference of LDL
between patiens diagnosed with hypertension with and without DM Type 2 in Ibnu
Sina Hospital Makassar. a descriptive research with a cross sectional approach, using
reptrospective. The sample was analyzed from medical record of patients diagnosed
with hypertension in Ibnu Sina Hospital Makassar since January 1 to December 31
2016. From the results show that the ratio of LDL of patients diagnosed with
hypertension with and without DM Type 2 obtained (p value= 0.012). This shows,
there is a significant difference between two samples that has been analyzed.
Hypertension without DM, the highest distribution of LDL profile was in the the
Optimal group (42.7%), hypertension with DM, the highest distribution of LDL
profile was in the High Boundary group (28.1%). There is a significant difference of
LDL between hypertension patients diagnosed with hypertension with and without
Diabetes Mellitus type 2 in Ibnu Sina Hospital Makassar period January 1 to
December 31 2016.


Keywords: Hypertension, Diabetes Mellitus, LDL.

PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan
dalam kedokteran primer.1 Diseluruh dunia, peningkatan tekanan darah diperkirakan
menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total seluruh kematian. Ini
menyumbang 57 juta ketidakmampuan mencapai usia hidup atau 3,7% dari total
ketidakmampuan mencapai usia hidup.2 Sementara di Indonesia, Hipertensi juga
merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas.3 Prevalensi
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun
sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan
(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Data Dinas Kesehatan
Kota Makassar menunjukkan jumlah kasus Hipertensi di kota Makassar tahun 2012
kasus hipertensi turun menjadi 12.298 kasus dari 25.332 kasus pada tahun 2011.4
Sehingga, tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum dilakukan
diberbagai tingkat fasilitas kesehatan.2
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko bagi berbagai penyakit,
seperti aterosklerosis, Diabetes Melitus, penyakit jantung koroner (PJK), stroke dan
hipertensi.7 Setiap penurunan kadar kolesterol sebesar 1% akan menurunkan resiko
PJK sebesar 2%. Tingginya kadar LDL-kolesterol memicu timbulnya aterosklerosis,

sehingga National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III
(NCEP-ATP III) menganjurkan menggunakan nilai LDL-kolesterol sebagai penentu
utama pengobatan.1 Pada tahun 2013 data RISKESDAS menunjukkan ada 35.9 % dari
penduduk Indonesia yang berusia ≥ 15 tahun dengan kadar kolesterol abnormal
(berdasarkan NCEP ATP III, dengan kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl) dimana
perempuan lebih banyak dari laki-laki dan perkotaan lebih banyak dari di pedesaan.
Data tersebut juga menunjukkan 15.9 % populasi yang berusia ≥ 15 tahun mempunyai

proporsi LDL yang sangat tinggi (≥ 190 mg/dl), 22.9 % mempunyai kadar HDL yang
kurang dari 40 mg/dl, dan 11.9% dengan kadar trigliserid yang sangat tinggi (≥ 500
mg/dl).6
Diabetes Melitus, hipertensi dan peningkatan LDL merupakan keadaan yang
sering dijumpai saling berkaitan. Prevalensi hipertensi dan Diabetes meningkat pada
negara-negara industri karena penuaan populasi. Diperkirakan 35- 75% dari
komplikasi Diabetes, penyakit kardiovaskular dan ginjal dapat dikaitkan dengan
hipertensi. Pernyataan Chen yang dikutip dari jurnal Prevalence of Hypertens ionin
Rural Areas of China: A Meta-Analysis of Published Studies menyatakan bahwa
hipertensi berhubungan dengan 30% kematian pada pasien Diabetes dan 25%
kejadian kardiovaskular pada pasien diabetes. Hipertensi dan peningkatan LDL
kolesterol bisa menjadi kondisi komorbiditas yang menyertai Diabetes Melitus,8

sehingga keadaan ini adalah masalah yang membutuhkan pengelolaan yang tepat dan
seksama.9.7 Berdasarkan data dan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian “Perbandingan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) pada pasien
Hipertensi dengan dan tanpa Diabetes Melitus Tipe 2 di RS. Ibnu Sina Makassar”.
BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. Waktu penelitian yaitu
bulan 8-9 Januari 2018.
Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan desain penelitian deskriptif
dengan pendekatan cross-sectional bersifat retrospektif. Penelitian ini dilakukan
dengan membandingkan kadar LDL pada penderita hipertensi dengan Diabetes
Melitus tipe 2 dan tanpa Diabetes Melitus tipe 2.

Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah data sekunder dari pasien hipertensi
di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar pada periode 1 Januari hingga 31 Desember
2016. Sampel dalam penelitian ini adalah data sekunder yang melampirkan
pemeriksaan profil lipid LDL pasien hipertensi dengan dan tanpa Diabetes Melitus
tipe 2.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yaitu rekam medik
yang diperoleh dari institusi yang dituju dengan mencakup kadar LDL pasien.
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang data demografi, riwayat
tekanan darah, diagnosis Diabetes Melitus tipe 2 dan hasil pengukuran LDL pasien.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Sampel Pasien Hipertensi dengan dan tanpa Diabetes Melitus Tipe
2 di RS. Ibnu Sina Makassar Periode 1 Januari – 31 Desember 2016.
Pada tabel 5.1 diperoleh bahwa responden yang berusia 41-50 tahun sebanyak 15
responden (16.1%), 17 reponden (18.3%) dengan usia antara 71-80 dan sebagian
besar responden dengan usia antara 51-60 dan 61-70 tahun masing-masing yaitu
sebanyak 28 dan 29 responden dari total 93 responden (30,1% dan 31,2%). Sementara
itu, hanya terdapat satu responden pada rentang usia 91-100 tahun (1,1%), dan 3
reponden (3.2%) dengan usia antara 81-90.
Distribusi Responden yang Mengalami Hipertensi dan Diabetes Melitus tipe 2 di
RS. Ibnu Sina Makassar periode 1 Januari – 31 Desember 2016
Pada tabel 5.2 diperoleh bahwa distribusi hipertensi dan Diabetes Melitus tipe 2
dengan kadar LDL optimal sebanyak 10 orang (17.5%), dengan kadar LDL
dekat optimal sebanyak 8 orang (14.0%), kadar LDL dengan garis batas tinggi


sebanyak 16 orang (28.1%), sampel dengan kadar LDL yang tinggi sebanyak 9
orang (15.8%), dan kadar LDL sampel yang sangat tinggi sebanyak 14 orang
(24.6%).
Disribusi Responden yang Mengalami Hipertensi tanpa Diabetes Melitus tipe 2
di RS. Ibnu Sina Makassar 1 Januari - 31 Desember 2016
Pada tabel 5.3 diperoleh bahwa distribusi hipertensi tanpa Diabetes Melitus tipe
2 dengan kadar LDL optimal sebanyak 17 orang (47.2%), dengan kadar LDL
dekat optimal sebanyak 6 orang (16.7%), kadar LDL dengan garis batas tinggi
sebanyak 2 orang (5.6%), sampel dengan kadar LDL yang tinggi sebanyak 5
orang (13.9%), dan kadar LDL sampel yang sangat tinggi sebanyak 16 orang
(16.7%).
Karakteristik Sampel Berdasarkan yang Diteliti (Bivariat)
Sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel 5.4 diperoleh p-value sebesar 0,012 <
α=0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar
LDL pada pasien hipertensi dengan dan tanpa Diabetes Melitus. Secara visual hal ini
dapat dilihat pada grafik 5.4. Pada kelompok Optimal, responden yang didiagnosa
dengan hipertensi tanpa disertai Diabetes Melitus menunjukkan persentase yang lebih
tinggi (18.30%) dibanding reponden yang didiagnosa dengan hipertensi yang juga
disertai dengan Diabetes melitus (10.80%) Sebaliknya untuk kelompok Dekat
Optimal, persentase pasien yang mengalami hipertensi tanpa Diabetes Melitus

(6.50%) menunjukkan angka yang lebih rendah dibanding reponden yang didiagnosa
hipertensi yang juga disertai dengan Diabetes Melitus (8.60%) begitu pula dengan
kelompok Garis Batas Tinggi (2.20%-17%), Tinggi (5.40%-9.70%), dan Sangat tinggi
(6.30%-15.10%).

