ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PADA INDUSTRI SARUNG TANGAN KARET DENGAN APLIKASI TEKNOLOGI NUKLIR

  Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan”

  

Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014 ISSN :0854-4778

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PADA INDUSTRI SARUNG

TANGAN KARET DENGAN APLIKASI TEKNOLOGI NUKLIR

  

Mochamad Nasrullah, Mudjiono, Nuryanti

  Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN)-BATAN, Jakarta

  ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PADA INDUSTRI SARUNG TANGAN KARET

DENGAN APLIKASI TEKNOLOGI NUKLIR. Sebagai negara penghasil karet alam terbesar kedua di

dunia, Indonesia diharapkan dapat menjadi pemasok bagi kebutuhan karet dunia yang terus

meningkat. Aplikasi teknologi nuklir telah mampu menghasilkan karet alam/ lateks iradiasi yang

kualitasnya lebih unggul dibanding lateks non radiasi. Salah satu industri berbahan baku lateks alam

iradiasi yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah industri sarung tangan.

  

Penelitian ini ditujukan untuk melakukan perhitungan kelayakan finansial investasi pada industri

sarung tangan karet iradiasi. Penelitian dilakukan dengan mengembangkan model perhitungan

kelayakan berbasis spreadsheet, selanjutnya dilakukan perhitungan kelayakan finansial berdasar data

masukan maupun parameter teknis dan ekonomi. Indikator kelayakan finansial yang digunakan dalam

studi ini adalah Benefit Cost Ratio (BCR), Nilai Kini Bersih (NPV – Net Present Value) dan Tingkat

Pengembalian Internal (IRR-Internal Rate of Return). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usulan

investasi pada industri sarung tangan karet alam iradiasi dinilai layak, ditunjukkan oleh nilai NPV

yang positif (Rp 405.201.223.797,61), nilai BCR (1,44) > 1 dan nilai IRR (17,78%) > MARR (8%).

  Kata-kata kunci: kelayakan finansial, sarung tangan karet alam iradiasi, NPV, IRR, BCR ABSTRACT

  FINANCIAL ASSESSMENT ANALYSIS ON RUBBER GLOVES INDUSTRY INVESTMENT WITH

NUCLEAR TECHNOLOGY APPLICATIONS. As the country's second-largest producer of natural

rubber in the world after Thailand, Indonesia is expected to become a supplier for rubber demand in

the world that continues to be increase. Applications of nuclear technology has been able to produce

irradiation rubber/ latex that the quality is superior compared to non radiation latex. One of the

industries with irradiation natural latex as raw material that are sufficient potential to be developed in

Indonesia is the glove industry. This study aimed to perform the calculation of the financial feasibility

of the investment in the irradiation rubber gloves industry. Research carried out by developing a

spreadsheet-based model of the feasibility calculation, and then the feasibility assessment was

performed based on the data input and the technical and economic parameters. Financial assessment

indicators used in this study are Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV) and Internal Rate

of Return (IRR). The results showed that proposed investment in the irradiation natural rubber gloves

industry is considered feasible,indicated by a positive NPV (Rp 405,201,223,797.61), the value of BCR

(1.44) > 1 and the value of IRR (17.78 %) > MARR (8%).

  Keywords: financial assessment, irradiation natural rubber gloves, NPV, IRR, BCR

PENDAHULUAN meningkat dengan cepat, tetapi juga 2 diantara

  3 negara penghasil karet alam yaitu Malaysia rospek perdagangan karet alam di pasar dan Thailand akan mengalami kendala dunia dinilai sangat cerah. Konsumsi karet

  P

  peningkatan produksi di samping juga adanya alam dan karet sintetik dunia yang pada tahun kemungkinan mereka akan menjadi generasi 2004 baru mencapai 20,03 juta ton baru dari Newly Industrialized Countries diproyeksikan akan meningkat mencapai 28,67

  (NICs) yang akan cenderung meninggalkan [1]

  juta ton pada tahun 2020 . Pada jangka agrobisnis karet di sektor hulu. Mengingat panjang diperkirakan akan terdapat

  Indonesia merupakan negara penghasil karet kekurangan pasokan karet alam. Hal ini tidak terbesar kedua di dunia, maka Indonesia saja disebabkan oleh permintaan dunia yang

  Mochamad Nasrullah, Mudjiono, Nuryanti

  290 Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan”

  [2]

  f.

