Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

1"

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dalam satu dekade terakhir, kawasan Asia Pasifik menjadi sorotan dunia

karena dianggap sebagai poros kawasan strategis internasional. Hal ini
dipertegas dengan faktor ekonomi dan militer negara-negara Asia Pasifik yang
terus berkembang dan mampu menyamai bahkan melebihi kawasan Eropa. Saat
ini, pertumbuhan rata-rata gross domestic product negara Asia Pasifik (diluar
Amerika Serikat dan Australia) secara kolektif mencapai 6,4%, dimana angka ini
melewati pertumbuhan GDP kawasan Eropa yang hanya di bawah 4%.1
Sedangkan dalam bidang militer, negara-negara Asia Pasifik terus meningkatkan
anggaran belanja miiliter setiap tahunnya. Sejak tahun 2006, negara Cina,

Singapura, Taiwan, Korea Utara, Korea Selatan, dan Australia masuk ke dalam
daftar 25 negara yang menghabiskan dana diatas lima miliar US dollar per tahun
untuk belanja militer.2
Peningkatan kapasitas militer yang dilakukan negara-negara Asia Pasifik
menunjukkan bahwa mereka sangat peduli pada aspek pertahanan dan
keamanan. Meningkatnya kekuatan militer di kawasan Asia Pasifik merupakan
realita yang membuat Amerika Serikat (AS) semakin melirik kawasan ini dan
secara perlahan meninggalkan Timur Tengah. Semenjak era pemerintahan
Presiden Obama, kebijakan politik luar negeri AS mengalami perubahan yang
signifikan dibandingkan era Presiden Bush. Perubahan kebijakan yang dilakukan
oleh AS terkait pada aspek politik, ekonomi, dan militer secara berkala masuk ke
dalam kawasan Asia Pasifik. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS
Hillary Clinton pada tahun 2010 yang menyatakan (dibalik):

""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Asia New Patterns of Trade dalam Earns and Young Report, 2012, hal 7"
Top Spenders,” Defense News, 2006, dalam US CSR report for Congress tahun
2007, hal 9"

1"Beyond

2"“25

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

2"

It is increasingly clear that the strategic and economic center of gravity
of the world in the 21st century will be the Asia-Pacific region.3
Pernyataan resmi di atas menunjukkan bahwa Asia Pasifik merupakan
poros kawasan strategis dunia yang harus diperhatikan oleh AS. Oleh karena itu,
melalui transformasi kebijakan politik luar negerinya, kekuatan militer AS yang
sebelumnya fokus di Timur Tengah secara berkala dipindahkan ke kawasan Asia
Pasifik. Tujuan pemindahan kekuatan militer AS adalah untuk menjaga keamanan
regional Asia Pasifik karena kawasan ini dianggap sebagai pusat perekonomian
dunia.4 Namun demikian, ada empat alasan krusial yang turut menjadi penyebab
pemindahan

pasukan


militer

AS,

yaitu

pertama,

melakukan

usaha

penyeimbangan terhadap hegemoni militer Cina. Kedua, membantu kekuatan
pertahanan setiap aliansi AS yang berada di kawasan Asia Pasifik dalam
menghadapi ancaman. Ketiga, berpartisipasi dalam penyelesaian internal conflict
yang melanda Asia Pasifik, seperti isu North Korea Peninsula, Senkaku Dispute,
serta konflik Laut Cina Selatan. Keempat, meningkatnya arms race antar negara
di kawasan Asia Pasifik.5
Berbagai alasan diatas membuat kebijakan militer AS fokus terhadap isuisu strategis yang terjadi di kawasan Asia Pasifik. Melalui pemindahan kekuatan

militernya, AS ingin menunjukkan kehadiran dan pengaruhnya yang besar.
Penguatan diplomasi militer terus dilakukan AS dalam menjaga hubungan dengan
aliansinya seperti Australia, Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Filipina. Pada
tahun 2006, Trilateral Security Dialogue antara AS, Jepang, dan Australia
dikukuhkan dalam rangka meningkatkan kerjasama militer untuk menjaga
stabilitas keamanan regional Asia Pasifik.6 Kerjasama multilateral tersebut
menandakan bahwa AS turut berpartisiasi dalam menjaga kawasan Asia Pasifik
melalui penempatan pasukan militernya di Jepang dan Australia. Selain itu, AS
turut melakukan kerjasama militer dengan Korea Selatan melalui Mutual Defense
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
3

Pidato resmi Hillary Clinton yang diambil dari jurnal ilmiah The Obama Administration’s
Asia-Pacific Strateg karya Wu Xinbo, hal 79
4
Ibid hal 83
5
US Strategic and Defense Relationship in the Asia Pacific dalam CSR Report for
Congress, hal 2–5.""
6

Tow, William, dan Acharaya, Amitav. Obstinate or Obsolete? The US Alliance Structure
in the Asia-Pacific. Carnbera, 2007, hal 23

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

3"

Treaty dalam menghadapi ancaman nuklir dari Korea Utara.7 Sedangkan pada
kawasan Asia Tenggara, AS siap membantu Thailand dan Filipina dalam
menghadapi Cina pada isu konflik Laut China Selatan. Negara AS menyatakan
akan membantu aliansinya di Asia Tenggara apabila mendapat tekanan dan
ancaman militer dari Cina.
1.2

Signifikansi Penelitian
Mengacu pada latar belakang di atas, maka penelitian ini memperlihatkan

isu penting telah terjadi di kawasan Asia Pasifik. Kekuatan militer negara-negara

Asia Pasifik terus meningkat yang diikuti oleh peningkatan alutsista dan anggaran
pertahanannya. Hal utama yang menjadi isu penting adalah status Cina sebagai
hegemoni di kawasan Asia Timur dan Korea Utara yang kerap mensinyalkan
ancaman nuklirnya kepada sekutu AS. Kedua hal ini menjadi alasan dasar
mengapa AS menempatkan pasukannya di kawasan Asia Pasifik, dimana hal
tersebut merupakan salah satu bentuk investasi militer jangka panjang. Oleh
karena itu, penelitian ini akan mengkaji dan menganalisis strategi penempatan
pasukan AS di kawasan Asia Pasifik.
1.3

Tinjauan Pustaka/Penelitian Terdahulu
Transformasi kebijakan militer AS saat ini tertuju pada penempatan

pasukannya di kawasan Asia Pasifik. Dimana hal ini sebelumnya turut
disampaikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Michael Schiffer (2011) yang
berjudul “US Defense Posture in the Asia-Pacific Region”. Dalam penelitiannya,
Schiffer mengatakan bahwa AS sudah tidak lagi melakukan strategi direct attack,
namun demikian AS lebih memilih untuk melakukan investasi penempatan
pasukan militernya di tiap aliansinya.8 Penempatan posisi pasukan tempur
merupakan elemen yang penting karena hal ini adalah strategi untuk melakukan

pencegahan ancaman, respon darurat, aktif membentuk lingkungan yang strategis,
dan menguntungkan dalam sudut pandang geografis dan taktik.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
7
8

