Indonesia Sebagai Ancaman bagi Australia

INDONESIA SEBAGAI ANCAMAN AUSTRALIA
Oleh: Taufiq Yasin Rosyadi
Introduction
Tahun 2013 lalu, gencar isu tersebar bahwa Badan mata-mata Australia telah
berusaha menyadap telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ani
Yudhoyono istrinya, dan sejumlah menteri dalam kabinet SBY. Laporan tersebut
muncul saat hubungan bilateral Indonesia dan Australia tegang terkait tuduhan
mata-mata sebelumnya dan terkait bagaimana menangani masalah imigran ilegal
yang bertujuan ke Australia melalui Indonesia.
Spionase yang dilakukan Australia kepada Indonesia menjadi perhatian
khusus oleh media dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. bagi sebagian
lapisan masyarakat, aksi yang dilakukan Australia menuai keresahan. Namun,
bagi sebagian akademisi dan politisi, apa yang dilakukan Australia kepada
Indonesia mereka anggap wajar. hal itu sudah lumrah terjadi di berbagai negara
dan antar negara. Bahkan, aksi yang telah dilakukan ini merupakan Indikasi
bahwa Australia menganggap Indonesia sebagai sebuah ancaman bagi mereka
secara internal. Dan secara eksternal, Australia merupakan aliansi Amerika
Serikat untuk mendukung dan mengawasi kepentingan nasionalnya di Asia
Pasifik, khususnya Asia Tenggara.
Secara definisi, penyadapan yang dilakukan badan intelijen Australia
kepada Pemerintahan Indonesia bisa disebut dengan Spionase. Spionase adalah

suatu praktik untuk mengumpulkan informasi mengenai sebuah organisasi atau
lembaga yang dianggap rahasia tanpa mendapatkan izin dari pemilik yang sah dari
informasi tersebut1.
Spionase biasanya dianggap sebagai bagian dari upaya institusional.
misalnya pemerintahan atau badan intelijen. Istilah spionase pada mulanya
dianggap sebagai suatu keadaan memata-matai musuh potensial atau aktual,
terutama untuk tujuan militer, tetapi kini telah berkembang untuk memata-matai
perusahaan, yang dikenal secara spesifik sebagai spionase industrial. Banyak
1

The Free Dictionary (2014). Espionage. http://www.thefreedictionary.com/espionage. Diakses pada tanggal
17 Juni 2014

1

negara secara rutin memata-matai baik musuh maupun aliansi mereka, walaupun
mereka memiliki kebijakan untuk tidak berkomentar akan hal ini. Selain
mempekerjakan agen-agen pemerintah sendiri, banyak yang juga menyewa
perusahaan swasta untuk mengumpulkan informasi seperti SCG International Risk
dan banyak lainnya2. Upaya ini mengambarkan bagaimana negara dalam sistem

internasional yang anarki berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk
melindungi keamanan nasionalnya dengan berbagai cara, salah satunya dengan
spionase.
Diberitakan bahwa Badan mata-mata Australia telah berusaha menyadap
telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono istrinya, dan
sejumlah menteri dalam kabinet SBY. Dokumen-dokumen yang ada menunjukkan
bahwa badan intelijen elektronik Australia, Defence Signals Directorate, melacak
kegiatan SBY melalui telepon genggamnya selama 15 hari pada Agustus 2009,
saat Kevin Rudd dari Partai Buruh menjadi Perdana Menteri Australia. Daftar
target penyadapan juga mencakup Wakil Presiden Boediono, yang pekan lalu
berada di Australia, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, juru bicara Presiden
untuk urusan luar negeri, Menteri pertahanan, dan Menteri komunikasi dan
informatika3.
Aksi spionase yang dilakukan Australia jelas mengganggu keamanan
nasional Indonesia. Keamanan nasional dapat dimaknai baik sebagai kondisi
maupun sebagai fungsi. Sebagai fungsi, keamanan nasional akan memproduksi
dan menciptakan rasa aman dalam pengertian luas, yang di dalamnnya tercaup
rasa nyaman, damai, tenteram, dan tertib. Kondisi keamanan semacam ini
merupakan kebutuhan dasar umat manusia di samping kesejahteraan. Pemahaman
terhadap makna substansi yang terkandung di dalamnya akan bervariasi

tergantung kepada tata nilai, persepsi dan kepentingan . Idealisme tentang
2

Wikipedia (2014) “Spionase”, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Spionase, pada tanggal 17 Juni 2014

3

Gidius Patnistik, Kompas (2014) “Australia Sadap Telepon SBY dan Sejumlah Menteri Indonesia”,

diakses dari
http://internasional.kompas.com/read/2013/11/18/0950451/Australia.Sadap.Telepon.SBY.dan.Sejumlah.Ment
eri.Indonesia, diakses pada tanggal 17 Juni 2014.