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dari penelitian dengan menganalisis data rekam medik penderita
hipertensi di RS Ibnu Sina Makassar periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember
2016, data yang telah diperoleh didapatkan total populasi sebanyak 375 sampel
namun setelah dilakukan analisa berdasarkan inklusi dan eksklusi, didapatkan
sebanyak 93 total sampel. Hal tersebut terjadi dikarenakan beberapa sampel tidak
memiliki kadar LDL pada rekam medik, sebagian didiagnosis dengan hipertensi yang
disertai sindrom nefrotik, hipertensi yang disertai perlemakan hati, dan hipertensi
yang disertai diabetes melitus tipe 1.
Dari hasil analisis, diperoleh distribusi usia penderita hipertensi dengan dan tanpa
Diabetes Melitus serta diketahui profil lipid LDL-nya. Jumlah sampel yaitu 93 rekam
medik dari 36 responden yang diagnosis hipertensi tanpa Diabetes Melitus dan 57
reponden yang diagnosis hipertensi dengan Diabetes Melitus. Diperoleh bahwa
sebagian besar responden berusia > 50 tahun dengan jumlah 78 responden (83.9%)
dan < 50 tahun hanya berjumlah 15 reponden (16.1%) dari 93 total responden.

Data dari analasis The Third National Health and Nutrituon Examination Survey
(NHANES III) blood pressure data, hipertensi terjadi pada 26% populasi muda (usia
≤ 50 tahun), Kemudian 74% pada populasi tua (usia >50 tahun),. Jika data NHANES
III ini dibandingkan dengan data hasil penelitian maka didapatkan kesesuaian yaitu
kejadian hipertensi semakin tinggi pada usia > 50 tahun dan relatif rendah pada usia <
50 tahun.11
Hipertensi akan makin meningkat bersama dengan bertambahnya umur, pada keadaan
resistensi insulin, hormon kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada
penambahan umur sampai dekade ketujuh, sedangkan tekanan darah diastolik
meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung

menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada
usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.
Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya
sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah
ginjal dan laju filtrasi glomerulus.1. Prevalensi diabetes maupun gangguan toleransi
glukosa juga naik bersama dengan bertambahnya umur. WHO menyebutkan bahwa
setelah seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah akan naik 1-2
mg/dl/tahun pada saat puasa dan akan naik sekitar 5,6-13 mg/dl pada 2 jam setelah
makan. Berdasarkan hal tersebut tidaklah mengherankan apabila umur merupakan

faktor utama terjadinya kenaikan prevalensi diabetes serta gangguan toleransi
glukosa. Timbulnya gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut diduga karena
menurunnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan adanya resistensi insulin.
Timbulnya resistensi insulin pada usia lanjut disebabkan oleh 4 faktor yaitu pertama
adanya perubahan komposisi tubuh yaitu penurunan jumlah masa otot dari 19%
menjadi 12%, disamping peningkatan jumlah jaringan lemak dari 14% menjadi 30%,
mengakibatkan menurunnya jumlah serta sensitivitas reseptor insulin. Faktor yang
kedua adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan jumlah
reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga kecepatan translokasi
GLUT-4 juga menurun. Kedua hal tersebut akan menurunkan baik kecepatan maupun
ambilan jumlah glukosa. Ketiga perubahan pola makan pada usia lanjut yang
disebabkan karena berkurangnya gigi geligi sehingga persentase bahan makanan
karbohidrat akan meningkat. Faktor keempat adalah perubahan neurohormonal,
khususnya insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan dehydroepandrosteron (DHEAS)
plasma. Penurunan IGF-1 akan mengakibatkan penurunan ambilan glukosa karena
menurunnya sensitivitas reseptor insulin serta menurunnya aksi insulin. Penurunan

DHEAS mempunyai hubungan terbalik dengan tingginya konsentrasi insulin plasma
puasa. Keempat faktor diatas menunjukkan bahwa kenaikan kadar glukosa darah pada
usia lanjut terjadi karena resistensi insulin. Umumnya diabetes orang dewasa hampir