Ibid, hal 9
Schiffer, Michael. US Defense Posture in the Asia-Pacific Region. Proquest, 2011, hal 2

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

4"

Sedangkan menurut David Beitelman (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul America’s Pacific Pivot, mengatakan bahwa hal utama yang membuat
AS memindahkan pasukan tempurnya adalah kekuatan militer Cina yang semakin
besar. Hegemoni Cina di kawasan Asia saat ini menjadi sorotan dunia, dimana
strategi penempatan kekuatan tempur AS bertujuan untuk menyeimbangkan

kekuatan Cina di tataran global.9 Mengacu pada dua penelitian sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa prioritas utama militer AS dikarenakan hegemoni Cina,
dimana strategi pertahanan AS saat ini bukan lagi dalam bentuk represif atau
agresif, namun lebih kepada investasi pasukan militer di tiap aliansinya yang
berada di kawasan Asia Pasifik.
1.4

Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang terdahulu, maka dalam penelitian ini peneliti

mencoba mengkaji dan menganalisis pertanyaan terkait dengan strategi
penempatan dan perkembangan pasukan militer AS di kawasan Asia Pasifik. Oleh
karena itu dalam penelitian ini, pertanyaan akan dibagi menjadi sub-bab sebagai
berikut :
1. Bagaimana strategi penempatan pasukan militer AS di kawasan Asia
Pasifik?
2. Bagaimana investasi militer AS dengan sekutunya di kawasan Asia
Pasifik?
1.5


Landasan Teori
1.5.1 Defensive Structural Realism
Dalam menganalisis transformasi kebijakan militer AS di kawasan Asia

Pasifk, peneliti mengacu pada teori Realism yang menyatakan bahwa isu ancaman
akan selalu ada pada tataran lingkungan global. Menurut Colin Elman, teori
Realism menegaskan bahwa adanya hasrat dari negara sebagai aktor utama dalam
meningkatkan kapabilitasnya secara kontinu untuk melakukan perlawanan pada
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
9

Beitelman, David. America’s Pacific Pivot. Proquest, 2012, hlm 2"

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

5"

tiap ancaman yang datang.10 Oleh karena itu, setiap negara akan meningkatkan

kekuatan militernya dalam rangka menjaga pertahanan dan kedaulatan. Usaha
tersebut secara tidak langsung turut menimbulkan efek domino pada negaranegara tetangganya yang juga akan melakukan tindakan yang sama. Lebih dari
itu, peneliti mengacu pandangan Defensive Structural Realism yang berasumsi
bahwa

negara

melakukan

upaya

untuk

menciptakan

keamanan

dan

penyeimbangan sebagai pilihan yang rasional.11 Usaha tersebut dilakukan oleh

suatu negara bersama dengan aliansinya untuk menghadapi hegemoni atau satu
kekuatan besar yang dianggap sebagi ancaman.
Mengacu pada teori diatas, peneliti melihat kehadiran AS di kawasan Asia
Pasifik tidak lepas dari alasan isu keamanan aliansinya. Realita memperlihatkan
bahwa aliansi AS berpotensi mendapat ancaman militer dari Cina dan Korea
Utara. Potensi ancaman militer dapat datang dari Cina terhadap Jepang dalam
sengketa Senkaku Island. Selain itu, Hegemoni Cina di Laut Cina Selatan
dianggap sebagai ancaman kedaulatan bagi Vietnam, Thailand, dan Filipina.
Sedangkan pada isu Korea Peninsula, ancaman nuklir Korea Utara dianggap
dapat menghancurkan stabilitas keamanan Asia Pasifik. Melihat realita ini, AS
merasa perlu melakukan gelar kekuatan militernya di kawasan Asia Pasifik untuk
melindungi aliansinya dan menunjukkan kehadirannya. Tindakan yang dilakukan
AS tidak bersifat agresi, melainkan lebih pada deterrence effect terhadap negara
yang mengancam aliansinya. Negara AS hanya menempatkan kekuatan militernya
sebatas pengamanan dan tidak untuk menyerang Cina serta Korea Utara. Namun
demikian, pasukan AS bersama sekutunya sangat siap untuk membalas apabila
mendapat serangan militer terlebih dahulu. Selain itu, AS juga menempatkan
kapal tempur freedom pada pertegahan 2012 di Singapura sebagai bentuk
komitmen dalam menjaga aliansinya di Asia Tenggara.12 Penempatan ini
diberlakukan selama 10 bulan kedepan untuk membantu aliansinya menghadapi
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
10

Collin Elman dalam Williams, Paul. Security Studies an Introduction. Routledge, New York,
2008, hal 15
11
Ibid, hal 20
12
Pernyataan dari mantan Menteri Pertahanan AS Leon Panetta dalam artikel, “U.S. plans 10month warship deployment to Singapore”, diakses di
http://www.reuters.com/article/2012/05/10/us-usa-singapore-warship-idUSBRE8481IE20120510

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

6"

hegemoni Cina dalam konflik Laut Cina Selatan. Oleh karena itu operasi militer
yang dilakukan AS dilihat oleh peneliti dari sudut pandang Defense Structure
Realism. Tindakan yang dilakukan AS tidak dalam bentuk upaya penghancuran,
namun demikian adalah tindakan pengamanan.
1.5.2 DIME Sebagai Elemen Kekuatan Nasional AS
Negara AS memiliki elemen diplomacy, information, military, dan
economiy (DIME) sebagai kekuatan nasionalnya yang komprehensif dalam
menghadapi situasi yang kompleks di abad ke-21. Konsep DIME digunakan AS
dalam melakukan strateginya terkait dengan tujuan, sumber daya yang dimilki,
dan proses melakukannya (ends, means, way).13 Kombinasi tiap elemen DIME
memperlihatkan bahwa kekuatan negara bertumpu pada berbagai aspek yang
saling terkait. Pada contohnya adalah kekuatan ekonomi suatu negara secara
signifikan akan mempengaruhi operasi militer. Selain itu, upaya diplomasi dan
informasi akan membantu suatu negara dalam menggalang aliansi untuk
meningkatkan kekuatan militernya.
Mengacu pada konsep di atas, strategi yang dilakukan AS dalam usaha
masuk ke kawasan Asia Pasifik sangat didasari konsep DIME. Penempatan
pasukan militer di Jepang, Korea Selatan, Australia dipengaruhi oleh: pertama,
yaitu kemampuan diplomasi pertahanan yang dilakukan AS. Kemampuan
diplomasi yang unggul membuat AS menempatkan pasukan militer di setiap
aliansinya. Oleh karena itu, gelar kekuatan militer yang dilakukan AS secara
bertahap membatasi pergerakkan Cina dan Korea Utara. Kedua, kekuatan militer
AS juga tidak lepas dari aspek informasi sebagai upaya surveillance dalam
mengumpulkan data-data dan informasi penting terhadap kekuatan Cina dan
Korea Utara. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Intelejen Nasional James Clapper,
yang mengatakan peran intelejen AS terus mengamati perkembangan politik,
teknologi, ekonomi dan kemajuan militer Cina.

