Dukungan Keluarga Dalam Pengobatan Pasien Rumatan Metadon di rsup h. Adam Malik Medan
DUKUNGAN KELUARGA DALAM PENGOBATAN PASIEN RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI
Oleh:
EUNIKE OKTARIANA DEPARI 091101005
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan hanya kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Dukungan Keluarga dalam Pengobatan Pasien Rumatan Metadon di
RSUP Haji Adam Malik Medan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi
penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai
Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan
Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Bapak dr. Lukmanul Hakim Nasution, SpKK sebagai Direktur RSUP H.
(3)
4. Terima kasih kepada pihak RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah
memberikan izin dan membantu dalam proses pengambilan data pada saat
penelitian
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, sebagai dosen pembimbing
skripsi penulis yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan dan
bimbingan serta kritik yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini
6. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I dan Ibu Siti
Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku dosen penguji II dalam sidang skripsi ini.
7. Ibu Wardiah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep yang telah bersedia memvalidasi
instrumen penelitian.
8. Terima kasih kepada Ayahanda Syamsuddin Sembiring, dan Ibunda Erni Br
purba tercinta yang selalu mendoakan, menyayangiku, dan memberikan
dukungan baik moril maupun materil, serta senantiasa memberikan yang
terbaik untukku. Terimakasih juga kuucapkan untuk abangku David Hismanta
Depari yang telah memotivasiku dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Terima kasih kepada Suami tercinta Julius Bangun yang dengan segenap
kasih sayangnya telah memberikan motivasi yang besar bagi penulis baik
berupa moril maupun do’a restu yang selalu menguatkan penulis selama
(4)
10.Terima kasih buat sahabat- sahabatku ( nova, gege, del, trin, munthe, sui, titin,
tati) yang memberikan semangat dan doa serta yang selalu mendukungku
dalam menyelesaikan skripsi ini
11.Para responden yang telah bersedia berpartisipasi selama proses penelitian
berlangsung dan setiap anggota keluarga yang bersedia membantu dalam
memberikan informasi tentang pasien
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat
karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.
Medan, Juli 2013
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR SKEMA ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
ABSTRAK ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah... ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1. Tujuan Umum ... ` 7
1.3.2. Tujuan Khusus ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Keluarga ... 9
2.1.1. Definisi Keluarga ... 9
2.2. Dukungan Keluarga ... 11
2.2.2. Jenis- jenis Dukungan ... 15
2.3. Zat Napza ... 17
2.3.1. Defenisi ... 17
2.3.2. Pengelompokan Zat Adiktif ……… 19
2.3.3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Zat NAPZA … 22 2.4. Metadon ... 23
(6)
2.4.2. Terapi Metadon ... 23
2.4.3. Manfaat Terapi Metadoon ... 24
2.4.4. Efek Metadon ... 25
2.4.5. Pelayanan Metadon ... 26
2.4.6. Dosis Metadon ... 27
BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 29
3.1.Kerangka Konsep ... 29
3.2. Defenisi Operasional ... 30
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 32
4.1 Desain Penelitian -………... 32
4.2 Lokasi Penelitian dan waktu penelitian .………. 32
4.3 Populasi, sampel penelitian dan teknik sampling………. 32
4.3.1 Populasi-……….. 32
4.3.2 Sampel………. 33
4.4 Pertimbangan etik penelitian……… 33
4.5 Instrumen penelitian, pengukuran reabilitas, Validitas dan rencana pengumpulan data 4.5.1 Instrument Penelitian………. 34
4.5.2 Validitas Instrumen……….. 35
4.5.3 Reabilitas Instrumen………. 35
4.5.4 Rencana Pengumpulan Data……….. 36
4.6. Aspek Penilaian ... 37
4.6.1 Aspek Pengukuran ... 37
(7)
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil penelitian……… 36
5.1.Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional………. 36
5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Informatif……… 37
5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Penghargaan……… 37
5.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental……… 38
5.2 Pembahasan 5.2.1 Dukungan Emosional Keluarga Pasien Rumatan Metadon Di RSUP H. Adam Malik………... 39
5.2.2 Dukungan Informatif Keluarga Pasien Rumatan Metadon Di RSUP H. Adam Malik……….. 40
5.2.3 Dukungan Penghargaan Keluarga Pasien Rumatan Metadon Di RSUP H. Adam Malik……… 41
5.2.4 Dukungan Instrumental Keluarga Pasien Rumatan Metadon Di RSUP H. Adam Malik………. 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……….. 44
6.2 Saran ………... 45
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Lembar persetujuan Data Demografi Kuesioner Penelitian Jadwal penelitian
(8)
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Kerangka penelitian Dukungan Keluarga dalam Pengobatan Pasien Rumatan Metadon ………. 29
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Definisi Operasional Dukungan Keluarga dalam Pengobatan Pasien
Rumatan Metadon………. 30 Tabel 5.1 Distribusi Dukungan Emosional Keluarga pada Pasien Terapi Rumatan
Metadon………. 36
Tabel 5.2 Distribusi Dukungan Informatif Keluarga Pada Pasien Terapi Rumatan Metadon……….. 37
Tabel 5.3 Distribusi Dukungan Penghargaan Keluarga Pada Pasien Terapi Rumatan Metadon……… 37 Tabel 5.4 Distribusi Dukungan Instrumental Keluarga Pada Pasien Terapi Rumatan
(10)
Judul : Dukungan Keluarga Dalam Pengobatan Pasien Terapi Rumatan Metadon di RSUP H. Adam Malik Medan
Nama : Eunike Oktariana Depari
NIM : 091101005
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2013
ABSTRAK
Keluarga adalah himpunan beberapa orang yang terikat karena hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan anak dan hidup bersama dalam jangka waktu yang panjang. Peran keluarga sangat diperlukan dalam upaya pencapaian tingkat kesembuhan pasien dan terapi rumatan metadon. Dukungan keluarga dalam proses penyembuhan berupa dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan dan dukungan instrumental. Pada pasien yang menjalani terapi dalam waktu lama seperti pasien yang menjalani terapi rumatan metadon sangat membutuhkan dukungan keluarga yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dukungan keluarga pasien yang menjalani terapi rumatan metadon di RSUP H. Adam Malik Medan yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan dan dukungan instrumentalia, Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif. Sampel berjumlah 30 orang dan teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional keluarga mayoritas cukup yaitu 16 orang (53,3%) dukungan informatif keluarga mayoritas cukup yaitu 19 orang (63,3%), dukungan penghargaan keluarga mayoritas baik yaitu 16 orang (60%) dukungan instrumentalia keluarga mayoritas baik yaitu 14 orang (46,6%). Direkomendasikan bagi praktek keperawatan melibatkan keluarga dalam menunjang perawatan pasien dan bagi keluarga diharapkan lebih memperhatikan keluarganya dengan cara memberi dukungan yang lebih kuat agar pasien lebih termotivasi dalam menjalankan proses penyembuhan.
Kata kunci : Dukungan Keluarga, dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan, dukungan instrumental
(11)
Judul : Dukungan Keluarga Dalam Pengobatan Pasien Terapi Rumatan Metadon di RSUP H. Adam Malik Medan
Nama : Eunike Oktariana Depari
NIM : 091101005
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2013
ABSTRAK
Keluarga adalah himpunan beberapa orang yang terikat karena hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan anak dan hidup bersama dalam jangka waktu yang panjang. Peran keluarga sangat diperlukan dalam upaya pencapaian tingkat kesembuhan pasien dan terapi rumatan metadon. Dukungan keluarga dalam proses penyembuhan berupa dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan dan dukungan instrumental. Pada pasien yang menjalani terapi dalam waktu lama seperti pasien yang menjalani terapi rumatan metadon sangat membutuhkan dukungan keluarga yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dukungan keluarga pasien yang menjalani terapi rumatan metadon di RSUP H. Adam Malik Medan yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan dan dukungan instrumentalia, Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif. Sampel berjumlah 30 orang dan teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional keluarga mayoritas cukup yaitu 16 orang (53,3%) dukungan informatif keluarga mayoritas cukup yaitu 19 orang (63,3%), dukungan penghargaan keluarga mayoritas baik yaitu 16 orang (60%) dukungan instrumentalia keluarga mayoritas baik yaitu 14 orang (46,6%). Direkomendasikan bagi praktek keperawatan melibatkan keluarga dalam menunjang perawatan pasien dan bagi keluarga diharapkan lebih memperhatikan keluarganya dengan cara memberi dukungan yang lebih kuat agar pasien lebih termotivasi dalam menjalankan proses penyembuhan.
Kata kunci : Dukungan Keluarga, dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan, dukungan instrumental
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terapi rumatan metadon adalah sebuah terapi dimana terdapat substitusi yang
mengantikan narkotika jenis heroin yang menggunakan jarum suntik yang berbentuk
cair yang pemakaiannya dilakukan dengan cara diminum (BNN, 2006). Pemberian
metadon tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat. Metadon biasanya disediakan
pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang
dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.
Metadon bukan penyembuh untuk ketergantungan opiat: selama memakai
metadon, penggunanya tetap tergantung pada opiat secara fisik. Tetapi metadon
menawarkan kesempatan pada penggunanya untuk mengubah hidupnya menjadi lebih
stabil dan mengurangi risiko penggunaan narkoba suntikan, dan juga mengurangi
kejahatan yang terkait dengan kecanduan. Dan karena diminum, penggunaan
metadon mengurangi penggunaan jarum suntik bergantian.
