Klmpok 3 aneka Model PKR materi

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang menyaratkan seorang guru mengajar dalam satu
ruang kelas atau lebih dalam waktu yang sama, dan menghadapi
dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. Disamping itu
Pembelajaran Kelas Rangkap berarti seorang guru mengajar dalam
satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi siswa dengan
kemampuan belajar yang berbeda untuk membimbing belajar pada
satu mata pelajaran atau lebih di jam yang sama. Guru yang
mengajar dalam bentuk rangkap seperti ini seharusnya memiliki
tingkat kefokusan yang double/ganda, artinya saat guru mengajar
kefokusan seorang guru tidak terpecah kemana-mana dan
menjadikan guru bingung untuk mengajar, apalagi mengajar di satu
kelas dengan tingkatan kelas yang berbeda. Pembelajaran Kelas
Rangkap menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara
terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru
tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua
tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda.
Pembelajaran Kelas Rangkap dilakukan tidak hanya karena
faktor kekurangan tenaga guru, tetapi juga karena alasan letak

geografis yang sulit dijangkau, ruangan kelas terbatas, jumlah
siswa yang relatif sedikit, guru berhalangan hadir, atau mungkin
faktor keamanan seperti di daerah pengungsi.
2. Rumusan Masalah
2.1 Apakah manfaat Pembelajaran Kelas Rangkap di Sekolah
Dasar?
2.2 Apa sajakah aneka model pembelajaran kelas rangkap yang
dapat diterapkan di Sekolah Dasar?

1

2.3 Bagaimana upaya yang dapat dilakukan guru untuk
memelihara suasana kondusif dalam pembelajaran kelas
rangkap?
3. Tujuan
3.1 Untuk menguji manfaat pembelajaran kelas rangkap di
Sekolah Dasar.
3.2 Untuk menguji aneka model pembelajaran kelas rangkap
yang dapat diterapkan di Sekolah Dasar.
3.3 Untuk mendeskripsikan upaya yang dapat dilakukan guru

untuk memelihara suasana kondusif dalam pembelajaran
kelas rangkap.

B. Pembahasan Inti
1. Manfaat Pembelajaran Kelas Rangkap di Sekolah Dasar
Penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap di SD bertujuan untuk
mewujudkan pencapaian hasil belajar siswa yang bersifat akademik,
sosial, dan personal dengan memanfaatkan kemandirian guru dalam
mengajar dan dengan sarana pendukung yang tersedia di sekolah itu
dan sekitarnya.
Udin.S (1998:19) menyampaikan seperti diidentifikasikan
oleh UNESCO (1988) bahwa Pembelajaran Kelas Rangkap
memiliki sejumlah manfaat atau keuntungan antara lain:
a. Guru yang sama mengajar siswa yang sama setiap tahun,
dengan begitu guru akan memahami siswa sebagai individu
lebih baik dan memberikan perlakuan yang tepat.
b. Siswa kelas yang tinggi dapat membantu siswa adik
kelasnya yang akan memperkuat dirinya dalam belajar.
c. Penilaian guru terhadap siswa akan lebih cermat dan utuh
dan tidak hanya berdasarkan ujian singkat.


2

d. Terbuka peluang yang lebih leluasa untuk pembinaan saling
pengertian dan kerjasama antar siswa dari berbagai
usia/kelas.
e. Setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan
belajarnya.
f. Lebih efisien daripada sistem pembelajaran mata pelajaran
atau guru kelas.
Serta, dengan menerapkan PKR kekurangan guru atau
ketidakhadiran guru dapat diatasi tanpa mengurangi intensitas
pembelajaran. Namun demikian perlu diingat bahwa penguasaan
guru mengenai mata pelajaran juga tetap merupakan persyaratan
penting. Bila guru tidak menguasai mata pelajaran yang
dirangkapnya kemanfaatan PKR akan berkurang. Penguasaan
materi ini tentu saja erat kaitannya dengan ketersediaan sumber
belajar bagi guru dan siswa.
2.


