BAB II IDENTIFIKASI DAERAH PENELITIAN 2.1 Pengenalan - Analisis Metode Pengajaran Gitar Klasik di LPM Farabi Kota Medan
BAB II IDENTIFIKASI DAERAH PENELITIAN
2.1 Pengenalan
Pada Bab II ini akan dijelaskan kota Medan sebagai tempat atau lokasi LPM Farabi itu sendiri berada, hal ini juga dikarenakan Medan sebagai tempat domisili dari guru dan murid yang belajar di LPM Farabi . Selain itu Medan juga dikenal sebagai kota yang besar tentu juga memiliki potensi keunggulan budaya yang besar dan karakter masyarakatnya yang sangat kaya akan seni budaya serta kultur adat istiadatnya yang menarik untuk dibahas.
2.2 Gambaran Umum Kota Medan
Berabad-abad lampau, tepatnya sekitar tahun 1590 Guru Patimpus, seorang
keturunan Raja Singa Maharaja memerintah negeri Bakerah di Dataran Tinggi Karo membangun sebuah perkampungan yang disebut Medan Puteri.kampung ini berkembang
dan dipercaya sebagai cikal bakal Kesultanan Deli .
aksamana Turki Sidi
Ali dalam bukunya “ Al Muhiz ” (1554 M) menyebutkan adanya Aru dan Medina sebagai sebuah Bandar setelah melewati Bandar ini akan sampai di pulau Berhala.
4 Tanggal 1 Juni 1590 kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Medan.
5 Dalam perkembangannya, pada tahun 1669 Kesultanan Deli Diplokamirkan oleh Tuanku Panglima Perungit sebagai upaya memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. 6 T. Lukman Sinar merupakan Sultan Kesultanan Melayu Serdang.
Ada orang tidak sependapat bahwa “Medan“ dihubungkan dengan Medan pertempuran. Sultan Deli pertama memang berasal dari Hindustan yang ditunjuk oleh Kesultanan Aceh untuk memerintah di tanah Deli. Sultan Kerajaan baru ini Kerajaan Deli diambil dari nama Dehli yaitu dari nama negeri asalnya.
Tempat kerajaan yang datar itu disebut “ Meiden “. Kata Maiden kemudian berubah pengucapannya oleh lidah orang Melayu menjadi Medan , tempat datar yang kemudian menjadi Medan.
Menurut catatan seorang pegawai kota Medan, seorang Inggris yang pernah berkedudukan di Penang bernama John Andersson yang pernah berkunjung ke Medan tahun 1823, menulis sebuah buku yang berjudul Mission To The East Coast Of Sumatera edisi Edinburg tahun 1826 menuliskan bahwa Medan masih sebuah kampong dengan jumlah penduduk sekitar 200 orang.
2.2.1 Masyarakat Kota Medan Dan Budayanya
Menurut Koentjaraningrat (1980 :146-147 ) bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Hal senada dikemukakan oleh Roucek dan Warren (1984:12-13), mengatakan bahwa masyarakat adalah satu kumpulan manusia yang berhubungan secara tetap dan tersusun dalam menjalankan berbagai kegiatannya secara kolektif, dan merasakan bahwa mereka hidup bersama. Bukan individu yang sama saja yang menjadi anggota masyarakatnnya, karena anggota baru akan terus menerus lahir dan ada pula yang mati.
Penduduk Kota Medan saat ini ada +/- 2.000.000 ( sensus penduduk tahun 2000). Secara cultural saat ini suku bangsa yang dapat ditemukan di Medan di antaranya Melayu, Tionghoa, Jawa, Batak, Karo, Dairi, Simalungun, Minang, Aceh, Benggali, Tamil, dan lain sebagainya.
Menurut Biro Staristik, kota adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya lebih dari 2500 jiwa. Selain itu, salah satu kriteria penilaian terhadap suatu kota adalah berdasarkan tingkat kemajuan yang sudah dicapainnya, terutama dari segi ekonomi,serta menjadi pusat pemerintahan. Dalam hal ini, Medan merupakan pusat pemerintahan dari Provinsi Sumatera Utara.