2

keamanan nasional di Indonesia telah diamanatkan melalui pembukaan UUD
1945 yang mencakup perlindungan terhadap warga negara yang dalam pengertian
universal merupakan human security dan hak asasi manusia, perlindungan
terhadap masyarakat, dan perlindungan terhadap negara. strategi untuk
menghadapi ancaman globalisasi harus disusun dengan mempertimbangkan

konteks eskalasi ancaman baik bagi keamanan tradisional dan non tradisional4.
Dalam tulisan ini, penulis akan menulis analisa teoritis atas isu yang
dibahas dan berargumen tentang mengapa Australia dengan badan Intelijennya
melakukan spionase kepada beberapa pejabat pemerintahan Indonesia, mengapa
Indonesia menjadi Ancaman bagi Australia, dan bagaimana upaya untuk
mencegah mengantisipasi, mencegah dan atau mengatasi dampak negatif
terhadap keamanan di Indonesia. semua argumen berdasarkan landasan teori yang
penulis dapatkan dari proses akademik di universitas, khususnya pada mata kuliah
Studi Keamanan Internasional
Tulisan ini akan terbatas pada alasan mengapa Australia menganggap
Indonesia sebagai ancaman yang di Indkasikan dengan aksi-aksi intelijennya
kepada petinggi pemerintah Indonesia dari beberapa teori tentang keamanan
dalam studi ilmu hubungan Internasional untuk menjelaskan Indonesia sebagai
ancaman bagi Australia dan mengapa demikian.
Method
Dalam paper ini penulis akan menjelaskan apakah Indonesia merupakan ancaman
bagi Australia dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi Indonesia
sebagai ancaman bagi Australia dengan mengumpulkan beberapa fakta tentang
aksi spionase yang dilakukan Australia kepada Indonesia yang dikutip dari
beberapa media pemberitaan elektronik.

Teori-teori sumber-sumber ancaman bagi suatu negara oleh Stephen M
Walt yaitu Kedekatan Geografis dan Kekuatan Agregat membantu penulis untuk
menganalisa faktor-faktor yang membuat Indonesia sebagai ancaman. Dalam hal
4

Damono, Bambang dkk (2010). “Sebuah Konsep dan Strategi Keamanan bagi bangsa Indonesia”, diakses

dari http://www.dkn.go.id/wantannas/images/stories/Buku%20Kamnas%20wantannas.pdf , 17 Juni 2014

3

Kekuatan Agregat, akan dijelaskan dalam data yang dikutip dari bebagai sumber,
dan sumber-sumber kekuatan nasional oleh Hans Morgenthau turut membantu
dalam menjelaskan lebih dalam tentang kekuatan Agregat
Discussion
Tindakan penyadapan yang dilakukan terhadap pejabat tinggi Indonesia
melalui Kedutaan Besar Australia yang ada di Jakarta merupakan pelanggaran
serius ketentuan hukum diplomatik (Konvensi Vienna 1961) mengingat Australia
ataupun Indonesia Sudah menjadi negara pihak konvensi tersebut. Australia
semestinya menyadari bahwa setiap negara pihak wajib menaati kewajiban dalam

konvensi. Tindakan Australia ini dapat dikategorikan sebagai campur tangan
urusan dalam negeri Indonesia dan pengingkaran prinsip kesederajatan (perfect
equality, of states) yang sangat dijunjung tinggi dalam hubungan internasional
secara normatif5. Namun seperti aspek hukum internasional lainnya, Konvensi
Vienna juga merupakan serangkainan perjanjian antar negara-negara yang telah
disepakati dan menjadi norma kehidupan dalam sistem internasional. Dalam
prakteknya jika ada pelanggaran, tidak ada pemberlakuan hukuman yang pasti
terhadap pelaku.
Spionase sejak lama sudah menjadi metode yang sering dijalankan suatu
institusi negara untuk mengetahui gerak-gerik objek yang difokuskan. Sudah
banyak negara yang melakukan spionase terhadap rivalnya bahkan sekutunya,
seperti yang dilakukan Amerika Serikat kepada beberapa negara lainnya.
Dalam konteks spionase non tradiosional, sekarang spionase dilakukan
dengan bantuan teknologi. Tidak seperti dulu, dimana intel harus datang langsung
ke tempat target berada. Sekarang spionase bisa dilakukan melalui jaringan
komputer dan seluler dengan cara meretasnya. Peretasan dilakukan oleh para ahli
yang biasanya bekerjasama denga intelijen. Seperti yang dilakukan intelijen
Australia kepada petinggi Indonesia, ini adalah model spionase modern dengan
5


Sri Nurhartanto, Gregorius, “Penyadapan Dan Pasang Surut Ri-Australia” diakses dari http://fh.uajy.ac.id/
2013/11/22/penyadapan-dan-pasang-surut-ri-australia/, pada tanggal 17 Juni 2014.

