Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan

  Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan rumusan yang diajukan oleh peneliti. Hasil penelitian ini disajikan mulai dari pratindakan sampai dengan pada akhir siklus. Dalam rencana tindakan ini mengacu pada tindakan penelitian model Kurt Lewin (1990), dimana masing- masing siklus terdiri atas 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Sebelum melakukan tindakan perencanaan peneliti terlebih dahulu yaitu melakukan tindakan pra siklus. Tindakan prasiklus diambil peneliti dari nilai hasil ulangan harian semester I tentang perubahan sifat benda. Berdasarkan kondisi awal atau prasiklus tersebut selanjutnya peneliti melakukan tahap perencanaan untuk siklus 1. Pada tahap perencanaan peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat evaluasi untuk akhir siklus, serta membuat lembar observasi guru dan siswa dalam pembelajaran. Setelah peneliti melakukan perencanaan selanjutnya melaksanakan tahapan yang kedua yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan ini terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pelaksanaan yang akan dilakukan peneliti hanya berperan sebagai observer sedangkan kegiatan pengajaran dilakukan oleh guru kelas V. Tahapan yang terakhir adalah tahap refleksi, yaitu pada tahap ini peneliti melakukan analisis data. Hasil analisis data ini yang digunakan peneliti untuk melaksanakan rencana tindakan pada siklus 2.

  4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan pada semester II tahun ajaran 2014/2015. Jarak lokasi SD Negeri 3 Nambuhan dengan kota sekitar 7 km. SD Negeri 3 Nambuhan berada pada jalan utama Danyang-Kuwu. Kondisi fisik SD masih tergolong baik, tetapi hasil belajar di SD masih kurang salah satunya pada mata pelajaran IPA. Jumlah kelas di SD Negeri 3 Nambuhan ada 6 dari kelas I hingga kelas VI, selain itu sekolah. Jumlah guru di SD Negeri 3 Nambuhan ada 8 orang, yaitu guru kelas I sampai kelas VI, 1 guru agama Islam dan 1 guru Olah Raga. Subyek penelitian yaitu seluruh siswa kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang yaitu 17 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki.

  4.1.2 Kondisi Awal/Prasiklus

  Kegiatan proses pembelajaran yang paling pokok di kelas adalah adanya interaksi antara guru dan siswa. Siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar sehingga guru memiliki peranan sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dalam mengelola adanya interaksi antara guru dengan siswa maka guru dituntut untuk mampu mendesain program, menguasai materi, serta mampu menentukan pemilihan model pembelajaran yang sesuai sehingga tercipta kondisi kelas yang kondusif.

  Dalam kegiatan proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru cenderung mengajar menggunakan model konvensional, yaitu ceramah. Pembelajaran di kelas belum terjadi komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Saat kegiatan belajar mengajar siswa hanya sebagai pendengar, dan hanya terjadi komunikasi satu arah. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, siswa sebagai penerima informasi secara pasif. Pembelajarannya masih sangat abstrak dan teoritis, sehingga interaksi di antara siswa masih kurang. Melihat kondisi pembelajaran yang terkesan mononton inilah berdampak pada hasil belajar siswa kelas V yang masih rendah dibawah KKM yaitu 64 dalam menerima materi pada mata pelajaran IPA semester I. Ini terlihat dari hasil belajar siswa kelas V hanya 10 siswa (40%) dari 25 siswa telah mencapai batas tuntas. Selebihnya 15 siswa (60%) belum mencapai batas tuntas.

  4.1.3 Hasil Analisis Prasiklus

  Pada prasiklus peneliti mengambil nilai dari hasil ulangan semester I tentang perubahan sifat benda yang dilakukan sebelum melakukan tindakan siklus

  I. Berikut nilai hasil ulangan yang peneliti peroleh sebelum melakukan tindakan siklus I.

Tabel 4.1 Daftar Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus Kelas V Semester I

  

Tahun Ajaran 2014/2015 SD Negeri 3 Nambuhan

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) KKM (64)

  1. < 64 15 60 % Tidak Tuntas 2. 10 40 % Tuntas ≥ 64

  Jumlah Siswa

  25 Secara lebih rinci, persentase ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V pada kondisi awal dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:

  

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA

Prasiklus

60% 80%

  40% 60% tase

  40% rsen e

  20% p

  0% < 64 ≥ 64

Tidak Tuntas Tuntas

Gambar 4.1 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus

  

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

  Agar lebih mudah dalam menentukan kelompok interval nilai atau data yang sudah diperoleh, maka peneliti menggunakan pengelompokkan dalam bentuk tabel, sehingga akan lebih mudah melihat dan mengetahui tentang jangkauan skor tertinggi dan skor terendah, banyaknya kategori serta interval dari data yang ada. Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus menurut Sugiyono

  (2011) yang menggunakan rumus K=1+3,3 log n. Adapun rumus untuk menentukan Range, banyak kategori, dan interval adalah sebagai berikut: Range / Jangkauan = Skor tertinggi

  • – skor terendah Banyak kategori / kelas = 1 + 3,3 log n Interval (K) = Range (banyak kategori)

  Dalam menentukan pembuatan interval nilai cara menentukan interval nilai dengan baik, peneliti menggunakan rumus untuk memudahkan mengatur jarak interval nilai sesuai hasil nilai yang diperoleh siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Log 25 = 1,397 K = 1 + 3,3 log25 K = 1 + 3,3.1,397 K = 1 + 4,6101 K = 5,6101 dibulatkan menjadi 6.

