BARU LAPORAN DAN PENELITIAN PANGANDARAN

A. Judul Penelitian: Tingkat Perubahan Bahasa Sunda Pada Kelompok
Usia Muda Dalam Masyarakat Pangandaran

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan bahasa merupakan suatu yang pasti terjadi dalam
lingkungan komunitas bahasa tertentu. Hal itu dapat terjadi karena adanya
berbagai pengaruh faktor bahasa baik secara internal maupun faktor eksternal.
Pengaruh faktor internal biasanya dipengaruhi oleh linguistik itu sendiri.
sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh faktor non linguistik. Faktor non
linguistik misalnya adalah faktor sosial dan faktor kontekstula atau
situasional.
Proses perubahan bahasa merupakan suatu gambaraan tentang
adanya dinamika bahasa yang terus terjadi akaibat berbagai pengaruh faktorfaktor yang ada. Perubahan bahasa membuktikan bahawa bahasa merupakan
suatu materi yang terus akan berubah berdasarkan pengaruh lingkungan dan
keadaaan sosial dalam komunitas bahasa tertentu. Berbagai perubahan
tersebut juga memberikan bukti bahawa faktor sosial dalam komunitas bahasa
sangat berperan basar dalam perubahan bahasa.

Hal itu dapat melihat pengaruh variasi sosiolinguitik yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial bahasa. Karena dalam melihat adanya
perubahan bahasa kita tidak bisa melepaskanya dari pengaruh masyarakat
penggunya, dan dampak dari lingkungan penggunanya yaitu kondisi sosial.
Kondisi sosial yang dimaksud adalah status sosial, tingkat pendidikan, umur,
jenis kelamin, dan lainnya.
Dalam proses perubahan bahsa pada sutu keompok masyarakat
penutur dipengaruhi oleh unsur-unsur sosiolinguistik, seperti variasi
sosiolinguistik. Variasi sosiolinguistik tersebut berperan pada kesatuan variasi
dan proses variasi linguistik tersebut dalam memberikan konstribusi pada
perunahan bahasa. Berdasarkan pengaruhnya maka perubahan bahasa pada

2

masyarakat penutur dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial seperti umur,
jenis kelamin, etnis dan kondsi alam yang berda pada kelompok masyarakat
penutur tersebut.
Salah satu hal yang menarik dalam pnelitian perubahan bahasa
adalah melihat perubahan bahasa pada kelompok umur tertentu dengan
membandingkan proses perubahannya pada dua generasi yang berbeda

(kelompok umur). Peroses perubahan itu dapat kita lihat dari generasi muda
dan tua sehingga kita dapat merekam jejak perubahan tersebut dalam dua
kelompok usia yang mewakili generasinya masing-masing. Penelitian
berdasarkan faktor usia tersebut disebabkan juga karena waktu kita yang
terbatas dalam penlitian sehingga beberapa faktor alain yang mempengaruhi
perubahan bahasa tidak dapat kita lakukan.
Berangkat dari pandangan tersebut maka sangatlah menarik untuk
meneliti perubahan bahasa yang terjadi pada sutu kelompok masyarakat
berdasarkan kelompok umur pada masyarakat pangandaran. Maka dalam
penelitian ini kami ingin meneliti “Tingkat perubahan Bahasa Sunda pada
kelompok usia muda di masyarakat pangandaran”.
B. Rumusan Masalah
Pokok permasalah dalam penelitian ini adalah tentang tingkat
perubahan bahasa sunda pada kelompok usia muda di masyarakat
pangandaran. Permasalahn penelitian ini akan fokus pada, berapa jauh tingkat
perubahan bahasa sunda pada kelompok usia muda dalam masyarakat
pangandaran. Artinya permasalahan ini beraangkat dari teori tentang fungsi
faktor umur dalam memengaruhi perubahan bahsa pada suatu masyarakat.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui tingakt perubahan bahasa sunda pada kelompok
masyarakat usia muda dalam masyarakat pangandaran.

3

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor umur dalam memengaruhi
perubahan bahasa pada dalam masyarakat pangandaran.

4

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Variasi Sosiolnguistik
Dalam mempelajari tentang perubahan bahasa pada suatu kelompok
masyarakat penutur, yaitu bagaimana kita dapat melihat pengaruh variasi
sosiolinguitik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial bahasa. hai itu
diungkapkan oleh;
(George trager dan hendry lee smith) menekankan bahwa bahasa tidak
dapat kaji sendiri, dan terisolasi. Tapi harus di lihat pada kaitannya
dengan masyarakat penggunanya, hal itu berkaitan dengan

penggunaan dalam penuturnya. Dan tampak dari lingkungan yang
digunakan oleh penggunanya.. Stokoe (1994: 333) dalam buku Ceil
Lucas The Sociolinguistics of Sign Laguage 2004; 61)
Hal tersebut menggambarkan bahwa suatu komunitas bahasa tidak
bisa dilepaskan dari pengaruh bahsa lain. Hal itu berhubunggan dengan
bagaimana proses saling mempengaruhi antara pengguna bahasa dalam
penuturannya.
B. Kesatuan Variabel dalam Bahasa Tutur
Disamping itu Ceil Lucas dkk; engungkapkan tentang kesatuan
variabel dalam bahasa tutur (Variable Unit in Spoken Laguages) menjelaskan
juga tentang berbagai bentuk perbedaan bahasa ditinjau dari segi variabel
yang akan diteliti.
Pada variabel dalam bahasa Tutur dapat kita melihat dari ukuran kata
dan kombinasi leksikal. Disamping itu bisa juga dilihat dari segi
wacana yang terdiri dari banyak kata, seperti variasi yang terdapat
dalam teks atau dalam narasi (Schiffrin, 1994). Kita dapat menentukan
bagaimana variasi dalam bahasa tutur yang terdiri dari banyak
kelmpok atau segmen dari unit terkecil hingga yang paling besar.
Yaitu dari proses bunyi bahasa di hasilkan hingga pada level wacana.
(Ceil Lucas; The Sociolinguistics of Sign Laguage 2004; 63)

Dari

pandangan

di

atas

memperlihatkan

bahwa

variasi

soaialingguitik yang muncul dari bentuk sitem bahasa yaitu dari struktur

5

terendah hingga pada struktur ter tinggi, membuktikan adanya sebuat
pengaruh ynag dapat memberikan perubahan pada suatu komunitas bahasa.

C. Proses Variabel dalam Bahasa Tutur
Bagaimanakah pengaruh variabel bahasa dalam prosesnya pada
bahasa tutur (Variable Processes in Spoken Laguages) Ceil Lucas dkk juga
menjelaskan bahwa:
Dalam melihat variabel pada bahasa tutur kita mendasarinya dengan
apa yang diungkapkan oleh Wolfram (1991, 1993) memahami variasi
dalam bahasa lisan merupakan satu rangkaian proses yang bervariasi,
ada hubungannya dengan komponen fonologi dari bahasa. (Ceil Lucas
dkk; Variable Processes in Spoken Laguages; 2004; 64)
Variasi sosialinguistik membeikan pengaruh dalam proses perubahan
sutu bahasa. perubahan itu dapat diberikan dalam bentuk perubahan
komponen fonologi pada sutu bahasa.
D. Studi singkat pada Variabel dalam bahasa tutur
Pada penelitian awal. Tingkat starata sosial dan tingkat usia
memengaruhi variasi bahasa. Berdasarkan hasil penelitian Labov menemukan
fakta bahwa ada perbedaan antara cara pengucapan oleh laki-laki dari
penduduk asli dari sebuah pulau dengan pendatang yang berlibur ke pulau
tersebut. Hal itu dibuktikan dnegan mengambil sampel 10% dari penduduk
asli pulau tersebut dimana sampelnya diambil berdasrkan usia, etnis
pekerjaan dandaerah tempat tinggal.

