KARYA TULIS ILMIAH IMPLEMENTASI AL

KARYA TULIS AL-QUR’AN
PENDIDIKAN TAUHID SEBAGAI SOLUSI DARI ISU
PLURALISME PADA ERA GLOBALISASI
diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Ilmiah Qur’an 2014

Disusun Oleh:
Muhammad Garlianka
Aldhi Try Suwanto
Akbar Hilmi Naufal Hakim

SMA PESANTREN TERPADU HAYATAN THAYYIBAH
JALAN KARAMAT NO 123 KECAMATAN GUNUNG PUYUH
KOTA SUKABUMI
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan khadiran Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis Al-Qur’an. Dengan judul “ Pendidikan Tauhid sebagai Solusi dari isu
Pluralisme pada era Globalisasi “,
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi syarat mengikuti lomba

karya tulis Al-Qur’an yang di adakan oleh Intstitut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak – pihak yang telah
membantu dalam penyusunan karya tulis alquran ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Lepas dari segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Sukabumi, Februari 2014

Penulis

HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ini diajukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Al-Qur’an untuk
SMA Sederajat Tingkat Nasional tahun 2014 dalam rangka KIA 2014
Judul Karya Tulis

: Pendidikan Tauhid sebagai Solusi dari isu
Pluralisme pada era Globalisasi


Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap

: Muhammad Garlianka

b. NIS

:

Anggota Kelompok 1
a. Nama Lengkap

: Aldhi Try Suwanto

b. NIS

:

Anggota Kelompok 2
a. Nama Lengkap


: Akbar Hilmi Naufal Hakim

b. NIS

:
Sukabumi, Februari 2014
Menyetujui,
Ketua Kelompok,

Guru Pembimbing,

MUHAMMAD GARLIANKA

ABDULLOH SYAFI’IE, M.Pd

NIS.1213.X.00

NIP.
Mengetahui,

Kepala Sekolah

H. AHMAD DZAKI SALIM, M.A
NIP.

Daftar isi
Latar belakang
Banyak di kalangan remaja muslim menganut
paham pluralisme
Rumusan masalah
-Mengeapa masyarakat muslim menganut paham
tsb
-bagaimana pandangan islam ttg pluralism
-memaknai konsep tauhid dalam pendidikan
islam
-bagaimana peran tauhid dalam menanggulangi
pluralism
-peran serta pemuda muslim terhadap
penanggulangan pluralism
Tujuan dan manfaat

-mengetahui penyebab pluralime di kalngan
masyarakat muslim
-mengetahui pandangan islam tentang pluralisme
-mengetahui konsep tauhid sebagai pendidikan
islam
-mengetahui peran tauhid dalam menanggulangi
pluralisme
-peran serta pemuda muslim terhadap
penanggulangan pluralisme

Metode penulisan
Telaah pustaka, studi literatur
Pembahasan

Penutup, kesimpulan dan saran
Daftar pusaka

Ilmu
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali
dalam


Al-Qur’an.

Kata

ini

digunakan

dalam

arti

proses

pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan. ‘Ilm dari segi
bahasa berarti kejelasan. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas
tentang sesuatu. Sekalipun demikian, kata ini berbeda dengan
‘arofa (mengetahui), ‘arif (yang mengetahui), dan ma’rifah


(pengetahuan).Menurut

pandangan

Al-Qur’an

seperti

diisyaratkan oleh wahyu pertama, ilmu terdiri dari dua macam.
Pertama ‘ilm laduni, seperti diterangkan oleh Al-Qur’an
surat al-Kahf, 18:65.“Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu
dengan seorang hamba dari hamba-hamba Kami, yang telah
Kami anugrahkan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan telah
Kami ajarkan kepada ilmu dari sisi Kami”.
Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia dinamai
‘ilm kasbi. Ayat-ayat ‘ilm kasbi jauh lebih banyak dari pada yang
berbicara tentang ilmu laduni.Pembagian ini disebabkan karena
dalam pandangan Al-Qur’an terdapat hal-hal yang “ada” tetapi
tidak dapat diketahui melalui upaya manusia sendiri. Ada wujud
yang tidak tampak, sebagaimana ditegaskan berkali-kali oleh AlQur’an, antara lain frman--ya:“Aku bersumpah dengan yang

kamu lihat dan yang kamu tidak lihat”. (Q.S. Al-Haqqah, 69:3839).
Dengan demikian, obyek ilmu meliputi materi dan non
materi. Fenomena dan non-fenomena, bahkan ada wujud yang
jangankan dilihat, diketahui manusia pun tidak.“Dia menciptakan
apa

yang

tidak

kamu

ketahui”.

