Analisis Metode Pengajaran Gitar Klasik di LPM Farabi Kota Medan

(1)

ANALISIS METODE PENGAJARAN GITAR KLASIK DI LPM

FARABI KOTA MEDAN

.

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN OLEH :

NIKANOR PERMATA INARI SITOMPUL NIM : 050707021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN


(2)

ANALISIS METODE PENGAJARAN GITAR KLASIK DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUSIK FARABI KOTA MEDAN

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : NIKANOR PERMATA INARI SITOMPUL

NIM : 050707021

Pembingbing I Pembimbing II

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D Dra. Frida Deliana, M.Si

NIP : 131 945 674 NIP : 131 842 851

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Akhir Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN


(3)

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Akhir Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang ilmu Etnomusikologi pada Fakultas Sastra USU Medan. Pada Tanggal : Desember 2009

Hari :

Fakultas Sastra USU

Prof. Drs. Wan Syaifudin, M.A., Ph. D NIP. 132 098 531

Panitia Ujian

No Nama Tanda Tangan

1) ( )

2) ( )

3) ( )

4) ( )

5) ( )


(4)

Disetujui Oleh Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Departemen Etnomusikologi Ketua

Dra. Frida Deliana, M.Si NIP. 131 785 636


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Allah Bapa di Surga yang telah menganugerahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skrpsi berjudul : ANALISIS METODE PENGAJARAN GITAR KLASIK DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUSIK FARABI KOTA MEDAN, adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana ( S 1 ) pada Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Drs. Wan Syaifudin, M.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada ibu Dra. Frida Deliana, M.Si selakuketua Departemen Etnomusikologi sekaligus pembimbing II penulis dan Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D selaku pembingbing I yang telah membantu penulis baik secara moral maupun pikiran hingga tulisan ini selesai dengan baik. Kepada semua dosen di Depatemen Etnomusikologi Ibu Heristina Dewi selaku Sekretaris Departemen Etnomusikologi, Pak Drs.Bebas Sembiring, Bang Irwansyah Harahap, M.A, Prof. Mauly Purba, Ph.D dan Bapak dan Ibu Dosen yang lain juga penulis ucapkan terima kasih atas bantuan moral, pemikiran, dan waktu hingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini dengan baik.

Terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta : Ayahanda P.R Sitompul dan Ibunda Sri Lestari dan tak lupa kepada kedua opung terkasih : Alm. St. I.M Sitompul dan P.U Br. Panggabean yang telah membesarkan


(6)

dan mendidik penulis dari kecil hingga sekarang telah menyelesaikan program sarjana di Departemen Etnomusikologi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa Stambuk 2005 dan 2006 yang menjadi rekan-rekan, partner, dan sahabat selama penulis kuliah .

Penulisan skirpsi ini belumlah dapat dikatakan sempurna, karena sangat jarang di Departemen Etnomusikologi tulisan mengenai pendidikan dan metode pengajaran gitar klasik serta sangat minimnya pustaka yang penulis cari untuk membuat tulisan mengenai alat musik gitar klasik ini. Penulis mengharapkan supaya tulisan ini dapat disempurnakan oleh peneliti selanjutnya. Sebab itu penulis masih mengharapkan saran ataupun kritik dari para pembaca untuk menyempurnakan tulisan ini dari para pembaca untuk lebih menyempurnakan tulisan ini nantinya.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat membawa manfaat bagi para pembaca, dan dapat dipergunakan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi maupun praktisi.

Medan,……Desember 2009 Penulis,

Nikanor Permata Inari Sitompul


(7)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... 1

Daftar Isi ... 1

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Pokok Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan dan manfaat ... 7

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 8

1.4. Konsep dan Teori Yang Dipergunakan ... 9

1.4.1. Konsep ... 9

1.4.2. Teori ... 11

1.5. Metode Analisis ... 13

1.6. Lokasi Penelitian ... 14

1.7. Kerja Lapangan ... 14

1.7.1. Wawancara ... 14

1.7.2. Observasi... 15

1.8. Studi Kepustakaan ... 16

1.9. Kerja Laboratorium ... 16


(8)

BAB II : IDENTIFIKASI DAERAH PENELITIAN ... 18

2.1 Pengenalan ... 18

2.2 Gambaran Umum Kota Medan ... 18

2.2.1 Masyarakat Kota Medan Dan Budayanya ... 19

2.3 Latar Belakang LPM Farabi ... 22

2.4 Penjelasan Mengenai LPM Farabi ... 26

2.4.1 Asal-usul Nama Al-Farabi dalam Konteks Dunia Islam ... 26

2.4.2 Perkembangan Sekolah ... 34

2.4.3 Pandangan dan Sikap Masyarakat Medan Terhadap LPM Farabi. ... 36

BAB III : STUDI ORGANOLOGI ALAT MUSIK GITAR KLASIK . 39 3.1. Sejarah Perkembangan Gitar Klasik ... 39

3.1.1 Sejarah Singkat Gitar Klasik ... 39

3.1.2. Perkembangan Gitar Klasik Di Kota Medan ... 47

3.1.2.1 Compact Disk ( CD ) ... 47

3.1.2.2 Kaset Dan Rekaman ... 48

3.1.2.3 Internet ... 48

3.2. Pengenalan Instrumen ... 49

3.2.1. Pengenalan Bagian Gitar... 52

3.2.2. Klasifikasi Sachs-Hornbostel ... 54


(9)

BAB IV : ANALISIS METODE PENGAJARAN GITAR

KLASIK DI LPM FARABI KOTA MEDAN ... 59

4.1 Metode Pengajaran Gitar Klasik Di LPM Farabi ... 59

4.1.1. Metode Ceramah ... 60

4.1.1.1 Teknik Umum Bermain Gitar Klasik ... 61

4.1.1.1.1 Posisi Jari Dan Tangan ... 62

4.1.1.1.2 Letak Atau Posisi Alat Musik Ketika Dimainkan ... 65

4.1.1.1.3 Pengenalan Notasi Dan Nada Dasar ... 67

4.1.1.1.4 Garis Paranada Dan Spasi ... 68

4.1.1.1.5 Bentuk Tanda Istirahat/ Diam, Bentuk Not, Tanda Mula, Dan Birama ... 68

4.1.2 Metode Demonstrasi ... 71

4.1.2.1 Jenis Pertunjukan Gitar Klasik Yang Diikuti Oleh LPM Farabi ... 72

4.1.3. Metode Pemberian Tugas ... 72

4.2. Komponen Pendukung Pengajaran Di LPM Farabi ... 74

4.2.1 Kurikulum/Materi Pengajaran ... 75

4.2.2. Murid/Peserta Didik ... 76

4.2.3. Instruktur/Pengajar ... 77

4.2.4. Sarana Dan Prasarana Pendukung ... 78

4.2.4.1 Sarana Mengajar ... 78


(10)

4.2.5 Penyaji... 80

4.3. Bentuk Pengajaran, Langkah Pengajaran, Gaya Mengajar, Dan Alat Pelajaran Di LPM Farabi ... 80

4.3.1. Bentuk Pengajaran ... 80

4.3.2 Langkah Pengajaran ... 81

4.3.3 Gaya Mengajar ... 83

4.3.4 Alat Pelajaran ... 83

4.4 Hasil Analisis Terhadap Kemampuan Murid Di LPM Farabi ... 84

4.4.1 Analisis Materi Pengajaran ... 84

4.4.2 Kendala Yang Dihadapi ... 89

4.4.3 Analisis Keberhasilan Pengajaran ... 91

4.4.4. Hasil Ujian Murid ... 92

BAB V : PENUTUP ... 99

5.1. Kesimpulan ... 94

5.2. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Dwiki Dharmawan Gambar 2 Jack Lesmana Gambar 3 Al Farabi

Gambar 4 LPM Farabi Medan

Gambar 5 Gambar Alat Musik Chitarra atau Khittara Gambar 6 Dan 7 Guitara Latina dan Guitara Morisca Gambar 8 Al’ ud

Gambar 9 Evolusi Tanbur

Gambar 10 Guitarra Morisca Repro

Gambar 11 Instrumen Hittie ( Instrumen mirip gitar tertua ) Gambar 12 Sampul CD Andres Segovia

Gambar 13 Pengenalan Instrumen. Gitar Klasik Gambar 14 Pengenalan Instrumen Gitar Elektrik

Gambar 15 Pembagaian Alat Musik Dawai Berdasarkan Bentuknya Gambar 16 Pengajar Menggunakan Metode Ceramah

Gambar 17 Urutan Jari Kiri Gambar 18 Urutan Jari Kanan Gambar 19 Posisi Tangan Kiri Gambar 20 Posisi Tangan Kanan

Gambar 21 Posisi Yang Baik Dan Benar Gambar 22 Notasi Balok


(12)

Gambar 24 Bentuk Tanda Istirahat Gambar 25 Bentuk Dan Nilai Not Gambar 26 Birama

Gambar 27 Pertunjukan Gitar Klasik Di Kota Medan

Gambar 28 Sarana dan Prasarana Mengajar di LPM Farabi Medan Gambar 29 Daftar Kumpulan Nilai Ujian Gitar Klasik 30 Mei 2009


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Permasalahan

Manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya selalu merespons alam sekitar. Misalnya ketika ia lapar dan ingin makan dan minum, maka ia berusaha menggunakan bahan-bahan makanan dan minuman di sekitarnya. Manusia juga menginginkan ilmu pengetahuan, maka terbentuklah lembaga pendidikan, baik yang sifatnya formal maupun informal atau nonformal. Dalam rangka memenuhi akan rasa keindahan, maka manusia akan menciptakan kesenian. Kesenian juga dalam proses transmisinya dari satu generasi ke generasi lain memerlukan proses pendidikan. Sehingga berdirilah berbagai institusi pendidikan kesenian di seluruh dunia.

