MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA BLOK BIOMEDIK 2

MODUL PRAKTIKUM
BIOKIMIA
BLOK BIOMEDIK 2

Tim Penyusun:
Anita Lidesna Shinta Amat, S.Farm., M.Si., Apt.
Renie Oematan, A.Md.AK.
Nurjaya, A.Md.AK.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FEBRUARI 2017
1

TATA TERTIB

1.
2.
3.
4.


Datang tepat waktu dan bekerja dengan teliti.
Menggunakan baju praktikum.
Setiap kelompok memilih 3 jenis materi praktikum yang berbeda.
Setiap praktikum disediakan bahan dan alat untuk semua kelompok, masing-masing
kelompok boleh mengambil bahan seperlunya dan tidak diperkenankan membawa

5.
6.
7.
8.
9.

pulang persediaan bahan.
Bacalah etiket bahan dengan teliti.
Berhati-hatilah dalam menggunakan alat-alat dan bahan-bahan kimia.
Alat dan bahan harus diperlakukan secara baik dan bijaksana.
Perhatikan kebersihan.
Pada saat praktikum tidak boleh meninggalkan ruangan praktikum tanpa ijin

pengawas praktikum.

10. Jangan bersenda gurau dan manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya.
11. Selesai praktikum bersihkan alat dan letakkan pada tempat semula.
12. Alat-alat yang hilang/rusak menjadi tanggung jawab kelompok dan harus diselesaikan
secepatnya.
13. Tidak boleh pulang sebelum diijinkan pembimbing praktikum.
14. Laporan praktikum dikumpulkan dan jangan lupa diparaf di dalam lembar penilaian
praktikum oleh pembimbing praktikum.
15. Bekerja sama dengan baik antar sesama anggota praktikum dalam 1 kelompok.
16. Laporan:
a. Nama
b. NIM
c. Kelompok
d. Tanggal praktikum
e. Judul percobaan
f. Tujuan dan teknik percobaan
g. Bahan dan alat yang digunakan
h. Hasil yang didapatkan
i. Pembahasan dan kesimpulan

GASTROENTEROHEPATOLOGI

2

A. EMPEDU
DASAR TEORI
Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan di dalam kandung empedu. Selama
pencernaan, kandung empedu berkontraksi dan menyalurkan empedu ke usus kecil.
Banyaknya empedu yang disalurkan tergantung dari:
1. Jenis makanan, makin banyak makanan (lemak) maka makin banyak empedu
2. Susunan empedu dalam hati
Perangsangan empedu tergantung 2 faktor:
1. Faktor makanan
2. Faktor hormonal
Sebelum masuk ke usus kecil empedu bercampur dahulu dengan getah pankreas. Empedu
bereaksi alkalis, diantara bahan-bahan terpenting yang terdapat di dalam empedu adalah
garam-garam empedu (natrium glikokolat dan taurokolat), pigmen-pigmen empedu,
lesitin, kolesterol dan garam-garam organik. Empedu merupakan campuran sekresi dan
ekskresi. Bahan yang disekresi misalnya garam-garam empedu dan yang diekskresi
adalah pigmen-pigmen empedu dan kolesterol. Garam-garam empedu membantu proses
pencernaan dan penyerapan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Aktivitas tadi
disebabkan karena:

1. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan membantu emulsifikasi lemak
sehingga memudahkan pencernaan.
2. Garam empedu berikatan dengan asam lemak membentuk suatu kompleks yang lebih
mudah larut dan diserap.
Di samping mensekresikan zat yang disintesis oleh hepar sendiri, sel-sel hepar juga
mengekskresikan sejumlah zat yang dibentuk di tempat lain di dalam tubuh. Diantaranya

yang terpenting adalah bilirubin yang merupakan salah satu produk akhir utama
pemecahan hemoglobin. Dimana bila sel darah merah telah melewati masa hidupnya,
3

rata-rata 120 hari, maka membrane sel darah merah pecah dan melepaskan hemoglobin
yang difagositosis oleh sel-sel retikuloendotelial system di seluruh tubuh. Di sini
hemoglobin akan dipecah menjadi heme dan globin, lalu cincin heme cepat dikonversi
menjadi bilirubin yang dilepaskan ke dalam plasma atau disebut bilirubin I. Kemudian
ada juga yang dikonjugasi oleh sel hepar menjadi bilirubin II yang diekskresikan oleh
transport aktif ke dalam empedu.
PERCOBAAN
1. Sifat-sifat Fisis dan Reaksi
a. Catatlah warna, bau dan konsistensinya.

