PENGARUH MORALITAS INDIVIDU EFEKTIVITAS pengendalian
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
PENGARUH MORALITAS INDIVIDU, EFEKTIVITAS SISTEM
PENGENDALIAN INTERNAL, DAN KETAATAN ATURAN AKUNTANSI
TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN (FRAUD)
(Studi Kasus Pada KSP Kecamatan Buleleng)
1
Made Dwi Kusuma Yadnya, 1Ni Kadek Sinarwati, 2Gede Adi Yuniarta
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected], [email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan membuktikan secara empiris pengaruh moralitas individu,
efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner dan diukur dengan
menggunakan skala likert. Populasi penelitian seluruh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di
Kecamatan Buleleng yang berjumlah 24 koperasi. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria adalah 14 KSP
dengan jumlah responden sebanyak 102 orang. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 17.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial moralitas individu, efektivitas
sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Secara simultan moralitas
individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
Kata Kunci: moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, ketaatan aturan
akuntansi, kecenderungan kecurangan (fraud).
Abstract
This research aimed to prove empirical about the effect of use of individual
morality, effectiveness of the internal control system, and observance of accounting rules
on the tendency fraud. This study was a quantitative research using primary data
obtained from questionnaire and measured with likert scale. The study population were
all of Koperasi Simpan Pinjam (KSP) in the district of Buleleng amounting to 24
cooperatives. The sampling technique used purposive sampling. Samples that meet the
criteria were 14 KSP with the number of respondents 102 people. The data were
analyzed by using multiple linear regression analysis supported by SPSS 17.0 for
Windows.
The results showed that partially there was negative and significant effect of
individual morality, effectiveness of the internal control system, and observance of
accounting rules on the tendency fraud. Simultaneously there were negative and
significant effect of individual morality, effectiveness of the internal control system, and
observance of accounting rules on the tendency fraud.
Keywords: individual morality, effectiveness of the internal control system, observance of
accounting rules, tendency fraud.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
PENDAHULUAN
Koperasi sebagai salah satu badan
usaha resmi yang berada di Indonesia
memiliki dasar hukum yang jelas dan
mengikat sebagaimana yang tercantum
dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian
yang
merupakan
implementasi atau penjabaran dari pasal 33
ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi
“Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan”.
Menurut Sutantya (2002), koperasi adalah
suatu
perkumpulan
atau
organisasi
ekonomi yang beranggotakan orang-orang
atau badan-badan yang memberikan
kebebasan masuk dan keluar bagi anggota
yang ada, dengan bekerja sama secara
kekeluargaan menjalankan suatu usaha,
dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan
jasmaniah para anggotanya.
Koperasi
mengalami
berbagai
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
perkembangannya. Sejumlah 44 koperasi
dari seluruh koperasi yang ada di
Kabupaten Buleleng dinyatakan tidak sehat,
sebagian dari koperasi tersebut diambang
kebangkrutan
(www.beritabali.com).
Koperasi yang tidak sehat dan bahkan
mengalami
kebangkrutan
penyebab
utamanya pada kecurangan pengelolaan
keuangan yang diduga karena lemahnya
sistem pengendalian internal dan moralitas
individu (pelaku) koperasi masih rendah.
Selain itu terjadi kasus di Koperasi Simpan
Pinjam terkait penggelapan uang sebesar
Rp. 21.578.000,-. Dimana kasus ini terjadi
pada bulan desember 2015 yang dilakukan
oleh salah satu karyawan Koperasi Simpan
Pinjam Pusko Very Unit Singaraja, Jalan
pulau Serangan Blok C No. 17 Singaraja.
Karyawan tersebut bernama Heri noris
Julianda (24) warga Desa Penglatan
Buleleng,
akibat
dari
perbuatannya
Koperasi Simpan Pinjam Pusko Veri Unit
Singaraja mengalami kerugian sebesar Rp.
21.578.000,-. Motifnya, Komang Heri Noris
selaku karyawan koperasi tersebut tidak
pernah menyetorkan uang yang diterima
dari para nasabah yang melakukan
pembayaran (www.dewatanews.com).
Oknum anggota koperasi akan
melakukan
tindakan
kecurangan
menunjukkan rendahnya tingkat moralitas
individu. Menurut Albrecht dan Albrecht
(2004), salah satu motivasi individu dalam
melakukan kecurangan akuntansi adalah
keinginan untuk mendapatkan keuntungan
pribadi. Individu dengan level penalaran
moral
rendah
cenderung
akan
memanfaatkan kondisi tersebut untuk
kepentingan
pribadinya
(self-interest),
seperti tindakan yang berhubungan dengan
kecurangan akuntansi. Kondisi tersebut
sesuai dengan yang ada dalam tingkatan
level pre-conventional pada teori Kohlberg
(1995), yaitu individu yang memiliki level
penalaran moral rendah memiliki motivasi
utama untuk kepentingan pribadinya.
Hubungan moralitas individu dengan
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Damayanti (2016), yang menunjukkan
bahwa individu dengan level moral yang
rendah cenderung melakukan kecurangan
akuntansi. Sebaliknya individu dengan level
moral tinggi cenderung tidak melakukan
kecurangan akuntansi. Berdasarkan uraian
tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis
pertama:
H1: Moralitas individu berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
Kecenderungan kecurangan dapat
diminimalisir dengan pengendalian intern
yang efektif. Menurut Susanto (2008),
pengendalian intern yang efektif akan
membantu melindungi aset, menjamin
tersedianya pelaporan keuangan dan
manajerial
yang
dapat
dipercaya,
meningkatkan
kepatuhan
terhadap
ketentuan dan peraturan yang berlaku,
serta mengurangi risiko terjadinya kerugian,
penyimpangan,
dan
pelanggaran.
Pengendalian intern sangat penting untuk
memberikan perlindungan bagi entitas
terhadap kelemahan manusia serta untuk
mengurangi kemungkinan kesalahan dan
tindakan yang tidak sesuai dengan aturan
(Wilopo, 2006). Jadi, kecenderungan
kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada
atau tidaknya peluang untuk melakukan hal
tersebut.
Hubungan
efektivitas
sistem
pengendalian
internal
dengan
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Artini (2014), yang menunjukkan
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
bahwa efektifitas sistem pengendalian
internal berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap fraud. Pengendalian intern yang
efektif
akan
dapat
mengurangi
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti
mengambil hipotesis kedua:
H2: Efektivitas sistem pengendalian internal
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud).
Oknum anggota koperasi akan
melakukan tindakan kecurangan karena
mereka tidak berpedoman pada aturan
akuntansi yang berlaku. Pada koperasi,
aturan akuntansi yang digunakan mengacu
pada Peraturan Menteri Negara KUKM RI
Nomor: 04/PER/M.KUKM/VII/2012 tentang
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). Penerapan SAK-ETAP diharapkan
dapat diterapkan prinsip keterbukaan,
transparansi dan akuntabilitas yang dapat
diakui, diterima dan dipercaya. Penggunaan
aturan akuntansi oleh pegawai koperasi
dapat
memenuhi
kebutuhan
untuk
mempertahankan kualitas dirinya untuk
bertanggung jawab pada pekerjaannya.
Ketaatan terhadap aturan akuntansi
merupakan
suatu
kewajiban
dalam
organisasi
karena
apabila
laporan
keuangan yang dibuat tidak sesuai atau
tanpa mengikuti aturan akuntansi yang
berlaku, maka keadaan tersebut dapat
menumbuhkan perilaku tidak etis dan
memicu terjadinya kecurangan akuntansi.
