LAPORAN PENDAHULUAN SPERMATOGENESIS DAN ID

BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang
Pernahkah kalian memikirkan proses tumbuhnya badan bayi hingga
dewasa? Dari bayi, kita dapat tumbuh menjadi bentuk seperti sekarang ini
disebabkan sel-sel di dalam tubuh kita terus-menerus memperbanyak diri melalui
pembelahan sel. Oleh karena itu, pembelahan sel merupakan faktor penting dalam
hidup kita. Sel merupakan bagian terkecil yang menyusun tubuh kita. Setiap sel
dapat memperbanyak diri dengan membentuk sel-sel baru melalui proses yang
disebut pembelahan sel atau reproduksi sel . Pada organisme bersel satu
(uniseluler ), seperti bakteri dan protozoa, proses pem-belahan sel merupakan
salah satu cara untuk berkembang biak. Protozoa melakukan pembelahan sel dari
satu sel menjadi dua, dari dua sel menjadi empat, dan dari empat sel menjadi
delapan, dan seterusnya.
Pada makhluk hidup bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel
mengakibatkan bertambahnya sel-sel tubuh. Oleh karena itu, terjadi-lah proses
pertumbuhan pada makhluk hidup. Pembelahan sel juga berlangsung pada sel
kelamin atau sel gamet yang bertanggung jawab dalam proses perkawinan antar
individu. Setelah dewasa, sel kelenjar kelamin pada tubuh manusia memb elah
membentuk sel-sel kelamin.

Seorang laki-laki menghasilkan sperma di dalam testis, sedangkan wanita
menghasilkan sel telur atau ovum di dalam ovarium.
Pada dasarnya, pembelahan sel dibedakan menjadi dua, yaitu pembelahan
secara langsung (amitosis) dan pembelahan secara tidak langsung (mitosis dan
meiosis). Apa yang dimaksud dengan pembe-lahan sel secara langsung maupun
tidak langsung tersebut? Kalian akan mengetahuinya dengan menyimak
penjelasan berikut.

1

1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi ovum dan sperma ?
2. Bagaimana Struktur ovum dan sperma ?
3. Bagaimana proses pembentukan ovum ( Oogenesis) ?
4. Hormon apa saja yang mempengaruhi proses pembentukan ovum ?
5. Bagaimana proses pembentukan sperma (spermatogenesis) ?
6. Hormon apa saja yang mempengaruhi proses pembentukan sperma ?
7. Apa saja kelainan pada Ovum dan Sperma ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan umum

Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami teori- teori dalam
memahami tentang“ sperma dan ovum “ selama proses belajar mengajar, sehingga
dapat menerapkan secara nyata dan untuk menambah pengetahuan secara luas
serta meningkatkan pemahaman tentang sperma dan ovum.
Tujuan khusus
Mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami tentang struktur sperma dan ovum
2. Memahami tentang pembelahan pada sperma dan ovum
3.

Memahami hormon apa saja yang berpengaruh dalam proses spermatogenesis
dan oogenesis

2

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Sel telur (ovum) adalah sel reproduksi (gamet) yang dihasilkan oleh

ovarium dari organisme berjenis kelamin betina. Berbeda dengan hewan
(termasuk manusia), tumbuhan betina juga menghasilkan sel telur yang terlindung
oleh bakal biji (ovulum). Sel telur manusia, berbentuk bulat, berdiameter lebihkurang 145 µm, dengan jumlah kromosom 23 (haploid / n). Pewarisan sifat
(informasi

genetik)

dari

pihak

wanita,

terdapat

dalam

sel telur

ini.


