BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga 2.1.1. Definisi keluarga - Dukungan Keluarga Dalam Pengobatan Pasien Rumatan Metadon di rsup h. Adam Malik Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga

2.1.1. Definisi keluarga

  Keluarga adalah sekumpulan orang- orang yang tinggal bersama dalam satu rumah yang dihubungkan satu ikatan perkawinan, hubungan darah atau tidak memiliki hubungan darah yang bertujuan mempertahankan budaya yang umum dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota keluarga (Friedman, 2003).

  Menurut WHO, Keluarga adalah anggota rumah tangga saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga

  Setiadi ( 2004 ) menyebutkan keluarga adalah unit terkecil dari satuan masyarakat, tidak aka nada masyarakat jika tidak ada keluarga, dengan kata lain masyarakat merupakan sekumpulan keluarga-keluarga. Hal ini bisa diartikan baik buruknya suatu masyarakat tergantung pada baik buruknya masyarakat kecil itu sendiri (keluarga).

  Pengertian lain menjelaskan bahwa keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis, seorang laki- laki dan seorang perempuan yang tidak sendirian atau dengan anak-anak baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tanggl (Suprajitno, 2004).

  Keluarga dari kaca mata ini begitu urgen, karena menjadi tempat untuk berbagi tradisi, keyakinan dan pengetahuan. Mulai dari cara makan hingga masalah sosial, politik dan budaya, semuanya bisa terbentuk dalam keluarga. Keluarga menjadi media untuk memindahkan warisan budaya dan pengalaman dari generasi lampau ke generasi baru. Dari sini, keluarga merupakan elemen yang berpengaruh bagi kehidupan sosial manusia. Menurut para pakar sosiologi, keluarga adalah himpunan beberapa orang yang terikat karena hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan anak dan hidup bersama dalam jangka waktu yang panjang dan tidak ditentukan. Keluarga merupakan tempat pertama lahirnya emosi kemanusiaan dan tempat menjalin hubungan cinta dan kasih sayang yang terdalam antar anggotanya.

  Keluarga terbentuk dari adanya sebuah pernikahan antar individu. Yaitu penyatuan komitmen seorang laki-laki dan perempuan. Oleh dasar itulah mereka berani melangkah kejenjang yang dinamakan dengan pernikahan untuk membentuk sebuah keluarga. Setelah menikah dan mengucapkan ikrar janji sumpah setia, sepasang suami-istri memberanikan diri untuka menambah satu atau lebih anggota keluarganya tesebut dengan memiliki seurang anak atau lebih. Karena mereka beranggapan bahwa, keluarga membentuk yunit dasar dari masyarakat kita, maka pengaruh sosial yang paling banyak memiliki efek-efek yang paling menonjol terhadap anggotanya adalah keluarga. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu yang dapat menentukan bergasil- tidaknya kehidupan individu tersebut. Bersamaan dengan itu pula, keluarga mengadakan “penerimaan” baru bagi masyarakat, dan menyaipkan anak-anak untuk menerima paran-peran dalam masyarakat.

  Keluarga juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya. Bagi pasanga suami dan istri atau anggota keluarga yang dewasa, keluarga berfungsi menstabilisasikan kehidupan mereka, yaitu memenuhi kebutuhan kasih sayang, sosio- ekonomi,dan kebutuhan seksual. Bagi anak-anak, keluarga memberikan perawatan fisik dan perhatian emosional, dan seiring dengan itu, keluraga juga memberikan pengarahan perkembangan kepribadian. Sitem kelurga merupakan konteks belajar yang utama bagi suatu perilaku, pikiran dan perasaan dari seorang individu. Orang tua merupakan “guru” yang utama, kaena orang tua menginterprestasiakan dunia dan masyarakat bagi anak-anak.