Hubungan ketaatan aturan akuntansi
dengan kecenderungan kecurangan (fraud)
mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Shintadevi (2015), yang menunjukkan
bahwa
ketaatan
aturan
akuntansi
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi. Jika ketaatan aturan akuntansi
semakin tinggi, maka kecenderungan
kecurangan (fraud) semakin rendah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti
mengambil hipotesis ketiga:
H3: Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Berdasarkan uraian tersebut, maka
peneliti mengambil hipotesis keempat:
H4: Moralitas individu, efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan
aturan
akuntansi
berpengaruh
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
METODE
Rancangan
penelitian
ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah
moralitas individu,
efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi. Sedangkan, variabel terikat
dalam penelitian ini adalah kecenderungan
kecurangan (fraud).
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh KSP di Kecamatan Buleleng yang
berjumlah 24 koperasi. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan
purposive
sampling.
Sampel
yang
memenuhi kriteria dalam penelitian ini
adalah 14 KSP dengan jumlah kepala dan
karyawan sebanyak 102 orang.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik kuesioner. Skala yang digunakan
dalam penyusunan kuesioner penelitian ini
adalah skala likert. Setiap pernyataan
disediakan lima alternatif jawaban, yaitu
sangat setuju (SS), setuju (S), kurang
setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS). Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda dengan uji
asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas,
uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Pada Tabel 1 hasil uji normalitas data
menggunakan
statistik
KolmogiorovSmirnov menunjukkan bahwa nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,782. Nilai tersebut
lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria
uji normalitas, data berdistribusi normal jika
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran
data moralitas individu, efektivitas sistem
pengendalian internal, ketaatan aturan
akuntansi, dan kecenderungan kecurangan
(fraud) berdistribusi normal.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Unstandardized Residual
93
0,00000
1,658471
0,068
0,068
-0,057
0,656
0,782
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
(Sumber: data diolah 2016)
Pada Tabel 2 hasil pengujian
multikolinieritas mengunakan Variance
Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF
dari masing-masing variabel bebas lebih
kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar
dari 0,1. Berdasarkan nilai VIF dan
tolerance, korelasi di antara variabel bebas
dapat dikatakan mempunyai korelasi yang
lemah. Dengan demikian tidak terjadi
multikolinearitas pada model regresi linier.
Tabel 2. Hasil Uji Multikolineritas
Model
Moralitas individu
Efektivitas sistem pengendalian internal
Ketaatan aturan akuntansi
(Sumber: data diolah 2016)
Hasil pengujian heteroskedastisitas
menggunakan grafik scatterplot ditunjukkan
Gambar 1.
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
0,402
2,490
0,537
1,861
0,436
2,294
Keterangan
Non Multikolineritas
Non Multikolineritas
Non Multikolineritas
Pada Gambar 1 penyebaran titik-titik
yang ditimbulkan terbentuk secara acak,
tidak membentuk sebuah pola tertentu serta
arah penyebarannya berada di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.
Dengan demikian, tidak ditemukannya
heteroskedastisitas pada model regresi.
Uji hipotesis menggunakan analisis
regresi linier berganda. Pengaruh moralitas
individu, efektivitas sistem pengendalian
internal, dan ketaatan aturan akuntansi
terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud) secara parsial tampak pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji t
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1
(Constant)
94,826
1,899
X1
-0,557
0,084
X2
-0,210
0,087
X3
-0,453
0,093
(Sumber: data diolah 2016)
Model
Standardized
Coefficients
Beta
-0,493
-0,155
-0,347
t
Sig.
49,931
-6,633
-2,408
-4,862
0,000
0,000
0,018
0,000
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 3
dapat diinterpretasikan sebagai berikut.
1. Variabel moralitas individu memiliki
koefisien negatif -0,557 dengan nilai
signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih
kecil dari α = 0,05, maka moralitas
individu
berpengaruh
signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud). Sedangkan, nilai koefisien
regresi yang negatif menunjukkan
bahwa moralitas individu berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan
kecurangan (fraud). Jadi, moralitas
individu berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
2. Variabel efektivitas sistem pengendalian
internal memiliki koefisien negatif -0,210
dengan nilai signifikansi 0,018. Nilai
signifikansi lebih kecil dari α = 0,05,
maka efektivitas sistem pengendalian
internal berpengaruh signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Sedangkan, nilai koefisien regresi yang
negatif menunjukkan bahwa efektivitas
sistem
pengendalian
internal
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Jadi, efektivitas sistem pengendalian
internal berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
3. Variabel ketaatan aturan akuntansi
memiliki koefisien negatif -0,453 dengan
nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi
lebih kecil dari α = 0,05, maka ketaatan
aturan akuntansi berpengaruh signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud). Sedangkan, nilai koefisien
regresi yang negatif menunjukkan
bahwa ketaatan aturan akuntansi
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Jadi,
ketaatan
aturan
akuntansi
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud).
Hasil analisis pengaruh moralitas
individu, efektivitas sistem pengendalian
internal, dan ketaatan aturan akuntansi
terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud) secara simultan tampak pada Tabel
4 berikut.
Tabel 4. Hasil Uji F
Model
Sum of Squares
Regression
1027,210
Residual
253,048
Total
1280,258
(Sumber: data diolah 2016)
1
Berdasarkan Tabel 4 ditunjukkan
bahwa nilai F sebesar 120,427 dengan nilai
signifikansi 0,000. Nilai signifikansi 0,000
lebih kecil dari 0,05, sehingga H4 diterima.
Jadi, secara simultan moralitas individu,
efektivitas sistem pengendalian internal,
dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh
signifikan
terhadap
kecenderungan
kecurangan (fraud).
PEMBAHASAN
Pengaruh Moralitas Individu Terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Hasil
pengujian
hipotesis
H1
mengenai pengaruh moralitas individu
terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud) menunjukkan nilai t sebesar -6,633
df
3
89
92
Mean Square
342,403
2,843
F
120,427
Sig.
0,000
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Oleh karena itu, hipotesis H1 dalam
penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa moralitas individu berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Jika
moralitas individu semakin tinggi, maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah.
Fraud sebagai kebohongan yang
disengaja,
ketidakbenaran
dalam
melaporkan aktiva perusahaan atau
manipulasi data keuangan bagi keuntungan
pihak yang melakukan manipulasi tersebut
(Hall, 2007). Fraud dapat terdiri dari
berbagai bentuk kejahatan atau tindak
pidana, antara lain pencurian, penggelapan
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
aset, penggelapan informasi, penggelapan
kewajiban,
penghilangan
atau
penyembunyian fakta, rekayasa fakta dan
juga termasuk korupsi. Dalam fraud scale,
ketika tekanan situasional dan kesempatan
untuk melakukan fraud tinggi namun
integritas
personal
rendah,
maka
kemungkinan terjadinya fraud akan sangat
tinggi. Kesempatan yang dimaksud disini
adalah kondisi pengendalian internal dalam
sebuah organisasi. Menurut Albrecht dan
Albrecht (2004), salah satu motivasi individu
dalam melakukan kecurangan akuntansi
adalah keinginan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi. Individu dengan level
penalaran moral rendah cenderung akan
memanfaatkan kondisi tersebut untuk
kepentingan pribadinya, seperti tindakan
yang berhubungan dengan kecurangan
akuntansi. Kondisi tersebut sesuai dengan
yang ada dalam tingkatan level preconventional pada teori Kohlberg (1995),
yaitu individu yang memiliki level penalaran
moral rendah memiliki motivasi utama untuk
kepentingan pribadinya. Jadi, dengan
moralitas individu yang tinggi seorang
pegawai
cenderung
menjalankan
peraturan-peraturan
dan
menghindari
perbuatan kecurangan untuk kepentingan
pribadinya. Jika instansi mempunyai
moralitas individu pegawai rendah, maka
akan mendorong karyawannya melakukan
kecurangan, sebaliknya semakin baik
moralitas individu pegawai suatu instansi,
maka akan semakin rendah kecenderungan
karyawan melakuan kecurangan.