14

Ketiga, kekuatan negara AS

tidak terlepas dari kapabilitas militernya yang canggih, modern, dan berada di atas
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
13

Taylor, Richard, Tribal Alliance: Ends, Means, and Ways to Successful Strategy. Strategic
Studies Institute, 2005, hal 3
14
Clapper, James dalam Statement for the Record Worldwide Threat Assessment of the US
Intelligence Community. 2013, hal 23

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

7"

rata-rata negara di dunia. Kekuatan militer AS dapat dilihat dari kapasitas man
power, land system, air power, naval power, logistical, dan resources yang
nilainya melebihi negara-negara lain.15 Dan, keempat adalah kekuatan ekonomi
yang mendukung kapabilitas pertahanan secara signifikan. Melalui anggaran
pertahanan yang tinggi maka peningkatan kapabilitas militer AS juga akan
meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh, anggaran pertahanan AS saat ini
adalah sebesar 689 milliar US dollar.16
Melalui kekuatan elemen ekonomi, diplomasi, dan informasi, peneliti
secara subjekif percaya bahwa semua elemen tersebut akan mempengaruhi
kekuatan militer ekonomi secara signifkan. Ketepatan informasi yang akurat akan
sangat membantu AS mengetahui kekuatan militer Cina dan Korea Utara.
Keberadaan diplomat yang unggul mampu membantu kerjasama dan penempatan
kekuatan militer AS di kawasan Asia Pasifik. Kerjasama bilateral dan multilateral
di bidang ekonomi juga akan mengisi kas keuangan AS yang akan berdampak
positif pada kekuatan militernya. Peneliti menganggap konsep DIME dipakai oleh
AS untuk mewujudkan kepentingan negaranya di kawasan Asia-Pasifk.
1.6

Struktur Penelitian

Bab 1 (satu) : membahas latar belakang, signifikansi penelitian, tinjauan
pustaka, dan landasan teori yang digunakan dalam menganalisis penempatan
pasukan militer AS di kawasan Asia Pasifik.
Bab 2 (dua) : membahas strategi penempatan pasukan militer di kawasan Asia
Pasifik. Penempatan pasukan militer di Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan
Australia akan dibahas secara komprehensif dalam bab ini. Selain itu, peneliti
turut membahas penempatan pasukan militer di kawasan Hawaii dan Guam yang
masih menjadi wilayah teritori AS di kawasan Pasifik.

""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
15

See http://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail.asp?country_id=UnitedStates-of-America
16
Ibid.!!

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

8"

Bab 3 (tiga) : membahas investasi militer yang dilakukan AS di kawasan Asia
Pasifik, yakni pengembangan infrastruktur dan teknologi bersama dengan para
aliansinya.
Bab 4 (empat) : memberikan kesimpulan dan rekomendasi terhadap dampak
penempatan pasukan AS di kawasan Asia Pasifik.

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

9"

BAB 2
STRATEGI PENEMPATAN PASUKAN MILITER AS
DI ASIA PASIFIK

2.1

USPACOM Sebagai Landasan Strategi AS
Dalam rangka melaksanakan kebijakan penempatan pasukan militernya,

negara AS membuat kebijakan United States Pacific Command (USPACOM)
pada tahun 1947.17 Upaya untuk berpartisipasi di kawasan Asia Pasifik memang
sudah lama dicanangkan, namun demikian usaha ini sempat tersendat dikarenakan
misi AS dalam melawan teroris yang fokus di kawasan Timur Tengah pada era
Bush. Bertolak pada kebijakan Obama yang baru dan kebangkitan Cina membuat
kebijakan USPACOM kembali dijadikan pedoman utama AS. USPACOM
dijadikan landasan untuk mendukung transformasi militer AS melalui ketujuh
prinsipnya yakni, pertama international rules yang merupakan serangkain aturan
terhadap tiap matranya untuk menyelesaikan sengketa tanpa paksaan. Kedua,
partnership untuk meningkatkan hubungan tiap aliansi dan sekutu AS. Ketiga,
Presence yang menyatakan kehadiran AS harus dapat beradaptasi pada perubahan
lingkungan strategis. Keempat, force projection yang merupakan kebijakan
investasi militer AS yang dilakukan di kawasan Asia Pasifik. Kelima, Unity of
Effort yang merupakan kesatuan penuh dari semua sektor pemerintahan untuk
mendukung kekuatan militer AS. Keenam, strategic communication untuk
memastikan lancarya komunikasi yang dilakukan AS terhadap pada sekutunya di
Asia Pasifik. Dan Ketujuh, Readiness to fight and win yang menyatakan bahwa
USPACOM memiliki perintah komando untuk menyatakan perang dalam
menjaga keamanan Asia Pasifik.18 Ketujuh dasar USPACOM menjadi ladasan
kuat bagi AS untuk menempatkan kekuatan darat, udara, dan lautnya di kawasan
Asia – Pasifik. USPACOM turut menjadi haluan dan strategi agar penempatan
pasukan militer AS dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
17

See history of USPACOM di http://www.pacom.mil/about-uspacom/history.shtml
See guiding principles of USPACOM di http://www.pacom.mil/about-uspacom/2013-uspacomstrategy.shtml!"