  Berdasarkan data hasil belajar prasiklus, setelah dilakukan analisis berdasarkan nilai hasil belajar IPA prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus

  

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

Interval Frekuensi Keterangan Persentase

  77

  2 Tuntas 8%

  • – 82

  71

  5 Tuntas 20%

  • – 76

  65

  3 Tuntas 12%

  • – 70

  59

  8 Tidak Tuntas 32%

  • – 64

  53

  4 Tidak Tuntas 16%

  • – 58

  47

  3 Tidak Tuntas 12%

  • – 52 KKM 64

  Tuntas

  10 Tidak Tuntas

  15 Jumlah Siswa

  25 Nilai Tertinggi

  80 Nilai Terendah

  47 Berdasarkan hasil prasiklus dapat diketahui pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tersebut rendah. Berdasarkan nilai prasiklus diatas perbandingan siswa yang belum mencapai KKM adalah 15 siswa dengan persentase sebesar 60%, sedangkan siswa yang tuntas dari KKM adalah 10 siswa atau 40 %. Dilihat dari tabel diatas dapat diketahui jumlah siswa yang mencapai interval nilai 77

  • – 82 sebanyak 2 orang dengan persentase 8%, jumlah siswa yang mencapai interval nilai 71
  • – 76 sebanyak 5 orang dengan persentase 20%, jumlah siswa mencapai interval nilai>– 70 sebanyak 3 orang dengan persentase 12%, jumlah siswa mencapai interval nilai 59
  • – 64 sebanyak 8 orang dengan persentase 32%, jumlah siswa mencapai interval nilai
  • – 58 sebanyak 4 orang dengan persentase 16%, dan jumlah siswa mencapai interval nilai 47
  • – 52 sebanyak 3 orang dengan persentae 12%. Jadi, jumlah keseluruhan siswa ada 25 siswa dimana jumlah siswa dinyatakan tuntas ada 10 siswa dan tidak tuntas ada 15 siswa, dengan perolehan nilai tertinggi yaitu 80 dan terendah 47.

  Pada pembelajaran IPA ini, guru masih menggunakan metode konvensional, sehingga masih ada 15 siswa yang belum mencapai nilai batas tuntas KKM. Peneliti berinisiatif untuk mengadakan penelitian tindakan kelas demi membantu meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match pada pembelajaran IPA “Gaya Magnet”.

  Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada prasiklus dapat dilihat pada

gambar 4.2 dibawah ini:

  

Nilai Prasiklus

  4

  2 Fr e ku e n si Kategori

  5

  3

  8

  4

  3

  47

  8

  6

  2

  • – 52 53 – 58 59 – 64 65 – 70 71 – 76 77 – 82

Gambar 4.2 Diagram Nilai Hasil Belajar IPA Prasiklus

  47 Seperti pada tabel 4.3 diatas, persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sebelum dilakukan tindakan, dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai

  80 Nilai Terendah

  ≥ 64 10 40 % Tuntas Jumlah 25 100 % KKM 64 Nilai Tertinggi

  1. < 64 15 60 % Tidak Tuntas 2.

  No. Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

  

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

Tabel 4.3 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus

  Berdasarkan pada patokan penilaian peneliti bahwa siswa dapat dikatakan tuntas apabila siswa mendapatkan nilai mencapai KKM 64, maka persentase keseluruhan siswa yang mencapai kriteria KKM maupun yang belum mencapai kriteria KKM, disajikan pada tabel berikut ini:

  

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan dibawah KKM sebanyak 15 siswa dengan persentase 60%. Sedangkan siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 10 siswa dengan persentase 40% dari total seluruh siswa sebanyak 25 siswa. Nilai terendah hasil belajar siswa adalah 47, sedangkan nilai tertinggi hasil belajar siswa adalah 80.