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Damayanti (2016), yang menunjukkan
bahwa individu dengan level moral yang
rendah cenderung melakukan kecurangan
akuntansi. Sebaliknya individu dengan level
moral tinggi cenderung tidak melakukan
kecurangan akuntansi.
Pengaruh
Efektivitas
Sistem
Pengendalian
Internal
Terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Hasil
pengujian
hipotesis
H2
mengenai pengaruh efektivitas sistem
pengendalian
internal
terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
menunjukkan nilai t sebesar -2,408 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,018. Oleh karena
itu, hipotesis H2 dalam penelitian ini
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
efektivitas sistem pengendalian internal
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud). Jika efektivitas sistem pengendalian
internal
semakin
tinggi,
maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah.
Kecurangan atau fraud merupakan
penipuan yang direncanakan misalnya
salah saji, tidak mengungkapkan fakta yang
material sehingga merugikan pihak lain
(Boynton dan Walter, 1996). Kecurangan
tersebut umumnya dilakukan dengan tiga
skema, yaitu: (1) laporan keuangan tipuan,
di mana aset atau pendapatan disajikan
lebih tinggi atau lebih rendah dari yang
sebenarnya, (2) korupsi, yang terdiri dari
penyuapan, pemerasan, hadiah ilegal, dan
benturan kepentingan, (3) penyalahgunaan
aset, baik aset perusahaan dalam bentuk
uang (cash) atau aset dalam bentuk lainnya
(Hall, 2007). Untuk meminimumkan bahaya
kecurangan,
profesi
akuntansi
mengesahkan seperangkat standar dan
prosedur umum yang mengacu pada
Peraturan Menteri Negara KUKM RI Nomor:
04/PER/M.KUKM/VII/2012
tentang
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). Di dalam SAK-ETAP juga dijelaskan
tentang perlunya pengendalian intern dalam
suatu perusahaan. Penggunaan SAK-ETAP
diharapkan perusahaan kecil, menengah,
mampu
untuk
menyusun
laporan
keuangannya sendiri dan dapat diaudit
sehingga dapat menggunakan laporan
keuangannya untuk mendapatkan dana
untuk pengembangan usaha. Perusahaan
yang menggunakan SAK-ETAP harus
secara eksplisit menyatakan secara penuh
atas kepatuhan terhadap SAK-ETAP dalam
catatan laporan keuangan sehingga
pengendalian intern sangat diperlukan
untuk menjaga diterapkannya peraturan
tersebut dengan baik.
Salah satu komponen pengendalian
intern adalah aktivitas pengawasan yang
berhadapan dengan penilaian berkala atau
berkelanjutan (Arens et al., 2003).
Pengendalian intern yang efektif akan
membantu melindungi aset, menjamin
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
tersedianya pelaporan keuangan dan
manajerial
yang
dapat
dipercaya,
meningkatkan
kepatuhan
terhadap
ketentuan dan peraturan yang berlaku,
serta mengurangi risiko terjadinya kerugian,
penyimpangan, dan pelanggaran (Susanto,
2008). Pengendalian intern sangat penting
untuk memberikan perlindungan bagi
entitas terhadap kelemahan manusia serta
untuk mengurangi kemungkinan kesalahan
dan tindakan yang tidak sesuai dengan
aturan (Wilopo, 2006). Jadi, kecenderungan
kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada
atau tidaknya peluang untuk melakukan hal
tersebut.
Peluang
tersebut
dapat
diminimalisir dengan adanya pengendalian
intern yang efektif. Sistem pengendalian
internal memegang peran penting dalam
organisasi.
Dengan
adanya
sistem
pengendalian yang efektif, maka kegiatan
operasional juga dapat berjalan secara
efektif
dan
juga
efisien
sehingga
kemungkinan adanya penyimpangan dalam
proses operasional koperasi juga dapat
diminimalisir.
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Artini (2014) yang menunjukkan bahwa
efektifitas sistem pengendalian internal
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap fraud. Pengendalian intern yang
efektif
akan
dapat
mengurangi
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi
Terhadap Kecenderungan Kecurangan
(Fraud)
Hasil
pengujian
hipotesis
H3
mengenai pengaruh ketaatan aturan
akuntansi
terhadap
kecenderungan
kecurangan (fraud) menunjukkan nilai t
sebesar -4,862 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Oleh karena itu, hipotesis H3
dalam penelitian ini diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa ketaatan aturan
akuntansi
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan
kecurangan (fraud). Jika ketaatan aturan
akuntansi
semakin
tinggi,
maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah.
Standar akuntansi keuangan (SAK)
merupakan pedoman atau prinsip-prinsip
yang mengatur perlakuan akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan untuk tujuan
pelaporan kepada para pengguna laporan
keuangan (Mardiasmo, 2002). Pada
koperasi, aturan akuntansi yang digunakan
mengacu pada Peraturan Menteri Negara
KUKM
RI
Nomor:
04/PER/M.KUKM/VII/2012
tentang
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). Penerapan SAK-ETAP diharapkan
dapat diterapkan prinsip keterbukaan,
transparansi dan akuntabilitas yang dapat
diakui, diterima dan dipercaya. Penggunaan
aturan akuntansi oleh pegawai koperasi
dapat
memenuhi
kebutuhan
untuk
mempertahankan kualitas dirinya untuk
bertanggung jawab pada pekerjaannya. Hal
ini disebabkan karena melalui prosedur
kerja dan pelaporan keuangan yang sesuai
aturan akuntansi, pegawai koperasi dapat
menunjukkan bukti kepada pihak penilai
kinerja tentang mutu dan efisiensi kinerja
mereka serta dapat memberikan jaminan
dan mutu kontrol dari pimpinan. Ketaatan
terhadap aturan akuntansi merupakan
suatu kewajiban dalam organisasi karena
apabila laporan keuangan yang dibuat tidak
sesuai atau tanpa mengikuti aturan
akuntansi yang berlaku, maka keadaan
tersebut dapat menumbuhkan perilaku tidak
etis dan memicu terjadinya kecurangan
akuntansi.
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Shintadevi (2015), yang menyatakan bahwa
ketaatan aturan akuntansi berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Pengaruh Moralitas Individu, Efektivitas
Sistem Pengendalian Internal, dan
Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Hasil
pengujian
hipotesis
H4
mengenai pengaruh moralitas individu,
efektivitas sistem pengendalian internal,
dan ketaatan aturan akuntansi terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
menunjukkan nilai F sebesar 120,427
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Oleh karena itu, hipotesis H4 dalam
penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa moralitas individu, efektivitas sistem
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi berpengaruh signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Jika
moralitas individu,
efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi
semakin
tinggi,
maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah.
Fraud sebagai kebohongan yang
disengaja,
ketidakbenaran
dalam
melaporkan aktiva perusahaan atau
manipulasi data keuangan bagi keuntungan
pihak yang melakukan manipulasi tersebut
(Hall, 2007). Fraud dapat terdiri dari
berbagai bentuk kejahatan atau tindak
pidana, antara lain pencurian, penggelapan
asset, penggelapan informasi, penggelapan
kewajiban,
penghilangan
atau
penyembunyian fakta, rekayasa fakta dan
juga termasuk korupsi. Dalam fraud scale,
ketika tekanan situasional dan kesempatan
untuk melakukan fraud tinggi namun
integritas
personal
rendah,
maka
kemungkinan terjadinya fraud akan sangat
tinggi. Kesempatan yang dimaksud disini
adalah kondisi pengendalian internal dalam
sebuah organisasi. Menurut Albrecht dan
Albrecht (2004), salah satu motivasi individu
dalam melakukan kecurangan akuntansi
adalah keinginan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi. Individu dengan level
penalaran moral rendah cenderung akan
memanfaatkan kondisi tersebut untuk
kepentingan
pribadinya
(self-interest),
seperti tindakan yang berhubungan dengan
kecurangan akuntansi. Kondisi tersebut
sesuai dengan yang ada dalam tingkatan
level pre-conventional pada teori Kohlberg
(1995), yaitu individu yang memiliki level
penalaran moral rendah memiliki motivasi
utama untuk kepentingan pribadinya.