Dari keterangan di atas, dapat kita ambil suatu pengertian dari masyarakat kota Medan yaitu sekumpulan orang yang jumlah penduduknya lebih dari 2500 jiwa yang berhubungan secara tetap dan menjalankan kegiatannya serta terikat oleh satu rasa identitas bersama yaitu masyarakat Medan atau yang disebut “ orang Medan “. Dalam tulisan ini yang menjadi masyarakat kota Medan yang dijadikan sebagai objek penelitian bukanlah masyarakat Medan secara keseluruhan yang mencapai jutaan orang, namun masyarakat tertentu yang ada di wilayah kota Medan yang menjadi objek penelitian tulisan ini yaitu pengajar/instruktur dan murid di LPM Farabi Medan.
Mayoritas penduduk kota Medan beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha. Heterogenitas masyarakat kota Medan ini didukung oleh berkembangnya budaya toleransi yang tinggi. Karakter masyarakat yang demikian memungkinkan berkembangnya keharmonisan hubungan antara kelompok etnis atau suku bangsa dan agama yang berbeda-beda.
Masyarakat Kota Medan terdiri dari berbagai latar belakang sosial budaya yang semuanya mempunyai kebiasaan-kebiasaan serta adat-istiadat yang berbeda-beda.
Mereka membentuk satu kesatuan dan saling berinteraksi, hingga membentuk suatu masyarakat yang disebut masyarakat kota medan.
Roucek dan Warren dalam bukunya Pengantar Sosiologi berpendapat sebagai berikut : Komunitas kota sering menekankan pada kelompok sekuler yaitu kelompok yang hanya melibatkan kekerabatan kecil, wujudnya temporer dan menyebabkan kurangnya kontak antar pribadi, sikap acuh merupakan cirri dari kelompok sekunder. Kontak antar anggota di dalam kelompok sekunder seperti : tempat kerja, organisasi politik, gereja, kelap, pertunjukan, dan lain sebagainya.
Selain itu status sosial masyarakat juga merupakan hal yang penting untuk dibahas. Karena pada umumnya orang yang mampu untuk mendapatkan pendidikan nonformal, seperti kursus musik, les, privat, dsb. Tentulah orang yang harus mampu untuk membiayai semua keperluan itu.
Berdasarkan pengamatan penulis selama di lapangan dan wawancara dengan informan Dino Irwan, memang kebanyakan yang menjadi siswa di LPM Farabi berasal dari kelas ekonomi menengah yang tentunya mampu untuk membiayai kebutuhan pendidikannya.
Masyarakat kota Medan memang umumnya sangat apresiasi sekali terhadap seni ini terbukti dari munculnya kursus-kursus musik di kota Medan yang muncul seperti cendawan di musim hujan. Animo masyarakat terhadap seni juga terbukti dengan dibukanya jurusan Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara yang selama ini sangat konsisten dalam mengembangkan kesenian etnik daerah khususnya Sumatera Utara. Selain itu dengan semakin banyaknya tempat-tempat kursus musik diharapkan nanti akan menjadi media untuk mengembangkan bakat seni masyarakat.
Menurut Allan P.Merriam (1964 ) secara Etnomusikologi tempat kursus musik ini dapat menjadi media transformasi dalam regenerasi budaya masyarakat yaitu yang bersifat oral, tulisan, dan elektronik. Dalam hal ini LPM Farabi dapat menjadi sarana untuk proses itu, karena LPM Farabi dapat menjadi sarana untuk mengembangkan seni dan musik sehingga dapat mangasuh bakat yang ada pada masyarakat kota Medan agar menjadi sebuah potensi dan berguna untuk kemudian hari.