Sel telur manusia, tidak dapat diperbaharui.
Sel telur manusia hanya dibuat sekali, yaitu pada saat masih janin (dalam
kandungan ibu). Indung telur (ovarium) tidak memproduksi sel telur. Ovarium
hanya melepaskan sel telur yang telah matang / siap dilepaskan, dan itupun dapat
dipastikan "hanya sebulan sekali". Sel telur tersebut adalah sel telur yang
bertumbuh-kembang sejak masa janin. Akibatnya, jumlah sel telur senantiasa
berkurang, sejalan dengan bertambahnya peluang kalainan pada "mainboard"
sistem informasi genetik manusia. Semakin tua seorang wanita saat hamil, akan
semakin besar pula peluang / kemungkinan terjadinya anak dengan kelainan /
kecacatan. Secara umum, batasan usia reproduksi sehat bagi wanita berkaitan
dengan.
Sperma istilah berasal dari kata Yunani (σπέρμα)”sperma” (yang berarti
"benih") dan mengacu ke sel-sel reproduksi laki-laki. Dalam jenis reproduksi
seksual dikenal sebagai anisogamy dan oogamy, ada perbedaan ditandai dalam
ukuran gamet dengan yang lebih kecil yang disebut sel "laki-laki" atau sperma.
Sel sperma manusia adalah sel reproduksi pada laki-laki dan hanya akan
bertahan hidup di lingkungan yang hangat, sekali meninggalkan tubuh
kelangsungan hidup sperma berkurang dan dapat menyebabkan sel mati,
3


mengurangi kualitas sperma. Sel sperma datang dalam dua jenis; "laki-laki" dan
"perempuan". Sperma sel-sel yang menimbulkan perempuan (XX) keturunan
setelah pembuahan berbeda dalam bahwa mereka membawa kromosom X,
sedangkan sperma sel-sel yang menimbulkan laki-laki (XY) keturunan membawa
kromosom Y.

2.2 Struktur Sperma Dan Ovum
Struktur Sperma

1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.

1.
Bagian kepala Bentuk oval / bulat dengan ukuran panjang X lebar : 5x3µm
(batasan WHO : 4.0 – 5.5 µm dan lebarnya 2.5 – 3.5 µm). mengandung inti
sel

(nukleus)

yang haploid

dan

bagian

ujungnya

mengandung

akrosom berwarna jenih tidak mengandung organela –organela dan meliputi
sekitar 40-70% dari luas kepala. yang berisi enzim hialuronidase dan
proteinase yang berperan membantu menembus lapisan yang melindungi sel

telur.

4

2.

Bagian

tengah

mengandung

mitokondria

yang

berperan dalam

pembentukan energi yang digunakan untuk pergerakan ekor sperma.
3.


Bagian ekor, sebagai alat gerak sperma agar dapat mencapai ovum.
Panjang ekor 9 sampai 10 kali panjang kepala, dengan bentuk lurus
memanjang dari kepala atau membentuk alur gelombang . Ekor dapat di bagi
menjadi 3 bagian:
 Middle piece : Midpiece ; yang berdekatan dengan leher, panjang 10 µm.
Terdiri dari aksonema yang mempunyai struktur seperti silia (9 mikro
tubulus yang mengelilingi sepasang tubulus sentral). Pada keadaan normal
leher dan midpice berada salam satu sumbu dengan

sumbu panjang

kepala.
 Principal piece; bagian utama dengan panjang 40-45µm merupakan bagian
terpanjang. Lapisan mitokondria di midpice disini sudah digantikan
dengan serabut fibrus.
 End pice ; bagian terminal dengan panjang sekitar 2-5µm. Pada bagian
ujung ini sudah tidak ada lagi serabut fibrus dengan bagian ujung ini
susunannya seperti silia biasa.
[ CITATION her10 \l 1057 ]


5

Struktur Ovum
Ovum,

selayaknya

spermatozoon

juga didesain khusus untuk memuat
muatan

genetis

berupa

23

kromosom, dan merupakan gamet

dari wanita. Dan untuk melindungi
muatan genetis tersebut, ovum harus
memiliki

beberapa

lapisan

pelindung, antara lain:
1. Membran Vitellin yaitu lapisan transparan di bagian dalam ovum.
2. Zona Pellusida yaitu lapisan pelidung ovum yang tebal dan terletak di bagian
tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa.
3. Korona Radiata yaitu merupakan sel-sel granulosa yang melekat disisi luar
oosit

dan

merupakan

mantel


terluar

ovum

yang

paling

tebal.

Ovum merupakan gamet betina yang nantinya akan melakukan fusi
(penyatuan) dengan spermatozoon untuk membentuk zigot pada proses
pembuahan. Ovum pada manusia bersifat microlechital yaitu ovum dengan
kuning telur yang sedikit dan memiliki ukuran kecil dengan rata-rata
berdiameter 1,5µ

2.3 Proses Pembentukan Spermatogenesis Dan Oogenesis
Gametogenesis
Pembentukan ovum dan sperma terjadi melalui proses meiosis (sedangkan
sel-sel

somatik

menghasilkan

mengalami

ovum

dan

pembelahan
spermatogenesis

melalui

metosis).

menghasilkan

Oogenesis

sperma.

