EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH LAPORAN (1)

EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mengikuti Ujian Praktikum
Produksi Benih

Disusun Oleh:
Kelas VIIA Kelompok 4
Novi Puspitasari

NIM 201410200311009

Ika Aprilia

NIM 201410200311184

JURUSAN AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas seluruh kelimpahan rezekiNya yang
telah diberikan kepada kami yang dapat menyusun laporan akhir praktikum mata
kuliah produksi benih yang berjudul “Ekstraksi dan Pengeringan Benih”. Adapun
tujuan dan maksud kami menyusun lapora akhir praktikum ini untuk memenuhi
salah satu syarat mengikuti ujian praktikum mata kuliah produksi benih.
Dengan selesainya praktikum, maka kami tidak lupa mengucapkan banyak
terimakasih. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam menyusun laporan praktikum produksi benih ini.
Demikian laporan praktikum produksi benih yang telah kami buat. Mohon
kritik dan sarannya apabila terdapat kekurangan dalam menyusun laporan ini.
Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan juga
bermanfaat

bagi

kami

selaku

penulis.


Wassalualaikum

Warahmatullahi

Wabarakatuh.

Malang, 17 Desember 2017

Penulis

2

DAFTAR ISI
Isi

Halaman

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii

I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1

Latar Belakang......................................................................................1

1.2

Rumusan masalah.................................................................................2

1.3

Tujuan...................................................................................................2

II. TINJUAN PUSTAKA....................................................................................3
2.1

Ekstraksi Benih.....................................................................................3

2.3


Pengeringan..........................................................................................6

III. METODE PRAKTIKUM..............................................................................8
3.1

Tempat dan waktu.................................................................................8

3.2

Alat dan bahan......................................................................................8

3.3

Langkah kerja.......................................................................................8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................10
4.1

Hasil....................................................................................................10


4.2

Pembahasan........................................................................................10

V. PENUTUP....................................................................................................13
5.1

Kesimpulan.........................................................................................13

5.2

Saran...................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................14
LAMPIRAN......................................................................................................16

3

I. PENDAHULUAN
1.1


Latar Belakang
Benih merupakan salah satu penentu keberhasilan agribisnis di bidang

hortikultura. Oleh karena itu penggunaan benih bermutu dari varietas unggul
sangat menentukan keberhasilan produksi. Dalam upaya mencapai keberhasilan
agribisnis hortikultura tersebut, maka industri pembenihan dalam negeri dituntut
untuk mampu memenuhi semua segmen pengguna benih dengan menciptakan
varietas dan memproduksi benih yang sesuai kebutuhan pangan (konsumen) dan
menerapkan prinsip tujuh tepat yaitu tepat jenis, varietas, mutu, jumlah, tempat,
waktu, dan harga 9
Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih
secara fisik dari struktur buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi
dilakukan untuk mengeluarkan biji dari buah/polongnya. Pemisahan biji dari
daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya
dengan tujuan agar benih tersebut dapat digunakan untuk bahan tanam yang
memenuhi persyaratan ( Kamil, 2002).
Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung.
Biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Dikenal dua macam
ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk

polong (Acacia sp., Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki
daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah
dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti
Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica.
Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas
keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses
selanjutnya.Benih bersifat hygroskopis, sehingga jika benih diletakan didalam
ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan terjadi
penurunan kadar air. Namun sebaliknya jika benih diletakan dalam ruangan yang
RH tinggi, maka kadar air benih akan bertambah atau meningkat.Selain bersifat

1

hygroskopis, benih juga selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium
(keseimbangan) dengan kondisi disekitarnya. Pengeringan benih merupakan
proses perpindahan air dari

dalam benih ke permukaan benih, dan kemudian air yang berada di permukaan
benih tersebut akan di uapkan jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan
terjadi hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai.

Oleh karena itu praktikum ini perlu dilakukan agar kedepannya dapat mengetahui
kualitas atau mutu benih yang baik (Surahman et al., 2012).
1.2

Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam pratikum ini yaitu apa saja tekni ekstraksi

dan macam ekstraksi serta pengeringan benih.
1.3

Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu mengetahui beberapa teknik dan

macam ekstraksi serta pengeringan benih.