Program metadon sering mempunyai dua tujuan pilihan. Tujuan pertama
adalah untuk membantu pengguna berhenti memakai heroin (detoksifikasi), diganti
dengan takaran metadon yang dikurangi tahap-demi-tahap selama jangka waktu
(13)
yang memberikan metadon secara terus-menerus dengan dosis yang disesuaikan agar
pengguna tidak mengalami gejala putus zat (sakaw).
Menurut beberapa orang yang telah menjalani program terapi rumatan
metadon, bila sudah memakai Metadon, keinginan memakai putaw jadi berkurang.
Kalau dipaksa tetap memakai putauw, malah menjadi hambar, karena ada sistem
blocking yang membuat reaksi putaw tak terjadi (Preston, 2006).
Berdasarkan hasil uji coba Program Terapi Rumatan Metadon memberi
manfaat untuk perbaikan kualitas hidup dari segi fisik, psikologi, hubungan sosial dan
lingkungan, penurunan angka kriminalitas, penurunan depresi dan perbaikan kembali
ke aktivitas sebagai anggota masyarakat (Depkes, 2006).
Diketahui pengguna metadon adalah korban dari ketidaktahuan dan pengaruh
lingkungan yang tidak dapat ditoleransi oleh mental manusia. Diketahui bahwa
selama proses kehidupan yang dijalankan manusia kemungkinan akan terjadi
tekanan-tekanan hidup yang berat, sehingga dapat dipastikan angka prevalensi
gangguan jiwa berat meningkat hingga sembilan jiwa per 1.000 orang dan gangguan
jiwa ringan terjadi kurang lebih 250 jiwa per 1.000 orang. Mengantisipasi hal ini
sangat diperlukan perhatian dari seluruh kalangan dalam hal kesehatan jiwa. (Depkes
RI, 2006)
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah
(14)
menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap
diri sendiri dan orang lain. (Hawari, 2006).
Di Amerika penyakit ini menimpa kurang lebih 1% dari jumlah penduduk
yakni sekitar 2 juta orang Amerika menderita gangguan jiwa setiap tahun. Sedangkan
di Indonesia diperkirakan pada tahun 2010 terdapat 237,6 juta dengan asumsi angka 1
% dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 maka jumlah pasien di Indonesia
pada tahun 2012 ini sekitar berjumlah 2.377.600 orang (Januarti, 2008).
Bertambahnya penyandang masalah gangguan mental tidak hanya disebabkan
oeh karena tekanan mental yang dialaminya tetapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor
lain seperti pemakaian obat – obatan / zat napza. Pengguna NAPZA merupakan suatu
masalah yang memiliki dimensi yang cukup komplek, terkait dengan berbagai segi
kehidupan serta berdampak negatif, baik bagi pengguna, keluarga, masyarakat,
bahkan dapat pula membahayakan masa depan bangsa dan negara.
Aguswan (2005) mengatakan, berdasarkan hasil survey BNN bekerjasama
dengan Puslitkes UI, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada
tahun 2010 sebesar 1,99 persen atau sekitar 3,3 juta orang dari penduduk Indonesia
berumur 10-59 tahun. Pada tahun 2011, angka prevalensi tersebut meningkat menjadi
2,21 persen atau 3,8 juta orang. Dan pada tahun 2015, diproyeksikan akan meningkat
menjadi 2,8 persen atau 5,1-5,6 juta orang.
Pengguna narkoba di Indonesia pada 2011 berjumlah 5 juta orang. Kondisi itu
(15)
jumlah kasus narkoba yang terjadi pada 2010 mencapai 26.000 kasus, sementara itu
untuk 2011, kasus narkoba mencapai 29.000 kasus (Harzuki, 2008).
Sementara untuk Sumatera Utara, pada tahun 2011 jumlah penyalahgunaan
narkotika mencapai 2,2 persen dari 12 juta penduduk. Sedangkan berdasarkan data
kejahatan narkoba yang diungkapkan Polda Sumut dan jajarannya, tahun 2011 ada
2.718 kasus dan 3.736 tersangka. Sedangkan pada tahun 2012 terdapat 2.728 kasus
dan 3.514 tersangka.
Upaya untuk mencegah meningkatnya jumlah pecandu NAPZA sangat
diharapkan peran serta dari seluruh lapisan masyarakat khusunya keluarga. Peran
keluarga sangat diperlukan Peran keluarga juga disebutkan sebagai salah satu bentuk
dukungan terhadap pencapaian tingkat kesembuhan pasien dan terapi bagi pasien
khusus.
Dukungan keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya
perawatan pada anak. Oleh karena anak merupakan bagian dari keluarga, maka
perawat harus mampu mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau konstanta tetap
dalam kehidupan anak (Wong, Perry and Hockenberry, 2002).
Menurut Supartini (2004) dukungan keluarga pada anggota keluarga di rumah
sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi pasien maupun
keluarga. Lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress dan
(16)
tantangan-tantangan yang harus dihadapinya seperti mengatasi suatu perpisahan,
penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya, penyesuaian dengan banyak
orang yang mengurusinya, dan kerapkali harus berhubungan dan bergaul dengan
anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang
menyakitkan.Pendekatan-pendekatan melalui keikutsertaan seluruh anggota keluarga
maupun orang lain (significant figure) menjadi hal yang penting dalam mendukung keluarga yang menjadi pasien ketergantungan zat. Berikutnya menurut Collins dan
Allison (2003), salah satu dari metode yang paling efektif/manjur dalam mendukung
pasien dalam menjalani pengobatan adalah melalui orang lain yang berarti/signifikan,
seperti suami/istri, orang tua, saudara kandung, anak-anak, teman, pendeta, atasan,
dan lain sebagainya. Keluarga dapat seringkali menjadi kunci untuk memaksa pasien
agar berhenti menyangkal/menghindar, dan mulai dengan serius menangani masalah
ketergantungannya. Adanya gangguan dalam keluarga dapat menjadi salah satu
faktor yang berperan dalam mendorong seseorang untuk terlibat dalam
penyalahgunaan zat. telah membuktikan bahwa penyalahgun Pada mulanya
dikembangkan sebuah metode/intervensi untuk memobilisasi dan melatih para
anggota keluarga, teman, dan rekan-rekan untuk menghadapi para pecandu dengan
kepedulian-kepedulian mereka, agar dengan keras mendorong para pecandu tersebut
untuk memasuki perawatan, dan menjabarkan konsekuensi-konsekuensi (seperti
(17)
Hasil pre survey yang dilakukan peneliti pada bulan Januari 2013 di Poliklinik
program terapi rumatan meatdon (PTRM) RSUP H. Adam Malik menunjukkan
bahwa rata-rata pengunjung tidak ditemani keluarga dalam pengobatan. Pasien datang
sendiri dengan tidak didampingi keluarga. Ketika diwawancarai pada 4 orang pasien
yang menjalani rumatan metadon meyebutkan bahwa keluarga mereka enggan
mengantarkan mereka untuk melakukan terapi. Ketika ditanya lebih dalam tentang
alasannya para pasien hanya menyebutkan mungkin keluarga mereka marah dan malu
pada apa yang meyebabkan mereka sakit. Memang ditemui ada beberapa pasien
yang didampingi keluarga, tetapi itupun jumlahnya sangat kecil dan kondisi yang
dialami pasien memang pada tingkat gangguan yang lebih tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah kunjungan untuk kasus baru
ketergantungan opioid yang berobat di Poliklinik Program Terapi Rumatan Metadon
RSUP H. Adam Malik cenderung mengalami peningkatan. Pada awal Februari 2010
pasien baru sebanyak 128 orang dan setiap bulan bertambah rata rata 16 orang. Pada
bulan Februari 2011 pasien berjumlah 218 orang, namun demikian yang tetap aktif
mengikuti PTRM hanya sebanyak 109 orang. Dari semua pasien yang ada 35% drop out (DO) dalam 6 bulan pertama dan 53% DO dalam 12 bulan pertama.
Namun demikian, mengingat masih terbatasnya penelitian yang mencari
hubungan antara fungsi keluarga dengan kepatuhan berobat pada para pengguna
(18)
kepatuhan berobat pasien program terapi rumatan metadon di RSUP H. Adam Malik
medan hal inilah yang mendorong untuk dilakukannya penelitian ini.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut: bagaimana dukungan keluarga dalam
pengobatan pasien rumatan metadon di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui dukungan keluarga dalam pengobatan pasien rumatan metadon
di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dukungan emosional keluarga dalam pengobatan terapi rumatan
metadon di RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Mengetahui dukungan informatif keluarga dalam pengobatan terapi rumatan
metadon di RSUP H. Adam Malik Medan.
3. Mengetahui dukungan penghargaan keluarga dalam pengobatan terapi rumatan
metadon di RSUP H. Adam Malik Medan.
4. Mengetahui dukungan instrumentalia keluarga dalam pengobatan terapi rumatan
(19)
1.4. Manfaat Penelitian
1. Praktek Keperawatan:
Hasil penelitian diharapkan perawat dapat melibatkan/ mengikutsertakan
keluarga dalam setiap perawatan pasien sehingga kepatuhan berobat berjalan
dengan baik.