2.3 Latar Belakang LPM Farabi
Mempelajari musik sebenarnnya mudah jika kita hanya mempelajari dasarnnya saja, tetapi untuk mendalami musik itu sulit. Oleh karena itu dibutuhkan ketekunan dan kerja keras supaya dapat mempelajarinnya dengan baik. Maksudnya adalah untuk menikmati musik sebenarnya kita cukup mendengarkan saja, tetapi jika ingin mengetahui lebih banyak, maka haruslah dipelajari bagaimana bentuk musik itu sendiri. Seperti bagaimana dinamikanya, tempo, birama atau pesan yang disampaikan musik itu sendiri.
Hal inilah yang perlu ketekunan dan kerja keras untuk mengetahuinya lebih dalam.
Pada zaman sekarang ini dunia musik semakin maju dan semarak, sehingga selain menjadi hiburan, musik juga merupakan salah satu pencaharian ( Penghasilan ) bagi sebahagian orang atau masyarakat. Atan Hamdju dan Armillah Windawati ( 1981 : 10 ) menyatakan bahwa musik dibagi dalam 3 bagian yaitu:
(1) Vokal adalah musik yang dibunyikan dengan suara manusia ( Mulut ). (2) Instrument artinya alat musik.
(3) Campuran artinya vocal dengan instrument. Untuk memiliki keterampilan bermain gitar yang baik seseorang harus sering belajar dan latihan sehingga memiliki Skill yang baik. Terkadang seseorang tentunya sudah memiliki bakat keterampilan bermain gitar secara alami. Namun, hal itu belum cukupuntuk bisa diandalkan dalam bersaing terhadap orang lain. Seseorang harus dilatih dan dibimbing oleh seseorang yang mengerti dan memahami tentang gitar klasik tersebut.
Dengan demikian perkembangan dalam mengolah bakat bermain gitar itu akan terealisasi dengan baik. Keberhasilan dalam bermain gitar bukan cukup hanya dapat dilihat jika seseorang itu sudah bisa meminkan chord gitar dengan benar tapi dia juga mampu untuk menguasai teori yang ada serta teknik yang ada dalam gitar klasik, sehingga orang tersebut akan mampu meminkan gitar dengan baik dan benar.
7 Pertama kali LPM Farabi dipelopori berdirinya oleh Almarhum Jack Lesamana
pada tahun 1978. kemudian diambil alih oleh anak-anaknya diantaranya Indra Lesamana, Gilang Ramadhan, dan Dwiki Dharmawan. Tetapi kemudian Dwiki Dharmawan orang yang meneruskannya apada tahun 1997 hingga sekarang.
7 Secara terminologi Farabi berasal dari bahasa Arab untuk merujuk kepada ahli teori music Islam, yang bernama Al-Farabi, yang menulis buku Kitab Al-Musiqi Al-Kabir di abad pertengahan.
Gbr. 1 Dwiki Dharmawan Sumber : www. Artis.inilah. com
Keterangan Gambar : Dwiki Dharmawan merupakan musisi Jazz dan juga etnik
yang handal di Indonesia. Mantan anggota band Krakatau ini juga aktif dalam kegiatan seni budaya di Indonesia.
Farabi diambil dari bahasa Arab dan dari seorang ahli musik arab yang manciptakanb tangganada maqam ( tangga nada musik Arab ). Yang dalam bahasa Arab terkadang disebut juga sebagai ahli musik.
Salah satu alasan didirikannya LPM Farabi adalah sebagai wadah untuk menjadi media pembelajaran musik serta mengembangkan bakat masyarakat. Hal ini sesuai dengan motto daripada LPM Farabi itu sendiri yaitu karena bakat saja tidak cukup. LPM Farabi juga mempopulerkan Jazz sebagai salah satu jurusan musik yang tersedia di LPM Farabi. Dengan membuka kelas Jazz di setiap jurusannya bukan berarti LPM Farabi lebih mengedepankan Jazz karena di LPM Farabi juga tersedia kelas pop dan klasik.
LPM Farabi merupakan lembaga kursus musik yang memberikan program pertunjukan musik kontemporer bahkan dengan disiplin musik etnik. Menurut kurikulum ada enam level/grade yang bisa dipelajari di lembaga kursus musik ini. Profesionalitas dan kreatifitas merupakan modal utama untuk melatih dan menyiapkan peserta didik menuju industri musik kontemporer yang ada di Indonesia.