Selain itu, karena adanya hubungan secara global, maka sekelompok manusia sudah terbiasa meminjam dan memakai kebudayaan kelompok manusia lainnya. Misalnya, kelompok masyarakat budaya Barat meminjam dan menggunakan ilmu-ilmu matematika ari kebudayaan masyarakat Timur, sebaliknya masyarakat Timur meminjam dan menggunakan berbagai pemikiran demokrasi dari budaya Barat dan menggunakan teknologi yang berasal dari dunia Barat. Termasuk di bidang kesenian masyarakat di seluruh dunia menggunakan satu alat musik dari Barat yang begitu popular yaitu gitar. Dengan kepopulerannya, maka masyarakat di seluruh dunia, perlu belajar memainkan gitar, baik dari aliran popular, klasik, sampai jazz. Begitu pula, teknik memainkan gitar dalam konteks ensambel yaitu gitar melodi, gitar ritme (rhythm), maupun gitar bas. Berkat perkembangan teknologi kini dikenal pula selain gitar akustik juga gitar elektrik


(14)

atau gitar listrik. Alat music gitar elektrik ini dapat diklasifikasikan sebagai elektrofon, yaitu alat music yang penggetar utamanya sinyal listrik dan kemudian diransmisikan menjadi gelombang bunyi.

Saat ini gitar termasuk ke dalam salah satu instrumen musik yang paling populer di dunia. Gitar adalah alat musik yang paling terkenal si seluruh dunia. Alat musik ini dimainkan menurut tipe atau jenisnya. Di antara sekian banyak tipe gitar, jenis gitar klasik adalah salah satu alat musik yang cukup banyak diminati.

Gitar juga sangat menarik untuk dibicarakan terutama dalam konteks persebarannya.1

1

Dalam ilmu etnomusikologi, dikenal dua teori yang berkaitan dengan perubaan dan persebaran kebudayaan. Mengenai perubahan biasanya selalu dikaji melalui teori evolusi dan persebaran melalui teori difusi, yang diambil dari disiplin biologi, sejarah, atau arkeologi. Bukti pentingnya ilmu arkeologi dan sejarah dalam disiplidin etnomusikologi adalah dengan digunakan teori-teori dalam disiplin arkeologi dan sejarah dalam etnomusikologi. Di antaranya adalah teori

evolusi. Seperti diketahui bahwa teori evolusi ini awalnya dikembangkan di dalam ilmu biologi, terutama oleh Charles Darwin. Teori ini mengemukakan bahwa dengan perubahan-perubahan yang lambat laun, nenek moyang manusia adalah kera. Awalnya berbulu lebat, berjalan dengan kaki dan tangan, bentuk kepala seperti kera, kemudian berjalan membungkuk, dan kemudian menjadi manusia modern (homo sapiens) yang berjalan dengan kedua kaki dan tangan digunakan untuk mengerjakan berbagai bidang pekerjaan manusia. Sementara itu di bidang antropologi teori ini dikonsepkan sebagai perubahan unsur-unsur kebudayaan dari yang sederhana menuju ke bentuk yang lebih kompleks. Dalam ilmu sejarah dan arkeologi, teori ini dikonsepkan sebagai perubahan manusia dan kebudayaannya secara lambat-laun menurut dimensi waktu dan ruang yang dilaluinya. Dalam kedua disiplin ini selalu pula dilakukan pembabakan atau periodesai berdasarkan kejadian-kejadian arkeologis dan sejarah yang berubah. Dalam etnomusikologi, teori evolusi digunakan untuk mengkaji perubahan musik (alat musik, genre musik, melodi, ritem, tangga nada, dan lainnya) dari bentuknya yang sederhana menjadi lebih kompleks. Pembabakan dalam sejarah dan arkeologi juga digunakan dalam etnomusikologi dan musikologi (Barat). Turunan dari teori ini adalah teori monogenesis, yang konsepnya adalah satu alat musik lahir dari satu kebudayaan tertentu. Lawannya teori

poligenesis yang menyatakan beberapa unsur kebudayaan atau musik memiliki bentuk dan fungsi yang sama, namun itu kebetulan sama fungsi universalnya dalam kebudayaan manusia. Misalnya dayung perahu di seluruh dunia ini bentuk dan fungsinya adalah sama, namun tidak ada satu kawasan sumber dari dayung perahu ini. Selain itu digunakan pula teori difusi, yaitu persebaran kebudayaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Teori difusi ini berhubungan erat dengan teori monogenesis. Selain itu digunakan pula teori floating terms, yang dapat dikonsepkan penggunaan istilah yang sama namun bentuknya berbeda. Misalnya hasapi Batak Toba adalah alat musik lute petik berleher pendek, sedangakan kacapi Sunda alah alat musik

zither. Banyak lagi teori lainnya yang menunjukkan adanya hubungan saintifik antara arkeologi dan sejarah dengan etnomusikologi dan musikologi.


(15)

merupakan satu-satunya alat musik dawai yang banyak diminati oleh berbagai bangsa di dunia (Harahap:105).

Pendidikan seni tidak hanya dapat diperoleh dari pendidikan formal saja melainkan bisa dari pendidikan nonformal, contohnya seperti les privat ataupun lembaga kursus musik. Karena itu sekarang banyak pendidikan seni yang menawarkan berbagai pilihan dari alat-alat musik yang ditawarkan untuk dipelajari, seperti: vokal, piano, biola, drum, bass, gitar elektrik, dan gitar klasik.

Lembaga kursus musik di berbagai kota di Indonesia, dalam rangka meningkatkan daya saing sesama mereka ada yang menggunakan merek dagang ternama seperti Yamaha Musik, atau mengikutkan nama kota Medan menjadi Medan Musik. Namun ada pula yang mengikutkan nama orang terkenal seperti Purwacaraka Musi Studio. Ada pula yang menggunakan nama tokoh peradaban dunia, seperti Al-Farabi, seorang tokoh musik Dunia Islam, yang digunakan oleh lembaga kursus musik yang dibina oleh Dwiki Darmawan. Semua ini adalah untuk membuat spesifikasi dan popularitas lembaga-lembaga pendidikan nonformal tersebut.

Menurut UU No. 22 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pendidikan dibagi ke dalam 3 kategori yaitu: (1) informal adalah pendidikan di rumah tangga; (2) formal adalah pendidikan yang berjenjang dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi; (3) nonformal adalah pendidikan luar sekolah seperti lifeskill.


(16)

Menurut Robert V. Tarigan dalam tulisannya berjudul Peranan Pendidikan Nonformal Memberdayakan Ekolem, disebutkan bahwa:

Pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah merupakan usaha sadar untuk menyiapkan, meningkatkan, dan mengembangkan sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya saing. Dengan demikian mampu merebut peluang dan tumbuh berkembang serta mengoptimalkan sumber-sumber di lingkungan masing-masing.

Beberapa alasan orang untuk kursus musik klasik adalah untuk prestisi, karena bila seseorang belajar musik klasik adalah orang yang cukup terpandang atau terpelajar. Namun ada juga yang sekedar hobi ataupun untuk sekedar mengisi waktu luang saja.

Manusia juga memerlukan pendidikan yang membedakannya dengan makhluk hewan. Berkat pendidikan ini, menusia memiliki peradaban ( sivilisasi ) dan berkembang dari masa ke masa. Selain itu, pada dasarnya manusia memerlukan keindahan dalam kehidupannya. Keperluan terhadap keindahan ini dipenuhi oleh unsur budaya yang disebut kesenian, seni atau lazim disebut seni budaya. Dalam rangka kegiatan berkesenian ini, manusia yang terlibat di dalamnya perlu sebuah sistem pengelolaan, agar prosesnya terjadi secara teratur, terarah, terpadu, dan mencapai sasaran.