90% masuk diabetes tipe 2.Golberg dan Coon menyebutkan bahwa umur memang
sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga pada
golongan umur yang makin tua prevalensi gangguan toleransi glukosa akan
meningkat.24. 25
Sementara itu, hasil analisis perbandingan kadar profil lipid LDL pasien hipertensi
dengan dan tanpa Diabetes Melitus menunjukan bahwa pemeriksaan LDL pada
kelompok hipertensi dengan Diabetes Melitus didapatkan rata-rata kadar LDL lebih
tinggi dibandingkan pada kelompok hipertensi tanpa Diabetes Melitus dan secara
statistik menggunakan uji Mann Withney dijumpai perbedaan bermakna dengan nilai
p=0,012.
Terdapat penelitian yang pernah dilakukan yang berkaitan dengan tingginya kadar
LDL dan trigliserida pada kejadian diabetic foot ulcer di RSU. Pusat Sanglah, dimana
diperoleh nilai bermakna sebesar 0.001.26 Hal tersebut menunjukkan adanya
kesesuaian terhadap hasil analisa yang telah didapatkan. Disamping itu, penelitian
lainnya juga dilakukan oleh Sukatemin yang dimana menunjukkan adannya hubungan
yang signifikan mengenai hubungan dislipidemia terhadap nilai hb1ac dengan nilai p
yang bermakna sebesar 0.011.
Menurut ahli, pada keadaan resistensi insulin, hormon sensitive lipase akan menjadi
aktif sehingga lipolisis trigliserida di jaringan adiposa semakin meningkat. Keadaan
ini akan menghasilkan asam lemak bebas yang berlebihan. Asam lemak bebas akan
memasuki aliran darah, sebagian akan digunakan sebagai sumber energi dan sebagian
akan dibawa ke hati sebagai bahan baku pembentukan trigliserida. Di hati, asam

lemak bebas akan menjadi trigliserida kembali dan menjadi bagian dari VLDL. Oleh
karena itu VLDL yang dihasilkan pada keadaaan resistensi insulin akan sangat kaya
trigliserid, disebut VLDL kaya trigliserida atau VLDL besar.11
Dalam sirkulasi trigliserid yang banyak di VLDL akan bertukar dengan kolesterol
ester dari kolesterol-LDL. Hal mana akan menghasilkan LDL yang kaya akan
trigliserid tetapi kurang kolesterol ester (Cholesterol ester LDL). Trigliserid yang
dikandung oleh LDL akan dihidrolisis oleh enzim hepatik lipase (yang biasanya
meningkat pada resistensi insulin) sehingga menghasilkan LDL kecil padat (small
dense LDL). Partikel LDL kecil ini sifatnya mudah teroksidasi, oleh karena itu sangat
aterogenik. Sehingga, pada resistensi insulin terjadi kelainan profil lipid serum.11
DAFTAR PUSTAKA
1.

Muhadi. Analisis-JNC 8: Evidance-based Guideline Penanganan Pasien
Hipertensi Dewasa. Jakarta: Divisi Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016.
2. Prevalensi dan Faktor Resiko Peningkatan Tekanan Darah: World Health
Organization;
2017
[cited
2017
24
Mei].
Available
from:
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/.
3. Indonesia PDSK. Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular.
Jakarta: Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015.
4. Dinkes Makassar . Profil kesehatan kota Makassar. Makasar: Dinkes Kota
Makasar. 2012.
5. American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes—2016
abridged for primary care providers. Clinical diabetes: a publication of the
American Diabetes Association. 2016;34(1):3.
6. Kemenkes. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013.
7. Palandeng HM. Prevalensi Hipertensi dan Diabetes Mellitus Tipe-2 di Puskesmas
Kota Manado Tahun 2015. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. 2015;3(4).
8. Noviyanti F, Decroli E, Sastri S. Perbandingan kadar LDL pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 dengan dan tanpa Hipertensi di RS Dr. M. Djamil Padang Tahun
2011. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015;4(2).
9. Ayuza D. Diabetes Mellitus Tipe 2 Dan Hipertensi Tahap 2 pada Pria Lansia
dengan Pola Makan yang Tidak Sehat. Lampung: Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung. 2016;4:22.
10. Arsana PM, Rosandi R, Manaf A, Budhiarta A, Hikmat Permana, Sucipta KW, et
al. Panduan Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia - 2015. Jakarta: PERKENI.
2015.
11. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 6., Jakarta: Interna. 2014