Para siswa nantinya akan mendapatkan sertifikat sebagai hasil belajar mereka sesuai dengan jurusan yang mereka pelajari yang antara lain terdiri dari : Gitar, Bas, Drum dan Vokal. Selain musik kontemporer LPM Farabi juga tersedia kursus musik klasik yang terdiri dari : Strings Instruments, Woodwind Instruments, Brass Instruments, dan Vokal.
Ada beberapa kegiatan kursus yang ada di LPM Farabi :
1. Private Lessons Untuk jurusan ini tersedia sekali seminggu dengan pulihan jurusan alat musik yang tersedia dan diarahkan oleh instruktur sesuai dengan standart kurikulum yang ada di
Farabi.
2. Ensembles Sebulan sekali diadakan pertunjukan ensamble dengan memainkan repertoar yang disediakan untuk mengembangkan kemampuan bermain siswa.
3. Performance Para siswa dari berbagai jurusan yang ada di LPM Farabi dituntut untuk bisa mempunyai karakter permainan dalam penampilannya seperti improvisasi dan interpretasi.
4. Workshop dan Klinik LPM Farabi juga mengadakan klinik musik dan Workshop tentang music untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi siswa.
2.4 Penjelasan Mengenai LPM Farabi
2.4.1 Asal-usul Nama Al-Farabi dalam Konteks Dunia Islam
Pertama kali LPM Farabi berdiri tahun 1978 di Jakarta yang didirikan oleh musisi Jazz Indonesia yaitu Jack Lesmana. Kemudian tahun 1997 sampai sekarang kini LPM Farabi dipimpin oleh seorang musisi etnik dan jazz Indonesia yaitu Dwiki Dharmawan.
Baik Jack Lesmana maupun Dwiki Darmawan tampaknya terinspirasi oleh seorang ilmuwan dan tokoh music Islam Al-Farabi dalam menamakan LPM mereka ini. Untuk itu akan penulis kaji siapa Al-Farabi itu.
Gbr. 2 Jack Lesmana Sumber : www. Tamanismailmarzuki.com
Keterangan Gambar : Alm. Jack Lesmana bias dikatakan sebagai bapak Jazz
Indonesia. Ia merupakan ayah dari musisi Jazz Indra Lesmana. LPM Farabi merupakan lembaga musik yang ia pelopori.
Nama Farabi diambil dari nama seorang ilmuwan dari Persia yaitu Al Farabi.
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-
Fārābi Bahasa Persia: محمد فاراب ی ) atau Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzalagh al-Farabi), juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir adalah seorang filsuf
Sampai umur 50, ia tetap tinggal di Kazakhstan. Tetapi kemudian ia pergi ke untuk mengabdi kepada sang raja di sana.
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidarbahasa Yunani, ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles, dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Ia dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik. Kehidupan sufi asketik yang dijalaninya membuatnya ia tetap berkehidupan sederhana dengan pikiran dan waktu yang tetap tercurah untuk karir filsafatnya. Akhirnya, pada bulan Desember 950, ia meninggal dunia di tempat ini (Damaskus) pada usia delapan puluh tahun.
Dalam konteks Dunia Islam, tokoh filosof yang paling banyak mengkaji tentang estetika di dalam musik adalah Al-Farabi. Nama lengkapnya adalah Abu Nasir Muhammad Ibnu Al-Farakh Al-Farabi, lahir di desa Wasij, dekat Farab di Turkistan tahun 259 H (870 M), wafat 950 M dalam usia 80 tahun. Kampungnya kini masuk ke dalam bagian Republik Uzbekistan di Asia Tengah. Ayahnya seorang jenderal militer dan memiliki status sosial yang relatif baik. Namun sejak kecil lagi, Al-Farabi meninggalkan kampung Farab menuju Baghdad, untuk menimba ilmu bahasa Arab dan logika dari gurunya Abul Bashar Matta. Kemudian dia juga belajar filsafat dari Yuhanna Ibnu Khailan di daerah Harran. Kemudian ia juga mendalami ilmu-ilmu Aristoteles melalui Yuhanna. Ia paling gemar mengkaji pikiran Aristoteles yang tertuang dalam buku Anima dan Physica.