II. TINJUAN PUSTAKA
2.1

Ekstraksi Benih
Salah satu tahapan awal dalam kegiatan penanganan benih yaitu kegiatan


ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih lainnya (Schmidt dalam Yuniarti, 2013). Menurut Hamzah
(1984), ekstraksi benih merupakan proses memisahkan benih dari anggota
reproduksi yang lain. Metoda ekstraksi benih dari buah ditentukan oleh
karakteristik dari masing-masing buah. Proses ekstraksi dapat berupa kegiatankegiatan pelunakan daging buah dan pelepasan daging buah, pengeringan,
pemisahan, penggoncangan, perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan.
Tujuan dari ekstraksi benih adalah menghasilkan benih yang mempunyai
viabilitas maksimum (Willan, 1985).
Ekstraksi benih merupakan suatu tindakan untuk memisahkan biji calon
benih dari buah sehingga diperoleh benih dalam keadaan yang bersih (Stubsgoard
dan Moestrup dalam Gunarta, et. al., 2014). Teknik ekstraksi pada benih tomat
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan air, larutan asam
(HCl), dan larutan basa (larutan kapur) (Saisawat dalam Gunarta, et.al., 2014).
Penggunaan HCl pada ekstraksi benih jeruk dilaporkan memberikan hasil terbaik,
karena asam yang digunakan selain membersihkan lendir yang menempel pada
benih juga meningkatkan permeabilitas kulit benih (Sadjad, 1980).
Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi basah dan kering.
Ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia
sp, Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang

kering (Swietenia macrophylla). Kelebihan dari ekstraksi kering ini karena
penggunaan benih kering yang telah dijemur sehingga mengurangi kadar air pada
benih dapat mendukung viabilitas benih tersebut untuk proses perkecambahan
pada penanaman benih tersebut. Namun kelemahan dari proses ini pada lamanya
proses penjemuran benih hingga benih tersebut memenuhi syarat untuk ditanam.
Ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang
basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach, dan Azadirachta indica.

Kelebihan dari ekstraksi basah ini yaitu penggunaan benih dapat langsung
ditanam tanpa harus

4

menunggu waktu penjemuran yang lama. Kelemahan dari ekstraksi basah ini
karena penggunaan benih yang masih basah sehingga kadar air yang dikandung
benih

tersebuh

terlalu


tinggi

yang

justru

dapat

menghambat

proses

perkecambahan pada benih tersebut (Hazanah, 2002). Benih yang telah dipisahkan
dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah dan apabila perlu ditambah
dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa hari. Adapun
wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif
terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu ataupun plastic.
Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi.
Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 24-270C maka diperlukan waktu
1-2 hari, sedangkan apabila digunakan temperatur 15-220C, dbutuhkan waktu 3-6
hari. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah
untuk memudahkan pemisahan benih dari massa pulp perlu ditambahkan air agar
pulp menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih
hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih
yang sudah tidak licin. Benih tersebut dikering anginkan pada suhu 310C hingga
diperoleh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan
(Pitojo, 2005).
Metode ekstraksi benih akan sangat mempengaruhi mutu benih yang
dihasilkan (Schmidt dalam Yuniarti, 2013). Ekstraksi benih dapat dikategorikan
sebagai cara kering. Pada cara kering, benih dikeluarkan dengan mengeringkan
buah dengan menggunakan alat pengering atau dengan cara menjemur buah di
bawah sinar matahari (Schmidt dalam Yuniarti, 2013). Ekstraksi benih dilakukan
dengan cara menjemur polong di bawah sinar matahari selama 3–4 hari sampai
polong merekah (terbuka), sehingga benih dapat dengan mudah dikeluarkan.
Funikel (tangkai biji) dihilangkan dengan cara menjemur benih selama 1–2 hari,
kemudian funikelnya dilepaskan dengan cara menggosok benih dengan telapak
tangan selanjutnya ditampi atau diayak untuk memisahkan benih dari funikel
(Sapulete, 1996).
Ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia
sp.) dan

jenis-jenis

yang

memiliki

daging

buah

yang kering (Swietenia

5

macrophylla.) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Metode
yang digunakan untuk ekstraksi kering secara manual adalah dengan dipukul
menggunakan mortal. Sedangkan dengan mesin caranya diputar dalam silinder
atau mesin pemutar atau drum ( Kuswanto, 2007).
2.2