2. Institusi Pendidikan Keperawatan:
Menambah data dan wacana adanya jenis disfungsi keluarga tertentu yang
berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien-pasien kergantungan opioid yang
berobat di Poliklinik RSUP H. Adam Malik Medan
3. Penelitian Keperawatan:
Dapat dijadikan data awal dan pembanding untuk penelitian sejenis diwaktu
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keluarga
2.1.1. Definisi keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang- orang yang tinggal bersama dalam satu
rumah yang dihubungkan satu ikatan perkawinan, hubungan darah atau tidak
memiliki hubungan darah yang bertujuan mempertahankan budaya yang umum dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota
keluarga (Friedman, 2003).
Menurut WHO, Keluarga adalah anggota rumah tangga saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
Setiadi ( 2004 ) menyebutkan keluarga adalah unit terkecil dari satuan
masyarakat, tidak aka nada masyarakat jika tidak ada keluarga, dengan kata lain
masyarakat merupakan sekumpulan keluarga-keluarga. Hal ini bisa diartikan baik
buruknya suatu masyarakat tergantung pada baik buruknya masyarakat kecil itu
sendiri(keluarga).
Pengertian lain menjelaskan bahwakeluarga adalah suatu ikatan persekutuan
hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis, seorang
(21)
anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tanggl (Suprajitno,
2004).
Keluarga dari kaca mata ini begitu urgen, karena menjadi tempat untuk
berbagi tradisi, keyakinan dan pengetahuan. Mulai dari cara makan hingga masalah
sosial, politik dan budaya, semuanya bisa terbentuk dalam keluarga. Keluarga
menjadi media untuk memindahkan warisan budaya dan pengalaman dari generasi
lampau ke generasi baru. Dari sini, keluarga merupakan elemen yang berpengaruh
bagi kehidupan sosial manusia. Menurut para pakar sosiologi, keluarga adalah
himpunan beberapa orang yang terikat karena hubungan darah, perkawinan atau
pengangkatan anak dan hidup bersama dalam jangka waktu yang panjang dan tidak
ditentukan. Keluarga merupakan tempat pertama lahirnya emosi kemanusiaan dan
tempat menjalin hubungan cinta dan kasih sayang yang terdalam antar anggotanya.
Keluarga terbentuk dari adanya sebuah pernikahan antar individu. Yaitu
penyatuan komitmen seorang laki-laki dan perempuan. Oleh dasar itulah mereka
berani melangkah kejenjang yang dinamakan dengan pernikahan untuk membentuk
sebuah keluarga. Setelah menikah dan mengucapkan ikrar janji sumpah setia,
sepasang suami-istri memberanikan diri untuka menambah satu atau lebih anggota
keluarganya tesebut dengan memiliki seurang anak atau lebih. Karena mereka
beranggapan bahwa, keluarga membentuk yunit dasar dari masyarakat kita, maka
pengaruh sosial yang paling banyak memiliki efek-efek yang paling menonjol
(22)
kuat terhadap perkembangan seorang individu yang dapat menentukan
bergasil-tidaknya kehidupan individu tersebut. Bersamaan dengan itu pula, keluarga
mengadakan “penerimaan” baru bagi masyarakat, dan menyaipkan anak-anak untuk
menerima paran-peran dalam masyarakat.
Keluarga juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya.
Bagi pasanga suami dan istri atau anggota keluarga yang dewasa, keluarga berfungsi
menstabilisasikan kehidupan mereka, yaitu memenuhi kebutuhan kasih sayang,
sosio-ekonomi,dan kebutuhan seksual. Bagi anak-anak, keluarga memberikan perawatan
fisik dan perhatian emosional, dan seiring dengan itu, keluraga juga memberikan
pengarahan perkembangan kepribadian. Sitem kelurga merupakan konteks belajar
yang utama bagi suatu perilaku, pikiran dan perasaan dari seorang individu. Orang
tua merupakan “guru” yang utama, kaena orang tua menginterprestasiakan dunia dan
masyarakat bagi anak-anak.
2.2. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus
kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal, seperti
dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa
dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti. Dukungan keluarga membuat
keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya,
(23)
House dan Kahn dalam Friedman (2010) menerangkan bahwa keluarga memiliki
empat fungsi dukungan diantaranya:
1. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan..
Dukungan emosional keluarga merupakan bentuk atau jenis dukungan yang
diberikan keluarga berupa perhatian, kasih sayang dan empati. Menurut Friedman
(1998) dukungan emosional merupakan fungsi afektif keluarga yang mengalami
halusinasi. Fungsi afektif keluarga merupakan fungsi internal keluarga dalam
memenuhi kebutuhan psikososial anggota keluarga dengan saling mengasuh, cinta
kasih, kehangatan dan saling mendukung dan menghargai antar anggota keluarga.
Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat
memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat, mengurangi putus
asa, rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik
(penurunan kesehatan dan kelainan yang dialaminya). Pada klien halusinasi
deukungan emosional sangat diperlukan dan akan menjadi faktor sangat penting
untuk upaya perawatan dan pengobatan dalam mengontrol masalah halusinasi.
(24)
halusinasi yang mempengaruhi kesehatn fisik dan mental seseorang melalui
pengaruhnya terhadap pembentukan emosional.
2. Dukungan Informasi
Keluarga berfungsi sebagai sebuah pengumpul dan penyebar informasi.
Menjelaskan tentang pemberian saran dan sugesti, informasi yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan tentang suatu masalah. Manfaat dari
dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena
informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus
pada individu. Aspek aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran,
petunjuk dan pemberian informasi. Dukungan informasi merupakan suatu
dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam bentuk
memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan memberikan
informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan klien halusinasi dalam
upaya meningkatkan status kesehatannya. Menurut Friedman (1998)
dukungan informasi yang diberikan keluarga terhadap klien halusinasi
merupakan salah satu bentuk fungsi perawatan kesehatan keluarga dalam
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Bentuk fungsi perawatn kesehatan yang ditetapkan
keluarga terhadap klien halusinasi diantaranya adalah memperkenalkan
(25)
menjelaskan cara perawatan yang tepat pada klien halusinasi agar klien
termotivasi menjaga dan mengontrol kesehatannya.
3. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit
diantaranya: kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat dan terhindarnya pasien dari kelelahan.
Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan
penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun
meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan klien
halusinasi dalam menyampaikan perasaannya. Serta dukungan instrumental
keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998).
Fungsi ekonomi keluarga merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi semua
kebutuhan anggota keluarga termasuk kebutuhan kesehatan anggota keluarga,
sedangkan fungsi keperawatan kesehatan anggota keluarga merupakan fungsi
keluarga dalam mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
diantaranya adalah merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi dan
membawa anggota keluarga ke pelayanan untuk emmeriksakan kesehatannya
(Friedman, 1998).
4. Dukungan Penghargaan
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Terjadi lewat ungkapan rasa hormat (penghargaan) serta sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga,
(26)
diantaranya adalah memberikan penghargaan dan perhatian saat pasien menjalani rehabilitasi. Jadi dukungan keluarga terhadap pasien stroke baik fase akut maupun paska stroke sangat dibutuhkan untuk mencapai proses penyembuhan/ pemulihan. Support system (sistem dukungan). Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera, orang yang hidup dalam lingkungan yang supportif kondisinya jauh lebih baik daripada mereka yang tidak memilikinya. Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya (Friedman, 1998). Keluarga besar dan teman-teman dekat mendorong anggota keluarga untuk mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan pribadi secara bebas. Sehingga masalahnya akan diberi nasehat-nasehat dan bimbingan pribadi sesuai dengan nilai-nilai dan tradisi keluarga.
2.2.2. Jenis – Jenis Dukungan
Menurut Cobb & Jones yang dikutip dalam Niven (2009) dukungan
merupakan faktor penting dalam manajemen stress dan biasanya jenis dukungan yang
diterima dan diperlukan oleh individu tergantung pada keadaan yang penuh tekanan.
Menurut Cohen & McKay yang dikutip dalam Niven (2009) ada tiga jenis
mekanisme dukungan antara lain :
Dukungan Nyata. Meskipun sebenarnya setiap orang dengan sumber-sumber yang
(27)
nyata merupakan paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pemberian
dukungan nyata yang berakibat pada perasaan ketidakadekuatan dan berhutang, akan
benar-benar menambah stress individu.
a. Dukungan Pengharapan. Kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi
individu akan ancaman. Dukungan sosial menyangga orang-orang untuk
melawan stress dengan membantu mereka mendefinisikan kembali situasi
tersebut sebagai ancaman kecil. Pasien kanker umumnya tidak ingin
mendiskusikan penyakitnya karena cacad yang didapati pada kondisi tersebut
dan tidak mencari bantuan dari pasien kanker lain agar terhindar dari ucapan
umum bahwa mereka mengalami kanker.
b. Dukungan emosional. Jika stress mengurangi perasaan seseorang akan hal
dimiliki dan dicintai, dukungan emosional dapat menggantikannya atau
menguatkan perasaan-perasaan ini. Keluarga sebagai sebuah tempat yang
aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi yang meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap anggota keluarga pasien.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dankonkrit, diantaranya keteraturan menjalani terapi, kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan terhindarnya pasien dari kelelahan. Dukungan ini juga mencakup bantuan langsung, seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu,
(28)
modifikasilingkungan maupun menolong pekerjaan pada saat pasienmengalami stress.
d. Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan diberikan oleh keluarga dalam bentuk pemberian nasihat, bimbingan dan melihat bagaimana dampak yang diterima oleh anggota keluarga yang sedang sakit. Dukungan ini diberikan lewat ungkapan rasa hormat (penghargaan) dan citra diri anggoa keluarga yang dapat meningkatkan rasa percaya diri pada pasien. Dukungan penghargaan sangat dibutuhkan pasien dalam mengintensifkan perasaan sejahtera, orang yang hidup dalam lingkungan yang supportif kondisinya jauh lebih baik daripada mereka yang tidak memilikinya. Keluarga besar dan teman-teman dekat mendorong anggota keluarga untuk mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan pribadi secara bebas. Sehingga masalahnya akan diberi nasehat-nasehat dan bimbingan pribadi sesuai dengan nilai-nilai dan tradisi keluarga. Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik. Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya (Friedman, 1998).