Kemudian ia mengembara ke Syiria, terus ke Mesir, dan akhirnya sampai ke Damaskus. Dalam pengembaraan ini, secara ekonomis ia begitu miskin, akhirnya ia dibantu secara finansial oleh Pangeran Saif Al-Dawlah dari Damaskus. Ia belajar, mengarang, mensyarah, mengkritik, dan bergulat di dunia sastra. Ia terkenal sampai ke Eropa bukan hanya filsafatnya tetapi juga logika dan metafisikanya. Di bidang musik, dengan dijiwai oleh ajaran Islam ia mengolah kembali model dan logika berpikir Yunani dalam musik, disertai dengan praktik musik kontemporer saat itu. Ia juga mencipta dan mengolah sistem-sistem musik yang berasal dari Timur Tengah. Bagaimanapun, Al- Farabi secara tegas membedakan manusia di dunia ini menurut Al-Quran, yaitu manusia yang bertakwa dan manusia yang tidak bertakwa.
Al-Farabi menghasilkan sebuah buku teori musik yang secara historis sangat fenomenal dalam dunia Islam dan global, yang bertajuk Kitabul Musiqil Kabir (Kitab
Besar tentang Musik ). Buku ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama memusatkan
perhatian pada musik, bagian kedua pada alat-alat musik, dan pada bagian ketiga mengenai komposisi musik. Ada dua tempat dalam buku itu yang membicarakan gerakan melodi dalam musik: satu tempat di bagian pertama dan satu lagi di tempat ketiga. Dalam buku itu ia menceritakan bagaimana proses melakukan komposisi musik.
Tujuan utama Al-Farabi mengkaji dan menjelaskan komposisi musik adalah untuk membantu dan memberi arah kepada para komposer dalam menciptakan melodi. Ia menjelaskan bahwa setelah komposer memilih unsur-unsur melodi, selanjutnya dapat berkonsultasi dengan tabel-tabel konsonan dan gerak melodi yang dibuatnya, begitu juga dengan wilayah nada atau suara penyanyi. Kemudian disesuaikan dengan modus-modus ritmik yang telah disusun secara logis.
Dalam membentuk gerak melodi ini ia menawarkan konsep-konsep interval satu nada ke nada berikutnya dengan memakai konsonan dan disonan dalam sistem modal. Saat transisi melodi seharusnya menggunakan interval konsonan. Al-Farabi menggunakan interval konsonan ke dalam tiga jenis: (a) konsonan besar, seperti oktaf dan balikannya, disajikan bersama atau melodis, (b) konsonan medium, yaitu kuint, kuart, antara oktaf dan kuint, serta antara oktaf dan kuart, disajikan secara bersama atau melodis, dan (c) konsonan kecil yang terdiri dari sekunde mayor (dengan rasio 9/8) atau interval lain yang lebih kecil dari kuart.
Menurut Al-Farabi, melodi dapat didefinisikan sebagai sejumlah nada tertentu, yang semuanya atau sebagian besar berjalin berdasarkan interval konsonan, yang dirancang dalam kelompok tertentu, dan dipergunakan dalam sebuah genus (tetrakord) tertentu, interval-intervalnya berada dalam tonalitas tertentu; yang bergerak melalui sebuah modus ritmik yang pasti pula. Satu rangkaian melodi menggunakan satu tetrakord ditambah satu langkah penuh. Jika seorang komposer menggunakan interval kuint, ia harus mengimbanginya dengan interval yang lebih kecil. Sebuah melodi nyanyian disebutnya tidak lengkap, apabila ambitusnya tidak mencapai satu oktaf. Jika sampai satu oktaf disebut melodi yang lengkap, dan jika mencapai dua oktaf disebut sangat lengkap. Dalam menyusun melodi sebaiknya menggunakan interval-interval yang berbeda.
