BAB KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN Kabupaten tana tidung

  BAB Book

  KETERPADUAN Sale

  5 STRATEGI PENGEMBANGAN Kabupaten tana tidung

  5.1. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANA TIDUNG erdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Tana Tidung di Provinsi Kalimantan Timur, wilayah Ka- bupaten Tana Tidung mencakup wilayah Kecamatan Sesayap, Kecamatan Sesayap Hilir dan Kecamatan Tana Lia dengan ibukota kabupaten berkedudukan di Tidung

  B

  Pale dengan luas wilayah keseluruhan sebesar + 4.828,58 km2 dan pada Tahun 2012 di mekar- kan lagi dari Tiga Kecamatan menjadi Lima Kecamatan yaitu Kecamatan Betayau dan Muruk Rian. Kabupaten Tana Tidung sebagai kabupaten pemekaran mengalami perkembangan yang meningkat karena pergerakan aktifitas pada sektor-sektor tertentu yang berperan terhadap per- mutatis mutandis untuk perencanaan tata ruang wilayah kota), maka perlu adanya penyesuaian jangka waktu perencanaan pada rencana tata ruang wilayah yang. Disebutkan pula pada Pasal 78 ayat (4) huruf c, bahwa semua peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota disusun atau disesuaikan paling Iambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 diberlakukan (26 April 2007). Dengan adanya Undang- Undang Penataan Ruang yang baru maka RTRW Kabupaten Tana Tidung juga harus disesuaikan. Penyesuaian ini merupakan aktifitas yang dilakukan karena adanya ketidaksesuaian dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tana Tidung yang disusun pada tahun anggaran 2009 dengan ketentuan/muatan yang harus dipenuhi oleh RTRW Kabupaten sesuai Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Keputusan Menteri PU Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten .

  5.1.1 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Rencana tata ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran dari Rencana tata ruang wilayah propinsi ke dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang menjadi pe- doman untuk perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten. Rencana tata ruang wilayah adalah kebijaksanaan yang menetapkan lokasi dari kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta wilayah yang akan diprioritaskan pengembangannya dalam jangka waktu perencanaan.

  Adapun tujuan dari penataan ruang wilayah Kabupaten Tana Tidung, adalah 1. Peningkatan pembangunan infrastruktur guna menunjang perkembangan ekonomi.

  1. Sinkronisasi antar produk tata ruang/antar program pembangunan dan menjaga konsistensi dan kesinambungan antar kebijaksanaan/program pembangunan;

  2. Menyiapkan perwujudan dengan melaksanakan dan mengakomodasi program-program pembangunan;

  3. Mendayagunakan produk tata ruang sebagai alat penataan, penyusunan program pembangunan dan pengendalian secara optimal;

  4. Terciptanya kepastian hukum dalam penataan ruang wilayah untuk meningkatkan minat investasi di Kabupaten Tana Tidung;

  5. Terjaganya fungsi lindung dalam upaya mendukung keseimbangan ekosistem wilayah. Tersusunnya kembali RTRW Kabupaten Tana Tidung yang baru untuk waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan, sesuai dengan sasaran perencanaan tata ruang wilayah kabupaten, yaitu :

  1. Terkendalinya pembangunan di wilayah kabupaten baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat;

  2. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;

  3. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di wilayah kabupaten;

  4. Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah kabupaten;

  5. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan; Struktur ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran sistem perkotaan wilayah kabupaten dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah maupun pada kawasan perdesaan. Dalam sistem internal perkotaan, pusat permukiman adalah pusat pelayanan kegiatan perkotaan.

  2. Rencana sistem jaringan prasarana, dimana Sistem jaringan prasarana, antara lain, mencakup sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem persampahan dan sanitasi, serta sistem jaringan sumber daya air. Strategi struktur ruang wilayah terdiri atas pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan, sistem pusat permukiman perkotaan dan arahan sistem prasarana wilayah. Sistem pusat permukiman perdesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan desa secara berhirarki, dengan membentuk pusat pelayanan desa mulai dari pusat pelayanan antardesa, pusat pelayanan setiap desa, sampai pada pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman. Peningkatan skala pelayanan pusat permukiman perdesaan ini dilakukan dengan membentuk hubungan pada pusat kecamatan dan perkotaan pusat WP.

  A.