(Q.S.

Al--ahl,

16:8).


Dari sini jelas pula bahwa pengetahuan manusia amatlah
terbatas, karena itu wajar sekali Allah menegaskan.“Kamu tidak
diberi pengetahuan kecuali sedikit”. (Q.S. Al-Isra’, 17:85).

Teknologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan
sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan
ilmu, eksakta dan berdasarkan proses teknis”. Teknologi adalah
ilmu atau cara tentang menerapkan sains untuk memanfaatkan
alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.Menelusuri
pandangan Al-Qur’an tentang teknologi, mengundang kita untuk
menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang
alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat
Al-Qur’an yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya,
dan

memerintahkan

manusia


untuk

mengetahui

dan

memanfaatkan alam ini. Secara tegas Al-Qur’an menyatakan
bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk
menusia.
“Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi semuanya (sebagai anugrah) dari--ya”.
(Q.S.

Al-Jatsiyah,

45:13).

Jadi, dapatkan dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu
yang dianjurkan oleh Al-Qur’an. Sebelum menjawab pertanyaan,

ada dua catatan yang perlu diperhatikan.
Pertama, ketika Al-Qur’an berbicara tentang alam raya dan
fenomenanya, terlihat secara jelas bahwa pembicaraannya selalu
dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Misalnya
uraian

Al-Qur’an

tentang

kejadian

alam.

“Apakah orang-orang kafr tidak mengetahui bahwa langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah satu yang padu, kemudian
Kami (Allah) pisahkan keduanya, dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu

yang

hidup.

Maka

mengapa

mereka

tidak

juga

beriman?” (Q.S. Al-Anbiya, 27:30).Ayat ini dipahami oleh banyak
ulama kontemporer sebagai isyarat tentang teori Big Bang
(Ledakan Besar) yang mengawali terciptanya langit dan bumi.
Para pakar boleh saja berbeda pendapat tentang makna ayat

tersebut, atau mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan
bumi. Yang pasti, ketika Al-Qur’an berbicara tentang kekuasaan
dan kebesaran Allah, serta keharusan beriman kepada--ya.Ini
berarti sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan
manusia terhadap kehadiran dan kemahakuasaan Allah SWT,
selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai
dengan prinsip bismi rabbik.
Kedua,

Al-Qur’an

sejak

dini

memperkenalkan

istilah

sakhara yang maknanya bermuara pada kemampuan meraih
dengan mudah dan sebanyak yang dibutuhkan segala sesuatu
yang dapat dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di
bidang teknik.Ketika Al-Qur’an memilih kata sahkara yang arti
harfahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah
agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya
harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya
berada di bawah manusia.Dan kedua catatan yang dikemukakan
di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya
disamping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga
harus mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang
kepadanya tunduk segala yang berada di alam raya ini.

Al-Qur’an Sebagai Kitab Ilmu Pengetahuan
Al-Qur’an sekarang semakin laris dikaji oleh para ilmuan
terutama masyarakat maju non muslim. Terbukti, Al-Qur’an
banyak memberikan informasi tentang iptek yang semakin hari
semakin nyata lewat kajian dan percobaan yang mengagumkan.
Sebagai contoh, hasil percobaan pemotretan atas pegununganpegunungan di -ejed ( Arab Saudi ) oleh Telstar ( Satelit Amerika
Serikat ) ternyata diketahui bahwa gunung-gunung itu tampak di
mata kita seolah tetap, sesungguhnya gunung-gunung itu
berarak sebagaimana mega ( QS 27:88). Jangkau pengamatan
empirik dan rasio kita terlalu lemah, dan akal kita tidak mampu

