PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DAN NON TES SEB

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DAN NON TES
SEBAGAI INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
ARFAH (1311440001)
AUDITIO PADAUNAN (1311440005)
CHRISARIA PALUNGAN (1311440007)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas rahmat Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Penyusunan
Instrumen Tes dan Instrumen Non Tes Sebagai Instrumen Penilaian
Pembelajaran” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Penulisan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah assesment of education . Makalah ini disusun

berdasarkan dari berbagai referensi buku pegangan perkuliahan yang berhubungan
dengan mata kuliah evalusi pendidikan. Kemudian dari referensi-referensi
tersebut disusun secara sistematik oleh penulis agar pembaca mampu lebih mudah
dalam memahami isi dari makalah ini.
Melalui makalah ini penulis menjelaskan tentang instrumen penilaian dan
pengembangannya. Selain itu penulis juga memberikan gambaran tentang
instrumen yang telah dibuat dan dapat diedarkan di sekolah.
Penulis berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah assesment
of education yaitu Prof. Baso Intang Sapaile yang telah memberikan arahan
tentang pembuatan atau penyusunan instrumen. Tak lupa pula penulis ucapkan
terima kasi kepada teman-teman yang telah membantu dalampenyusunan makalah
ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para
pembaca. Tak lupa pula kritik dan saran diharapkan penulis dari para pembaca
bila terdapat kekeliruan dan kekurangan dalam makalah ini.

Makassar, 1 April 2015

Penulis


i

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..............................................................................................i
Daftar Isi .........................................................................................................ii
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................2
Bab 2 Pembahasan
A. Bentuk dan penyusunan instrumen tes ................................................3
B. Bentuk dan penyusunan instrumen non tes .........................................41
Bab 3 Bentuk instrumen yang dikembangkan
A. Pengembangan instrumen tes ..............................................................71
B. Pengembangan instrumen non tes .......................................................86
Bab 4 Penutup
A. Kesimpulan ..........................................................................................90
B. Saran ....................................................................................................91
Daftar Pustaka ...............................................................................................92


ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Penilaian dan pengukuran tidak dapat dilepaskan dari dunia
kependidikan. Penilaian dan pengukuran ini dibutuhkan untuk
mendapatkan gambaran tentang situasi sekolah. Penilaian dan pengukuran
ini dapat dilakukan oleh guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan
sebagainya.
Untuk pembelajaran di kelas, evaluasi peserta didik sangat
dibutuhkan untuk memberikan gambaran tentang kondisi peserta didik.
Gambaran yang diperoleh oleh pendidik kemudian akan dipelajari oleh
guru. Gambaran peserta didik yang diperoleh guru harus memiliki tingkat
keakuratan yang tinggi. Artinya data yang diperoleh guru tentang keadaan
peserta didik harus memiliki kesalahan yang kecil.
Untuk memperoleh data tentang peserta didik, diperlukan adanya
instrumen penilaian. Instrumen penilaian dapat berupa instrumen tes,
maupun instrumen non tes. Instrumen tes dapat berupa tes objektif dan tes
non objektif sedangkan instrumen non tes dapat berupa wawancara,

kuesioner, observasi, dan sebagainya.
Penyusunan instrumen sebaiknya mengikuti langkah-langkah atau
kaidah-kaidah yang berlaku secara umum. Gunanya adalah instrumen yang
diberikan kepada siswa mudah dipahami baik oleh responden maupun
pemberi responden sehingga data yang diperoleh dari responden
merupakan data yang akurat. Selain itu instrumen yang disusun harus
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sehingga harusnya sebelum
mengedarkan instrumen terlenih dahulu harus ada tujuan yang ditetapkan
oleh guru.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan instrumen non tes.
2. Apa yang dimaksud dengan instrumen non tes?
1

3. Apa bentuk-bentuk instrumen tes?
4. Apa bentuk-bentuk instrumen non tes?
5. Bagaimana teknik pengembangan instrumen tes?


1

6. Bagaimana teknik pengembangan instrumen non tes?
7. Bagaimana kaidah penulisan instrumen tes?
8. Bagaimana kaidah penulisan instrumen non tes?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan:
1. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan instrumen tes dan non
tes.
2. Menjelaskan bentuk-bentuk instrumen tes dan non tes.
3. Menjelaskan teknik pengembangan instrumen tes dan non tes.
4. Menjelaskan kaidah penulisan instrumen tes dan non tes.

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk dan Penyusunan Instrumen Tes

1.

Pengetrian tes
Menurut (Mardapi, 2012: 108-109) Tes merupakan salah satu
instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Tes terdiri atas
sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah, atau semua
benar atau sebagian benar. Tujuan melakukan tes adalah untuk mengetahui
pencapaian belajar atau kompetensi yang telah dicapai peserta didik untuk
bidang tertentu. Hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik
seseorang atau sekelompok orang. Karakteristik ini dapat berupa
kemampuan kognitif atau keterampilan seseorang.
Kegiatan pengetesan merupakan salah satu cara untuk menaksir
tingkat kemampuan peserta didik secara tidak langsung, yaitu melalui
respon seseorang terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan. Hasil tes
diharapkan menghasilkan data dengan kesalahan sekecil mungkin. Oleh
karena itu agar diperoleh data yang akurat dibutuhkan tes yang sahih
(valid) atau andal (reliabel).
Hasil tes bisa digunakan untuk memantau perkembangan mutu
pendidikan. Hasil tes untuk tujuan ini harus baik, yaitu memiliki kesalahan
pengukuran sekecil mungkin. Kesalahan pengukuran ini dapat

dikategorikan menjadi dua yaitu kesalahan acak dan kesaahan sistematik.
Kesalahan acak disebabkan karena kesalahan dalam memilih sampel isi
tes, variasi emosi seseorang, termasuk variasi emosi pemeriksa jika lembar
jawaban peserta tes diperiksa secara manual. Kesalahan sistematik
disebabkan karena soal tes terlalu mudah atau terlalu sukar. Ada pendidik
yang cenderung membuat tes yang sulit, sehingga estimasi kemampuan
peserta didik underestimate , tetapi ada juga pendidik yang cenderung
membuat tes terlalu mudah, sehingga estimasi kemampuan peserta didik
overestimate. Hal ini tidak diinginkan karena tidak memberikan data
tentang kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Pengujian adalah kegiatan melaksanakan pengukuran dengan tujuan
apakah peserta didik telah memiliki kemampuan yang dipersyaratkan.