12. Ben Greenstein DFW. The Endocrine System at A Glance 2, editor. London and
Cambridge: Blackwell Publishing; 2010.
13. Santoso M, Ndraha S, Merdekawati A. Hubungan antara Dislipidemia Diabetik
Dengan Prevalensi Hipertensi Ada Pasien yang Dirawat di Bagian Penyakit
Dalam RSUD Koja Periode Juni 2001-Juni 2005. Jurnal Kedokteran Meditek.
2005;13(34).
14. Lilyasari O. Hipertensi dengan obesitas: adakah peran endotelin-1. Jurnal
Kardiologi Indonesia. 2007;28(6):460-75.
15. AHA. Guidelines for Hypertension Management in Adults. America: AHA.
2017;70(1).
16. Andrea GY, Chasani S, Ismail A. Korelasi Derajat Hipertensi dengan Stadium
Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Dr. Kariadi Semarah Periode 2008-2012:
Fakultas Kedokteran Diponegoro. 2013.
17. Skuta G, Cantor L, Weiss J. Basic and clinical science course. Lens and Cataract
American Academy of Ophthalmology. 2010;2011(6):71.
18. Buraerah H. Analisis Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas
Tanrutedong, Sidenreg Rappan. Jurnal Ilmiah Nasional. 2010.
19. Putra M. Hubungan Faktor Resiko Retinopati Hipertensi Pada Penderita
Hipertensi Esensial Di RSUP H Adam Malik Medan 2015.
20. Teixeira-Lemos E, Nunes S, Teixeira F, Reis F. Regular physical exercise
training assists in preventing type 2 diabetes development: focus on its
antioxidant and anti-inflammatory properties. Cardiovascular Diabetology.
2011;10(1):12.
21. Jasri M. Klasifikasi Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Metode Algoritma
C4. 5 (Studi Kasus: Rumah Sakit Waluyojati Kraksan Probolinggo). Prosiding
SNATIF. 2017:25-32.
22. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta: PERKENI. 2011.
23. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins and Cotran Pathologic Basis
of Disease, Professional Edition E-Book: Elsevier Health Sciences; 2014.
24. J.R S. Diabetes Mellitus and Vascular Disease. AHA. 2013: 943.
25. Long N.A D, Jack D.S. The Comorbidities of Diabetes and Hypertension:
Mechanisms and Approach to Target Organ Protection. J Clin Hypertension
(Greenwich). 2013;13(4).
26. Nita Utami NK, Subawa A, Sutirta Yasa IW. Tingginya Kadar Low Density
Lipoprotein (LDL) dan Trigliserida pada Kejadian Diabetic Foot Ulcer (DFU) di
RRSU. Pusat Sanglah Periode Januari-Desember 2014. E-Jurnal Medika
Udayana. 6(2).
27. Sukatemin. Kajian Hubungan Nilai hba1c, Hiperglikemia, Dislipidemia dan Status
Vaskuler (Berdasarkan Pemeriksaan Ankle Brachial Index/ABI). Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. 2013.

Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Usia
Usia (Tahun)
41 – 50

N
15

%
16.1

51 – 60

28

30.1

61 – 70

29

31.2

71 – 80

17

18.3

81 – 90

3

3.2

91 – 100

1

1.1

TOTAL

93

100.0

Sumber : Data Sekunder

Tabel 5.2 Distribusi Hipertensi dan Diabetes Melitus tipe 2
Kadar LDL
Optimal

N
10

%
17.5

Dekat Optimal

8

14.0

Garis Batas Tinggi

16

28.1

Tinggi

9

15.8

Sangat Tinggi

14

24.6

TOTAL

57

100

Sumber: Data Sekunder

Tabel 5.3 Distribusi Hipertensi Tanpa Diabetes Melitus tipe 2
Kadar LDL

N

%

Optimal

17

47.2

Dekat Optimal

6

16.7

Garis Batas Tinggi

2

5.6

Tinggi

5

13.9

Sangat Tinggi

16

16.7

TOTAL

36

100

Sumber: Data Sekunder

Tabel 5.4 Analisis perbandingan kadar LDL pasien hipertensi dengan dan tanpa
Diabetes Melitus

KADAR LDL

HIPERTENSI

HIPERTENSI-DM

TOTAL

P

N

%

N

%

N

%

Optimal

17

18.3%

10

10.8%

27

29.0%

Dekat Optimal

6

6.5%

8

8.6%

14

15.1%

2.

2.2%

16

17.2%

18

19.4%

Tinggi

5

5.4%

9

9.7%

14

15.1%

Sangat Tinggi

6

6.5%

14

15.1%

20

21.5%

TOTAL

36

38.7%

57

61.3%

93

100%

Garis Batas
Tinggi

Sumber: Data Sekunder

0.012