Aneka Model Pembelajaran Kelas Rangkap yang Dapat Diterapkan di
Sekolah Dasar
Model pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan
kebutuhan di Sekolah Dasar, antara lain adalah
a.

Model Pembelajaran Kelas Rangkap dengan Proses Belajar
Arahan Sendiri (PBAS)

Berikut merupakan langkah-langkah model PBAS:
Kategori Kegiatan
Penyeleksian

Bentuk Kegiatan
 Menemukan informasi esensial
 Membuat catatan tentang hal
yang penting
 Mengeksplorasi ide pokok
 Melihat bahan lebih awal


Pemahaman

 Menggunakan isyarat kontekstual
 Mencari sumber bahan
3

Penguatan Ingatan

 Mengkaji ulang bahan
 Mengingat butir penting
 Mengetes sendiri
 Merancang cara belajar sendiri
 Bertanya pada diri sendiri

Penjabaran Lanjutan

 Membentuk citra sendiri
 Menarik analogi dan metapora
 Mengungkapkan sendiri


Pengintregasian

 Membuat

Ilustrasi

diagrammenggunakan

atau
banyak

sumber
 Mengaitkan dengan pengetahuan
yang dimiliki
 Menjawab permasalahan sendiri
 Mengecek apa yang telah

Pemantauan

dikuasai

 Menyadari

kekuatan

dan

kelamahan diri sendiri
Model PBAS merupakan suatu kerangka kegiatan belajar atas
prakarsa siswa atau secara mandiri, bisa dilakukan secara
perorangan dan kelompok mencari dan mengolah informasi atas
dorongan belajar dari diri, tanpa menunggu tugas dari orang lain
tentu dengan mendapat bimbingan seperlunya dari guru.
Peran guru dalam model ini benar-benar sebagai pengarah dan
pemberi kemudahan dalam belajar bagi murid atau disebut sebagai
“facilitator of learning” , misalnya menyediakan sumber belajar,
memberi petunjuk, memberi dorongan, mengecek kemajuan
belajar, memberi balikan dan mengecek hasil belajar siswa. Dalam
hubungan ini, guru bertugas memelihara kelangsungan belajar.
Keberhasilan belajar sebagian besar terletak pada berhasil-tidaknya
PBAS dibiasakan di lingkungan sekolah.


4

b.

Model Pembelajaran Kelas Rangkap dengan Proses Belajar melalui
Kerja Sama (PBMKS)
1) Olah Pikir Sejoli (OPS)
Model ini mempunyai langkah –langkah pelaksanaan
sebagai berikut:
Tahapan
1
2

Rician Kegiatan
Murid menyimak kegiatan yang diajukan
oleh guru.
Semua murid diberi kesempatan
memikirkan


3

jawaban

atas

untuk

pertanyaan

tersebut.
Guru memberi isyarat agar murid secara
berpasangan duduk untuk mendiskusikan
jawaban yang telah dikirim sendiri dan

4

merumuskan jawaban mereka sendiri.
Masingmasing pasangan diminta untuk
menyampaikan jawabannya dalam diskusi


kelas dan bimbingan guru.
Model OPS diadaptasi dari Model “Think, Pair, Share”,
menitikberatkan pada komunikasi banyak arah secara bertahap.
Tahap pertama dan kedua mewadahi komunikasi satu arah (gurumurid) dengan respon dalam bentuk komunikasi dalam diri. Tahap
ketiga mewadahi komunikasi timbal-balik dalam kelompok kecil
dua orang sebagai persiapan komunikasi banyak arah dalam
diskusi kelas pada tahap keempat. Pada dasarnya model ini
memiliki tujuan pembinaan kerja sama dan komunikasi sosial.
Model ini dapat digunakan dalam kelas PKR khususnya dalam satu
atau lebih dari satu mata pelajaran yang menampilkan satu topik
umum yang ditata menurut sistematikanya. Dalam suasana PKR
dengan satu ruangan (PKR 211) pasangan diskusi dapat terdiri dari
dua murid berbeda kelas. Dalam penggunaan model ini, guru

5

berperan sebagai penanya, moderator atau pengatur, dan pengelola
kelas.
2) Olah Pikir Berebut (OPB)

