Pola Tata Ruang Dalam Rumah Tinggal Masa

POLA TATA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL
MASA KOLONIAL DI KIDUL DALEM MALANG
Lathiyfah Shanti Purnamasari, Antariksa, Noviani Suryasari
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Telp. 0341-567486
Email: lathiyfah_shanti@yahoo.com
ABSTRAK
Rumah tinggal kolonial sudah menjadi bagian dari sejarah arsitektur Indonesia. Keberadaannya
selama beberapa dekade di Indonesia telah membawa warna tersendiri bagi arsitektur Indonesia.
Fokus pembahasan dibatasi pada kajian pola tata ruang dalam pada rumah tinggal kolonial di
Kidul Dalem Malang. Hal tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan pola tata ruang dalam
pada rumah tinggal kolonial yang ada pada permukiman ini di masa kolonialisme. Tujuan dari
studi ini untuk mengetahui gambaran mengenai pola tata ruang dalam rumah tinggal kolonial di
Kidul Dalem, perubahan, serta faktor penyebabnya. Untuk mengetahui hal tersebut, digunakan
metode Survey-deskriptif. Studi di mulai dengan menetapkan variabel-variabel studi untuk
menganalisis kasus rumah tinggal colonial, kemudian ditabulasikan untuk didapatkan pola tata
ruang dalam rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem Malang. Hasil analisis menunjukkan pola tata
ruang dalam rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem memiliki zona publik di bagian depan rumah
yang simetris hingga zona semipublik yang berupa selasar/koridor yang sekaligus berfungsi
sebagai sumbu ruang. Fungsi rumah tinggal pada masa kolonial ini merupakan murni rumah
tinggal. Saat ini, rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem telah mengalami perubahan tata ruang

dalam disebabkan kebutuhan dasar manusia, kebutuhan identitas diri, perubahan gaya hidup,
teknologi baru, faktor ekonomi, serta faktor politik.
Kata Kunci: Pola tata ruang, Arsitekur kolonial

ABSTRACT
Colonial house has already become a part of Indonesian architecture history. Its existence for
several decades in Indonesia has brought its own color for the architecture of Indonesia. The focus
of the study is limited to the study of spatial patterns in the colonial house in Malang Kidul Dalem. It
is intended to describe the spatial patterns within the existing colonial house in this settlement in
the period of colonialism. The purpose of this study to know the description of spatial pattern in a
colonial house in Kidul Dalem, changes, and the contributing factor of the changes. To determine
this, use-descriptive survey method. Study in the beginning by setting the variables to analyze a
case study of colonial house, then tabulated to obtain the spatial patterns inherent in the colonial
house in Malang Kidul Dalem. Results of the analysis show spatial patterns in the colonial house in
Kidul Dalem has a public zone on the front of the house is symmetrical to the zone in the form
semipublik hallway / corridor that also serves as the axis of space. Residential function in the
colonial period is purely residential. Currently, the South's colonial house Dalem has undergone
changes in spatial structure due to basic human needs, identity needs, lifestyle changes, new
technologies, economic factors, as well as political factors.
Key words: spatial pattern, colonial architecture,


Pendahuluan
Kota Malang mengalami perkembangan pesat pada masa pendudukan Belanda di
Indonesia. Terutama setelah direncanakannya tahapan pengembangan kota yang
dituangkan dalam rencana Bouwplan. Ia menyimpan perbendaharaan arsitektur yang
sangat beragam, terutama pada masa pendudukan ini. Peninggalan masa kolonial yang
banyak ditemui di kota Malang adalah rumah tinggal.