E. Cakupan luas pada masyarakat Urban
pada sekitar tahun 1960 Labav di New York (1966) dan Shuy dan
kawan-kawan (1968) dan Wolfrram (1969) di Deriod melakukan studi variasi
linguistik pada dalam skala besar, begitupun Labov yang melakukan studi
pada pendatang. Menunjukkan bahwa kelas rendah, kelas pekerja dan kelas
yang tinggi yang bertutur bahasa memiliki ukuran yang berbeda. Beberapa
pengucapan dalam tiga kelas yang berbeda. Mereka di tempatkan pada kelas
6

yang sama pada masing-masing kelompoknya. Hal itu menunjukkan bahwa
perbadaan gaya bicara antara setiap kelas.
Peranan Labov Tahun 1966, William Labov menerbitkan hasil
penelitiannya yang luas tentang tutur kota New York, berjudul The Social
Stratification of English in New York City (lapisan sosial Bahasa Inggris di
Kota New York). Ia mengadakan wawancara yang direkam, tidak dengan
sejumlah kecil informan, hanya terdiri dari 340 orang. Dengan ini Lobov
memasukkan

metode


sosiologi

ke

dalam

penelitiannya.

Sosiologi

menggunakan metode pngukuran kuantitatif dengan jumlah besar, dan dengan
metode sampling. Kelas sosial dan ragam baku, Ada kaidah yang baku dalam
bahasa Inggris. Jika subjek adalah kata ganti orang ke tiga tunggal (she, he,
it), predikat kata kerjanya harus menggunakan sifiks-s. kemudian diadakan
penelitian apakah ada hubungan antara kelompok sosial dengan gejala bahasa
ini. Penelitian diadakan di dua tempat, yaitu di Detroit (AS) dan di Norwich
(Inggris). Informannya meliputi berbagai tingkat kelas sosial, yaitu: Kelas
Menengah Tinggi (KMT) Kelas Menengah Atas (KMA) Kelas pekerja
(buruh) menengah (KPM) Kelas pekerja bawah (KPB).
F. Penelitian pada variabel sosialinguistik dalam bahasa tutur

Maka

berbagai

unsur

dalam

Variasi

sosiolinguistik

sangat

memberikan konstribusi dalam proses perubahan bahasa pada suatu
kelompok masyarakat penutur. Seperti yang diungkapkan oleh Ceil lucas dkk;
tentang variasi sosiolinguistik dan perubahan bahasa (Sociolinguistic
variation and laguage change) bahwa;
kami talah memerhatikan variasi sosiolingustik pada tingkat
persamaannya. Namu, peneritian tentang variasi sosiolinguistik juga

telah membuktikan pengaruhnya dalam perubahan bahasa. Jelaslah
bahwa semua bahasa yang hidup selalu mengalami perubahan. Namun
perubahan tidak langsung mendapat tempat. Namun bentuk baru dari
perubahan secara bertahap mulai dikenal dalam bahasa dan
membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan kadang-kadang
berlangsung selama beberapa generasi. Baik yang talah tua dan
digantikan oleh yang baru dalam variasinya. Sepertiyang kita

7

harapkan bahwa bentuk inovasi laibih umum bnayak muncul pada
orang muda ketimbang dalam bahsa orang tua mereka. fakta tersebut
memungkinkan digunkan sturktur (waktu yang jelas) untuk melihat
model perubahan linguistik yang sednag berlangsung di dalam
masyarakat di seluruh dunia. Dalam studi tentang variasi bahasa telah
meneliti hubungan bahasa di kalangan tua dan inovasi bnetuk
linguistik berdasarkan kelompok umur (serta vaktor sosial lainnya)
untuk melihat cara perubahan linguistik. (Ceil Lucas; The
Sociolinguistics of Sign Laguage, 2004; 74-75).
Proses peruahan suatu bahasa merupakan bentuk pengaruh situasi

dan keadaan sosial pada pengguna bahasa yang secara berangsur-angsur akan
memberikan suatu bentuk perubahan yang jelas pada sebuah bahasa. dalam
hal ini perbedaan umur pada suatu kelompok pengguna bahasa ternyata juga
memiliki pengaruh terhadap perubahan sutu bahasa. dalam sumarsono dan
partana mengatakan bahwa usia merupakan salah satu rintangan sosial yang
dapat memicu lahirnya dialek dalam kelompok penutur, dan hal itu
memberikan warnaa tersendiri (sosiolinguistik, cet II 2004:135)
G. Faktor Sosio-Situasional dan Variasi Bahasa
Dalam pemakaian bahasa pada sustu masyarakat pengguna bahasa
dapat di pengaruhi oleh faktor linguistik dan faktor non-linguistik. Faktor
non-linguistik tersebut adalah faktor sosial seperti status sosial, pendidikan,
umur, jenis kelamin dan lain-lain. (Aslinda dan Syafyahna, pengantar
sosiolinguistik; cet. II, 2010: 16 )
Dalam buku Aslinda dan Syafyahna, pengantar sosiolinguistik; cet.
II, 2010: 16 ) mengungkapkan bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk
bagian atau variasi dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang
menyerupai pola umum bahasa induknya (Poejosoedarmo dalm Suwito,
1982:20)
Variasi bahasa akan dapt dibedakan dalam beberapa jenis yaitu,
berdasarkan latar belakang geografis dan sosial penuturnya. Oleh
Haliday memberikan penjelasan bahwa variaasi bahasa dapat
dibedakan dalam bentuk pemekaian yang kemudian disebutnya
sebagai istilah dialek dan reggister. Namun hal itu secara lengkap

8

diungkapkan oleh Alwasilah (1985:66) bahwa walaupun para penutur
memakai bentuk yang berbeda namun masih merupakan satu sitem
bahasa yang sama yang disebutnya dnegan istilah idiolek, dialek
sosialek, dan register atau style.
Pemaparan beberapa tokoh di atas menegaskan bahwa bahasa
memiliki suatu sistem yang sama namun dalam pemakaiannya akan
melahirkan perbadaan yang dipengaruhi oleh fakor linguistik maupun nonlinguistik seperti latar belakang geografis dan sosial penuturnya. Faktor sosial
pada kelompok penutur juga akan memengaruhi proses peruahan suatu
bahasa. Perubahan itu memang dimulai dari berbagai faktor sebagai variasi
bahasa namun berbagai perubahan itu akan menjadi unsur-unsur yang akan
membawa pada perubahan dari suatu bahasa, yaitu dengan berbagai faktor
yang ada masyarakat penutur akan berkesinambungan menggunakan unsurunsur baru tersebut sebagai penggunaan yang tetap. Itulah bentuk perubahan
bahasa.