Model OPB memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Tahapan
1

Guru

Rician Kegiatan
mengajukan pertanyaan

yang

meminta banyak jawaban.
Murid secara perorangan berpikir dan

2

selanjutnya memberi jawaban secara lisan.
Model OPB merupakan kerangka kegiatan belajar yang
menekankan pada proses berpikir menyebar atau “divergent
thinking” secara dialogis. Model OPB ini diadaptasi dari model
“Roundrobin” dari Kagan (1989) dalam Miler (1989). Model ini
termasuk dalam ke dalam proses curah pendapat atau yang
dirangsang dengan pertanyaan menyebar yakni pertanyaan yang
menuntut banyak jawaban yang bervariasi. Pola PKR yuang
cocok sebagai arena penerapan ini adalah pola satu atau lebih
dari satu kelas dalam satu ruangan untuk membahas satu atau
lebih dari satu mata pelajaran yang mempunyai topik umum
yang ditata dengan penggugusan topik dan subtopik.
Tujuan model ini bukanlah untuk mendapatkan suatu
kesimpulan tetapi untuk melibatkan sebanyak-banyaknya murid
dalam menggali sebanyak-banyuknya pendapat. Peran guru
yang utama adalah sebagai penanya sesuai tujuan pembelajaran,
moderator, dan manajer kelas.
3) Konsultasi Intra Kelompok (KIK)
Model

KIK

merupakan

kerangka

kegiatan

belajar

kelompok dalam memecahkan masalah dengan menggunakan
sumber belajar yang tersedia.
Berikut merupakan langka-langkahnya:

6

Tahapan
1

Rician Kegiatan
Murid diminta menyiapkan alat tulis di tempat

2

atau di atas meja masing-masing.
Satu orang untuk setiap kelompok diminta
membacakan

3

pertanyaan

pertama

dari

beberapa pertanyaan yang telah disiapkan.
Semua murid berusaha untuk menjawab
pertanyaan dari buku yang tersedia atau dari

4

hasil diskusi kelompok.
Murid yang tidak bertugas

membaca

pertanyaan pada setiap kelompok ditugasi
untuk

mengecek

apakah

murid

dalam

kelompok lain mengerti maksud pertanyaan
yang diberikan dan menyepakati jawaban yang
5

diberikan.
Bila telah dicapai kesepakatan mengenai
jawaban atau pertanyaan itu, semua murid
mengambil alat tulis dan menuliskan jawaban
dengan kata-kata sendiri pada buku catatan

6

masing-masing.
Meneruskan kegiatan untuk pertanyaan ke-2
dan seterusnya sampai merata keseluruh murid

dalam masing-masig kelompok.
Model KIK ini diadaptasi dari model “Team-mate
Consult” dari Kagan (1989) dan Miler (1989). Tujuan model
ini adalah untuk mengembangkan kemapuan dan kebiasaan
saling berbagai ide dan membuat kesepakatan bersama
mengenai sesuatu hal serta menuangkan hasil kesepakatan itu
dengan bahasa sendiri. Model ini dapat diterapkan dalam kelas
PKR baik yang dilakukan dalam satu atau lebih dari satu
ruangan. Pokok yang dipelajari dapat berupa topic dalam satu
atau lebih dari satu mata pelajaran. Yang perlu dicatat ialah
pengelompokkan murid sebaiknya menurut kelas mungkin

7

akan lebih cocok digunakan di kelas tinggi, dimana murid
sudah bisa menuliskan buah pikirannya.
4) Tutorial Teman Sebaya (TTS)
Berikut merupakan langkah-langkahnya:
Tahapan
1

Rician Kegiatan
Memilih murid yang memiliki kemampuan di atas

2

rata-rata.
Memberikan tugas khusus untuk membantu

3

temannya dalam bidang tertentu.
Guru selalu memantau proses saling membantu

4

tersebut.
Memberikan penguatan kepada kedua belah pihak
agar baik anak yang membantu maupun yang
dibantu merasa senang.
Model Tutorial Teman Sebaya (TTS) merupakan

kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelasnya
yang memiliki kemampuan lebih untuk membantu temannya
dalam melakukan sesuatu kegiatan atau memahami suatu
konsep.
Model TTS dirancang untuk mengembangkan sikap dan
kebiasaan saling membantu antar teman sebaya. Miller (1989)
memberikan beberapa saran untuk dapat berhasilnya program
tutorial sebagai berikut:
a)