2.2. Dukungan Keluarga

  Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010). House dan Kahn dalam Friedman (2010) menerangkan bahwa keluarga memiliki empat fungsi dukungan diantaranya:

  1. Dukungan emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan..

  Dukungan emosional keluarga merupakan bentuk atau jenis dukungan yang diberikan keluarga berupa perhatian, kasih sayang dan empati. Menurut Friedman (1998) dukungan emosional merupakan fungsi afektif keluarga yang mengalami halusinasi. Fungsi afektif keluarga merupakan fungsi internal keluarga dalam memenuhi kebutuhan psikososial anggota keluarga dengan saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan dan saling mendukung dan menghargai antar anggota keluarga.

  Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat, mengurangi putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik (penurunan kesehatan dan kelainan yang dialaminya). Pada klien halusinasi deukungan emosional sangat diperlukan dan akan menjadi faktor sangat penting untuk upaya perawatan dan pengobatan dalam mengontrol masalah halusinasi. Dengan demikian dukungan emosional dari keluarga sangat dibutuhkan oleh klien halusinasi yang mempengaruhi kesehatn fisik dan mental seseorang melalui pengaruhnya terhadap pembentukan emosional.

2. Dukungan Informasi Keluarga berfungsi sebagai sebuah pengumpul dan penyebar informasi.

  Menjelaskan tentang pemberian saran dan sugesti, informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan tentang suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Dukungan informasi merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan memberikan informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan klien halusinasi dalam upaya meningkatkan status kesehatannya. Menurut Friedman (1998) dukungan informasi yang diberikan keluarga terhadap klien halusinasi merupakan salah satu bentuk fungsi perawatan kesehatan keluarga dalam mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Bentuk fungsi perawatn kesehatan yang ditetapkan keluarga terhadap klien halusinasi diantaranya adalah memperkenalkan kepada klien halusinasi tentang kondisi dan penyakit yang dialaminya dan menjelaskan cara perawatan yang tepat pada klien halusinasi agar klien termotivasi menjaga dan mengontrol kesehatannya.

  3. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya: kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat dan terhindarnya pasien dari kelelahan. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan klien halusinasi dalam menyampaikan perasaannya. Serta dukungan instrumental keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998). Fungsi ekonomi keluarga merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi semua kebutuhan anggota keluarga termasuk kebutuhan kesehatan anggota keluarga, sedangkan fungsi keperawatan kesehatan anggota keluarga merupakan fungsi keluarga dalam mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga diantaranya adalah merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi dan membawa anggota keluarga ke pelayanan untuk emmeriksakan kesehatannya (Friedman, 1998).

  4. Dukungan Penghargaan

  Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Terjadi lewat ungkapan rasa hormat (penghargaan) serta sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga, diantaranya adalah memberikan penghargaan dan perhatian saat pasien menjalani rehabilitasi. Jadi dukungan keluarga terhadap pasien stroke baik fase akut maupun paska stroke sangat dibutuhkan untuk mencapai proses penyembuhan/ pemulihan. Support system (sistem dukungan). Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera, orang yang hidup dalam lingkungan yang supportif kondisinya jauh lebih baik daripada mereka yang tidak memilikinya. Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya (Friedman, 1998).

  Keluarga besar dan teman-teman dekat mendorong anggota keluarga untuk mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan pribadi secara bebas. Sehingga masalahnya akan diberi nasehat-nasehat dan bimbingan pribadi sesuai dengan nilai-nilai dan tradisi keluarga.

2.2.2. Jenis – Jenis Dukungan

  Menurut Cobb & Jones yang dikutip dalam Niven (2009) dukungan merupakan faktor penting dalam manajemen stress dan biasanya jenis dukungan yang diterima dan diperlukan oleh individu tergantung pada keadaan yang penuh tekanan.

  Menurut Cohen & McKay yang dikutip dalam Niven (2009) ada tiga jenis mekanisme dukungan antara lain : Dukungan Nyata. Meskipun sebenarnya setiap orang dengan sumber-sumber yang tercukupi dapat memberi dukungan dalam bentuk uang atau perhatian dukungan nyata merupakan paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pemberian

  perasaan ketidakadekuatan dan

  dukungan nyata yang berakibat pada berhutang, akan benar-benar menambah stress individu.

  a.