  Vulkanisasi lateks alam dengan radiasi lebih hemat bahan kimia, tidak perlu diperam dan dipanaskan, serta langsung dapat diproses menjadi produk industri karet yang dikehendaki.

  e.

  Lateks alam iradiasi bebas nitrosamin (bahan karsinogenik) dan rendah protein, sehingga bila digunakan untuk barang karet tidak menyebabkan kanker atau alergi.

  d.

  Daya simpan lateks alam iradiasi lebih tahan lama (hingga 6 bulan), sedangkan lateks alam vulkanisasi belerang hanya mampu disimpan sekitar 3 minggu.

  c.

  Berdasar hasil uji fisik dan mekanik diketahui bahwa modulus dan tegangan putus film lateks alam iradiasi lebih kuat, ulet dan elastis dibanding lateks alam non radiasi.

  b.

  rata-rata partikel lateks alam iradiasi lebih kecil dari pada lateks alam non iradiasi.

  “Scanning Electron Microscope” diketahui bahwa diameter

  : a. Melalui

  Terdapat dua cara atau teknik yang dapat dilakukan dalam pengolahan lateks alam, yaitu teknik konvensional (lateks alam proses belerang) dan teknik iradiasi sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Secara visual antara lateks alam proses belerang dengan lateks alam iradiasi tidak dapat dibedakan, baik warna, bau maupun bentuknya sama, yaitu berupa cairan berwarna putih susu atau berbau. Namun berdasar tinjauan kualitas, lateks alam iradiasi dinilai memiliki berbagai keunggulan dibandingkan lateks alam proses belerang, diantaranya

  

ISSN :0854-4778 Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014

  TINJAUAN PUSTAKA 1. Lateks Alam Iradiasi

  . Mengingat pasar yang masih cukup potensial, maka industri sarung tangan karet iradiasi ini dinilai cukup prospektif untuk dikembangkan. Salah satu tahapan yang harus dilakukan sebelum dibangunnya suatu pabrik atau industri, termasuk industri sarung tangan karet iradiasi, adalah studi kelayakan baik dari aspek teknis maupun ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kelayakan finansial dari usulan investasi pada industri sarung tangan karet dengan aplikasi teknologi nuklir. Penelitian dilakukan dengan mengembangkan model perhitungan kelayakan finansial berbasis spreadsheet. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat terkait aplikasi teknologi nuklir di dunia industri.

  [1]

  Sebagai salah satu produk dari teknologi lateks alam iradiasi, sarung tangan karet merupakan produk yang banyak digunakan untuk keperluan medis, kimia, klinik, industri kimia dan makanan, serta keperluan rumah tangga (house hold). Permintaan komoditas sarung tangan karet dunia selalu meningkat rata-rata 20% per tahun terutama di negara- negara Afrika dan Asia

  [2] .

  . Hal ini menunjukkan bahwa industri barang-barang dari karet dalam negeri belum berkembang dengan baik. Padahal mengingat potensi yang cukup besar, industri berbahan dasar karet alam ini sebenarnya menjadi peluang yang dapat dikembangkan untuk peningkatan nilai tambah (value added) komoditas karet dan pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Teknologi nuklir dapat diaplikasikan dalam industri berbahan dasar karet alam, yaitu teknologi pengolahan getah karet alam atau lateks dengan teknik iradiasi yang mampu menghasilkan lateks alam dengan kualitas proses belerang. Lateks alam iradiasi adalah lateks alam yang divulkanisasi dengan menggunakan teknologi nuklir, dan langsung dapat digunakan untuk membuat barang karet seperti sarung tangan, balon, topeng, bola, produk dekorasi panggung/film, kondom, dan lainnya. Alat yang digunakan dalam teknologi iradiasi disebut irradiator, dimana didalamnya digunakan sinar gamma Cobalt-60 atau berkas elektron sebagai sumber energi

  [3]

  Sebagian besar produksi karet alam Indonesia diekspor dalam bentuk bahan baku (sekitar 85%) dan hanya sekitar 15% hasil produksi yang digunakan oleh industry hilir di Indonesia

  [1] .