mencerna bahwa gunung-gunung sedahsyat itu dan tertancap di
bumi, dikatakan dalam Al-Qur’an, berjalan sebagaimana awan.
Tetapi ternyata hal itu kini telah dibuktikan oleh Iptek sebagai
perpanjangan pengamatan manusia.
Memang begitulah kehendak Allah terhadap gununggunung, karena semua isi alam ini milik Allah, dan tunduk
dibawah perintah--ya. Manusia wajib menerima dengan penuh
keimanan semua isi Al-Qur’an yang menyangkut Iptek, baik itu
sudah terbukti atau belum. Manusia dan Iptek masih harus kerja
keras untuk membuktikan formula-formula Al-Qur’an. Kitab ini
memang sungguh tidak akan ada habisnya menyajikan ilmu
Allah itu. Iptek menjelaskan fenomena alam semesta, dan alam
semesta membuktikan kebenaran Al-Qur’an dan ayat kauniyah
saling menafsirkan secara konsisen, tidak bertentangan.
Energi yang memutar roda kehidupan adalah energy Allah
yang diberikan kepada manusia dengan gratis. Silakan sedot
bahan bakar minyak, silakan serap sinar matahari sepuaspuasnya, silakan manfaatkan semua energy yang ada di alam ini
sekuat pengetahuan kita. “ Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan?” Ini adalah bunyi ayat di dalam
surat Ar-Rahman yang diulang-ulang sebanyak 31 kali. Seakanakan

Allah

menggugat

kita

yang

tidak

tahu

diri,

yang

menggunakan nikmat Allah yang melimpah, tapi tidak mau
bersyukur. Orang semacam ini beranggapan, bahwa dialah satusatunya pusat perhatian alam, bahwa segala sesuati yang ada di
alam ini harus di manfaatkan semaksimal mungkin untuk
kepuasan hidupnya. Alam harus dikuras, diserap, dibabat,
dibongkar,dan

diledakkan

untuk

energy

memenuhi

hasrat

hedonistis yang egois, atau dengan alas an demi pembangunan.
Itulah tingkah laku manusia yang jalang, yang terbuang dari
dunia spiritual. Sementara itu Al-Qur’an memastikan bahwa

kerusakan lingkungan laut, udara dan darat adalah akibat
kelancangan tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung
jawab sehingga alam memukul balik manusia dalam bentuk
polusi dan bencana alam sebagai akibat dari perbuatan yang
dilakukannya (QS

30:41). Banyak peristiwa besar yang akan

terjadi kelak, yang belum kita jangkau. Peristiwa besar yang
selalu diungkapkan Al-Qur’an adalah “hari semesta” yakni hari
kehancuran semesta yang dahsyat, dan kita tidak mampu
membayangkannya. Yakni,hari tabrakan antara planet yang satu
dengna planet yang lain. Semua planet akan meledak dengan
dahsyat. Gunung-gunung akan beterbangan seperti bulu burung
ditiup angin, dan entah manusia seperti apa. Itulah yang disebut
kiamat, akhir kehidupan semesta. Dan inilah hari masa depan
yang pasti akan dijanjikan dalam Al-Qur’an
Jika Alvin Tofer meramalkan revolusi gelombang ketiga
adalah revolusi komunikasi, maka lembaga pendidikan dan R&D
kita diramalkan akan bangkit revolusi gelombang keempat, yakni
revolusi spiritual. Di saat Al-Qur’an mulai dikomunikasikan oleh
berbagai institusi di dunia, Al-Qur’an akan menjadi paradigm dan
dasar, serta memberi makna spiritual kepada Iptek yang kini
masih berwajah bebas-nilai ( value-free). Dunia akan damai jika
Al-Qur’an dipakai sebagai rujukan Iptek.
Tidak ada alternative lain dalam kehidupan sekarang ini,
kecuali kembali kepada petunjuk Allah dan Rasul--ya. Al-Qur’an
dan Sunnah -abi adalah dua pusaka abadi untuk kehidupan
manusia.
Pada abad ini, masyarakat maju non muslim sangat
berambisi mengkaji Al-Qur’an, dalam kaitannya dengna ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tampaknya tibalah saatnya kita
membentuk suatu lembaga yang terdiri atas ulama,cendikiawan
muslim.dan ilmuan dari berbagai disiplin ilmu untuk menafsirkan

Al-Qur’an untuk menjadi pegangan dan pedoman kehidupan
masyarakat mutakhir, yakni masyarakat Iptek.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi memang sudah lazim
diidentikkan. Keduanya memiliki fakultas yang sama yaitu hasil
peradaban

manusia.