  Dukungan Pengharapan. Kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi individu akan ancaman. Dukungan sosial menyangga orang-orang untuk melawan stress dengan membantu mereka mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil. Pasien kanker umumnya tidak ingin mendiskusikan penyakitnya karena cacad yang didapati pada kondisi tersebut dan tidak mencari bantuan dari pasien kanker lain agar terhindar dari ucapan umum bahwa mereka mengalami kanker.

  b.

  Dukungan emosional. Jika stress mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai, dukungan emosional dapat menggantikannya atau menguatkan perasaan-perasaan ini. Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi yang meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga pasien.

  c. Dukungan instrumental

  Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dankonkrit, diantaranya keteraturan menjalani terapi, kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan terhindarnya pasien dari kelelahan. Dukungan ini juga mencakup bantuan langsung, seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong pekerjaan pada saat pasien mengalami stress.

  d. Dukungan penghargaan

  Dukungan penghargaan diberikan oleh keluarga dalam bentuk pemberian nasihat, bimbingan dan melihat bagaimana dampak yang diterima oleh anggota keluarga yang sedang sakit. Dukungan ini diberikan lewat ungkapan rasa hormat (penghargaan) dan citra diri anggoa keluarga yang dapat meningkatkan rasa percaya diri pada pasien. Dukungan penghargaan sangat dibutuhkan pasien dalam mengintensifkan perasaan sejahtera, orang yang hidup dalam lingkungan yang supportif kondisinya jauh lebih baik daripada mereka yang tidak memilikinya. Keluarga besar dan teman-teman dekat mendorong anggota keluarga untuk mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan pribadi secara bebas. Sehingga masalahnya akan diberi nasehat-nasehat dan bimbingan pribadi sesuai dengan nilai-nilai dan tradisi keluarga. Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya (Friedman, 1998).

2.3. Zat NAPZA

2.3.1. Pengertian

  NAPZA adalah singkatan dari narkotika psikotropka dan zat-zat adiktif yang dapat mempengaruhi rangsangan syaraf. Narkoba merupakan istilah yang sering dipakai untuk narkotika dan obat berbahaya. NAPZA adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang panjang (drug dependence).

  Menurut Witarsa (2006) narkoba merupakan sebutan bagi bahan yang tergolong narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Disamping lazim dinamakan narkoba, bahan-bahan serupa biasa juga disebut dengan nama lain, seperti NAZA (Narkotika, alkohol, dan Zat Adiktif lainnya) dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya).

  Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, zat yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

  Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1997, yang dimaksud dngan Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Sedangkan yang dimaksud dengan Bahan/Zat Adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol (Darmono, 2006).

2.3.2. Pengelompokan Zat Adiktif

  Kelompok zat adiktif adalah narkotika (zat atau obat yang berasal dari tanaman) atau bukan tanaman, baik sintetik maupun semisintetik, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Jenis zat adiktif yaitu : 1. Narkotika.

  Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan : a.

  Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh Narkotika golongan I terdiri dari 26 macam, antara lain opium mentah, candu, kokain, ganja, THC, dan heroin. b.

  Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin. Narkotika golongan

  II terdiri dari 87 macam, contohnya morfin dan opium,dan Petidin.

  c.

  Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.. Narkotika golongan III terdiri dari 14 macam, contohnya etil morfin dan kodein.

2. Psikotropika

  Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan :

  1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi. Zat psikotropika golongan I terdiri dari 26 macam

  2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine. Zat psikotropika golongan II terdiri dari 14 macam.

  3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital. . Zat psikotropika golongan III terdiri dari 9 macam.

  4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DU). . Zat psikotropika golongan IV terdiri dari 60 macam.Jenis-jenis psikotropika: a.

  Psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan potensi ketergantungan yang sangat kuat. Contoh : LSD,MDMA, dan mascalin.

  b. Psikotropika yang berkhasiat tetapi dapat menimbulkan ketergantungan seperti Amfetamin.

  c. Psikotropika dari kelompok hipnotik sedative, seperti Barbiturat. Efek ketergantungan sedang.Psikotropika yang efek ketergantungannya ringan,seperti Diazepam,Nitrazepam.