  . Dari proyeksi kebutuhan sejumlah 28,67 juta ton pada pada tahun 2020, sebesar 11,5 juta ton diantaranya adalah karet alam dan Indonesia diharapkan dapat memasok sejumlah 3,5 juta ton

  [2]

  diharapkan dapat mengisi kekurangan pasok kebutuhan karet alam dunia tersebut

  Produk karet dari lateks alam iradiasi lebih mudah didegradasi oleh alam, karena energi aktivitasnya lebih rendah, sehingga tidak mencemari lingkungan.

  of Return

  [2]

  Indikator kelayakan proyek yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial investasi pada industri sarung tangan karet dengan aplikasi teknologi nuklir ini antara lain: Nilai Kini Bersih (Net Present Value

  Indikator Kelayakan Finansial

  Teknologi Lateks Alam Iradiasi adalah suatu teknologi untuk memproduksi barang- barang karet dari lateks alam iradiasi. Saat ini ada lima cara membuat barang-barang karet dari lateks alam iradiasi, yaitu dengan cara celup, cara tuang, cara semprot, cara pelapisan dan cara pembusaan. Sarung tangan karet merupakan jenis produk dari teknologi lateks alam iradiasi dengan cara celup. Teknik celup dilakukan dengan memasukkan cetakan ke dalam lateks alam iradiasi, kemudian lateks yang menempel pada cetakan dikeringkan, selanjutnya dilepas dari cetakannya. Barang- barang karet yang dihasilkan dengan cara celup ini mempunyai ketebalan di bawah 0,5 mm.

  [2] .

  30 jam. Penelitian ini makin berkembang pesat dengan didirikannya iradiator lateks alam yang diresmikan pada tanggal 8 Desember 1983. Iradiator lateks ini menggunakan sumber radiasi Cobalt-60 berkapasitas 225.000 Curie serta dapat meradiasi lateks alam sebanyak 1.500 ton setahun (1.500 kg setiap 20 jam)

  Teknologi iradiasi mulai berkembang ketika Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) - BATAN melakukan penelitian tentang vulkanisasi lateks alam iradiasi pada tahun 1974. Saat itu digunakan sumber radiasi berkapasitas sekitar 6.000 Curie, yang mampu meradiasi 2 liter setiap 17 jam. Selanjutnya tahun 1979 didirikan Iradiator Panoramic Serba Guna (Irpasena) berkapasitas 80.000 Curie dan mampu menghasilkan lateks alam iradiasi 400 kg setiap

  Gambar 2. Proses Vulkanisasi Lateks Alam dengan Radiasi

  Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan” 291

  [2]

  Gambar 1. Proses Vulkanisasi Lateks Alam dengan Belerang

  Suhu 100  C selama

1 jam

  Suhu 70  C selama 2 jam Pemanasan Lanjutan

  Produk Pencampuran Pemanasan Awal Pencelupan Suhu 40 - 50  C selama 2 - 3 hari

  Dilakukan di dalam penggilingan selama 24 jam

  Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014 ISSN :0854-4778 Nama Sulfur, anti oksidan, pencepat, pemantap Dispersi

  • – NPV), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate
  • – IRR), dan Benefit Cost Ratio (BCR).

  [4] .

  = Penerimaan kas bersih pada tahun ke - t r = tingkat diskonto (discount rate), ditetapkan sebesar 10% n = umur proyek

  = 0 ............................................................... (2) c.

  Benefit Cost Ratio (BCR) Metode BCR memberikan penekanan terhadap perbandingan antara sisi manfaat

  (benefit) yang akan diperoleh dengan aspek biaya yang ditanggung (cost) dengan adanya investasi tersebut. Formula BCR diberikan pada persamaan 3.