2.3. Zat NAPZA 2.3.1. Pengertian
NAPZA adalah singkatan dari narkotika psikotropka dan zat-zat adiktif yang
(29)
dipakai untuk narkotika dan obat berbahaya. NAPZA adalah istilah untuk zat-zat
yang pemakaiannya dapat menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan
ketergantungan psikologis yang panjang (drug dependence).
Menurut Witarsa (2006) narkoba merupakan sebutan bagi bahan yang
tergolong narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Disamping lazim
dinamakan narkoba, bahan-bahan serupa biasa juga disebut dengan nama lain, seperti
NAZA (Narkotika, alkohol, dan Zat Adiktif lainnya) dan NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya).
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, zat
yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1997, yang dimaksud dngan
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Sedangkan yang
dimaksud dengan Bahan/Zat Adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau
psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Minuman
beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil
(30)
fermentasi tanpa destilasi, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat
dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol
(Darmono, 2006).
2.3.2. Pengelompokan Zat Adiktif
Kelompok zat adiktif adalah narkotika (zat atau obat yang berasal dari
tanaman) atau bukan tanaman, baik sintetik maupun semisintetik, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai
menghilangkan rasa sakit, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Jenis zat adiktif
yaitu :
1. Narkotika.
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
terdiri dari 3 golongan :
a. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh
Narkotika golongan I terdiri dari 26 macam, antara lain opium mentah, candu,
(31)
b. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin. Narkotika golongan
II terdiri dari 87 macam, contohnya morfin dan opium,dan Petidin.
c. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.. Narkotika golongan III terdiri
dari 14 macam, contohnya etil morfin dan kodein.
2. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi. Zat psikotropika
golongan I terdiri dari 26 macam
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
(32)
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine. Zat
psikotropika golongan II terdiri dari 14 macam.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Phenobarbital. . Zat psikotropika golongan III terdiri dari 9 macam.
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Diazepam, Nitrazepam ( BK, DU). . Zat psikotropika golongan IV terdiri dari
60 macam.Jenis-jenis psikotropika:
a. Psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan potensi
ketergantungan yang sangat kuat. Contoh : LSD,MDMA, dan mascalin.
b. Psikotropika yang berkhasiat tetapi dapat menimbulkan ketergantungan
seperti Amfetamin.
c. Psikotropika dari kelompok hipnotik sedative, seperti Barbiturat. Efek
ketergantungan sedang.Psikotropika yang efek ketergantungannya
(33)
3. Zat Adiktif Lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi (Hawari, 2001):
a. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari –
hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau
Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada
3 golongan minuman beralkohol :
a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )
c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 %
b. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem,
Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
c. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat.Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
(34)
2.3.3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Zat NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA terjadi oleh adanya interaksi berbagai faktor, yakni
faktor predisposisi, kontribusi, dan pencetus. Faktor predisposisi adalah faktor yang
membuat individu cenderung menyalahgunakan NAPZA, yang tergolong faktor ini
antara lain gangguan kepribadian antisosial, kecemasan, dan depresi. Sedangkan yang
tergolong cukup dominan sebagai faktor kontribusi dalam terjadinya penyalahgunaan
NAPZA adalah faktor keluarga, baik kondisi keluarga, keutuhan keluarga, kesibukan
orang tua, maupun hubungan interpersonal dalam keluarga tersebut. Kondisi keluarga
yang mengalami gangguan/disfungsi merupakan faktor potensial dalam mendorong
terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Anak-anak yang bertumbuh dan berkembang
dalam keluarga yang mengalami disfungsi memiliki peluang 7,9 kali untuk
terjerumus dalam penyalahgunaan NAPZA. Sementara itu faktor pencetus adalah
faktor yang mendorong sehingga penyalahgunaan NAPZA terjadi, dan yang
tergolong dominan dalam hal ini adalah pengaruh teman kelompok sebaya
(Hawari,2001).
2.4. Metadon 2.4.1. Defenisi
Metadon adalah opiat (narkotik) sintetis yang kuat seperti heroin (putaw) atau
morfin, tetapi tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat. Metadon biasanya
disediakan pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin
(35)
Metadon bukan penyembuh untuk ketergantungan opiat: selama memakai
metadon, penggunanya tetap tergantung pada opiat secara fisik. Tetapi metadon
menawarkan kesempatan pada penggunanya untuk mengubah hidupnya menjadi lebih
stabil dan mengurangi risiko penggunaan narkoba suntikan, dan juga mengurangi
kejahatan yang terkait dengan kecanduan. Dan karena diminum, penggunaan
metadon mengurangi penggunaan jarum suntik bergantian.
2.4.2.Terapi metadon
Program metadon sering mempunyai dua tujuan pilihan. Tujuan pertama
adalah untuk membantu pengguna berhenti memakai heroin (detoksifikasi), diganti
dengan takaran metadon yang dikurangi tahap-demi-tahap selama jangka waktu
tertentu. Tujuan kedua adalah untuk menyediakan terapi rumatan (pemeliharaan),
yang memberikan metadon secara terus-menerus dengan dosis yang disesuaikan agar
pengguna tidak mengalami gejala putus zat (sakaw).
Terapi substitusi yang mengantikan narkotika jenis heroin yang menggunakan
jarum suntik, menjadi metadon yang berbentuk cair yang pemakaiannya dilakukan
dengan cara diminum (BNN, 2006). Menurut buku saku metadon, penggunaan
metadon bertujuan untuk mengurangi penggunaan narkoba yang disuntikan, sehingga
jumlah penyebaran HIV/AIDS dapat berkurang, selain itu metadon juga dapat
meningkatkan fungsi psikologis dan sosial, mengurangi risiko kematian dini,
mengurangi tindak kriminal karena tingkat kecanduan yang dapat menyebabkan
(36)
misalnya dengan mencuri atau merampok dapat di tekan, selain itu metadon juga
betujuan untuk mengurangi dampak buruk akibat penyalahgunaan narkoba itu sendiri
(Preston,2006).
2.4.3. Manfaat Terapi Metadon
Menurut beberapa orang yang telah menjalani program terapi rumatan, bila
sudah memakai Metadon, keinginan memakai putaw jadi berkurang. Kalau dipaksa
tetap memakai putauw, malah menjadi hambar, karena ada sistem blocking yang
membuat reaksi putaw tak terjadi.
Berbagai macam manfaat dari metadon diantaranya metadon dapat
mengembalikan kehidupan pengguna sehingga mendekati kehidupan normal, pasien
yang menggunakan metadon dapat selalu terjangkau oleh petugas karenapemakaian
metadon yang digunakan secara oral atau diminum langsung didepan petugas, pasien
berhenti/mengurangi menggunakan heroin, pasien berhenti/mengurangi
menggunakan jarum suntik sehingga penyebaran HIV/AIDS dapat berkurang,
kesehatan fisik dan status gizi meningkat karena pola hidup yang teratur, metadon
dapat membuat hubungan antara pasien dan keluarga menjadi lebih baik dan stabil,
masa kerja dari metadon lebih panjang dibandingkan heroin
atau putaw, harga dari metadon tidak mahal atau murah dibandingkan dengan heroin
dan putaw, metadon bersifat legal sehingga pasien tidak merasa takut tertangkap oleh
polisi, dan metadon juga dapat diikuti dan disertai konseling, perawatan medis, dan
(37)
2.4.4. Efek Metadon
Efek metadon terhadap setiap orang berbeda-beda, namun ada efek lain yaitu:
1. Efek terhadap obat yang akan menyebabkan perubahan ”mood” yang tidak begitu kuat, tetapi masa kerjanya lebih panjang dibandingkan heroin, dapat
mengontrol emosi, metadon juga dapat menyebabkan mengantuk/tidur, dapat
juga menyebabkan mual/muntah, pernafasan terlalu kerap dan dalam, reflex
batuk berkurang dan metadon dapat mengurangi segala bentuk sakit fisik.
2. Efek metadon terhadap sistem otonom dapat menyebabkan pupil mata
mengecil, konstipasi (buang air besar jarang), mata, hidung dan mulut kering
dan dapat membuat kesulitan dalam mengeluarkan kencing.