Studi ini mengambil tata ruang dalam rumah tinggal sebagai objek studi karena pola
tata ruang dalam terbentuk sesuai dengan latar belakang penghuninya. Latar belakang
penghuni seperti latar belakang pendidikan, budaya, gaya hidup, mata pencaharian,
maupun lingkungan dapat mempengaruhi kebiasaan serta kebutuhan ruang dalam rumah
tinggal. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai kasus bangunan rumah tinggal pada
masa kolonial yang banyak mendapatkan pengaruh dari budaya bangsa-bangsa asing,
terutama bangsa Belanda yang sedang menduduki Indonesia pada saat itu.
Untuk mengetahui hal tersebut, perlu mengidentifikasi dan menganalisis pola tata
ruang dalam pada rumah tinggal dalam rumah tinggal pada masa kolonial dengan
mengambil kasus pada kawasan Kidul Dalem, Malang. Selain itu perlu pula
mengidentifikasi dan menganalisis perubahan ruang dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan pola tata ruang dalam tersebut. Studi ini dilakukan di daerah

Kidul Dalem Kota Malang, karena Kidul Dalem Malang merupakan daerah yang dekat
dengan pusat kota. Kota Malang pada masa itu masih berupa kota kabupaten kecil di
bawah Karesidenan Pasuruan, sehingga perkembangan arsitektur pada masa kolonial di
Kota Malang masa itu terpusat pada alun-alun/pusat kota;
Metode Penelitian
Studi tentang pola ruang dalam pada studi kasus bangunan rumah tinggal kolonial
ini, dilakukan dengan mengamati pola tata ruang dalam bangunan lewat gambar denah
atau pengamatan langsung dan interview dengan penghuni untuk menggali data
dokumenter, yaitu dengan metode studi survey deskriptif.
Kasus bangunan yang diambil berdasarkan ciri bangunan yang terkait dengan
rumusan masalah. Kriteria penentuan kasus bangunan, antara lain sebagai berikut:
a. Kasus bangunan berfungsi sebagai rumah tinggal dan terletak di Kidul Dalem,
Malang.
b. Rumah tinggal bercorak arsitektur kolonial dan dibangun pada periode kolonialisme
c. Bangunan masih terawat, jika terdapat perubahan, perubahan yang terjadi masih
dapat dilacak serta tidak dilakukan secara drastis merenovasi keseluruhan rumah
sehingga kehilangan karakter kolonial yang ada.
d. Bangunan masih dihuni atau ditempati oleh pemiliknya sehingga bisa mendapatkan
data dan informasi yang dibutuhkan untuk keperluan studi.
e. Penghuni rumah mengizinkan peneliti untuk melakukan pengamatan. Bila tidak

diizinkan, maka pemilik diminta menggambarkan denah serta perubahan yang terjadi.
Setelah diadakan survei berdasarkan panduan kriteria di atas, didapatkan 11 kasus
rumah tinggal kolonial (Tabel 1). Tiga kasus rumah tinggal kolonial tidak dijadikan studi
kasus karena pemiliknya kurang berkenan.
Tabel 1 Kasus bangunan rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Nama

Ny. Uswatun Hasanah
Bp. Zainal Abidin
Bp. Wibowo
Ny. Nurul Azizah
Bp. R. Indra Purnama
Bp. Abdul Hamid
Ny. Maria ulfa
Bp. Diki
Bp. Munawi
Ny Lili Aminah
Pondok Darul Hadist

Alamat
Jl. K.H. Zainul Arifin Gang Kabupaten no.3
Jl. K.H. Zainul Arifin gang IV no.1010
Jl K.H. Zainul Arifin gang VI no. 427
Jl. K.H. Zainul Arifin gang IV no. 955
Jl. K.H. Zainul Arifin gang IV no. 39
Jl. RTL No. 994
Jl. K.H. Zainul Arifin gang IV no. 966

Jl Aris Munandar gang 1 No. 1008
Jl Aris Munandar gang 1/83
Jl Zainul Arifin Gang 6/981
Jl Aris Munandar Gang 1