18

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

10"

2.1.1 Strategi Penempatan Pasukan Berdasarkan USPACOM
Mengacu pada pedoman USPACOM, maka negara AS menetapkan
strategi penempatan pasukannya yang terintegrasi di kawasan Asia Pasifik.
Kebijakan tersebut mencakup kekuatan matra darat, udara, dan laut yang
merupakan kekuatan gabungan. Strategi ini terbagi menjadi lima bagian yang
masing-masing menjabarkan peta kekuatan militer amerika di Asia Pasifik.
Strategi ini secara jelas menyatakan bahwa AS melakukan transformasi militernya
secara serius.19
a. Strategi USPACFLT (United Sates Pacific Fleet)
Strategi ini terkait dengan peluncuran armada kapal induk AS yang
ditempatkan di dekat kawasan Jepang yang mampu membawa puluhan
pesawat tempurnya. Selain itu, strategi PACFLT memiliki kapasitas 180
kapal tempur dan 140,000 personel angkatan laut.20
b. Strategi MARFORPAC (The Marine Forces Pacific)
Strategi ini merupakan kekuatan marinir AS yang mampu mengerahkan
pasukannya di pesisir laut dan ditengah laut. Kekuatan total dari
MARFORPAC mencangkup 74 ribu personel marinir.21
c. Strategi PACAF (The Pacific Air Force)
Strategi ini merupakan operasi militer angkatan udara AS yang didukung
oleh sembilan pangkalan udara militer yang berlokasi di kawsan Asia
Pasifik. Selain itu PACAF turut memiliki kekuatan tempur sebanyak 300
pesawat tempur dengan dukungan 40 ribu personel angkatan udaranya.22
d. Strategi USARPAC (The US Army Pacific Command)
Strategi ini merupakan kekuatan operasi militer angkatan darat AS di
kawasan Asia pasifik yang memiliki kekuatan 600 ribu personel.

""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
19

Lima strategi militer AS di kawasan Asia Pasifik yang diperoleh dari CSIS report (Asia-Pacific
Region, 2012), hal 48
20
United States Pacific Fleet – Facts, diakses di http://www.cpf.navy.mil/about/facts/,
21
data diperoleh di http://www.globalsecurity.org/military/agency/usmc/marforpac.htm
22
data diperoleh di PACAF Fact Sheet, http://www.pacaf.af.mil/library/factsheets/index.asp,

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

11"

e. Strategi SOCPAC (The Special Operations Pacific Command)
Strategi ini merupakan kekuatan operasi militer AS yang terdiri dari 1,200
pasukan khusus yang memiliki multi dispilin ilmu militer.23 Strategi
SOCPAC mampu melaksanakan operasi gabungan militer yang dilakukan
di kawasan Asia Pasifik.

2.2

Jumlah dan Lokasi Penempatan Pasukan AS
Dalam kawasan Asia-Pasifik, sekutu AS terdiri dari Australia, Jepang,

Korea Selatan, dan Singapura. Oleh karena itu, penempatan kekuatan militer AS
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.1
Gelar Kekuatan AS di Kawasab Asia Pasifik tahun 201224

Gelar Kekuatan AS di Asia Timur dan Tenggara
Kekuatan Tempur

Jumlah

Kerjasama

Personel
Jepang

Army: 78th Avn, 78th Signal BDE, 83rd 35,000 US

US-Japan Special

Ordinance BDE, MP BDE

Action Committee

military

Air force: 35th fighter wing, 374th airlift 5000 DoD

(2005, 2006, dan

wing, 18th wing

2012)

civilian

Navy/Marines:7th fleet, carrier strike
group 5, CVN-73, CVW-5, DESRON

""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
23
24

data diperoleh di http://www.socpac.socom.mil/default.aspx "
data diperoleh dari CSIS report (US Force Posture in Asia Pacific), 2012, hlm 51 - 61

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

12"

Korea

Army: 1st Signal BDE, 501st military 30,000 US

The ROK-US

Selatan

Intel BDE, 19th Expeditionary, 35th military

Mutual Defense

ADA BDE.

Treaty (2008 dan

52,000 DoD
th

st

Air force: 7 AF, 51 fighter wing, air civilian

2012)

operation center, 8th fighter wing
Naval/Marines: Fleet Activities dan
MARFOR-K
Singapura Naval: four Littoral Combat Ship (LCS)
Air force & Army :-

No personnel

Agreement in
Shangri-La
Dialogue Open

Gelar Kekuatan AS di kawasan Pasifik
Kekuatan Tempur

Jumlah

Kerjasama

Personel
Australia

Marines: Marine Air Ground Task

2,500

Bilateral Training

Air force & Army: -

marines

Operations between
US & Australian
Defense Force

Guam

Army: 1st BDE, 105 Troop CMD, 94th

3200 unit

WMD

deployment

Air force: 36th wing, AF Contingency

program

-

group, GUAM MSFN
Navy/Marines: COMSUBRON,
ESMC, & Naval Ordnance Annex
Hawaii

Army: 3-25th Infantry BCT, 25th CAB, 2,700 USMC
18th MEDCOM, 9th MSC, 2-25th
Stryker BCT
Air force: 13th AF, 15th Wing, Air
Operation Center
Navy/Marines: 3 VPs, 1 HSL, 1 VR,
1PMRF
9
SSNs,
10
SSNs,
MARFORCPAC

-

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

13"

Mengacu pada penempatan kekuatan militer AS, dapat dilihat bahwa
secara tidak langsung AS sudah mengepung kawasan Asia Pasifik. Pasukan
militer AS telah ditempatkan di kawasan Asia Timur seperti Jepang dan Korea
Selatan melalui kekuatan matra darat, udara, dan laut. Jumlah pasukan militer di
Jepang sebanyak 35,000 personel, sedangkan di Korea Selatan sebanyak 30,000.
Hal ini menegaskan bahwa AS selalu siap sedia apabila Jepang mendapatkan
tekanan dan agresi dari Cina dalam kasus Senkaku Island.25 Sedangkan
penempatan pasukan di Korea Selatan juga menandai bahwa AS selalu siap
melawan agresi dan ancaman nuklir dari Korea Utara. Pasukan tempur AS
melakukan latihan militer secara rutin dengan pasukan Korea Selatan dalam
rangka knowledge transfer dan juga sebagai usaha untuk melawan ancaman nuklir
Korea Utara.26
Sedangkan pada kawasan Asia Tenggara, negara AS juga telah
menempatkan empat littoral combat ship-nya di Singapura. Penempatan kapal
tempur ini bertujuan untuk siap siaga apabila Singapura, Filipina, dan Thailand
mendapat tekanan dan agresi dari Cina pada kasus South China Sea.27. Pada
kawasan Australia, Guam, dan Hawaii, terlihat bahwa terjadi penambahan jumlah
pasukan militer AS. Sebanyak 2,500 pasukan marinir AS ditempatkan di Australia
sebagai bentuk partisipasi dalam menjaga stabilitas keamanan wilayah Pasifik.
Sedangkan di kawasan Guam dan Hawaii, kekuatan tempur AS hadir melalui
masing-masing matra darat, udara, dan laut.
Mengacu pada jumlah dan penempatan pasukan militer AS, realita ini
selaras dengan konsep defensive structural realism yang mengatakan bahwa tiap
negara selalu melakukan tindakan untuk menciptakan kemananan. Pihak AS tidak
melakukan serangan secara langsung kepada Cina ataupun Korea Utara, namun
demikian AS membangun kekuatan militer melalui penempatan pasukannya di
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
25