b. Tentukan pH-nya
c. Tentukan berta jenis dengan urinometer
2. Percobaan Emulsi dengan Empedu
a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 1 mL minyak dan 10 mL air
b. Ke dalam tabung reaksi yang lain dimasukkan 1 mL minyak, 9 mL air dan 1 mL
empedu. Kedua tabung reaksi ini dikocok kuat-kuat dan tempatkanlah untuk
beberapa lama di rak tabung reaksi. Perhatikanlah emulsi yang terjadi.
3. Percobaan untuk Menyatakan Pigmen Empedu
a. Gmellin’s test
-. Ke dalam tabung reaksi yang kering dimasukkan asam nitrat (HNO 3) pekat
kemudian dituangkan empedu sebanyak 2 mL secara hati-hati sehingga
membentuk lapisan bawah. Pada batas antara kedua larutan itu akan terdapat suatu
cincin berwarna biru, violet sampai merah.
-. Ulangi percobaan ini dengan menggunakan empedu yang telah diencerkan.
b. Rosenbach Modification Gmellin’s test.
Ambillah sepotong kertas saring dan basahilah dengan akuades. Setelah itu, tetesi
beberapa tetes empedu di atas kertas saring yang telah dibasahi. Kemudian ditetesi
lagi dengan 1-2 tetes asam nitrat (HNO3) pekat. Perhatikanlah warna yang terjadi.

c. Smith’s test

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan empedu yang sudah diencerkan. Kemudian
tetesi larutan iodium 0,5% dalam alkohol, sehingga membentuk lapisan atas.
Perhatikan warna cincin yang terbentuk pada batas kedua lapisan tersebut.

4

d. Reaksi Van den Berg
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 mL empedu dan 10 mL air, lalu dicampur.
Kemudian tambahkan 1 mL reagen diazo dari ehrlich yang segar. Perhatikan
warna yang timbul. Reaksi ini adalah dasar penentuan bilirubin dengan serum.
e. Percobaan Menyatakan Garam Empedu (Pattenkoffer’s test)
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 3 mL empedu yang telah diencerkan dan 5
tetes larutan sukrosa 5%. Tuangkan 2 mL asam sulfat pekat perlahan-lahan
sehingga membentuk lapisan bawah. Perhatikan warna cincin yang terbentuk pada
batas kedua larutan.
B. Bilirubin (Metode Jendrassik dan Grot)
DASAR TEORI
Total bilirubin ditentukan oleh reaksi dengan diazotized sulfanilic acid, dengan adanya
larutan caffeine sehingga membentuk hasil akhir pigmentazo. Dengan reaksi yang sama
tetapi tanpa caffeine dapat digunakan untuk mennetukan bilirubin direct.

Bilirubin bereaksi dengan diazotized sulfanilic acid dan membentuk suatu zat warna yang
berwarna merah dalam larutan netral dan biru dalam larutan alkali. Bilirubin glukoronides
bisa larut dalam air bereaksi langsung (direct), sedangkan bilirubin yang bebas hanya
akan bereaksi bila ada akselerator (indirect).
BAHAN
1. Larutan sulfanic acid (29 mmol/L C8H7NO3S, 170 mmol/L HCl).
2. Larutan sodium nitrit (29 mmol/L NaNO2).
3. Akselerator (130 mmol/L caffeine, 156 mmol/L sodium benzoate, 460 mmol/L
sodium asetat).
4. Larutan Fehling II (930 mmol/L potassium sodium tartrat, 1,9 mmol/L larutan sodium
hidroksida).
5. NaCl 0,9%
ALAT
1. Spektrofotometer
2. Pipet tetes
3. Pipet mikro
5