4

menjalankan praktek penyadapan yang tentunya dibutuhkan teknologi canggih
untuk melakukannya.
Tapi fakta yang tak bisa dihindari adalah bahwa spionase dalam politik
internasional sebenarnya adalah hal yang lumrah dan wajar karena menyangkut
pemenuhan kepentingan nasional dan kepentingan keamanan suatu negara. Yang
menjadi masalah adalah ketika pelaku spionase gerak-geriknya tercium oleh
target, ini justru menciptakan ketegangan antara pelaku dan target spionase.
Indonesia Sebagai Ancaman
Penyadapan Australia kepada Indonesia jelas memiliki alasan yang kuat.
Terbongkarnya aksi penyadapan yang dilakukan oleh agen mata-mata Australia
terhadap para pejabat tingkat tinggi Indonesia juga membuat presiden SBY gerah.
aksi ini tentu memang sesuatu yang sangat serius sehingga harus disikapi secara
serius pula oleh pemerintah RI. Bisa diartikan bahwa penyadapan tersebut adalah
bentuk pelecehan yang dilakukan pemerintah Australia terhadap kedaulatan RI. Di
akun twitternya, SBY sempat memposting beberapa komentar tegas yang

berhubungan dengan aksi penyadapan itu6.
Australia jelas menganggap Indonesia sebagai tetangga yang berpotensi
menimbukan ancaman bagi negaranya. Menurut Stephen M. Walt ada beberapa
faktor yang bisa menimbulkan suatu negara bisa menjadi ancaman potensial bagi
negara lainnya. Faktor yang dapat membuat suatu negara berpotensi sebagai
ancaman antara lain adalah kedekatan geografis, kekuatan agregat, kemampuan
ofensif, dan niat ofensif7.
Dalam kasus Penyadapan antara Australia kepada Indonesia. hal yang
membuat Australia merasa terancam kepada Indonesia hingga membuat Australia
harus melakukan penyadapan disebabkan karena Indonesia berpotensi menjadi
sebuah ancaman bagi Australia karena Australia dan Indonesia secara geografis
6

Esvandi Dodi (2013), “Akhirnya SBY Berkicau di Twitter Mengenai Kasus Penyadapan oleh Australia”,

diakses dari http://www.tribunnews.com/nasional/2013/11/19/akhirnya-sby-berkicau-di-twitter-mengenaikasus-penyadapan-oleh-australia, pada tanggal 17 Juni 2014
7

Stephen M. Walt (1985), “Alliance Formation and the Balance of World Power”, The MIT Press, hal. 9


5

berdekatan dan sumber daya alam Indonesia yang melimpah membuat Indonesia
diperhitungkan dimata Australia. dua sebab diatas membuktikan teori Stephen M.
Walt tentang sumber ancaman yang bersumber dari kekuatan agregat dan
kedekatan geografis.
Jauh sebelum Stephen M. Walt. Morgenthau dalam tulisannya berpendapat
bahwa ada 9 unsur-unsur kekuatan nasional di dalam suatu negara. Dimana disini
bisa menjelaskan konsep kekuatan agregat yang digagas oleh Walt. Unsur-unsur
itu yaitu geografi, sumber daya alam yaitu pangan bahan mentah dan kekuatan
minyak; kemampuan industri; kesiagaan militer, yaitu teknologi, kepemimpinan
serta kuantitas dan kualitas angkatan bersenjata; penduduk, berkaitan dengan
penyebaran penduduk dan kecenderungan-kecenderungannya; karakter nasional,
berkaitannya dengan eksistensinya dan kaitannya dengan kekuatan nasional;
moral nasional, berkaitan dengan stabiilitas dan kualitas masyarakat dan
pemerintah; kualitas diplomasi; dan kualitas pemerintah, yang berkaitan dengan
perimbangan antara sumber daya dan politik, perimbangan diantara berbagai
sumber daya, dukungan rakyat, dan politik luar negeri suatu negara8.
Kedekatan Indonesia dan Australia secara geografis membuat kedua
negara rentan dan mudah untuk memberikan ancaman satu sama lain. Negaranegara yang saling berdekatan lebih bisa berpotensi mengancam daripada negara