Bahaya
kecurangan
dapat
diminimalisir dengan cara pengesahan
seperangkat standar dan prosedur umum
yang mengacu pada Peraturan Menteri
Negara
KUKM
RI
Nomor:
04/PER/M.KUKM/VII/2012
tentang
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). SAK-ETAP juga dijelaskan tentang
perlunya pengendalian intern dalam suatu
perusahaan.
Penggunaan
SAK-ETAP
diharapkan perusahaan kecil, menengah,
mampu
untuk
menyusun
laporan
keuangannya sendiri dan dapat diaudit
sehingga dapat menggunakan laporan
keuangannya untuk mendapatkan dana
untuk pengembangan usaha. Perusahaan
yang menggunakan SAK-ETAP harus
secara eksplisit menyatakan secara penuh
atas kepatuhan terhadap SAK-ETAP dalam
catatan laporan keuangan sehingga
pengendalian intern suatu perusahaan
sangat
diperlukan
untuk
menjaga
diterapkannya peraturan tersebut dengan
baik. Pengendalian intern yang efektif akan
membantu melindungi aset, menjamin
tersedianya pelaporan keuangan dan
manajerial
yang
dapat
dipercaya,
meningkatkan
kepatuhan
terhadap
ketentuan dan peraturan yang berlaku,
serta mengurangi risiko terjadinya kerugian,
penyimpangan, dan pelanggaran (Susanto,
2008). Pengendalian intern sangat penting
untuk memberikan perlindungan bagi
entitas terhadap kelemahan manusia serta
untuk mengurangi kemungkinan kesalahan
dan tindakan yang tidak sesuai dengan
aturan (Wilopo, 2006). Jadi, kecenderungan
kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada
atau tidaknya peluang untuk melakukan hal
tersebut.
Peluang
tersebut
dapat
diminimalisir dengan adanya pengendalian
intern yang efektif.
Penerapan SAK-ETAP diharapkan
dapat diterapkan prinsip keterbukaan,
transparansi dan akuntabilitas yang dapat
diakui, diterima dan dipercaya. Penggunaan
aturan akuntansi oleh pegawai koperasi
dapat
memenuhi
kebutuhan
untuk
mempertahankan kualitas dirinya untuk
bertanggung jawab pada pekerjaannya. Hal
ini disebabkan karena melalui prosedur
kerja dan pelaporan keuangan yang sesuai
aturan akuntansi, pegawai koperasi dapat
menunjukkan bukti kepada pihak penilai
kinerja tentang mutu dan efisiensi kinerja
mereka serta dapat memberikan jaminan
dan mutu kontrol dari pimpinan. Ketaatan
terhadap aturan akuntansi merupakan
suatu kewajiban dalam organisasi karena
apabila laporan keuangan yang dibuat tidak
sesuai atau tanpa mengikuti aturan
akuntansi yang berlaku, maka keadaan
tersebut dapat menumbuhkan perilaku tidak
etis dan memicu terjadinya kecurangan
akuntansi.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
(1) Moralitas individu berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud), yang ditunjukkan
dengan koefisien regresi yang negatif 0,557 dengan nilai sig. uji t 0,000 lebih kecil
dari α = 0,05. Artinya, apabila moralitas
individu
semakin
tinggi,
maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah. (2) Efektivitas sistem
pengendalian internal berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud), yang ditunjukkan
dengan koefisien regresi yang negatif 0,210 dengan nilai sig. uji t 0,018 lebih kecil
dari α = 0,05. Artinya, apabila efektivitas
sistem pengendalian internal semakin
tinggi, maka kecenderungan kecurangan
(fraud) semakin rendah. (3) Ketaatan aturan
akuntansi
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan
kecurangan (fraud), yang ditunjukkan
dengan koefisien regresi yang negatif 0,453 dengan nilai sig. uji t 0,000 lebih kecil
dari α = 0,05. Artinya, apabila ketaatan
aturan akuntansi semakin tinggi, maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah. (4) Moralitas individu,
efektivitas sistem pengendalian internal,
ketaatan aturan akuntansi, dan kesesuaian
tugas berpengaruh signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud), yang
ditunjukkan dengan nilai sig. uji F 0,000
lebih kecil dari α = 0,05. Artinya, apabila
moralitas individu,
efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi
semakin
tinggi,
maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah.
Saran
Saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut. (1) Bagi manajemen
koperasi agar melakukan evaluasi secara
berkesinambungan mengenai moralitas
individu, efektivitas sistem pengendalian
internal, dan ketaatan aturan akuntansi
agar bisa mengurangi kecendrungan
kecurangan (fraud). (2) Keterbatasan
penelitian ini variabel independen yang
digunakan hanya tiga variabel, yaitu
moralitas individu,
efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi
sehingga
bagi
peneliti
selanjutnya dapat menggunakan variabel
lain yang mempengaruhi kecendrungan
kecurangan (fraud), misalnya integritas,
objektivitas, kesesuaian kompensasi, dan
asimetri informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, S. W. dan C. Albrecht. 2004.
Fraud Examination and Prevention.
Australia: Thomson South-Western.
Arens, A. A., Randal J. E., dan Mark, S. B.
2003.
Auditing
dan
Pelayanan
Verifikasi
Pendekatan
Terpadu.
Jakarta: Erlangga.
Artini, N. L. E. A. 2014. Pengaruh Budaya
Etis Organisasi dan Efektivitas
Pengendalian
Internal
terhadap
Kecenderungan
Kecurangan
Akuntansi
pada
Satuan
Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Jembrana. Skripsi. Jurusan Akuntansi
Program S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
Universitas
Pendidikan
Ganesha.
Boynton, William C. dan Walter G Kell.
1996. Modern Auditing. Singapore:
John Wiley & Sons Inc.
Damayanti, Dionisia Nadya Sri. 2016.
Pengaruh Pengendalian Internal Dan
Moralitas
Individu
Terhadap
Kecurangan
Akuntansi
(Studi
Eksperimen pada Pegawai Bagian
Keuangan dan Akuntansi Universitas
Negeri Yogyakarta). Skripsi. Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta.
Hall, James A. 2007. Sistem Informasi
Akuntansi. Edisi Ketiga. Terjemahan
Oleh Amir Abadi Yusuf. Jakarta:
Salemba Empat.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
Kohlberg,
L.
1995
Tahap-tahap
Perkembangan Moral. Diterjemahkan
Oleh John De Santo dan Cremers A.
Yogyakarta: Kanisius.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Shintadevi, Prekanida Farizqa. 2015.
Pengaruh Keefektifan Pengendalian
Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi
dan
Kesesuaian
Kompensasi
terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis
Sebagai Variabel Intervening pada
Universitas
Negeri
Yogyakarta.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.
Susanto, Azhar. 2008. Sistem Informasi
Akuntansi. Jakarta: Gramedia.
Sutantya, Rahardja. 2002. Hukum Koperasi
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Wilopo. 2006. Analisis Faktor-faktor yang
Berpengaruh
terhadap
Kecenderungan
Kecurangan
Akuntansi: Studi pada Perusahaan
Publik dan Badan Usaha Milik Negara
di Indonesia. Disampaikan dalam
Simposium Nasional Akuntansi IX,
Tanggal 23-26 Agustus 2006 di
Padang.