  .........................................(3) Cara perhitungan BCR ini berbeda dengan cara perhitungan IRR. Pada perhitungan BCR, tingkat diskonto yang dipakai adalah tertentu, sedangkan pada perhitungan IRR yang dicari adalah besaran tingkat diskonto tersebut. Dengan demikian nilai IRR yang optimum dapat diperoleh apabila B

  C = discounted cost (total biaya yang sudah didiskonto)

  IRR menginformasikan tingkat kemampuan cash flow investasi/pabrik dalam mengembalikan investasi, yang dinyatakan dalam prosentase

   Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return - IRR)

  Kriteria penilaian kelayakan proyek

  t

  Formula untuk menghitung IRR diberikan pada persamaan 2

  Keterangan: CF = Initial Investment CF

  = …………………………………………(1)

  [4] .

  1

  Metode NPV menghitung selisih antara nilai kini dari investasi dengan nilai kini dari penerimaan kas bersih yang akan terjadi selama umur investasi. Formula untuk menghitung NPV diberikan pada persamaan

  Nilai Kini Bersih (Net Present Value – NPV)

  

ISSN :0854-4778 Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014

a.

  292 Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan”

  • Jika NPV > 0, maka usulan proyek layak untuk dilaksanakan
  • Jika NPV < 0, maka usulan proyek tidak layak untuk dilaksanakan
    • – C = 0 .................................................(4) dimana: B = discounted benefits (total penerimaan atau manfaat yang sudah didiskonto)

  • Jika NPV = 0, maka usulan proyek tidak untung dan tidak rugi (impas) b.

METODOLOGI PENELITIAN

  rate yang menyebabkan nilai NPV = 0, artinya

  nilai kini investasi sama dengan nilai kini penerimaan kas bersih pada masa mendatang.

  IRR adalah:

  . Kriteria kelayakan berdasar nilai

  yang masih dapat diterima oleh pelaku proyek

  Return ), yaitu tingkat pengembalian minimal

  . Nilai IRR dibandingkan dengan MARR (Minimum Acceptable Rate of

  [5]

  Studi dilakukan melalui langkah-langkah berikut: a.

  Menetapkan asumsi dan parameter yang akan menjadi dasar perhitungan terkait pembangunan pabrik sarung tangan karet iradiasi.

  • Jika IRR > MARR, maka usulan investasi layak untuk dilaksanakan
  • Jika IRR < MARR, maka usulan investasi tidak layak untuk dilaksanakan
  • Jika IRR = MARR, maka pilih usulan investasi dengan resiko yang lebih kecil Secara filosofi, IRR adalah nilai discount

  b.

  Mengembangkan model perhitungan kelayakan finansial terhadap usulan investasi industri sarung tangan karet iradiasi, yang mana sering disebut model

  cash flow . Model ini mengakomodasi

  semua biaya yang dikeluarkan meliputi biaya investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan pabrik maupun biaya operasional pembuatan sarung tangan karet, sekaligus proyeksi penerimaan yang akan diperoleh dari penjualan produk sarung tangan. Dengan

  [6]

  Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan” 293

  Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014 ISSN :0854-4778

  membandingkan besarnya penerimaan e.

  Analisis data, membuat penilaian dan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan menarik kesimpulan. selanjutnya dapat diketahui kelayakan dari usulan investasi tersebut.

  DATA c.

  Sebelum dilakukan perhitungan Mengumpulkan data-data (teknis & ekonomi) yang diperlukan dalam analisis kelayakan finansial investasi pada industri kelayakan finansial pabrik sarung tangan sarung tangan karet iradiasi, maka perlu karet iradiasi. didefinisikan terlebih dulu beberapa asumsi dan parameter yang akan menjadi basis d.

  Memasukkan data teknis dan ekonomi ke perhitungan sebagaimana dapat dilihat pada dalam model perhitungan.

  Tabel 1. Tabel 1. Data Parameter Teknis dan Ekonomi Pabrik Sarung Tangan Karet Iradiasi

  No Keterangan Satuan Nilai

  Suku bunga pinjaman (untuk investasi maupun modal 1.