Satu

spermatogeniummenghasilkan empat sperma dan satu 0ogenium menghasilkan
satu ovum dan dua badan kutub. Meiosis adalah pembelahan dengan reduksi,
yang normalnya membuat setiap gamet mengandung 23 kromosom (haploid).
6

Oleh karena itu, ketika terjati pembelahan dan dua gamet haploid bersatu, pada
keadaan normal terbentuk Zigod yang mengandung 46 kromosom (diploid) .
[ CITATION Ben08 \l 1057 ]

Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal :
spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis, tepatnya
di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa disingkat sperma yang bersifat haploid
(n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Spermatogenesis
mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan
diferensisasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel
germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua
sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia
berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.

Seperti yang kita tahu, Spermatozoa diproduksi (Spermatositogenesis) di testis
tepatnya didalam tubulus seminiferus, yang dipengaruhi oleh hormone

7

testosterone. Spermatogenesis terdiri dari pembelahan sel secara mitosis termasuk
proliferasi dan maintenance dari spermatogonia.
a. Spermatogonium
Sel yang paling dekat dengan membrana basalis tubulus seminiferus.Besar sel
bervariasi(±12αm) terdiri atas 2 macam sel :
1. Spermatogonium A pucat (Ap)
Karakteristik :lokasinya pada membrana basalis ,bagian atas di tutup oleh
sitoplasma sel sertoli .Bentuk sel oval /bulat .ini bulat terwarna pucat oleh
karena kromatin halus dan tersebar. Anak inti :biasanya satu menempel pada
dinding inti,kromatin halus tersebar rata. Sitoplasmanya jernih mengandung
organela-organela (mitokondria,krista,vesikel Golgi ,jala-jala endoplasma ,dan
ribosom)
Terdapat sejumlah gambar spermatogonium A yang karakterristik
 Mitokondria tersusun padat dan jarang dipisahkan oleh material homogen
 Kristal Lubarsch ,benang-benang mikro(mikro filamen yang diselingi
granula halus atau benang –benang mikro yang bersilang).
2. Spermatogonium A gelap (Ad)
Berbeda dengan spermatogium Ap, Spermatogonium Ad bentuknya lebih
memanjang. Inti lebih gelap oleh karena densitas kromatinnya lebih padat,
kadang-kadang terdapat vakuola yang tidak tegas batasnya. spermatogoium Ap
dan Ad tidak dapat dibedakan dengan melihat sitoplasmanya.
3. Spermatogonium B
Terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dari pada spermatogonia A.
Kadang– kadang terdapat pada lamina basalis tetapi hanya sebagaian saja yang
melekat pada membrana basalis oleh karena sebagaian besar sitoplasmanya
dikelilingi oleh sitoplasmanya sel sertoli yang terdekatan.

8

Bentuk bulat ,inti sferis di tengah terisi oleh 1-2 anak inti yang lepas dari
dinding

inti,

lebih

berhubungan

dengan

kromatin

di

sekelilinginya.Sitoplasmanya menyupai sitoplasma spermatogonium A tetapi
lebih banyak mengandung ribosom.
b. Spermatosit I
Besarnya 8 ±αm,menyerupai spermatogonium .inti besar sekali dan
terlihat jelas.pada stadium interfase terlihat butir-butir kromatin halus tersebar
merata.spermatosit I masih mengandung kromosom diploid (2n).sitoplasmanya
mengandung organela yang berbeda dengan spermatogonium
Spermatosit I ini akan mengalami pembelahan menjadi spermatosit II melalui
pembelahan Meiosis,dimana waktu profase agak lama dimana terjadi perubahan
yang hebat dari benang-benang kromatinnya.
c. Spermatosit II
Bentuk bulat besar 12µm inti menunjukkan pemadatan kelompok kromatin
yang dihubungkan dengan benang-benang kromatin . spermatosit II sukar dilihat
oleh karena itu masa interfasenya pendek.
d. Spermiogenesis
Merupakan proses perubahan dari spermatid menjadi spermatoozon. Pada
awalnya spermatid mempunyai bentuk bulat dengan ukuran 8µm. Berisi benangbenang kromatin atau kelompok – kelompok padat homogen sebesar anak inti.