  Dari tabel diatas dapat disajikan diagram persentase hasil belajar IPA siswa pada prasiklus yang belum mencapai KKM dan yang sudah mencapai KKM yaitu sebagai berikut:

  Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus 80% 60% 60% 40% tase

  40% rsen e

  20% p

  0% < 64 ≥ 64

Tidak Tuntas Tuntas

Gambar 4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus

  

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

4.2 Deskriptif Data Penelitian

4.2.1 Pelaksanaan Siklus I

  Pada bagian pelaksanaan siklus I terdiri dari empat sub bab yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang sesuai dengan tahap penelitian Kurt Lewin (1990). Pada bagian pelaksanaan siklus I akan diuraikan pada perencanaan tindakan apa yang akan dilakukan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya akan diuraikan pula pelaksanaan tindakan dan observasi, kemudian akan diuraikan refleksi berdasarkan hasil observasi.

  1) Tahap Perencanaan Tindakan

  Setelah memperoleh data dari hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan pada kondisi awal, selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas V untuk melakukan kegiatan penelitian pada siklus I. Dalam siklus I ini peneliti melakukan 2 kali pertemuan, dimana masing-masing setiap pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).

  Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti dengan guru kelas V menyiapkan terlebih dahulu rencana pembelajaran dimana peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selanjutnya dikonsultasikan kepada guru kelas V untuk mengetahui apakah RPP tersebut sesuai atau tidak yang telah dibuat peneliti diterapkan di sekolah tersebut. Peneliti juga menyiapkan lembar observasi berupa aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru dalam proses pembelajaran. Soal tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda berjumlah 25 butir soal, tahap pemilihan 25 soal tersebut pertama-tama diawali dengan membaca materi yang akan diajarkan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah di uji validitas dan reliabilitas instrument soal dari 30 butir soal pada SD Negeri 1 Nambuhan kelas VI.

  Peneliti disini berperan langsung sebagai observer kegiatan siswa dan kegiatan mengajar guru. Peneliti juga bisa berkolaborasi dengan guru saat kegiatan pembelajaran, selain itu peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa yang berperan sebagai pengambil dokumentasi foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Materi yang dipilih dalam siklus 1 ini adalah gaya magnet. Peneliti juga mempersiapkan alat peraga atau media yang akan digunakan dalam pembelajaran melalui model pembelajaran Make A Match yaitu dengan membuat kartu-kartu berpasangan yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.

  2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

  Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 13 April 2015, dengan kompetensi dasar mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, dan gaya magnet) dengan memilih materi yang akan diajarkan yaitu gaya magnet. Untuk indikator pembelajaran pada kutub magnet, mengelompokan benda-benda magnetis dan non magnetis, menunjukkan kekuatan gaya magnet dan mengidentifikasi sifat kemagnetan. Pada pertemuan kedua adalah siswa dapat memberikan contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari dan siswa dapat membuat magnet sederhana. Pemberian test formatif dilakukan di akhir siklus I untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

  Pada pertemuan pertama kegiatan awal guru membuka pembelajaran dengan memberi salam, mempresensi siswa dan melakukan apersepsi dengan menunjukkan sebuah magnet dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memacu siswa untuk aktif berfikir terkait dengan materi yang akan dipelajari serta memberikan motivasi terhadap siswa. Kemudian guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan memberikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru menjelaskan langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Make A Match yaitu pembelajaran dengan cara mencari kartu pasangan. Kartu-kartu pasangan tersebut terdiri dari kartu berupa soal pertanyaan dan kartu berupa kunci jawaban, sehingga siswa harus mencari kartu pasangan yang sesuai dengan kartu yang di dapatkan. Guru menjelaskan sekilas tentang gaya magnet serta melakukan tanya jawab dengan siswa agar siswa lebih memahami dan mendalami materi yang disampaikan. Pelaksanaan permainan pertama-tama yang dilakukan yaitu pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok ini dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerja sama dengan baik. Guru membimbing siswa dalam kelompok untuk melakukan pengamatan dan melakukan eksperimen untuk mengidentifikasi dalam membuktikan sifat-sifat magnet dan benda magnetis maupun non magnetis. Selanjutnya guru memberikan lembar kerja yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan tiap kelompok. Kemudian guru memberikan kesimpulan pada siswa mengenai hasil kerja kelompok. Guru kemudian membagi kelompok lagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B. Sebelumnya guru menjelaskan kembali tentang langkah-langkah pembelajaran model Make A Match secara jelas dan rinci. Guru menyiapkan kartu membagikan kartu pada kelompok A yang mendapatkan kartu soal secara acak dan kelompok B mendapatkan kartu jawaban secara acak pada masing-masing siswa serta menjelaskan cara penggunaan kartu tersebut.

  Pada tahap permainan mencari pasangan kartu kondisi kelas dapat terkontrol dengan baik dan berjalan lancar dalam mencari pasangan, tetapi ada beberapa siswa yang belum mendapatkan pasangan. Siswa yang mendapatkan pasangan kartu dalam waktu yang ditentukan pasangan tersebut dinyatakan berhasil dan siswa yang belum mendapatkan kartu pasangannya dianggap gagal. Kemudian siswa yang sudah mendapatkan kartu pasangannya diminta untuk mempresentasikan kartu pasangannya di depan kelas dan siswa yang lain mendengarkan temannya yang sedang presentasi dan memberikan tanggapan. Tahap terakhir adalah memberikan kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan materi yang telah dibahas, pada kegiatan penutup guru membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi.