  3. Zat Adiktif Lainnya Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi (Hawari, 2001): a.

  Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol : a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).

  b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )

  c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 %

  b. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.

  c. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.

  2.3.3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Zat NAPZA

  Penyalahgunaan NAPZA terjadi oleh adanya interaksi berbagai faktor, yakni faktor predisposisi, kontribusi, dan pencetus. Faktor predisposisi adalah faktor yang membuat individu cenderung menyalahgunakan NAPZA, yang tergolong faktor ini antara lain gangguan kepribadian antisosial, kecemasan, dan depresi. Sedangkan yang tergolong cukup dominan sebagai faktor kontribusi dalam terjadinya penyalahgunaan NAPZA adalah faktor keluarga, baik kondisi keluarga, keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, maupun hubungan interpersonal dalam keluarga tersebut. Kondisi keluarga yang mengalami gangguan/disfungsi merupakan faktor potensial dalam mendorong terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Anak-anak yang bertumbuh dan berkembang dalam keluarga yang mengalami disfungsi memiliki peluang 7,9 kali untuk terjerumus dalam penyalahgunaan NAPZA. Sementara itu faktor pencetus adalah faktor yang mendorong sehingga penyalahgunaan NAPZA terjadi, dan yang tergolong dominan dalam hal ini adalah pengaruh teman kelompok sebaya (Hawari,2001).

   Metadon 2.4.

  2.4.1. Defenisi

  Metadon adalah opiat (narkotik) sintetis yang kuat seperti heroin (putaw) atau morfin, tetapi tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat. Metadon biasanya disediakan pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

  Metadon bukan penyembuh untuk ketergantungan opiat: selama memakai metadon, penggunanya tetap tergantung pada opiat secara fisik. Tetapi metadon menawarkan kesempatan pada penggunanya untuk mengubah hidupnya menjadi lebih stabil dan mengurangi risiko penggunaan narkoba suntikan, dan juga mengurangi kejahatan yang terkait dengan kecanduan. Dan karena diminum, penggunaan metadon mengurangi penggunaan jarum suntik bergantian.

2.4.2.Terapi metadon

  Program metadon sering mempunyai dua tujuan pilihan. Tujuan pertama adalah untuk membantu pengguna berhenti memakai heroin (detoksifikasi), diganti dengan takaran metadon yang dikurangi tahap-demi-tahap selama jangka waktu tertentu. Tujuan kedua adalah untuk menyediakan terapi rumatan (pemeliharaan), yang memberikan metadon secara terus-menerus dengan dosis yang disesuaikan agar pengguna tidak mengalami gejala putus zat (sakaw).

  Terapi substitusi yang mengantikan narkotika jenis heroin yang menggunakan jarum suntik, menjadi metadon yang berbentuk cair yang pemakaiannya dilakukan dengan cara diminum (BNN, 2006). Menurut buku saku metadon, penggunaan metadon bertujuan untuk mengurangi penggunaan narkoba yang disuntikan, sehingga jumlah penyebaran HIV/AIDS dapat berkurang, selain itu metadon juga dapat meningkatkan fungsi psikologis dan sosial, mengurangi risiko kematian dini, mengurangi tindak kriminal karena tingkat kecanduan yang dapat menyebabkan seorang pengguna menghalalkan berbagai macam cara untuk mendapatkan narkoba misalnya dengan mencuri atau merampok dapat di tekan, selain itu metadon juga betujuan untuk mengurangi dampak buruk akibat penyalahgunaan narkoba itu sendiri (Preston,2006).

2.4.3. Manfaat Terapi Metadon

   Menurut beberapa orang yang telah menjalani program terapi rumatan, bila

  sudah memakai Metadon, keinginan memakai putaw jadi berkurang. Kalau dipaksa tetap memakai putauw, malah menjadi hambar, karena ada sistem blocking yang membuat reaksi putaw tak terjadi.