3

Kemampuan yang dipersyaratkan bisa ditentukan oleh satuan pendidikan
berdasarkan musyawarah guru atau ditentukan oleh pusat. Kemampuan ini
juga disebut dengan kemampuan minimum yang harus dimiliki oelh
peserta didik. Satuan pendidikan sering


3

menggunakan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu kompetensi
minimal yang harus dimiliki peserta didik. Ada satuan pendidikan yang
menetapkan KKM sebesar 7,75, ada yang 7,0, dan ada yang lebih rendah lagi.
Namun, diharapkan dari tahun ke tahun ada kenaikan terutama yang belum
mencapai 7,5.
2. Langkah Awal Pengembangan Tes
Menurut (Kusaeri dan , : ) Makalah ini akan membahas tentang bagaimana
mengembangkan suatu tes sebangi alat ukur pencapaian hasil belajar atau prestasi
siswa. Beberapa langkah awal yang diperlukan dalam mengembangkan tes adalah:
menentukan tujuan pembelajaran, menyusun table spesifikasi, dan menentukan
bentuk soal yang akan digunakan dalam penilaian.
Identifikasi tujuan pembelajaran merupakan langkah awal pertama dan
penting dalam mengembangkan tes. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk
harapan kepada siswa setelah mereka mengikuti pembelajaran. Tujuan tersebut
kadang-kadang dinyatakan dengan jelas, tetpi tidak jarang dinyatakan juga secara
implisit. Jika tujuan tersebut hanya dinyatakan secara implisit maka dalam
menguji kita tetap harus merujuk pada materi yang telah diajarkan.
Tes yang baik diturunkan dari tujuan pembalaran yang dinyatakan secara

jelas. Dengan demikian, kejelasan rumusan tujuan pembelajaran akan sangat
membantu agar tes benar-benar dapat mengukur apa yang telah diajarkan oleh
guru, dismping dpaat mempermudah proses pengembangan tes. Dengan rumusan
tujuan dengan jelas dan eksplisit juga dapat memberikan nilai tambah karena
dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.
a.

Karakteristik Tujuan Pembelajaran.
Materi ini tidak dimaksudkan untuk menitikberatkan pada
pengembangan kurikulum atau perumusan tujuan pembelajaran dalam
konteks penyusunan kurikulum, tetapi sudah seharusnya prosedur
penilaian selalu dikaitkan dengan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Tes
yang digunakan dikelas harus mencerminkan apa yang telah diajarkan di
kelas dan tes tersebut juga menekankan pada apa yang menjadi penekanan
dalam pembelajaran dikelas. Dengan demikian, pembahasan mengenai
pengembangan tes tidak dapat dipisahkan dari tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan suatu deskripsi mengenai tingkah
laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya
pembelajaran. Menurut Mager (Hamalik,2008;109), tujuan pembelajaran
paling tidak harus mengandung tiga komponen, yaitu: (a) tingkah laku

(behavior), digunakan untuk menentukan
4

spesifikasi yang akan diamati dan akan diukur, (b) standar (standard),
memungkinkan untuk menilai dampak dari luar, dan (c) kondisi luar (external
conditions), untuk meyakinkan bahwa perilaku yang diperoleh benar-benar
disebabkan oleh kegiatan belajar, bukan karena penyebab lain.
Materi ini akan diawali dengan uraian tentang beberapa karakteristik
tujuan pembelajaran. Terhadap tiga karekteristik utama tujuan
pembelajaran yaitu cakupan atau keluasan tujuan (scope), taksonomi
tujuan pembelajaran atau dominan (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
dan bentuk pembelajaran (behavior versus nonbehavior). Dalam buku ini
hanya dibahas dua karekteristik pertama, yaitu cakupan dan taksonomi.
1) Cakupan (Scope)
Cakupan merujuk kepada bagaimana keluasan sebuah tujuan.
Berikut ini merupakan contoh tujuan pembelajaran dengan cakupan yang
luas: “Siswa mampu memahami daur hidup beragam jenis makhluk
hidup.” Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), tujuan
seperti ini biasa disebut sebagai kompetensi dasar. Sementara itu, contoh
tujuan pembelajaran yang lebih spesifik atau yang biasa disebut sebagai

indikator dapat dirumuskan sebagai: “Siswa dapat mendeskripsikan daur
hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar, misalnya kecoa, kupu-kupu
dan nyamuk”.
Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, atau peoses yang
memiliki kontribusi demi ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indicator
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diukur,
seperti:
mengidentifikasi,
menghitung,
membedakan,
menyimpulkan,
menceritakan
kembali,
mempraktikkan,
mendemostrasikan, mendeskripsikan, dan sebagainya.
Penulis indikator yang lengkap mengcakup empat hal, yaitu A =
audience (siswa), B = behavior (perilaku yang ditampilkan), dan D =
degree (tingkatan yang diberikan) (Depdiknas, 2009:14). Ada dua model
cara penulisan indikator. Model pertama, menempatkan kondisi di awal
kalimat. Model ini digunakan untuk soal yang desertai dengan dasar
pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragaraf, gambar,
denah, grafik, kasus, atau lainnya. Contoh: deperdengarkan sebuah
pernyataan pendek dengan topic “belajar mandiri” siswa dapat
menentukan dengan tepat pernytaan yang sama artinya.
Model kedua dengan menempatka siswa dan perilaku yang herus
dutampilkan di awal kalimat. Model kedua ini digunakan untuk soal yang
5

tidak diseryai dengan pertanyaan (stimulus). Contoh: Siswa dapat
menentukan dengan tepat penulisa tanda baca pada nilai uang.
Setiap kopetensi dasar dapat dikembangkan menjadi beberapa
indikator. Komoetensi dasar “Siswa mampu memahami daur hidup
beragam jenis makhluk hidup,” dapat dipecah ke dalam indikator seperti:
(a) Siswa dapat menyebutkan urutan daur hidup hewan, misalnya : kupukupu, nyamuk dan kecoa secara lengkap dan jelas, (b) siswa dapat
mendeskripsikan metamorphosis sempurna dan metamorfosis tidak
sempurna, (c) siswa dapat melaporkan hasil pengamatan terhadpa daur
hidup pada kambing dan kucing, dan (d) siswa dapat menyimpulkan
bahwa tidak semua hewan mengalami perubahan dalam hidupnya
(metamorfosis) .
2) Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Keluasan tujuan pembelajaran juga akan berbeda dan dipengaruhi oleh jenis
kemampuan atai tarekteristik yang diukur. Dominan yang lazim digunakan dan
dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dalam kognitif, afektif dan psikomotor.
Ketiga dominan ini biasanya secara hierarkis dan memiliki cakupan level berbeda
serta mencerminkan kompleksitas yang berbeda.
a)

Dominan Kognitif.