  Pada pertemuan kedua pada siklus I merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama yang dilaksanakan pada tanggal 14 April 2015 yaitu melanjutkan materi serta pemantapan materi melalui pelaksanaan model pembelajaran Make A Match. Kegiatan awal guru memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan pertama dengan melakukan tanya jawab pada siswa dan memberikan motivasi siswa. Guru menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu masih melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A

  

Match. Kegiatan inti guru melanjutkan penyampaian materi yang berkaitan

  dengan gaya magnet yaitu cara membuat magnet sederhana. Kemudian pada kegiatan elaborasi langkah pembelajaran sama dengan pertemuan pertama. Pelaksanaan pertama guru membentuk kelompok untuk berdiskusi kelompok dalam pembuatan magnet sederhana. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerja sama dengan baik. Guru melakukan demonstrasi pembuatan magnet sederhana, dan itu guru dan siswa menyimpulkan hasil eksperimen yang sudah dilakukan. Guru memberikan pertanyaan pada siswa tentang kegunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match yang sebelumnya sudah dilaksanakan pada pertemuan pertama.

  Guru menyiapkan kartu permainan yang akan digunakan, yaitu kartu berisi soal dan kartu yang berisi jawaban. Kemudian guru membagikan kartu pada kelompok A yang mendapatkan kartu berisi jawaban dan kelompok B yang mendapatkan kartu berisi soal pada masing-masing siswa secara acak dengan menjelaskan cara penggunaan kartu tersebut. Pada tahap permainan mencari pasangan dimulai kondisi kelas terkontrol dan teratur dalam mencari pasangan kartu dalam waktu yang sudah ditentukan. Namun masih ada beberapa siswa yang belum mendapatkan kartu pasangan. Siswa yang mendapatkan kartu pasangannya secara berpasangan dinyatakan berhasil kemudian mempresentasikan kartunya. Siswa yang belum menemukan kartu pasangannya dinyatakan gagal. Permainan dilanjutkan kembali sampai siswa mendapatkan kartu secara berpasangan dan berhasil. Setelah semua siswa mendapatkan kartu pasangannya kemudian siswa menyimpulkan materi dengan bimbingan guru. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti.

  Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan melakukan refleksi. Kemudian diakhir siklus 1 guru memberikan evaluasi berupa test tulis pilihan ganda. Kemudian siswa mengerjakan test. Guru menjelaskan pada siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru membagikan lembar test pada setiap siswa. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi awal (prasiklus) ke siklus I.

3) Tahap Observasi

  Pada siklus I peneliti mengamati aktivitas siswa sedangkan pengambilan dokumentasi foto selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran peneliti dibantu oleh 1 orang mahasiswa. Dalam kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran Make A Match beberapa siswa masih kesulitan memahami cara kegiatan tersebut, namun setelah melakukan kegiatan permainan mencari pasangan siswa mengikuti kegiatan dengan cukup baik dan ada beberapa siswa yang belum paham saat guru memberikan instruksi. Guru juga masih perlu belajar dan mengerti cara pembelajaran dengan menerapkan model Make A Match, karena saat permainan mencari kartu pasangan guru belum menguasai keadaan kelas masih terlihat beberapa siswa yang kurang aktif dalam mencari kartu pasangannya.

  Pada hasil obeservasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan kualitas guru dalam mengajar yang sebelumnya pada kondisi awal hanya menggunakan metode konvensional yakni ceramah dan pada siklus I guru menggunakan model pembelajaran Make A Match. Melalui model pembelajaran Make A Match terjadi peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan mengalami peningkatan meskipun masih banyak ditemukan siswa yang belum tuntas KKM.

  Kelemahan-kelemahan dalam model pembelajaran tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan motivasi kepada siswa dengan menumbuhkan rasa percaya diri serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran sehingga semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

4) Tahap Refleksi

  Berdasarkan pada pembelajaran siklus I yang telah dilaksanakan hasil belajar IPA sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal (prasiklus) sebelum diadakan tindakan siklus I ini dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Dalam pelaksanaan siklus I masih ditemukan siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM yang telah ditentukan dari pihak sekolah. Kondisi di kelas siswa yang aktif mengikuti pembelajaran belum menyeluruh. Guru harus mempersiapkan diri dalam melakukan pembelajaran dan mengkondisikan kelas supaya siswa lebih aktif secara menyeluruh.