Data-data dari pengumpulan hasil survei primer dan sekunder yang telah
didapatkan kemudian dideskripsikan dan dianalisis berdasarkan variabel yang telah
ditetapkan. Variabel tersebut adalah:
1. Pola tata ruang dalam, meliputi fungsi ruang, sumbu ruang, simetrisitas ruang, serta
zona ruang
2. Perubahan tata ruang dalam, meliputi penambahan, perluasan, pembagian, dan
perubahan fungsi ruang, serta perubahan tata ruang dalam
3. Faktor penyebab perubahan tata ruang dalam
Hasil analisis tersebut kemudian ditabulasikan sehingga didapatkan pola tata ruang
dalam yang terdapat pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem Malang.
Hasil dan Pembahasan
Lingkungan obyek pengamatan terletak di salah satu Kelurahan di Kecamatan
Klojen. Lingkungan sekitar tapak terdiri atas beberapa kelurahan diantaranya, Kidul
Dalem, Tremenggungan, Jodipan Kidul, dan Kudusan (Gambar 1).
Sebelum tahu 1914, kawasan Kidul dalem yang terletak dekat dengan pusat kota

dan berada persis di belakang Kantor Kabupaten mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Hal ini berlangsung hingga masa Bouwplan I. Saat itu, alun-alun berfungsi sebagai
pusat kota sekaligus pusat pemerintahan.
Di derah Kidul dalem ini, terdapat rumah bupati dan patih di lingkungan ini karena
lingkungan ini berdekatan dengan pusat pemerintahan, maka munculah nama Gang
Kabupaten dan Gang Patih. Bahkan sebelumnya gang Kabupaten memiliki akses
langsung menuju kantor pemerintahan atau kantor bupati, namun kini aksesnya telah
tertutup oleh pendirian rumah tinggal.
Pada saaat itu, tidak terdapat aturan yang mengatur pembagian kapling atau lahan
untuk mendirikan rumah tinggal. Sehingga lingkungan terkesan tidak teratur dan saat ini
tambah semrawut dalam penataan. Banyak gang-gang kecil yang buntu dan tidak tertata
dengan rapi oleh karena penggunanaan lahan untuk bangunan yang seenaknya. Dengan
hal ini akses jalan tidak tertata dengan baik, apalagi pada gang-gang kecil.
Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah saat itu yang kurang memeperhatikan
pemukiman selain pemukiman bangsa Eropa. Fokus pengembangan kota Malang saat itu
adalah pada area publik serta pemukiman Eropa. Permukiman rakyat baru diperhatikan
oleh pemerintah kolonial mulai saat Bouwplan IV.
Pada kawasan Kidul dalem ini terdapat beberapa area yang memiliki fungsi
bangunan berbeda (Gambar 2). Pada umumnya bangunan yang terletak di pinggir jalan
merupakan bangunan komersil. Sedangkan bangunan-bangunan rumah tinggal berada di

dalam gang-gang sempit.

Pada daerah yang berada di dalam gang-gang inilah terdapat peninggalan rumahrumah tinggal yang berdiri pada masa kolonial (Gambar 3). Area Permukiman ini terletak
di dalam gang-gang.Hal ini dipengaruhi oleh peraturan pengelompokan daerah
perumahan berdasarkan kelompok etnis pada masa kolonialisasi. Pada masa itu, kaum
pribumi banyak yang tinggal di dalam gang-gang. Jalan KH. Zainul Arifin, terdapat 5 gang
masuk, yaitu Gang Kabupaten, Gang IV atau dahulu disebut Gang Patih, Gang VI, Gang
Arema, dan Gang VIII.

Bangunan Rumah Tinggal Kolonial

Gambar 3. Lokasi penelitian di Kidul Dalem, Klojen serta
kasus bangunan rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem,
Klojen.