H. Inteferensi
Terjadinya kontak bahasa, akan berakibat terjadinya pengaruh di
antara bahasa-bahasa yang berkontak. Pengaruh dari kontak bahasa tersebut
bisa melahirkan sebuah penyimpangan dari sebuah bahasa. Tergantung
berapa besar pengaruh bahasa yang saling berkontak tersebut. Proses kontak
tersebut terjadi pada penutur bahasa yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
misalnya kedwibahsaan.
Menurut

Weinreich

interverensi

adalah

penyimpangan-

penyimpangan dari norma-norma salah satu bahasa yang terjadi dalam tuturan
dwibahasawan sebagai akibat dari pegenalan mereka lebih dari satu bahasa,
yaitu sebagai hasil dari kontak bahasa. (1953:1)

dalam Aslinda dan

Syafyahya alwasilah mengatakan interverensi berarti adanya saling pengaruh
antara bahasa. Dalam bentuk yang paling sederhana berupa pengambilan satu

9

unsur dari satu bahasa dan digunakan dalam hubungannya dengan bahasa
lain, (185:132).
Dalam Aslinda dan Syafyahya, Weinreich mengatakan interverensi
dapat terjadi pada semua tuturan bahasa yang dapat di kalsifikasikan dalam
beberapa jenis Yaitu:
1. Pemindahan unsur dari satu bahasa ke bahasa lain.
2. perubahan fungsi dari katergori unsure karena unsur pemindahan
3. penerapan unsur-unsur yang tidak berlaku pada bahasa kedua kedalam
bahasa pertama.
4. Pengabaian struktur bahasa kedua karena tidak terdapat pandanannya
dalam bahasa pertama.
(1953:39)
Disamping itu Weinreich (1953:14-47)

membagi bentuk-bnetuk

interferensi dalam tiga bagian yaitu bidang fonologi, leksikal dan gramatikal.
Berikut berbagai pembagian bentuk menurut Weinreich berdasarkan tiga
bentuk tersebut.
a. Interverensi dalam bidang fonologi
1. Pemindahan fonem konsonan
2. Pemindahan fonem vokal
b. Interverensi dalam bidang leksikal
1. Kelas kata verbal
2. Kelas kata adjektiva
3. Kelas kata nomina
4. Kelas kata pronomina
5. Kelas kata nurmelia
c. Interverensi dalam bidang gramatikal
1. Interverensi morfologi
a. Afiksasi
1. Awalan
2. Akhiraan
10

3. Imbuhan gabungan
b. Perulangan
1. Perulangan seluruh
2. Perulangan dengan mendapat awalan
3. Perulangan dengan mendapat awalan dan akhiran
4. Pemajemukan
2. Interverensi bidang sintaksis
Interferensi sitaksis meliputi penggunaan kata tertentu
dari bahasa kedua pada bahasa pertama atau sebaliknya.
I. Integrasi
Mmenurut Mackey dalam chaer dan agustina (1995:168) integrasi
adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan
dianggap sudah menjadi warga bahasa tersebut. (Aslinda dan Syafyahya: Cet
II, 2012:83) masih menurut dalam Aslinda dan Syafyahya bahwa proses
menjadi integrasi antar bahasa memerlukan waktu yang cukup panjang.

11

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunkan metode penelitian
kualitatif deskriptif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan
malakukan pendekatan teori perubahan bahasa yang dikemukakan oleh Ceil
Lukas dkk. dalam mneilai variasi sosiolinguistik.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi ke obyek
penelitian (lapangan) yaitu di daerah pangandaran.

Observasi lapangan

bertujuan untuk mengumpulkan data mellaui pengamatan dan pencatatan
situasi yang terja di lapangan. Disamping itu observasi lapangan juga
bertujuan untuk memeroleh data berupa pencatatan hasil wawan cara dan
merekam tuturan masyarakat yang menjadi sumber data.
B. Data Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana tingakt perubahan bahasa sunda pada
kelompok masyarakat usia muda dalam masyarakat pangandaran, dan sejauh
mana pengaruh faktor umur dalam memengaruhi perubahan bahasa pada
dalam masyarakat pangandaran. Maka kami akan melakukan proses
pengambilan data pada dua kelompok masyarakat yaitu pada kelompok
masyarakat usia muda dan usia tua. Hal ini dilakukan agar mengatahi tingkat
perubahan bahasa pada usia muda dengan membandingkannya dengan usia
tua, sehinga kita dapat merekam jejak perubabahan bahasa dari masingmasing generasia pada dua kelompok usia tersebut. Dari dua kelompok usia
tersebut kita ingin mengetahui beberapa unsur perubahan bahasa hal itu
berkaitan dengan penggunaan dalam penuturnya. Dan tampak

dari usia

penggunanya.
Pada variabel dalam bahasa Tutur dapat kita melihat dari ukuran kata
dan kombinasi leksikal. Disamping itu bisa juga dilihat dari segi wacana yang

12

terdiri dari banyak kata, seperti variasi yang terdapat dalam teks atau dalam
narasi (Schiffrin, 1994). Kita dapat menentukan bagaimana variasi dalam
bahasa tutur yang terdiri dari banyak kelmpok atau segmen dari unit terkecil
hingga yang paling besar. Yaitu dari proses bunyi bahasa di hasilkan hingga
pada level wacana. Sebagai dasar analisis dalam melihat perubahan bahasa
digunakan bentuk perubahan interferensi dan integrasi bahasa yang terjaaadi
pada masyarakat pangandaran. Artinya dari dua kelompok tersebut akan kita
ketahui bentuk perubahannya dari proses penuturannya melalui analisa
bentuk interferensi dan integrasi, sehingga kita melihat unsur-unsur
perubahan seperti yang telah dijlaskan. Dalam meperoleh data peneliti akan
membatasi latar saat penuturaan berlangsung pada kondisi informal di luar
rumah dan rungan resmi untuk menghindari pengaruh situasi formal dalam
penuturan bahasa pada setiap kelompok sampel yang diambil. (instrumen
terlampir).
C. Sumber Data
Sumber data yang kita ambil adalah dari dua kelompok masyarakat
yaitu kelompok penutur usia muda dengan rentang umur (14-25 tahun)
sedangkan untuk kelompok usia tua kata ambil data dari responden dengan
umur (35-60 tahun). Dari dua kelompok umur tersebut akan kita peroleh data
bahasa tutur melalui pendekatan wawancara, dan menstimulasi mereka untuk
melakukan cerita dalam bentuk narasi menggunakan bahasa sunda. Sehingga
kita dapat mengetahui unsur penggunaan bahasa dari masing-masing
kelompok penutur tersebut dari tingkat kecil sampai tingkat kelompok bahasa
tertinggi yaitu wacana, ynag kemudian dianalisis menggunakan bentuk
interferensi dan integrasi bahasa.
Data yang diperoleh akan di tabulasi dalam bentuk rekaman dan
ditabulasi data penuturan dalam bentuk tabel berdasarkan kelompok usia.
Sehingga dapat di analisa secara konprehensif dari dua data tersebut.
(isntrumen terlampir)
13

D. Teknik Analisis data.
teknis analisis data dari hasil observasi,

dan wawancara mealui

proses pencatatan, dan hasil rekaman, akan dilakukan analisa berdasarkan
toeri perubahan bahasa dan variasi sosiolinguistik yang diaungkapkan oleh
Ceil Lucas dkk. ada dua teknik analisis data yang digunakan. Analisis
deskriptif analitik digunakan untuk data observasi sedangkan data hasil
wawancara yang berupa data penuturan (bahasa lisan) dinalaisis dengan
instrumen analisis data yang dibuat berdasarkan teori. Dalam melihat proses
perubahan bahasa berdasarkan kelompok umur tersebut akan dilihat
perubahannya dalam bentuk interferensi dan integrasi. Unsur-unsur integrasi
dan interverensi tersebut adalah:
1. Inteverensi
a. Interverensi dalam bidang fonologi
1. Pemindahan fonem konsonan
2. Pemindahan fonem vokal
b. Interverensi dalam bidang leksikal
1. Kelas kata verbal
2. Kelas kata adjektiva
3. Kelas kata nomina
4. Kelas kata pronomina
5. Kelas kata nurmelia
c. Interverensi dalam bidang gramatikal
1. Interverensi morfologi
a. Afiksasi
1. Awalan
2. Akhiraan
3. Imbuhan gabungan
b. Perulangan
1. Perulangan seluruh

14

2. Perulangan dengan mendapat awalan
3. Perulangan dengan mendapat awalan dan akhiran
4. Pemajemukan
2. Interverensi bidang sintaksis
2. Integrasi
a.