9

Oogenesis

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.
Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia
(tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam
kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia
fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap
memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis
menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit
primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan
miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu
menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai
masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I,
hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit
sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.

10

Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan
mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah
menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi
berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut
bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari
pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder.
Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan
ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
Selama kehidupan perempuan rata-rata, hanya sekitar 400 oosit
akanberovulasi. Ada total 20-30 pembelahan sel telur yang diproduksi untuk
masing-masing, sehingga, kemungkinan telur yang diberikan setiap mengakuisisi
mutasi DNA berbasis merugikan relatif rendah. Namun, tingkat tinggi
darikesalahan pembelahan meiosis terlihat dalam oogenesis. Hal ini juga
mencatatbahwa para ibu yang lebih tua memiliki peningkatan risiko untuk
konsepsi yang baik trisomi (satu kromosom ekstra) atau monosomi (satu
kromosomhilang). Kesalahan ini kemungkinan besar terkait dengan periode lama
stasisantara

kelahiran

dan

ovulasi

oosit

ketika

diadakan

tersuspensi

dalampembelahan sel pertengahan.Telah menyarankan bahwa, dari waktu ke
waktu,mekanisme pembelahan sel menjadi kurang stabil yang mengarah
padapeningkatan frekuensi kesalahan. Sayangnya, jumlah abnormal kromosom
yangberhubungan dengan cacat fisik dan / atau mental, sehingga konsepsi seperti
itu sering mengakibatkan terminasi spontan. Sebuah ketidakseimbangan
kromosom beberapa, termasuk trisomi 13, trisomi 18, trisomi 21 (sindromDown),
dan monosomi X (Turner sindrom), kadang-kadang ditoleransi dan dapat
menimbulkan bayi lahir hidup, tetapi anak-anak ini akan memiliki sejumlah
masalah mulai dari kelainan jantung, kelainan struktural, dan retardasi
pertumbuhan, keterbelakangan mental ringan sampai parah

11

2.4 Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses pembuahan. Pembuahan didahului oleh peristiwa
ovulasi, yaitu lepasnya sel telur yang masak dari ovarium Setelah ovulasi sel telur
ditangkap oleh infundibulum dan segera menuju ke saluran fallopi, di saluran
inilah terjadi pembuahan (fertilisasi). Fertilisasi terjadi ketika ada sperma masuk,
dan sperma tersebut membuahi ovum. Sperma yang sebelumnya ditampung dalam
vagina saat kopulasi, selanjutnya bergerak melalui uterus menuju saluran telur
(tuba fallopi). Sementara itu umumnya hanya sebutir telur yang dihasilkan,
sedangkan jumlah sperma yang tertampung berkisar antara 200-300juta. Dari
sekian banyak sperma, hanyasatu yang dapat membuahi sel telur Setelah sebuah
sperma dapat menembus permukaan luar sel telur saat proses fertilisasi, sel telur
segera menyusun penghalang kimiawi. Artinya sel telur dilapisi oleh senyawasenyawa tertentu sehingga jutaan sperma yang lain tidak ikut membuahi sel telur
tersebut. Saat sel telur dengan sperma menyatu pada proses fertilisasi, zigot yang
terbentuk mempunyai 46 kromosom dalam intinya.
Sel telur yang sudah dibuahi membentuk zigot, kemudian zigot bergerak
menuju rahim dan menempel pada dinding rahim melalui plasenta dan
berkembang di dalam rahim. Sejalan dengan waktu, zigot mengalami pembelahan
sel. Setelah kurang lebih 7 hari, kumpulan sel-sel yang berbentuk bola hasil
pembelahan zigot akan tertanam dalam dinding uterus. Sebelum zigot tertanam,
dinding uterus telah lebih dahulu menebal yang siap menerima zigot. Di dalam
uterus zigot akan tumbuh selama 9 bulan sampai saat bayi dilahirkan.
Jika ovum tidak dibuahi sperma, jaringan dalam dinding rahim yang telah
menebal dan banyak pembuluh darah akan rusak dan luruh sehingga terjadi
menstruasi
2.5 Kehamilan
Zigot yang telah berada di rahim akan terus tumbuh dan berkembang
menjadi embrio sampai dilahirkan. Masa embrio/masa kehamilan manusia sekitar
12

9 bulan 10 hari. Di dalam rahim embrio mendapat makanan dari tubuh induk
melalui plasenta (ari-ari). Embrio di dalam rahim dilindungi selaput pembungkus
berikut.
1.