Hasil analisis studi kasus, dapat dilihat bahwa pola tata ruang dalam di Kidul Dalem
Malang adalah, sebagai berikut:
Pola tata ruang dalam
1) Fungsi ruang
Fungsi rumah tinggal pada masa kolonial ini umumnya merupakan murni rumah

tinggal sejak awal dibangun hingga sekarang. Jika dilihat berdasarkan kebutuhan
intensitas ruang (Gambar 5):
• Fungsi primer tidak begitu banyak kebutuhannya, tetapi tidak pula sedikit. Hal ini
menunjukkan bahwa luasan rumah masih dapat memenuhi kebutuhan dasar
penghuni.
• Fungsi Sekunder berkisar antara cukup luas hingga sedang. Hal ini menunjukkan
bahwa luasan rumah masih dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan kebersamaan
dan kekeluargaan.
• Fungsi tersier umumnya cukup luas, tetapi ada pula yang berkisar antara sedang
hingga sempit. Hal ini menunjukkan bahwa luasan rumah pada umumnya masih
dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan aktualisasi diri.

Gambar 4. Pola pembagian ruang berdasarkan intensitas kebutuhan pada rumah tinggal kolonial
di Kidul Dalem.

Dapat dilihat bahwa intensitas kebutuhan ruang ini secara tidak langsung
berhubungan dengan teori hierarkhy of needs dari Abraham Marslow. Fungsi primer dari
rumah tinggal kolonial ini menunjukkan kebutuhan dasar penghuni, fungsi sekundernya
menunjukkan kebutuhan akan rasa cinta dan kekeluargaan, sedangkan fungsi tersiernya
menunjukkan kebutuhan akan aktualisasi diri (Gambar 5).

Dari keseluruhan kasus rumah tinggal masa kolonial yang berada di Kidul Dalem,
dapat dilihat bahwa kebutuhan-kebutuhan penghuni rumah sebagian besar sudah dapat
mencapai aktualisasi diri. Hal ini dapat disebabkan karena bangunan rumah tinggal
kolonial pada masa tersebut dimiliki oleh orang-orang dengan strata sosial maupun
ekonomi menengah ke atas, sehingga mereka dapat mencapai kebutuhan aktualisasi diri.

Gambar 5. Hierarkhy of needs berhubungan dengan intensitas kebutuhan
ruang. (Sumber: Sumber: www.stationarypilgrim.wordpress.com)

1) Sumbu ruang
Sumbu ruang yang dibentuk pada bangunan rumah tinggal masa kolonial di
kawasan Kidul Dalem Malang secara fisik dan meruang dapat dilihat berupa sirkulasi
ruangan. Sumbu ruang ini terbentuk dari titik-titik pintu ataupun jendela yang cukup
visibel dan dapat membentuk sebuah garis di mana terhadapnya bentuk-bentuk dan
ruang-ruang dapat disusun. Letaknya berada di tengah-tengah, umumnya juga berupa
sumbu simetris (Gambar 6).

Gambar 6. Pola sumbu ruang yang berupa selasar pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem.

2) Simetrisitas ruang

Kesimetrian ruang dapat dilihat secara integral maupun parsial. Secara integral,
rumah-rumah kolonial di Kidul Dalem tidak ada yang memiliki pola tata ruang dalam yang
simetris. Namun, jika dilihat secara parsial, hampir keseluruhan kasus rumah tinggal
kolonial di Kidul Dalem memiliki kesimetrisan pada zona-zona publik, dan beberapa lagi