FlorCrus, Michelle, US takes Japan’s side on Disputed Territory in East China Sea, diakses di
http://www.ibtimes.com/us-takes-japans-side-disputed-territory-east-china-sea-saying-senkakuislands-fall-under-security#
26
Harding, Alison. Key dates in US military moves near North Korea. diakses di
http://edition.cnn.com/2013/04/04/world/asia/korea-us-military-action-dates
27
USS Freedom Arrives in Singapore as a part of US ‘Pivot”, diakses di
http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-22156283

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

14"

tiap aliansi dan sekutunya. Hal ini secara jelas memperlihatkan bahwa AS
meningkatkan kapabilitas militernnya secara rasional, melalui penguatan
hubungan diplomatik dan kerjasama militer dengan Jepang, Korea Selatan, dan
Australia. Selain itu, penempatan pasukan militer juga selaras dengan konsep
diplomasi (DIME), yakni bagaimana AS tetap menjalin hubungan dengan
aliansinya sehingga gelar kekuatan militernya mendapat dukungan penuh.
2.3

Elemen Strategis Terhadap Penempatan Kekuatan AS
Upaya penempatan pasukan militer AS di kawasan Asia Pasifik didukung

oleh empat elemen rencana strategis. Keempat elemen tersebut tertuang dalam
rencana transformasi militer AS melalui empat kebijakan pertahanannya yang
dapat dijabarkan sebagai berikut:28
a. Geostrategic Political Military
Elemen ini memperlihatkan sejauh mana AS meningkatkan hubungan
dengan sekutu dan mitranya di kawasan Asia. Peningkatan hubungan
dengan tiap aliansinya selaras dengan konsep diplomacy yang tertuang
pada konsep DIME. Usaha AS dalam rangka menempatkan pasukan
militernya di kawasan Asia Pasifik tidak dapat lepas dari bantuan
Jepang, Korea Selatan, Filipina, dan Thailand. Hubungan diplomatik
yang kuat secara signifikan mempengaruhi penempatan pasukan AS
secara efektif dan efisien di kawasan Asia Pasifik.
b. Force Structure and Management
Elemen ini memperlihatkan sejauh mana kapabilitas militer AS yang
diharapkan mampu memelihara perdamaian, menjamin keamanan, dan
menghadapi tiap gangguan yang berpotensi datang. Postur manajemen
kekuatan militer AS saat ini tertuang dalam kebijakan United States
Pacific Command (USPACOM). Kebijakan USPACOM sangat
mendukung strategi militer AS melalui salah satu guiding principles-

""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
28

Rencana strategis AS yang diambil dari CSIS Report (US Forces Posture Strategy in Asia
Pacific) tahun 2012, hal 12

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

15"

nya, yakni, Force Projection yang terkait erat dalam serangkaian
investasi militer berkelanjutan di kawasan Asia pasifik.29
c. Affordability
Elemen ini memperihatkan sejauh mana kesanggupan AS dalam
menjamin kegiatan militernya di Asia Pasifik. Kesanggupan ini dilihat
dari sudut pandang ketersediaan anggaran pertahanan AS selama
menjalankan misi penempatan kekuatan militernya di Asia Pasifik.
Sumber data menyebutkan bahwa, weapons spending AS di kawasan
Asia Pasifik akan menembus angka 500 miliar US dollar

dalam

periode 2013 – 2021.30 Biaya militer yang tinggi menjadi perhatian AS
karena saat ini pertumbuhan perekonomiannya tidak cukup baik, yakni
hanya mencapai 4,1% pada tahun 2012.31
d. Executability
Elemen ini memperihatkan berbagai opsi, pilihan, dan sumber daya
yang dimiliki AS dalam menempatkan kekuatan militernya di Asia
Pasifik. Opsi dan sumber daya yang dimiliki tentunya harus feasible
dan dapat diimplementasikan. Sebagai contoh adalah ketersediaan
Jepang, Korea Selatan, dan Filipina yang mau memberikan tempat
untuk berlabuhnya pasukan militer AS di Asia Pasifik. Hal ini secara
jelas membuat penggunaan anggaran militer AS tidak begitu banyak
dibandingkan harus membuat pos militer seperti di kawasan Timur
Tengah.
Mengacu pada empat elemen strategis di atas memperlihatkan bahwa
upaya transformasi militer yang dilakukan oleh AS terkait erat dengan konsep
DIME. Aspek diplomasi terkait erat dengan rencana geostrategic political
military yang mengharuskan AS meningkatkan hubungan yang kuat dengan
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
29

Salah satu guiding principles USPACOM, diakses di http://www.pacom.mil/aboutuspacom/2013-uspacom-strategy.shtml
30
data diperoleh dari artikel Asia Pacific Defense Budgets North America by 2021, diakses di
http://www.defensenews.com/article/20130625/DEFREG03/306250018/Asia-Pacific-DefenseBudgets-Outstrip-N-America-By-202131
data diperoleh dari http://www.tradingeconomics.com/united-states/gdp-growth""

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

16"

sekutunya. Sedangkan pada aspek Military selaras dengan strategi force structure
management yang mengharuskan AS mengevaluasi manajemen kekuatan
militernya. Pada aspek economy mengharuskan AS untuk terus memantau kondisi
perekonomiannya yang sangat mempengaruhi anggaran militernya. Sedangkan
pada aspek information, terkait dengan informasi-informasi sumber daya, opsi,
dan pilihan yang dimiliki AS untuk menjalankan upaya transformasi militernya di
Asia Pasifik.
2.4

Keuntungan AS Atas Dampak Penempatan Pasukannya
Strategi penempatan yang diberlakukan AS di kawasan Asia Pasifik

memberikan keuntungan militer yang sangat besar. Keuntungan tersebut
berpengaruh positif pada rencana dan strategi AS untuk memperkuat posisinya di
kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itu, beberapa keuntungan dari penempatan
pasukannya dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Hubungan aliansi yang semakin kuat
Dampak penempatan pasukan militer yang dilakukan AS tidak hanya
memberikan keuntungan operasi militer saja, namun demikian AS
turut memperkuat hubungan dengan aliansinya. Hubungan dengan
Jepang, Korea Selatan, Singapura, Filipina, dan Australia dijadikan AS
sebagai bentuk investasi pertahanan global.
b. Penguatan basis-basis pertahanan
Penempatan

pasukan

yang

dilakukan

AS

secara

signifikan

memperkuat basis-basis pertahanan mereka di luar wilayah teritorinya.
Basis pertahanan tersebut pada dasarnya merupakan milik sekutunya,
namun demikian penggunaan basis tersebut dilakukan secara bersamasama. Pada contohnya, di Jepang terdapat delapan basis seperti
Kadena Air Base, Funtena Air Base, Iwakuni Base, Misawe Base,
Yokota Air Base, Yokosuka Naval Base, Atsugi Air Base, dan Sasebo
Naval Base yang digunakan AS untuk menempatkan pasukan darat,