Mengingat begitu orang yang menikmati gitar klasik maka saat ini sudah banyak kursus-kursus (Muhammad Ali, 2006) musik yang membuka jurusan gitar klasik. Untuk Kota Medan saat ini ada banyak kursus musik yang membuka jurusan gitar klasik antara lain: Medan Musik2

2

Saat ini Medan Musik sudah mempunyai cabang di Jalan Ahmad Yani (Kesawan), Deli Plaza (Lantai 3 ), Jalan Orion, Jalan Setia Budi, dan Jalan Cirebon Medan.

, Era Musika (Yamaha Music School), Lembaga Pendidikan Musik Farabi, Purwacaraka Music Studio, dan masih banyak lagi.


(17)

Pengenalan akan sistem notasi akan sangat menunjang, menurut Soewita (1993: 5) notasi musik adalah “ suatu sistem yang digunakan untuk menulis dan mencatat musik diatas kertas agar kita dapat membaca, menyimpannya untuk dokumen, atau disampaikan kepada orang lain. “

Kebanyakan orang yang mempelajari gitar secara otodidak3

3

Otodidak pengertiannya adalah memperoleh secara alami tanpa melalui hal yang bersifat formal. Dalam masyarakat tradisional, termasuk di Sumatera Utara, transmisi kesenian awalnya adalah melalui teknik otodidak atau dalam tradisi lisan. Para pemusik atau seniman muda yang mau menimba ilmu kepada yang lebih tua, dengan cara melihat, menonton, dan menirukan permainan guruna, tanpa melalui system tulisan aau notasi.

, namun kelemahan yang dihadapi dari hal semacam ini adalah lemahnya penguasaan teori-teori penting yang harus didapatkan dari musik itu. Pengetahuan yang hanya sebatas mengenal akord dan teknik meminkan yang sederhana tentu akan kurang mempunyai daya tarik yang baik. Hal ini berbeda jika kita mempunyai pengetahuan praktik dan teori yang didapatkan lebih baik karena ditunjang oleh pengetahuan teori musik dan praktik dasar dan format kurikulum yang teratur dari lembaga kursus musik atau privat yang ada.

Beberapa hal juga mendukung dalam metode pengajaran gitar juga meliputi pengajarannnya. Misalnya, bagaimana kualitas dan keahlian yang dimiliki oleh pengajar sehingga mampu mengangkat kemampuan murid yang belajar gitar. Dan yang lain juga sama pentingnya ialah sarana dan prasarana yang ada, sehingga faktor kenyamanan siswa/murid juga diperhatikan dan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik.

Timawar (2003:13) mengatakan : “ Metode mengajar musik adalah cara mengajar yang didasarkan pada pola atau contoh yang diberikan guru/pelatih sesuai dengan taraf pendidikan siswa untuk memperoleh tujuan yang diharapkan. “


(18)

Berdasarkan kutipan diatas jelas sekali bahwa metode pendidikan yang meliputi pengajar, kurikulum, dan sarana prasarana seperti alat peraga dalam hal ini alat musik dan buku yang digunakan sangatlah penting peranannya. Karena didalam pendidikan seni musik kita tidak hanya mementingkan teori saja, tetapi antara praktik dan teori mempunyai peranan yang seimbang. Hal ini dikarenakan di dalam musik kita tidak hanya berbicara saja tetapi kita butuh memainkan dan mempraktikannya.

Dalam konteks etnomusikologi, pentingnya perhatian kepada proses pembelajaran atau enkulturasi, dikemukakan oleh Merriam (1964) seperti yang penulis terjemahkan sebagai berikut:

Dalam etnomusikologi pendidikan ( Enkulturasi ) budaya musik menjadi salah satu fokus kajiannya. Pendidikan musik ini menjadi salah satu fungsi musik yaitu untuk menjaga kontinuitas kebudayaan. Selain itu pendidikan musik mencakup pada aspek bagaimana kedudukan pemusik meneruskan keahliannya kepada generasi pemusik yang lebih muda.

Lembaga Pendidikan Musik (LPM) Farabi sebagai salah satu lembaga kursus musik yang cukup terkenal di Kota Medan juga memiliki teknik yang berbeda dalam hal mendidik siswa atau murid dalam memberi pengetahuan dan keterampilan bermusik. Hal ini seiring upaya dari pihak manajemen untuk mengembangkan lembaga kursus ini menjadi yang terdepan.

Hal ini bisa kita lihat dari guru-guru berkualitas dan berpengalaman dalam mengajar yang dipunyai oleh LPM Farabi. Kemudian disertai sarana dan prasarana yang baik, guna mendukung proses belajar mengajar.

LPM Farabi juga mengadakan home concert (pertunjukan di lingkungan sendiri) rutin setiap tahunnya dan menjadi wadah bagi para siswa / murid untuk menunjukan keterampilannya yang diperoleh selama mengajar.


(19)

Dari beberapa hal diatas inilah yang mendorong penulis untuk meneliti bagaimana manajemen pendidikan yang dilaksanakan di LPM Farabi dengan judul Analisis Metode Pengajaran Gitar Klasik di Lembaga Pendidikan Musik (LPM) Farabi Kota Medan.

1.2Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas maka dapat diambil dua pokok permasalahan, yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini diantarannya :

(1) Bagaimana metode pengajaran yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan murid bermain gitar di LPM Farabi?

(2) Bagaimana kemampuan murid yang belajar gitar klasik di LPM Farabi?

Dua pokok permasalahan di atas bertujuan untuk melihat apa relevansi dan hubungan antara metode pengajaran dan tingkat kemampuan siswa. Seterusnya akan berdampak kepada popularitas lembaga pendidikn LPM Farabi. Selain itu juga akan dikaji masalah-masalah yang dihadapi oleh LPM Farabi.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum suatu penelitian bertujuan untuk mengetahui atau mengungkapkan objek yang diteliti sehingga ditemukan suatu kesimpulan yang menjadi pemecahan masalah yang diteliti.


(20)

1.3.1 Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

(1) Mengetahui sejauh mana perkembangan kemampuan dan keterampilan para murid di LPM Farabi dalam memainkan alat musik gitar klasik.

(2) Mengetahui sistem metode pengajaran yang ada di LPM Farabi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana cara atau metode pengajaran yang baik serta teori yang digunakan dalam mengajar alat musik gitar klasik agar lebih meningkatkan kemampuan murid untuk memainkan alat musik gitar klasik. Selain itu manfaat lain yang dapat dirasakan dalam penelitian ini yaitu:

(1) Sebagai bahan informasi atau referensi bagi guru gitar klasik yang ingin meningkatkan kualitas dan metode pengajarannya.

(2) Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh penulis selama belajar di Departemen Etnomusikologi.

(3) Sebagai sarana untuk menssosialisasikan kepada masyarakat bagaimana cara atau metode pengajaran gitar klasik yang baik.

(4) Secara keilmuan akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu etnomusikologi, yang juga memperhatikan pendidikan atau enkulurasi musik secara informal, khususnya alat musik gitar.


(21)

1.4Konsep Dan Teori Yang Digunakan

Untuk membantu atau mendukung peneliti dalam melakukan analisa data dan informasi yang didapatkan, untuk itu peneliti harus memahami konsep yang akan diteliti dan teori apa yang digunakan agar mempermudah penelitian.

1.4.1 Konsep

Konsep meruipakan defenisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variable mana kita ingin menentukan adanya hubungan empiris (Merton 1963:89). Pemilihan konsep yang tepat amatlah penting, tetapi rumit karena adanya sekian banyak konsep yang dapat dipilih. Maka perlulah ditentukan ruang lingkup dan batasan persoalan, sehingga jumlah konsep yang bersangkut paut dengan persoalan itu juga dapat dibatasi. Dalam hal ini adanya teoritis dapat membantu dan meringankan pekerjaan si peneliti.

Dalam tulisan ini, konsep-konsep yang penulis gunakan dan perlu diterangkan mencakup Analisis metode pengajaran gitar klasik di LPM Farabi Medan. Konsep berkaitan dengan pendidikan sebagai sebuah sistem yang dijalankan dengan cara pengajaran. Analisis metode pengajaran gitar klasik yang ada di LPM Farabi menjadi fokus utama yang penulis teliti sehingga menjadi satu kesimpulan tentang bagaimana metode pengajaran yang ada di LPM Farabi tersebut, juga disertai dengan hasil pengamatan terhadap hasil belajar murid untuk melihat kemampuan murid yang belajar di LPM Farabi yang indikatornya ialah hasil ujian yang dilaksanakan oleh LPM Farabi Medan.


(22)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta dkk : 1995 ) metode adalah langkah atau cara-cara yang teratur yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan dasar melalui suatu proses. Artinya metode dalam hal ini yang digunakan adalah cara dalam pengajaran gitar klasik di LPM Farabi.

Pengajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses belajar mengajar di mana pengjaaran dapat diartikan sebagai proses mengajar. Muhibbin Syah ( 1995 : 33 ) mengatakan bahwa “ Pengajaran adalah memberi pengarahan agar melakukan sesuatu, mengajar agar melakukan sesuatu, dan memberi informasi ”.

Dengan kata lain pengajaran adalah suatu cara yang dilakukan dalam mentransfer suatu ilmu atau pengetahuan dari seseorang kepada orang lain melalui suatu proses yang dinamakan proses belajar. Pengajran inilah yang menjadi fokus utama kajian ini. Perhatian ditumpukan kepada bagaimana cara LPM Farabi dalam mentransfer ilmu dan keterampilan, khususnya gitar melalui media pengajaran..

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Hal senada juga dikemukakan oleh Langeveld ( 2005 : 69 ) yang mengatakan “ Mendidik adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa.

Menurut Tirtarahrdja dan Sulo ( 2005 : 51 ) unsur-unsur atau komponen pengajaran dikelompokan dalam beberapa kategori yaitu : 1) Materi pengajaran / isi


(23)

pendidikan, 2) Murid atau peserta didik atau dan 3) Guru atau pendidik. Semua itulah yang nantinya akan menjadi analisis pokok penulis dalam tulisan ini.

Berdasarkan hal diatas maka metode pengajaran gitar klasik adalah bermakna sebagai kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk menciptakan proses belajar mengajar gitar klasik agar lebih efektif dan efisien bagi guru atau siswa dan sasaran dari proses pengajaran tersebut dapat dicapai dengan baik.

1.4.2 Teori

Teori merupakan landasan cara berpikir dalam membahas permasalahan yang timbul dalam suatu penelitian. Teori sangat dibutuhkan dalam penelitian untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan informasi ( data ) dan membatasi masalah yang ingin diteliti.

Menurut Tirtarahardja dan Sulo ( 2005 : 23 ) “sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi lain.” Hal tersebut tentu dilakukan melalui jalan pengajaran. Jika dihubungkan dengan pernyataan maka pada dasarnya pengajaran gitar klasik sebagai salah satu media Transfer Knowledge sangatlah penting karena berperan sebagai transformasi budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal senada juga dikemukakan oleh Muhibbin Syah ( 1995 : 33 ) yang mengatakan “ Pengajaran adalah memberi pengarahan agar melakukan sesuatu, mengajar agar melakukan sesuatu, dan memberikan informasi “.

Menurut Achmadi dan Uhbiyati ( 2001 : 71 ) Yang dimaksud dengan pendidikan (didaktik) adalah prinsip-prinsip yang umum yang berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran agar murid dapat menguasai sesuatu bahan pelajaran. Didaktik berasal dari


(24)

bahasa Yunani kuno yang artinya didaskein atau pengajaran yang berarti perbuatan atau aktivitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan atau kecakapan baru bagi orang lain.

Selanjutnya didaktik dapat dibagi atas dua bidang yaitu: didaktik umum, didaktik khusus :

Didaktik umum memberikan prinsip-prinsip umum yang berhubungan dengan

penyajian bahan pelajaran agar anak dapat menguasai sesuatu bahan pelajaran. Prinsip-prinsip ini berlaku bagi semua mata pelajaran contoh misalnya: minat, peragaan, motivasi, dan sebagainnya, yang kesemuanya itu menyangkut semua mata pelajaran. Di sisi lain Didaktik khusus membicarakan tentang cara mengajarkan mata pelajaran tertentu dimana prinsip didaktik umum digunakan. Seperti kita ketahui setiap mata pelajaran mempunyai cirri khas yang berbeda satu sama lain.

Jika kita lihat sebenarnya fungsi utama dari diadakannya tempat pendidikan musik seperti LPM Farabi ialah sebagai tempat untuk pembelajaran alat musik gitar klasik serta media sosialisasi penggunaan alat musik ini sesuai dengan teori-teori yang ada. Yang dimaksud dengan teorinya adalah kurikulum yang berlaku dalam memainkan alat musik ini yang seperti bagaimana cara membaca not balok dan memainkannya dengan membaca not tersebut.

Menurut Tirtarahardja dan Sulo ( 2005 : 51 ) untuk melihat suatu bentuk pengajaran secara utuh maka kita harus menganalisa masing-masing komponen yang terlibat di dalamnya yaitu : (1) Materi/ isi pendidikan yaitu sistem pendidikan di LPM Farabi yang telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuab pengajaran (2) Murid atau peserta didik yaitu orang yang dalam hal ini sebagai yang diajarkan atau yang menerima pengajaran ; (3) Guru/pendidik atau


(25)

Instruktur yang berperan sebagai mediator dari bahan ajar kepada yang diajar atau sebagai orang yang menyelenggarakan pengajaran agar mengeantarkan murid mencapai tujuan yang direncanakan serta orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik ; (4) Tempat ; (5) Alat-alat pendukung : alat musik, alat peraga, dan alat pendukung lainnya.

1.5Metode Analisis

Metode ialah cara atau jalan menyangkut masalah kerja yang dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu bersangkutan (Koentjaraningrat, 1985). Metode penelitian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode kualitatif dan kwantitatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang dianalisis secara rinci. Metode ini sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat ( 1976 : 30 ) yaitu : “ Penelitian yang bersifat deskriptif memberi gambaran, uraian, keterangan, dan mencari fakta-fakta mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu dalam masyarakat ”. Penelitian kualitatif adalah berwujud data yang bersifat konsep atau meneliti fakta-fakta sosial. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian di LPM Farabi meliputi dari murid, instruktur, dan penyajinya dalam hal ini ialah LPM Farabi itu sendiri.

Dalam penulisan skripsi ini, seluruh data yang diambil melalui kerja lapangan yang meliputi : pengambilan data melalui wawancara terhadap informan yang ada di LPM Farabi maupun dari luar, dan pengambilan gambar pemotretan pada saat berlangsungnya pengajaran gitar klasik di LPM Farabi kota Medan, keseluruhan data


(26)

tersebut kemudian diproses dan dianalisis kembali untuk mendapatkan hasil yang dituangkan dalam bentuk skripsi.

Menurut Nettl (1964) juga berpendapat bahwa ada dua kerangka kerja etnomusikologi yaitu : kerja lapangan (fieldwork ) dan kerja laboratorium. Sehingga data yang dikumpul di lapangan akan dianalisa di laboratorium dan hasilnya akan didapatkan setelah kedua metode kerja itu dilakukan.

1.6Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis tentukan hanya meliputi kota Medan yang merupakan salah satu kota di Propinsi Sumatera Utara, tepatnya di jalan Burjamhal No. B 28-29 Kota Medan. Sebagai alasan mengapa penulis menjadikannya sebagai lokasi penelitian adalah mengingat saat ini LPM Farabi merupakan tempat kursus yang ada di Medan sehingga sangat baik untuk perkembangan pendidikan musik di kota Medan.

1.7Kerja Lapangan

Dalam hal ini beberapa metode yang penulis lakukan ialah dengan wawancara dan observasi sebagai berikut :

1.7.1 Wawancara

Wawancara atau interview, merupakan cara yang dilakukan kalau kita mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari responden atau informan, dengan interaksi komunikasi dangan informan atau responden.


(27)

Menurut Koentjaraningrat (1990:190) wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : (1) wawancara berfokus ( focused interview), (2) wawancara bebas (free interview), (3) wawancara sambil lalu (cassual interview). Wawancara berfokus mengutarakan pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu, tetapi selalu berpusat pada pokok permasalahan. Wawancara bebas yaitu tidak berpusat pada pokok permasalaha tetapi tidak beralih dari satu hal ke hal lain. Sedangkan wawancara sambil lalu, yaitu dimana wawancara dilakukan tanpa persiapan sebelumnya, dan orang yang diwawancara itu kebetulan berada di suatu tempat.

Dalam penelitian kali ini penulis melakukan metode wawancara berfokus dan wawancara bebas. Sebelum melakukan wawancara itu maka harus ditentukan dulu siapa yang akan diwawancara, dan hasilnya ditulis langsung di lapangan. Yang menjadi informan penulis dalam penelitian ini yaitu instruktur yang ada di Farabi, pimpinan LPM Farabi, murid, dan informan yang dari luar lokasi penelitian tapi masih relevan dengan topik bahasan penulis. Di dalam mengajukan pertanyaan penulis tidak memberi pertanyaan yang terlalu terpaku pada pokok pembicaraan namun dapat menyinggung berbagai hal walaupun tidak menyimpang dari konsep penelitian.

1.7.2 Observasi (Pengamatan)

Observasi atau pengamatan dapat digunakan untuk menghimpun data dari interaksi antara peneliti dengan informan dengan mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh informan tersebut.