   Kebijakan dan Strategi Perwujudan Pusat Kegiatan Perkotaan dan Perdesaan

  1. Kebijakan pengembangan pusat kegiatan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan Strategi:

  a. Membentuk pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki di Kabupaten Tana Tidung

  b. Pembentukan pusat pelayanan dan pertumbuhan perkotaan utama sebagai pusat kegiatan Kabupaten Tana Tidung

  c. Mendorong pengembangan dan pemantapan Kota Tideng Pale sebagai pusat kegiatan lokal d. Pengembangan pusat permukiman perdesaan dengan pembentukan Desa Pusat

  Pertumbuhan (DPP), pembentukan pusat desa, dan pembentukan pusat permukiman perdusunan e. Peningkatan interaksi kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan ibukota kecamatan maupun ibukota kabupaten

  3. Kebijakan pengembangan fasilitas pelayanan Strategi:

  a. Pemenuhan fasilitas perkotaan sesuai skala pelayanan ibukota kecamatan dan kabupaten

  b. Penyediaan fasilitas pelayanan lokal untuk mendukung kegiatan pusat perkotaan, meliputi fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan c. Pendistribusian pembangunan fasilitas umum secara merata di masing-masing kecamatan sehingga tidak terjadi kesenjangan pembangunan d. Peningkatan kualitas tiap-tiap jenis fasilitas yang sudah ada sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat

  B.

   Kebijakan dan Strategi Perwujudan Sistem Prasarana Wilayah

  1. Kebijakan pengembangan prasarana transportasi darat dan laut/perairan Strategi:

  a. Pengembangan transportasi yang dapat menjadi akses penghubung antarwilayah, antarkawasan dan antar kegiatan fungsional, serta mampu mengurangi berbagai masalah yang terjadi akibat perkembangan kegiatan perkotaan dan wilayah

  b. Pengembangan sistem transportasi yang baru pada wilayah yang mempunyai tingkat perkembangan kegiatan fungsional sangat tinggi seperti pengembangan terminal, pelabuhan, maupun lapangan terbang perintis

  c. Pembangunan pola jaringan jalan yang lebih menjangkau daerah-daerah di luar pusat perkembangan kota dan memiliki pola jaringan yang lebih memungkinkan untuk b. Pengembangan pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga alternatif yang berpotensi di masing-masing wilayah c. Peningkatan kuantitas dan kuallitas pelayanan kelistrikan pada wilayah yang belum terjangkau jaringan listrik kabupaten pada daerah-daerah dengan kekhususan geografis melalui pembangkit listrik bertenaga diesel dalam skala pelayanan komunal.

  3. Kebijakan pengembangan prasarana sumberdaya air Strategi:

  a. Peningkatan pelayanan jaringan air bersih dengan pembuatan jaringan baru, khususnya di kawasan permukiman serta rehabilitasi jaringan yang telah ada.

  b. Pengembangan dan pembangunan jaringan pipa transmisi dan distribusi air bersih di seluruh kecamatan c. Peningkatan sistim jaringan sumber daya air dengan peningkatan sarana dan prasarana pendukung.

  d. Melakukan konservasi air di Kabupaten Tanan Tidung agar dapat mempertahankan ketersediaan sumber air dengan cara meningkatkan pemanfaatan air permukaan, meningkatkan efisiensi air irigasi dan menjaga kualitas air sesuai dengan peruntukannya.

  4. Kebijakan pengembangan prasarana telekomunikasi Strategi:

  a. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah - wilayah pusat pertumbuhan

  b. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota kabupaten c. Penyediaan tower BTS ( Base Transceiver Station ) yang digunakan secara bersama

   (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang

  Reduce

  dipergunakan. Semakin banyak menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.  Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali. Dan menghindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

   Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

   Replace (Mengganti); meneliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga meneliti agar kita memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, mengganti kantong plastik dengan keranjang bila berbelanja, dan tidak mempergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

  b. Optimalisasi tingkat penanganan sampah perkotaan dengan peningkatan prasarana pengolahan sampah, pengadaan TPA regional, dan pengelolaan sampah berkelanjutan c. Optimalisasi tingkat penanganan sampah perdesaan dengan pengelolaan sampah berkelanjutan dan pengolahan sampah mendukung pertanian

  Peningkatan sanitasi lingkungan untuk kawasan permukiman, kawasan indutri, kawasan

  3. Mengoptimalkan keterbatasan ketersediaan sumberdaya yang ada, baik sumberdaya manusia, alam, binaan, dan sumberdaya pembiayaan.