Integrasi bahasa sunda dalam bahasa jawa

b.

Integrasi bahasa jawa dalam bahasa sunda

c.

Integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa jawa

d.

Integrasi bahasa jawa ke dalam bahas indonesia

e.

Integrasi bahasa sunda ke dalam bahasa indonesia

f.

Integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa sunda
Dengan menggunakan bentuk dasar peruahan bahasa tersebut maka

akan di ketahui berapa besar peruahan bahasa yang terjadi pada masyarakat
pangandaran. Dari hasil yang di peroleh dalam analisis data tersebut,
kemudian akan di uraikan secara deskriptif untuk menggambarkan tentang
peubahan bahasa pada masyarakat panggandaran.

15

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data
Untuk mengetahui bagaimana tingakt perubahan bahasa sunda
pada masyarakat pangandaran dengan kategori kelompok masyarakat usia
muda dan usia tua, dan sejauh mana pengaruh faktor umur dalam
memengaruhi perubahan bahasa pada kelompok masyarakat tersebut.
Maka kami mengambil data dari dua kelompok masyarakat yaitu
kelompok penutur usia muda dengan rentang umur (14-25 tahun)
sedangkan untuk kelompok usia tua kata ambil data dari responden dengan
umur (35-60 tahun). Jumlah data yang kami ambil adlaah sebanyak enam
orang yang terdiri dari tiga orang kelompok usia muda dan tiga orang dari
kelompok usia tua. Dari dua kelompok umur tersebut kami memperoleh
data bahasa tutur melalui pendekatan wawancara, dan menstimulasi
mereka untuk melakukan cerita dalam bentuk narasi menggunakan bahasa
sunda. Sehingga kami memperoleh data penggunaan bahasa sunda dari
masing-masing kelompok penutur tersebut. Data yang kami peroleh adalah
data berupa wawancara. Yang kemudian kmai analisis denngan
menggunakan instrumen perubahan bahasa dengan menggunakan teori
interferensi dan integrasi bahasa.
Pada variabel dalam bahasa Tutur dapat kita melihat dari ukuran
kata dan kombinasi leksikal. Disamping itu bisa juga dilihat dari segi
wacana yang terdiri dari banyak kata, seperti variasi yang terdapat dalam
teks atau dalam narasi (Schiffrin, 1994). Bentuk data inilah yang kami
sajikan dalam draf instrumen perubahan bahasa yang telah kami masukkan
dalam draf sehingga dapat dianalisis melalui interferensi dan integrasi.
Data yang kami sajikan ini hanya merupakan dua data yang berasal dari
sebagian sumber yang kami jadikan subyek penelitian. Dua data yang
kami sajikan merupakan dua perwakilan dari dua kelompok data, yaitu
16

satu data dari kelompok usia tua dan satu data yang dari kelompok usia
muda. Berikut berturut-turut data yang kami peroleh.
DATA 1
A. SUMBER DATA
1. Nama
: Ana
2. Jenis kelamin
: laki-laki
3. Umur
: 63 tahun
4. Status/pekerjaan : tukang becak
5. Status pendidikan: tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
B. WUJUD DATA
1. Kata/ frasa
:2. Kalimat
:3. Wacana
: data wawancara (terlampir sebagai data wacana)
 Tos lami Bapak kana becak? Sudah lama bapak menjadi tukang
becak?


Opat puluh.. empat puluh (tahun)



Opat puluh tahun? Empat puluh tahun?



Naha bet....kenapa memilih becak? Kenapa kok memilih becak?


Da ayana becak..da ahlina kana becak... karena adanya (cuma)
becak. Karena ahlinya hanya becak.



Dagang teu, Bapak? Jualan tidak, Bapak?


Osok.. suka



Oh, dagang osok... Oh, suka berdagang.


Tapi da sering na ngabecak.. Tapi seringnya menarik becak.



Dagang naon Pak? Berdagang apa Pak?


Bade naros naon deui? Mau bertanya apa lagi?



Keluarga.... Keluarga


Bumi Bapak di Parapat rumah Bapak (/saya) di Parapat.



Tiasa dicarioskeun teu pangalaman bapak ti baheula dugi ka
ayeuna, aya sedihna.., Bisa diceritakan tidak pengalaman
Bapak dari dulu sampai sekarang, ada sedihnya..


Ngabecak aya sedihna.. Menarik becak ada sedihnya.



Sedihna kumaha? Sedihnya bagaimana?

17



Mun teu aya nu ngalarisan... Kalau tidak ada penumpang.



Pasti kitu nya Pak. Pami teu aya nu ngalarisan kanggo
sadidinten kumaha?

Pasti begitu ya, Pak. Kalau tidak

penumpang, untuk sehari-hari bagaimana?


Nganjuk...hehehe... berhutang (dulu)


Biasa...apan pami di dieu mah kitu.. apan....... sok.... Biasa, kan
kalau di sini memang begitu. Kan ada .....
Pami nuju seeur yeuh, Bapak tiasa nabung atau seep wae? Kalau



sedang banyak nih, Bapak bisa menabung atau selalu habis?
Nyimpen. Pami teu aya enya dicandak deui..teras arisan. Tapi


pami teu aya mah dicandak deui.... Nabung. Kalau tidak ada
(uang) ya diambil lagi. Terus (ikut) arisan. Tapi kalau tidak
ada ya diambil lagi.
Di bumi, putra tos sabaraha hiji, Pak? Di rumah, anak Bapak



sudah berapa?


Di rumah tangga, hiji. Di rumah tangga, satu.



Oh hiji. Anu hiji deui? Sabaraha tahun? Oh, satu. Yang satu
lagi? Berapa tahun?


Tujuh jalan. Tujuh tahun jalan.


Apan kawin ......(Maksud objek penelitian: memiliki lebih dari 1
istri, sehingga anak dari istri terakhir masih kecil) Kan menikah .
Bapak gaduh pelet nya nepi ka tiasa berkali-kali gitu? Bapak




punya pelet ya, sampai bisa berkali-kali (menikah) begitu?
Teu. Abdi mah kawasa, bade kukumaha oge kawasa. Jadi
istilahna laki-laki mah berani. Lalaki mah diturunkeun ka dunya
teh sebagai pemimpin, jadi bahasa Sunda na teh pamingpin.
Lalaki ayeuna mah seeur na teh ....... Misalna, pami nikah istri teh
dikirim ke Malaysia, Brunai..maneh na mah .... diparaban ti ditu.
Padahal nu wajib usaha teh lalaki, da pamingpin. Loba na kan
hoyong dipangusahakeun ku awewe. Tidak. Saya mampu, mau

18

bagaimapun juga mampu. Jadi istilahnya laki-laki (harus)
berani. Lelaki diturunkan ke dunia itu sebagai pemimpin,
dalam

bahasa

Sunda

“pamingpin”.

Lelaki

sekarang

kebanyakan ....... Misalnya, kalau nika h, perempuannya
dikirim ke Malaysia, Brunai. Dianya sih ...... dikasih makan
dari sana. Padahal yang wajib berusaha (bekerja) itu lakilaki, karena (dia) pemimpin. Kebanyakan (sekarang) ingin
diusahakan (dinafkahi) oleh perempuan.
Tapi bapak mah henteu, kan? Teu kitu kan? Tapi Bapak tidak



begitu, kan?