Tujuan pembelajaran yang diuraikan sebelumnya memiliki kaitan dengan
aspek kognitif kerena menyangkut hal-hal seperti mengingat, menginterpretasi,
menganalisis, dan sebagainya. Perumusan tujuan pembelajaran berititik tolak dari
tingkah laku dan bersifat operasional. Para ahli kurikulim umumnya berpendapat
bahwa perlu dilakukan pengklasian tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
untuk sebagai dominan-dominannya.
Salah satu taksonomi tujuan pembelajaran yang banyak digunakana dalam
dunia pendidikan adalah taksonomi yang berkembang oleh Bloom, Englehart,
Furst, Hill, dan Krathwohl (1956) yang selanjutnya dikenal dengan taksonomi
Bloom. Taksonomi ini memberikan kerangka penting dalam mendeskripsikan
kompleksitas suatu tujuan. Caranya, melalui mengklasifikan tujuan kedalam satu
dari enam kategori secara hierakis, dari yang paling sederhana ke kompleks.
Walaupun taksonomi Bloom telah dilakukan revisi, namun buku ini akan
tetap menyajikan taksonomi Bloom lama. Pada taksonomi Bloom lama beberapa
aspek yang trcakup didalamnya antara lain: pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, evaluasi. Sementara itu, pada taksonomi Bloom yang telah
direvisi pengklasifikasiannya dalam mengingat (remembering) memahami

6

(understanding) menerapkan (applying), menganalisi (analyzing), mengevaluasi
(evaluating), dan mengkreasi (creating) (Moore & Stanley, 2010:6). Tabel 4.1
menyajikan rangkuman taksonomi Bloom untuk masing-masing aspek.
Tabel 2.1 Taksonomi Tujuan Pembelajaran dari Bloom
Level
Pengetahuan

Deskripsi
Menghafal,
mempelajari fakta

Pemahaman

Merangkum,
menginterpretasikan,
atau menjelaskan,

Aplikasi

Menggunakan
aturan-aturan
dan
prinsip umum untuk
menyelesaikan masalah
baru

Analisis

Mereduksi konsep
kedalam bagian-bagian
dan
menunjukkan
hurbungan antar bagian
menjadi keseluruhan
Mengkreasi ideMengkonstruk
ide baru atau
peta
tentang
provinsi-prvinsi
yang ada di Jawa
beserta karakteristik
yang dimilikinya
Memutuskan
Mengevaluasi
tentang nilai
kemanfaatan
peta
sehingga
memudahkan
melakukan
bepergian dari satu
tempat ke tempat
lain.

Sintesis

Evaluasi

Contoh
Menyebutkan
ibkota
masingmasing provinsi
Menjelaskan
bagaimana pengaruh
suku bunga bank
terhadap
pengangguran
Menerapkan
perkalian
dan
pembagian
dua
bilangan
dalam
konteks
permasalahan
matematika.
Membedakan
berbagai pendekatan
untuk menetapkan
validitas .

Sumber: Bloom et al. (1956)
1) Pengetahuan (Knowledge)

7

Level paling sederhana dalam taksonomi Bloom adalah pengetahuan.
Tujuan pembelajaran pada level pengetahuan ini termasuk mempelajari atau
mengingat fakta-fakta spesifik, istilah, nama, tanggal, dan sebaginya. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan pada level membuat daftar, mencocokkan,
memberi nama, membuat garis bawah, mengulangi, memilih, dan menyebutkan.
Contoh tujuan pembelajaran yang temasuk dalan kategori pengetahuan: “Siswa
dapat menyebutkan nama-nama Negara anggota G-20”
2) Pemahaman (Comprehension)
Tujuan pada level ini menguji pemahaman anak, tidak hanya menonjolkan
aspek hafalan semata, kata kerja operasional yang lazim digunakan pada level ini
di antaranya: jelaskan, ubahlah, pertahankan, bedakan, perluas, generalisasikan,
beri contoh, simpulkan, ramalkan, dan ringkasan. Contoh tujuan pembelajaran
pada level ini: “Siswa mampu menjelaskan pengaruh suku bunga bank terhadap
angkah pengangguran.”
3) Penerapan ( Application)
Tujuan pada level ini meliputi pengunaan aturan-aturan umum, prinsip atau
konsep-konsep abstrak untuk menyelesaikan permasalahan yang belum perna
dijumpai sebelumnya. Kata kerja operasional yang lazim digunakan pada level ini
di antaranya: demonstrasikan, ubah, operasikan, siapkan, buatlah, hubungkan,
tunjukkan, pecahkan, dan gunnakan. Contoh tujuan pembelajaran pada level ini:
“Siswa mampu mengaplikasikan perkalian dan pembagian bilangan dua angka
dalam konteks permasalahan matematika.”
4) Analisis (Analysis)
Tujuan pada level ini menuntut siswa untuk memecah atau membagi suattu
konsep yang kompleks ke dalam bagian-bagian yang lebih mendasar atau
sederhana. Kata kerja operasional yang lazim digunakan pada level ini
diantaranya: buat diagram, ubah, bedakan, gambarkan, simpulkan, tunjukkan,
hunungkan, pilih, pisahkan, dan bagi lagi. Contoh tujuan pembelajaran pada level
ini: “Diberikan sebuah naskah teks pidato, siswa mampu menganalisis pernyataan
yang didasarkan pada fakta dan yang didasarkan pada perkiraan.”
5) Sintesis (Synthesis)
Tujuan pada level ini menuntut siswa memadukan konsep atau unsur-unsur
yang ada sedemikian hingga membentuk struktu atau pola baru. Kata erja
operasional yang lazim digunakan pada level ini di antaranya: kategorikan,
gabungan, susun, temukan, rancang, jelaskan, buat, atur, rencanakan, ataur ulang,
buat lagi, revisi, dan ceritakan. Contoh tujuan pembelajaran pada level ini: “Siswa
mampu membuat pemetaan potensi beberapa provinsi yang ada di jawa beserta
karakteristik yang dimiliki.”
6) Evaluasi (Evaluaation)