  4. Pemecahan persoalan pengembangan wilayah & mewujudkan aspirasi masyarakat. Mengacu pada potensi dan kondisi yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten Tana Tidung, pengembangan struktur tata ruang wilayahnya diarahkan pada pengembangan tiga pusat pertumbuhan utama. Penentuan ketiga pusat pertumbuhan tersebut didasari atas batas abang jarak yang dapat dilayani dari pusat pelayan, serta kegiatan sosial ekonomi yang berkembang pada masing-masing pusat pertumbuhan dari penetapan pusat pertumbuhan utama tersebut diharapkan dapat menciptakan pemerataan perkembangan menuju setiap bagian wilayah ( spread

  ).

  effect

  Peta 5.1

  g

  Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Tana Tidun Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Bidang Cipta Karya

A. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

  Tujuan pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air di Kabupaten Tana Tidung adalah:

  1. Melayani wilayah perkotaan dan produksi tinggi.

  2. Menciptakan tarikan perkembangan.

  3. Melayani wilayah-wilayah dengan ketersediaan air yang terbatas (tidak mencukupi kebutuhan). Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi adalah sebagai berikut: a. Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas sebagai air minum, baik secara fisik, kimia dan biologis serta cukup secara kuantitas untuk memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan terutama pada jam puncak. Secara kualitas peyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan fisik, kimiawi dan biologis, yaitu tidak berbau, berasa, tidak mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan. Secara kuantitatif, kapasitas sumber air harus dapat menjamin kontinuitas suplai air dan cadangan yang cukup terutama pada jam puncak dan hari maksimu serta cadangan air bagi kebutuhan pemadaman kebakaran dan keperluan khusus lainya.

  b. Pendistribusian air yang dari intalasi dan reservoir ke daerah pelayanan harus dapat terjamin kontiunitasnya dengan tekanan yang cukup.

  c. Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan jumlah penduduk dan aktivitas yang

  3. Sistem penyediaan air dengan swadaya murni dari masyarakat, sistem ini direncanakan untuk wilayah yang belum mendapat pelayanan air. Untuk arahan pengembangan prasarana sumberdaya air ditujukan untuk :

  1. Mewujudkan keseimbangan ketersediaan air pada musim hujan dan kemarau

  2. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan efisiensi pelayanan air bersih melalui penambahan jaringan dan menurunkan tingkat kebocoran

  3. Meningkatkan cakupan pelayanan air bersih untuk kawasan perkotaan sebesar 80% dan kawasan perdesaan sebesar 60%;

  4. Prasarana pengairan direncanakan sesuai dengan kebutuhan peningkatan sawah irigasi teknis dan non teknis baik untuk irigasi air permukaan maupun air tanah

  5. Penetapan zona pengelolaan sumberdaya air sesuai dengan keberadaan wilayah sungai tersebut pada zona kawasan lindung tidak diijinkan pemanfaatan sumber daya air untuk fungsi budidaya

  6. Zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan membagi DAS berdasarkan tipologinya

  7. Melindungi badan sungai melalui penertiban bangunan-bangunan yang berada pada batas sempadan sungai dan penghijauan di sepanjang aliran sungai

  8. Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi terkait dengan pengelolaan

  Peta 5.2 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Tana Tidung B.

   Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan

  Tujuan pengembangan prasarana lingkungan di Kabupaten Tana Tidung adalah sebagai berikut : a. Melayani kawasan perkotaan atau wilayah usaha dan produksi tinggi.

  b. Meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan.

  c. Menjaga dan menciptakan keyamanan dan keamanan ligkungan.

  d. Sedapat mungkin tidak menyebabkan gangguan terhadap lingkungan. 1)

   Rencana Persampahan

  Untuk meningkatkan pelayanan masalah sampah, terlebih dahulu perlu dilakukan studi kelayakan lokasi tempat pembuangan akhir (TPA), perkiraan kebutuhan armada dan SDM, serta target yang akan dilayani sehingga tingkat pelayanannya lebih tinggi dan lebih baik. Semakin banyaknya volume sampah hingga tahun 2030, perlu memperhatikan kapasitas TPA yang ada saat ini. Berdasarkan sumber timbulan sampah berasal dari : Kawasan perumahan, Daerah perdagangan dan jasa, Jalan/transportasi, Daerah perkantoran, Kawasan industri. Berdasarkan standar/petunjuk perencanaan kawasan perumahan kota, timbulan sampah setiap orang sebanyak 2,5 liter/hari untuk domestik dan non domestik diperkirakan sekitar 15% sampah domestik. Dengan demikian volume sampah Kabupaten Tana Tidung sampai 3 tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 162 m per hari.