Alim. Kedah usaha. Tidak mau. Harus usaha.



Bapak kapungkur sakola dugi ka SD, SMP..?

bapak dulu

sekolah sampai ke SD, SMP?


Teu, teu sakola. Tidak, tidak sekolah.



Saha nu ngajarkaeun na, Bapak? Nu ngajar na saha? Siapa yang
mengajari Bapak? Yang mengajari siapa?
Nu ngajarkeun, tatangga. Eta oge bapak nitipkeun diri.
Nu penting aya nu ngurus. Yang mengajari tetangga. Itu juga
bapak menitipkan diri. Yang penting ada yang mengurus.
Keterangan warna:
a.
b.
c.
d.
e.

Warna pink
Warna hijau
Warna biru
Warna abu-abu
Warna merah tua

DATA 2
A. SUMBER DATA
1. Nama
2. Jenis kelamin
3. Umur
4. Status/pekerjaan

: Ragam halus (leme)
: Ragam sedang (loma)
: ragam kasar
: bahasa Indonesia
: bahasa diluar sunda dan Indonesia

: Aris
: laki-laki
: 22 tahun
: pedagang

19

5. Status pendidikan : tamatan SMA
B. WUJUD DATA
1. Kata/ frasa
:2. Kalimat
:3. Wacana
: data wawancara (terlampir sebagai data wacana
a. Asli ti mana? Asli dari mana?


Ti pangandaran. Dari Pangandaran.
b.

Apan asli teh ti Pangandaran. Kan basa kapungkur teh aya
tsunami tea. Aris tos didieu teu acan? Kan aslinya dari
pangandaran. Kan dulu itu ada tsunami. Aris sudah (tinggal) di
sini belum?



Nuju di lagi di
c.

Basa kajadian eta keur kumaha? Pada saat kejadian itu sedang
apa?



Betah-betah..
d.

Bumi na di.. ? Rumahnya di ..?



Payunan POLSEK. Di depan POLSEK.
e.

Terus ari sakola dugi ka? Terus, kalau sekolah sampai ke?



Dugi ka STM. Sampai STM.


Basa eta pernah kursus mesin teras dilanjutkan di Tasik. Waktu
itu pernah kursus mesin, terus dilanjutkan di Tasikmalaya.
f.

Mesin? Mesin?



Mesin motor balap. Paling ngulik-ngulik lah di bumi. Mesin
motor balap. Paling berlatih sendiri di rumah.
g.

Lamun misalna di bumi, nganggo bahasa naon? Kalau misalnya
di rumah, pakai bahasa apa?
Pami ka mamah Indonesia, ka rerencangan gitu Sunda, kadang-





kadang Jawa kadang-kadang campur.
Kalau sama Mama Indonesia, sama teman bahasa sunda.
Kadang-kadang Jawa, kadang-kadang campur.

20



Lamun aya bahasa Indonesia, misalnya sering mendengar,
membaca, Kalau ada bahasa Indonesia, misalnya sering
mendengar, membaca
lamun orang tua mah Indonesia, lamun ka rerencangan Sunda.


kalau orang tua sih Indonesia, kalau ke teman bahasa Sunda.
h. Jawa na Jawa mana? Jawa nya Jawa mana?
Pami mamah mah Kebumen. Ari Bapak mah Banjarsari. Kalau


mamah Kebumen, kalau Bapak Banjarsari.
i.

Terus ari nyarios Sunda na lancar? Terus kalau berbicara
Sunda nya lancar?



Sunda lancar, Jawa lancar. Sunda lancar, Jawa lancar.
j.

Sering mana upami keseharian?

Sering mana kalau dalam

keseharian?



Indonesia sih pami di rumah mah. Indonesia sih kalau di rumah.
k.

Pernah nonton pertunjukan? Siga wayang golek? Pernah nonton
pertunjukan? Seperti wayang golek?
a.
b.
c.
d.
e.

Warna pink
Warna hijau
Warna biru
Warna abu-abu
Warna merah tua

: Ragam halus (leme)
: Ragam sedang (loma)
: ragam kasar
: bahasa Indonesia
: bahasa diluar sunda dan Indonesia

dalam pengamatan di lapangan, diketahui bahwa mayaoritas
masyarakat di Pangandaran adalah dwibahasawan bahkan multibahsawan.
Dwibahsawan yang terjadi adalah kedwibahasaan bahasa Sunda dan
bahasa Indonesia. Sedangkan multibahasawan yang terjadi adalah bahasa
Sunda, bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Sangat jarang yang
ekabahasawan Sunda, Indonesia, atau Jawa. Kedwibahasawan dan
multibahasawan masyarakat Pangandaran disebabkan oleh adanya
keberagaman budaya maupun etnis masyarakat pangandaran. Masyarakat
Pangandaran masih di dominasi oleh masyarakat suku Sunda, kemudian
masyarakat suku Jawa dan sedikit masyarakat suku lain.

21

Keberagaman masyarakat Pangandaran diakibatkan juga daerah
tersebut merupakan daerah pariwisata yang sangat terbuka pada
kedatangan penduduk diluar masyarakat Pangandaran, yang membawa
kebudayaan dan bahasanya masing-masing. Disamping itu wilayah
panggandaran juga merupakan wilayah perbatasan antara jawa barat dan
jawa tengah yang juga merupakan perbaatasan dua daerah yang memiliki
kebudayaan dan bahasa yang berbeda yaitu suku Sunda dan sukuk Jawa.
Berda di wilayah perbatasan antara dua daerah propinsi dan suku
yang berbeda mendorong terjadinya perpindahan penduduk, sehingga
terjadi asimilasi budaya dan bahasa. dorongan perpindahan penduduk ke
daerah Pangandaran di pengaruhi juga tingkat perkembangan ekonomi
yang sangat tinggi, karena merupakan daerah pariwisata. Faktor ini juga
membuat daya tarik penduduk di sekitar yang memiliki perbedaan bahasa
untuk pindah ke Paangandaran.
B. Analisis Data
Dalam analisis data perubahan bahasa berdasarkaan perbedaan
umur

pada

masyarakat

pangandaran,

digunakan

teknis

analisis

databerdasarkan intrumen yang telah dibuat. Sedangkan analisis data hasil
observasi digunakan analisis deskriptif analisis sebagai penguat terhadap
situasi di lapangan. dan wawancara mealui proses pencatatan, dan hasil
rekaman, akan dilakukan analisa berdasarkan toeri perubahan bahasa dan
variasi sosiolinguistik yang diaungkapkan oleh Ceil Lucas dkk. dalam
melihat proses perubahan bahasa berdasarkan kelompok umur tersebut
akan dilihat perubahannya dalam bentuk interferensi dan integrasi. Data
yang telah dimasukkan dalam instrumen analisis data yang memuat unsurunsur integrasi dan interverensi adalah sebagai berikut.
INSTRUMEN INDIKATOR PERUBAHAN BAHASA SUNDA/
LEMBAR ANALISIS INTERFERENSI DAN INTEGRASI BAHASA
SUNDA PADA MASYARAKAT PANGANDARAN
I. DATA 1
22