Al-Farabi menyebut gerak melodi dengan istilah al-intiqal, yang secara harfiah artinya bergerak dari satu titik ke titik lainnya. Al-intiqal ini menurutnya adalah transisi yang dapat terjadi antara satu nada dengan nada lain, dari interval yang satu ke interval lain, dari satu genus ke genus lain, jika kelompok nada itu terdiri dari tetrakord, kelompok nada, dan tonalitas yang berbeda. Namun tetap terdapat satu nada nukleus. Selanjutnya, Al-Farabi membuat kategori-kategori gerak melodi dalam bahasa Arab, yaitu: (1) al-nuqlah ‘ala istiqamah, artinya adalah gerak langsung atau rektilinier, yaitu gerakan yang tidak kembali ke nada awalnya; (2) al-nuqlah ‘ala in’itaf, artinya gerak berlipat, bertukar, melengkung, dan berkeliling. Artinya dalam melodi adalah kembali ke nada awal; (3) al-nuqlah ‘ala istidarah, artinya gerakan sirkular, berputar. Dalam melodi artinya kembali ke nada awal dan gerakannya terus diulang; (4) al-nuqlah ‘ala in’iraj, artinya adalah gerakan pembiasan atau deviasi—dalam melodi maksudnya adalah kembali ke nada awal, tetapi tidak sejauh gerak-gerak pertamanya; (5) al-nuqlah bi-in gerak melodi yang memperluas gerak sebelumnya, baik ke arah atas maupun ke bawah dengan nada awal yang berubah-ubah pula. Menurut Al-Farabi, gerak-gerak melodi di atas boleh saja saling dipadukan dengan menjaga rasa musik (Lihat Takari 2003)
Dalam membahas teori, selain sistem modal dengan menggunakan tetrakord dalam tangga nada heptatonik, Al-Farabi juga menganalisis sistem-sistem maqam yang ada di dunia Islam, seperti maqam: rast, bayati, husaini, jiharkah, hijaz, sikkah, dukah,
sikahirah , dan lainnya yang menjadi dasar komposisi musik dunia Islam. Ia juga
mengkaji modus-modus ritmik seperti: ramal maia, wahdah wa nifs (maksum), cahar
mezarb, zarbi, iqa’at, durub, usul, dan mazim. Dalam membahas alat-alat musik, ia
memfokuskan kajian secara detil tentang alat musik ‘ud (lute petik) sebagai asas dari penciptaan maqam dan melodi. Alat seperti ini yang diuraikannya dapat menurunkan tangga-tangga nada seperti yang dilakukan oleh Phytagoras dari Yunani dengan membagi proporsi matematis senarnya. Sistem ini kemudian dalam etnomusikologi dikategorikan sebagai sistem devisif (pembagian). Dalam buku ini, memang unsur logika memang begitu menonjol dituangkannya, namun ia juga berharap bahwa jangan melupakan unsur perasaan dan spiritualitas dalam mengembangkan seni musik. Bagaimanapun, musik itu adalah bagian dari totalitas ajaran Islam dalam rangka tauhid kepada Allah. Demikian menurut pandangan Al-Farabi Gambar 3. Al Farabi
Sumber Keterangan Gambar :
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi Jika ditinjau dari fungsi dan tugasnya maka secara umum fungsi dari adanya
Lembaga Pendidikan Musik Farabi ini adalah untuk mengelola, membantu dan melestarikan kesenian masyarakat Indonesia. Sedangkan tugasnya yakni, melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelatihan seni, pertunjukan seni, serta informasi seni dan musik.