  Berdasarkan hasil proyeksi, maka rencana pengelolaan sampah tahun 2030 perlu penambahan 71 unit gerobak sampah, 47 kontainer sampah, 28 truk sampah, 14 amroll truck, dan 13 TPS karena sampah domestik dan non-domestik meningkat menjadi 162 3 f. Jarak dari pusat pelayanan ± 10 km.

  g. Merupakan daerah yang bebas banjir. Selain pertimbangan SNI, pertimbangan lainya dalam menentukan lokasi dan jenis TPA adalah: a. Pencapaian keseimbangan pelayanan dari berbagai sudut lokasi/wilayah.

  b. Dapat memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan.

  c.

  Memunculkan “nilai ekonomis sampah” yang secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan akibat sampah.

  d. TPA yang dikembangkan adalah TPA dengan kualitas antara lain:  Tidak menibulkan abu.

   Dapat meminimalkan bahaya terhadap kesehatan, karenan lnset (lalat) dan rodentidak dapat berkembang biak.  Terhindar dari bahaya terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran kecil.  Kebutuhan relatif kecil.  Setelah kapsitas TPA penuh, dalam jangka waktu tertentu lokasi TPA dapat di

  manfaatkan untuk kepentingan lainya, seperti taman, tempat rekreasi, lapangan olah raga, dan lain-lain. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka rencana pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut: dari rumah-rumah sampai tempat-tempat umum, dimana pemerintah menyediakan sarana tomg sampah untuk memilah-milah sampah tersebut.

  8. Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan lebih tegas mengenai pembuangan sampah ini, antara lain memberikan denda kapada pihak yang membuang sampah sembarangan,sistem retribusi sampah, tarif pengelolaan dan lain-lain.

  9. Frekwensi pelayan dibagi menjadi beberapa kondisi sebagai berikut:

   Wilayah dengan pelayanan intesif adalah daerah jalan protokol, pusat kabupaten, kawasan permukiman perkotaan tidak teratur dan derah komersil.  Wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan permukiman teratur.  Wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran kabupaten.

  2)

   Kebutuhan Sanitasi

  Sebagai daerah pertanian khusunya tanaman pangan, maka keberadaan prasarana irigasi sangat berpengaruh terhadap produksi yang di hasilkan. Meskipun di kabupaten Tana Tidung terdapat berbagai sungai besar, namun pemanfaatannya untuk irigasi masih belum maksimal. Untuk arahan pengembangan kedepanya yaitu:

  1. Mengoptimalkan saluran-saluran irigasi yang telah ada sehinga produksi dari tanaman pangan akan lebih meningkat dan pembuatan saluran irigasi yang masih berupa tanah menjadi permanen agar tidak terjadinya erosi.

  2. Penghijauan /menghutankan kembali wilayah yang merupakan catchman area.

  3. Membuat dan meninggikan elevasi tanggul-tanggul sungai di kawasan perkotaan atau dekat dengan kawasan permukiman penduduk.

  1. Penanganan limbah padat rumah tangga (black water) dilakukan dengan cara yaitu setiap rumah diwajibkan mempunyai septic tank, sedangkan untuk kawasan permukiman yang padat mempergunakan sistem septic tank komunal.

  2. Penanganan air limbah untuk kawasan ekonomi, sistim yang dipakai adalah gabungan antara sistem indiviual dan cara kolektif.

  3. Instalasi pengolahan air limbah yang harus ada pada kegiatan agroindustri, terutama untuk kegiatan agroindustri yang terdapat di Kabupaten Tana Tidung yang terdiri dari pengolahan secara kimia dan biologis (disarankan memakai proses lumpur aktif). Diagram alir proses tersebut adalah ;

  Keterangan :

  a. Bar Screen Untuk memisahkan benda-benda terapung yang mungkin terbawa oleh air limbah seperti : potongan kayu, kertas, plastik dan lain sebagainya.

  b. Grit Chamber Tempat untuk memisahkan pasir-pasir yang bercampur di dalam air limbah guna mencegah terjadinya kerusakan terutama pada pompa-pompa yangh digunakan.

  c. Bak Pengendap I Tempat dimana terjadinya proses pemisahan antara air limbah dengan partikel diskrit yang terkandung secara gravitasi.

  A B C E F D

  INLET OUTLET

  Peta 5.3 Proyeksi Kebutuhan Sarana Prasarana Persampahan Kabupaten Tana Tidung

  5.1.3 Rencana Pola Ruang Kabupaten Tana Tidung

  5.1.3.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestari- an lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung meliputi:

  1. Kawasan Hutan Lindung

  2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya meliputi :

  a. Kawasan bergambut

  b. Kawasan resapan air

  3. Kawasan Perlindungan Setempat, meliputi : a. Sempadan pantai.

  b. Sempadan sungai.

  c. Kawasan sekitar danau/waduk.

  d. Kawasan sekitar mata air

  e. Kawasan sempadan irigasi f. Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya.