8

Tujuan pada level ini menuntut siswa membuat keputusan evaluative terkait
dengan kualitas ataunilai sesuatu demi suatu tujuan yang telah dinyatakan. Kata
kerja operasional yang lazim digunakan pad alevel ini di antaranya: dibandingkan,
simpulkan, pertentangankan, kritik, jelaskan, bedakan, buktikan, tafsirkan, dan
beri dukungan. Contoh tujuan pembelajaran pad level ini: “Siswa mampu
mengevaluasi manfaat peta sehingga memudahkan melakukan bepergian dari satu
tempat ke tempat lain.”
Walaupun pengklasifikasian dai atas mungkin diaggap ketinggalan zaman,
penulis setuju dengan pendapat yang disampaikan Hopkins (1998) bahwa
taksonomi Bloom hingga kini masih sangat relevan. Alasannya, taksonomi Bloom
menyajikan suatu kerangka yang membantu mengingatkan guru agar
memasukkan butir yang mencerminkan tujuan pembelajaran yang lebih kompleks
dalam tesnya. Popham (1999) menyatakan bahwa guru cenderung hanya fokus
pada tujuan pembelajaran, pada umumnya taksonomi di atas sering
disederhanakan ke dalam dua level: pengetahuan dan sesuatu lain yang lebih
tinggi dari pengetahuan. Oleh karena itu, pembelajaran dan penilaian sering
terbatas pada asoek hafalan semata.
Hal ini bukan berarti tujuan pembelajaran untuk level yang lebih rendah
dianggap sepele dan harus ditinggalkan. Masing-masing tujuan harus menetapkan
pada level mana para siswa diharapkan untuk melakukannya. Pada materi awal,
mungkin cakup hanya melibatkan penguasaan level yang kompleks tentu sangat
diperlukan. Hanya saja, sangat tidakmungkin menguasai tujuan pembelajaran
yang lebih tinggi tanpa menguasai tujuan pembelajaran yang lebih rendah.
b) Domain Afektif
Dominan efektif memiliki cakupan karakteristik, seperti nilai, sikap, minat
dan perilaku. Sebagi akibatnya, tujuan afektif mencakup sikap dan perlaku siswa
dalam kaitannya dengan pelajaran. Taksonomi tujuan pembelajaran pembelajaran
afektif dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964). Taksonomi ini
memiliki level penerimaan (receiving/attending), merespons (responding),
menghargai (valueing), dan mengatur (organization) seperti disajikan pada Tabel
4.2

Tabel 2.2 Taksonomi Krathwohl Berkaitan dengan Tujuan Afektif
Level
Penerimaan
(Receiving/attendi
ng)

Deskripsi
Kesadaran
siswa
untuk
memerhatikan

Sublevel
Kesadaran,
kemauan untuk
hadir,
dan
9

gejala
atau
stimulus tertentu
Merespons
(Responding)

Secara aktif
berpartisipasi
dalam
suatu
akativitas
atau
proses

Menghargai
(Valueing)

Mengharga
i
ide
atau
aktivitas
yang
dilakukan orang
lain
Ide
dan
nilai-nilai
terinternalisasi ka
dalam
diri
seseorang

Mengatur
(Organization)

perhatiannya
yang
bersifat
selektif.
Kesediaan
merespons,
kemauan
merespon, dan
kepuasan dalam
merespons
Menerimn
a, memilih, dan
komitmen
Konseptual
dan hierarki

Sumber:Krathwohl et al. (1964)
c)

Dominan Psikomotorik.

Dominan ini berkaitan dengan aktivitas fisik dan dikenal sebagi tujuan
psikomotor. Tujuan ini biasanya terdapat pada mata pelajaran olah raga, menari,
berbicara, teater dan teknik, dan pelajaran agama. Sebagai contoj dalam pelajaran
olah raga, tak terhitung aktivitas-aktivitas psikomotor, seperti memukul bola tenis
dengan berbagai gerakan. Pada kelas biologi juga banyak aktivitas psikomotor,
seperti memfokuskan mokroskopatau paktik pembedahan katak dan sebaginya.
Pada pelajaran agama islam, juga banyak aktivitas-aktivitas psikomotor, seperti
salat, wudu, dan sebagainya. Taksonomi tujuan psikomotorik ini dikembangkan
oleh Harrow(1972) seperti disajikan pada Tabel 4.3.
Tujuan psikomotorik bisanya melekat pada tujuan kognitif karena hampir
setiap fisik melibatkan proses kognitif. Akibatnya, tujuan pisikomotorik biasanya
bersifat penunjang tujuan kognitif, seperti halnya dengan tujuan afektif. Namun
demikian, tujuan ini juga muncul dalam kulikurum sekolah dan diharapkan
menunjang pembelajaran dan penilaian.
Tabel 2.3 Taksonomi Harrow Berkaitan dengan Tujuan Psikomotorik
Level
Garakan reflex
Movement)

Deskripsi
(Reflex Gerakan diluar kemauan

Sublevel
Refleks
segmental,
intersegmental
dan
supersegmental.
10

Gerakan
dasar
(Basic Gerakan ini muncul tanpa Gerakan berpindah,
fundamental movement)
latihan. Gerakan terpola gerakan
tak
dan dapat ditebak.
berpindah,
dan
gerakan manipulatif.
Gerakan
persepsi Gerakan
dapat
lebih Kinestetik,
visual,
(Perceptual abilities)
menngkat karena adanya auditorial,
dan
persepsi,
seperti kemampuan
menangkap bola.
koordinatif.
Gerakan fisik (Physical Gerakan lebih efisien, Ketahanan, kekuatan,
abilities)
berkembang
melalui pleksibilitas,
dan
latihan dan belajar.
kelincahan
Gerakan terampil (Skilled Terampil, tangkas, dan Ketangkasan
movement)
cekatan
melakukan sederhana,
gerakan yang sulit dan ketangkasan
rumit (kompleks), seperti campuran,
dan
menari dan berdansa.
ketangkasan kompleks
Sumber: Harrow (1972)
b. Mengembangkan Spesifikasi Tes
Sebagaimana diuraikan di awal, tes harus megukur apa yang diajarkan guru
di kelas. Tes juga harus menekankan apa yang benar-benar terjadi di kelas selama
pembelajaran. Salah satu cara untuk menjamin kesesuaian antara pembelajaran
dikelas dengan isi tes adlah dengan mengembangkan spesifikasi tes.
Spesifikasi tes atau biasa disebut juga kisi-kisi tes metapakan deskripsi
mengenai kompetensi atau ruang lingkup dan isi materi yang akan diujikan.
Tujuan penyusunan spesifikasi tes untuk menetukan kompetendi atau ruang
lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya sehingga dapat menjadi petunjuk
dalam menulis soal. Fungsi spesifiksi tes sebagai pedoman penulisan soal dan
perakitan tes. Spesifikasi tes berfungsi juga sebagai terjemahan resmi terhadap
indikator butir soal tentang apa yang mesti ada dalam sebuah butir soal yang tepat.
Spesifikasi tes menjelaskan batasan dan rambu-rambu apa saja yang harus
dipatuhi penulias butir soal. Spesifikasi tes diharapkan bermanfaat untuk
mengurangi variasi pemahaman guru terhadap indikator butir soal dan memberi
batasan yang lebih konkret terhadap cakupan materi ujinya.
Reynolds, et. al. (2010:130-131) memberikan ilustrasi kesesuaian antara
butir tes dengan cakupan materi yang diujikan, seperti diperlihatkan pada Gambar
4.1. mereka juga memberikan ilustrasi bagamana tes dapat mencakup materi yang
seharusnya diuji. Gambar 4.2 memperlihatkan dua bentk cakupan tes terhadap
materi yang diujikan, yaitu (a) tes dapat merepersentasikan seluruh cakupan
materi dan (b) tes tidak mampu merepresentasikan keseluruhan cakupan materi

11

Butir tes relevan
(di dalam cakupan materi)

Butir tas tidak relevan
(di
luar
cakupan

materi)
Gambar 2.1 Ilustrasi Tetang Relevansi Butir Tes

Gambar 4.1 Bagian kiri menunjukkan bahwa butir-butir tes disusun
sesuai dengan indikator yang telah dirumuskan. Artinya, butir tes yang
disusun berada dalam wilayah cakupan materi yang hendak diujikan.
Sebaliknya, tidak berlaku demikian untuk gambar di sebelah kanan.