4. Tabung reaksi
CARA KERJA


Larutan sulfanic

Bilirubin direct
Sampel
Blanko
200 µL
200 µL

Bilirubin total
Sampel
Blanko
200 µL
200 µL

acid (1)
Larutan sodium

1 tetes


-

1 tetes

-

nitrat (2)
Akselerator (3)
NaCl 0,9% (5)
Sampel

2 mL
200 µL

2 mL
200 µL

1 mL
200 µL


1 mL
200 µL

serum/plasma
1. Campurkanlah dengan segera.
2. Untuk bilirubin direct inkubasi pada waktu yang tepat yaitu 5 menit dengan

temperatur. kamar, kemudian pindahkan ke dalam kuvet dan ukur absorban sampel
terhadap sampel blanko pada panjang gelombang 546 nm.
3. Untuk bilirubin total, inkubasi selama 10 menit pada temperature ruang kemudian
tambahkan masing-masing 1 mL larutan Fehling (4). Campurkan dan inkubasi selama
5 menit kemudian ukur absorban sampel terhadap blanko pada panjang gelombang
578 nm.
PERHITUNGAN
1. Konsentrasi bilirubin direct = absorban x 14,4 mg/dl
2. Konsentrasi bilirubin total = absorban x 10,8 mg/dl
3. Konsentrasi bilirubin indirect = bilirubin total – bilirubin direct
NILAI NORMAL
1. Bilirubin direct sampai 0,3 mg/dl
2. Bilirubin indirect sampai 1 mg/dl

C. ALT (Alanin Transaminase)
DASAR TEORI
(ALT)
L-alanin + α-ketoglutarat
L-glutamat + Piruvat
Piruvat + NADH+ + H+ (LDH)
L-laktat + NAD+
Kecepatan penurunan kadar NADH diukur secara fotometrik dan berbanding lurus
dengan aktivitas ALT dalam bahan sampel.
6

BAHAN
1. TRIS-HCl buffer pH 7,8 100 mM
2. L-alanin 500 mM
3. α-Ketoglutarat 15 mM
4. NADH 0,18 mM
5. NaHCO3 10 mM
6. LDH 1428 ukat/L
ALAT
1. Waterbath
2. Pipet
3. Tabung reaksi
4. Spektrofotometer
CARA KERJA
1. Ke dalam tabung reaksi, pipet 1 mL reagen ALT
2. Inkubasi selama 1-5 menit pada suhu 37ᵒC (waterbath)
3. Tambahkan 100 µL sampel serum/plasma
4. Dikocok kemudian diisap pada spektrofotometer (dengan panjang gelombang 340
nm)
5. Hasil dibaca pada spektrofotometer dalam U/L
PERHITUNGAN
Konsentrasi ALT = ΔAbs x 1745 U/L
NILAI NORMAL
Perempuan = 9 – 36 U/L (≤ 39 U/L)
Laki-laki = 9 – 43 U/L (≤ 47 U/L)

D. AST (Aspartat Transaminase)
DASAR TEORI
(AST)
L-aspartat + α-oksoglutarat
L-glutamat + Piruvat
+
+
(MDH)
Oksaloasetat + NADH + H
L-malat + NAD+
Kecepatan penurunan kadar NADH diukur secara spektrofotometri dan berbanding lurus

dengan aktivitas AST dalam bahan sampel.

BAHAN
1. TRIS-HCl buffer pH 7,8 80 mM
2. L-aspartat 240 mM
7

3. 2-oksoglutarat 12 mM
4. Na-azide 0,3%
5. MDH 10 ukat/L
6. LDH 28 ukat/L
7. NADH 0,18 mM

ALAT
1. Waterbath
2. Pipet
3. Tabung reaksi
4. Spektrofotometer

CARA KERJA
1. Ke dalam tabung reaksi, pipet 1 mL reagen AST
2. Inkubasi selama 1-5 menit pada suhu 37ᵒC (waterbath)
3. Tambahkan 100 µL sampel serum/plasma
4. Dikocok kemudian diisap pada spektrofotometer (dengan panjang gelombang 340
nm)
5. Hasil dibaca pada spektrofotometer dalam U/L
NILAI NORMAL
Perempuan = 10 – 31 U/L (≤ 37 U/L)
Laki-laki = 10 – 34 U/L (≤ 31 U/L)

UROGENITALIA
I.