  4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya meliputi :

  a. Kawasan suakan alam b. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya. a. Kawasan cagar alam geologi

  b. Kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan ter- hadap air tanah

7. Kawasan Lindung Lainnya, meliputi :

  a. Cagar biosfer

  b. Ramsar

  c. Taman buru

  d. Kawasan perlindungan plasma-nutfah

  e. Kawasan pengungsian satwa, terummbu karang dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi Kriteria kawasan lindung dan budidaya adalah sebagai berikut :

  1. Kawasan hutan lindung ditetapkan dengan kriteria:

  a. Kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih; b. Kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh persen); atau c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit (dua ribu) meter di atas permukaan laut. b. Sempadan sungai dengan kriteria:

   Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter

  dari kaki tanggul sebelah luar;

   Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman

  dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan

   Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

  c. Kawasan sekitar danau atau waduk dengan kriteria:

   Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari

  titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau

   Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.

  d. Ruang terbuka hijau kota dengan kriteria:

   Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter persegi;  Berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan

  dan jalur; dan  Didominasi komunitas tumbuhan.

  4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, meliputi :

  a. Kawasan suaka alam dengan kriteria:

   Memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi;  Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migrant tertentu; atau  Memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.

  d. Cagar alam dan cagar alam laut dengan kriteria:

  

  Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya;

   Memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;

 Memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum

  diganggu manusia;

   Memiliki luas dan bentuk tertentu; atau

 Memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta

  keberadaannya memerlukan konservasi.

  e. Kawasan pantai berhutan bakau dengan kriteria koridor di sepanjang pantai dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.

  f. Taman nasional dan taman nasional laut dengan kriteria :

  

  Berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam;

  

 Memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologi secara alami;

 Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun

  jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh;

   Memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam; dan memiliki luas yang memung-

  kinkan untuk pengembangan koleksi tumbuhan dan/atau satwa jenis asli dan/atau bukan asli.

  h. Taman wisata alam dan taman wisata alam laut dengan kriteria :

   Memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang masih asli

  serta formasi geologi yang indah, unik, dan langka;

   Memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;  Memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam hayati dan

  ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; dan

   Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan kegiatan wisata alam.

  i. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

  5. Kawasan rawan bencana alam, meliputi :

  a. Kawasan rawan tanah longsor dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran.

  b. Kawasan rawan gelombang pasang dengan kriteria kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai dengan 100 kilometer

   Memiliki satu-satunya batuan dan/atau jejak struktur geologi masa lalu.

  b. Kawasan keunikan bentang alam dengan kriteria :

   Memiliki bentang alam gumuk pasir pantai; 

  Memiliki bentang alam berupa kawah, kaldera, maar, leher vulkanik, dan gumuk vul- kanik;

   Memiliki bentang alam goa;  Memiliki bentang alam ngarai/lembah;  Memiliki bentang alam kubah; atau  Memiliki bentang alam karst.

  c. Kawasan keunikan proses geologi dengan kriteria :

  

  Kawasan poton atau lumpur vulkanik;

   Kawasan dengan kemunculan sumber api alami; atau  Kawasan dengan kemunculan solfatara, fumaroia, dan/atau geyser.

  Kawasan rawan bencana alam geologi, terdiri atas :

  a. Kawasan rawan letusan gunung berapi ditetapkan dengan kriteria:

   Wilayah di sekitar kawah atau kaldera; dan/atau

 Wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran atau

  guguran batu pijar dan/atau aliran gas beracun.

  b. Kawasan rawan gempa bumi dengan kriteria kawasan yang berpotensi dan/atau pernah g. Kawasan rawan bahaya gas beracun dengan kriteria wilayah yang berpotensi dan/atau pernah mengalami bahaya gas beracun. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

  a. Kawasan imbuhan air tanah dengan kriteria :

   Memiliki jenis fisik batuan dengan kemampuan meluluskan air dengan jumlah yang

  berarti;

   Memiliki lapisan penutup tanah berupa pasir sampai lanau;

 Memiliki hubungan hidrogeologis yang menerus dengan daerah lepasan; dan/atau

 Memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya lebih tinggi daripada muka air tanah yang tertekan.

  b. Kawasan sempadan mata air dengan kriteria :

   Daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan

  fungsi mata air; dan  Wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air.