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
PENGARUH MORALITAS INDIVIDU, EFEKTIVITAS SISTEM
PENGENDALIAN INTERNAL, DAN KETAATAN ATURAN AKUNTANSI
TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN (FRAUD)
(Studi Kasus Pada KSP Kecamatan Buleleng)
1
Made Dwi Kusuma Yadnya, 1Ni Kadek Sinarwati, 2Gede Adi Yuniarta
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected], [email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan membuktikan secara empiris pengaruh moralitas individu,
efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner dan diukur dengan
menggunakan skala likert. Populasi penelitian seluruh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di
Kecamatan Buleleng yang berjumlah 24 koperasi. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria adalah 14 KSP
dengan jumlah responden sebanyak 102 orang. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 17.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial moralitas individu, efektivitas
sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Secara simultan moralitas
individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
Kata Kunci: moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, ketaatan aturan
akuntansi, kecenderungan kecurangan (fraud).
Abstract
This research aimed to prove empirical about the effect of use of individual
morality, effectiveness of the internal control system, and observance of accounting rules
on the tendency fraud. This study was a quantitative research using primary data
obtained from questionnaire and measured with likert scale. The study population were
all of Koperasi Simpan Pinjam (KSP) in the district of Buleleng amounting to 24
cooperatives. The sampling technique used purposive sampling. Samples that meet the
criteria were 14 KSP with the number of respondents 102 people. The data were
analyzed by using multiple linear regression analysis supported by SPSS 17.0 for
Windows.
The results showed that partially there was negative and significant effect of
individual morality, effectiveness of the internal control system, and observance of
accounting rules on the tendency fraud. Simultaneously there were negative and
significant effect of individual morality, effectiveness of the internal control system, and
observance of accounting rules on the tendency fraud.
Keywords: individual morality, effectiveness of the internal control system, observance of
accounting rules, tendency fraud.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
PENDAHULUAN
Koperasi sebagai salah satu badan
usaha resmi yang berada di Indonesia
memiliki dasar hukum yang jelas dan
mengikat sebagaimana yang tercantum
dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian
yang
merupakan
implementasi atau penjabaran dari pasal 33
ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi
“Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan”.
Menurut Sutantya (2002), koperasi adalah
suatu
perkumpulan
atau
organisasi
ekonomi yang beranggotakan orang-orang
atau badan-badan yang memberikan
kebebasan masuk dan keluar bagi anggota
yang ada, dengan bekerja sama secara
kekeluargaan menjalankan suatu usaha,
dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan
jasmaniah para anggotanya.
Koperasi
mengalami
berbagai
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
perkembangannya. Sejumlah 44 koperasi
dari seluruh koperasi yang ada di
Kabupaten Buleleng dinyatakan tidak sehat,
sebagian dari koperasi tersebut diambang
kebangkrutan
(www.beritabali.com).
Koperasi yang tidak sehat dan bahkan
mengalami
kebangkrutan
penyebab
utamanya pada kecurangan pengelolaan
keuangan yang diduga karena lemahnya
sistem pengendalian internal dan moralitas
individu (pelaku) koperasi masih rendah.
Selain itu terjadi kasus di Koperasi Simpan
Pinjam terkait penggelapan uang sebesar
Rp. 21.578.000,-. Dimana kasus ini terjadi
pada bulan desember 2015 yang dilakukan
oleh salah satu karyawan Koperasi Simpan
Pinjam Pusko Very Unit Singaraja, Jalan
pulau Serangan Blok C No. 17 Singaraja.
Karyawan tersebut bernama Heri noris
Julianda (24) warga Desa Penglatan
Buleleng,
akibat
dari
perbuatannya
Koperasi Simpan Pinjam Pusko Veri Unit
Singaraja mengalami kerugian sebesar Rp.
21.578.000,-. Motifnya, Komang Heri Noris
selaku karyawan koperasi tersebut tidak
pernah menyetorkan uang yang diterima
dari para nasabah yang melakukan
pembayaran (www.dewatanews.com).
Oknum anggota koperasi akan
melakukan
tindakan
kecurangan
menunjukkan rendahnya tingkat moralitas
individu. Menurut Albrecht dan Albrecht
(2004), salah satu motivasi individu dalam
melakukan kecurangan akuntansi adalah
keinginan untuk mendapatkan keuntungan
pribadi. Individu dengan level penalaran
moral
rendah
cenderung
akan
memanfaatkan kondisi tersebut untuk
kepentingan
pribadinya
(self-interest),
seperti tindakan yang berhubungan dengan
kecurangan akuntansi. Kondisi tersebut
sesuai dengan yang ada dalam tingkatan
level pre-conventional pada teori Kohlberg
(1995), yaitu individu yang memiliki level
penalaran moral rendah memiliki motivasi
utama untuk kepentingan pribadinya.
Hubungan moralitas individu dengan
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Damayanti (2016), yang menunjukkan
bahwa individu dengan level moral yang
rendah cenderung melakukan kecurangan
akuntansi. Sebaliknya individu dengan level
moral tinggi cenderung tidak melakukan
kecurangan akuntansi. Berdasarkan uraian
tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis
pertama:
H1: Moralitas individu berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
Kecenderungan kecurangan dapat
diminimalisir dengan pengendalian intern
yang efektif. Menurut Susanto (2008),
pengendalian intern yang efektif akan
membantu melindungi aset, menjamin
tersedianya pelaporan keuangan dan
manajerial
yang
dapat
dipercaya,
meningkatkan
kepatuhan
terhadap
ketentuan dan peraturan yang berlaku,
serta mengurangi risiko terjadinya kerugian,
penyimpangan,
dan
pelanggaran.
Pengendalian intern sangat penting untuk
memberikan perlindungan bagi entitas
terhadap kelemahan manusia serta untuk
mengurangi kemungkinan kesalahan dan
tindakan yang tidak sesuai dengan aturan
(Wilopo, 2006). Jadi, kecenderungan
kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada
atau tidaknya peluang untuk melakukan hal
tersebut.
Hubungan
efektivitas
sistem
pengendalian
internal
dengan
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Artini (2014), yang menunjukkan
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
bahwa efektifitas sistem pengendalian
internal berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap fraud. Pengendalian intern yang
efektif
akan
dapat
mengurangi
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti
mengambil hipotesis kedua:
H2: Efektivitas sistem pengendalian internal
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud).
Oknum anggota koperasi akan
melakukan tindakan kecurangan karena
mereka tidak berpedoman pada aturan
akuntansi yang berlaku. Pada koperasi,
aturan akuntansi yang digunakan mengacu
pada Peraturan Menteri Negara KUKM RI
Nomor: 04/PER/M.KUKM/VII/2012 tentang
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). Penerapan SAK-ETAP diharapkan
dapat diterapkan prinsip keterbukaan,
transparansi dan akuntabilitas yang dapat
diakui, diterima dan dipercaya. Penggunaan
aturan akuntansi oleh pegawai koperasi
dapat
memenuhi
kebutuhan
untuk
mempertahankan kualitas dirinya untuk
bertanggung jawab pada pekerjaannya.
Ketaatan terhadap aturan akuntansi
merupakan
suatu
kewajiban
dalam
organisasi
karena
apabila
laporan
keuangan yang dibuat tidak sesuai atau
tanpa mengikuti aturan akuntansi yang
berlaku, maka keadaan tersebut dapat
menumbuhkan perilaku tidak etis dan
memicu terjadinya kecurangan akuntansi.