  %

  8 kerja)

  2. Debt to Equity Ratio (DER) % 70 : 30 Kapasitas Produksi per tahun kg 2.634.000 3. Target Produksi per hari buah 320 4.

  Harga jual/ buah Rp 250 5. Faktor kapasitas 6 tahunan (pola faktor kapasitas 6

  100, 87, 77, 67, tahunan relatif sama, bedanya pada tahun pertama operasi 59, 52 kapasitasnya baru sebesar 70%)

  Umur Teknis dan ekonomis Tahun

  40 7.

  Weighted Average Cost of Capital (WACC) %

  8 8. dan goodwill), biaya pendahuluan 1.

  copyright Sumber dan Penggunaan Dana

  (studi pendahuluan, penyiapan pembuatan Sumber dan penggunaan dana perlu laporan Feasibility Study, survey pasar dan dibahas untuk mengetahui darimana saja

  legal fee ) dan biaya sebelum operasi

  sumber dana yang digunakan dalam investasi (mobilisasi karyawan, pelatihan, beban bunga, serta untuk keperluan apa saja dana tersebut biaya produksi percobaan). Rincian sumber dialokasikan. Sumber dana diperoleh dari dan penggunaan dana dapat dilihat dalam pinjaman Bank (debt) dan modal sendiri Tabel 2. (equity) dengan proporsi 70% : 30%. Dana tersebut selanjutnya dibelanjakan untuk

  Tabel 2. Sumber dan Penggunaan Dana investasi pembangunan pabrik sarung tangan karet iradiasi. Dalam dunia akuntansi,

  Sumber Dana Rupiah pembelanjaan untuk investasi pembangunan

  1. Pinjaman Bank 63.153.323.204 pabrik ini diistilahkan sebagai pengeluaran

  70% aktiva tetap. Aktiva tetap yang diperlukan 27.065.709.945

  2. Modal sendiri 30% dalam investasi dapat diklasifikasikan menjadi 90.219.033.148

  Total Sumber dana aktiva tetap berwujud (tangible asset) dan tidak berwujud (intangible asset). Untuk

  Penggunaan Dana Rupiah menaksir biaya ini, diperlukan informasi

  1. Peralatan dan 51.371.492.889 tentang kebutuhan fisik investasi yang dapat bangunan diperoleh dari detail rancangan dan

  7.749.173.942

  2. Tanah dan perijinan spesifikasinya, serta harga per komponen.

  3. Engineering & 5.137.449.295

  Tangible Asset mencakup tanah dan Construction

  pengembangan lokasi, bangunan dan

  4. Biaya lain-lain 25.960.917.023 peralatannya, serta pabrik dan mesin. Total Penggunaan Dana 90.219.033.148

  Sedangkan yang termasuk dalam aktiva tetap tidak berwujud adalah: aktiva terkait kekayaan intelektual (patent, lisensi, engineering fees,

  Nama

  294 Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan”

  4 Maintenance 1.643.983.774

  Sedangkan biaya operasional merupakan pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk operasional pembuatan sarung tangan karet iradiasi serta pemeliharaan instalasi pabrik.

  Biaya operasional terdiri atas biaya operasional langsung dan tak langsung. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 4.

  Tabel 4. Biaya Operasional Tahunan

  No Rincian Jumlah (Rp)

  A Biaya operasional langsung

  1 Raw Material 64.487.700.00

  2 Labor 49.900.000

  3 Supervisi 5.000.000

  5 Plant supplies 2.898.207.602

  17 Biaya start-up 7.979.844.490

  B

  Biaya operasional tidak langsung

  1 Packaging 2.107.200.000

  2 Depresiasi 1.196.787.324

  3 Asuransi 821.991.887

  4 Admnistrasi 112.000.000

  5 Sales 3.160.800.000

  Total Biaya Operasinal Tahunan

  Total Biaya Investasi 90.219.033.148

  16 Contingency 15.412.347.885

  

ISSN :0854-4778 Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014

2.