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

17"

udara, dan lautnya.32 Sedangkan pada kawasan Korea Selatan, terdapat
empat basis pertahanan seperti Casey Base, Red Cloud Base, Kunsan
Base, dan Humphreys Base yang digunakan oleh AS.33 Dua basis
pertahanan AS di area ini sangat jelas bertujuan untuk menghadapi
potensi ancaman yang dapat dilakukan oleh Cina dan Korea Utara.
Basis-basis pertahanan AS juga memberikan dampak positif terhadap
Jepang dan Korea Selatan, karena wilayah mereka akan lebih aman
dengan hadirnya kekuatan militer AS.
c. Bantuan dana operasional dari sekutunya sebagai tuan rumah (Host
Nation Support)
Negara AS mendapat keuntungan ekonomi dari penempatan pasukan
militernya di kawasan Asia Pasifik, khususnya di Korea Selatan dan
Jepang. Host Nation Support (HNS) yang diterima AS dari Jepang
adalah sebesar 2,3 milliar US Dollar pada tahun 2012 , sedangkan
Korea Selatan membantu sebesar 756 juta US Dollar pada tahun
2012.34 Dana tersebut merupakan bantuan dari Jepang dan Korea
Selatan terhadap kebutuhan harian pasukan AS, logistik militer yang
bersifat minor, biaya perawatan military base, dan perlengkapan
militer lainnya.
d. Keuntungan rotasi militer dari kawasan Irak menuju Asia Pasifik
Rotasi pasukan militer dari Irak memberikan beberapa keuntungan
terhadap kekuatan darat, udar, dan laut. Pada matra darat, army akan
fokus pada CONUS (Continental United States) di Asia Pasifik.35 Pada
matra laut, navy dapat menggunakan beberapa kapal tempur yang baru
di kawasan perairan Asia Pasifik. Sedangkan pada kekuatan darat, air
force akan mampu menempatkan jumlah persawat tempurnya di basisbasis pertahanan milik Jepang dan Korea Selatan. Hal ini
memperlihatkan bahwa, penempatan pasukan di kawasan Asia Pasifik
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
32

Green, Michael & Berteu, David Op.cit hlm 53
Ibid hlm 52"
34
Ibid hlm 18
35"Ibid!hlm!19!!
33

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

18"

membuat kapabilitas laut, udara, dan darat akan meningkat secara
seimbang dan proporsional. Hal ini sedikit berbeda dengan perang
Irak, karena pada saat itu kekuatan laut AS tidak berkembang karena
tidak digunakan.

Semua upaya yang terkait strategi penempatan pasukan AS di kawasan
Asia Pasifik, sangat terkait dengan DIME sebagai elemen kekuatannya. Upaya
penyebaran pasukan sangat didukung dengan peran diplomasi AS terhadap para
sekutunya, sehingga AS mendapatkan bantuan area dan kawasan untuk dijadikan
basis pertahanannya. Melalui pendekatan diplomasi yang baik maka hubungan AS
dengan sekutunya tetap terjaga dan semakin erat, sehingga hal ini menjadi salah
satu bentuk investasi jangka panjang AS. Selain itu, elemen informasi dilakukan
AS dalam bentuk pengumpulan data-data penting terhadap Cina dan Korea Utara.
Usaha pengintaian (surveillance) dilakukan untuk mengetahui rencana dan potensi
apa saja yang dapat dilakukan oleh lawannya, sehingga AS mampu menyusun
strategi yang lebih unggul.
Strategi penempatan pasukan AS turut didukung oleh kapabilitas kekuatan
militernya, dimana hal ini dapat dilihat dari gelar kekuatan yang komprehensif,
yakni darat, udara, laut, dan marinir. Kapabilitas pasukan militer AS
dikembangkan secara seimbang di setiap basisnya, dimana kekuatan laut tidak
lebih lemah dibandingkan kekuatan udara dan daratnya ataupun sebaliknya.
Teknologi militer pun turut digunakan AS dan juga diberikan kepada para
sekutunya sebagai bentuk military transfer knowledge. Sedangkan pada elemen
ekonomi, negara AS mendapatkan keuntungan dari HNS yang sangat membantu
kondisi financialnya yang sedang dalam performa tidak baik. Penempatan
pasukan AS di Jepang dan Singapura mendapat bantuan ekonomi seperti, biaya
konsumsi, akomodasi, logistik minor, dan bahkan biaya perawatan. Bantuanbantuan tersebut sangat memberikan efek positif pada gelar pasukan AS di
kawasan Asia Pasifik.

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

19"

BAB 3
INVESTASI KEKUATAN MILITER AS
DENGAN SEKUTUNYA

3.1

Peningkatan Investasi Militer AS di Asia Timur
Penempatan pasukan milter yang dilakukan AS turut diikuti oleh investasi

militer bersama dari tiap sekutunya seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
Investasi militer tidak hanya mengacu pada penambahan anggaran militer saja,
namun demikian investasi dapat dilihat dari sebuah bentuk kerjasama militer,
transfer teknologi, transfer pengetahuan militer, dan pembangunan infrastruktur
serta sarana pendukung perang. Investasi militer memberikan berbagai
keuntungan dibandingkan hanya sekedar melakukan penempatan angkatan tempur
saja. Investasi militer merupakan bentuk strategi AS bersama para sekutunya
dalam meningkatkan kekuatan tempur dalam menghadapi berbagai ancaman dan
agresi dari Cina dan Korea Utara. Oleh karena itu, masing-masing investasi
militer antara AS dengan negara-negara kawasan Asia Timur dijabarkan sebagai
berikut36.
3.1.1 Investasi Militer di Jepang
Dalam rangka meningkatkan kemampuan tempurnya, AS melakukan
berbagai investasi militer secara kontinu di Jepang melalui:
a. Peningkatan fasilitas Airbase
Negara AS bersama Jepang bekerjasama dalam membangun fasilitias
pelabuhan udara (Air Base) untuk memastikan lancarnya penempatan
pesawat-pesawat tempur milik AS. Lapangan udara merupakan
fasilitas penting bagi AS sebagai tempat transit dan pemusatan
kekuatan sementara di Jepang. Sebagai contonya, melalui fasilitas