Sifat-Sifat Urin
8

A. Volume Urin
Volume urin dalam 24 jam tergantung pada factor fisiologik (misalnya intake cairan,
suhu dan kerja fisik) dan factor patologik (misalnya penyakit ginjal, diabetes mellitus
dsb). Beberapa obat misalnya golongan diuretic, kopi, alkohol dapat pula
mempengaruhi volume urin. Pada manusia, normalnya volume urin antara 600 – 2500
mL/24 jam.
Kelainan-kelainan dalam volume urin:
Poliuri

: bila volume urin > 2500 mL/24 jam

Oligouri

: bila volume urin < 600 mL/24 jam

Anuri

: bila tidak terbentuk urin

Prinsip: untuk menentukan volume urin diperlukan urin yang dikumpulkan dalam 24
jam.
Percobaan: Urine hari pertama dibuang pada waktu yang telah ditentukan (misalnya
jam
6 pagi). Semua urin mulai waktu itu sampai dengan waktu yang sama
pada
hari berikutnya dikumpulkan. Seluruh urin tersebut harus disimpan dalam
keadaan dingin dengan toluene sebagai pengawet.

B. Berat Jenis Urin
Berat jenis urin normal antara 1,003 – 1,030 tergantung pada jumlah zat-zat yang larut
di dalamnya dan volume urin. Jumlah total zat padat dalam urin 24 jam kira-kira 50
gram. Berat jenis urin berubah terutama pada penyakit ginjal.
Prinsip: untuk mennetukan berat jenis urin diperlukan alat hydrometer/urinometer.
Urin
yang digunakan adalah urin 24 jam.
Percobaan:
1. Tampung urin (sewaktu, pagi ahri dan urin 24 jam) ke dalam wadah yang telah
disediakan.
9

2. Isilah sebuah tabung urinometer dengan urin tersebut di atas dan letakkan
hydrometer di dalamnya hingga urinometer pada posisi terapung. Hidrometer
tidak boleh menyentuh dinding tabung. Catatlah suhu urin tersebut dengan
menggunakan thermometer. Tiap-tiap urinometer telah ditera pada suhu tertentu.
3. BIla suhu urin tidak sama dengan suhu tera, lakukanlah koreksi dengan cara
tambahkan 0,001 pada angka yang dinyatakan hydrometer bagi tiap penambahan
suhu 3ᵒC di bawah suhu tera.
4. Kemudian bacalah skala pada meniscus bawah urin dan hitunglah dengan
menggunakan rumus berikut:
(suhu urin – suhu tera)
BJ urin sesungguhnya = BJ ukur +
x 0,001
3
5. Kalikan dua angka terakhir berta jenis urin sesungguhnya tersebut di atas dnegan
koefisien Long (2,6). Hasilnya diperoleh secara kasar jumlah zat padat total dalam
1 liter urin (garam)

C. pH Urin
Urin dapat bersifat asam, netral atau basa dengan pH antara 4,7 – 8,0. Tetapi urin yang
dikumpulkan selama 24 jam biasanya bersifat asam. Urin yang diambil pada waktuwaktu tertentu mempunyai pH yang berbeda-beda. Beberapa waktu setelah makan,
urin akan bersifat netral bahkan alkalis. Ini disebut alkalin tide. Bila dibiarkan untuk
waktu lama, urin dpaat mengalami ammoniacal fermentation atau acid fermentation.
Hal ini disebabkan oleh bakteri dan pH urin menjadi basa.
Prinsip: pH urin ditentukan dengan indicator universal, urin yang digunakan adalah
urin
24 jam.
Percobaan: celupkan secarik strip indikator universal ke dalam urin sewaktu dan 24
jam
kemudian bacalah pH urin tersebut.

D. Bau, Warna dan Kekeruhan
Urin yang baru dikeluarkan mempunyai bau khas. Bila urin mengalami dekomposisi,
timbul bau ammonia yang tidak enak. Pad apenderita diabetes mellitus dengan ketosis
10

maka urin akan berbau aseton. Warna urin berbeda-beda sesuai dengan kepekatannya,
tetapi dalam keadaan normal urin berwarna kuning muda. Warna terutama disebabkan
oleh pigmen urokrom yang berwana kuning dan sejumlah kecil oleh urobilin dan
hematoporfirin.
Dalam keadaan demam karena pemekatan, warna urin berubah menjadi kuning tua
atau agak coklat. Pada penyakit hati, pigmen empedu dpaat menyebabkan urin
menjadi hijau, coklat atau kuning tua. Darah/hemoglobin menyebabkan warna urin
merah, sedangkan methemoglobin atau asam hemogentisat menyebabkan warna urin
coklat tua.
Urin normal biasanya jernih pada waktu dikeluarkan, tetapi bila dibiarkan dalam
waktu lama akan timbul kekeruhan disebabkan oleh nucleoprotein, mukoid atau selsel epitel. Selain itu pada urin yang alkalis, kekeruhan dapat disebabkan oleh endapan
fosfat, sedangkan pad aurin asam biasanya disebabkan oleh endapan urat.