  5 Cetakan sarung tangan 4.492.212.098

   Biaya Investasi & Operasional

  Biaya investasi merupakan pengeluaran yang harus diadakan baik untuk investasi pembangunan pabrik (menyangkut biaya lahan, biaya perijinan, biaya bangunan untuk iradiator dan bangunan biasa untuk pabrik, serta biaya untuk infrastruktur yang menunjang) maupun untuk modal kerja (seperti tangki, sumber irradiator, dll). Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 3.

  Tabel 3. Biaya Investasi

  No Rincian Biaya Investasi Jumlah (Rp)

  1 Tangki pengenceran, penampung, pengawet, pelarutan, penerimaan, pengen- dapan, polimerisasi, penampung kotoran, iradiasi, 14.345.702.590

  2 Pompa P-latex 229.652.369

  3 Centrifuge 2.695.327.259

  4 Bak penampung skim 27.642.053

  6 Genset 1.210.023.400

  15 Contractor fee 2.568.724.647

  7 Sumber irradiator 7.562.646.630

  8 Bangunan biasa 5.011.134.488

  9 Bangunan irradiator 12.297.152.000

  10 Utilitas 3.500.000.000

  11 Tanah 3.000.000

  12 Perijinan 40.000.000

  13 Fasilitas umum 7.706.173.942

  14 Engineering and construction 5.137.449.295

  79.381.778.190

  Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan” 295

  NPV Rp

  c.

  [7] .

  Mampu menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi angka pengangguran

  b.

  Menciptakan nilai tambah (value added) bagi komoditas sektor agrobisnis. Akan lebih menguntungkan jika diekspor sebagai produk jadi (seperti sarung tangan, ban, dll) dibandingkan jika harus diekspor sebagai karet alam mentah.

  Berdasar hasil analisis kelayakan finansial tersebut, mengingat potensi karet alam Indonesia yang cukup besar, maka industri sarung tangan karet alam dengan aplikasi teknologi nuklir dinilai potensial untuk dikembangkan di Indonesia sebagai salah satu solusi bagi permasalahan ekonomi masyarakat. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh jika industri sarung tangan karet iradiasi dikembangkan antara lain: a.

  IRR, investasi dinilai layak. Indikator terakhir adalah nilai BCR, diketahui bahwa nilai BCR sebesar 1,44 atau lebih besar dari 1. Dengan memperhatikan ketiga nilai indikator kelayakan finansial tersebut (NPV > 0, IRR > MARR serta nilai BCR > 1), maka usulan investasi pada industri sarung tangan karet alam iradiasi dinilai layak pada harga jual minimal sebesar Rp 500,- per pasang.

  8%, maka IRR > MARR. Berdasar tinjauan

  Rate of Return ). Karena nilai WACC sebesar

  Berdasar Tabel 7 diketahui bahwa investasi menghasilkan nilai NPV yang positif (Rp 405.201.223.797,61). Karena nilai NPV > 0, maka investasi dinilai layak. Selain itu diperoleh nilai IRR sebesar 17,78%. Nilai ini selanjutnya dibandingkan dengan nilai WACC sebagai nilai MARR (Minimum Acceptable

  17,78 BCR 1,44

  IRR %

  405.201.223.797,61

  Indikator Satuan Nilai

  Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014 ISSN :0854-4778 Nama HASIL DAN PEMBAHASAN

  7. Hasil Perhitungan Kelayakan Finansial Investasi pada Industri Sarung Tangan Karet Iradiasi

  Tabel

  Berdasar data pada Tabel 5 dan Tabel 6 selanjutnya dapat dihitung indikator kelayakan finansial seperti NPV, IRR dan BCR. Hasil perhitungan indikator kelayakan finansial pembangunan pabrik sarung tangan karet iradiasi dapat dilihat pada Tabel 7.

  10 67% 58.100.837.190 5 59% 52.941.821.190 11 59% 52.941.821.190 6 52% 48.427.682.190 12 52% 48.427.682.190

  1 70% 60.035.468.190 7 100% 79.381.778.190 2 87% 70.998.377.190 8 87% 70.998.377.190 3 77% 64.549.607.190 9 77% 64.549.607.190 4 67% 58.100.837.190

  Tahun Kapasitas Produksi Biaya Operasional Tahun Kapasitas Produksi Biaya Operasional

  Tabel 6. Kapasitas Produksi dan Biaya Operasional

  Dengan pola kapasitas produksi tahunan tersebut, diperoleh biaya operasional tahunan yang dapat dilihat pada Tabel 6.