Sebelum melakukan pengamatan, maka harus diperhatikan : ruang dan lokasi penelitian, objek yang diteliti, kegiatan yang diteliti, waktu, tujuan penelitian tersebut.


(28)

Agar lebih mendalami apa yang akan diteliti maka peneliti harus mengamati langsung objek yang akan diteliti dalam hal ini LPM Farabi kota Medan.

1.8Studi Kepustakaan

Untuk mencari konsep dan teori yang berhubungan dengan tulisan ini yang dapat dijadikan bahan bacaan yang relevan dengan objek penelitian. Sumber bacaan tersebut dapat berupa majalah, ensiklopedia, bulletin, buku, dan lain-lain. Semua itu merupakan sumber informasi yang dapat membantu penulis dalam mengerjakan penulisan ilmiah ini.

1.9 Kerja Laboratorium

Dalam kerja laboratorium semua data yang siudah didapatkan dari penelitian lapangan akan dianalisis dan diseleksi agar dapat dibuat menjadi bahan tulisan. Data-data akan disusun kembali sesuai dengan teknik-teknik penulisan karya ilmiah. Kemudian, seluruh hasil pengolahan data disusun dalam suatu hasil lapangan berbentuk skripsi.

1.10 Pengalaman Pribadi

Ada banyak hal yang bisa saya dapat sebagai penulis dari tulisan ilmiah ini antara lain saya dapat mengetahui tentang bagaimana dunia pendidikan dan bagaimana cara mengajar yang baik.

Musik merupakan salah satu bagian dari kehidupan manusia. Hampir setiap hari manusia pasti mendengarkan musik, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanpa adanya musik maka kehidupan akan terasa sepi dan membosankan.


(29)

Peranan pendidikan nonformal seperti lifeskill ternyata juga berperan dalam membentuk suatu keterampilan seseorang dengan tujuan tentunya semakin meningkatkan sumber daya manusia untuk siap bersaing di dunia kerja. Saat ini pemerintah juga sudah menyikapi tuntutan dari era globalisasi ini dengan mendukung setiap warga Negara untuk mempunyai keterampilan di luar dari pendidikan formal. Contohnya saja di sekolah- sekolah saat ini sudah mencanangkan pengembangan diri sebagai ekstrakulikuler wajib seperti : musik, olahraga, bahasa asing, computer dan lain sebagainya, sebagai syarat agar siswanya dapat memiliki keterampilan.

Penulis terkadang melihat seseorang dengan hanya mengandalkan keterampilannya saja bisa dapat bekerja dan mencukupi kebutuhan hidupnya, bahkan terkadang seseorang yang tidak mempunyai pendidikan formal pun dapat mencukupi nafkahnya hanya dengan keterampilannya saja. Hal inilah yang menjadikan seseorang harus mempunyai keterampilan khusus agar dapat menambah daya saing di dunia kerja maupun di masyarakat.

Dengan saya meneliti di LPM Farabi saya dapat melihat bagaimana cara mengajar yang baik, dan bagaimana cara membuat suatu usaha di bidang pendidikan serta bagaimana manajemen suatu pendidikan non formal dalam mengembangkan bisnisnya. Selain itu fungsi seni yang dampak dan kaitannya lebih dalam pada sebuah kebudayaan, diantaranya adalah : untuk integrasi sosial masyarakat, baik yang homogen apalagi yang heterogen, seperti masyarakat Sumatera Utara. Fungsi seni juga untuk melanjutkan generasi manusia, untuk hiburan yang dapat menentramkan diri dalam menghadapi permasalahan dunia yang semakin lama-semakin kompleks.


(30)

BAB II

IDENTIFIKASI DAERAH PENELITIAN

2.1 Pengenalan

Pada Bab II ini akan dijelaskan kota Medan sebagai tempat atau lokasi LPM Farabi itu sendiri berada, hal ini juga dikarenakan Medan sebagai tempat domisili dari guru dan murid yang belajar di LPM Farabi . Selain itu Medan juga dikenal sebagai kota yang besar tentu juga memiliki potensi keunggulan budaya yang besar dan karakter masyarakatnya yang sangat kaya akan seni budaya serta kultur adat istiadatnya yang menarik untuk dibahas.

2.2 Gambaran Umum Kota Medan

Berabad-abad lampau, tepatnya sekitar tahun 15904 Guru Patimpus, seorang keturunan Raja Singa Maharaja memerintah negeri Bakerah di Dataran Tinggi Karo membangun sebuah perkampungan yang disebut Medan Puteri.kampung ini berkembang dan dipercaya sebagai cikal bakal Kesultanan Deli5

Secara terminologi, menurut Tengku Lukman Sinar, SH .

6

4

Tanggal 1 Juni 1590 kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Medan.

5

Dalam perkembangannya, pada tahun 1669 Kesultanan Deli Diplokamirkan oleh Tuanku Panglima Perungit sebagai upaya memisahkan diri dari Kesultanan Aceh.

6

T. Lukman Sinar merupakan Sultan Kesultanan Melayu Serdang.

, laksamana Turki Sidi Ali dalam bukunya “ Al Muhiz ” (1554 M) menyebutkan adanya Aru dan Medina sebagai sebuah Bandar setelah melewati Bandar ini akan sampai di pulau Berhala.


(31)

Ada orang tidak sependapat bahwa “Medan“ dihubungkan dengan Medan pertempuran. Sultan Deli pertama memang berasal dari Hindustan yang ditunjuk oleh Kesultanan Aceh untuk memerintah di tanah Deli. Sultan Kerajaan baru ini Kerajaan Deli diambil dari nama Dehli yaitu dari nama negeri asalnya.

Tempat kerajaan yang datar itu disebut “ Meiden “. Kata Maiden kemudian berubah pengucapannya oleh lidah orang Melayu menjadi Medan , tempat datar yang kemudian menjadi Medan.

Menurut catatan seorang pegawai kota Medan, seorang Inggris yang pernah berkedudukan di Penang bernama John Andersson yang pernah berkunjung ke Medan tahun 1823, menulis sebuah buku yang berjudul Mission To The East Coast Of Sumatera edisi Edinburg tahun 1826 menuliskan bahwa Medan masih sebuah kampong dengan jumlah penduduk sekitar 200 orang.

2.2.1 Masyarakat Kota Medan Dan Budayanya

Menurut Koentjaraningrat (1980 :146-147 ) bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Hal senada dikemukakan oleh Roucek dan Warren (1984:12-13), mengatakan bahwa masyarakat adalah satu kumpulan manusia yang berhubungan secara tetap dan tersusun dalam menjalankan berbagai kegiatannya secara kolektif, dan merasakan bahwa mereka hidup bersama. Bukan individu yang sama saja yang menjadi anggota masyarakatnnya, karena anggota baru akan terus menerus lahir dan ada pula yang mati.


(32)

Penduduk Kota Medan saat ini ada +/- 2.000.000 ( sensus penduduk tahun 2000). Secara cultural saat ini suku bangsa yang dapat ditemukan di Medan di antaranya Melayu, Tionghoa, Jawa, Batak, Karo, Dairi, Simalungun, Minang, Aceh, Benggali, Tamil, dan lain sebagainya.

Menurut Biro Staristik, kota adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya lebih dari 2500 jiwa. Selain itu, salah satu kriteria penilaian terhadap suatu kota adalah berdasarkan tingkat kemajuan yang sudah dicapainnya, terutama dari segi ekonomi,serta menjadi pusat pemerintahan. Dalam hal ini, Medan merupakan pusat pemerintahan dari Provinsi Sumatera Utara.

Dari keterangan di atas, dapat kita ambil suatu pengertian dari masyarakat kota Medan yaitu sekumpulan orang yang jumlah penduduknya lebih dari 2500 jiwa yang berhubungan secara tetap dan menjalankan kegiatannya serta terikat oleh satu rasa identitas bersama yaitu masyarakat Medan atau yang disebut “ orang Medan “. Dalam tulisan ini yang menjadi masyarakat kota Medan yang dijadikan sebagai objek penelitian bukanlah masyarakat Medan secara keseluruhan yang mencapai jutaan orang, namun masyarakat tertentu yang ada di wilayah kota Medan yang menjadi objek penelitian tulisan ini yaitu pengajar/instruktur dan murid di LPM Farabi Medan.

Mayoritas penduduk kota Medan beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha. Heterogenitas masyarakat kota Medan ini didukung oleh berkembangnya budaya toleransi yang tinggi. Karakter masyarakat yang demikian memungkinkan berkembangnya keharmonisan hubungan antara kelompok etnis atau suku bangsa dan agama yang berbeda-beda.


(33)

Masyarakat Kota Medan terdiri dari berbagai latar belakang sosial budaya yang semuanya mempunyai kebiasaan-kebiasaan serta adat-istiadat yang berbeda-beda. Mereka membentuk satu kesatuan dan saling berinteraksi, hingga membentuk suatu masyarakat yang disebut masyarakat kota medan.