Metode Ekstraksi
Benih dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair

memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap
dikeringkan. Ekawati (2004) menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan
dalam ekstraksi basah, antara lain:


Fermentasi
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam

wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan
selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih
dipilih wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam
stainless steel, kayu ataupun plastik. Lama fermentasi tergantung pada tinggi
rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperatur
24-270C maka diperlukan waktu 1-2 hari, sedangkan apabila digunakan
temperature 15-220C, dbutuhkan waktu 3-6 hari, tergantung pada jenis benih yang
difermentasikan. Selama fermentasi perlu diaduk guna memisahkan benih dari
massa dan mencegah timbulnya cendawan. Setelah fermentasi selesai, bisanya
benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari
massa perlu ditambahkan air agar menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih
dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai
dengan permukaan benih yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih tersebut
dikering anginkan pada suhu 310C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai
dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).


Metode Kimiawi (Chemical Method)
Metode fermentasi memerlukan waktu lama terutama bila dilakukan di

negara yang berklim dingin/sedang, sehingga akan berdampak pada kualitas

6

benih. Untuk mempersingkat waktu fermentasi, dapat digunakan zat kimia
misalnya Asam clorida 35%, dengan dosis 5 liter Asam clorida 35% dicampur
dengan 100 liter air. Kemudian larutan Asam clorida digunakan untuk merendam
benih. Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit, benih akan mengambang di
permukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam di dasar
wadah. Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciannya
bersifat netral (dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus). Pitojo (2005),
juga menjelaskan bahwa bahwa pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilakukan
dengan menggunakan sodium karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut
jarang digunakan oleh perusahaan benih. Pemisahan biji dalam jumlah banyak
dapat dilakukan secara cepat degan menggunakan Asam clorida (HCl) 1 N
sebanyak 7-8 ml/l larutan, dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika tidak dilakukan
secara tepat perlakuan dengan bahan kimia tersebut dapat menurunkan daya
kecambah. Kuswanto (2003), menyatakan bahwa untuk mempersingkat waktu
fermentasi dapat digunakan zat kimia Asam clorida ( HCl)35% dengan dosis 5
liter Asam clorida (HCl) 35% dicampur dengan 100 liter air, kemudian larutan
tersebut digunakan untuk merendam benih selama 30 menit.
2.3

Pengeringan
Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas

keseimbangan dengan udara luar di sekitarnya dan siap untuk diproses
selanjutnya. Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalam
benih ke permukaan benih, dan kemudian air yang berada di permukaan benih
tersebut akan diuapkan jika kelembapan relatif (RH) ruangan lebih rendah. Proses
ini akan terjadi hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya
tercapai. Pengeringan seringkali merupakan faktor yang sangat kritis pada tahap
pengolahan benih terutama kalau musim penghujan. Metode pengeringan benih
umumnya dilakukan dengan cara kering angin. Sebagai benih ortodoks, maka
kadar air yang disarankan untuk penyimpanan benih adalah 8-10%. Kadar air
awal setelah panen benih dalam percobaan ini rata-rata 39,24%. Berdasarkan uji
kadar air, untuk mencapai kadar air 10,7% diperlukan waktu 1 hari (6,36 jam)
untuk pengeringan langsung di bawah sinar matahari. Pengeringan dengan batch

7

dryer membutuhkan waktu 8 jam untuk mencapai kadar air 9.325, sedangkan
pengeringan dengan kering angin memerlukan waktu 4 hari sampai mencapai
kadar air 8,72% (Surahman, et.al., 2012).
Pengeringan merupakan suatu upaya penurunan kadar air sampai pada
batas-batas tertentuyangamanuntukdisimpandalamjangka waktu yang lama. Benih
rekalsitran merupakan benih berkadar air tinggi sehingga sukar ditangani ketika
lepas dari pohon induknya. Dengan kadar air tinggi dan kondisi lingkungan
bertemperatur tinggi maka perkecambahan terjadi, proses kimia dan respirasi
berlangsung (Lauridsen dalam Rohandi, 2011).