Jika ditinjau dari fungsi keberadaan LPM Farabi itu sendiri,maka penulis mengacu kepada teori Alan P. Merriam yaitu : …use then refers to the situation in which is employed in human action: fungtion concern the reason for its employment and particularly the broader purpose which it serves …“ ( Merriam 1964 :210 )
Dari kalimat di atas dapat diartikan bahwa use (penggunaan) menitikberatkan pada alas an penggunaan atau menyangkut tujuan pemakaian musik, terutama maksud yang lebih luas, sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri.
Sesuai dengan yang sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa memang LPM Farabi didirikan oleh dasar keinginan yang kuat untuk membina bakat-bakat atau talenta masyarakat Indonesia di bidang seni. LPM Farabi merasa saat ini hanya dengan modal bakat alam tentu tidaklah cukup untuk bersaing di dunia seni hiburan atau seni pertunjukan, untuk itu maka siswa LPM Farabi nantinya dituntut untuk memiliki Skill dan pengetahuan yang maksimal mengenai bakat yang dimilikinya.
Ditinjau dari segi etnisitas maka sepanjang penelitian, penulis melihat bahwa para instruktur gitar klasik yang ada di LPM Farabi kebanyakan adalah orang Batak toba ( dari ke-4 Instruktur semuanya merupakan suku Batak Toba ). Sedangkan murid yang belajar gitar klasik di LPM Farabi kota Medan kebanyakan didominasi oleh etnis Tionghoa.
Bahkan jika di kumulatifkan mayoritas dari segi etnik yang belajar musik di LPM Farabi adalah orang dari etnis Tionghoa, sedangkan para guru/Instrukturnya merupakan etnis pribumi ( Mayoritas Batak Toba ). Untuk pimpinan LPM Farabi Kota Medan yaitu Bpk Dino Irwan adalah dari dari etnis Tionghoa.
Para instruktur LPM Farabi kota medan yaitu : Wonter Purba, Darwin Manalu, Ronald Pasaribu, dan Michael Panggabean merupakan satu alumni yaitu dari Universitas HKPB Nommenssen. Sehingga dalam bekerja mereka sudah saling mengenal dikarenakan satu almamater. Dan untuk pengalaman dan keahlian mereka memang sudah cukup ahli dan terampil bermain gitar dengan sertifikasi yang sesuai dengan standart LPM Farabi.
2.4.2 Perkembangan Sekolah
LPM Farabi merupakan salah satu tempat pendidikan non formal yang ada di kota Medan yang didirikan pada 1 Maret 2007.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI 2003 : 365 ) “ Gitar adalah alat musik dengan bahan kayu seperti biola, berleher panjang, berdawai 6 atau lebih, dimainkan dengan memetik dawai atau dengan jari “.
Menurut Banoe Panoe ( 2003 : 175 ) “ Gitar adalah alat musik dawai berpapan nada ( frets ) dalam berbagai bentuk dan modifikasi “.
Pengertian klasik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2003 : 574 ) yakni “ Bersifat seperti seni klasik, sederhana, serasi, dan tidak berlebihan “. Sedangkan menurut Banoe Panoe ( 2003 : 87 ) “ Klasik adalah keadaan atau kondisi yang mutunnya patut dicontoh dan terikat pada tradisi “.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gitar klasik adalah alat musik berdawai 6 atau lebih yang memiliki bentuk telah disempurnakan dan memiliki keharmonisan nada.
Untuk cabang LPM Farabi saat ini memiliki total 9 cabang ( 7 diantaranya ada di pulau Jawa ) yang tersebar di Indonesia dengan pusatnya yang terletak di Jakarta tepatnya di Jalan Dharmawangsa XI/5, Kebayoran Baru, Jakarta. Sedangkan untuk di Medan LPM Farabi sendiri baru mempunyai satu cabang yaitu di Jalan Burjamhal No : 28-29 B.