Amnion, merupakan selaput yang membatasi ruangan tempat terdapatnya
embrio. Dinding amnion mengeluarkan getah berupa air ketuban yang
berguna untuk menjaga embrio agar tetap basah dan menahan goncangan.

2.

Korion, merupakan suatu selaput yang berada di sebelah luar amnion.
Korion dan alantois akan tumbuh membentuk jonjot pembuluh darah yang
berhubungan dengan peredaran darah induknya melalui plasenta.

3.

Sakus vitellinus (kantong kuning telur) terletak di antara amnion dan
plasenta. Sakus vitelinus merupakan pemunculan sel-sel dan pembuluh darah
yang pertama.

4.

Alantois terletak di dalam tali pusat. Alantois berfungsi untuk respirasi,
saluran makanan, dan ekskresi. Waktu embrio berkembang, jaringan
epitelnya menghilang dan tinggal pembuluh darah yang berfungsi sebagai
penghubung embrio dan plasenta.
Pola perkembangan embrio manusia berdasarkan usia disajikan pada tabel

berikut.
Tabel 2.1 Pola perkembangan embrio manusia berdasarkan usia.
Usia
1
bulan
minggu)
2

bulan

minggu)

Pola-pola perkembangan
(4 Bagian kepala, jantung, dan hati mulai terbentuk; sistem
pencernaansebagai suatu saluran sederhana; ada sebuah ekor
yang khas;jaringan-jaringan ekstra embrionik mulai muncul.
(8 Telinga, mata, jari-jari, mulut, hidung, dan tumit merupakan
bentuk-bentuk

tersendiri;

tulang

mulai

dibentuk,

sistem

pencernaanterbentuk; sistem saraf dan sistem sirkuler mulai
berfungsi; adanya

13

alat kelamin luar, tetapi belum dapat dibedakan jenis
kelaminnya.
3

bulan

minggu)

(12 Ginjal, hati, tangan, lengan, tungkai, kaki, dan sistem
pencernaantelah berkembang baik; alat kelamin luar antara pria
dan wanitamulai dapat dibedakan; paru-paru mulai jelas; adanya
gerakangerakan
kecil dari janin.

4

bulan

minggu)

(16 Detak jantung sudah dapat dirasakan; terbentuknya tulangtulangdi seluruh tubuh; kulit berkembang sepenuhnya; sudah
dapat ditentukanjenis kelaminnya; munculnya alis, bulu mata,
dan rambut
kepala; gerakan janin meningkat.

9,5

bulan

minggu)

(38 Sejak minggu ke-16 sampai saat kelahiran terjadi akumulasi
lemakdi bawah kulit; menjelang minggu ke-22 janin mulai
membukamatanya; gerakan-gerakan janin dirasakan oleh ibunya,
terjadi
kenaikan gerak badan yang sangat cepat; pada bulan ke-7 posisi
kepala ke bawah sebagai persiapan untuk kelahiran

2.6

Hormon Yang Berpengaruh Dalam Oogenesis

 Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang Berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
 Hormon LH (Luteinizing Hormone) yang Berfungsi merangsang
terjadinya ovulasi (yaitu proses pengeluaran sel ovum)
 Hormon estrogen yang berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder

14

 Hormon progesteron yang berfungsi juga untuk menebalkan dinding
endometrium.
2.7 Hormon Yang Berpengaruh Dalam Spermatogenesis
 Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pembentukan sperma
secara langsung serta merangsang sel sertoli untuk menghasilkan ABP
(Androgen Binding Protein) untuk memacu spermatogonium dalam
melakukan spermatogenesis.
 Hormon LH yang berfungsi merangsang Sel Leydig untuk memperoleh
sekresi Testosterone

(Suatu hormon seks

yang penting untuk

perkembangan sperma).
2.8

Kelainan Pada Sperma

1. Kelainan Spermatogenia
Spermatogenia dengan inti yang sangat besar sekali ,Polipoid atau sel – sel
dengan multinuklei.Sitoplasma mengandung banyak vosikel, membran tertumpik–
tumpuk.mitrokondria

abnormal

dan

sitosom

yang

menyerupai

lisosom.