Hubungan ketaatan aturan akuntansi
dengan kecenderungan kecurangan (fraud)
mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Shintadevi (2015), yang menunjukkan
bahwa
ketaatan
aturan
akuntansi
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi. Jika ketaatan aturan akuntansi
semakin tinggi, maka kecenderungan
kecurangan (fraud) semakin rendah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti
mengambil hipotesis ketiga:
H3: Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Berdasarkan uraian tersebut, maka
peneliti mengambil hipotesis keempat:
H4: Moralitas individu, efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan
aturan
akuntansi
berpengaruh
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
METODE
Rancangan
penelitian
ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah
moralitas individu,
efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi. Sedangkan, variabel terikat
dalam penelitian ini adalah kecenderungan
kecurangan (fraud).
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh KSP di Kecamatan Buleleng yang
berjumlah 24 koperasi. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan
purposive
sampling.
Sampel
yang
memenuhi kriteria dalam penelitian ini
adalah 14 KSP dengan jumlah kepala dan
karyawan sebanyak 102 orang.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik kuesioner. Skala yang digunakan
dalam penyusunan kuesioner penelitian ini
adalah skala likert. Setiap pernyataan
disediakan lima alternatif jawaban, yaitu
sangat setuju (SS), setuju (S), kurang
setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS). Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda dengan uji
asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas,
uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Pada Tabel 1 hasil uji normalitas data
menggunakan
statistik
KolmogiorovSmirnov menunjukkan bahwa nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,782. Nilai tersebut
lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria
uji normalitas, data berdistribusi normal jika
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran
data moralitas individu, efektivitas sistem
pengendalian internal, ketaatan aturan
akuntansi, dan kecenderungan kecurangan
(fraud) berdistribusi normal.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Unstandardized Residual
93
0,00000
1,658471
0,068
0,068
-0,057
0,656
0,782
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
(Sumber: data diolah 2016)
Pada Tabel 2 hasil pengujian
multikolinieritas mengunakan Variance
Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF
dari masing-masing variabel bebas lebih
kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar
dari 0,1. Berdasarkan nilai VIF dan
tolerance, korelasi di antara variabel bebas
dapat dikatakan mempunyai korelasi yang
lemah. Dengan demikian tidak terjadi
multikolinearitas pada model regresi linier.
Tabel 2. Hasil Uji Multikolineritas
Model
Moralitas individu
Efektivitas sistem pengendalian internal
Ketaatan aturan akuntansi
(Sumber: data diolah 2016)
Hasil pengujian heteroskedastisitas
menggunakan grafik scatterplot ditunjukkan
Gambar 1.
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
0,402
2,490
0,537
1,861
0,436
2,294
Keterangan
Non Multikolineritas
Non Multikolineritas
Non Multikolineritas
Pada Gambar 1 penyebaran titik-titik
yang ditimbulkan terbentuk secara acak,
tidak membentuk sebuah pola tertentu serta
arah penyebarannya berada di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.
Dengan demikian, tidak ditemukannya
heteroskedastisitas pada model regresi.
Uji hipotesis menggunakan analisis
regresi linier berganda. Pengaruh moralitas
individu, efektivitas sistem pengendalian
internal, dan ketaatan aturan akuntansi
terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud) secara parsial tampak pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji t
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1
(Constant)
94,826
1,899
X1
-0,557
0,084
X2
-0,210
0,087
X3
-0,453
0,093
(Sumber: data diolah 2016)
Model
Standardized
Coefficients
Beta
-0,493
-0,155
-0,347
t
Sig.
49,931
-6,633
-2,408
-4,862
0,000
0,000
0,018
0,000
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 3
dapat diinterpretasikan sebagai berikut.
1. Variabel moralitas individu memiliki
koefisien negatif -0,557 dengan nilai
signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih
kecil dari α = 0,05, maka moralitas
individu
berpengaruh
signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud). Sedangkan, nilai koefisien
regresi yang negatif menunjukkan
bahwa moralitas individu berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan
kecurangan (fraud). Jadi, moralitas
individu berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
2. Variabel efektivitas sistem pengendalian
internal memiliki koefisien negatif -0,210
dengan nilai signifikansi 0,018. Nilai
signifikansi lebih kecil dari α = 0,05,
maka efektivitas sistem pengendalian
internal berpengaruh signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Sedangkan, nilai koefisien regresi yang
negatif menunjukkan bahwa efektivitas
sistem
pengendalian
internal
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Jadi, efektivitas sistem pengendalian
internal berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
3. Variabel ketaatan aturan akuntansi
memiliki koefisien negatif -0,453 dengan
nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi
lebih kecil dari α = 0,05, maka ketaatan
aturan akuntansi berpengaruh signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud). Sedangkan, nilai koefisien
regresi yang negatif menunjukkan
bahwa ketaatan aturan akuntansi
berpengaruh
negatif
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Jadi,
ketaatan
aturan
akuntansi
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud).
Hasil analisis pengaruh moralitas
individu, efektivitas sistem pengendalian
internal, dan ketaatan aturan akuntansi
terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud) secara simultan tampak pada Tabel
4 berikut.
Tabel 4. Hasil Uji F
Model
Sum of Squares
Regression
1027,210
Residual
253,048
Total
1280,258
(Sumber: data diolah 2016)
1
Berdasarkan Tabel 4 ditunjukkan
bahwa nilai F sebesar 120,427 dengan nilai
signifikansi 0,000. Nilai signifikansi 0,000
lebih kecil dari 0,05, sehingga H4 diterima.
Jadi, secara simultan moralitas individu,
efektivitas sistem pengendalian internal,
dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh
signifikan
terhadap
kecenderungan
kecurangan (fraud).
PEMBAHASAN
Pengaruh Moralitas Individu Terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Hasil
pengujian
hipotesis
H1
mengenai pengaruh moralitas individu
terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud) menunjukkan nilai t sebesar -6,633
df
3
89
92
Mean Square
342,403
2,843
F
120,427
Sig.
0,000
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Oleh karena itu, hipotesis H1 dalam
penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa moralitas individu berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Jika
moralitas individu semakin tinggi, maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah.
Fraud sebagai kebohongan yang
disengaja,
ketidakbenaran
dalam
melaporkan aktiva perusahaan atau
manipulasi data keuangan bagi keuntungan
pihak yang melakukan manipulasi tersebut
(Hall, 2007). Fraud dapat terdiri dari
berbagai bentuk kejahatan atau tindak
pidana, antara lain pencurian, penggelapan
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
aset, penggelapan informasi, penggelapan
kewajiban,
penghilangan
atau
penyembunyian fakta, rekayasa fakta dan
juga termasuk korupsi. Dalam fraud scale,
ketika tekanan situasional dan kesempatan
untuk melakukan fraud tinggi namun
integritas
personal
rendah,
maka
kemungkinan terjadinya fraud akan sangat
tinggi. Kesempatan yang dimaksud disini
adalah kondisi pengendalian internal dalam
sebuah organisasi. Menurut Albrecht dan
Albrecht (2004), salah satu motivasi individu
dalam melakukan kecurangan akuntansi
adalah keinginan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi. Individu dengan level
penalaran moral rendah cenderung akan
memanfaatkan kondisi tersebut untuk
kepentingan pribadinya, seperti tindakan
yang berhubungan dengan kecurangan
akuntansi. Kondisi tersebut sesuai dengan
yang ada dalam tingkatan level preconventional pada teori Kohlberg (1995),
yaitu individu yang memiliki level penalaran
moral rendah memiliki motivasi utama untuk
kepentingan pribadinya. Jadi, dengan
moralitas individu yang tinggi seorang
pegawai
cenderung
menjalankan
peraturan-peraturan
dan
menghindari
perbuatan kecurangan untuk kepentingan
pribadinya. Jika instansi mempunyai
moralitas individu pegawai rendah, maka
akan mendorong karyawannya melakukan
kecurangan, sebaliknya semakin baik
moralitas individu pegawai suatu instansi,
maka akan semakin rendah kecenderungan
karyawan melakuan kecurangan.