hingga memasuki zona semi publik. Hal ini dikarenakan pemilik rumah ingin
mengatualisasikan nilai estetika menurut mereka dalam bentuk simetri kepada
pengunjung rumah, baik tamu, maupun orang yang melintas dan melihat fasade rumah
Hal ini selaras dengan pendapat Kishore Mahbubani (2000) dalam bukunya “Can
Asians Think ?” , menyatakan bahwa banyak negara di Asia, termasuk beberapa negara
di kawasan Asia Tenggara yang menganggap bahwa orang Eropa lebih unggul daripada
orang Asia. Hal inilah yang menyebabkan penduduk pribumi banyak meniru arsitektur
Eropa pada saat itu.
Oleh karena bentuk bangunan yang dianggap estetis pada masa itu, sama seperti
bangunan-bangunan kolonial yang umumnya memiliki denah simetris, maka rumahrumah yang berada di Kidul Dalem ini juga mengikuti nilai estetika yang berkembang
pada masa tersebut, yaitu dengan memiliki rumah dengan denah simetris.
Namun, karena kebutuhan lahan pada rumah tinggal membutuhkan efektifitas,
maka untuk menunjukkan nilai-nilai estetika yang berlaku pada saat itu, para pemilik
rumah tinggal kolonial ini mengaktualisasikan kesimetrisan bangunan pada area-area
yang dilihat oleh orang luar, yaitu pada zona publik (Gambar 7). Untuk zona servis, tidak
dijumpai kesimetrian. Hal ini dikarenakan pemilik rumah ingin mengatualisasikan nilai
estetika menurut mereka dalam bentuk simetri kepada pengunjung rumah, baik tamu,
maupun orang yang melintas dan melihat fasade rumah.

Gambar 7. Simetrisitas ruang pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem.

3) Zoning ruang
Zona ruang pada rumah tinggal masa kolonial di Kidul Dalem memiliki komposisi
zona publik berada di bagian depan, setelah itu ditemukan zona semi publik yang berupa
selasar. Di sebelah kanan dan kiri zona semi publik ini terdapat zona privat berupa kamar
tidur. Di ujung selasar dapat dijumpai zona servis yang terletak di bagian belakang
rumah. Komposisi ini sesuai dengan karakteristik bangunan rumah tingga kolonial
menurut Handinoto (1996) (Gambar 8)

Gambar 8. Zona ruang pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem sesuai
dengan karakteristik bangunan rumah tingga kolonial menurut Handinoto
(1996). Sumber: Redrawing dari Handinoto (1996)

Perubahan pola tata ruang dalam
a. Penambahan ruang
Penambahan ruang terdapat di area belakang rumah yaitu pada halaman untuk
memenuhi kebutuhan penghuni (Tabel 2) dikarenakan:
o Halaman belakang merupakan halaman yang cukup luas, sehingga
memungkinkan untuk penambahan ruang
o Halaman depan merupakan area publik yang dilihat oleh orang luar, yaitu pada
zona publik. Pemilik rumah mengaktualisasikan kesimetrisan bangunan pada area
yang dilihat oleh orang luar, yaitu pada zona publik ataupun zona semi publik.
o Sifat ruang yang ditambahkan merupakan ruang yang bersifat privat maupun
servis, sehingga penambahan ruang ini disesuaikan dengan kelompok zonanya.

Tabel 2 Penambahan ruang pada halaman belakang kasus 1
Denah awal 1900

Gambar 9 Denah awal
kasus 1

Perubahan 1940

Gambar 10 Denah 1920
Kasus I

Perubahan 2000

Gambar 11 Denah 2002
Kasus I

Keterangan

A : Halaman
B : Teras
C : Ruang Tamu
D : Kamar Tidur
E : kamar Mandi/WC
F : Ruang Makan
G : Dapur
H : Sumur/area servis
I : Kamar Anak (1940)
Kamar kos (2000)
J : Jemuran
K : Halaman belakang
L : R. anak (1940)
R. makan kos
(2000)

b. Perluasan ruang
Perluasan ruang jarang ditemukan pada studi kasus rumah tinggal kolonial di
Kidul Dalem. Hal ini dikarenakan untuk mewadahi perkembangan perilaku dan
aktivitas penghuni rumah, pemilik rumah lebih memilih untuk melakukan
penambahan, daripada memperluas ruangan.
c. Pembagian ruang
Pembagian ruang yang paling umum dijumpai pada kasus rumah tinggal
kolonial di Kidul Dalem adalah pada ruang tamu. Ruang tamu pada kasus-kasus ini
dibagi dengan sekat-sekat yang bersifat non permanen sehingga masih dapat dilihat
denah aslinya. Pembagian ruang pada ruang tamu ini umumnya dibagi untuk
menambah jumlah kamar tidur (Gambar 12).
Adapun penggunaan material sekat dengan menggunakan bahan non
permanen dilakukan agar kesan simetris pada bangunan rumah tinggal kolonial ini
masih dapat dirasakan oleh tamu yang berkunjung. Serta keinginan pemilik untuk
mempertahankan karakteristik rumah tinggal kolonial yang simetris.