yang saling berjauhan satu sama lain9. Sebagai contoh, dahulu Inggris lebih fokus
terhadap kekuatan angkatan laut Jerman daripada angkatan laut Brazil, padahal
saat itu angkatan laut Jerman dan Brazil sama-sama mengancam. Akan tetapi
Inggris justru menganggap angkatan laut Jerman lebih mengancam dan dijadikan
fokus karena kedekatan geografis menjadi faktor pertimbangan. karena semakin
dekat, semakin mudah pula Jerman apabila sewaktu-waktu berniat untuk
menyerang Inggris. Pola yang sama juga terjadi antara Australia dan Indonesia,
Australia memilih untuk menyadap petinggi Indonesia daripada seandainya harus
menyadap petinggi Russia walaupun secara kapabilitas untuk menyerang Russia
justru lebih mengancam daripada Indonesia. Australia menganggap bahwa masa
8

Morgenthau, Hans J (2010), “Politik Antarbangsa”. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta. hal. 123-195

9

Stephen M. Walt (1985), “Alliance Formation and the Balance of World Power”, The MIT Press, hal. 10

6


depan keamanan nasionalnya sangat berpengaruh dengan bagaimana Indonesia
kedepannya. Penyadapan kepada para petinggi dimaksudkan untuk mengetahui
dan mengumpulkan informasi sebagai acuan untuk melihat berbagai aspek
pergerakan dan rencana-rencana petinggi yang berpengaruh dalam pembuatan
keputusan dalam suatu kebijakan.
Yang membuat Australia merasa terancam juga dapat dianalisa atas
kekuatan agregat Indonesia yang melampaui Australia sendiri. Kekuatan agregat
adalah kekuatan yang terlihat dan dapat dihitung seperti populasi, jumlah
peralatan militer, jumlah pasukan militer, dan sumber daya. semakin besar
kekuatan agregat suatu negara, semakin besar juga ancaman potensial yang
sewaktu-waktu bisa terjadi kepada negara lain 10. Sebagai contoh, saat ini sebagai
negara superpower yang memilik banyak populasi dan peralatan perang, Amerika
Serikat sangat diwaspadai oleh sebagian besar negara-negara lain di dunia karena
kekuatan agregat Amerika Serikat yang tinggi. Pola yang sama terjadi antara
Indonesia dan Australia dalam lingkup populasi dan kekuatan militer dan sumber
daya ala,. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan dalam tabel dibawah ini.
1.1
Manpower
Total Population
Available Mainpower
Fit for Service
Reaching Military Age Anually
Active Frontline Personnel
Active Reserve Personnel
1.2
Land Systems
Tanks
Armored Fighting Vehicles
Shelf-Propelled Guns
Towed Artillery Pieces
Rocket Projectors (MLRS)
Portable Mortar Systems
10

Indonesia
242,325,638
129,075,188
107,538,660
4,455,159
438,410
400,000

Australia
22,620,600
10,433,186
8,651,943
279,365
47,135
29,396

Indonesia

Australia

400
506
647
62
50
3,350

59
1,526
0
303
0
1,000

Stephen M. Walt (1985), “Alliance Formation and the Balance of World Powe”r, The MIT Press, hal. 9

7

Portable AT weapons
Logistical Vehicles

11,000
11,100

500
12,500

Indonesia
444
187

Australia
377
106

Indonesia
150
0
6
0
23
2
70
12
26

Australia
54
0
12
0
0
6
14
6
8

1.3
Air Power
Total Aircraft
Helicopters
1.4
Naval Power
Total Strength
Aircraft Carriers
Frigates
Destroyers
Corvettes
Submarines
Coastal Craft
Mine Warfare
Amphibious Assault
1.5
Resources
Oil production
Oil consumption
Proven oil reserves

Indonesia
1,115,000 bbl/day
1,115,000 bbl/day
3,885,000,000 bbl/day

Australia
482,500 bbl/day
960,800 bbl/day
1,426,000,000 bbl/day

Sumber: http://www.globalfirepower.com/
Data Tahun 2013
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa Indonesia lebih dominan jika
dibandingkan secara head to head dan memang Australia kalah di aspek kekuatan
agregat jika dibandingkan dengan Indonesia dalam perbandingan manpower
(kekuatan orang-orang siap untuk melayani negara), naval power (kekuatan
angkatan laut), land system (kekuatan angkatan darat), air power (kekuatan
angkatan udara) dan resources (sumber daya).
Jadi, Indonesia menjadi ancaman bagi Australia disebabkan oleh dua
faktor yang telah dianalisa dengan dua faktor mengapa suatu negara bisa