A. SUMBER DATA
1. Nama
: Ana
2. Jenis kelamin
: laki-laki
3. Umur
: 63 tahun
4. Status/pekerjaan : tukang becak
5. Status pendidikan : tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
B. WUJUD DATA
4. Kata/ frasa
:5. Kalimat
:6. Wacana
: data wawancara (terlampir sebagai data wacana)
II. ANALISIS DATA
A. LATAR WAKTU DAN TEMPAT PENGGUNA
1. Waktu
: sekitar 21.00 Wita
2. Tempat
: Pangklaan becak depan restoran
3. Suasana
: Informal
4. Media
: recorder dan draf pertanyaan wawancara
5. Topik pembicaraan : pekerjaan (becak)
B. DATA YANG DITERJEMAHKAN : data diterjemahkan ke dalam bahasa
indonesia.
C. BENTUK KATA
:D. RAGAM
: bnayak digunakan ragam sedang (loma) yang
bercampur dengan ragam halus dan kasar.
III.
KESIMPULAN
A. TERJADI INTERFERENSI
a. Interverensi dalam bidang fonologi
1. Pemindahan fonem konsonan : istilahna, Misalna
2. Pemindahan fonem vokal
: diturunkeun
b. Interverensi dalam bidang leksikal
1. Kelas kata verbal : ada kata tapi dan sering pada kalimat
“tapi da sering na ngabecak”
2. Kelas kata adjektiva : ada pada kata " mah berani”
3. Kelas kata nomina : terjadi pada kata “Ahlina” “rumah
tangga”
4. Kelas kata pronomina
: tidak ada
5. Kelas kata nurmelia : tidak ada
c. Interverensi dalam bidang gramatikal
1. Interverensi morfologi
a. Afiksasi
1. Awalan
: dikirim
2. Akhiraan
: Misalna atau istilahna
3. Imbuhan gabungan
: diturunkeun
b. Perulangan
1. Perulangan seluruh
: laki-laki
2. Perulangan dengan mendapat awalan : tidak ada
3. Perulangan dengan mendapat awalan dan akhiran
:tidak ada

23

4. Pemajemukan
: tidak ada
2. Interverensi bidang sintaksis
: sering, Tapi, arisan dll
B. TERJADI INTEGRASI
a. Integrasi bahasa sunda dalam bahasa jawa : tidak ada
b. Integrasi bahasa jawa dalam bahasa sunda : tidak ada
c. Integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa jawa : tidak ada
d. Integrasi bahasa jawa ke dalam bahas indonesia : tidak ada
e. Integrasi bahasa sunda ke dalam bahasa indonesia : tidak ada
f. Integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa sunda : yang bnayak
terjadi adalah integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa sunda.
Misalnya

INSTRUMEN INDIKATOR PERUBAHAN BAHASA/ LEMBAR ANALISIS
INTERFERENSI DAN INTEGRASI BAHASA SUNDA PADA
MASYARAKAT PANGANDARAN

I.

II.

III.

DATA 2
A. SUMBER DATA
1. Nama
: Aris
2. Jenis kelamin
: laki-laki
3. Umur
: 22 tahun
4. Status/pekerjaan : pedagang
5. Status pendidikan : tamatan SMA
B. WUJUD DATA
1. Kata/ frasa
:2. Kalimat
:3. Wacana
:data wawancara (terlampir sebagai data
wacana)
ANALISIS DATA
A. LATAR WAKTU DAN TEMPAT PENGGUNA
1. Waktu
: sekitar pukul 09.00 pagi
2. Tempat
: toko
3. Suasana
: informal
4. Media
: tape recorder dan draf wawancara
5. Topik pembicaraan : dagang
B. DATA YANG DITERJEMAHKAN: data diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
C. BENTUK KATA
:D. RAGAM
: ragam yang dipakai ragam halus
(lemes)
KESIMPULAN
A. TERJADI INTERFERENSI
a. Interverensi dalam bidang fonologi

24

b.

c.

1. Pemindahan fonem konsonan :langsung dalam bahasa
indonesia lengkap
2. Pemindahan fonem vokal
:langsung dalam bahasa
indonesia lengkap
Interverensi dalam bidang leksikal
1. Kelas kata verbal
:langsung dalam bahasa
indonesia lengkap
2. Kelas kata adjektiva
:langsung dalam bahasa
indonesia lengkap
3. Kelas kata nomina
:langsung dalam bahasa
indonesia lengkap
4. Kelas kata pronomina
: tidak ada
5. Kelas kata nurmelia
: tidak ada
Interverensi dalam bidang gramatikal
1. Interverensi morfologi
a. Afiksasi
1. Awalan
:langsung dalam bahasa
indonesia lengkap
2. Akhiraan
:langsung dalam bahasa
indonesia lengkap
3. Imbuhan gabungan :langsung dalam bahasa
indonesia lengkap
b. Perulangan
1. Perulangan seluruh :langsung dalam bahasa
indonesia lengkap
2. Perulangan dengan mendapat awalan: langsung
dalam bahasa indonesia
lengkap
3. Perulangan dengan mendapat awalan dan akhira:
langsung
dalam
bahasa
indonesia lengkap
4. Pemajemukan
: tidak ada
2. Interverensi bidang sintaksis : langsung dalam bahasa
indonesia lengkap

B. TERJADI INEGRASI
a. Integrasi bahasa sunda dalam bahasa jawa
: tidak ada
b. Integrasi bahasa jawa dalam bahasa sunda
: tidak ada
c. Integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa jawa : tidak ada
d. Integrasi bahasa jawa ke dalam bahas indonesia : tidak ada
e. Integrasi bahasa sunda ke dalam bahasa indonesia : tidak ada
f. Integrasi bahasa indonesia ke dalam bahasa sunda :langsung
dalam bahasa
indonesia
lengkap

25

Berdasarkan data di atas dapat diketahu bagaiaman tingkat
perubahan bahasa pada masyrakat Pangandaran. Pada data di atas terlihat
adanya perubahan bahasa sunda pada dua generasi tersebut. Yaitu
kelompok masyarakat generasi tua dan muda.
Pada kelompok umur tua yaitu diwakili oleh bapak Ana terlihat
adanya Perubahan bahasa yang dikaji dalam proses interferensi dan
integrasi. Pada proses intrferensi, terlihat adanya penyimpangan, bahasa
Sunda dan bahasa Indonesia, karena kedua bahasa inilah yang mengalami
kontak bahasa. pada bahasa indonesia terjadi proses interferensi pada
bidang fonologi yaitu pada vokal maupun konsonan. Misalanya terlihat
pada kata “istilahna” dan kata “misalna” pada dua kata tersebut terjadi
percampuran antara bahasa indonesia dan sunda, kata “istilah” dan “misal”
merupakan bahasa indonesia, sedangkan afiksasinya yaitu “-na” dan
merupakan bahasa Sunda. Jika melihat penyimpangan pada bahasa
indonesia, maka ada perubahan konsonan "ny” menjadi “n”sehingga
semestinya “-nya” menjadi “-na”. Sedangkan pada bahasa sunda
penyimpangan yang terjadi adalah adanya pengambilan kata bahasa
Indonesia yang kemudian dilengkapai dengan afiksasi bahasa sunda. Sama
seperti yang terjadi pada bidang vokal pada kata “diturunkeun” diambil
dari kata bahasa Indonesia kemudian digabung dengan afiksasi bahasa
sunda yang kemudia mengalami perubahan vokal. Yang membuktikan
adany penyimpangan pada bahasa indonesia, dan pengambilan sebagian
unsur bahasa indonesia dan digunakan afiksasi bahasa sunda merupakan
penyimpangan bahasa sunda.
Pada bidang leksikal, terjadi interverensi pada beberapa kelas
kata, yaitu kata verba, adjektifa, dan nomina. Kata-kata yang diambil
misalnya pada kata “sering” kata “berani” kata “ahli”dan kata “rumah
tangga”. Kata-kata tersebut merupakan kata dari bahasa Indonesia yang
diambil oleh penutur bahasa sunda.