III. METODE PRAKTIKUM
3.1

Tempat dan waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Universitas

Muhammadiyah Malang Pada tanggal 19 Oktober 2017.
3.2

Alat dan bahan

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri, pisau,
timbangan analitik, sarigan, kantong plastik, kertas, gelas ukur, dan alat
dokumentasi.
3.2.2

Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest, HCl, buah

Tomat (Solanum licopersicum), Cabai (Capsicum annum L.), Semangka (Citrullus
larateis), dan Melon (Cucumis melo L.) untuk diambil bijinya.
3.3

Langkah kerja

Adapun langkah kerja dalam pelaksanaan praktikum ini adalah :
3.3.1 Langkah Kerja Ekstraksi kering
1.

Menyiapkan alat dan bahan.

2.

Mengupas buah semangka dan cabai lalu diambil bijinya sebanyak 15 butir.

3.

Mencuci bijinya lalu ditiriskan.

4.

Menimbang berat basah biji.

5.

Meletakkan biji kedalam cawan petri.

6.

Mengeringanginkan selama 7 hari.

7.

Menimbang berat kering biji.

8

9

8.

Menulis hasilnya pada tabel pengamatan.

9.

Dan menghitung kandungan Kadar Air dengan rumus perhitungan kadar air.

3.3.2

Langkah Kerja Ekstraksi Basah (Kimia)

1.

Menyiapkan alat dan bahan.

2.

Mengupas buah melon dan tomat lalu diambil bijinya sebanyak 15 butir.

3.

Mencuci bijinya lalu ditiriskan.

4.

Menimbang berat basah biji.

5.

Meletakkan biji kedalam cawan petri.

6.

Merendam dengan menggunakan larutan HCl 10 ml selama 30 menit.

7.

Mencuci biji dengan air bersih.

8.

Mengeringanginkan selama 3 hari.

9.

Menimbang berat kering biji.

10. Menulis hasilnya pada tabel pengamatan.
11. Dan menghitung kandungan Kadar Air dengan rumus perhitungan kadar air.
3.3.1

Langkah Kerja Ekstraksi Basah (fermentasi)

1.

Menyiapkan alat dan bahan.

2.

Mengupas buah melon dan tomat lalu diambil bijinya sebanyak 15 butir.

3.

Mencuci bijinya lalu ditiriskan.

4.

Menimbang berat basah biji.

5.

Memasukkan biji kedalam kantong plastic.

6.

Menambahkan aquades sebanyak 100 ml kedalam kantong plastik.

10

7.

Memfermentasikan selama 7 hari.

8.

Mencuci biji dengan air bersih.

9.

Mengeringanginkan selam 3 hari.

10. Menimbang berat kering biji.
11. Menulis hasilnya pada tabel pengamatan.
12. Menghitung kandungan Kadar Air dengan rumus perhitungan kadar air.

3.1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil

70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%

Ekstraksi Basah
Ekstraksi kering

0.00%

Gambar 1. Grafik hasil pengamtan ekstraksi basah dan ekstraksi kering.
4.2

Pembahasan
Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih

secara fisik dari struktur buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi
dilakukan untuk mengeluarkan biji dari buah/polongnya. Pemisahan biji dari
daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya
dengan tujuan agar benih tersebut dapat digunakan untuk bahan tanam yang
memenuhi persyaratan.
Hasil pengamatan diperoleh kadar air yang berbeda-beda pada setiap
perlakuannya. Berdasarkan (gambar 1) grafik hasil pengamatan ekstraksi dan
pengeringan serta kadar air benih didapatkan bahwa, pada ekstraksi basah dibagi
dalam dua cara yaitu pertama ekstraksi basah secara kimia didapatkan untuk biji
tanaman Melon (Cucumis melo L.) dengan berat basah 0.632 g mengalami
penurunan bobot, sehingga diperoleh bobot kering sebanyak 0.49 g.
Berdasarkan hasil pengamatan pada (gambar 1) grafik bahwa kadar air
benih paling tinggi adalah pada benih Tomat (Solanum licopersicum) dengan
10