Ilmu

pengetahuan

merupakan

dasar

terwujudnya produk-produk teknologi yang hadir di hadapan
manusia. Semakin tinggi kemajuan teknologi yang diciptakan
manusia,

maka

semakin

tinggi

pula

perkembangan

ilmu

pengetahuan manusia. Demikian persepsinya.
Ilmu pengetahuan yang pada hakikatnya diciptakan Allah,
baik yang melalui wahyu kepada para nabi dan rasul, maupun
melalui hamparan alam semesta. Pemahaman orang tentang
ilmu sangat beragam. Hal tersebut dikarenakan sudut pandang
mereka yang berbeda pula. Sebenarnya bukan perbedaan
persepsi yang harus dipermasalahkan, karena ilmu adalah sifat
yang melingkupi seluruh wujud benda. Ilmu merupakan harta
yang tidak terlihat, kekuatan yang tidak didefnisikan, dan
kekuasaan yang tidak bertakhta.
Adapun teknologi, sebagaimana yang telah disinggung
tadi, yaitu sebagai wujud dari perkembangan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan mendorong manusia untuk menemukan halhal baru yang lebih baik. Kebutuhan manusia yang kompleks
merupakan salah satu faktor yang mendorong manusia untuk
tidak berdiam pada suatu keadaan. Sehingga, dengan potensi
besar yang dimilikinya, manusia terus bergerak maju. Gerak
maju manusia memang suatu sifat khasnya. Ia tidak akan puas
dengan keadaan yang sudah dimilikinya ( Q.S 70:19-21).
Dengan keadaan seperti itu, ilmu pengetahuan yang pada
dasarnya baik, karena datang dari ilahi, secara tidak disadari

menjadi poros yang memutar roda (teknologi) tidak terkendali.
Manusia yang menjadi pengemudinyapun tiidak dapat lagi
mengendalikannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi tumbuh dan
berkembang secara cepat melebihi daya serap otak manusia,
sehingga

ia

tidak

dapat

memahami

seluruh

produk

ilmu

pengetahuan, kendati pun sudah memakainya, bahkan menjadi
obyeknya.
Progresivitas IPTEK akan menjadi “pedang bermata dua;
satu untuk manfaat, dan satu untuk madharat”. Permasalahan
yang ditimbulkan dari kemadharatan IPTEK, pada akhirnya pun
menyebabkan manusia terjebak dalam simalakama. Di suatu sisi
manusia

membutuhkannnya

untuk

memenuhi

kebutuhan

hidupnya, dan disisi lain justru menghilangkan eksistensinya.
Kemadharatan yang ditimbulkan oleh progresifnya IPTEK,
berkisar pada permasalahan manusia itu sendiri. IPTEK yang
tujuan awalnya sebagai pemenuhan kebutuhan, secara tajam
membentang layar kemiskinan, kemelaratan dan kesenjangan
sosial dalam masyarakat. Berasal dari kesenjangan-kesenjangan
tersebut melahirkan sifat-sifat individualis, materialistis dan
hedonis. Kemerosotan moral pun tidak dapat dihindarkan,
sebagai kembang euphoria teknologi. Tidak hanya berhenti
disana, teknologi pun menyebabkan ketidakseimbangan pada
ekologi alam semesta. Terjadi banyak kerusakan, tidak hanya di
darat, di laut, bahkan diluar angkasa pun terkena imbas.
Demikian semuanya merupakan dampak perkembangan IPTEK
yang

dapat

dikembangkan

oleh

manusia,

yang

kemudian

dirasakan sendiri akibatnya oleh manusia.
Setelah semuanya terjadi, barulah manusia sibuk mencari
dalih. Padahal jauh-jauh hari Allah telah mengingatkan manusia,
yang

termaktub

dalam

surat

Al-Araf:56,

yang

artinya:“Dan

janganlah

kamu

membuat

kerusakan di muka bumi, sesudah Alah memperbaikinya.”
Dalam ayat tersebut Allah mengingatkan kepada manusia
untuk

tidak

membuat

menciptakannya
Allah

telah

kerusakan,

karena

dengan

menciptakan

Allah

telah

sempurna.

Allah

semesta

dengan

sistem

keteraturan (hukum alam). Yang telah disesuaikan dengan
ukuran-ukurannya

(Q.S

25:2).

Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa kerusakan-kerusakan
yang terjadi di dunia adalah hasil tangan-tangan manusia (Q.S
30:41), dengan demikian, manusia sendirilah yang menyebabkan
segala kerusakan.
Allah S.W.T sebagai pencipta alam semesta, memberikan
batasan kepada manusia dalam hal pengembangan IPTEK.
Batasan-batasan

tersebut

sekaligus

sebagai

hakikat

ilmu

pengetahuan dan teknologi. Batasan-batasan Allah tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi, berpijak pada tujuan dan fungsi
IPTEK itu sendiri bagi manusia. Batasan-batasan tersebut,
diantaranya:
Teknologi sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran Allah.
Di dalam Al-Quran surat Al-Thalaq:12, Allah memberikan
penjelasan bahwa hakikat teknologi adalah sebagai bukti akan
kekuasaan

dan

kebesarannya:

Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itulah bumi.
Perintah

Allah

bahwasanya
sesungguhnya

berlaku

Allah

padanya,

mengetahui

Allah,

ilmunya

agar

atas

kamu

segala

benar-benar

mengetahui

sesuatu.

meliputi

sesuatu.
Teknologi sebagai sarana kesejahteraan manusia

Dan

segala

Tidak dapat disangkal, bahwa segala yang tercipta dan
tersedia di jagat raya hakikatnya adalah untuk kepentingann
kesejahteraan manusia, manusia sebagai makhluk yang berakal,
dapat

memanfaatkan

seluruh

sumber

daya

alam

untuk

keperluannya. Sebagaimana tersirat dalam surat Al-Jasiyah:13,
yang

artinya:

Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa
yang ad di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripadanya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.
Teknologi sebagai tanda syukur kepada Allah
Segala

nikmat

yang

telah

diberikan

baik

yang

dirasakannya secara langsung, seperti makanan, minuman,
udara, maupun secara tidak langsung seperti sistem keteraturan
alam semesta, harus disyukuri manusia. Sebagaimana tercantum
dalam surat An--aml:78 yang artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.
Teknologi sebagai jembatan menuju akhirat.
Allah menciptakan manusia semata-mata untuk beribadah
dan memakmurkan alam semesta. Manusia diharuskan berbuat
kebaikan (amal shaleh). Pada hakikatnya untuk kebahagiaan
manusia itu sendiri, terutama kebahagiaan di akhirat. Manusia
hendaknya menyadari bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya
adalah

kebahagiaan

di

akhirat.

Allah

menggambarkan

kenikmatan dunia dengan permainan dan senda gurau belaka.
Sebagaimana
artinya:

diternagkan

dalam

surat

Al-An’am:32,

yang

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main
dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu
memahaminya?
Dengan demikian, hakikat ilmu pengetahuan dan teknologi
yang

dikembangkan

berlandaskan

manusia

nilai-nilai

adalah

harus

A-Quran,Al-Quran

senantiasa

menggarisbawahi

IPTEK sebagai tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Sebagai
sarana kesejahteraan manusia, sebagai tanda syukur kepada
Allah, dan sebagai jembatan menuju akhirat.

Pandangan Al-Quran tentang progresivitas IPTEK
Sebagaimana

dijelaskan pada

pembahasan terdahulu,

bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari kehidupannya
terhadap

produk-produk

permasalahan

yang

teknologi.

kompleks,

sehingga

Manusia
menuntut

memiliki
kepada

pemenuhannya secara menyeluruh. Tidak dapat dipungkiri pula,
teknologi

yang

dikembangkan

manusia

menyebabkan

kemadharatan bagi manusia itu sendiri. Hal ini merupakan dua
keadaan yang membutuhkan suatu jalan keluar yang seimbang.
Dalam mencari jalan kelur tentang permasalahan dampakdampak pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
mesti dikembalikan lagi pada induk penggasnya, yaitu Al-Quran.
Al-Quran yang mendorong manusia untuk maju, mendasari
segalanya kepada nilai-nilai. -ilai yang diusung Al-Quran adalah
yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Hal itu pula yang
menyebabkan Al-Quran senantiasa relevan dengan kehiupan
manusia, nilai-nilai tentang kemajuan IPTEK meliputi:
Mengutamakan kemashlahatan umat.

Al-Quran sebagai kitab yang humanis, meletakkan segala
pembahasannya yang berhubungan dengan manusia. Dalam
menyikapi permasalahan yang dihadapi permasalahan yang
dihadapi

manusai,

kemashlahatan

Al-Quran

manusia

berpegang

itu

sendiri.

pda

Untuk

prinsip
menjaga

kelangsungan hidupnya, Al-Quran menghendaki agar manusia
tidak melakukan kerusakan-kerusakan pada alam. Menjaga
keseimbangan ekologi dan ekosistem alam, berarti manusia
manusia menjaga kelangsungan hidupnya.
Selain

menjaga

keseimbangan

alam,

manusia

pun

mempunyai status hukum muhtaram, yaitu terlarang membunuh
atau memusnahkan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain,
Al_Quran memberikan jaminan hukum kepada manusia. Manusai
dipandang

sebagai

makhluk

pilihan

yang

mempunyai

keistimewaan dari makhluk yang lain sehingga manusia dilarang
saling membunuh dan saling menyakiti.