Spermatogonia sering terdapat pada orang sehat.
2. Kelainan spermatosit
Kelainan pada spermatosit I sering di temukan. Biasanya terjadi perubahan
pada karioplasmanya,seperti perubahan transparasi dengan berkurangnya materi
kromatin, inti sangat besar dengan sedikit karioplasma pengelompokan kromatin
dan perlekatan kromatin pada membran inti.
3. Kelainan spermatid
Kelainan terjadi pada tingkatspermatid. Kelainan ini terjadi selama proses
spermatogenesis, biasanya berupa gangguan pembentukan akrosom, kondensasi
inti dan pembentukan ekor, baik sendiri ataupun kombinasi.
4. Kelainan akrosom
Kelainan akrosom bisa berupa kelainan penyatuan dengan inti atau
terpisah da lam sitoplasma. Pada spermatid muda bisa terdapat vasikel padat yang
menempel pada inti dan vesikel akrosomyang berisi vesikel – vesikel padat ynag

15

mengelilingi kelompok vesikel kelompok vesikel di dekat inti. Pada spermatid tua
kelainan akrosomyang sering terlihat adalah :
 Penebaln sebagian akrosom
 Pelipatan lamina akrosom ke dalam inti dan membentukseptum.
 Terpisahnya sebagian akrosom dari inti
 Terbentuknya tonjolan pada ujung kepala atau bentuk lipatan , kristal
 Berisi vakuola
5. Kelainan inti
Kelainan ini meliputi
 Adanya inklusion dari vesikel
 Membran yang tersusun konsentris sehingga terputus dengan dinding
inti
 Pertumbuhan dari membran yang berlebihan yang berasal dari lamina
belakang akrosom
 Adanya tubulus-tubulus yang besar dalam inti
 Adanya vakuola yang besar dalam inti
 Berkurangnya

karioplasma

dengan

pembentukan

vesikel

yang

berlebihan.
 Kelainan dalam kondensasi kromatin, tidak menjadi homogen tetapi
merupakan kelompok butir- butir kromatin yang tersebar
6. Kelainan Ekor
Kelalaianan ekor lebih sering terjadi pada tempat insersinya. Dekpitasi
spermatozoon, keadaan dimana kepala dan ekor terpisah atau membengkok pada
lempeng basal. Ekor ganda bisa terjadi pada salah satu dari inti binuklei/
multinuklei.
Kelaianan pada aksonema mudah dilihat dengan mikroskop elektron, yaitu
berkuranganya jumlah tubulus dan serabut perifir ,kelainan susunan karaktrestik
sepasang tubulus dobel dengan 9 pasng tubulus yang mengelilinginya

16

Pada daerah leher kelainan bisa berupa :bertambah banyaknya insersi
lempeng mitokondriadi bawah inti dan adanya mitokondria raksasa. Kelainan
/varisan jumlah mitokondria sering berkaitan dengan penampilan normal
spermatozoon. Banyak kepala bulat (round headed/globozoo spermia ) kehilangan
lempeng mitokondria.
Jumlah sperma
Cairan yang dikeluarkan pria pada saat ejakulasi sewaktu senggama disebut
cairan semen. Volume normal cairan semen sekitar 2-5 ml. "Cairan semen ini
berwarna putih mutiara dan berbau khas langu dengan pH 7-8," papar dr. Bowo.
Nah, volume cairan semen dianggap rendah secara abnormal jika kurang dari 1,5
ml. Volume semen melebihi 5 ml juga dianggap abnormal.
Dalam cairan semen inilah jumlah spermatozoa merupakan penentu
keberhasilan memperoleh keturunan. Yang normal, jumlah spermatozoanya
sekitar 20 juta/ml. Pada pria ditemukan kasus spermatozoa yang kurang
(oligozoospermia) atau bahkan tak ditemukan sel sperma sama sekali
(azoospermia).
Kecuali sel-sel spermatozoa, dalam cairan semen ini terdapat zat-zat lain
yang berasal dari kelenjar-kelenjar sekitar reproduksi pria. Zat-zat itu berfungsi
menyuplai makanan dan mempertahankan kualitas spermatozoa sehingga bisa
bertahan hidup sampai masuk ke dalam saluran reproduksi wanita.
Salah satu kriteria kesuburan pria menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO)
adalah terdapat 15 juta ekor sperma dalam setiap mililiter cairan mani. Jika ada
kelainan jumlah, bisa dikatakan pria tersebut mengalami gangguan kesuburan.
Beberapa kondisi medis memang bisa menyebabkan rendahnya kualitas sperma:
a) Kegemukan
Bobot tubuh berlebih tidak hanya memengaruhi jumlah sel sperma tapi
juga meningkatkan kerusakan sel seperma. Menurut penelitian dari Harvard
University, hal itu disebabkan karena kelebihan lemak bisa mengurangi kadar
hormon testosteron dan meningkatkan estradiol, hormon seks wanita.
b) Obat impotensi