3. Metadon juga menyebabkan pelepasan histamin (suatu zat kimia) yang
biasanya dikeluarkan pada saat terjadinya alergi, yang akan menimbulka
produksi keringat meningkat, kulit merah-merah, tubuh terasa gatal, dan
penyempitan jalan udara pernafasan.
4. Efek lain dari metadon juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan
frekuensi atau tidak adanya menstruasi, penurunan rangsangan seksual,
penurunan tenaga (lesu), rasa berat pada tangan dan kaki dan keinginan untuk
memakan makanan yang manis-manis (Preston, 2006).
2.4.5. Pelayanan Metadon
Pelayanan metadon memiliki prosedur yang harus diikuti oleh seluruh
(38)
1. Pendaftaran Pasien, dimana petugas administrasi menerima pembayaran
retribusi kemudian memberikan karcis retribusi dan mencatat dibuku
penerimaan retribusi, setelah itu petugas mencatat data pasien distatus pasien
lalu mencatat kembali ke buku register dan membuat kartu status pasien.
2. Pencatatan identitas, dimana pekerja sosial/ perawat melakukan pencatatan
lengkap identitas pasien pada status pasien.
3. Penilaian Klinis yang dilakukan oleh dokter dengan membuat rencana terapi
dan menerangkan keadaan pasien kemudian memberikan resep metadon dan
obat lain bila diperlukan, dokter mencatat setiap rencana pemberian metadon
dan teraapi lainnya ke status pasien dan dokter berhak memberikan Take Home Dose dengan persyaratan yang berlaku. Adapun penilaian yang dilakukan oleh perawat dengan memberikan KIE kepada pasien baru dan
membuat tagihan pembayaran metadon, dan yang dilakukan oleh pasien
adalah menyerahkan fotocopy KTP dan pas photo 3x4 sebanyak 1 lembar. 4. Pembayaran metadon yang dilakukan oleh petugas kasir adalah menerima
pembayaran metadon dari pasien dan memberikan bukti pembayaran kepada
pasien.
5. Pemberian metadon yang dilakukan oleh petugas farmasi dengan menerima
bukti pembayaran metadon kemudian petugas menyiapkan, memberikan dan
menyaksikan pasien minum metadon, kemudian petugas mencatat pemberian
(39)
oleh perawat adalah menanyakan keluhan pasien sebelum minum metadon,
menyaksikan dan memastikan pasien minum metadon, kemudian mencatat
pemberian metadon dan mengingatkan pasien untuk datang kembali sesuai
jadwal. Pada pemberian metadon yang dilakukan oleh pasien adalah minum
metadon didepan petugas dan menandatangani bukti pemberian metadon.
2.4.6. Dosis Metadon
Dosis metadon berbeda-beda untuk setiap peserta karena adanya perbedaan
metabolisme, berat badan, dan toleransi terhadap opiat. Dibutuhkan beberapa waktu
untuk menentukan dosis yang tepat untuk setiap orang. Jika ia menunjukkan
tanda-tanda atau gejala putus obat, dosis harus ditingkatkan.
Banyak program memulai dengan dosis 20 mg metadon dan meningkatkan
dosis5-10 mg per hari sesuai dengan kemampuan tubuh peserta mengimbangi kadar
dosis. Biasanya peserta akan bertahan dalam terapi dan membatasi (atau
menghentikan) penggunaan narkoba jika dosis metadon sedang hingga tinggi (60-
100 mg). Dosis harus ditingkatkan secara hati-hati dan perlahan sampai peserta hanya
merasakan gejala putus zat yang paling ringan dan tidak terbius oleh dosis.
Pengurangan dosis atas permintaan peserta. Idealnya, pada saat ini kehidupan peserta
telah lebih stabil (tidak lagi memakai narkoba dan telah mempunyai pekerjaan dan
kehidupan diluar lingkungan/suasana narkoba). Jika peserta menunjukkan masalah
fisik atau psikologis yang jelas mungkin lebih baik menghentikan pengurangan dosis
(40)
pengurangan tersebut. Jika pengurangan tetap dilakukan saat peserta mengahadapi
masalah, peserta hampir selalu kembali memakai narkoba. Kecepatan pengurangan
dosis metadon yang dianjurkan: Tinggi: lebih dari 80 mg, 5-20 mg per minggu/dua
minggu Sedang: 40-80 mg, 2.5-5 mg per minggu/dua minggu Rendah: dibawah 40
mg, 1-2.5 mg per minggu/dua minggu.
Metabolisme metadon dalam tubuh bervariasi dan sangat individual. Obat
yang dapat meningkatkan level metadon, SSRI terutama fluvoxamine, ketoconazole, ARV HIV jenis saquinavir, nelfinavir. Pada keadaan ini dosis awal 20mg. Sedangkan obat yang menurunkan level metadon adalah antikejang, Rifampisisn, ARV HIV jenis nevirapin dan efavirenz. Pada keadaan ini dimulai dengan dosis 30mg (Depkes, 2007).
(41)
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka Konsep dalam penelitian ini menjelaskan variable-variabel yang
akan diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan tujuan
penelitian dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Keterangan : = variabel yang diteliti
Skema 3.1 Kerangka penelitian dukungan keluarga dalam pengobatan pasien rumatan metadon
Gambaran Dukungan Keluarga:
1. Dukungan Emosional 2. Dukungan Informatif 3. Dukungan
Penghargaan 4. Dukungan
Instrumental
Dukungan: 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang
(42)
3.2. Defenisi Operasional
Berikut defenisi operasional masing-masing variabel:
Tabel 3.2. Defenisi operasional Variabel No Variabel Defenisi
Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur I. Variabel Independen
A. Dukungan Keluarga: Dorongan moril dan materil yang diberikan keluarga kepada pasien dalam proses pengobatan rumatan metadon.
1 Dukungan
Emosional
Keluarga merupakan
tempat yang aman dan damai untuk menumpahkan perasaan yang dirasakan pasien yang meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga yang menderita.
Kuesioner Baik : 4-5 Cukup : 2-3 Kurang : 0-1
Ordinal
2 Dukungan
Informatif Keluarga dapat memberi penjelasan informasi yang baik sehingga pasien dapat lebih tenang dalam menjalani
pengobatan rumatan metadon
Kuesioner Baik : 4-5 Cukup : 2-3 Kurang : 0-1
(43)
3 Dukungan Penghargaan
Keluarga dapat mengayomi dan memberi rasa hormat pada pasien
Kuesioner Baik : 4-5 Cukup : 2-3 Kurang : 0-1
Ordinal
4 Dukungan
Instrumental
Adanya dukungan
keluarga dalam bentuk nyata dan konkrit yang mencakup
bantuan seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu dan lainnya.
Kuesioner Baik : 4-5 Cukup : 2-3 Kurang : 0-1
Ordinal
Tabel 3.2 Definisi Operasional dukungan keluarga dalam pengobatan pasien rumatan metadon
(44)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang
bertujuan untuk mengetahui dukungan keluarga dalam pengobatan pasien rumatan
metadon pasien di RSUP H. Adam Malik Medan.
4.2. Tempat dan Waktu
Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Poliklinik Program Terapi Rumatan
Metadon RSUP H. Adam Malik Medan. Adapun alas an ppemilihan lokasi oleh
karena pelayanan Rumatan Metadon terpusat di RSUP H. Adam Malik sehingga
memudahkan peneliti untuk menemukan kasus dan jumlah responden yang
memenuhi syarat dalam penelitian ini. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni
2013 sampai dengan bulan Juli 2013.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah pasien Unit Rawat Jalan Program Terapi
Rumatan Metadon RSUP H. Adam Malik Medan, berdasarkan jumlah kunjungan
pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2013 diperoleh jumlah 126 orang, jadi
rata-rata jumlah kunjungan pasien setiap bulannya diperkirakan berjumlah ± 30
(45)
4.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi dimana teknik pengambilannya
dilakukan dengan cara accidental sampling (Arikunto, 2003). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara total
sampling.
4.4 Pertimbangan etik Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direktur Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik medan. Dalam penelitian ini ada beberapa
pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian
tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada
subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality)
Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan identitas subjek
3. Keadilan dan inklusivitas/ keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)
(46)
Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian
memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan
gender, agama, etnis, dan sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and benefits)
Penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya dan
berusaha meminimalkan dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh
karena itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling
tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian.
4.5. Instrumen Penelitian, Pengukuran Reabilitas, Validitas dan pengumpulan data
4.5.1. Instrument Penelitian
Pengukuran, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pemberian batas
kuantifikasi tertentu pada variabel sehingga dapat diketahui nilai atau besaran
variasinya (Pratiknya, 2003).
Instrumen penelitian dukungan keluarga menggunakan 2 instrumen yaitu:
data demografi yang terdiri dari: umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,
pendapatan, suku dan dukungan keluarga yang terdiri dari 20 buah pertanyaan
(47)
Seluruh pertanyaan dengan menggunakan jawaban yang menggunakan skala
Guttman yaitu: jika menjawab Ya= 1 dan jika menjawab Tidak = 0. Kategori
pengetahuan dibagi ke dalam 3( tiga) yaitu: 1) Baik, 2) Cukup dan 3) Kurang Baik.
4.5.2 Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuai instrument. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh
dosen keperawatan yang ahli dibidangnya.