II.

Zat-Zat Fisiologik Urin

A. Klorida
Klorida merupakan zat padat yang jumlahnya terbanyak kedua setelah urea dalam
urin, ekskresi melalui urin utamanya dalam bentuk NaCl sekitar 10-15 gr/24 jam
tergantung intake. Dengan menentukan jumlah klorida maka kita dapat menentukan
jumlah NaCl yang diekskresikan melalui urin, ekskresinya menurun pada respirasi
berlebihan, retensi natrium, radang ginjal manahun, diare dsb. Sedangkan pada
insufisiensi korteks adrenal, ekskresinya akan bertambah.

Percobaan:
1. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 mL urin ke dalam
tabung reaksi tersebut. Tambahkan beberapa tetes HNO 3 encer (4 tetes) dan
beberapa tetes AgNO3 2% (4 tetes).
11

2. Perhatikan apa yang terjadi, endapan putih yang terbentuk adalah perak klorida
yang larut dalam ammonia. Catat dan gambar.

B. Belerang
Dalam keadaan normal, 1 gram belerang dikeluarkan dalam 24 jam. Belerang adalah
zat sisa metabolisme asam amino yang mengandung S, tiosulfat, tiosianat, sulfide dsb.
Belerang yang diekskresi terdapat dalam 2 bentuk yakni:
a. Belerang yang tak teroksidasi (belerang netral)
b. Belerang yang teroksidasi (oxidized sulfur)
Belerang teroksidasi ada 2 bentuk yaitu:
a. Sulfat anorganik
b. Sulfat eterial
Sulfat anorganik adalah bagian terbesar dari belerang teroksidasi. Sedangkan sulfat
eterial yang terpenting dalam urin adalah indikan.
Indikan merupakan zat yang berasal dari pembusukan tritofan dalam usus atau di
tempat lain dalam tubuh. Jumlah indikan yang diekskresi dalam urin kira-kira 10-20
mg/24 jam. EKskresi indikan meninggi pada beberapa keadaan seperti stgnasi usus,
pembusukan dalam usus meningkat dan pada pemecahan protein jaringan atau protein
cairan tubuh (abses, gangrene, emfisema dsb).

Percobaan:
1. Sulfat Anorganik
Siapkan esbuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 10 mL urin kemudian
tambahkan 1 mL HCl encer dan 1 mL BaCl2 setelah itu kocok. Terbentuknya
endapan putih menunjukkan BaSO4.
2. Belerang yang tak teroksidasi
12

Dasar: dengan adanya katalisator Zn, belerang yang terdapat dalam urin bereaksi
dengan HCl encer menghasilkan gas H2S, yang baunya sangat khas dimana gas ini
dapat diidentifikasi dengan menghitamnya kertas saring yang telah direndam
dengan Pb asetat membentuk PbS (endapan hitam).
a. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 10 mL urin lalu
masukkan sebutir Zn dan sedikit HCl encer.
b. Tutup tabung tersebut dengan kertas saring yang dibasahi dengan Pb-asetat.
Kertas saring akan tampak hitam.
3. Indikan (tes obermeyer)
Tujuan: memeriksa adanya indikan (potassium indoksil sulfat) dalam urin.
Dasar: pereaksi obermeyer (FeCl3 dalam HCl pekat) akan mengoksidasi gugus
indoksil membentuk warna biru indigo yang larut dalam kloroform.
a. Masukkan 5 mL urin ke dalam tabung reaksi bersih dan kering. Tambahkan
sejumlah perekasi obermeyer (5 mL), biarkan beberapa menit.
b. Lalu tambahkan 3 mL kloroform. Campur dengan membolak-balikkannya

kira-kira 10 kali. Jangan mengocoknya! Kloroform akan mengektraksi biru
indigo yang terbentuk. Warna biru akan lebih nyata bila cairan di atas ekstrak
kloroform dibuang dan ditambah dengan air.
C. Fosfat
Pada umumnya jumlah ekskresi fosfat melalui urin kira-kira 1,1 gram/24 jam.
Sebagian besar dalam bentuk fosfat anorganik dan hanya 1-4% dalam bentuk fosfat
organik.