  Kelemahan dari pelaksanaan pembelajaran siklus I akan digunakan II. Pada siklus II ini model pembelajaran Make A Match akan lebih ditekankan dan diharapkan adanya peningkatan hasil belajar IPA .

4.2.2 Pelaksanaan Siklus II 1) Tahap Perencanaan Tindakan

  Setelah melakukan kegiatan siklus 1, selanjutnya peneliti berkonsultasi dengan guru kelas V untuk melakukan kegiatan siklus II berdasarkan kekurangan- kekurangan yang terjadi pada siklus I. Pada siklus II ini dilakukan agar pada pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II dapat berlangsung lebih baik untuk menyempurnakan siklus I. Sama dengan halnya yang dilakukan pada siklus I, pada siklus II ini peneliti melakukan 2 kali pertemuan, dimana masing-masing pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).

  Pada siklus II peneliti dengan guru kelas V menyiapkan rencana pembelajaran dimana peneliti membuat RPP. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar observasi berupa aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru. Sama halnya pada siklus I peneliti berperan langsung sebagai observer kegiatan dan kegiatan mengajar guru. Pengambilan dokumentasi foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa. Materi yang dipilih oleh guru kelas V adalah kelanjutan dari siklus I yaitu pesawat sederhana.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan sikus II yang dilakukan pada tanggal 22 April 2015.

  Dengan kompetensi dasar menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dengan materi pelajaran pesawat sederhana. Untuk indikator pembelajaran pertemuan pertama adalah menjelaskan pengertian pesawat sederhana, mengidentifikasi berbagai pesawat sederhana dan menggolongkan berbagai alat rumah tangga misal pengungkit (tuas), bidang miring, katrol dan roda berporos. Pada pertemuan kedua adalah mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana dan cara menggunakan pesawat sederhana misal pengungkit (tuas), bidang miring, katrol dan roda berporos. Pemberian soal tes dilakukan diakhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

  Pada pertemuan pertama kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan mengajak semua siswa untuk berdoa dengan keyakinan agama masing-masing, kemudian memberi salam, mempresensi kehadiran siswa dan melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa tentang pesawat sederhana dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada siswa untuk aktif berfikir. Guru menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

  Guru menjelaskan sekilas tentang pengertian pesawat sederhana, kemudian siswa dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing beranggotakan 5 orang untuk mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana. Siswa dengan bimbingan guru melakukan kerja kelompok untuk menggolongkan berbagai alat rumah tangga menurut jenis pesawat sederhana. Guru memberikan lembar kerja kelompok untuk dikerjakan, dengan bimbingan guru siswa mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru. Setiap kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok, kemudian siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran.

  Selanjutnya guru menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Make A Match yaitu pembelajaran dengan cara mencari kartu pasangan. Kartu-kartu pasangan tersebut terdiri dari kartu berupa soal pertanyaan dan berupa kartu kunci jawaban, sehingga siswa harus mencari kartu pasangan yang sesuai dengan kartu yang didapatkan. Pelaksanaan pertama yaitu pembentukan kelompok. Siswa dibagi menjadi dua kelompok secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerja sama dengan baik yaitu kelompok A mendapatkan kartu berupa soal pertanyaan dan kelompok B berisi kunci jawaban. Sebelumnya guru menjelaskan kembali tentang langkah-langkah pembelajaran model Make A Match secara jelas dan lebih rinci agar siswa lebih paham dan mengerti lagi cara permainannya yang sebelumnya

  • – sudah dilakukan pada pelaksanaan siklus I. Kemudian guru membagikan kartu kartu sesuai kelompok yang sudah di bentuk secara acak serta menjelaskan cara permainannya dengan waktu yang ditentukan.

  Pada tahap permainan mencari kartu berpasangan dimulai, guru menjadi lebih kondusif dan efektif. Saat mencari kartu berpasangan terdapat tiga pasangan yang belum menemukan kartu pasangan dengan waktu yang sudah ditentukan. Siswa yang mendapatkan kartu pasangannya dianggap berhasil, sedangkan siswa yang belum mendapatkan kartu pasangannya dianggap gagal. Siswa yang sudah mendapatkan kartu pasangannya maju kedepan kelas untuk mempresentasikan kartu pasangannya. Siswa yang lain diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan atau tanggapan. Permainan dilakukan dua kali agar materi yang diajarkan melalui pembelajaran dengan model Make A Match mudah dipahami oleh siswa. Tahap terakhir adalah memberikan kesimpulan pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada kegiatan penutup guru melakukan refleksi dan membimbing siswa dalam membuat rangkuman sebagai tindak lanjut.

  Pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2015 proses pembelajaran sama halnya pada pertemuan pertama. Pelaksanaan pada pertemuan kedua ini siswa dibentuk dalam kelompok untuk mengidentifikasikan kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana dan cara penggunaannya. Guru membimbing siswa dalam kerja kelompok. Kemudian guru dan siswa menyimpulkan hasil kerja kelompok dengan memberikan tambahan materi yang belum jelas. Guru memberikan arahan untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Make A Match untuk menyempurnakan hasil belajar siswa pada siklus I dengan lebih memaksimalkan proses pembelajaran agar lebih efektif lagi dan pencapaian indikator keberhasilan tercapai. Selama permainan dimulai siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran yaitu dengan mencari kartu pasangannya. Selama permainan berlangsung siswa sangat antusias untuk mencari kartu pasangannya dengan waktu yang sudah ditentukan dan hasilnya pun tidak adanya kendala yang ditemui saat permainan berlangsung. Guru ikut andil dalam permainan agar suasana menjadi lebih terkontrol dan kondusif. Akhir pembelajaran siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru melakukan refleksi diakhir pembelajaran, kemudian guru memberikan evaluasi berupa tes tulis pilihan ganda siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar melalui model pembelajaran Make A Match

3) Tahap Observasi

  Hasil observasi pada siklus II secara keseluruhan guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan baik antara lain menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran. Pada siklus II ini pemahaman guru mengenai langkah- langkah melalui model pembelajaran Make A Match sudah terlihat. Guru memeriksa kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran serta memotivasi siswa yang membuat gaduh agar tenang dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Guru juga menjelaskan aturan dalam pembelajaran IPA yang akan dilaksanakan melalui model pembelajaran Make A Match.

  Dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, menyampaikan apersepsi dengan mengulas sedikit materi yang lalu untuk mengetahui kesiapan siswa dalam melanjutkan materi, serta menjelaskan tujuan pembelajaran dan arahan agar siswa memiliki gambaran tentang kegiatan yang akan dilakukan.

  Guru menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah pembelajaran

  

Make A Match secara lebih jelas dan rinci. Guru sudah memberi aturan-aturan

  secara tegas kepada siswa yang kurang sportif dalam mengikuti permainan sebelumnya agar permainan dapat berjalan lancar sesuai aturan yang telah disepakati.

  Pada tahap permainan mencari pasangan kondisi kelas sudah terkendali dan lebih baik lagi dari permainan sebelumnya, sehingga guru tidak kesulitan dalam mengatur jalannya permainan.

  Pada tahap terakhir yaitu evaluasi guru sudah membimbing siswa dalam pembuatan kesimpulan tentang materi pembelajaran, sama halnya pada akhir siklus I, diakhir siklus II guru juga memberikan evaluasi berupa test. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas dalam pembelajaran IPA mengenai gaya magnet dan pesawat sederhana apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi awal (prasiklus), siklus I ke siklus II. Pada akhir pembelajaran guru melakukan refleksi.

  Berdasarkan observasi guru pelaksanan siklus II telah menunjukkan model pembelajaran Make A Match apabila dibandingkan pada siklus I. Dengan melakukan pendekatan khusus dalam pembelajaran Make A Match misalnya guru memberikan motivasi pada siswa yang kurang aktif dalam permainan dan tidak mengikuti pembelajaran dengan baik guru sudah mampu menguasai keadaan kelas, sehingga dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam menerapkan model pembelajaran Make A Match.

  Pada siklus II ini peneliti juga mengamati aktivitas siswa dengan dibantu 1 mahasiswa yang berperan dalam pengambilan dokumentasi foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Saat pembelajaran berlangsung siswa sudah memahami langkah-langkah model pembelajaran Make A Match. Siswa terlihat antusias ketika akan mengikuti pembelajaran. Pada saat guru menjelaskan kembali langkah-langkah model pembelajaran Make A Match beberapa siswa sudah memahami dengan baik dan pada saat permainan siswa bermain dengan sportif serta aktif dengan mematuhi aturan-aturan dengan baik.

  Pada tahap terakhir yaitu evaluasi sama halnya pada akhir siklus I dan siklus II siswa mengerjakan soal tes yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus I, dan ke siklus II. Pada akhir pembelajaran siswa menerima refleksi dari guru.

  Dari observasi siswa pada siklus II ini peneliti menemukan adanya peningkatan yang baik terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan kondisi awal (prasiklus) sebelum diadakan tindakan dan siklus I melalui model pembelajaran Make A Match.

  Dapat disimpulkan pada siklus II ini bahwa guru berhasil meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan rata-rata kelas dan jumlah siswa yang tuntas sesuai dengan nilai KKM yang telah ditentukan dari sekolah dan sesuai dengan indikator keberhasilan minimal yaitu 80% dari keseluruhan jumlah siswa mencapai nilai diatas KKM yaitu 64.

4) Tahap Refleksi

  Pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru yang lebih baik a) Adanya rasa percaya diri siswa telah meningkat. Hal tersebut terlihat dari keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru, serta adanya keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok.

  b) Guru dapat menguasai keadaan kelas, sehingga dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil menerapkan pembelajaran melalui model pembelajaran

  Make A Match .