  7. Kawasan lindung lainnya, meliputi :

  a. Cagar biosfer dengan kriteria :

   Memiliki keterwakilan ekosistem yang masih alami, kawasan yang sudah mengalami

  degradasi, mengalami modifikasi, atau kawasan binaan;

   Memiliki komunitas alam yang unik, langka, dan indah;

  

 Merupakan tempat perlindungan bagi satwa dan/atau flora saat melewati masa kritis

dalam hidupnya.

  c. Taman buru dengan kriteria :

   Memiliki luas yang cukup dan tidak membahayakan untuk kegiatan berburu; dan

 Terdapat satwa buru yang dikembangbiakkan yang memungkinkan perburuan secara

  teratur dan berkesinambungan dengan mengutamakan segi aspek rekreasi, olahraga, dan kelestarian satwa.

  d. Kawasan perlindungan plasma nutfah dengan kriteria :

  

 Memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang memungkinkan kelangsungan proses

  pertumbuhannya; dan

  

 Memiliki luas tertentu yang memungkinkan kelangsungan proses pertumbuhan jenis

plasma nutfah.

  e. Kawasan pengungsian satwa dengan kriteria :

   Merupakan tempat kehidupan satwa yang sejak semula menghuni areal tersebut;

 Merupakan tempat kehidupan baru bagi satwa; dan memiliki luas tertentu yang

  memungkinkan berlangsungnya proses hidup dan kehidupan serta berkembangbiaknya satwa.

  f. Terumbu karang dengan kriteria :

  

 Berupa kawasan yang terbentuk dari koloni masif dari hewan kecil yang secara ber- Berdasarkan kriteria tersebut diatas, bisa ditentukan pembagian kawasan lindung dan budidaya di Kabupaten Tana Tidung. Adapun penetapan dan pengembangan kawasan lindung di Kabupaten Tana Tidung dapat dibagi menjadi : kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung lainnya.

  A.

   Kawasan Hutan Lindung

  Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu mem- berikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Kriteria penetapan kawasan lindung adalah :

  

1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang

  melebihi nilai skor 175; atau

  2. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih; dan atau 3. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 1000-2000 meter/dpl.

  Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersedi- aan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan. Luas hutan lindung di Kabupaten Tana Tidung secara keseluruhan adalah 8.832,594 Ha.

  Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk mencegah terjadinya bencana erosi, banjir,

  

4. Pengembalian berbagai rona awal sehingga kehidupan satwa langka dan dilindungi dapat

  lestari;

  5. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan; 6.

  Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang memberikan nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu, Pengembangan kawasan hutan lindung ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan fungsi pelestarian DAS Sungai Sesayap. Hal ini dilakukan mengingat sebagian besar kawasan Hutan Lindung merupakan area yang termasuk dalam aliran sungai yang ada di Kabupaten Tana Tidung. Pelestarian ini memiliki arti yang sangat penting dalam menjaga kualitas air sungai, ketersediaan air sungai, serta pelestarian berbagai flora dan fauna sepanjang DAS termasuk peningkatan produktivitas lahan. Penetapan hutan pelestarian dari DAS Sungai Sesayap sebagai daerah lindung tidak dapat dibudidayakan atau dialihfungsikan.

  B. Kawasan yang Memberi Perlindungan Kawasan Bawahannya Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya meliputi kawasan bergambut dan kawasan resapan air.

  1) Kawasan Bergambut Di Kabupaten Tana Tidung memiliki kawasan bergambut yang terdapat di Kecamatan Sesayap seluas 15.856,74 Ha, di Kecamatan Sesayap Hilir seluas 58.649,81 Ha dan Kecamatan Tana Lia seluas 9.268, 51 Ha yang memiliki ketebalan gambut 3 (tiga) me-

  Kawasan Resapan Air terletak di Kecamatan Sesayap. Adapun luas kawasan resapan air di Kabupaten Tana Tidung ini adalah 8.832,594 Ha. Penetapan dan pemantapan ka- wasan resapan air juga merupakan salah satu upaya dalam pelestarian DAS yang ada di Kabupaten Tana Tidung. Peningkatan manfaat lindung pada kawasan ini dilakukan dengan cara :

  1. Pengendalian hutan dan tegakan tinggi pada wilayah-wilayah hulu; serta

  2. Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan meresapkan air.