Roucek dan Warren dalam bukunya Pengantar Sosiologi berpendapat sebagai berikut :

Komunitas kota sering menekankan pada kelompok sekuler yaitu kelompok yang hanya melibatkan kekerabatan kecil, wujudnya temporer dan menyebabkan kurangnya kontak antar pribadi, sikap acuh merupakan cirri dari kelompok sekunder. Kontak antar anggota di dalam kelompok sekunder seperti : tempat kerja, organisasi politik, gereja, kelap, pertunjukan, dan lain sebagainya.

Selain itu status sosial masyarakat juga merupakan hal yang penting untuk dibahas. Karena pada umumnya orang yang mampu untuk mendapatkan pendidikan nonformal, seperti kursus musik, les, privat, dsb. Tentulah orang yang harus mampu untuk membiayai semua keperluan itu.

Berdasarkan pengamatan penulis selama di lapangan dan wawancara dengan informan Dino Irwan, memang kebanyakan yang menjadi siswa di LPM Farabi berasal dari kelas ekonomi menengah yang tentunya mampu untuk membiayai kebutuhan pendidikannya.

Masyarakat kota Medan memang umumnya sangat apresiasi sekali terhadap seni ini terbukti dari munculnya kursus-kursus musik di kota Medan yang muncul seperti cendawan di musim hujan. Animo masyarakat terhadap seni juga terbukti dengan dibukanya jurusan Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara yang selama ini sangat konsisten dalam mengembangkan kesenian etnik daerah khususnya Sumatera Utara.


(34)

Selain itu dengan semakin banyaknya tempat-tempat kursus musik diharapkan nanti akan menjadi media untuk mengembangkan bakat seni masyarakat.

Menurut Allan P.Merriam (1964 ) secara Etnomusikologi tempat kursus musik ini dapat menjadi media transformasi dalam regenerasi budaya masyarakat yaitu yang bersifat oral, tulisan, dan elektronik. Dalam hal ini LPM Farabi dapat menjadi sarana untuk proses itu, karena LPM Farabi dapat menjadi sarana untuk mengembangkan seni dan musik sehingga dapat mangasuh bakat yang ada pada masyarakat kota Medan agar menjadi sebuah potensi dan berguna untuk kemudian hari.

2.3Latar Belakang LPM Farabi

Mempelajari musik sebenarnnya mudah jika kita hanya mempelajari dasarnnya saja, tetapi untuk mendalami musik itu sulit. Oleh karena itu dibutuhkan ketekunan dan kerja keras supaya dapat mempelajarinnya dengan baik. Maksudnya adalah untuk menikmati musik sebenarnya kita cukup mendengarkan saja, tetapi jika ingin mengetahui lebih banyak, maka haruslah dipelajari bagaimana bentuk musik itu sendiri. Seperti bagaimana dinamikanya, tempo, birama atau pesan yang disampaikan musik itu sendiri. Hal inilah yang perlu ketekunan dan kerja keras untuk mengetahuinya lebih dalam.

Pada zaman sekarang ini dunia musik semakin maju dan semarak, sehingga selain menjadi hiburan, musik juga merupakan salah satu pencaharian ( Penghasilan ) bagi sebahagian orang atau masyarakat. Atan Hamdju dan Armillah Windawati ( 1981 : 10 ) menyatakan bahwa musik dibagi dalam 3 bagian yaitu:

(1) Vokal adalah musik yang dibunyikan dengan suara manusia ( Mulut ). (2) Instrument artinya alat musik.


(35)

(3) Campuran artinya vocal dengan instrument.

Untuk memiliki keterampilan bermain gitar yang baik seseorang harus sering belajar dan latihan sehingga memiliki Skill yang baik. Terkadang seseorang tentunya sudah memiliki bakat keterampilan bermain gitar secara alami. Namun, hal itu belum cukupuntuk bisa diandalkan dalam bersaing terhadap orang lain. Seseorang harus dilatih dan dibimbing oleh seseorang yang mengerti dan memahami tentang gitar klasik tersebut.

Dengan demikian perkembangan dalam mengolah bakat bermain gitar itu akan terealisasi dengan baik. Keberhasilan dalam bermain gitar bukan cukup hanya dapat dilihat jika seseorang itu sudah bisa meminkan chord gitar dengan benar tapi dia juga mampu untuk menguasai teori yang ada serta teknik yang ada dalam gitar klasik, sehingga orang tersebut akan mampu meminkan gitar dengan baik dan benar.

Pertama kali LPM Farabi7

7Secara terminologi Farabi berasal dari bahasa Arab untuk merujuk kepada ahli teori music

dipelopori berdirinya oleh Almarhum Jack Lesamana pada tahun 1978. kemudian diambil alih oleh anak-anaknya diantaranya Indra Lesamana, Gilang Ramadhan, dan Dwiki Dharmawan. Tetapi kemudian Dwiki Dharmawan orang yang meneruskannya apada tahun 1997 hingga sekarang.


(36)

Gbr. 1 Dwiki Dharmawan

Sumber : www. Artis.inilah. com

Keterangan Gambar : Dwiki Dharmawan merupakan musisi Jazz dan juga etnik yang handal di Indonesia. Mantan anggota band Krakatau ini juga aktif dalam kegiatan seni budaya di Indonesia.

Farabi diambil dari bahasa Arab dan dari seorang ahli musik arab yang manciptakanb tangganada maqam ( tangga nada musik Arab ). Yang dalam bahasa Arab terkadang disebut juga sebagai ahli musik.

Salah satu alasan didirikannya LPM Farabi adalah sebagai wadah untuk menjadi media pembelajaran musik serta mengembangkan bakat masyarakat. Hal ini sesuai dengan motto daripada LPM Farabi itu sendiri yaitu karena bakat saja tidak cukup. LPM Farabi juga mempopulerkan Jazz sebagai salah satu jurusan musik yang tersedia di LPM


(37)

Farabi. Dengan membuka kelas Jazz di setiap jurusannya bukan berarti LPM Farabi lebih mengedepankan Jazz karena di LPM Farabi juga tersedia kelas pop dan klasik.

LPM Farabi merupakan lembaga kursus musik yang memberikan program pertunjukan musik kontemporer bahkan dengan disiplin musik etnik. Menurut kurikulum ada enam level/grade yang bisa dipelajari di lembaga kursus musik ini. Profesionalitas dan kreatifitas merupakan modal utama untuk melatih dan menyiapkan peserta didik menuju industri musik kontemporer yang ada di Indonesia.

Para siswa nantinya akan mendapatkan sertifikat sebagai hasil belajar mereka sesuai dengan jurusan yang mereka pelajari yang antara lain terdiri dari : Gitar, Bas, Drum dan Vokal. Selain musik kontemporer LPM Farabi juga tersedia kursus musik klasik yang terdiri dari : Strings Instruments, Woodwind Instruments, Brass Instruments, dan Vokal.

Ada beberapa kegiatan kursus yang ada di LPM Farabi : 1. Private Lessons

Untuk jurusan ini tersedia sekali seminggu dengan pulihan jurusan alat musik yang tersedia dan diarahkan oleh instruktur sesuai dengan standart kurikulum yang ada di Farabi.

2. Ensembles

Sebulan sekali diadakan pertunjukan ensamble dengan memainkan repertoar yang disediakan untuk mengembangkan kemampuan bermain siswa.


(38)

3. Performance

Para siswa dari berbagai jurusan yang ada di LPM Farabi dituntut untuk bisa mempunyai karakter permainan dalam penampilannya seperti improvisasi dan interpretasi.

4. Workshop dan Klinik

LPM Farabi juga mengadakan klinik musik dan Workshop tentang music untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi siswa.

2.4 Penjelasan Mengenai LPM Farabi

2.4.1 Asal-usul Nama Al-Farabi dalam Konteks Dunia Islam

Pertama kali LPM Farabi berdiri tahun 1978 di Jakarta yang didirikan oleh musisi Jazz Indonesia yaitu Jack Lesmana. Kemudian tahun 1997 sampai sekarang kini LPM Farabi dipimpin oleh seorang musisi etnik dan jazz Indonesia yaitu Dwiki Dharmawan. Baik Jack Lesmana maupun Dwiki Darmawan tampaknya terinspirasi oleh seorang ilmuwan dan tokoh music Islam Al-Farabi dalam menamakan LPM mereka ini. Untuk itu akan penulis kaji siapa Al-Farabi itu.


(39)

Gbr. 2 Jack Lesmana

Sumber : www. Tamanismailmarzuki.com

Keterangan Gambar : Alm. Jack Lesmana bias dikatakan sebagai bapak Jazz Indonesia. Ia merupakan ayah dari musisi Jazz Indra Lesmana. LPM Farabi merupakan lembaga musik yang ia pelopori.