Cakupan Materi

(a)
Jangkauan materi yang bagus

Cakupan Materi

(b)
Jangkauan

materi

kurang

bagus
(merepresentasikan seluruh cakupan materi) (tidak
merepresantasikan seluruh
cakupan materi)

12

Gambar 2.2 Ilustrasi tentang Cakupan Materi
Gambar 4.2 (a) memberi pesan bahwa materi yang diujikan dapat
menjangkau hampir seluruh cakupan materi yang telah ditetapkan.
Sementara itu, bagian (b) menunjukkan hanya sebagian kecil materi yang
diujikan menjangkau cakupan ateri yang ditetepkan. Dengan demikian,
meteri yang diujikan kurang merepredentasikan atau mewakili cakupan
materi yang telah ditetapkan. Dalam konteks inilah, spesifikasi tes
diharipkan berperan agar butir-butir tes yang disusun dapat relevan dengan
cakupan materi, tidak manyimpang dengan cakupan materi yang ada.
Begitu pula, maeri yang diujikan dapet menjangkau seluruh cakupan
materi yang telah sitetapkan
Spesifikasi tes dapat disajikan dalam bentuk tabel yang memuat
komponen minimal : kompetisi dasar, indikator, kelas/semester, materi,
indikator soal, dan bentuk soal. Syarat spesifikasi tes yang baik: (a)
mewakili isi kurikulum yang akan diujikan, (b) komponennya rinci, jelas
dan mudah dipahami, dan (c) soal-soalnya dapat dibutkan sesuai dengan
indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. Bila disajikan dalam bentuk
tabel, salah satu bentuk spesifikasi tes seperti terlihat pada Tabel 2.2
Tebel 2.4 Contoh Spesifikasi (kisi-kisi) Butir Tes untuk Matematika SMA

1.

No

Kompetensi
dasar

Hasil
belajar/
Indikator

(1)

(2)
Menggunakan
sifat dan aturan
pangkat, akar,
dan logaritma

(3)
(4)
Mengubah
X/1
bentuk pangkat
negatif
ke
pangkat positif
dan sebaliknya

K Materi
e
l
a
s
/
S
e
m
e
s
t
e
r
(5)
Eksponen
dan
Logaritma

Indikator soal

(6)
Diberikan
bentuk
logaritma,
selanjutnya
siswa mengubah
bentuknya
ke

13

bentuk
eksponen.
c.

Memilih Jenis Tes yang Akan Digunakan.

Keputusan penting lainnya adalah jenis item atau tugas apa yang akan
digunakan dalam tes. Keputusan ini tentu berkaita dengan perilaku yang akan
diukur. Semakin tinggi atau kompeks perilaku yang diukur, semakon kompleks
dan beragam pula jemis tes yang akan digunakan
Ada tujuan atau kompetensi yang lebih tapat diukur atau ditanyakan
dengan menggunakan tes tertulis bentuk pilihan ganda da nada pula tujuan
kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis bentuk
uraian. Bentuk tes pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan
kelemahan satu sama lain. Tidak menutup kemungkinan pula, ada tujuan atau
kompetensi yang tidak bias diukur dengan tes tertulis, tetappi perlu digunakan
akal ukur nontes
Dalam konteks tes, terdapat beragam jenis pendekatan untuk
mengklasifikasi tes yang dapat digunsksn mengukur kemampuan siswa sebagai
contoh, pengklasifikasian tes ke dalam tes objektif dan tes subjketif.
Pengelompokan ini biasanya merujuk kepada bagimana butir tes diskor.
Walauoun pengelompokan tes subjektif ini sangar bermanfaat, namun masuh
menimbulkan kebingungan. Mealnya, tes dengan jawaban pendek temasuk tes
objektif atau subjektif?
Berdasarkan kenyataan ini, terdapat model lain dalam mengklasifikasi
jenis tes, yakni butir soal dengan pilihan jawaban dan butir soal dengan kontruksi
jawaban. Pada tes jenis pertama, siswa memilih jawaban uang panling tepat dari
pilihan jawaban yang disediakan. Jenis tes yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain tes pilihan ganda, benar-salah, dana menjodohkan. Sementara itu, pasa
tes jenis kedua, siswa diminta menyususn atau mengkonstruksi suatu jawaban
yang diinginkan oleh soal. Jenis tes yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
tes dengan jawwaban singkat atau pendek, tes isian dan tes uraian.
3.

Bentuk dan Pengembangan Tes
Bentuk tes yang digunakan di satuan pendidikan dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes
nonobjektif. Tes nonobjektif
juga sering disebut dengan tes bentuk esai atau uraian. Objektif di dini
dilihat dari cara penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban
akan menghasilkan skor yang sama. Tes yang nonobjektif adalah penilaian
yang cara penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain,

14

apat dikatakan bahwa tes yang objektif adalah yang sistem penskorannya
objektif, sedangkan tes nonobjektif sistem penskorannya dipengaruhi
subjektivitas pemberi skor.
Bentuk tes objekif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan
ganda, benar salah, menjodohkan, dan uraian objektif. Tes uraian dapat
dibedakan uraian objektif dan uraian nonobjekif. Tes uraian yang objektif
sering digunakan pada bidang sains dan teknologi atau bidang sosial yang
jawabannya sudah pasti, dan hanya satu jawaban yang benar. Tes uraian
nonobjektif sering digunakan pada ilmu-ilmu sosial, yaitu yang
jawabannya luas dan tidak hanya satu jawaban yang benar, tergantung
argumentasi peserta tes.
4.

Teknik penyusunan tes
Ada delapan langkah yang harus ditempuh dalam menyusun tes hasil
prestasi belajar yang baku seperti berikut ini.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Menyusun spesifikasi tes
Menulis tes
Metelaah tes
Melakukan uji coba tes
Menganalisis butir tes.
Memperbaiki tes.
Merakit tes.
Melaksanakan tes.
Menafsirkan hasil tes.

1) Menyusun spesifikasi tes.
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes
atau blue print test, yaitu yang berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan
karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan
mempermuda dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan
menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Prosedur penyusunan
spesifikasi tes adalah sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.

Menentukan tujuan tes,
Menyusun kisi-kisi tes,
Menentukan bentuk tes,
Menentukan panjang tes.