  10 67% 141.182.400.000 5 59% 124.324.800.000 11 59% 124.324.800.000 6 52% 109.574.400.000 12 52% 109.574.400.000

  1 70% 147.504.000.000 7 100% 210.720.000.000 2 87% 183.326.400.000 8 87% 183.326.400.000 3 77% 162.254.400.000 9 77% 162.254.400.000 4 67% 141.182.400.000

  Tahun Kapasitas Produksi Penjualan Tahun Kapasitas Produksi Penjualan

  Tabel 5. Kapasitas Produksi dan Penjualan

  500. Dengan kapasitas produksi 2.634.000 kg dan target produksi 320 buah per hari, maka besarnya penerimaan dari penjualan produk dapat dilihat pada Tabel 5.

  Pembuatan sarung tangan dari lateks alam iradiasi yang dikerjakan oleh industri dapat menghasilkan rata-rata 160 pasang sarung tangan dengan harga per pasang Rp.

  Tingginya kualitas sarung tangan karet alam iradiasi dibandingkan dengan teknologi konvensional (lateks alam

  HERWINARNI, dkk, “Perhitungan Tekno Ekonomi Produksi Lateks Pekat Pravulkanisasi Radiasi

  

ISSN :0854-4778 Hotel Phoenix Yogyakarta, 13 November 2014

  proses belerang) diharapkan mampu menciptakan kepuasan pelanggan dan impak lanjutannya adalah terciptanya keberlanjutan usaha pada sektor tersebut.

  KESIMPULAN

  Usulan investasi pada industri sarung tangan karet alam dengan aplikasi teknologi nuklir dinilai layak secara finansial, ditunjukkan oleh nilai NPV yang bernilai positif (yaitu sebesar Rp 405.201.223.797,61), nilai IRR (17,78%) yang lebih besar dari MARR (8%) serta nilai BCR (sebesar 1,44) yang lebih besar dari 1.

DAFTAR PUSTAKA 1.

  _______, “Peluang Investasi Industri Sarung tangan Karet Tahun Anggaran 2007 ”, http: //regionalinvestment.com/ 2. _______, “Lateks Alam Iradiasi Sebagai

  Bahan Baku Industri Rumah Tangga Barang Jadi Karet

  ”, Pusat Diseminasi lptek Nuklir - BATAN, Jakarta 3. _______, “Identifikasi Peluang Investasi

  TANYA JAWAB

Ikin Sodikin.

  ”, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, P3TM- BATAN Yogyakarta, 8 Juli 2003

  296 Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan”

  Skripsi, Jakarta: Program Studi Teknik Industri Universitas Indonesia, 2010.

  6. MARTLAND, Carl D.,”Project

  Evaluation Choosing a Discount Rate”,

   7.

  • Apa yang berpotensi menjadi kendala bagi pengembangan industri sarung tangan karer dengan aplikasi tenaga nuklir?

   Yang menjadi kendala adalah munculnya produk sejenis dari negara-negara penghasil karet. Karena meraka juga sudah mulai beralih ke sektor industri nuklir produk ogrobisnis termasuk karet. Oleh karena itu dukungan pemerintah sangat diperlukan agaar industri di Indonesia mampu menghasilkan produk dengan harga yang bersaing, sehingga tejadi keberlangsungan usaha.

  Sektor Agribisnis Strategis di Indonesia, Tahun Anggaran 2013”, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) & PT. Primakelola Agribisnis Agroindustri.

  Mochamad Nasrullah

4. BLANK & TARQUIN, “Engineering

  Economy”, 6th, Mc Graw Hill, Singapore, 2008 5. PERMATASARI,

  K.,”Analisis Kelayakan Proyek Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi oleh Pengembang Panas Bumi di Indonesia”,