4.5.3 Reliabilitas Instrumen
Kuesioner dukungan keluarga dibuat sendiri oleh peneliti dan disesuaikan
dengan tinjauan pustaka.
Menurut Azwar (2003), uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 orang yang
memiliki karakteristik dan criteria yang sama dengan responden penelitian. Uji
reabilitas dilakukan di RSU H. Adam Malik. Pada instrument penelitian ini, uji
reabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data dan setiap poin kuesioner diuji
dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, dengan hasil uji memiliki nilai reabilitas 0,70. Nilai reabilitas kuesioner dukungan emosional yaitu 0,840, nilai reabilitas
kuesioner dukungan informatif yaitu 0,731, dukungan penghargaan yaitu 0,995 dan
nilai reabilitas kuesioner dukungan instrumental yaitu 0,813, sehingga dapat
(48)
4.5.4 Pengumpulan Data
Data pengumpulan ini dilakukan di RSUP H.Adam Malik Medan. Pengumpulan
data dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari pihak Fakultas Keperawatan USU.
Rekomendasi dari: Fakultas Keperawatan USU di kirim ke RSUP H. Adam Malik
sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat izin dari institusi, peneliti
mengumpulkan data secara langsung. Peneliti menentukan responden berdasarkan
kriteria yang telah dilakukan di Poliklinik Rumatan Metadon RSUP H. Adam Malik
pada tanggal 12 Juli 2013. Kemudian peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian serta menanyakan kesediaan untuk menjadi responden atau
subjek dalam penelitian ini.
Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan. Kemudian peneliti memberikan kuesioner kepada responden dan
meminta untuk menjawabnya dengan cara men ceklist. Peneliti mendampingi
responden dalam mengisi kuesioner sehingga hal – hal yang tidak dimengerti
responden dapat segera dijelaskan dan juga untuk menghindari terjadinya kesalahan
dalam pengisian kuesioner. Setelah selesai peneliti mengumpulkan kembali
kuesioner. Pengolahan atau analisa data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
1. Editing:melakukan pemeriksaan atau pengecekan data yang sudah dikumpul. 2. Coding: memberi kode (angka/ tanda) pada setiap pernyataan/ pertanyaan dari
(49)
3. Entry: Pengelompokan data dan pembobotan atas nilai-nilai dari seluruh responden.
4. Tabulating: Memasukkan data kedalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah pengolahan dan analisa data.
5. Narasi: Data yang sudah ditabulasi akan diuraikan dalam bentuk deskripsi.
4.1.1. Analisa Data
Setelah data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan pengolahan data
melalui beberapa tahap. Pertama memeriksa kelengkapan identitas dan juga apakah
semua kuesioner telah terjawab atau diisi. Kemudian analisis data dengan
menggunakan analisis univariat dengan sistem komputerisasi.
Untuk data demografi dan dukungan keluarga akan ditampilkan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
(50)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian berikut ini akan membahas variabel dukungan emosional,
dukungan informatif, dukungan penghargaan, dukungan instrumental keluarga pasien
yang menjalani terapi rumatan metadon di RSUP H. Adam malik yang meliputi:
Karakteristik Keluarga, dukungan emosional, dukungan informational, dukungan
penghargaan dan dukungan instrumentalia.
5.1.1. Karakteristik Responden
Distribusi karakteristik responden dalam penelitian ini menggambarkan
variabel : umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, status perkawinan, pendapatan dan
jumlah keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ada pada kelompok umur 21-30
tahun yaitu 14 orang (46,7%). Jenis kelamin mayoritas pada jenis kelamin laki-laki
yaitu 25 orang (83,3%), pendidikan responden mayoritas pada kelompok pendidikan
SLTA yaitu 15 orang (50%). Status perkawinan responden mayoritas pada kelompok
sudah kawin yaitu 22 orang (73,3%). Pendapatan responden mayoritas pada
kelompok pendapatan Rp. 1,000.000,- - Rp. 2.000.000,-. Suku responden mayoritas
(51)
keluarga 2-4 orang yaitu 17 orang (56,7%). Berikut tabel distribusi frekuensi
karakteristik responden.
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Keluarga Yang Menjalani Terapi Rumatan Metadon Di RSUP H. Adam Malik Medan
No Karakteristik Responden Frekuensi %
1 Umur
< 20 Tahun 21-30 Tahun 31-40 Tahun 40 Tahun 3 14 9 4 10,0 46,7 30.0 13,3 2 Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan 25 5 83,3 16,7 3 Pendidikan
Tamat SD
Tamat SMP/SLTA Tamat D3 sampai PT
6 15 9 20,0 50,0 30,0 4 Status Perkawinan
Tidak Kawin Kawin Janda/ Duda 8 22 0 26,1 73,3 0,0 6 Suku
Melayu Batak Jawa Padang Lainnya 6 10 3 4 7 20,0 33,3 10,0 13,3 23,3 7 Jlh Keluarga
0-1 Orang 2-4 Orang >4 Orang 6 17 7 20,0 56,7 23,3
(52)
5.1.2. Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional
Distribusi frekuensi dukungan emosional di RSUP H. Adam Malik Medan
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.2
Distribusi Dukungan Emosional Keluarga Pada Pasien Terapi Rumatan Metadon di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013
No Dukungan Emosional Frekuensi %
1 Baik 12 40,0
2 Cukup 16 53,3
3 Kurang 2 6,7
Total 30 100
Berdasarkan distribusi frekuensi dukungan emosional pada pasien terapi
rumatan metadon di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat bahwa dukungan
instrumental yang diberikan keluarga mayoritas ada pada kategori dukungan cukup
yaitu sebanyak 16 orang (53,3%).
5.1.3. Distribusi Frekuensi Dukungan Informatif
Distribusi frekuensi dukungan informatif di RSUP H. Adam Malik Medan
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Dukungan Informatif Keluarga Pada Pasien Terapi Rumatan Metadon di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013
No Dukungan Informatif Frekuensi %
1 Baik 10 33,3
2 Cukup 19 63,3
3 Kurang 1 3,3
(53)
Berdasarkan distribusi frekuensi dukungan informatif pada pasien terapi
rumatan metadon di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat bahwa dukungan
instrumental yang diberikan keluarga mayoritas ada pada kategori dukungan cukup
yaitu sebanyak 19 orang (63,3%).
5.1.4. Distribusi Frekuensi Dukungan Penghargaan
Distribusi frekuensi dukungan penghargaan di RSUP H. Adam Malik Medan
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Dukungan Penghargaan Keluarga Pada Pasien Terapi Rumatan Metadon di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013
No Dukungan Dukungan Penghargaan
Frekuensi %
1 Baik 16 60,0
2 Cukup 14 40,0
3 Kurang 0 0
Total 30 100
Berdasarkan distribusi frekuensi dukungan penghargaan pada pasien terapi
rumatan metadon di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat bahwa dukungan
instrumental yang diberikan keluarga mayoritas ada pada kategori dukungan baik
yaitu sebanyak 16 orang (60%) dan tidak ditemukan dukungan penghargaan yang
kurang baik
5.1.5. Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental
Distribusi frekuensi dukungan instrumental di RSUP H. Adam Malik Medan
(54)
Tabel 5.5
Distribusi Dukungan Instrumental Keluarga Pada Pasien Terapi Rumatan Metadon di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013
No Dukungan Instrumental Frekuensi %
1 Baik 14 46,6
2 Cukup 11 36,7
3 Kurang 5 16,7
Total 30 100
Berdasarkan distribusi frekuensi dukungan instrumental pada pasien terapi
rumatan metadon di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat bahwa dukungan
instrumental yang diberikan keluarga mayoritas ada pada kategori dukungan baik
yaitu sebanyak 14 orang (46,6%).
5.2. Pembahasan
5.2.1. Dukungan Emosional Keluarga Pasien Rumatan Metadon Di RSUP H. Adam Malik.
Hasil penelitian menyangkut dukungan emosional pada pasien terapi rumatan
metadon di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat bahwa dukungan
instrumental yang diberikan keluarga mayoritas pada kategori cukup sebanyak 16
orang ( 53,3 %). Hasil ini memberikan gambaran bahwa keluarga sudah memberikan
dukungan secara emosional dan telah berusaha membantu keluarga yang sedang
menjalani terapi rumatan metadon untuk menjalani proses terapi untuk
(55)
membuat pasien merasakan ketenangan dan kenyamanan, membujuk pasien agar
tetap taat dan patuh selama menjalani terapi agar proses kesembuhan dapat dicapai
secara maksimal dan proses kesembuhan tidak tertunda.
Bentuk dukungan emosional lainnya yang diberikan pasien lainnya seperti
keluarga berusaha agar pasien tidak apatis dalam menjalani terapi yang begitu
panjang dan selalu menyatakan bahwa apa yang dialaminya merupakan sebuah
perjalanan hidup dan dapat melakukan perubahan jika pasien mau mengikuti seluruh
anjuran yang diberikan dokter dalam menjalani terapi. Keluarga berusaha
memberikan kasih saying yang penuh agar pasien merasa tidak terabaikan dan
disisihkan dari anggota keluarga.