17

Meski pria berusia lanjut merupakan target obat disfungsi ereksi, kini
makin banyak saja pria berusia muda yang ikut mengonsumsi pil biru dan
sejenisnya tanpa resep dokter. Padahal hasil riset yang dilakukan di Inggris
menemukan obat disfungsi ereksi seperti Viagra, Levitra dan Cialis bisa merusak
kepala sperma sehingga sperma makin sulit untuk melakukan penetrasi ke dalam
sel telur dan memulai pembelahan sel.
c) Kekurangan zinc
Sebuah studi menemukan kadar zinc pada pria yang subur lebih tinggi
dibanding pada pria yang infertil. Para ahli menyebutkan zinc berperan untuk
melawan radikal bebas penyebab kerusakan sel sperma. Penuhi kebutuhan akan
zinc melalui sereal, multivitamin atau konsumsi daging.
d) Radiasi ponsel
Peneliti

dari

Cleveland

Clinic

menemukan

makin

sering

pria

menggunakan ponselnya, makin rendah jumlah sperma yang dihasilkannya.
Penelitian terpisah yang dilakukan tim dari Australia menemukan sebabnya.
Frekuensi 1,8 gigahertz yang dipakai dalam ponsel akan meningkatkan jumlah
radikal bebas yang bisa merusak sel sperma dan mengurangi kemampuan gerak
sperma.
e) Kurang asupan serat
Tim dari University of California menemukan pria yang kekurangan asam
folat, memiliki sperma dengan jumlah kromosom yang salah 20 persen lebih
tinggi dibanding pria yang cukup akan asam folat. Sumber terbaik asam folat
adalah sayuran hijau, seperti bayam, asparagus, dan lain sebagainya.
f) Merokok
Kebiasaan merokok bukan hanya menyebabkan penyakit kronis, namun
juga memengaruhi jumlah dan kualitas sperma. Para ahli percaya, saat merokok
tubuh kita akan dibanjiri oleh radikal bebas. Bukan cuma menyebabkan sel
kanker, hal ini juga akan memicu kerusakan DNA pada sperma.
g) Depresi
Para ahli dari Cornell University mengungkapkan, seorang pria yang
mengonsumsi obat antidepresan beresiko tinggi mengalami kerusakan DNA pada

18

spermanya. Kerusakan DNA tersebut akan menyebabkan berkurangnya kesuburan
dan meningkatkan risiko cacat pada janin
 Kelainan Bentuk (Morfologi)
Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong. Terdiri dari kepala, tubuh,
dan ekor. Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan
mempengaruhi pergerakan sperma. Ini tentu saja akan mempersulit sel sperma
mencapai sel telur.