4.3 Hasil Analisis Data

4.3.1 Siklus I

4.3.1.1 Data Siklus I

  Dalam siklus I proses belajar mengajar melalui model pembelajaran Make

  

A Match terjadi kenaikan nilai rata-rata dari prasiklus serta adanya kenaikan

  jumlah siswa yang telah tuntan KKM ≥ 64. Hasil evaluasi pada akhir siklus sebagai tolak ukur pemahaman siswa tentang materi gaya magnet yang telah disampaikan oleh guru rata-rata yang diperoleh adalah 68,80 sedangkan pada kondisi awal (prasiklus) yang diperoleh dari ulangan harian sebelum diadakan siklus I nilai rata-rata hanya mencapai 62,36 dari siklus ini terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa.

  Berdasarkan hasil tes pada siklus I terdapat 7 siswa atau 28% yang mendapat nilai kurang dari KKM 64, dan 18 siswa atau 72% yang mendapat nilai diatas 64 dengan nilai tertinggi 88 dan nilai terendah yaitu 56. Hal ini berarti pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang optimal karena masih ditemukan siswa yang belum mencapai KKM dan indikator keberhasilan yang masih rendah, sehingga perlu tindakan dalam perbaikan siklus I.

  Pengolahan data hasil belajar siswa pada siklus I untuk mendapatkan

  

range, kelas, dan interval sama dengan pengolahan data prasklus. Untuk

  memperjelas hasil siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4

  • – 88
  • – 80
  • – 75
  • – 70

  • – 65
  • – 60
  • – 60 sebanyak 3 siswa, dalam rentang skor 61 – 65 sebanyak 8 siswa, rentang skor 66
  • – 70 sebanyak 4 siswa, rentang skor 71 – 75 sebanyak 6 siswa, rentang skor 76 – 80 sebanyak 2 siswa dan rentang skor 81 – 88 sebanyak 2 siswa.

gambar 4.4 dibawah ini:Gambar 4.4 Diagram Nilai Hasil Belajar IPA Siklus 1

  

Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

  2

  4

  6

  56

  8

  2

  2

  6

  4

  8

  3 Fr e ku e n si Kategori

  Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada

  3 Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat yang berada dalam rentang skor

  56

  76

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I

  

Siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

No. Interval Frekuensi

  1.

  81

  2 2.

  2 3.

  56

  71

  6 4.

  66

  4 5.

  61

  8 6.

  

Nilai Siklus 1

  • – 60 61 – 65 66 – 70 71 – 75 76 – 80 81 – 88

4.3.1.2 Analisis Ketuntasan Sikus I

  Dalam analisis ketuntasan siklus I disajikan hasil belajar IPA siswa kelas V pada siklus I disajikan dalam tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I

  

Siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

No. Nilai Setelah Tindakan Siklus I Keterangan

Jumlah Siswa Persentase

  1. < 64 7 28% Tidak Tuntas 2. 18 72% Tuntas ≥ 64

  Jumlah 25 100% KKM 64 Rata

  68,80

  • – Rata Nilai Tertinggi

  88 Nilai Terendah

  56 Berdasarkan tabel 4.5 di atas terlihat bahwa masih banyak siswa yang nilainya masih belum tuntas atau belum memenuhi KKM yaitu 64. Hal tersebut terlihat siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak 7 siswa dengan persentase 28% dari total keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang mencapai KKM sebanyak 18 siswa dengan persentase 72% dari total seluruh siswa sebanyak 25. Nilai terendah hasil belajar siswa adalah 56 sedangkan nilai tertinggi hasil belajar siswa adalah 88. Rata-rata yang diperoleh pada siklus I adalah 68,80.

  Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes siklus I dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah ini:

  

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA

Siklus 1

72% 80%

  60% 28% tase

  40% rsen e 20% p

  0% < 64 ≥ 64

Tidak Tuntas Tuntas

Gambar 4.5 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1

  

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

4.3.2 Siklus II

4.3.2.1 Data Siklus II

  Pada proses pembelajaran siklus II melalui model pembelajaran Make A

  

Match dengan indikator keberhasilan pada siklus II dikatakan sudah berhasil

karena sudah mencapai 96%.

  Hasil tes pada akhir siklus sebagai tolak ukur tingkat pemahaman siswa yang telah disampaikan oleh guru rata-rata yang diperoleh adalah 78,08 sedangkan pada siklus I rata-rata yang diperoleh adalah 68,80 dari siklus ini terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan.