  Berbagai macam manfaat dari metadon diantaranya metadon dapat mengembalikan kehidupan pengguna sehingga mendekati kehidupan normal, pasien yang menggunakan metadon dapat selalu terjangkau oleh petugas karenapemakaian metadon yang digunakan secara oral atau diminum langsung didepan petugas, pasien berhenti/mengurangi menggunakan heroin, pasien berhenti/mengurangi menggunakan jarum suntik sehingga penyebaran HIV/AIDS dapat berkurang, kesehatan fisik dan status gizi meningkat karena pola hidup yang teratur, metadon dapat membuat hubungan antara pasien dan keluarga menjadi lebih baik dan stabil, masa kerja dari metadon lebih panjang dibandingkan heroin atau putaw, harga dari metadon tidak mahal atau murah dibandingkan dengan heroin dan putaw, metadon bersifat legal sehingga pasien tidak merasa takut tertangkap oleh polisi, dan metadon juga dapat diikuti dan disertai konseling, perawatan medis, dan pertolongan lain (Preston, 2006).

  2.4.4. Efek Metadon

  Efek metadon terhadap setiap orang berbeda-beda, namun ada efek lain yaitu: 1.

  Efek terhadap obat yang akan menyebabkan perubahan ”mood” yang tidak begitu kuat, tetapi masa kerjanya lebih panjang dibandingkan heroin, dapat mengontrol emosi, metadon juga dapat menyebabkan mengantuk/tidur, dapat juga menyebabkan mual/muntah, pernafasan terlalu kerap dan dalam, reflex batuk berkurang dan metadon dapat mengurangi segala bentuk sakit fisik.

  2. Efek metadon terhadap sistem otonom dapat menyebabkan pupil mata mengecil, konstipasi (buang air besar jarang), mata, hidung dan mulut kering dan dapat membuat kesulitan dalam mengeluarkan kencing.

  3. Metadon juga menyebabkan pelepasan histamin (suatu zat kimia) yang biasanya dikeluarkan pada saat terjadinya alergi, yang akan menimbulka produksi keringat meningkat, kulit merah-merah, tubuh terasa gatal, dan penyempitan jalan udara pernafasan.

  4. Efek lain dari metadon juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan frekuensi atau tidak adanya menstruasi, penurunan rangsangan seksual, penurunan tenaga (lesu), rasa berat pada tangan dan kaki dan keinginan untuk memakan makanan yang manis-manis (Preston, 2006).

  2.4.5. Pelayanan Metadon

  Pelayanan metadon memiliki prosedur yang harus diikuti oleh seluruh pengguna metadon. Prosedur itu antara lain :

  1. Pendaftaran Pasien, dimana petugas administrasi menerima pembayaran retribusi kemudian memberikan karcis retribusi dan mencatat dibuku penerimaan retribusi, setelah itu petugas mencatat data pasien distatus pasien lalu mencatat kembali ke buku register dan membuat kartu status pasien.

2. Pencatatan identitas, dimana pekerja sosial/ perawat melakukan pencatatan lengkap identitas pasien pada status pasien.

  3. Penilaian Klinis yang dilakukan oleh dokter dengan membuat rencana terapi dan menerangkan keadaan pasien kemudian memberikan resep metadon dan obat lain bila diperlukan, dokter mencatat setiap rencana pemberian metadon dan teraapi lainnya ke status pasien dan dokter berhak memberikan Take

  Home Dose dengan persyaratan yang berlaku. Adapun penilaian yang

  dilakukan oleh perawat dengan memberikan KIE kepada pasien baru dan membuat tagihan pembayaran metadon, dan yang dilakukan oleh pasien adalah menyerahkan fotocopy KTP dan pas photo 3x4 sebanyak 1 lembar.

  4. Pembayaran metadon yang dilakukan oleh petugas kasir adalah menerima pembayaran metadon dari pasien dan memberikan bukti pembayaran kepada pasien.

  5. Pemberian metadon yang dilakukan oleh petugas farmasi dengan menerima bukti pembayaran metadon kemudian petugas menyiapkan, memberikan dan menyaksikan pasien minum metadon, kemudian petugas mencatat pemberian metadon dan menandatangani bukti pemberian metadon. Dan yang dilakukan oleh perawat adalah menanyakan keluhan pasien sebelum minum metadon, menyaksikan dan memastikan pasien minum metadon, kemudian mencatat pemberian metadon dan mengingatkan pasien untuk datang kembali sesuai jadwal. Pada pemberian metadon yang dilakukan oleh pasien adalah minum metadon didepan petugas dan menandatangani bukti pemberian metadon.