Memulai dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai.

b) Menjelaskan tujuan itu kepada seluruh murid.
c)

Menyiapiapkan bahan dan sumber belajar yang memadai.

d) Menggunakan cara yang praktis.
e)

Menghindari kegiatan yang bersifat mengulang yang telah
dilakukan guru.

f)

Memusatkan kegiatan tutorial kepada keterampilan pikiran
yang diminta di kelas.
8

g) Memberikan latihan singkat mengenai kegiatan yang akan
dilakukan tutor.
h) Melakukan pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi
melalui tutorial.
Dalam memanfaatkan tutor sebaya guru berperan sebagai
manusia yang akan dimintakan keterangan, petunjuk, dan
sarannya oleh murid yang ditugasi sebagai tutor sebaya. Guru
harus menjaga agar murid yang menjadi tutor tidak bersikap
sombong.
5) Tutorial Lintas Kelas (TLK)
Model Tutorial Lintas Kelas merupakan kerangka kegiatan
belajar siswa dengan memanfaatkan siswa lain kelas yang lebih
tinggi untuk membantu siswa kelasnya dalam memahami atau
mengerjakan sesuatu.
Berikut merupakan langkah-langkahnya:
Tahapan
1

Rician Kegiatan
Memilih murid yang memiliki kemampuan di

2

atas rata-rata.
Memberikan tugas khusus untuk membantu

3

adik kelasnya dalam bidang tertentu.
Guru selalu memantau proses saling membantu

4

tersebut.
Memberikan penguatan kepada kedua belah
pihak agar baik anak yang membantu maupun

yang dibantu merasa senang.
Model TLK digunakan secara lintas kelas. Murid kelas yang
lebih tinggi, misalnya murid kelas VI yang pandai ditugasi
untuk membantu kelompok kelas dibawahnya. Semua saran
Miller (1989) untuk model TTS berlaku untuk model ini.
6) Diskusi Meja Bundar (DMB)

9

Model Diskusi Meja Bundara merupakan kerangka
kegiatan belajar sisa yang bersifat mengundang pendapat siswa
secara tertulis dalam suasana terstruktur.
Berikut langkah-langkahnya:
Tahapan
1

Rician Kegiatan
dibagi kedalam kelompok

Murid

kecil

2

berjumlah 3-4 orang.
Guru mengajukan pertanyaan yang menuntut

3

banyak jawaban.
Selembaran kertas diedarkan dalam setiap
kelompok, lalu secara bergilir setiap murid
dalam

kelompok

itu

menuliskan

jawaban

pertanyaan menurut pendapatnya sendiri.
Model DMB ini diadaptasi dari model “Roundtable” dari
Kagan tahun 1989 dalam Miller (1989). Tujuan model ini ialah
mengembangkan keterampilan mengemukakan ide secara
tertulis melalui situasi kerja kelompok. Model ini mirip dengan
model OPB, hanya dalam model OPB jawaban murid
disampaikan secara lisan. Penggunaan model ini akan lebih tepat
di kelas tinggi, dimana anak sudah mampu menulis dengan
sangat baik.
7) Tugas Diskusi-Resitasi (TDR)
Model Tugas Diskusi – Resitasi merupakan kerangka
kegiatan belajar siswa dalam rangkaian kegiatan melaksanakan
tugas, mendiskusikan tugas, dan melaporkan hasil pengerjaan
tugas tersebut.
Berikut merupakan langkah-langkahnya:
Tahapan
1
2
3

Kategori Kegiatan
Pemberian tugas oleh guru.
Pelaksanaan diskusi kelompok murid.
Pelaporan hasil diskusi murid.