8

berpotensi menjadi ancaman menurut Stephen M. Walt yaitu, karena faktor
kekuatan agregat, dan kedekatan geografis. Dan menurut penulis, dua faktor lain,
kemampuan ofensif, dan niat ofensif sengaja tidak dibahas karena dalam faktor
potensi ancaman itu tidak dapat diukur dan dilihat secara jelas apa Indikatornya
karena kemampuan ofensif tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor penunjang
materil, namun juga skill, skill sulit untuk diukur. kemudian niat ofensif jelas sulit
untuk diukur karena bersifat laten.
III. Conclusion
Yang membuat Australia merasa terancam disebabkan atas kekuatan agregat
Indonesia yang melampaui Australia sendiri. kedekatan geografis juga
mempengaruhi. Karena bagi Australia, Indonesia adalah negara tetangga dan
berpotensi menjadi ancaman. Mengingat, dalam sebagian kerjasama yang
dilakukan, Australia bisa dianggap sangat bergantung kepada Indonesia. salah
satunya dalam hal pencegahan imigran gelap.
Melihat situasi ketegangan yang terjadi antara Indonesia dan Australia
akhir-akhir ini. kedua negara sudah melakukan diplomasi satu sama lain.
diplomasi adalah salah satu cara menyelesaikan ketegangan yang efektif. Tidak
perlu ada respon yang berlebihan dari petinggi Indonesia. ditakutkan, jika ada
respon yang berlebihan malah akan menjadi “boomerang” bagi Indonesia.
mengingat, spionase sebenarnya juga bisa dibuat sebagai alat Indonesia memenuhi
kepentingan nasionalnya terhadap negara-negara lain. Karena dalam keadaan
dunia seperti sekarang. Spionase sudah lumrah, spionase bukan tentang
bagaimana cara menghentikannya, tapi lebih tentang bagaimana mempertahankan
diri dari usaha itu.
Kecemasan suatu negara kepada negara lain juga merupakan hal yang
wajar. Karena dalam politik antar bangsa, setiap negara hidup dalam dunia yang
tidak pasti dan Anarki, cepat berubah dan setiap negara mau tidak mau harus
berupaya untuk bisa mempertahankan diri atas upaya yang mengancam atau
berpotensi mengancam kepentingan nasionalnya.

9

Untuk kedepannya, aksi spionase akan terus terjadi dan dilakukan oleh
beberapa negara kepada negara lain, non-negara kepada negara lain atau negara
kepada non-negara. Karena spionase adalah cara yang cukup halus untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan aktornya walaupun beresiko tinggi dan
rentan akan terjadinya ketegangan antar kedua pihak yang yang melakukan dan
target spionase jika sewaktu-waktu aksi spionase terungkap saat sedang dijalankan
ataupun telah dijalankan.

10

IV.

Reference(s)

1.

Morgenthau, Hans J (2010), “Politik Antarbangsa”. Jakarta : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

2.

Stephen M. Waltz (1985), “Alliance Formation and the Balance of World
Power”, The MIT Press.

3.

Esvandi Dodi (2013), Akhirnya SBY Berkicau di Twitter Mengenai Kasus
Penyadapan oleh Australia, diakses pada tanggal 17 Juni 2014,
http://www.tribunnews.com/nasional/2013/11/19/akhirnya-sby-berkicaudi-twitter-mengenai-kasus-penyadapan-oleh-australia.

4.

Sri Nurhartanto, Gregorius (2013), Penyadapan Dan Pasang Surut RiAustralia”

diakses

pada

tanggal

17

Juni

2014.

http://fh.uajy.ac.id/2013/11/22/penyadapan-dan-pasang-surut-ri-australia/.
5.

Damono, Bambang dkk (2010). Sebuah Konsep dan Strategi Keamanan
bagi

bangsa Indonesia

,

diakses

pada

tanggal

17

Juni

2014.

http://www.dkn.go.id/wantannas/images/stories/Buku%20Kamnas
%20wantannas.pdf .
6.

Wikipedia (2013). Spionase, diakses pada tanggal 17 Juni 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Spionase.

7.

Gidius Patnistik, Kompas (2013) “Australia Sadap Telepon SBY dan
Sejumlah Menteri Indonesia”, diakses pada tanggal 17 Juni 2014.
http://internasional.kompas.com/read/2013/11/18/0950451/
Australia.Sadap.Telepon.SBY.dan.Sejumlah.Menteri.Indonesia.

8.

The Free Dictionary (2014). Espionage. Diakses pada tanggal 17 Juni
2014 http://www.thefreedictionary.com/espionage.

11

12

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta

7 158 123

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111