  Sebagian besar kawasan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air ini merupakan kawasan hutan lindung, sehingga pelestarian hutan lindung pada dasarnya juga meningkatkan kemampuan akan resapan air. Adapun pengelolaan kawasan ini adalah :

  1. Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui

  pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah;

  2. Perluasan hutan lindung di wilayah Kecamatan Sesayap terutama pada area yang

  mengalami alih fungsi;

  3. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;

  4. Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang memberikan

  nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu, dan vegetasi yang menjadi tempat kehidupan berbagai satwa; Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Tujuan perlin- dungan adalah untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu keles- tarian fungsi pantai. Jarak sempadan pantai ditetapkan sejauh 100 m dari titik pasang air laut tertinggi ke arah daratan. Sebaran dari kawasan sempadan pantai di Kabupaten Tana Tidung terdapat di Kecamatan Sesayap Hilir dan Kecamatan Tana Lia. Luasan kawasan sempadan pantai di Kecamatan Sesayap Hilir seluas 4.002 Ha dan Kecamatan Tan alia 2.275 Ha, sehingga total kawasan sempadan pantai di Kabupaten Tana Tidung seluas 6.277 Ha.

  2) Kawasan Sempadan Sungai Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai. Keppres Nomor 32 Tahun 1990 menetapkan perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat menganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Kriteria sempadan sungai adalah :

   Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman.  Untuk sungai di kawasan permukaan berupa sempadan sungai yang diperkirakan

  cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter.

  1. Garis sempadan sungai bertanggul di tetapkan sebagai berikut :  Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-

  kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;

   Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan seku-

  rang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul

  2. Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan

  diperkotaan didasarkan pada kriteria berikut :

   Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 (li- 2

  ma ratus) Km atau lebih dengan garis sempadan sungai ditetapkan sekurang- kurangnya 100 (seratus) m, termasuk sungai besar di Kabupaten Tana Tidung ini yai- tu Sungai Sesayap.

   Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang 2

  dari 500 (lima ratus) Km dengan garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan, termasuk pada wilayah ini adalah sungai yang ada di wilayah Kabupaten Tana Tidung selain Sungai Sesayap.

  3. Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan

  didasarkan pada kriteria :

   Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan

  ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada sungai, serta pelestarian berbagai flora dan fauna sepanjang DAS termasuk peningkatan produktivitas lahan. Luas sempadan sungai di Kabupaten Tana Tidung meliputi Kecamatan Sesayap sebesar 1.573 Ha, Kecamatan Sesayap Hilir sebesar 6.988 Ha dan Kecamatan Tana Lia sebesar 1.016 Ha. Total kawasan sepadan sungai di Kabupaten Tana Tidung seluas 9.577 Ha. Nama sungai di Kabupaten Tana Tidung yang mempunyai sempadan sungai dapat dilihat pa- da Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Sungai di Kabupaten Tana Tidung

  No Kecamatan Nama Sungai

  1 Sesayap Sesayap Sisogo Belanay Rian Sedulun Sibiday Simbawang Betuan Simadaruk

  2 Sesayap Hilir Sesayap Menjelatung Linuongkayan Betayau Bikis Balai Barang

  

1. Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan sungai dilarang mengadakan alih fungsi

  lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air sungai;

  

2. Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau

  pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan;

  

3. Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan

  dilakukan re-orientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan;

  4. Sungai yang memiliki arus deras dijadikan salah satu bagian dari wisata alam-petualangan

  seperti arung jeram, out bond, dan kepramukaan;

  

5. Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan timbulnya banjir dapat

  digunakan untuk pariwisata; serta 6. Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat digunakan untuk pariwisata melalui penataan kawasan tepian sungai.

  

7. Dalam rencana jangka panjang perlu permukiman yang berada di sempadan

resettlement

  Sungai Sesayap untuk kelestarian kawasan perlindungan setempat serta mengantisipasi banjir air pasang dari sungai.

Gambar 5.1. Konservasi Sungai di luar Kawasan Terbangun Keterangan : A : Kawasan yang diperkenankan untuk bangunan B : Kawasan konservasi sungai pada kawasan terbangun - Konservasi sungai diarahkan sekitar 10-15 meter.

  • Diupayakan ada jalan yang berfungsi sebagai pembatas antara kawasan konservasi dengan kawasan terbangun. Jika tidak ada jalan inspeksi maka perlu diberi tanda

  D. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan cirri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pelestarian keragaman jenis tum- buhan dan satwa beserta ekosistemnya. Kawasan suaka alam dan cagar budaya di Kabupaten Tana Tidung meliputi kawasan pantai

  

1. Mencegah segala bentuk kawasan kegiatan budidaya disepanjang pantai yang dapat

mengganggu kelestarian fungsi pantai.

  2. Mengendalikan dan pembatasan kegiatan terbangun pada kawasan sempadan pantai.

  3. Mengembalikan fungsi lindung pantai yang telah mengalami kerusakan (penanaman kembali tanaman mangrove).

  

4. Kegiatan budidaya yang diijinkan adalah seperti perikanan, pelabuhan, dan pengembangan

pariwisata yang tidak merusak ekosistem pesisir.