11

perlakuan ekstraksi basah dengan metode kimia yaitu sebesar 63.63%, sedangkan
kadar air terendah adalah pada benih Melon (Cucumis melo L.) dengan perlakuan
ekstraksi basah dengan metode fermentasi yaitu sebesar 1,67%. Pengeringan
bertujuan untuk mengurangi kadar air benih sehingga benih dapat terhindar dari
serangan hama dan penyakit serta tidak berkecambah sebelum waktunya. Dalam
pengeringan benih perlu diketahui sifat benih apakah ortodoks atau rekalsitran.
Pada kadar air 18-40 % benih telah mencapai masak fisiologis, laju respirasi benih
masih tinggi dan benih peka terhadap detiorasi, cendawan, hama, dan kerusakan
mekanis (Heuver 2006).
Biji basah difermentasi bertujuan untuk menghilangkan zat peghambat
perkecambahan dari kulit beji dan membantu benih untuk menghilangkan jamur,
lumut, dan organisme penyakit lain yang mungkin ada pada biji setelah tumbuh.
Zat penghambat perkecambahan (inhibitor) yang menyelimuti permukaan benih
harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan (Kuswanto, 2005),
mengatakan bahwa ini juga disampaikan oleh Sutopo (2002) dalam bukunya
Teknologi Benih menyebutkan bahwa banyak zat yang diketahui dapat
menghambat perkecambahan salah satunya adalah bahan-bahan yang terkandung
dalam cairan buah yang melapisi biji tomat dan ketimun.
Hasil praktikum baik ekstraksi kimiawi maupun fermentasi tidak jauh
berbeda, hal ini dikarenakan biji yang diekstraksi menggunakan HCl maupun
menggunakan air, hasilnya hampir sama. Namun jika kita akan mengekstraksi
skala besar, lebih efektif dan efisien apabila menggunakan larutan kimia (HCl).
Menurut Kuswanto (2003), bahwa untuk mempersingkat waktu fermentasi,
ekstraksi basah dapat menggunakan zat kimia HCl.
Benih dapat diekstraksi dari kotoran dengan cara ekstraksi basah atau
kering. Selama proses ekstraksi kering, kotoran dikeringkan dan dipisah-pisah
dengan memukul perlahan-lahan dalam mortar atau semacamnya, kemudian
dibersihkan menggunakan silinder berputar dan penyaringan. Selama ekstraksi
basah, kotoran direndam dan dicuci dalam air. Benih yang mengumpul di bagian
bawah wadah kemudian dipisahkan dengan menyaringnya di bawah aliran air.
Ekstraksi basah menghasilkan benih terbersih. Permasalahan pengumpulan benih

12

dari kotoran adalah bahwa kotoran seringkali berisi campuran benih dari berbagai
jenis yang akan mempersulit pemisahannya. Ekstraksi dapat dilakukan dengan
cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi
dengan ekstraksi basah (wet extraction) yang dapat dilakukan secara manual atau
dengan mesin (Sadjad, 1980).
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam
wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan
selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih
dipilih wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam
stainless steel, kayu ataupun plastic. Lama fermentasi tergantung pada tinggi
rendahnya suhu selama fermentasi (Pitojo, 2006

V. PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Ekstraksi benih merupakan suatu tindakan untuk memisahkan biji calon

benih dari buah sehingga diperoleh benih dalam keadaan yang bersih. Dikenal dua
macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi basah dan kering. Kegiatan selanjutnya
yaitu pengeringan benih, dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas
keseimbangan dengan udara luar di sekitarnya dan siap untuk diproses
selanjutnya. Hasil pengamatan diperoleh kadar air yang berbeda – beda pada
setiap perlakuannya, sedangkan hasil praktikum baik ekstraksi kimiawi maupun
fermentasi tidak jauh berbeda.
5.2

Saran
Berdasarkan proses dilakukannya praktikum dengan judul ekstraksi benih

dan pengeringan ada baiknya juga dilakukan pengujian terhadap daya kecambah
benih tersebut hal ini dimaksudkan agar praktikan lebih mudah dalam memahami
tentang maksud dan tujuan sebenarnya dari proses ekstraksi, bahwa ekstraksi
adalah pemisahan benih dengan daging buah ataupun selaput yang dapat
menghambat perkecambahan.