""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
36

See expanding partner contribution hlm 18-21, pada Transforming US Military Strategy in Asia,
2012

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

20"

lapangan udara yang memadai, AS mampu menempatkan sebanyak
130 Air Forces Fighters di Misawa dan Kadena.37
Misawa dan Kadena merupakan dua air base yang sangat signifikan
dalam membantu kekuatan udara AS maupun pasukan militer Jepang
(Japan Self Defense Force) dalam melakukan latihan militer matra
udara. Oleh karena itu konsep harden facilities pada tiap airbase dan
airfield merupakan faktor krusial dalam hal investasi kekuatan udara
AS di Jepang.
b. Pengembangan kapabilitas antisubmarine war craft (ASW)
Saat ini, pengembangan kekuatan maritim menjadi prioritas Jepang
dan AS melalui pengadaan ASW yang modern untuk mendeteksi,
menelusuri, dan menghancurkan musuh. ASW merupakan bagian dari
kekuatan tempur maritim yang terdiri dari kapal tempur, pesawat
tempur, dan kapal selam. Pada tahun 2009, Jepang melakukan
pengadaan ASW Two Kawasaki P-1 Patrol Maritime untuk
mendukung program C4ISR (Command Control Communication
Computers Intelligence Surveillance and Reconnaissance) yang
ditetapkan oleh AS.38 Melalui pengembangan ASW, maka AS bersama
Jepang akan mampu menyeimbangi kekuatan maritim Cina yang saat
ini juga mengalami peningkatan yang signifikan. Saat ini Cina
merupakan ancaman Jepang dan AS, karena Cina juga melakukan
investasi yang besar dalam melakukan pengembangan ASW untuk
meningkatkan kekuatan tempurnya.39
3.1.2 Investasi Militer di Korea Selatan
Negara AS juga melakukan investasi militer dalam bentuk pembangunan
saranan dan infrastrukur militer, transfer teknologi, dan pengetahuan
militer dengan Korea Selatan untuk menghadapi ancaman dari Korea
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
37"Data"diperoleh"dari"http://www.misawa.af.mil/index.asp
38

""

Hardy, James. Japan’s Navy: Sailing Towards the Future, diakses di
http://thediplomat.com/2013/01/21/japans-navy-steaming-towards-the-future/
39
Apthrop, Clarie, ASW Capabilities in the Asian Region.
http://www.defencereviewasia.com/articles/155/Anti-Submarine-Warfare

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

21"

Utara. Ancaman nuklir yang dilontarkan Korea Utara menjadi salah satu
prioritas utama yang dihadapi AS dalam rangka mewujudkan stabilitas
keamanan di Asia Pasifik. Oleh karena itu, negara AS melakukan investasi
militer di Korea Selatan yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengembangan Ground Forces di Korea Selatan
Ground Forces merupakan elemen penting bagi kekuatan tempur darat
(army) yang dimiliki AS. Pengembangan ground forces merupakan salah
bentuk investasi militer AS melalui pengadaan infantri, kavaleri, artileri,
dan berbagai alat tempur darat lainnya. Pengembangan ground forces
dilakukan bersama dengan pasukan militer Korea Selatan untuk
menghadapi potensi ancaman dari Korea Utara. Pengembangan ground
forces di Korea Selatan dimulai sejak tahun 2010, dibawah komando Gen.
James D. Thurman (AS) dan Gen. Jung Seung Jo (Korea Selatan).40
b. Pengembangan fasilitas lapangan udara di Korea Selatan
Negara AS bersama Korea Selatan saat ini terus mengembangkan fasilitas
bandara udara militer yakni, US 7th Air Force Headquarters di Osan41.
Keberadaan fasilitas lapangan udara meupaka hal vital, karena negara AS
saat ini tengah menempatkan pesawat tempur F-16x40 sebanyak 60 unit
dengan personel sebanyak 8,000 pasukan udara di Osan.42 Investasi
kekuatan udara yang dilakukan AS bertujuan untuk memantau
perkembangan dari potensi ancaman nuklir yang dilontarkan oleh Korea
Utara. Melalui kekuatan udara yang canggih, maka AS dapat melakukan
pengintaian terhadap perkembangan yang terjadi di Korea Utara.
3.1.3 Investasi Militer di Taiwan
Dalam menghadapi hegemoni Cina, negara AS merangkul Taiwan untuk
meningkatkan kapabilitas kekuatan tempur bersamanya di kawasan Asia
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
40

Kwon relieves Jung as Deputy CFC, diakses di
http://www.usfk.mil/usfk/(S(mvcn3sjoy5n11zcqylpradrp))/pressrelease.kwon.relieves.jung.as.deputy.cfc.gcc.commander.printview.918?AspxAutoDetectCookieS
upport=1
41
Cordesman, Anthony. The Korean Military Balance: Comparative Korean Forces and the
Forces of Key Neighboring States, CSIS Report, 2011, hlm 62
42
Ibid, hlm 63!!

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

22"

Timur. Hal ini dilakukan AS mengingat Cina tidak memiliki hubungan
diplomatik terhadap Taiwan, dengan demikian hal ini dijadikan AS
sebagai penambahan kekuatan militernya. Oleh karena itu, investasi
militer yang dilakukan AS di Taiwan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengembangan antiship cruise missiles (ASCMs) di Taiwan
Negara AS tengah melakukan investasi penanaman rudal di berbagai
kawasan wilayah Taiwan. Investasi kekuatan rudal ini merupakan
salah bentuk upaya AS dalam menghadapi hegemoni Cina. Saat ini
Cina telah membuat lebih dari 1,000 rudal balistik dan ASCMs.

43

Dengan demikian, upaya invesasi ASCMs di Taiwan akan memberikan
kekuatan bagi AS dalam menyeimbankan pengaruh Cina di perairan
Taiwan.
b. Pengadaan diesel Submarine di Taiwan
Melalui kekuatan diplomatiknya, AS mendorong Taiwan dalam usaha
produksi kapal selam berkekuatan diesel. Saat ini Taiwan negara yang
unggul dalam pembuatan kapal selam militer untuk kawasan Asia
Timur. Kemampuan Taiwan tentunya dimanfaatkan oleh AS dengan
membeli delapan kapal selam berkekuatan diesel seharga 12 miliar US
dollar.44

Pengadaan diesel submarine yang dilakukan AS ditempatkan di
perairan Taiwan (Taiwan Strait) sebagai bentuk deterrence kepada
Cina. Kemampuan Taiwan dalam memproduksi diesel submarine tidak
lepas juga dari bantuan AS yang memberikan hubungan (link) ke
negara-negara maju seperti Jerman dan Jepang.45 Kerjasama dengan
Jerman dan Jepang memberikan dampak pada transfer teknologi atas
pembuatan kapal selam terhadap Taiwan.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
43

Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the People’s
Republic of China 2013, hlm 59""
44
Cole, Michael. Taiwan’s New Source for Submarine Tech, diakses di
http://thediplomat.com/flashpoints-blog/2013/04/15/taiwans-new-source-for-submarine-tech/
45
Ibid.