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Damayanti (2016), yang menunjukkan
bahwa individu dengan level moral yang
rendah cenderung melakukan kecurangan
akuntansi. Sebaliknya individu dengan level
moral tinggi cenderung tidak melakukan
kecurangan akuntansi.
Pengaruh
Efektivitas
Sistem
Pengendalian
Internal
Terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Hasil
pengujian
hipotesis
H2
mengenai pengaruh efektivitas sistem
pengendalian
internal
terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
menunjukkan nilai t sebesar -2,408 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,018. Oleh karena
itu, hipotesis H2 dalam penelitian ini
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
efektivitas sistem pengendalian internal
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud). Jika efektivitas sistem pengendalian
internal
semakin
tinggi,
maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah.
Kecurangan atau fraud merupakan
penipuan yang direncanakan misalnya
salah saji, tidak mengungkapkan fakta yang
material sehingga merugikan pihak lain
(Boynton dan Walter, 1996). Kecurangan
tersebut umumnya dilakukan dengan tiga
skema, yaitu: (1) laporan keuangan tipuan,
di mana aset atau pendapatan disajikan
lebih tinggi atau lebih rendah dari yang
sebenarnya, (2) korupsi, yang terdiri dari
penyuapan, pemerasan, hadiah ilegal, dan
benturan kepentingan, (3) penyalahgunaan
aset, baik aset perusahaan dalam bentuk
uang (cash) atau aset dalam bentuk lainnya
(Hall, 2007). Untuk meminimumkan bahaya
kecurangan,
profesi
akuntansi
mengesahkan seperangkat standar dan
prosedur umum yang mengacu pada
Peraturan Menteri Negara KUKM RI Nomor:
04/PER/M.KUKM/VII/2012
tentang
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). Di dalam SAK-ETAP juga dijelaskan
tentang perlunya pengendalian intern dalam
suatu perusahaan. Penggunaan SAK-ETAP
diharapkan perusahaan kecil, menengah,
mampu
untuk
menyusun
laporan
keuangannya sendiri dan dapat diaudit
sehingga dapat menggunakan laporan
keuangannya untuk mendapatkan dana
untuk pengembangan usaha. Perusahaan
yang menggunakan SAK-ETAP harus
secara eksplisit menyatakan secara penuh
atas kepatuhan terhadap SAK-ETAP dalam
catatan laporan keuangan sehingga
pengendalian intern sangat diperlukan
untuk menjaga diterapkannya peraturan
tersebut dengan baik.
Salah satu komponen pengendalian
intern adalah aktivitas pengawasan yang
berhadapan dengan penilaian berkala atau
berkelanjutan (Arens et al., 2003).
Pengendalian intern yang efektif akan
membantu melindungi aset, menjamin
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
tersedianya pelaporan keuangan dan
manajerial
yang
dapat
dipercaya,
meningkatkan
kepatuhan
terhadap
ketentuan dan peraturan yang berlaku,
serta mengurangi risiko terjadinya kerugian,
penyimpangan, dan pelanggaran (Susanto,
2008). Pengendalian intern sangat penting
untuk memberikan perlindungan bagi
entitas terhadap kelemahan manusia serta
untuk mengurangi kemungkinan kesalahan
dan tindakan yang tidak sesuai dengan
aturan (Wilopo, 2006). Jadi, kecenderungan
kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada
atau tidaknya peluang untuk melakukan hal
tersebut.
Peluang
tersebut
dapat
diminimalisir dengan adanya pengendalian
intern yang efektif. Sistem pengendalian
internal memegang peran penting dalam
organisasi.
Dengan
adanya
sistem
pengendalian yang efektif, maka kegiatan
operasional juga dapat berjalan secara
efektif
dan
juga
efisien
sehingga
kemungkinan adanya penyimpangan dalam
proses operasional koperasi juga dapat
diminimalisir.
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Artini (2014) yang menunjukkan bahwa
efektifitas sistem pengendalian internal
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap fraud. Pengendalian intern yang
efektif
akan
dapat
mengurangi
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi
Terhadap Kecenderungan Kecurangan
(Fraud)
Hasil
pengujian
hipotesis
H3
mengenai pengaruh ketaatan aturan
akuntansi
terhadap
kecenderungan
kecurangan (fraud) menunjukkan nilai t
sebesar -4,862 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Oleh karena itu, hipotesis H3
dalam penelitian ini diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa ketaatan aturan
akuntansi
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan
kecurangan (fraud). Jika ketaatan aturan
akuntansi
semakin
tinggi,
maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah.
Standar akuntansi keuangan (SAK)
merupakan pedoman atau prinsip-prinsip
yang mengatur perlakuan akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan untuk tujuan
pelaporan kepada para pengguna laporan
keuangan (Mardiasmo, 2002). Pada
koperasi, aturan akuntansi yang digunakan
mengacu pada Peraturan Menteri Negara
KUKM
RI
Nomor:
04/PER/M.KUKM/VII/2012
tentang
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). Penerapan SAK-ETAP diharapkan
dapat diterapkan prinsip keterbukaan,
transparansi dan akuntabilitas yang dapat
diakui, diterima dan dipercaya. Penggunaan
aturan akuntansi oleh pegawai koperasi
dapat
memenuhi
kebutuhan
untuk
mempertahankan kualitas dirinya untuk
bertanggung jawab pada pekerjaannya. Hal
ini disebabkan karena melalui prosedur
kerja dan pelaporan keuangan yang sesuai
aturan akuntansi, pegawai koperasi dapat
menunjukkan bukti kepada pihak penilai
kinerja tentang mutu dan efisiensi kinerja
mereka serta dapat memberikan jaminan
dan mutu kontrol dari pimpinan. Ketaatan
terhadap aturan akuntansi merupakan
suatu kewajiban dalam organisasi karena
apabila laporan keuangan yang dibuat tidak
sesuai atau tanpa mengikuti aturan
akuntansi yang berlaku, maka keadaan
tersebut dapat menumbuhkan perilaku tidak
etis dan memicu terjadinya kecurangan
akuntansi.
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Shintadevi (2015), yang menyatakan bahwa
ketaatan aturan akuntansi berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Pengaruh Moralitas Individu, Efektivitas
Sistem Pengendalian Internal, dan
Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Hasil
pengujian
hipotesis
H4
mengenai pengaruh moralitas individu,
efektivitas sistem pengendalian internal,
dan ketaatan aturan akuntansi terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
menunjukkan nilai F sebesar 120,427
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Oleh karena itu, hipotesis H4 dalam
penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa moralitas individu, efektivitas sistem
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi berpengaruh signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Jika
moralitas individu,
efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi
semakin
tinggi,
maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah.
Fraud sebagai kebohongan yang
disengaja,
ketidakbenaran
dalam
melaporkan aktiva perusahaan atau
manipulasi data keuangan bagi keuntungan
pihak yang melakukan manipulasi tersebut
(Hall, 2007). Fraud dapat terdiri dari
berbagai bentuk kejahatan atau tindak
pidana, antara lain pencurian, penggelapan
asset, penggelapan informasi, penggelapan
kewajiban,
penghilangan
atau
penyembunyian fakta, rekayasa fakta dan
juga termasuk korupsi. Dalam fraud scale,
ketika tekanan situasional dan kesempatan
untuk melakukan fraud tinggi namun
integritas
personal
rendah,
maka
kemungkinan terjadinya fraud akan sangat
tinggi. Kesempatan yang dimaksud disini
adalah kondisi pengendalian internal dalam
sebuah organisasi. Menurut Albrecht dan
Albrecht (2004), salah satu motivasi individu
dalam melakukan kecurangan akuntansi
adalah keinginan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi. Individu dengan level
penalaran moral rendah cenderung akan
memanfaatkan kondisi tersebut untuk
kepentingan
pribadinya
(self-interest),
seperti tindakan yang berhubungan dengan
kecurangan akuntansi. Kondisi tersebut
sesuai dengan yang ada dalam tingkatan
level pre-conventional pada teori Kohlberg
(1995), yaitu individu yang memiliki level
penalaran moral rendah memiliki motivasi
utama untuk kepentingan pribadinya.