Nama Farabi diambil dari nama seorang ilmuwan dari Persia yaitu Al Farabi. Abū

Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi ی ) atau

Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzalagh al-Farabi), juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir adalah seorang filsuf salah satu ilmuwan dan filsuf terbaik di zamannya. Ia berasal dari Far Sampai umur 50, ia tetap tinggal di Kazakhstan. Tetapi kemudian ia pergi ke untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun. Lalu ia pergi ke untuk mengabdi kepada sang raja di sana.


(40)

Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tida filsuf Yunani; Plato, Aristoteles, dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Ia dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik. Kehidupan sufi asketik yang dijalaninya membuatnya ia tetap berkehidupan sederhana dengan pikiran dan waktu yang tetap tercurah untuk karir filsafatnya. Akhirnya, pada bulan Desember 950, ia meninggal dunia di tempat ini (Damaskus) pada usia delapan puluh tahun.

Dalam konteks Dunia Islam, tokoh filosof yang paling banyak mengkaji tentang estetika di dalam musik adalah Al-Farabi. Nama lengkapnya adalah Abu Nasir Muhammad Ibnu Al-Farakh Al-Farabi, lahir di desa Wasij, dekat Farab di Turkistan tahun 259 H (870 M), wafat 950 M dalam usia 80 tahun. Kampungnya kini masuk ke dalam bagian Republik Uzbekistan di Asia Tengah. Ayahnya seorang jenderal militer dan memiliki status sosial yang relatif baik. Namun sejak kecil lagi, Al-Farabi meninggalkan kampung Farab menuju Baghdad, untuk menimba ilmu bahasa Arab dan logika dari gurunya Abul Bashar Matta. Kemudian dia juga belajar filsafat dari Yuhanna Ibnu Khailan di daerah Harran. Kemudian ia juga mendalami ilmu-ilmu Aristoteles melalui Yuhanna. Ia paling gemar mengkaji pikiran Aristoteles yang tertuang dalam buku Anima dan Physica.

Kemudian ia mengembara ke Syiria, terus ke Mesir, dan akhirnya sampai ke Damaskus. Dalam pengembaraan ini, secara ekonomis ia begitu miskin, akhirnya ia


(41)

dibantu secara finansial oleh Pangeran Saif Al-Dawlah dari Damaskus. Ia belajar, mengarang, mensyarah, mengkritik, dan bergulat di dunia sastra. Ia terkenal sampai ke Eropa bukan hanya filsafatnya tetapi juga logika dan metafisikanya. Di bidang musik, dengan dijiwai oleh ajaran Islam ia mengolah kembali model dan logika berpikir Yunani dalam musik, disertai dengan praktik musik kontemporer saat itu. Ia juga mencipta dan mengolah sistem-sistem musik yang berasal dari Timur Tengah. Bagaimanapun, Al-Farabi secara tegas membedakan manusia di dunia ini menurut Al-Quran, yaitu manusia yang bertakwa dan manusia yang tidak bertakwa.

Al-Farabi menghasilkan sebuah buku teori musik yang secara historis sangat fenomenal dalam dunia Islam dan global, yang bertajuk Kitabul Musiqil Kabir (Kitab Besar tentang Musik). Buku ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama memusatkan perhatian pada musik, bagian kedua pada alat-alat musik, dan pada bagian ketiga mengenai komposisi musik. Ada dua tempat dalam buku itu yang membicarakan gerakan melodi dalam musik: satu tempat di bagian pertama dan satu lagi di tempat ketiga. Dalam buku itu ia menceritakan bagaimana proses melakukan komposisi musik. Tujuan utama Al-Farabi mengkaji dan menjelaskan komposisi musik adalah untuk membantu dan memberi arah kepada para komposer dalam menciptakan melodi. Ia menjelaskan bahwa setelah komposer memilih unsur-unsur melodi, selanjutnya dapat berkonsultasi dengan tabel-tabel konsonan dan gerak melodi yang dibuatnya, begitu juga dengan wilayah nada atau suara penyanyi. Kemudian disesuaikan dengan modus-modus ritmik yang telah disusun secara logis.

Dalam membentuk gerak melodi ini ia menawarkan konsep-konsep interval satu nada ke nada berikutnya dengan memakai konsonan dan disonan dalam sistem modal.


(42)

Saat transisi melodi seharusnya menggunakan interval konsonan. Al-Farabi menggunakan interval konsonan ke dalam tiga jenis: (a) konsonan besar, seperti oktaf dan balikannya, disajikan bersama atau melodis, (b) konsonan medium, yaitu kuint, kuart, antara oktaf dan kuint, serta antara oktaf dan kuart, disajikan secara bersama atau melodis, dan (c) konsonan kecil yang terdiri dari sekunde mayor (dengan rasio 9/8) atau interval lain yang lebih kecil dari kuart.

Menurut Al-Farabi, melodi dapat didefinisikan sebagai sejumlah nada tertentu, yang semuanya atau sebagian besar berjalin berdasarkan interval konsonan, yang dirancang dalam kelompok tertentu, dan dipergunakan dalam sebuah genus (tetrakord) tertentu, interval-intervalnya berada dalam tonalitas tertentu; yang bergerak melalui sebuah modus ritmik yang pasti pula. Satu rangkaian melodi menggunakan satu tetrakord ditambah satu langkah penuh. Jika seorang komposer menggunakan interval kuint, ia harus mengimbanginya dengan interval yang lebih kecil. Sebuah melodi nyanyian disebutnya tidak lengkap, apabila ambitusnya tidak mencapai satu oktaf. Jika sampai satu oktaf disebut melodi yang lengkap, dan jika mencapai dua oktaf disebut sangat lengkap. Dalam menyusun melodi sebaiknya menggunakan interval-interval yang berbeda.

Al-Farabi menyebut gerak melodi dengan istilah al-intiqal, yang secara harfiah artinya bergerak dari satu titik ke titik lainnya. Al-intiqal ini menurutnya adalah transisi yang dapat terjadi antara satu nada dengan nada lain, dari interval yang satu ke interval lain, dari satu genus ke genus lain, jika kelompok nada itu terdiri dari tetrakord, kelompok nada, dan tonalitas yang berbeda. Namun tetap terdapat satu nada nukleus. Selanjutnya, Al-Farabi membuat kategori-kategori gerak melodi dalam bahasa Arab,


(43)

yaitu: (1) al-nuqlah ‘ala istiqamah, artinya adalah gerak langsung atau rektilinier, yaitu gerakan yang tidak kembali ke nada awalnya; (2) al-nuqlah ‘ala in’itaf, artinya gerak berlipat, bertukar, melengkung, dan berkeliling. Artinya dalam melodi adalah kembali ke nada awal; (3) al-nuqlah ‘ala istidarah, artinya gerakan sirkular, berputar. Dalam melodi artinya kembali ke nada awal dan gerakannya terus diulang; (4) al-nuqlah ‘ala in’iraj, artinya adalah gerakan pembiasan atau deviasi—dalam melodi maksudnya adalah kembali ke nada awal, tetapi tidak sejauh gerak-gerak pertamanya; (5) al-nuqlah bi-in gerak melodi yang memperluas gerak sebelumnya, baik ke arah atas maupun ke bawah dengan nada awal yang berubah-ubah pula. Menurut Al-Farabi, gerak-gerak melodi di atas boleh saja saling dipadukan dengan menjaga rasa musik (Lihat Takari 2003)

Dalam membahas teori, selain sistem modal dengan menggunakan tetrakord dalam tangga nada heptatonik, Al-Farabi juga menganalisis sistem-sistem maqam yang ada di dunia Islam, seperti maqam: rast, bayati, husaini, jiharkah, hijaz, sikkah, dukah, sikahirah, dan lainnya yang menjadi dasar komposisi musik dunia Islam. Ia juga mengkaji modus-modus ritmik seperti: ramal maia, wahdah wa nifs (maksum), cahar mezarb, zarbi, iqa’at, durub, usul, dan mazim. Dalam membahas alat-alat musik, ia memfokuskan kajian secara detil tentang alat musik ‘ud (lute petik) sebagai asas dari penciptaan maqam dan melodi. Alat seperti ini yang diuraikannya dapat menurunkan tangga-tangga nada seperti yang dilakukan oleh Phytagoras dari Yunani dengan membagi proporsi matematis senarnya. Sistem ini kemudian dalam etnomusikologi dikategorikan sebagai sistem devisif (pembagian). Dalam buku ini, memang unsur logika memang begitu menonjol dituangkannya, namun ia juga berharap bahwa jangan melupakan unsur perasaan dan spiritualitas dalam mengembangkan seni musik. Bagaimanapun, musik itu


(44)

adalah bagian dari totalitas ajaran Islam dalam rangka tauhid kepada Allah. Demikian menurut pandangan Al-Farabi

Gambar 3. Al Farabi

Sumber

Keterangan Gambar :Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi

Jika ditinjau dari fungsi dan tugasnya maka secara umum fungsi dari adanya Lembaga Pendidikan Musik Farabi ini adalah untuk mengelola, membantu dan melestarikan kesenian masyarakat Indonesia. Sedangkan tugasnya yakni, melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelatihan seni, pertunjukan seni, serta informasi seni dan musik.