15

a. Menentukan tujuan tes
Tujuan tes yang penting adalah untuk:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

mengetahui tingkat kemampuan peserta didik,
mengukur pertumbuhan & perkembangan peserta didik,
mendiagnosis kesulitan belajar pesert didik,
mengetahui hasil pembelajaran,
mengetahui pencapaian kurikulum,
mendorong peserta didik belajar, dan
mendorong peserta didik melaksanakan pembelajaran yang lebih baik.
Seringkali tes digunakan untuk beberapa tujuan, namun tidak akan
memiliki keefektifan yang sama untuk semua tujuan.
Ditinjau dati tujuannya, ada empat macam tes yang banyak
digunakan di lembaga pendidikan, yaitu:

(a)
(b)
(c)
(d)

tes penempatan,
tes diagnostik,
tes formatif, dan
tas sumatif.

Pengujian berbasis kompetensi pada umumnya menggunakan tes
diagnostik, formatif, dan sumatif.
Tes penempatan dilaksanakan pada awal pembelajaran. Tes ini
berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta
didik. Untuk mempelajari suatu bidang studi dibutuhkan pengetahuan
pendukung. Pengetahuan pendukung ini diketahui dengan menelaah hasil
tes penempatan. Apakah seseorang perlu matrikulasi, tambahan pelajaran
atau tidak, ditentukan dari hasil tes ini.
Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi
peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep untuk mata pelajaran
tertentu. Tes diagnostik ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian
besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran untuk pelajaran
tertentu. Hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum
dipahami dan telah dipahami, termasuk kesalahan konsep. Oleh karena itu, tes ini
mengandung materi yang dirasa sulit untuk peserta didik, namun tingkat kesulitan
tes ini cenderung rendah.
Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat
keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk
16

memperbaiki strategi pembelajaran. Tes ini dilakukan secar aperiodik sepanjang
semester. Materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran atau standar
kompetensi tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Jadi, tes ini sebanarnya
bukan untuk menentukan keberhasilan belajar saja, tetapi untuk mengetahui
keberhasilan proses pembelajaran.
Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya
untukmenentukan keberhasilan belajar peserta didik pada pelajaran tertentu.
Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat,
dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang
materinya harus mewakili bahan yang telah diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan
sebagai keberhasilan belajar dan atau keberhasilan melaksanakan pembelajaran.
Pesrta didik yang berhasil dinyatakan lulus dan yang belum berhasil dinyatakan
tidak lulus.
b. Menyususun kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal
yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal,
sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan
tingkat kesulitannya relatif sama. Matrik kisi-kisi soal terdiri dari dua
jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom menyatakan standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, bentuk tes, dan banyak soal. Standar
kompetensi dan kompetensi dasar diambil dari kurikulum, sedangkn
indikator dikembngkn oleh guru.
Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:
1)
2)
3)
4)

Menulis standar kompetensi
Menuliskan kompetensi dasar
Menentukan indikator
Menentukan jumlah soal tiap indikator.
Semua standar kompetensi mata pelajaran dan kompetensi dasar
yang telah diajarkan diujikan. Kriteria yang digunakan dalam memilih
kompetensi dasar adalah:

1)
2)
3)
4)

Sering digunakan,
Memiliki nilai terapan,
Digunakan pada mata pelajaran lain,
Terdapat pada buku teks mata pelajaran.

17

Penentuan indikator-indikator mengacu pada kompetensi dasar, dan menggunakan
kata kerja yang dapat diukur.
Jumlah soal tiap kompetensi dasar bergantung pada tingkat
kompleksitas, dan luasan cakupan. Kompetensi dasar yang komplek
memerlukan butir soal yang lebih banyak dibanding kompetensi dasar
yang tidak komplek. Tiap kompetensi dasar diuraikan menjadi sejumlah
indikator. Indikator adalah ciri-ciri peserta didik menguasai kompetensi
dasar dan menggunakan kata kerja operasional, yaitu yang bisa diukur.
Tabel 2.5. contoh kisi-kisi ujian.
Nama sekolah

: ..............................................................................................

Kelas

: ..............................................................................................

Mata Pelajaran

: ..............................................................................................

Standar Kompetensi : ..............................................................................................
N
o
1.

Kompetensi Dasar

Indikator

Menggunakan
bilangan pecahan

Menjumlahkan
pecahan
Mengrangi bilangan pecahan Uraian
Penerapan
perhitungan Uraian
bilangan pecahan dalam
lapangan

2.
3.

Bentuk
Soal
bilangan Uraian

Jumlah
Soal
1
1
1

4.
Tabel 2.6. contoh kisi-kisi soal TIMSS
Asesmen Matematika
Dim
ensi

Penget.
fakta dan
prosedur

Pengetahuan
konsep

Penyel.
Masalah
rutin

N Kognitif
o Dimensi Isi
1. Bilangan
2. Aljabar
3. Pengukuran
4. Geometri
5. Data
TIMSS = Trend International Mathematics and Science Study

Penalaran

Tabel 2.7 Asesmen Sains
18

N
o
1.
2.
3.
4.
5.

Dim Penget.
Pengetahuan
ensi fakta dan konsep
prosedur

Kognitif
Dimensi Isi
Sain kehidupan
Kimia
Fisika
Ilmu bumi
Ilmu lingkungan

Penyel.
Masalah
rutin

Penalaran

c. Menentukan bentuk tes
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah
peserta tes, waktu yang disediakan untuk memeriksa lembar jawana tes,
cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk
tes objektif pilihan sangat tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak.
Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat
diperiksa dengan komputer, sehingga objektivitas penskoran dapat
dijamin. Namun membuat tes objektif yang baik tidak mudah.
Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada mata pelajaran
yang batasannya jelas, misalnya mata pelajaran fisika, matematika, kimia,
biologi, dan sebagainya. Soal pada tes ini jawabannya hanya satu, mulai
dari memilih rumus yang tepat, memasukkan angka dalam rumus,
menghitung hasil, dan enafsirkan hasilnya. Pada tes bentuk bentuk uraian
objektif ini, sistm penskoran dapat dibuat dengan jelas dan rinci.
d. Menentukan panjang tes
Panjang tes mencakup lama pengerjaan soal tes dan jumlah butir soal.
Jumlah butir ditentukan oleh waktu yang tersedia untuk mengerjakan
ujian. Waktu yang disediakan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik dan jenjang pendidikan. Untuksekolah dasar, waktu yang disediakan
umumnya 2 x 45 menit, yaitu 90 menit. Untuk sekolah menengah waktu
yang sediakan juga sekitar 90 menit atau 120 menit. Untuk pelajaran
paktek waktu yang disediakan lebih lama dibanding dengan ujian teori.
Setelah waktu yang disediakan ditentukan, selanjutnya dipilih
bentuk tes. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tiap butir tes
berbentuk pilihan ganda ditentukan oleh tingkat kesulitan soal. Waktu
yang diperlukan tiap mengerjakan butir soal brnyuk pilihan ganda dengan
ingkat kesulitan sedang adalah 2 menit, dan untuk yang mudah adalah 1