10

Model ini cocok digunakan di kelas tinggi. Tujuan model
ini tertuju pada pengembangan keterampilan akademis yang
dicapai melalui situasi kerjasama. Dalam model ini guru
berperan

sebagai

manager

kelas,

narasumber,

dan

penilai/pemonitor.
8) Aktivitas Tugas Tertutup (ATTu) dan Aktivitas Tugas Terbuka
(ATTa)

Kedua model tersebut (ATTu dan ATTa) merupakan
kerangka kegiatan belajar melalui pemberian tugas kepada siswa
secara terarah pada satu jawaban atau banyak jawaban.
Model ATTA dan ATTU merupakan model pemberian
tugas, tidak memiliki langkah khusus. Yang khas dari kedua
model ini salah satunya ialah dalam sifat isi tugasnya. Tugas
tertutup berbentuk tugas yang hanya memerlukan satu jawaban
yang benar. Sedangkan tugas terbuka berbentuk tugas yang
menuntut hasil yang beraneka ragam misalnya tugas membuat
karangan.
3. Upaya Guru untuk Memelihara Suasana Kondusif dalam
Pembelajaran Kelas Rangkap
Situasi ruangan tempat pembelajaran kelas rangkap
berlangsung akan berbeda dengan situasi dari pembelajaran kelas
tunggal. Hal yang menjadikan situasi tempat pembelajaran kelas
rangkap dengan kelas tunggal merupakan adanya keragaman yang
lebih pada kelas rangkap, antara lain:
1) Kelompok siswa dari dua kelas atau lebih.
2) Satu atau lebih dari satu mata pelajaran yang diajarkan.
3) Satu atau lebih dari satu topik yang dibahas.
4) Satu atau lebih dari satu model belajar yang digunakan.

11

5) Satu atau lebih dari satu ruang belajar yang dipakai, waktu
yang bersamaan dihadapi serta dikelola hanya satu orang
guru.
Seorang guru harus mampu menangani keragaman tersebut
secara terencana, sehingga seorang guru hendaknya memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1) Memelihara disiplin kelas untuk memungkinkan setiap
siswa selalu berada dalam tugas belajarnya dan tidak
mengganggu siswa lainnya.
2) Menciptakan dan memelihara suasana kelas yang menarik,
artinya siswa dan guru merasa betah dan senang, artinya
siswa dan guru tidak merasa bosan melakukan kegiatan
belajar-mengajar di sekolahnya.
3) Selalu sadar merasa terikat oleh tujuan belajar yang telah
dirumuskan dengan tepat, berani mengambil keputusan
situasional yakni mengambil keputusan yang diambil pada
saat berlangsungnya pembelajaran demi mencapai hasil
belajar murid yang setinggi-tingginya.
C. Penutup
1. Simpulan
Pada pembahasan makalah berjudul

“Aneka Model

Pembelajaran Kelas Rangkap” dengan tiga rumusan rumusan
masalah, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a.

Pembelajaran kelas rangkap bermanfaat untuk mencapai hasil
belajar siswa yang bersifat akademik, sosial, dan personal.

b.

Aneka model pembelajaran kelas rangkap antara lain adalah
model pembelajaran kelas rangkap dengan Proses Belajar
Arahan Sendiri (PBAS) dan Proses Belajar melalui Kerja Sama
(PBMKS) yang terdiri dari 8 model, yaitu Olah Pikir Sejoli
(OPS), Olah Pikir Berebut (OPB), Konsultasi Intra Kelompok
(KIK), Tutorial Teman Sebaya (TTS), Tutorial Lintas Kelas

12

(TLK), Diskusi Meja bundar (DMB), Tugas Diskusi-Resitasi
(TDR), serta Aktivitas Tugas Terbuka dan Aktivitas Tugas
Tertutup (ATTa dan ATTu).
c.

Seorang guru dapat berupaya memelihara suasana kondusif
dalam

pembelajaran

kelas

rangkap dengan

melakukan

penegakkan disiplin kelas, merancang pembelajaran yang
menarik, dan mampu mengambil keputusan situasional dengan
tepat.

D. Daftar Pustaka
Djalil, Area, dkk. 2011. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin. 1998. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

13