E. Kawasan Rawan Bencana Alam

  Kawasan bencana alam meliputi kawasan rawan longsor, kawasan rawan banjir, kawasan ra- wan bencana air/gelombang pasang, dan kawasan rawan bencana alam lainnya (kebakaran hutan). 1)

   Kawasan Rawan Longsor

  Kawasan rawan longsor lebih disebabkan oleh adanya kegiatan eksploitasi berlebih pada kawasan perbukitan atau pegunungan yang sebagian besar disebabkan adanya aktivitas penebangan/penggundulan hutan (alih fungsi lahan) akibat kegiatan pembangunan. Daerah rawan longsor di Kabupaten Tana Tidung yaitu wilayah perbukitan dengan kelerengan > 40%. Kecamatan di Kabupaten Tana Tidung yang rawan longsor diantaranya adalah Kecamatan Sesayap dan Kecamatan Sesayap Hilir. Kecamatan Sesayap memiliki tingkat kerentanan yang tinggi bencana tanah longsor karena wilayah ini berdekatan dengan Kawasan Gunung

  

 Jangan membuka lahan dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pem-

  ukiman (gambar kiri)

  

 Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun permukiman

  (gambar kanan)

  

 Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah

  melalui retakan (gambar kiri)

   Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal (gambar kanan)

   Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal (gambar kiri)  Pembangunan rumah yang benar di lereng bukit (gambar kanan)  Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal (gambar kiri)  Pembangunan rumah yang salah di lereng bukit (gambar kanan)  Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak (gambar kiri)  Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi (gambar kanan)

   Pemantauan

  Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan rawan bencana.

   Sosialisasi Memberikan pemahaman kepada pemerintah kabupaten atau masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah.

   Pemeriksaan bencana longsor Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara penanggu- langan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.

3. Selama dan sesudah terjadi bencana

   Tanggap darurat

  Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan perto- longan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:

  Kondisi medan - Kondisi bencana - Peralatan - Informasi bencana - Pengelolaan lahan pada kawasan rawan longsor ini diarahkan pada pengembalian fungsi lin- dung khususnya hutan atau kawasan yang mendukung perlindungan seperti perkebunan tanaman keras dan memiliki kerapatan tanaman yang tinggi. Mengingat di Kabupaten Tana Tidung banyak alih fungsi lahan lindung yang memiliki kemampuan mendukung perlindungan kawasan maka diperlukan pengelolaan bersama antara pemerintah dengan masyarakat baik dalam mengelola hutan maupun perkebunan. Selanjutnya dilakukan pemilihan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dari sisi hasil buah seperti durian, sawit dan tanaman karet.

  Selanjutnya pada daerah aliran sungai yang umumnya memiliki kontur tajam atau terjal juga merupakan kawasan yang mudah terkena longsor. Untuk ini diperlukan pengelolaan dengan membuat terasering dan penanaman tanaman keras produktif bersama masyarakat. Mengingat kawasan ini sekaligus merupakan kawasan penyangga untuk mencegah pendangkalan sungai yang disebabkan oleh longsor dan erosi, maka upaya penamanam vegetasi yang berkayu dengan tegakan tinggi juga harus diikuti oleh pengembangan tutupan tanah atau

  ground cover

  yang juga memiliki fungsi ekonomi seperti rumput gajah yang dapat digunakan untuk pakan ternak. Untuk pencegahan terjadinya bencana longsor dapat dilihat pada Gambar 5.9.

  Gambar 5.3. Ilustrasi Penanganan Kawasan Konservasi dan Rawan Longsor

  2) Kawasan Rawan Banjir

  Beberapa kawasan di Kabupaten Tana Tidung merupakan kawasan rawan banjir khu- susnya di Kecamatan Sesayap yang berada di lereng Gunung Rian. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Tana Tidung juga terjadi di sekitar DAS Sesayap (curah hujan tinggi dan air sungai pasang), diantaranya Desa Sengkong, Pakis Bondan, Bebatu dan Menjelutung. Be- berapa penyebab terjadinya banjir antara lain disebabkan oleh semakin berkurangnya ka- wasan resapan air, dan semakin rusaknya hutan dan kawasan konservasi di wilayah hulu. Berdasarkan kerawanan terhadap banjir diatas, maka guna mengantisipasi bahaya banjir dan genangan periodik adalah :

  1. Pelestarian dan pengelolaan daerah aliran sungai secara lintas wilayah;

  2. Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air; serta 3.