Penelitian yang dilakukan oleh Barton dalam Hawari (2007)menunjukkan bahwa 50% dari pasien pengguna NAPZA yang menjalani program terapi dapat kembali produktif dan mampu menyesuaikan diri dan kembali di keluarga dan masyarakat oelh karena keluarga memberikan dukungan secara emosional pada keluarganya. Keberfungsian sosial pasien terapi metadon pasca perawatan juga dapat ditingkatkan melalui program intervensi keluarga. Intervensi keluarga perlu dilakukan secara terstruktur dan dikoordinasikan dalam model perawatan yang menyeluruh dan melibatkan dukungan emosional agar lebih efektif sehingga membantu pasien meraih penyesuaiansosial yang maksimal (Nevid, 2003).
Hal ini sejalan yang dinyatakan oleh pendapat ( Barbara, 2008) bahwa
(56)
serta membantu penguasaan terhadap emosi yang meliputi ungkapan empati,
kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga penderita.
Pendapat ini juga di dukung oleh Niven (2009) bahwa jika seorang pasien
yang menjalani terapi dalam jangka waktu yang lama akan memiliki tingkat stress
yang lebih tinggi sehingga ia memiliki perasaan kurang dimiliki dan dicintai oleh
keluarganya. Oleh sebab itu, dukungan emosional dapat menggantikannya atau
menguatkan perasaan-perasaan ini. Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi
yang meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga
penderita.
5.2.2. Dukungan Informatif Keluarga Pasien Rumatan Metadon Di RSUP H. Adam Malik.
Hasil penelitian menyangkut dukungan informatif pada pasien terapi rumatan
metadon di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat bahwa dukungan
instrumental yang diberikan keluarga mayoritas pada kategori cukup sebanyak 19
orang ( 63,3%). Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dalam memberi
dukungan untuk kesembuhan pasien, keluarga sudah memberikan informasi pada
pasien tentang rasa sakit yang diderita keluarganya. Keluarga dengan seksama
menerangkan tentang proses pengobatan yang yang tepat agar pasien dapat segera
(57)
berusaha meminta kepada dokter dan perawat untuk memberi penerangan tentang
bagimana proses perawatan pada pasien dan bagaimana bersikap kepada pasien agar
mereka dapat memberi informasi tentang terapi dan tingkat kesembuhan yang akan
diperoleh pasien. Bentuk dukungan informasi yang diberikan keluarga kepada pasien
juga berbentuk pemberian gambar-gambar pengguna NAPZA yang sedang menjalani
terapi dan bagaimana pasien dapat sembuh, pemberian informasi lewat media audio
visual agar pasien paham tentang terapi yang dijalaninya.
Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden
tamat SLTA. Tingkat pendidikan akan berdampak pada jenis pekerjaan yang bisa
dilakukan individu. Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui lansia yang
berpendidikan tinggi mempunyai dukungan keluarga yang lebih tinggi. Hal ini
diperkuat Rahayu (2008) yang menjelaskan bahwa kemampuan kognitif yang
membentuk cara berfikir seseorang termasuk faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakit dalam upaya menjaga kesehatan dirinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan
membuat semakin paham dan mengerti akan berbagai permasalahan yang dapat
mengganggu kualitas hidupnya dan bagaimana menanganinya baik dirinya sendiri
atau lingkungan sekitar.
Henniwati (dalam Handayani & Wahyuni 2012) yang mengatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan meningkatkan pula ilmu
pengetahuan, informasi yang didapat. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi
(58)
hidup akan meningkat. Hal tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan
kesuksesan dalam pengobatan
Hasil penelitian Kalimah (2007) mendukung penelitian ini dimana pasien
yang menjalani terapi sering megalami fungsi sosialnya dan akibat dari terganggunya
fungsi sosial ini membuat pasien tidak mau berkomunikasi dengan masyarakat dan
akhirnya kekurangan informasi dalam proses penyembuhannya. Oleh karena itu
gangguan keberfungsian sosial selalu menyebabkan kesulitan dalam memenuhi
tuntutan sosial, termasuk bidang pekerjaan. Disinilah peran keluarga berperan untuk
menghubungkan keluarga dengan masyarakat sosial.
Penelitian tersebut di atas diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Ballerini (2002) menyatakan bahwa kurangnya dukungan informatif mengakibatkan
keberfungsian sosial mengakibatkan perubahan pada kemampuan sosial. Kenyataan
tersebut ditandai dengan perilaku yang tidak berorientasi pada kenyataan
ketidakmampuan menjalani kehidupan sosial secara baik, adanya pemikiran/ide yang
kaku dan tidak adaptif serta ketidakmampuan dalam pergaulan sosial.
Hal ini seseuai dengan pendapat Friedman (2002) yang menyebutkan bahwa
keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator atau penyebar informasi
tentang dunia yang mencakup dengan memberiu nasehat, petunjuk-petunjuk,
sarana-sarana atau umpan balik. Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah
(59)
sehari-hari dan pengobatan. Dukungan keluarga juga merupkan perasaan individu
yang mendapat perhatian, disenangi, dihargai dan termasuk dari bagian masyarakat.
5.2.3. Dukungan Penghargaan Keluarga Pasien Rumatan Metadon Di RSUP H. Adam Malik.
Hasil penelitian menyangkut dukungan penghargaan pada pasien terapi
rumatan metadon di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat bahwa dukungan
instrumental yang diberikan keluarga mayoritas pada kategori baik sebanyak 16
orang (60%). Hasil ini menggambarkan bahwa dalam menjalani terapi keluarga
selalu mendampingi anggota keluarganya dan senantiasa takut kehilangan anggota
keluarga yang dikasihinya oleh karena penyakit yang dideritanya.
Dukungan penghargaan keluarga pada pasien ditunjukkan dari keluarga tidak
membedakan pasien yang sedang menjalani terapi dengan anggota keluarga yang
lainnya. Keluarga berusaha sebisa mungkin memahami apa yang dibutuhkan oleh
anggota keluarganya. Keluarga juga berusaha membuat anaknya bisa berguna bagi
keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Hasil penelitian tersebut dipertegas oleh penelitan lain yang dilakukan oleh
Dinosetro (2008), menyatakan bahwa dukungan keluarga dengan cara member
penghargaan pada anggota keluarga yang sedang menjalani masa sulit seperti adanya
penyakit dan menjalani terapi dalam waktu yang panjang akan menjadi suatu fungsi
(60)
meningkatkan kemandirian dan taraf hidupnya serta pasien dapat beradaptasi kembali
pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Dukungan penghargaan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah
berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan
yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding
dengan yang tidak memiliki dukungan (Taylor, 2007). Pendapat diatas diperkuat oleh
pernyataan dari Commission on the Family dalam Dolan dkk (2006) bahwa dukungan
keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga,
memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi
pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan
kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi dalam masyarakat yang berada
dalam lingkungan yang penuh dengan tekanan.
Hasil penelitian Fendi (2007) juga menyebutkan bahwa seseorang dengan
ketidakmampuannya melakukan fungsi sosial tentunya sangat memerlukan adanya
dukungan untuk menjadi individu yang lebih kuat dan menghargai diri sendiri
sehingga dapat mencapai taraf kesembuhan yang lebih baik dan meningkatkan
keberfungsian sosialnya. Tanpa dukungan keluarga pasien akan sulit sembuh,
mengalami perburukan dan sulit untuk bersosialisasi.
Beberapa penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Friedman (2001) bahwa
(61)
pemecahan masalah dan sebagai sumber dan falidator identitas anggota. Terjadi lewat
ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk penderita, dorongan maju atau
persetujuan dengan gagasan atrau perawsaan individu dan perbandingan positif
npenderita dengan yang lain seperti misalnya orang-orang yang kurang mampu atau
lebih buruk keadaannya.
5.2.4. Dukungan Instrumental Keluarga Pasien Rumatan Metadon Di RSUP H. Adam Malik.
Hasil penelitian menyangkut dukungan instrumental pada pasien terapi
rumatan metadon di RSUP H. Adam Malik Medan menggambarkan bahwa
dukungan instrumental yang diberikan keluarga mayoritas pada kategori baik
sebanyak 14 orang (46,6 %). Hasil ini menunjukkan mayoritas keluarga pasien yang
menjalani terapi metadon di RSUP H. Adam Malik Medan telah berusaha
menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pasien yang sedang menjalani terapi
metadon, keluarga ada ketika pasien membutuhkan keluarga, keluarga berusaha
menyiapkan keuangan yang dibutuhkan untuk pengobatan, keluarga menyiapkan
waktu khusus untuk membantu di saat anggota keluarganya memberi simpati untuk
kesembuhan pasien melalui bantuan dalam bentuk moril dan materil.
Selain usia, dukungan keluarga juga dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi
keluarga (Friedman, 2003). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, dimana keluarga
(62)
Angerer (2009) menunjukan bahwa pada situasi sosial yang aman dan kondisi
sejahtera mendapatkan dukungan keluarga yang lebih dari pada masyarakat yang
berada pada kondisi tidak aman dan kurang sejahtera. Hal ini dijelaskan bahwa
semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap akan
hal-hal yang menimpa dirinya dan keluarganya (Purnawan dalam Rahayu, 2008).