Jumlah

fosfat

meningkat

pada

beberapa

penyakit,

misalnya

hiperparatiroidisme, pada beberapa penyakit tulang seperti osteomalasia, ricketsia
dsb. Sedangkan ekskresi fosfat menurun pada hipoparatiroidisme, penyakit ginjal,
kehamilan dll.
Percobaan:
a.

Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering lalu masukkan 5 mL urin.
Tambahkan 1 mL larutan urea 10% dan 10 mL pereaksi molibdat spesial.
13

b. Campur dan tambahkan 1 mL larutan ferosulfat spesial. Warna biru yang
terbentuk menunjukkan adanya fosfat.

D. Amonia
Amonia merupakan hasil akhir metabolisme protein yang mengandung N. Ini
merupakan kedua yang terpenting setelah urea. Dalam urin, amonia terdapat dalam
bentuk garam ammonium dan jumlahnya kira-kira 0,7 gram/24 jam atau 2,5 – 4,5%
dari nitrogen total/24 jam.
Percobaan:
a. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan larutan natrium

hidroksida (NaOH) pada beberapa mL urin (2 mL) sehingga reaksinya alkalis
(caranya dengan melihat perubahan warna dari kertas lakmus, jika kertas lakmus
berubah menjadi biru hentikan penambahan NaOH).
b. Panaskan, perhatikan bau yang timbul dan uji uap yang terbentuk dengan kertas
lakmus yang dibasahi.

III.

Zat-Zat Patologik Dalam Urin

A. Glukosa
Pada keadaan normal, tidak lebih dari 1 gram glukosa diekskresi dalam 24 jam, bila
kadar glukosa dalam urin tinggi disebut glukosuria. Pada keadaan fisiologik,
glukosuria dapat terjadi setelah makan banyak karbohidrat (alimentary glukosuria).
Sedangkan pada keadaan patologik glukosuria dapat disebabkan:
1. Ambang ginjal untuk glukosa menurun. Pada keadaan ini, gula darah dalam batasbatas normal. Hal ini terjadi pada beberapa kelainan ginjal dan disebut renal
diabetes.
2. Gangguan metabolisme karbohidrat. Ini menyebabkan kadar glukosa darah
meningkat sehingga ambang ginjal dilampaui dan glukosa dikeluarkan ke dalam
14

urin, misalnya terdapat pada penyakit diabetes mellitus, hipopituitarisme dan
hiperadrenalisme.
Tujuan: memeriksa kadar gula dalam urin secara semikuantitatif.
Dasar: dalam suasana alkalis ion kupri akan direduksi menjadi kuprooksida oleh gula
yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas. Kuprooksida yang terbentuk
bersifat tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang
terbentuk sebanding dengan kadar gula yang terdapat dalam urin.
Percobaan:
a. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 2,5 mL pereaksi
benedict dan campurlah dengan 4 tetes urin
b. Panaskan selama 5 menit pada penangas air mendidih atau didihkan di atas api
kecil selama 1 menit. Biarkanlah menjadi dingin perlahan-lahan.

Interpretasi
Warna

Penilaian

Kadar

Biru/hijau keruh

0

-

Hijau/kuning hijau

+

< 0,5 g%

Kuning/kuning kehijauan

++

0,5 – 1 g%

Jingga

+++

1 – 2 g%

Merah bata

+++

>2 g%

B. Zat-Zat Keton
15

Percobaan:
a. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 mL urin ke
dalamnya.
b. Bubuhkan Kristal ammonium sulfat sampai jenuh (penambahan diteruskan sedikit
demi sedikit, jika dikocok kristal ammonium sulfat tidak larut lagi maka hentikan
penambahan)
c. Tambahkan 2-3 tetes Na-nitroprussid 5% dan 1-2 mL ammonium hidroksida
pekat. Campur dan biarkan selama setengah jam. Terbentuknya warna ungu
menyatakan adanya zat-zat keton.
1. Protein
Dalam keadaan normal, tidak lebih dari 30 – 200 mg protein diekskresi dalam 24 jam
yang dimaksud dengan proteinuria ialah terdapatnya protein dalam jumlah yang
abnormal dalam urin. Urin normal tidak memberi hasil positif dengan tes-tes terhadap
protein yang biasa dikerjakan.
Percobaan:
a. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 2 mL urin ke
dalamnya dan tambahkan 4 tetes larutan asam sulfosalisilat 10%. Kekeruhan atau
presipitat menyatakan adanya albumin atau globulin, presipitat akan bertambah
pada pemanasan.