Pergerakan Lemah
Untuk mencapai sel telur, sel sperma harus mampu melakukan perjalanan
panjang. Ini pun menjadi penentu terjadinya pembuahan. Jumlah sel sperma yang
cukup, jika tak dibarengi pergerakan yang normal, membuat sel sperma tak akan
mencapai sel telur. Sebaliknya, kendati jumlahnya sedikit namun pergerakannya
cepat, bisa mencapai sel telur.
Kasus lemahnya pergerakan sperma (asthenozoospermia) kerap dijumpai.
Adakalanya malah spermatozoa mati (necrozoospermia). Gerakan spermatozoa
dibagi dalam 4 kategori:a. Bergerak cepat dan maju lurusb. Bergerak lambat dan
sulit maju lurusc. Tak bergerak maju (bergerak di tempat)d. Tak bergerak. Sperma
dikatakan normal bila memiliki gerakan normal dengan kategori a lebih besar atau
sama dengan 25% atau kategori b lebih besar atau sama dengan 50% Spermatozoa
yang normal satu sama lain terpisah dan bergerak sesuai arahnya masing-masing.
Dalam keadaan tertentu, spermatozoa abnormal bergerombol, berikatan satu sama
lain, dan tak bergerak. "Keadaan tersebut dikatakan terjadi aglutinasi," jelas Tri
Bowo. Aglutinasi dapat terjadi karena terjadi kelainan imunologis di mana sel
telur menolak sel sperma.
Cairan Semen Terlalu Kental
Cairan semen yang terlalu kental mengakibatkan sel sperma sulit bergerak.
Pembuahan pun jadi sulit karena sel sperma tak berhasil mencapai sel telur. Pada

19

kasus normal, saat diejakulasikan, cairan semen dalam bentuk yang kental akan
mencair (liquifaksi) antara 15-60 menit.
Saluran Tersumbat
Saat ejakulasi, sperma keluar dari testis menuju penis melalui saluran yang
sangat halus. Jika saluran-saluran itu tersumbat, maka sperma tak bisa keluar.
Umumnya hal ini disebabkan trauma pada benturan. Bisa juga karena kurang
menjaga kebersihan alat kelamin sehingga menyuburkan kehidupan virus atau
bakteri.
Kerusakan Testis
Testis dapat rusak karena virus dan berbagai infeksi, seperti gondongan,
gonorrhea, sifilis, dan sebagainya. Untuk diketahui, testis merupakan pabrik
sperma. Dengan demikian kesehatannya harus dijaga. Soalnya, testis yang sehat
akan menghasilkan sperma yang baik secara kualitas dan kuantitas. Testis ini
sangat sensitif. Mudah sekali dipengaruhi oleh faktor-faktor luar. Jika testis
terganggu, produksi sperma bisa terganggu. Mungkin saat berhubungan, pria tetap
mengeluarkan sperma. Hanya saja tanpa sel sperma (azoospermia).
2.9

Kelainan Pada Ovum
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi

tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga
merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah
pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi
pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun
laboratorium hasilnya pun positif.
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun
akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat
berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun
demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan

20

hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan
memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan
bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang
menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam
dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test
pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human
chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.
Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted
ovum. Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila
telah melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Namun tindakan tersebut baru
bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter
kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih
jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan
tidak berisi janin.
Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru
ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan
perdarahan. Selain blighted ovum, perut yang membesar seperti hamil, dapat
disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor rahim atau penyakit usus.
Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses
pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus,
penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar
beta HCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga
dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau
istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.
Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah
mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa
untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika
karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika
penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak
dapat hamil sungguhan.

21

Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan
beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella
pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu,
dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di
atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik,
memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.

22

BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulakn bahwa sperma merupakan suatu
sel yang dihasilkan oleh pria yang diproduksi di testis yang membawa kromosom
XY sebagai penentu sel kelamin pada anak yang di hasilkan nanti, setelah
terjadinya konsepsi antara sel ovum dengan sperma.
Sedangkan ovum merupakan sel yang dihasilkan oleh wanita yang
diproduksi oleh ovarium yang membawa kromosom XX. Apabila mengalami
migrasi dengan sperma akan mengalami pembelahan berbentuk zigot, morula,
balstula hingga berbentuk janin.

23

DAFTAR PUSTAKA

baety, A. n. (2011). Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. In A. n. baety,
Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan (p. 7). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Benson and Pernoll's. (2008). Obsytri and genekologi. In D. wijaya, Handbook of
obstetrics & Gynecology (p. 59). jakarta: EGC.
herman wibisono. (2010). atlas spermatologi. Badung: Refika Aditama.

https://sciencearsippe.wordpress.com/science-grade9/sistem-reproduksi-manusia/
Marimbi,Hanum.(2010).Biologi Reproduksi.Djogjakarta:Nuha Medika

24