Gambar 12 Pembagian ruang pada ruang tamu rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem pada kasus 3

d. Perubahan fungsi ruang
Perubahan fungsi ruang pada kasus rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem tidak
signifikan. Hal ini dikarenakan untuk mewadahi perkembangan perilaku dan aktivitas
penghuni rumah, pemilik rumah lebih memilih untuk melakukan penambahan,
daripada memperluas ruangan.
Perubahan fungsi ruang yang dijumpai pada kasus rumah tinggal kolonial di
Kidul Dalem umumnya diawali dengan perubahan ruangan. Tidak dijumpai kasus
dengan perubahan fungsi ruang secara langsung.
e. Perubahan tata ruang dalam
1) Perubahan Fungsi
Fungsi primer kasus-kasus studi ini adalah rumah tinggal. Sejak pertama
dibangun hingga saat ini, fungsi primer bangunan ini tetap sama. Namun, pada
beberapa kasus, dijumpai penambahan fungsi, berupa fungsi sekunder. Untuk
mendapatan penghasilan tambahan, penghuni rumah menambahkan fungsi sekunder
pada rumah tinggal mereka. Fungsi sekunder yang umum dijumpai adalah tempat
kos, kios untuk berjualan kebutuhan sehari-hari maupun menjual makanan. Selain itu,
terdapat kasus rumah tinggal kolonial yang memiliki fungsi sekunder sebagai markas
gerakan kemerdekaan serta kantor hizbullah pada saat itu. Hal ini disebabkan oleh
pergolakan politik yang terjadi pada masa kolonialisme pada saat itu.
Dilihat dari intensitas kebutuhan ruang, umumnya rumah tinggal kolonial di Kidul
Dalem ini, ruangan yang memiliki ruangan dengan fungsi primer seperti kamar tidur
dan kamar mandi mengalami penambahan yang cukup massif. Salah satu kasusnya
dapat dilihat pada kasus 7, tabel 3. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama, rumah
tinggal yang semakin banyak penghuninya ini semakin berkurang kemampuannya
untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin tinggi menurut teori hierarchy of
needs Abraham Marslow (1974) bagi pemilik rumah.

Tabel 3 Perubahan intensitas fungsi ruang pada kasus 7
Sebelum perubahan

Sesudah perubahan

Keterangan

Fungsi Primer
Fungsi Sekunder
Fungsi Tersier
A : Teras
B : R. Tamu
C : Kamar Tidur
D : Sirkulasi/koridor
E : Ruang keluarga
F : Kios
G : Dapur
H : WC
I : KM
Gambar 13 Denah Awal pada
kasus 7

