LAPORAN DAN PENDAHULUAN DAN HEPATITIS

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS
DI RUANG PERAWATAN SAFIR RS. DR MOCH ANSARI
SALEH BANJARMASIN

DI SUSUN OLEH :
LIA FITRIANI ( 14.IK.394)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2016

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS

:

TEMPAT PENGAMBILAN KASUS

:


NAMA

:

Banjarmasin,...........................2016

Menyetujui,
Rs. Dr. Moch Ansari saleh

Program Studi Ilmu Keperawatan

Banjarmasin

STIKES Sari Mulia

Preseptor klinik (PK)

preseptor Akademik (PA)

...........................................


...........................................

NIK.

NIK.

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS

:

TEMPAT PENGAMBILAN KASUS

:

NAMA

:


Banjarmasin,...........................2016

Menyetujui,
Rs. Dr. Moch Ansari saleh

Program Studi Ilmu Keperawatan

Banjarmasin

STIKES Sari Mulia

Preseptor klinik (PK)

preseptor Akademik (PA)

...........................................

...........................................


NIK.

NIK.

A. DEFINISI
 Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati,
sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006).
 Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis, biokimia serta seluler yang khas (Wening Sari, 2008).
 Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan
dijumpai pada kanker hati (Corwn Elizabeth J, 2001).
 Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan
kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas.
Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah
hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E mempunyai cara
penularan yang serupa (jalur vekal-oral) sedangkan hepatitis B,
C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama (Smeltzer
Suzanne C 2002).


B. ETIOLOGI
1.

Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA

untai tunggal dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta
dapat terjadi pada usia anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekaloral, makanan, penularan melalui air, parenteral (jarang), seksual
(mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, ratarata 30 hari pada usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan
pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna obat,
hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda
dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat
dideteksi didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya
kadar antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan
untuk mendiagnosis secara tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah
masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan
seterusnya hingga menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami
infeksi HAV di masa lampau da memiliki imunitas sedangkan keadaan

karier tidak pernah ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa
gejala. Ketika gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas
atas dan anoreksia yang terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang
rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak untuk melakukan
detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai
dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua
gejala akan hilang setelah fase ikterus.

2.

Hepatitis B

Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA
berselubung ganda yang dapat terjadi pada semua usia. Cara
penularannya parenteral (fekal-oral) terutama melalui darah, kontak
langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50180 hari dengan rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada aktivitas
homoseksual, pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan
IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan
bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa

timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami penurunan selera makan,
dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan
lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan urin
berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar
hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar
limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel
HbcAg, HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam
hati dan tetap berada dalam serum selama periode yang relatif lama
sehingga memungkinkan penularan virus tersebut.
3.

Hepatitis C

Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus
RNA untai tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan
terutama

melalui


darah

hubungan

seksual

dan

perinatal.

Masa

inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari. Resiko penularannya
pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan
keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien
faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60
nm. Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV


banyak menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan
rekombinan suplemental (recombinant assay, RIBA).
4.

Hepatitis D

Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan
agen virus RNA untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara
penularan terutama darah tapi sebagian melalui hubungan seksual dan
parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari
yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat IV,
penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena
memerlukan antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka
hanya penderita hepatitis B yang beresiko terkenahepatitis D. Antibodi
anti-delta

dengan

adanya


BBAg

pada

pemeriksaan

laboratorium

memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D serupa hepatitis B
kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan
berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
5.

Hepatitis E

Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH
dengan agen virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekaloral dan melali air, bisa terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan.
Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari. Resiko penularannya pada
air minum terkontaminasi dan wisatawan pada daerah endemis.

HEV

merupakan

suatu

virus

rantai

tunggal

yang

kecil

berdiameterkurang lebih 32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis
hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan
pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.

Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat
atau preparat lain yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah
anoreksia, mual dan muntah. Pemulihan cepat apabila hepatotoksin
dikenali dandihilangkan secara dini atau kontak dengan penyebabnya
terbatas. Terapi ditujukan pada tindakan untuk memulihkan dan
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, penggantian darah,
memberikan rasa nyaman dan tindakan pendukung.
Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang
paling berkaitan denagn cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi
mencakup obat-obat yang dipakai untuk mengobati penakit rematik seta
muskuloskletal, obat anti depresan,, psikotropik, antikonvulsan dan
antituberkulosis.

C. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahanbahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini
unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya
inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun
dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya,
sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi
hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun
jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati
tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut
didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.
Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun
bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus
yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam
pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak
pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin
dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan
kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat

disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Masa tunas
Virus A

:15-45 hari (rata-rata 25 hari)

Virus B

:40-180 hari (rata-rata 75 hari)

Virus non A dan non B

: 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali
timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit.
Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39 oC
berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatalgatal mencolok pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang
terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang
setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh
badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari
setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita
mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

E. KOMPLIKASI
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang
disebabkan

oleh

akumulasi

amonia

serta

metabolik

toksik

merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan
sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel
hati akan diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah
kerusakan, semakin beras jaringan parut yang terbentuk dan
semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat
4. Hepatoma

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pencegahan
1)

Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan
sebaiknya tidak menjadi donor darah karena dapat menular
melalui darah dan produk darah.

2) pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa
memberi pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml /
kg BB, intramuskular.
b. Obat-obatan
1)

Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa
dimana ada reaksi imun yang berlebihan.

2) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4) Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr
intravena.
5) Roboransia.
6) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
7) Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.

8) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
c. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup
istirahat.
d. Jika penderita tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya
di berikan infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan
makanan yang cukup
e. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat –
obatan yang mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin
ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat
diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian
banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala
pembesaran hati kenaikan bilirubin kembali normal.
b. Nutrisi yang adekuat
c. Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari
keluarga

sehingga

diperlukan

perencanaan

meminimalkan perubahan dalam persepsi sensori.
d. Pengendalian dan pencegahan

khusus

untuk

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Diagnosa
1

keperawatan
Nyeri akut
berhubungan
v
dengan angen injuri
v
biologis
v

NOC
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :

Mampu
mengontrol nyeri
(tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)

Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri

Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)

Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

Tanda vital dalam
rentang normal

NIC
NIC :
Pain Management
 Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
 Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui pengalaman
nyeri pasien
 Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
 Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
 Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan

intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
2

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan tidak
mampu dalam
memasukkan,
mencerna,
mengabsorbsi
makanan karena
faktor biologi.

NOC :
Nutritional Status ;
food and fluid intake

NIC :
Nutrition Management


Kriteria Hasil :











Adanya
penngkatan berat
badan sesuai
dengan tujuan
Berat badan ideal
sesuai dengan
tinggi badan
Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tandatanda malnutrisi
Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang
berarti





















Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yangdibutuhkan
pasien
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein da
vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makaan
harian
Monitor julahnutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuanpasien untuk
mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan
datindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
Montor makanan esukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet




















3

Hipertermia
berhubungan
dengan proses
penyakit

NOC :
Thermoregulation
Kriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam
rentang normal

Nadi dan RR
dalam rentang
normal

NIC :
Fever treatment









Monitor suhu sesering
mungkin
Monitor IWL
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi



Tidak ada
perubahan warna
kulit dan tidak ada
pusing, merasa
nyaman






dan RR
Monitor penurunan tingkat
kesadaran
Monitor intake dan output
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara

Temperature regulation

Monitor suhu minimal tiap 2
jam

Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi

Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi

Vital sign Monitoring

























Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor Vital Sign saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad



(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

4

Intoleransi aktivitas NOC :
berhubungan
v Energy conservation
dengan kelelahan v Self Care : ADLs

NIC :
Energy Management
Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
Dorong anal untuk
mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber
energi tangadekuat
Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien



Kriteria Hasil :





Berpartisipasi
dalam aktivitas
fisik tanpa disertai
peningkatan
tekanan darah,
nadi dan RR
Mampu
melakukan
aktivitas sehari
hari (ADLs)
secara mandiri








Activity Therapy









Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan social
Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan

Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual








5

Resiko kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan pruritus

NOC :
Tissue Integrity :
Skin and Mucous
Membranes

Batasan
karakteristik :

Gangguan pada
bagian tubuh

Kerusakan
lapisan kulit
(dermis)

Gangguan
permukaan kulit
(epidermis)

Kriteria Hasil :

NIC :
Pressure Management













Integritas
kulit
yang baik bisa
dipertahankan
Melaporkan
adanya gangguan
sensasi atau nyeri
pada daerah kulit
yang mengalami
gangguan
Menunjukkan
pemahaman
dalam
proses
perbaikan
kulit
dan
mencegah
terjadinya sedera
berulang
Mampumelindungi
kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan
perawatan















Anjurkan
pasien
untuk
menggunakan pakaian yang
longgar
Hindari kerutan padaa tempat
tidur
Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan adanya
kemerahan
Oleskan
lotion
atau
minyak/baby oil pada derah
yang tertekan
Monitor
aktivitas
dan
mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat

alami

DAFTAR PUSTAKA
Corwm, Elizabeth J,2001, Buku Saku Patofisiologi; alih bahasa Brahm U.
Pendit...(et. Al.) ; Editor Endah P, Jakarta : EGC
Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Out Come Classification (NOC).
Mansjoer A., dkk, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media
Aesculapius.
Mc. Closkey, Joanne Mc., Nursing Intervention Classification (NIC),
Mosby.

Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proes-proses
Penyakit.; alih bahasa, Brahm U. Pendit…(et. Al.) edisi 6, Jakarta : EGC
Priharjo Robert, 2006, Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta, EGC.
Ralph Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification
2005-2006, NANDA International.
Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2, Jakarta, EGC.