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

3.2

23"

Peningkatan Investasi Militer AS di Australia/Pasifik
Dalam rangka menjalani strategi Pivot to Asia Pacific, negara AS

merangkul Australia sebagai mitra untuk meningkatkan kapabilitas militernya.
Hubungan dekat antara AS dan Australia dapat dilihat dari berbagai program
militer yang telah dan sedang dilakukan. Program-program latihan militer
merupakan salah satu bentuk investasi militer AS di kawasan Pasifik, dimana hal
ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Darwin Sebagai Kawasan Pengembangan Marinir AS
Negara AS menempatkan sebanyak 2,500 pasukan marinirnya di
kawasan Darwin, dimana hal ini ditegaskan langsung oleh Obama pada
tahun 2011.46 Penempatan pasukan tersebut merupakan strategi AS
dalam mengembangkan kekuatan maritimnya di kawasan Asia Pasifik.
Penempatan pasukan marinir merupakan program berkelanjutan
sampai dengan tahun 2016 dengan biaya 1,6 miliar US dollar per
tahunnya.47 Penempatan pasukan AS tidak lepas dari bantuan dari
Australia yang mau menyediakan tempat latihan militer bagi pasukan
marinir AS. Apabila tidak ada bantuan pinjaman kawasan, maka besar
kemungkinan biayanya akan sangat tinggi.
b. Pelatihan anti submarine warfare (ASW)
Sebanyak 1,000 personel militer Australia dan 8,000 personnel AS
melakukan latihan militer ASW di kawasan pantai utara Australia.
Kedua pasukan militer masing-masing saling memberikan konstribusi
atas

pengetahuan

dan

ilmu

militer.

Pelatihan

ini

turut

mengikutsertakan beberapa kapal dan rudal tempur seperti (1) aircraft
carrier USS George Washington/CVN 73; (2) carrier air wing / CVW
5; (3) guided-missile cruiser USS Antietam / CG 54; (4) guided missile
destroyer lassen / DDG 82; dan (5) RAN guided missile frigate
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
46

Calmies, Jackie. US. Marine Base for Australia Irritates China, diakses di
http://www.nytimes.com/2011/11/17/world/asia/obama-and-gillard-expand-us-australia-militaryties.html?pagewanted=all&_r=0""
47
Hill, Craig. US Marines Based in Australia will cost 1,6 Billion, diakses di
http://chinadailymail.com/2013/04/23/u-s-marines-based-in-australia-will-cost-1-6-billion/

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

24"

HMAS Sydney (FFG 03)48 Pelatihan ASW yang dilakukan AS
bersama Australia merupakan bentuk dari investasi militer yang
diterapkan di kawasan Pasifik.
Mengacu pada seluruh investasi militer yang dilakukan oleh AS, hal ini
selaras dengan konsep defensive structural realism, dimana AS melakukan
investasi sebagai bentuk perlindungan terhadap dirinya dan sekutunya terhadap
potensi ancaman Cina dan Korea Utara. Usaha investasi militer yang dilakukan
AS tidak bersifat represif ataupun agresif dengan tidak serta merta langsung
menyerang Cina dan Korea Utara. Namun demikian, investasi militer AS lebih
mengarah kepada tujuan rasional yang berjangka panjang, bersifat strategis, dan
bertujuan untuk melindungi aliansinya. Seluruh investasi militer di kawasan
Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Australia merupakan langkah
bijak AS untuk meningkatkan kekuatan militernya untuk diperlihatkan kepada
Cina dan Korea Utara sebagai bentuk efek getar.

""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
48

Kelly, Paul. US, Australian Navies Conduct ASW Exercises hlm 27

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

25"

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1

Kesimpulan
Penempatan pasukan militer AS dikawasan Asia Pasifik merupakan

kebijakan strategis yang diterapkan oleh pemerintahan Obama, hal ini
dikarenakan kawasan Asia Pasifik merupakan poros perkembangan dunia, baik itu
di sisi militer maupun ekonomi. Obama menyadari bahwa apabila AS mampu
menempatkan posisinya di kawasan Asia Pasifik, maka AS akan mampu menjaga
kapabilitasnya sebagai negara yang dominan di dunia. Oleh karena itu, dalam
rangka mendukung strategi AS, kekuatan militer digunakan oleh Obama sebagai
salah satu perangkat yang paling efektif. Pendekatan militer yang digunakan
Obama dilakukan melalui strategi penyebaran pasukannya di kawasan Asia
Pasifik. Negara AS berhasil menyebar kekuatan militernya di semua aliansinya
seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Australia. Selain itu, AS juga telah
menempatkan kekuatan pasukannya di kawasan Pasifik yang masih menjadi
wilayah teritorinya, seperti Guam dan Hawaii. Sedangkan pada negara Singapura,
Vietnam, dan Filipina, AS turut menempatkan pasukannya, namun hanya sebatas
transit dan usaha siap siaga. Melalui penempatan pasukan militernya, negara AS
berhasil membangun kapabilitas basis-basis pertahanan yang secara tidak
langsung sudah mengepung kawasan Asia Pasifik. Penyebaran pasukan AS
tentunya telah membuat pergerakkan Cina menjadi terbatas, serta melindungi
aliansinya dari ancaman Korea Utara. Selain itu, gelar kekuatan AS di kawasan
Asia Pasifik bertujuan sebagai efek getar terhadap Cina dan Korea Utara.
4.2

Saran
Usaha yang dilakukan AS pada dasaranya sudah mencapai sasaran, karena

penempatan pasukan militernya berjalan dengan efisien dan efektif berkat bantuan
aliansinya. Namun demikian, usaha AS akan lebih baik apabila AS juga mampu
membangun basis pertahanan yang bersifat jangka panjang di kawasan Asia
Tenggara, seperti di Filipina dan Singapura, sehingga AS akan memiliki
keunggulan militer yang lebih kompetitif,

Yosua Praditya;
Strategi Penempatan Kekuatan Militer AS di Kawasan Asia Pasifik
Asia-Pacific Security Module; Juli 2013

26"