13

DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Z. 1984. Diktat Ilmu Tanah Hutan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Hasanah, M 2002. Peranan Mutu Fisiologik Benih dan Pengembangan Industri
Benih Tanaman Industri. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
21(3): 84-90.
Heuver M 2006. Introduction to Seed Testing . IAC Wageningen. The
Netherlands.
Kamil, J, 2002, Teknologi Benih II. Padang: Universitas Andalas.
Lauridsen dalam Rohandi. et.al. 2011. Analisis Perubahan Fisiologi Dan
Biokimia Benih Tengkawang Selama Pengeringan. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman : Vol.8 No.1, Februari 2011, 31 – 40.
Sadjad, S. 1980. Teknologi Benih dalam Masalah Vigor. Bogor : Departemen
Agronomi Faperta, IPB. 125 hal.
Saisawat dalam Gunarta, et.al., 2014. Uji Efektivitas Beberapa Teknik Ekstraksi
dan Dry Heat Treatment terhadap Viabilitas Benih Tomat (Lycopersicum
esculentum Mill). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika : Vol. 3, No. 3, Juli
2014.
Sapulete, E. 1996. Perlakuan Awal Untuk Mempercepat Perkecambahan Benih.
Buletin Penelitian Kehutanan : Vol.11. BPK Pematang Siantar.
Stubsgoard dan Moestrup dalam Gunarta, et. al. 2014. Uji Efektivitas Beberapa
Teknik Ekstraksi dan Dry Heat Treatment terhadap Viabilitas Benih
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). E-Jurnal Agroekoteknologi
Tropika : Vol. 3, No. 3, Juli 2014.
Surahman, M. et. al. 2012. Pengaruh Tingkat Kemasakan Buah, Metode Ekstraksi
Buah, Metode Pengeringan, Jenis Kemasan, dan Lama Penyimpanan
pada Mutu Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas). Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia : Vol. 18 (2) hlm. 1-7.

14

15

Schmidt dalam Yuniarti, et. al. 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi dan Ukuran
Benih Terhadap Mutu Fisik-Fisiologis Benih Acacia crassicarpa. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman : Vol.10 No. 3, September 2013, 129 – 137.
Pitojo Setijo, 2005. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air
 Ekstraksi basah (kimia)


Melon
KA = BB – BK x 100 %
BK
= 0,63 – 0,49 x 100 %
0,49
= 28,57 %



Tomat
KA = BB – BK x 100 %
BK
= 0,076 – 0,22 x 100 %
0,22
= 63,63 %

 Ekstraksi basah (fermentasi)


Melon
KA = BB – BK x 100 %
BK
= 0,61 – 0,034 x 100 %
0,034
= 1,67 %



Tomat
KA = BB – BK x 100 %
BK
= 0,5 – 0,525 x 100 %
0,525
=2%

 Ektraksi kering


Cabai
16

17

KA = BB – BK x 100 %
BK
= 0,076 – 0,077 x 100 %
0,077
= 1,29 %



Semangka
KA = BB – BK x 100 %
BK
= 0,503 – 0,557 x 100 %
0,557
= 44,1 %

18

Lampiran 2. Tabel hasil pengamatan
Pengamatan
Bobot Basah
Bobot kering
KA %

Ektraksi Basah
Kimia
Fermentasi
Melon
Tomat
Melon
Tomat
Melon
Tomat

0,632 g
0,076 g
0,49 g
0,22 g
28,57 %
63,63 %

Melon
Tomat
Melon
Tomat
Melon
Tomat

0,61 g
0,5 g
0,034 g
0,525 g
1,67 %
2%

Ekstraksi Kering
Cabai
Semangka
Cabai
Semangka
Cabai
Semangka

0,076 g
0,803 g
0,077 g
0,557 g
1,29 %
44,1 %

19

Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan

Gambar 1. Alat dan Bahan

Gambar 2. Memotong buah semangka
(Citrullus lanatus) untuk diambil
bijinya.

Gambar 3. Memotong buah melon Gambar 4. Biji semangka (Citrus
(Cucumis melo) untuk diambil bijinya lanatus), biji melon (Cucumis melo),
biji tomat (Solanum lycorpesicum),
dan biji cabai merah ( Camsicum
annum L.)

Gambar 5. Menimbang biji dengan Gambar 6. Mengambil air untuk
alat timbangan analitik
merendam biji