2.4.6. Dosis Metadon

  Dosis metadon berbeda-beda untuk setiap peserta karena adanya perbedaan metabolisme, berat badan, dan toleransi terhadap opiat. Dibutuhkan beberapa waktu untuk menentukan dosis yang tepat untuk setiap orang. Jika ia menunjukkan tanda- tanda atau gejala putus obat, dosis harus ditingkatkan.

  Banyak program memulai dengan dosis 20 mg metadon dan meningkatkan dosis5-10 mg per hari sesuai dengan kemampuan tubuh peserta mengimbangi kadar dosis. Biasanya peserta akan bertahan dalam terapi dan membatasi (atau menghentikan) penggunaan narkoba jika dosis metadon sedang hingga tinggi (60- 100 mg). Dosis harus ditingkatkan secara hati-hati dan perlahan sampai peserta hanya merasakan gejala putus zat yang paling ringan dan tidak terbius oleh dosis.

  Pengurangan dosis atas permintaan peserta. Idealnya, pada saat ini kehidupan peserta telah lebih stabil (tidak lagi memakai narkoba dan telah mempunyai pekerjaan dan kehidupan diluar lingkungan/suasana narkoba). Jika peserta menunjukkan masalah fisik atau psikologis yang jelas mungkin lebih baik menghentikan pengurangan dosis sampai beberapa minggu sampai peserta merasa lebih nyaman dan yakin terhadap pengurangan tersebut. Jika pengurangan tetap dilakukan saat peserta mengahadapi masalah, peserta hampir selalu kembali memakai narkoba. Kecepatan pengurangan dosis metadon yang dianjurkan: Tinggi: lebih dari 80 mg, 5-20 mg per minggu/dua minggu Sedang: 40-80 mg, 2.5-5 mg per minggu/dua minggu Rendah: dibawah 40 mg, 1-2.5 mg per minggu/dua minggu.

  Metabolisme metadon dalam tubuh bervariasi dan sangat individual. Obat yang dapat meningkatkan level metadon, SSRI terutama fluvoxamine, ketoconazole, ARV HIV jenis saquinavir, nelfinavir. Pada keadaan ini dosis awal 20mg. Sedangkan obat yang menurunkan level metadon adalah antikejang, Rifampisisn, ARV HIV jenis nevirapin dan efavirenz. Pada keadaan ini dimulai dengan dosis 30mg (Depkes, 2007).

Dokumen yang terkait

Dukungan Keluarga Dalam Pengobatan Pasien Rumatan Metadon di rsup h. Adam Malik Medan

2 42 82

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan Penderita Dan Keluarga Penderita Tentang Kanker Payudara Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Self Care 2.1.1. Definisi Self Care - Aktivitas Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Gambaran Dukungan Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vaginosis Bakterial 2.1.1. Definisi - Profil Skor Nugent Berdasarkan Pewarnaan Gram pada Pasien Vaginosis Bakterial di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Dukungan Keluarga 1.1 Definisi Keluarga - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Konsep Dukungan Sosial Keluarga 1.1. Defenisi Dukungan Sosial - Hubungan Dukungan Sosial keluarga dengan Stres pada Pasien Stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Dukungan Keluarga 2.1.1 Pengertian Dukungan Keluarga - Hubungan Dukungan Keluarga dan Depresi dengan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS di RSUP.H. Adam Malik Medan Tahun 2014

0 0 29

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stroke 2.1.1. Definisi Stroke - Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga terhadap Kejadian Stroke Berulang di RSUD dr. Pirngadi Medan

0 0 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga 2.1.1. Definisi Keluarga - Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Anggota Keluarganya yang Mengalami Gangguan Jiwa di RSJD Propinsi SUMUT Medan Tahun 2014

0 0 16