2. Darah
Percobaan:
a. Tes Guaiak
 Siapkan tabung reaksi kosong dan bersih. Pipetkan 2 mL urin ke dalamnya
dan 3 mL reagen guaiak 1% dalam alkohol. Tambahkan 1 mL H 2O2 3%.
Warna merah yang terbentuk menunjukkan hasil tes positif.
 Siapkan tabung reaksi kosong dan bersih. Pipetkan 2 mL urin yang telah
dimasak (di atas penangas air mendidih) ke dalam tabung reaksi,
dinginkan. Kemudian tambahkan 1 mL reagen guaiak 1% dalam alkohol
dan 1 mL H2O2 3%. Warna merah yang terbentuk menunjukkan hasil tes
positif dan catat perbedaannya.
b. Tes orthotoluidin/benzidin
Siapkan tabung reaksi kosong dan bersih. Pipetkan 1 mL urin ke dalam tabung
reaksi. Kemudian tambahkan 1 mL reagen ortholuidin 1% dalam asam asetat
16

glasial dan 1 mL H2O2 3%. Warna biru kehijauan yang terbentuk menunjukkan
hasil tes positif.
3. Bilirubin
Bilirubin normalnya tidak terdapat dalam urin, pada keadaan-keadaan patologik
seperti hepatitis dan batu empedu maka bilirubin akan meninggi kadarnya di dalam
darah dan kemudian diekskresikan melalui urin.
Percobaan:
a. Siapkan tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 mL urin dan 3 mL BaCl2

10%. Campur kemudian saring.
b. Bentangkan kertas saring tersebut di atas corong biarkan hingga kering. Teteskan

2-3 tetes reagen fouchet di atas kertas saring berisi endapan tersebut.
Terbentuknya warna hijau menandakan bilirubin positif.

KESEIMBANGAN ASAM BASA

Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari ion hidrogen pada cairan tubuh.
Asam terus menerus diproduksi dalam metabolism normal. Meskipun banyak terbentuk asam
sebagai hasil metabolisme namun kadar ion hidrogen cairan tubuh tetap rendah. Walaupun
kadarnya rendah, kadar ion hidrogen yang stabil perlu dipertahankan agar fungsi sel dapat
berjalan normal karena sedikit fluktuasi (naik turun) mempunyai efek yang penting terhadap
aktifitas enzim seluler, karena efek terhadap enzim seluler inilah maka perubahan ion
hidrogen (H+) yang relatif kecil berpengaruh besar terhadap hidup seseorang. Untuk itu
diperlukan suatu substransi yang mengurangi perubahan pH akibat penambahan asam
maupun basa yang disebut sebagai penyangga (buffer).
Pengendalian pH cairan tubuh berpusat terutama pada fungsi paru-paru dan ginjal,
tempat pengeluaran kelebihan ion hidrogen (H+). Paru-paru berfungsi mengurangi pCO2
dalam darah. Sedangkan ginjal bertugas mempertahankan HCO3- dari darah sebanyak yang
diperlukan dna meningkatkan jumlahnya dengan jalan mengubah CO2 menjadi HCO3- dan H+.
TUJUAN:
17

1.

Mengetahui metode pemeriksaan pH darah dan urin

2.

Mengetahui pengaruh minuman berkarbonat (soft drink) terhadap pH urin

CARA KERJA:
Ambil darah vena sebanyak 3 cc dan urin. Ukur pH-nya sesegera mungkin dan kemudian beri
minum soft drink (fanta atau sprite). Setelah 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 60 mneit. Ukur
kembali pH darah dan pH urin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Murray, RK. et al. Biokimia Harper ed. 32. Jakarta: EGC. 2012
2. Tim penyusun. Penuntun Praktikum Biokimia I. Bagian Biokimia FKUH. Makassar.
2002
3. Tim penyusun. Penuntun Praktikum Biokimia II. Bagian Biokimia FKUH. Makassar.
2002
4. Tim penyusun. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Bagian Biokimia FKUH. Jakarta:
Widya Medika. 2001
5. Stryer, L. Biokimia ed. 3 vol. 2. Jakarta: EGC. 1999

18