  Berdasarkan hasil tes pada siklus II terdapat 24 siswa atau 96% yang mendapat nilai diatas 64 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60 dari 1 siswa atau 4% yang mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditetapkan disekolah. Hal ini berarti pembelajaran yang telah dilaksanakan melalui model pembelajaran Make A Match sudah baik, hal itu dikarenakan siswa dapat menguasai dan memahami materi yang diajarkan serta mendapatkan nilai yang mencapai indikator keberhasilan.

  Pengolahan data hasil belajar siswa pada siklus II untuk mendapatkan

range , kelas, dan interval sama dengan pengolahan data prasiklus dan siklus I.

Dengan demikian peneliti ini akan mendapatkan hasil distribusi tindakan pada siklus II dapat dilihat hasil pembelajaran pada siklus II yang telah dilaksanakan pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II

  

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

No. Interval Frekuensi

  1.

  90

  3

  • – 100 2.

  84

  6

  • – 89 3.

  78

  2

  • – 83 4.

  72

  7

  • – 77 5.

  66

  4

  • – 71 6.

  60

  3

  • – 65 Berdasarkan pada tabel 4.6 dapat dilihat dari jumlah 25 siswa, yang berada dalam rentang skor 60
  • – 65 sebanyak 3 siswa, dalam rentang skor 66 – 71 sebanyak 4 siswa, dalam rentang skor
  • – 77 sebanyak 7 siswa, dalam rentang skor 78
  • – 83 sebanyak 2 siswa, dalam rentang skor 84 – 89 sebanyak 6 siswa, dan dalam rentang skor 90 – 100 sebanyak 3 siswa.

  Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada

gambar 4.6 dibawah ini:

  6

  8

  

Nilai Siklus 2

  3 Fr e ku e n si Kategori

  6

  2

  7

  4

  3

  2

  4

  60

  • – 65 66 – 71 72 – 77 78 – 83 84 – 89 90 – 100

Gambar 4.6 Diagram Nilai Hasil Belajar IPA Siklus 2

  60

  ≥ 64 24 96% Tuntas Jumlah 25 100% KKM 64 Rata-Rata 78,08 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah

  1. < 64 1 4% Tidak Tuntas 2.

  

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

No. Nilai Siklus II Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%)

Tabel 4.7 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II

  Dalam analisis ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V pada siklus II disajikan dalam tabel 4.7 sebagai berikut:

  

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

4.3.2.2 Analisis Ketuntasan Siklus II

  Dari hasil analisis tes siklus II, terlihat peningkatan yang maksimal dan sangat baik. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa memperoleh nilai diatas KKM yaitu 64 sebanyak 24 siswa dengan persentase 96% dengan nilai tertinggi 100, sedangkan siswa yang belum berhasil mencapai nilai KKM terdapat 1 siswa yaitu dengan nilai terendah 60 dengan persentase 4%. Nilai rata-rata yang diperoleh meningkat menjadi 78,08.

  Secara lebih rinci, ketuntasan hasil belajar siklus II dapat dilihat pada

gambar 4.7 dibawah ini:

  

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA

Siklus 2

96% 100%

  80% 60% tase

  40% rsen e

  4% p

  20% 0% < 64 ≥ 64

  

Tidak Tuntas Tuntas

Gambar 4.7 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2

  

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

4.4 Analisis Komparatif

  Berdasarkan hasil analisis ketuntasan yang telah dilakukan peneliti di SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, maka akan dilakukan analisis komparatif untuk mengukur perubahan yang terjadi pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbandingan nilai pada prasiklus dan nilai siklus I, dan siklus II.

  Berikut ini akan disajikan dalam tabel maupun diagram perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I.

Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

  

Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

Skor Kriteria Prasiklus Siklus I Siklus II Hasil Jumlah Persen- Jumlah Persen- Jumlah Persen- Belajar Siswa tase Siswa tase Siswa tase (%) (%) (%)

  < 64 Tidak 15 60% 7 28% 1 4% Tuntas 10 40%

  18 72% 24 96% ≥ 64 Tuntas

  Jumlah 25 100% 25 100% 25 100% Rata-Rata 62,36 68,80 78,08 Nilai Tertinggi

  80 88 100 Nilai Terendah

  47

  56

Dokumen yang terkait

3.1. Perancangan Mekanik - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Sistem Hidroponik Skala Rumah Tangga dengan Metode Bertingkat untuk Tanaman Selada

0 0 14

4.1. Contoh Perhitungan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Kinematika Balik pada Prototype Modul Praktikum Robot Manipulator 4 DOF

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Kinematika Balik pada Prototype Modul Praktikum Robot Manipulator 4 DOF

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 Semester 2 SD N 2 Jatisari Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 Semester 2 SD N 2 Jatisari Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 Semester 2 SD N 2 Jatisari Tahun Pelajaran 2014/2015

1 2 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 Semester 2 SD N 2 Jatisari Tahun Pelajaran 2014/2015

1 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 Semester 2 SD N 2 Jatisari Tahun Pelajaran 2014/2015

0 1 74

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 18