Keseimbangan orientasi hidup
Al-Quran adalah petunjuk manusia yang mengutamakan
keseimbangan.

Keseimbangan

yang

dimaksud

tidak

hanya

mementingkan satu hal dengan meninggalkan yang lainnya.
Dunia dan akhirat merupakan dua hal yang sering diposisikan
saling berhadapan oleh manusia. -amun, Alah melalui ayat-ayat
AL-Quran menghendaki manusia untuk tidak mementingkan atau
membedakan antara dunia dan akhirat.
Kehidupan dunia dipandang sebagai jalan ang harus
ditempuh untuk menuju kampung abadi yaitu akhirat. Dunia
dengan

segala

isinya

merupakan

sarana

yang

dapat

menghantarkan manusia kepada kebahagiaan akhirat. Allah
tidak menghendaki manusia mementingkan kehidupan dunia

saja dengan melupakan kepentingan akhirat. Allah juga tidak
menyukain manusia yang mementingkan akhirat saja, dengan
mengabaikan segala ftrahnya di dunia. Yang dikehendaki Allah
adalah adanya keseimbangan dunia dan akhirat sebagaimana
dikutip dalam surat Al-Qasas:7, yang artinya:
Dan carilah pada apa-apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bagianmu dari kenikmatan dunia.
Dengan demikian, pesan nilai Al-Quran tentang segala
permasalahan manusia, terutama dalam pengembangan IPTEK
adalah senantiasa mengedepankan nilai-nilai kemashlahatan dan
keseimbangan orientasi hidup antara duni dan akhirat.

Penutup
Manusia adalah tema sentral dalam Al-Quran, karena ia
mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam kehidupan,
yaitu sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah, manusia
mempunyai kewajiban dan tugas yang besar yaitu beribadah
kepada Allah dan menjaga keseimbangan alam semesta. Dalam
menjaga keseimbangan alam, manusia harus mengetahui ilmu
pengetahuan

yang

berhubungan

dengannya.

Al-Quran

memberikan pelajaran-pelajaran, baik berupa ayat-ayat qauliyah
maupun ayat-ayat kauniyah.
Ayat

qauliyah

dan

kauniyah

Al-Quran

menjelaskan

kebesaran dan kekuasaan Allah. Kebesaran dan kekuasaan Allah
dapat dilihat dari keteraturan alam semesta. Keteraturan alam
tersebut merupakan hukum alam yang tidak boleh dilanggar oleh
manusai, karena apabila manusai melanggarnya maka akibatnya
akan dirasakan manusia itu sendiri. IPTEK yang benar adalah
yang tidak bertentangan dengan hukum Allah.
IPTEK dipandang sebagai tanda kebesaran dan kekuasaan
Allah, sebagai tanda kesejahteraan manusia, sebagai tanda
syukur manusia kepada Allah, dan sebagai jembatan menuju
kehidupan akhirat. Sementara itu, dalam mengembangkan IPTEK
pun, manusia harus bersandar kepada nilai-nilai yang ditetapkan
oleh Allah.
Wallahual’am.

Daftar Pustaka
Al-Quran terjemahan. .
Ahmad Baiquni. 1996. Al-Quran dan IPA. Dana Bhakti Prima Yasa.
Yogyakarta.
Ahmad Mufih Syaefuddin. 1997. Mukjizat Al-Quran dan AsSunnah. Gema Insani Press. Jakarta
Dawam Rahardjo. 2002. Ensiklopedia Al-Quran. Para Madina.
Jakarta.
Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar. Pustaka Panjimas. Jakarta.
Heru Santoso. 2000. Landasan etis teknologi. Kiara Wacana
Yogya. Yogyakarta.
M.Quraish Shihab. 2000. Mukjizat Al-Quran. Mizan. Bandung.
M. Quraish Shihab. 2000. Wawasan Al-Quran. Mizan. Bandung.
M.Darwis Hude dkk. 2002. Cakrawala ilmu dalam Al-Quran.
Pustaka Firdaus. Jakarta.
-urcholish Mandjid. 2000. Islam doktrin peradaban. Paramadina.
Jakarta.