Hasil penelitian Wiramihardja, (2005) menggambarkan bahwa faktor dukungan instrumental keluarga berperan dalam meningkatkan keberfungsian peningkatan status sosial pasien. Dukungan instrumental keluarga berperan dalam memulihkan dan memfasilitasi pasien mencapai taraf keberfungsian yang baik untuk jangka panjang. Dukungan instrumental keluarga berperan dalam merawat dan meningkatkan keyakinan pasien akan kesembuhan dirinya dari ketergantungan sehingga pasien mempunyai motivasi dalam proses penyembuhan dan rehabilitasi diri. suasana di dalam keluarga mendukung dan menciptakan perasaan positif dan berarti bagi pasien itu sendiri (Nurdiana dkk, 2007).
Hasil penelitian Saadah (2007) juga menggambarkan, umumnya pasien mempunyai masalah yang sama dalam proses menjalani terapi dengan waktu yang lama yakni perlunya dukungan keluarga untuk mengembalikan disabilitasnya sehingga ia dapat berfungsi sosial dengan baik. Rata-rata dari mereka yang memiliki dukungan instrumental keluarga yang tinggi dapat hidup mandiri bahkan ada yang bekerjakembali walaupun pekerjaan mereka ringan namun dapat sedikit membantu perekonomian keluarganya.
(63)
Hal ini sejalan dengan pernyataan Scortz (2006) bahwa keluarga merupakan
sebuah sumber pertolongan praktis dan konflik yang mencakup bantuan seperti dalam
bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan
pekerjaan waktu mengalami stress. Dukungan instrumental dapat dilakukan keluarga
dengan sangat baik pada keluarga yang sedang sakit terutama jika keluarga tersebut
harus menjalani terapi yang lama. Pada masa perawatan yang lama biasanya
penderita akan mudah mengalami krisis dan mengalami stress. Oleh karena itu
selayaknya dukungan keluarga secara tulus dapat dirasakan oleh penderita sehingga
dia tetap terus menjalankan pengobatannya sampai sembuh dengan penuh semangat.
Menurut Cob & Jones yang dikutip dalam Niven (2009) dukungan merupakan
faktor penting dalam manajemen stress dan biasanya jenis dukungan yang diterima
dan diperlukan oleh individu tergantung pada keadaan yang penuh tekanan yang
(64)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Dukungan emosional dari keluarga pasien yang menjalani terapi rumatan
metadon di RSUP H. Adam Malik Medan mayoritas pada kategori cukup.
2. Dukungan informatif dari keluarga pasien yang menjalani terapi rumatan
metadon di RSUP H. Adam Malik Medan mayoritas pada kategori cukup.
3. Dukungan penghargaan dari keluarga pasien yang menjalani terapi rumatan
metadon di RSUP H. Adam Malik Medan mayoritas pada kategori baik.
4. Dukungan instrumentalia dari keluarga pasien yang menjalani terapi rumatan metadon di RSUP H. Adam Malik Medan mayoritas pada kategori baik.
6.2. Saran
1. Bagi Praktek Keperawatan
Sebagai informasi dalam praktek keperawatan dan pemberian pelayanan
kesehatan sangat dibutuhkan peran serta keluarga. Keterlibatan keluarga dalam
praktek keperawatan dengan cara memberikan konseling secara khusus pada
keluarga, pemberian penyuluhan bagi keluarga, memotivasi keluarga serta evaluasi
(65)
2. Institusi Pendidikan Keperawatan
Hendaknya institusi keperawatan dalam memberikan materi yang berkaitan
dengan keperawatan pasien melibatkan aspek psikologis seperti fungsi keperawatan
keluarga dalam pelayanan kesehatan. Sehingga materi tidak dianggap sebagai hal
kecil dalam menunjang pencapaian penyembuhan pasien selama menjalani perawatan
3. Bagi peneliti
Penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan type dukungan keluarga pada
pasien yang menjalani terapi rumatan metadon yang baik dan pencegahan untuk tidak
(66)
KEPUSTAKAAN
Arikunto, S (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.
Azrin, Achjar, Henny K. A., (2010). Aplikasi Praktis AsuhanKeperawaan Keluarga.
Jakarta: Sagung Seto
Bruder, (2006)
Jiwa. Diakses tanggal 8 Januari 2013.
Carpenito L.J., (2003). diagnosa keperawatan. edisi keenam. Jakarta: EGC
Darmono, (2006), Toksikologi Narkoba dan Alkohol, Pengaruh Neorotoksisitasnya pada Saraf Otak. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, (2004), Perilaku Penggunaaan Terapi Rumatan Metadon. Jakarta.
Depertemen Kesehatan RI, (2006), Pedoman Terapi Rumatan Metado, Jakarta
Depertemen Kesehatan RI. (2007), Modul dan Kurikulum Program Terapi Rumatan Metadon. Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Docci, Darman, Flavianus. (2006), Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba.
Visimedia, Jakarta .
Ester, Poerwandari, Kristi.(2000), Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Lembaga
Friedman, Marlyn M (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. ed 3 Jakarta: EGC
Gerber A, (2003). Peran Keluarga dan Masyarakat sebagai Penangkal Penyalagunaan Narkoba. Dalam Penanggulangan Narkoba. Jakarta
Gunarsa, Singgih. (2004), Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta
Gusti K Darmada (2000). Multi Drug Therapy regimen WHO pada Kusta Selama 1th. Vol 12 April 2000 No3. Surabaya: Airlangga Univ Press
(67)
Hapsari HI, Muljoharjono H, Haniman F, (2000). Persepsi Mengenai Fungsi
Haris,A.,(2008),
tanggal8 Januari 2013
Hastuti, (2008), Keluarga dari Penderita Ketergantungan NAPZA. Laporan Penelitian. Lab/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unair/RSUDDr. Soetomo. Surabaya.
Hawari D, (2006). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. Jakarta :FK UI. Januarti, Johnson, Joewana, Satya. (2003), Gangguan Mental dan Perilaku akibat
Penggunaan Zat Psikoaktif, Penyalahgunaan NAPZA/Narkoba- Edisi 2.
Penerbit Buku Kedoktteran EGC,Jakarta
Karsono, Eddy, (2004). Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras. CV. Yrama Widya, Bandung.
Niven, Neil (2009). Psikologi Kesehatan Untuk perawat dan Profesion Kesehatan Lain. Jakarta: EGC.
Preston, (2006), Keluarga dari Penderita Ketergantungan NAPZA. Laporan Penelitian. Lab/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unair/RSUDDr. Soetomo. Surabaya.
Setiadi (2008). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graham Ilmu
Walujani, A., (2007) http://www .prakarsa rakyat.org/artikel/opini/artikel_cetak.php, Mereka Rindu untuk Diterima Masyarakat. Diakses tanggal 8 Januari 2013.
(68)
Lampiran 1:
Kuesioner Penelitian
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Judul Penelitian : Dukungan Keluarga Dalam Pengobatan Pasien Rumatan
Metadon di RSUP H. Adam Malik Medan
Peneliti : EUNIKE OKTARIANA DEPARI
Saya adalah mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang
melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga
dalam pengobatan pasien rumatan metadon di RSUP H. Adam Malik Medan
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya
mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Dan saya
mohon kesediaan saudara untuk mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Jika
bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.
Partisipasi saudara dalam penelitian bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk
mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi saudara dan
semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan
untuk penelitian ini. Dan saya ucapkan terima kasih atas partisipasi yang telah
diberikan dalam penelitian ini.
Tanda tangan :
Hari/ Tanggal :
(1)
2-4 17 56.7 56.7 76.7
> 4 7 23.3 23.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
SUKU
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Melayu 6 20.0 20.0 20.0
Batak 10 33,3 33,3 53.3
Jawa 3 10.0 10.0 63.7
Padang Lainnya
4 7
13.3 23,3
13.3 23,3
76.6 100,0
(2)
DUKUNGAN EMOSIONAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 12 40.0 40.0 40.0
Cukup 16 53.3 53.3 93.3
Kurang Baik 2 6.7 6.7 100.0
(3)
DUKUNGAN INFORMASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 10 33.3 33.3 33.3
Cukup 19 63.3 63.3 96.7
Kurang Baik 1 3.3 3.3 100.0
(4)
DUKUNGAN PENGHARGAAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 16 53.3 53.3 53.3
Cukup 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
DUKUNGAN INSTRUMENTAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(5)
DUKUNGAN INSTRUMENTAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 14 46.7 46.7 46.7
Cukup 11 36.7 36.7 83.3
Kurang Baik 5 16.7 16.7 100.0
(6)
LAMPIRAN 4
RELIABILITY /VARIABLES=Dkgems dkginf dkgpenghrg dknginst
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=GUTTMAN
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
Reliability
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
DUKUNGAN EMOSIONAL 1.67 .606 30
DUKUNGAN INFORMASI 1.70 .535 30
DUKUNGAN PENGHARGAAN 1.47 .507 30
DUKUNGAN INSTRUMENTAL 1.70 .750 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
DUKUNGAN EMOSIONAL 4.87 1.430 .317 .101 .840
DUKUNGAN INFORMASI 4.83 1.523 .339 .190 .731
DUKUNGAN PENGHARGAAN 5.07 1.651 .268 .178 .995
DUKUNGAN INSTRUMENTAL 4.83 1.385 .176 .059 .813
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
Part 1 3.37 .792 .890 2a
Part 2 3.17 .833 .913 2b