Gambar 14 Denah Sekarang
pada kasus 7

2) Perubahan Sumbu
Sumbu ruang pada kasus-kasus rumah tinggal Kolonial di Kidul Dalem
umumnya merupakan sirkulasi yang ada di dalam rumah. Sumbu ruang ini dapat
berupa koridor atau selasar ditengah rumah. Seiring dengan bertambahnya pelaku
dan aktivitas yang menyebabkan berubahnya pola tata ruang dalam pada rumah
tinggal colonial di Kidul Dalem malang, menyebabkan beberapa karakteristik tata
ruang dalam pada rumah-rumah tinggal di Kidul Dalem banyak berubah. Namun tida
demikian dengan sumbur ruang ini.
Sumbu ruang pada kasus-kasus rumah tinggal kolonial ini tidak banyak
mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan perubahan tata ruang dalam pada rumah
tinggal kolonial di Kidul Dalem umumnya berupa penambahan ruang di halaman
belakang yang masih kosong. Namun, bangunan aslinya tetap terjaga sehingga
sumbu ruang yang berupa sirkulasi pada bangunan utama rumah tinggal tidak
mengalami perubahan (Gambar 16).
3) Perubahan Simetrisitas
Pada umumnya sumbu simetrisitas ruang pada rumah tinggal kolonial di Kidul
Dalem juka dilihat secara integral tidak simetris. Ketidaksimetrisan ruang secara
integral ini tidak mengalami perubahan pada kasus rumah tinggal kolonial di Kidul
Dalem. Setelah mengalami beberapa perubahan pada tata ruang dalam, tidak ada
rumah yang kemudia berubah menjadi simetris.
Namun, jika dilihat secara integral, ruangan yang memiliki kesimetrisan adalah
pada zona publik hingga semipublik. Dengan adanya perubahan tata ruang dalam
yang terjadi umumnya ruang-ruang yang simetris menjadi semakin berkurang. Hal
Senangkan zona publik berupa halaman atau beranda depan tetap dijaga
kesimetrisammya (Gambar 17).

Hal ini dilakukan agar kesan simetris yang melekat pada pada bangunan rumah
tinggal kolonial masih dapat dirasakan oleh tamu yang berkunjung. Serta keinginan
pemilik untuk mempertahankan karakteristik rumah tinggal kolonial yang simetris.

Gambar 15 Sumbu ruang yang menerus pada
rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem Kasus 1

Gambar 16 Perubahan simetrisitas pada rumah
tinggal kolonial di Kidul Dalem Kasus 3

4) Perubahan zoning
Perubahan zoning yang dijumpai pada kasus rumah tinggal kolonial di Kidul
dalem umumnya cukup masif ditemukan pada bagian belakang rumah. Zona
semipublik berupa halaman belakang umumnya berubah menjadi zona privat
ataupun zona servis. Hal ini dikarenakan perubahan tata ruang dalam yang terjadi
pada bangunan kolonial di Kidul Dalem berupa penambangan ruang di baian
belakang rumah. Kerena penambahan ruang inilah, maka banyak zoning terutama
pada bagian belakang rumah berubah.
Perubahan zona di bagian belakang rumah menjadi privat atau servis
dilaterbelakangi oleh peningkatan jumlah pelaku dan aktivitas yang semakin banyak.
Oleh karena itu, zona-zona yang mewadahinya umumnya adalah zona privat seperti
kebutuhan kamar tidur tambahan, serta zona servis seperti penambahan kamar
mandi/WC untuk karena pertambahan penghuni ini.
Perubahan tata ruang dalam yang umumnya merupakan pertambahan ruang
yang menyesuaikan dengan bagunan awal, maka dapat dijumpai zona rumah yang
tidak terkelompokkan dengan baik dan berpencar-pencar, sehingga kelompok
aktivitas pelaku menjadi tidak tekelompokkan dengan baik (Tabel 4).

Tabel 4. Perubahan Zoning Bangunan Ny Lili Aminah
Denah awal 1900

Perubahan 1940

Keterangan

A : Halaman
B : Ruang Tamu
C : Kamar Tidur
D : Koridor
E : Ruang Reparasi
F : Ruang Keluarga
G : Dapur
H : Tempat Cuci
I : KM
J : WC
K : Musollah
L : Sumur
M : Gudang
Gam
bar 17 Denah awal pada kasus
10