26

Pada bidang morfologi terjadi interferensi pada afikasasi, baik
awalan, akhiran maupun imbuhan gabungan. Proses penyimpangan
tersebut adalah menggunakan afiksasi bahasa Sunda maupun bahasa
indonesia dan kata-kata tertentu diambil dari bahasa indonesia. Hal itu
terjadi pada kata “dikirim” kata “misalna” kata “diturunkeun” dan
sebagainya. Sementara interferensi bidang morfologi pada perulangan
hnaya terjadi pada perulangan seluruh yaitu terjadi pada kata “laki-laki”
sedangkan pada perulangan dengan mendapat awalan, awalan dan
akhirian, dan kata majemuk tidak terjadi interferensi.
Pada proses integrasi yaitu adanya unsur-unsur bahasa lain yang
digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi warga
bahasa tersebut. Baru terjadi antara bahasa indonesia dan bahasa sunda.
Yaitu adanya kata-kata bahasa indonesia yang sudah diterima dan
digunakan pada bahasa sunda. Seperti kata “tapi, laki-laki, misal, dll”
suadah lajim digunakan dalam penuturan bahasa Sunda di masyarakat
pangandaran.
Pada kelompok usia muda yaitu diwakili oleh Aris proses
interferensi dan integrasi tidak terjadi pada bidang tatanan struktur bahasa
yang kecil atau rendah seperti fonologi, namun terjadi pada tatanan bahasa
yang kompleks yaitu pada morfologi dan kalimat. Hal itu dikarenakan Aris
sangat disiplin menggunakan bahasa. ketika dia menggunakan bahasa
sunda dia akan menyelesiakannya sampai pada tingkat kata, frase, klausa
atau klaimat baru dia berpindah kepada bahasa Indonesia. Begitupun pada
sampel lain. Artinya interferensi dan integrasi yang terjadi pada usia uda
yang diwakili oleh haris dan sampel dengan usia muda terjadi pada
struktur bahasa yang lebih kompleks. Misalnya pada kalimat “Pami ka
mamah

Indonesia” atau pada klaimat “kadang-kadang

Jawa

kadang-kadang campur”. Pada konteks integrasi kaum muda dapat

menenrima bahasa indonesia sebagai bahasa keseharian dan itu snagat

27

lazim digunakan dalam bahasa keseaharian pada golongan masyarakat usia
muda.
C. Pembahasan
Dalam analisis data yang disajikan di atas, melalui data dari dua
kelompok usia muda dan tua, diperoleh keadaan perubahan bahasa pada
masyarakat Penagndaran berdasarkan pengaruh umur yang mewakili dua
generasi sebagai rekam jejak perubahan bahasa.
Pada

kelompok

umur

tingkat

tua.

Diperoleh

adanya

penyimpangan bahasa tutur. Penyimpangan itu terjadi pada bidang
fonologi samapai pada bidang leksikal. Penyimpangan bahasa sunda yang
terjadi pada kelompok umur merukan variabel dalam bahasa tutur yang di
teliti dalam masyarakat pangandaran. Seperti yang diungkapkan oleh
Schiffrin bahwa:
Pada variabel dalam bahasa Tutur dapat kita melihat dari ukuran kata
dan kombinasi leksikal. Disamping itu bisa juga dilihat dari segi
wacana yang terdiri dari banyak kata, seperti variasi yang terdapat
dalam teks atau dalam narasi (Schiffrin, 1994). Kita dapat menentukan
bagaimana variasi dalam bahasa tutur yang terdiri dari banyak
kelmpok atau segmen dari unit terkecil hingga yang paling besar.
Yaitu dari proses bunyi bahasa di hasilkan hingga pada level wacana.
(Ceil Lucas; The Sociolinguistics of Sign Laguage 2004; 63)
Pada masyarakat pangandaran golongan usia tua didapat adanya
perubahan keadaan bahasa tutur seperti terjadi pada pada kata “dikirim”
kata “misalna” kata “diturunkeun” dan sebagainya. Hal itu merupakan
proses interferensi bahasa indonesia dan sunda. Dan juga terjadi integrasi
bahasa indonesia ke dalam bahasa sunda. Berbagai keadaan ini merupakan
proses perubahan bahasa.
Sementara

pada

golongan

usia

muda

pada

masyarakat

pangandaran, dengan analisis menggunakan teori interferensi dan integrasi
diketahui ada perubahan bahsa tutur yang terjadi pada golongan muda. Hal
ini terlihat adanya perubahan bahasa pada tatanan bahasa yang kompleks
28

yaitu pada morfologi dan kalimat. Hal itu dikarenakan golongan usia muda
sangat disiplin menggunakan bahasa. ketika dia menggunakan bahasa
sunda dia akan menyelesiakannya sampai pada tingkat kata, frase, klausa
atau klaimat baru dia berpindah kepada bahasa Indonesia. Begitulah
keadaan bahasa pada golongan usia muda.
Dari situasi yang tergambar dalam penelitian yang dilakukan
maka kita memperoleh situasi adanya perubahan bahasa pada masyarakat
Pangandaran. Perubahan itu dapat kita rekan dengan melihat situasi
penggunaan bahasa sunda yang makin berbeda pada setiap golongan usia.
Pada golongan usia tua perubahan bahasa masih terjadi pada bidang yang
lebih rendah yaitu tatanan fonologi. Semetara pada golongan usia muda
perubahan bahasa sudah terjadi pada tingkatan tatanan bahasa yang lebih
kompleks.

Yaitu perubahan bahasa mulai pada tingkatan kata, frase,

klausa dan kalimat. Artinya tingkat perubahan bahasa makin jelas terlihat
pada masyarakat pangandaran. Hal itu diketahui dengan perbedaan tingkat
perubahan bahasa dalam tatanan yang makin kompleks antara masyarakat
usia muda dan usia tua. Situasi ini sama dengan fakta yang ditemukan oleh
Labov ketika melakukan penelitian variasi bahasa dengan sampel diambil
berdasrkan usia, etnis pekerjaan dandaerah tempat tinggal. Yang sama
pada penelitian ini adalh pada aspek umur.
Perubahan bahasa yang terjadi di pangandaran diakibatkan oleh
adanya variasi sosialinguistik yang ada di masyarakat pangandaran.
Seperti kata Ceil Lucas dkk. bahawa:

29

kami talah memerhatikan variasi sosiolingustik pada tingkat
persamaannya. Namu, peneritian tentang variasi sosiolinguistik juga
telah membuktikan pengaruhnya dalam perubahan bahasa. Jelaslah
bahwa semua bahasa yang hidup selalu mengalami perubahan. Namun
perubahan tidak langsung mendapat tempat. Namun bentuk baru dari
perubahan secara bertahap mulai dikenal dalam bahasa dan
membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan kadang-kadang
berlangsung selama beberapa generasi. Baik yang talah tua dan
digantikan oleh yang baru dalam variasinya. Sepertiyang kita
harapkan bahwa bentuk inovasi laibih umum bnayak muncul pada
orang muda ketimbang dalam bahsa orang tua mereka. fakta tersebut
memungkinkan digunkan sturktur (waktu yang jelas) untuk melihat
model perubahan linguistik yang sednag berlangsung di dalam
masyarakat di seluruh dunia. Dalam studi tentang variasi bahasa telah
meneliti hubungan bahasa di kalangan tua dan inovasi bnetuk
linguistik berdasarkan kelompok umur (serta vaktor sosial lainnya)
untuk melihat cara perubahan linguistik. (Ceil Lucas; The
Sociolinguistics of Sign Laguage, 2004; 74-75).
Dengan fakta yang ditemukan di masyarakat pangandaran
diketahui pula bahawa golongan usia muda lebih memiliki inovasi dalam
perubahan bahsa yang tentunya berbeda dengan golongan usia tua. Hal
tersebt juga dipengaruhi oleh keadaan masyarakat pangandaran yang
berada di daerah pariwisata yang sangat terbuka pada kedatangan
penduduk diluar masyarakat Pangandaran, yang membawa kebudayaan
dan bahasanya masing-masing. Disamping itu wilayah panggandaran juga
merupakan wilayah perbatasan antara jawa barat dan jawa tengah yang
juga merupakan perbaatasan dua daerah yang memiliki kebudayaan dan
bahasa yang berbeda yaitu suku Sunda dan sukuk Jawa. Sehingga peluang
terhadap bnetuk variasi sosialinguistik sangat besar. Termasuk pada
keberagama pendududknya yang berneka etnis dan budaya.
Pengaruh variasi sosialinguitik itulah yang membuat golongan
usia muda lebih cepat terpengaruh pada peubahan bahasa yang digunakan
oleh mereka. Perbedaan anatara bahasa golongan usia muda dan tua
merupaka representasi dari adanya situasi perubahan bahsa yang terjadi
pada masyarakat Pangandaran.

30

D. Implentasi Pendidikan
Saat ini persolan keragaman menjadi faktor yang mengancam
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan maupun negara. Indonesia sebagai
negara yang penuh dnegan keragaman etnik dan budaya menjadi tatangan
berat dalam mengatur perbedaan supaya menjadi kekayaan bangsa.
Keberagaman akhir-akhir ini menjadi faktor utama pemicu konflik sosial,
seakan keadan keberagaman bangsa sebagai api dalam sekam yang tinggal
menunggu waktu untuk disulut menjadi konflik. Situasi ini rentan terjadi
pada masyarakat yang snagat multi kultural seperti yang ada di masyarakat
pangandaran.
Keberagaman masyarakat panganndaran itu bisa kita lihat jelas
dari segi bahasa yang ada di sana. Setelah kita melakukan penelitian tetang
adanya variasi sosiolinguistik yang terjadi di pengandaran tentu bisa kita
gambarkan bagaimana keberagaman masyarakat Panganndaran. Dalam
kedaan keberagaman yang ada tentu situasi perubahan dan pergeseran
budaya akan cenderung terjadi. Sama halnya dengan perubahan dan
pergeseran bahasa yang telah kita bahas sebelumnya. Dan dlaam penelitian
yang kita lakukan kita memperoleh kenyataan bahwa golongan usia muda
sangat cepat menerima perubahan budaya yang terjadi sama seperti
bahasa. kecendrung keterbuakan kaum muda terhadap perubahan dan
budaya baru, tentu snagat menghawatirkan kita akan perubahan dan
pergeseran itu malah pada situasi negatif. Seperti pola perubahan gaya
hidup remaja zaman sekarang yang sangat gampang masuk pada jurang
kenakalan remaja yang berdampak negatif bagi kehidupan sosial dan
negara.
Untuk menghindari situasi seperti itulah maka perlu dilakukan
pendidikan multi kultural pada golongan remaja sejak dini sebaagai
langkah prefentif bagi pergeseraan kehidupan remaja. Menurut pandangan
Choirul Mahfud (2011:201) bahwa:

31

Pendidikan kkultural dapat kita rumuskan sebagai studi tentang
keaneka ragaman kultur, hak asasi manusia dan pengangguran atau
penghapusan berbagai jenis prasangka demi membangun suatu
kehidupan masyarakat yang adil dan tentram.
Dengan pendidikan kultur yang diterapkan dalam masyarakat
pangandaran diaharapkan berbagai keberagaman yang terjadi dapat diatasi
sebagai sebuah pedekatan yang menanamkan nilai-nilai keunggulan
budaya dan keragaman sebagai sebuah kekayaan yang memiliki potensi
dalam pengembangan masyarakat Pangandaran. Pelaksanaan pendidikan
kultural khususnya pada masyarakat golongan usia muda diaharpakan
dapat memberikan pemahaman kepad amereka bahwa keberagaman
budaya seperti bahasa merupakan kekayaan yang bisa diangkat menjadi
potensi yang dpat diberdayakan mayarakat sebagai daya tarik wisata pad
amsyarakat Panganndaran.
Pendekatan pendidikan kultural yang dimaksud biasa dilakukan
dnegan melui pendekatan bahasa. sikap masyarakat pangandaran yang
terbuka pada budaya baru seperti bahasa menjadi peluang terhadap
pemberian pendidikan kultural kepada mereka khususnya golongan usia
muda (remaja). Keragaman bahasa yang ada dan telah banyak dipakai oleh
remaja Pangandaran akan menjadi potensi terhadap pengembangan budaya
sebagai salah satu daya tarik wisata. Sehingga mereka mampu
memaamfaatkan setiap potensi keragaman budaya untuk membangun
masyarakat pangandaran yang adil dan makmur.
Pendidikan multi kultural dengan pendekatan bahasa bisa kita
mulai dengam memberikan pembekalan pelatihan komunikasi kepada para
remaja Pangandaran supaya mereka dapat berkomunikasi yang baik dalam
berbgaai bahasa, sehingga menimbulkan kenyamanan bagi para wisatawan
untuk mengunjungi daerah itu. Maka dengan kemampuan yang dimiliki
dan berefek pada peningkatan kunjungan tentunyaa juga akan berpak pada
tingkat kemajuan ekonomi masyarakat pangandaran. Hal itu akan
melahirkan

pemahaman

kepada

masyarakat

pangandaran

bahwa
32

keberaagaman adalah merupakan kakayaan yang dapat dikembangkan
untuk kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian maka, persolan perbedaan bahasa dan berbagai
keragaman yang ada di pangandaran akan terus berkembang dengan baik.
Mellaui pemahaman kita terhadap persolan perubahan bahasa yang terjadi
di Pangandaran. Perubahan dan pergeseran bahasa tidak semata-mata
menjadi kerugian dan hilangnya bahasa yang ada, tetapi bisa menjadi
kekeyaan yang sangat berpotensi membnagun kesejahteraan.

33

BAB V
KESIMPULAN

A. Simpulan
Dari situasi yang tergambar dalam penelitian yang dilakukan maka
kita memperoleh situasi adanya perubahan bahasa pada masyarakat
Pangandaran. Perubahan itu dapat kita rekan dengan melihat situasi
penggunaan bahasa sunda yang makin berbeda pada setiap golongan usia.
Pada golongan usia tua perubahan bahasa masih terjadi pada bidang yang
lebih rendah yaitu tatanan fonologi. Semetara pada golongan usia muda
perubahan bahasa sudah terjadi pada tingkatan tatanan bahasa yang lebih
kompleks. Yaitu perubahan bahasa mulai pada tingkatan kata, frase, klausa
dan kalimat. Artinya tingkat perubahan bahasa makin jelas terlihat pada
masyarakat pangandaran. Hal itu diketahui dengan perbedaan tingkat
perubahan bahasa dalam tatanan yang makin kompleks antara masyarakat
usia muda dan usia tua. Situasi ini sama dengan fakta yang ditemukan oleh
Labov ketika melakukan penelitian variasi bahasa dengan sampel diambil
berdasrkan usia, etnis pekerjaan dandaerah tempat tinggal. Yang