Bahaya
kecurangan
dapat
diminimalisir dengan cara pengesahan
seperangkat standar dan prosedur umum
yang mengacu pada Peraturan Menteri
Negara
KUKM
RI
Nomor:
04/PER/M.KUKM/VII/2012
tentang
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). SAK-ETAP juga dijelaskan tentang
perlunya pengendalian intern dalam suatu
perusahaan.
Penggunaan
SAK-ETAP
diharapkan perusahaan kecil, menengah,
mampu
untuk
menyusun
laporan
keuangannya sendiri dan dapat diaudit
sehingga dapat menggunakan laporan
keuangannya untuk mendapatkan dana
untuk pengembangan usaha. Perusahaan
yang menggunakan SAK-ETAP harus
secara eksplisit menyatakan secara penuh
atas kepatuhan terhadap SAK-ETAP dalam
catatan laporan keuangan sehingga
pengendalian intern suatu perusahaan
sangat
diperlukan
untuk
menjaga
diterapkannya peraturan tersebut dengan
baik. Pengendalian intern yang efektif akan
membantu melindungi aset, menjamin
tersedianya pelaporan keuangan dan
manajerial
yang
dapat
dipercaya,
meningkatkan
kepatuhan
terhadap
ketentuan dan peraturan yang berlaku,
serta mengurangi risiko terjadinya kerugian,
penyimpangan, dan pelanggaran (Susanto,
2008). Pengendalian intern sangat penting
untuk memberikan perlindungan bagi
entitas terhadap kelemahan manusia serta
untuk mengurangi kemungkinan kesalahan
dan tindakan yang tidak sesuai dengan
aturan (Wilopo, 2006). Jadi, kecenderungan
kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada
atau tidaknya peluang untuk melakukan hal
tersebut.
Peluang
tersebut
dapat
diminimalisir dengan adanya pengendalian
intern yang efektif.
Penerapan SAK-ETAP diharapkan
dapat diterapkan prinsip keterbukaan,
transparansi dan akuntabilitas yang dapat
diakui, diterima dan dipercaya. Penggunaan
aturan akuntansi oleh pegawai koperasi
dapat
memenuhi
kebutuhan
untuk
mempertahankan kualitas dirinya untuk
bertanggung jawab pada pekerjaannya. Hal
ini disebabkan karena melalui prosedur
kerja dan pelaporan keuangan yang sesuai
aturan akuntansi, pegawai koperasi dapat
menunjukkan bukti kepada pihak penilai
kinerja tentang mutu dan efisiensi kinerja
mereka serta dapat memberikan jaminan
dan mutu kontrol dari pimpinan. Ketaatan
terhadap aturan akuntansi merupakan
suatu kewajiban dalam organisasi karena
apabila laporan keuangan yang dibuat tidak
sesuai atau tanpa mengikuti aturan
akuntansi yang berlaku, maka keadaan
tersebut dapat menumbuhkan perilaku tidak
etis dan memicu terjadinya kecurangan
akuntansi.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
(1) Moralitas individu berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud), yang ditunjukkan
dengan koefisien regresi yang negatif 0,557 dengan nilai sig. uji t 0,000 lebih kecil
dari α = 0,05. Artinya, apabila moralitas
individu
semakin
tinggi,
maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah. (2) Efektivitas sistem
pengendalian internal berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud), yang ditunjukkan
dengan koefisien regresi yang negatif 0,210 dengan nilai sig. uji t 0,018 lebih kecil
dari α = 0,05. Artinya, apabila efektivitas
sistem pengendalian internal semakin
tinggi, maka kecenderungan kecurangan
(fraud) semakin rendah. (3) Ketaatan aturan
akuntansi
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
kecenderungan
kecurangan (fraud), yang ditunjukkan
dengan koefisien regresi yang negatif 0,453 dengan nilai sig. uji t 0,000 lebih kecil
dari α = 0,05. Artinya, apabila ketaatan
aturan akuntansi semakin tinggi, maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah. (4) Moralitas individu,
efektivitas sistem pengendalian internal,
ketaatan aturan akuntansi, dan kesesuaian
tugas berpengaruh signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud), yang
ditunjukkan dengan nilai sig. uji F 0,000
lebih kecil dari α = 0,05. Artinya, apabila
moralitas individu,
efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi
semakin
tinggi,
maka
kecenderungan
kecurangan
(fraud)
semakin rendah.
Saran
Saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut. (1) Bagi manajemen
koperasi agar melakukan evaluasi secara
berkesinambungan mengenai moralitas
individu, efektivitas sistem pengendalian
internal, dan ketaatan aturan akuntansi
agar bisa mengurangi kecendrungan
kecurangan (fraud). (2) Keterbatasan
penelitian ini variabel independen yang
digunakan hanya tiga variabel, yaitu
moralitas individu,
efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi
sehingga
bagi
peneliti
selanjutnya dapat menggunakan variabel
lain yang mempengaruhi kecendrungan
kecurangan (fraud), misalnya integritas,
objektivitas, kesesuaian kompensasi, dan
asimetri informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, S. W. dan C. Albrecht. 2004.
Fraud Examination and Prevention.
Australia: Thomson South-Western.
Arens, A. A., Randal J. E., dan Mark, S. B.
2003.
Auditing
dan
Pelayanan
Verifikasi
Pendekatan
Terpadu.
Jakarta: Erlangga.
Artini, N. L. E. A. 2014. Pengaruh Budaya
Etis Organisasi dan Efektivitas
Pengendalian
Internal
terhadap
Kecenderungan
Kecurangan
Akuntansi
pada
Satuan
Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Jembrana. Skripsi. Jurusan Akuntansi
Program S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
Universitas
Pendidikan
Ganesha.
Boynton, William C. dan Walter G Kell.
1996. Modern Auditing. Singapore:
John Wiley & Sons Inc.
Damayanti, Dionisia Nadya Sri. 2016.
Pengaruh Pengendalian Internal Dan
Moralitas
Individu
Terhadap
Kecurangan
Akuntansi
(Studi
Eksperimen pada Pegawai Bagian
Keuangan dan Akuntansi Universitas
Negeri Yogyakarta). Skripsi. Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta.
Hall, James A. 2007. Sistem Informasi
Akuntansi. Edisi Ketiga. Terjemahan
Oleh Amir Abadi Yusuf. Jakarta:
Salemba Empat.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
Kohlberg,
L.
1995
Tahap-tahap
Perkembangan Moral. Diterjemahkan
Oleh John De Santo dan Cremers A.
Yogyakarta: Kanisius.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Shintadevi, Prekanida Farizqa. 2015.
Pengaruh Keefektifan Pengendalian
Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi
dan
Kesesuaian
Kompensasi
terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis
Sebagai Variabel Intervening pada
Universitas
Negeri
Yogyakarta.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.
Susanto, Azhar. 2008. Sistem Informasi
Akuntansi. Jakarta: Gramedia.
Sutantya, Rahardja. 2002. Hukum Koperasi
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Wilopo. 2006. Analisis Faktor-faktor yang
Berpengaruh
terhadap
Kecenderungan
Kecurangan
Akuntansi: Studi pada Perusahaan
Publik dan Badan Usaha Milik Negara
di Indonesia. Disampaikan dalam
Simposium Nasional Akuntansi IX,
Tanggal 23-26 Agustus 2006 di
Padang.