19

menit, dan untuk kategori sulit adalah 2 menit. Pabila waktu yang tersedia
adalah 90 menit, maka jumlah soal butir yang diperlukan adalah 90 butir
soal untuk tingkat kesulitan kategori mudah, dan 45 butir untuk kategori
menengah, dan 120 menit untuk kategori tinggi adalah 30 butir soal.
Untuk tes bentuk uraian objektif, waktu yang diperlukan untuk
mengerjakan adalah 120 menit. Jumlah butir soal ujian yang diperlukan
tergantung pada tingkat kesulitan butir soal. Untuk menentukan jumlah
butir soal ynag tepat adalah melakukan ujicoba tes. Pada saat uji coba,
peserta didik menulis pada lembar jawaban ketika ia selesai mengerjakan.
Untuk peserta didik jumlah butir soal bentuk uraian adalah berdasarkan
data ujicoba, yaitu batas 90% pesrta didik mengerjakan selesai.
Jumlah butir soal uraian sebaiknya banyak, agar mencakup sebagian
besar materi yang diajarkan. Dengan demikian persyaratan validitas isi tes
dapat dipenuhi. Jumlah butir yang lebih banyak lebih baik dibanding
jumlah soal yang sedikit walau mendalam.
2) Menulis tes
a. Tes lisan di kelas
Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui daya serap
peserta didik untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif yang baru
diajarkan. Pertanyaan bisa diajukan di awal pembelajaran, yaitu mengenai
konsep atau aplikasi pelajaran yang lalu. Pertanyaan lisan yang diajukan
ke kelas harus jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang
sama. Dalam melakukan pertanyaan di kela sprinsipnya adalah
mengajukan
pertanyaan,
memberi
waktu
untuk
berpikir,
kemudianmenunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan. Benar atau
salah jawaban peserta didik, sebaiknya jawaban tersebut ditawarkan lagi
ke kelas untuk mengaktifkan kelas. Tingkat berpikir untuk pertanyaan
lisan di kelas bisa rendah sampai tinggi. Pertanyaan lisan memiliki
kebaikan, yitu melatih peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan.
b. Tes bentuk benar atau salah
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa
pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang
benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya
bentuk soal benar-salah dapat diapakai untuk mengukur pengetahuan
siswa tentang fakta, defenisi, dan prinsip.

20

Contoh:
(B) — S 1. Danau Toba di Sumatra Utara dari segi pembentukannya merupakan
danau tektonik.
(B) — S 2. Nitrogen membantu pembakaran.
B — (S) 3. Berat satu liter air adalah 100 gram.
Tes bentuk benar-salah terdiri dari suatu pertanyaan yang harus
dijawab benar atau salah. Bentuk tes ini singkat sehingga bisa mencakup
banyak materi yang akan diajukan. Keunggulan yang lain, tes ini relatif
mudah membuatnya dan mudah dalam penskorannya. Kelemahan dari tes
ini adalah kecenderungan pada pertanyaan hafalan dan pemahaman saja
dan peluang dugaan. Rasional penggunaan tes ini adalah (Ebel, 1979)
adalah sebagai berikut:
1) Esensi pencapaian tujuan pendidika dapat dinyatakan dalam bentuk
pengetahuan verbal.
2) Semua bentuk pengetahuan verbal dapat dinyatakan dengan proposisi.
3) Sustu proposisi adalah suatu pernyataan yang dapat dinyatkan benar atau
salah.
4) Tingkat pengetahuan seseorang dalam bidang tertentu dapat dilihat dari
respons terhadap suatu proposisi.
Variasi bentuk soal benar-salah
a) Tipe pernyataan benar-sa;ah tanpa koreksi
Contoh:
(B) — S 1. Penyanyi malaria dijangkitkan oleh nyamuk Anopholes.
B — (S) 2. Bila makanan dibekukan, bakteri yang ada di dalamnya akan
mati.
b) Tipe pernyataan benar-salah dengan koreksi
Contoh:
Petunjuk:
Bacalah setiap pernyataan berikut. Jika pernyataan itu benar lingkari huruf
B. Jika pernyataan itu salah lingkari huruf S, dan ubalah kata yang digaris

21

bawahi dengan kata yang benar, dantulislah kata tersebut pada ruang
kososng yang disediakan.
B—(S) (elektron) 1. Penyanyi malaria dijangkitkan oleh nyamuk
Anopholes.
(B) — S . . ...... ........ 2. Provinsi di jawa yang terpadat penduduknya adalah
Jawa Timur.
c) Tipe pernyataan benar-salah berumpun
Contoh:
Manakah dari penyakit-penyakit berikut yang disebabkan oleh virus.
(B) — S 1. Cacar air.
B — (S) 2. Radang tenggorokan.
(B) — S 3. Influenza
B — (S) 4. Malaria
B — (S) 5. Campak
B — (S) 6. TBC
Kebaikan bentuk soal benar-salah
a) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
b) Soal dapat disusun dengan mudah.
Kelemahan bentuk soal benar-salah
a) Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50%.
b) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena
hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali.
c) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hany adengan dua
kemungkinan (benar atau salah)
Pedoman menulis tes benar salah adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)

Tes mengukur ide atau konsep yang penting.
Tes mengukur paling tidak tentang pemahaman.
Jawaban benar tidak mudah ditebak.
Kalimat yang digunakan jelas.
Tidak menggunakan proposisi dari buku.
22

6) Panjang kalimat untuk jawaban benar atau salah usahakan sama.
Contoh:
1) Tekanan udara di daerah pegunugan lebih rendah daripada di pantai.
2) Pada waktu bulan purnama terjadi pasang air laut, air laut melimpah ke
daratan.
3) Jumlah sudut empat persegi panjang adalah 360 derajat.
c. Bentuk menjodohkan
Bentuk tes menjodohkan terdiri dari sejumlah premis dan sejumlah
respons. Bentuk tes ini sering digunakan untuk mengukur pengetahuan
tentang fakta seperti arti suatu istilah, simbol kimia, dan sejenisnya. Oleh
karena itu, bentuk tes ini cenderung mengukur tentang hafalan dan
pemahaman saja. Pedoman untuk mebuat tes bentuk menjodohkan adalah
sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)

Pernyataan atau premis harus homogen
Pernyataan dan respons singkat.
Jumlah respons lebih banyak dari pernyataan.
Pernyataan respons diurutkan menurut alfabet.
Jawaban dapat digunakan lebih dari satu kali.
Tabel 2.8 contoh tes menjodohkan.