Berikut adalah cabang cabang Farabi yang ada tersebar di Indonesia :
1. Farabi Bintaro Jaya Branch
2. Farabi Hang Lekir Branch
3. Farabi Bogor Branch
4. Farabi ITC Cempaka Mas Branch
5. Farabi Kelapa Gading Branch
6. Farabi Cibubur Branch
7. Farabi Medan Branch, North Sumatra
8. Farabi Denpasar Branch, Bali
9. Farabi Depok Branch, West Java Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan Bpk. Dino Irwan selaku pimpinan LPM Farabi cabang Medan ( 14 Mei 2009 ), ia mengatakan bahwa untuk membuka cabang LPM Farabi tidaklah mudah karena butuh modal yang besar untuk membuka sebuah cabang LPM Farabi. Selain dari segi Finance yang lebih penting juga adalah dalam peneriamaan guru yang sangat professional sekali. LPM Farabi tidak sembarangan di dalam hal penerimaan Instruktur atau Pengajar. Karena itu setiap diadakan audisi penerimaan guru, LPM Farabi mendatangkan langsung penguji dari Jakarta dengan tujuan untuk menjaga dan menyesuaikan kredibilitas para intruktur di LPM Farabi.
Gbr.4 LPM Farabi Medan ( Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2009 )
Keterangan Gambar : Gambar ini merupakan tampilan halaman luar gedung
LPM Farabi Kota Medan yang terletak di jalan Burjamhal No : 29 A/B
2.4.3 Pandangan dan Sikap Masyarakat Kota Medan Terhadap LPM Farabi
Secara umum, masyarakat mengatakan bahwa musik sebagai suatu yang penting dalam kehidupanya. Karena masih merupakan hiburan mereka dalam kehidupan sehari- hari. Selain berfungsi sebagai penghibur, dapat juga berfungsi sebagai pengiring pelaksanaan kegiatan ( acara ) dalam masyarakat.
Selain itu persepsi masyarakat terhadap musik klasik yang menurut penelitian para ahli dapat meningkatkan kecerdasan intelektual anak menjadi salah satu alasannya untuk memberi anaknya kursus musik.
Menurut pengamatan penulis di lapangan banyak masyarakat yang masih menilai untuk kursus musik itu merupakan kebutuhan tersier yang bukan prioritas disbanding dengan kursus-kursus lainyya seperti les bahasa, computer, maupun les mata pelajaran sekolah. Namun harus diketahui bahwa kursus musik juga merupakan Lifeskill yang merupakan keahlian bagi seseorang yang dapat menjadi bekal dia kelak dan dapat menjadi sumber pencahariannya apabila ia memang serius dalam mempelajarinya.
Mengenai tanggapan murid dan orang tua murid tentang pengajaran gitar klasik di LPM Farabi dapat disimpulkan berbagaio persepsi seperti :
(1) Guru atau instruktur sangat dekat dengan murid sehingga dengan pendekatan yang baik maka murid akan merasa senang dan betah belajar di LPM Farabi selain itu akan menambah citra positif karena instruktur atau pengajarnya dapat berinteraksi secara baik dengan murid-muridnya.
(2) Selain itu akselerasi tingkat kemahiran murid juga cukup terasa hal ini membuat adanya persepsi dari si murid maupun orang tuanya bahwa mereka dating belajar ke tempat ini dengan tidak sia-sia hal ini terbukti dengan kemampuan si murid yang maju cukup signifikan sejak belajar di LPM Farabi Medan. (3) Yang tidak kalah pentingnya adalah factor sarana dab parasarana yang baik yang membuat si murid semakin betah dalam ruangan. Berbagai fasilitas disediakan oleh LPM Farabi untuk menunjang kebutuhan proses belajar mengajar. Hal ini bisa dilihat dari tempat mengajar yang nyaman jauh dari kebisingan hal ini mutlak harus dimilik oleh setiap kursus musik guna kenyamanan proses belajar mengajar. Masyarakat juga berpendapat bahwa dengan adanya lembaga kursus musik yang ada di kota Medan akan dapat menumbuhkan rangsangan untuk menjadikan masyarakat kota Medan menjadi lebih kreatif. Terutama untuk mendapatkan pendidikan musik secara formal sehingga tujuannya mereka tidak hanya bias memainkan alat musik tetapi juga mengerti apa yang mereka mainkan.