Gam
bar 18 Denah1940 pada kasus
10

Faktor penyebab perubahan pola tata ruang dalam
• Kebutuhan dasar manusia
Bertambahnya jumlah penghuni dapat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan
kamar tidur bagi penghuni baru. Selain itu, diperlukan juga penambahan KM/WC juka
penghuni beraktivitas pada waktu yang bersamaan di pagi hari.
• Kebutuhan identitas diri
Kamar tidur pribadi merupakan identitas diri. Seperti dijumpai pada beberapa
kasus rumah tinggal kolonial. Awalnya satu kamar untuk anak-anak sudah cukup,
tetapi setelah anak bertambah besar dibutuhkan kamar tidur untuk
mengaktualisasikan diri bagi anak.
• Perubahan gaya hidup
Terjadi pada kasus 3, karena rumah sering ini dijadikan tempat berkumpul
keluarga, maka ruang makan yang menjadi tempat berkumpul keluarga diperluas
sebaga wadah sosialisai keluarga besar (Gambar 20).
• Teknologi baru
Kamar mandi/wc umumnya terletak terpisah deri banguna utama, hal ini
dikarenakn teknologi sanitasi saat itu yang masih terbatas, kemudian penambahan
kamar mandi/wc kemudian semakin dekat dengan bangunan utama karena telah
ditemukan teknologi sanitasi yang tidak menumbulkan bau.
• Faktor ekonomi



Fungsi sekunder yang dijumpai pada kasus-kasus rumah tinggal di Kidul Dalem
adalah tempat usaha. Penambahan fungsi sekunder ini umumnya dilatarbelakangi
oleh faktor finansial.
Untuk mendapatan penghasilan tambahan, penghuni rumah menambahkan
fungsi sekunder pada rumah tinggal mereka. Fungsi sekunder yang umum dijumpai
adalah tempat kos, kios untuk berjualan kebutuhan sehari-hari maupun menjual
makanan.
Faktor politik
Terjadi pada studi kasus 2, akibat konstelasi politik pada saat itu,
membangkitkan semangat pergerakan kemerdekaan dengan struktur terorganisasi,
sehingga dibuatlah kantor pergerakan Hisbullah di rumah ini. Namun, ruangan yang
digunakan sebagai kantor hanyalah pada zona-zona publik saja (Gambar 21).

Gambar 19. perluasan ruang makan di Kidul
Dalem kasus 3.

Gambar 20. Ruang bersifat publik
mengalami berbagai perubahan fungsi pada
kasus 2.

Setelah diketahui, faktor penyebab perubahan tata ruang dalam ini dapat
dikroscek dengan teori perubahan (Habraken 1976 dan Sari 2007) (Gambar 22).

Gambar 21 Sebab-sebab perubahan pada rumah tinggal kolonial
di Kidul Dalem dikroscek dengan teori perubahan. (Sumber:
Habraken (1976) dan Sari (2007))

Setelah dikroscek dengan teori perubahan menurut Habraken dan Sari Dapat dilihat
bahwa faktor perubahan tata ruang dalam pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem
sesuai dengan teori Habraken (1976) dan dua poin dari teori perubahan (Sari 2007).
Simpulan
1. Pola tata ruang dalam rumah tinggal kolonial di kidul Dalem memiliki zona publik di
bagian depan rumah yang simetris hingga zona semipublik yang berupa
selasar/koridor yang juga sekaligus berfungsi sebagai sumbu ruang. Fungsi rumah
tinggal pada masa kolonial ini merupakan murni rumah tinggal.
2. Perubahan tata ruang dalam rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem cukup besar.
Namun, perubahan ini berupa penambahan ruang sehingga tidak mengubah
bangunan aslinya.
3. Faktor penyebab perubahan tata ruang dalam rumah tinggal kolonial di kidul Dalem
adalah kebutuhan dasar manusia, kebutuhan identitas diri, perubahan gaya hidup,
teknologi baru, faktor ekonomi, serta faktor politik.
Daftar Pustaka
Habraken, NJ., 1976. Variations: The systematic Design of Supports, Lab. Of Architecture
and Planning at MIT, Cambridge, Mass.
Handinoto. 1996. Perkembangan Kota Malang pada Zaman Kolonial (1914-1940).
Surabaya: Universitas Kristen Petra
Kishore M., 2000. Can Asians Think?. Singapura. Marshall Cavaris International (Asia)
Private Limited
http://stationarypilgrim.wordpress.com/2010/01/09/1292/, 2010