No
A.
B.
C.
D.
E.

Pernyataan 1
Daya listrik
Kuat penerangan
Hambatan listrik
Komponen listrik
Instrumen listrik

No Pernyataan 2
1
Ohm
2
Kilo Volt Ampere
3
Volt meter
4
Lumen
5
Organ
6
Kapasitor
Peserta didik diiminta mengisi huruf pada pernyataan 2 sesuai
dengan pasangan yang sesuai pada pertnyaan 1.

Kebaikan bentuk soal menjodohkan
a) Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
b) Tepat
digunakan
untuk
mengukur
kemampun
bagaiamana
mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.
c) Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan
yang lebih luas.

23

Kelemahan bentuk soal benar-salah
a) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan.
b) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur halhal yang berhubungan
d. bentuk pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban
yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, soal pilihan ganda
terdiri atas:
-

Stem
- pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan
ditanyakan
Option
- sejumlah pilihan atau alternatif jawaban
Kunci
- jawaban yang benar atau paling tepat
Distractor - jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban
(pengecoh)

Contoh:
Mahkamah Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa berkedudukan di kota . . . . .
..
a.
b.
c.
d.

Jenewa
Den Haag
London
New York

 Kunci
Distractor (pengecoh)

Variasi bentuk soal pilihan ganda
Selain bentuk soal pilihan ganda biasa terdapat model bentuk pilihan
ganda lainnya, yaitu bentuksoal hubungan antarhal (HAH) dan bentuk soal
pilihan ganda kompleks (PGK). Pada kedu bentuk soal itu masing-masing
pilihan jawabannya ditetapkan dan berfungsi sebagai petunjuk jawaban
soal.
Pada bentuk soal hubungan antarhal, siswa dituntut untuk
mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara pernyataan pertama (yang
merupakan akibat) dan pertanyaan kedua (yang merupakan sebab). Kedua
pernyataan (pertama dan kedua) dihubungkan dengan kata “sebab”. Kedua
pernyataan itu dapat benar, salah, atau dapat juga pernyataan yang satu
benar dan yang lainnya salah. Apabila kedua pernyataan itu benar, yang

24

perlu diperhatikan adalah apakah kedua pernyataan itu mempunyai
hubingan sebab-kibat.
Contoh:
Petunjuk:
Untuk soal berikut pilihlah:
a
b
c
d

Jika pernyataan pertama betul, pernyataan kedua betul, dan keduanya
mempunyai hubungan sebab-akibat.
Jikapernyataan pertama betul, pernyataan kedua betul, tetapi keduanya
tidak mempunyai hubungan sebab-akibat.
Jika salah satu dari kedua pernyataan salah.
Jika kedua pernytaan salah.

Soal:
Transmigrasi sangat penting perananya dalam pelaksanaan pembangunan
Sebab
Transmigrasi dapat menunjang pemerataan pelaksanaan pembangunan. (kunci: a).
Bentuk pilihan ganda kompleks hampir sama dengan bentuk pilihan ganda biasa,
hanya cara menjawabnya lebih kompleks.
Contoh:
Petunjuk:
Untuk soal berikut pilihlah:
a
b
c
d

Jika hanya (1), (2), dan (3) betul.
Jika hanya (1) dan (3) betul.
Jika hanya (3) dan (4) betul.
Jika hanya (4) betul.

Soal:
Medan magnet dapat ditimbulkan oleh . . . . .
(1)
(2)
(3)
(4)

Muatan listrik yang bergerak.
Konduktor yang dialiri arus searah.
Konduktor yang dialiri arus bolak balik.
Muatan listrik yang tidak bergerak.

Kunci: a (1, 2, dan 3 betul).

25

Kebaikan bentuk soal pilihan ganda
a) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan
pengajaran yang telah diberikan
b) Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan
menggunakan kinci jawaban.
c) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga
penilaiannya bersifat objektif.
Kelemahan bentuk soal pilihan ganda
a) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar.
b) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.
Kaidah dan contoh penulisan soal pilihan ganda
a) Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus dirumuskan dengan
jelas.
Contoh soal yang kurang baik:
Salah satu provinsi si Sumatera . . . . .
a. Merupakan penghasil karet terbesar di Indonesia.
b. Berpenduduk paling padat di Sumatera.
c. Mempunyai kebudayaan yang tinggi nilainya.
d. Masih mempertahankan adat istiadat dengan kuat.
Contoh soal yang lebih baik:
Provinsi di sumatera yang terpadat penduduknya adalah . . . . .
a.
b.
c.
d.

Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan

Kunci: a.
b) Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus dirumuskan dengan
jelas.
Contoh soal yang kurang baik:
Pakta Warso dipelopori oleh Rusia, sedangkan NATO dan SEATO dipelopori
oleh amerika serikat. Akan tetapi, Indonesia tidak ikut menjadi anggota
kedua-duanya. Tindakan ini sesuai dengan . . . .
a. Dasasila bandung
b. Pancasila dan UUD 1945

26

c. Politik luar negeri bebas-aktif.
d. Piagam PBB.
Contoh soal yang lebih baik:
Tindakan Indonesia tidak ikut menjadi anggota Pakta Warsawa maupun
NATO/SEATO sesuai dengan . . .
a.
b.
c.
d.

Dasasila bandung
Pancasila dan UUD 1945
Politik luar negeri bebas-aktif.
Piagam PBB.

Kunci: c
c)

Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
Contoh soal yang kurang baik:
Dari kata-kata di bawah ini yang penulisannya baik adalah . . .
a.
b.
c.
d.

anggota
senin
nopember
prangko

contoh soal yang lebih baik:
dari kata-kata di bawah ini yang penulisannya betul adalah . . . .
a.
b.
c.
d.

anggota
senin
nopember
prangko

kunci : a
d) pada pokok soal (stem) sedapat mungkin dicegah perumusan pernyataan yang
bersifat negatif.
Contoh soal yang kurang baik:
Pada semua tumbuhan yang berhijau daun, fotosintesis tidak akan terjadi
tanpa . . .
a. udara, tanah, dan air.
b. Cahaya, udara, dan air.
c. Tanah, cahaya, dan udara.
d. Air, tanah, dan cahaya.
27

Kunci: b
Contoh soal yang lebih baik:
Pada semua tumbuhan yang berhijau daun, fotosintesis akan terjadi apabila
terdapat . . .
a.
b.
c.
d.

udara, tanah, dan air.
Cahaya, udara, dan air.
Tanah, cahaya, dan udara.
Air, tanah, dan cahaya.

Kunci: b
e)

Alternatif jawaban (option) harus logis dan pengecoh harus berfungsi.
Contoh soal yang kurang baik:
Untuk menarik simpati ban