Jika ditinjau dari fungsi keberadaan LPM Farabi itu sendiri,maka penulis mengacu kepada teori Alan P. Merriam yaitu :

…use then refers to the situation in which is employed in human action: fungtion concern the reason for its employment and particularly the broader purpose which it serves …“ ( Merriam 1964 :210 )


(45)

Dari kalimat di atas dapat diartikan bahwa use (penggunaan) menitikberatkan pada alas an penggunaan atau menyangkut tujuan pemakaian musik, terutama maksud yang lebih luas, sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri.

Sesuai dengan yang sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa memang LPM Farabi didirikan oleh dasar keinginan yang kuat untuk membina bakat-bakat atau talenta masyarakat Indonesia di bidang seni. LPM Farabi merasa saat ini hanya dengan modal bakat alam tentu tidaklah cukup untuk bersaing di dunia seni hiburan atau seni pertunjukan, untuk itu maka siswa LPM Farabi nantinya dituntut untuk memiliki Skill dan pengetahuan yang maksimal mengenai bakat yang dimilikinya.

Ditinjau dari segi etnisitas maka sepanjang penelitian, penulis melihat bahwa para instruktur gitar klasik yang ada di LPM Farabi kebanyakan adalah orang Batak toba ( dari ke-4 Instruktur semuanya merupakan suku Batak Toba ). Sedangkan murid yang belajar gitar klasik di LPM Farabi kota Medan kebanyakan didominasi oleh etnis Tionghoa. Bahkan jika di kumulatifkan mayoritas dari segi etnik yang belajar musik di LPM Farabi adalah orang dari etnis Tionghoa, sedangkan para guru/Instrukturnya merupakan etnis pribumi ( Mayoritas Batak Toba ). Untuk pimpinan LPM Farabi Kota Medan yaitu Bpk Dino Irwan adalah dari dari etnis Tionghoa.

Para instruktur LPM Farabi kota medan yaitu : Wonter Purba, Darwin Manalu, Ronald Pasaribu, dan Michael Panggabean merupakan satu alumni yaitu dari Universitas HKPB Nommenssen. Sehingga dalam bekerja mereka sudah saling mengenal dikarenakan satu almamater. Dan untuk pengalaman dan keahlian mereka memang sudah


(46)

cukup ahli dan terampil bermain gitar dengan sertifikasi yang sesuai dengan standart LPM Farabi.

2.4.2 Perkembangan Sekolah

LPM Farabi merupakan salah satu tempat pendidikan non formal yang ada di kota Medan yang didirikan pada 1 Maret 2007.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI 2003 : 365 ) “ Gitar adalah alat musik dengan bahan kayu seperti biola, berleher panjang, berdawai 6 atau lebih, dimainkan dengan memetik dawai atau dengan jari “.

Menurut Banoe Panoe ( 2003 : 175 ) “ Gitar adalah alat musik dawai berpapan nada ( frets ) dalam berbagai bentuk dan modifikasi “.

Pengertian klasik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2003 : 574 ) yakni “ Bersifat seperti seni klasik, sederhana, serasi, dan tidak berlebihan “. Sedangkan menurut Banoe Panoe ( 2003 : 87 ) “ Klasik adalah keadaan atau kondisi yang mutunnya patut dicontoh dan terikat pada tradisi “.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gitar klasik adalah alat musik berdawai 6 atau lebih yang memiliki bentuk telah disempurnakan dan memiliki keharmonisan nada.

Untuk cabang LPM Farabi saat ini memiliki total 9 cabang ( 7 diantaranya ada di pulau Jawa ) yang tersebar di Indonesia dengan pusatnya yang terletak di Jakarta tepatnya di Jalan Dharmawangsa XI/5, Kebayoran Baru, Jakarta. Sedangkan untuk di Medan LPM Farabi sendiri baru mempunyai satu cabang yaitu di Jalan Burjamhal No : 28-29 B.


(47)

1. Farabi Bintaro Jaya Branch 2. Farabi Hang Lekir Branch 3. Farabi Bogor Branch

4. Farabi ITC Cempaka Mas Branch 5. Farabi Kelapa Gading Branch 6. Farabi Cibubur Branch

7. Farabi Medan Branch, North Sumatra 8. Farabi Denpasar Branch, Bali

9. Farabi Depok Branch, West Java

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan Bpk. Dino Irwan selaku pimpinan LPM Farabi cabang Medan ( 14 Mei 2009 ), ia mengatakan bahwa untuk membuka cabang LPM Farabi tidaklah mudah karena butuh modal yang besar untuk membuka sebuah cabang LPM Farabi. Selain dari segi Finance yang lebih penting juga adalah dalam peneriamaan guru yang sangat professional sekali. LPM Farabi tidak sembarangan di dalam hal penerimaan Instruktur atau Pengajar. Karena itu setiap diadakan audisi penerimaan guru, LPM Farabi mendatangkan langsung penguji dari Jakarta dengan tujuan untuk menjaga dan menyesuaikan kredibilitas para intruktur di LPM Farabi.


(48)

Gbr.4 LPM Farabi Medan

( Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2009 )

Keterangan Gambar : Gambar ini merupakan tampilan halaman luar gedung LPM Farabi Kota Medan yang terletak di jalan Burjamhal No : 29 A/B

2.4.3 Pandangan dan Sikap Masyarakat Kota Medan Terhadap LPM Farabi

Secara umum, masyarakat mengatakan bahwa musik sebagai suatu yang penting dalam kehidupanya. Karena masih merupakan hiburan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Selain berfungsi sebagai penghibur, dapat juga berfungsi sebagai pengiring pelaksanaan kegiatan ( acara ) dalam masyarakat.


(49)

Selain itu persepsi masyarakat terhadap musik klasik yang menurut penelitian para ahli dapat meningkatkan kecerdasan intelektual anak menjadi salah satu alasannya untuk memberi anaknya kursus musik.

Menurut pengamatan penulis di lapangan banyak masyarakat yang masih menilai untuk kursus musik itu merupakan kebutuhan tersier yang bukan prioritas disbanding dengan kursus-kursus lainyya seperti les bahasa, computer, maupun les mata pelajaran sekolah. Namun harus diketahui bahwa kursus musik juga merupakan Lifeskill yang merupakan keahlian bagi seseorang yang dapat menjadi bekal dia kelak dan dapat menjadi sumber pencahariannya apabila ia memang serius dalam mempelajarinya.

Mengenai tanggapan murid dan orang tua murid tentang pengajaran gitar klasik di LPM Farabi dapat disimpulkan berbagaio persepsi seperti :

(1) Guru atau instruktur sangat dekat dengan murid sehingga dengan pendekatan yang baik maka murid akan merasa senang dan betah belajar di LPM Farabi selain itu akan menambah citra positif karena instruktur atau pengajarnya dapat berinteraksi secara baik dengan murid-muridnya.

(2) Selain itu akselerasi tingkat kemahiran murid juga cukup terasa hal ini membuat adanya persepsi dari si murid maupun orang tuanya bahwa mereka dating belajar ke tempat ini dengan tidak sia-sia hal ini terbukti dengan kemampuan si murid yang maju cukup signifikan sejak belajar di LPM Farabi Medan.

(3) Yang tidak kalah pentingnya adalah factor sarana dab parasarana yang baik yang membuat si murid semakin betah dalam ruangan. Berbagai fasilitas disediakan oleh LPM Farabi untuk menunjang kebutuhan proses belajar


(50)

mengajar. Hal ini bisa dilihat dari tempat mengajar yang nyaman jauh dari kebisingan hal ini mutlak harus dimilik oleh setiap kursus musik guna kenyamanan proses belajar mengajar.

Masyarakat juga berpendapat bahwa dengan adanya lembaga kursus musik yang ada di kota Medan akan dapat menumbuhkan rangsangan untuk menjadikan masyarakat kota Medan menjadi lebih kreatif. Terutama untuk mendapatkan pendidikan musik secara formal sehingga tujuannya mereka tidak hanya bias memainkan alat musik tetapi juga mengerti apa yang mereka mainkan.


(51)

BAB III

STUDI ORGANOLOGI ALAT MUSIK GITAR KLASIK

Pada bab sebelumnya, kita sudah membahas mengenai identifikasi daerah penelitian yang meliputi kota Medan dan LPM Farabi sebagai lokasi penelitian. Pada bab ini, penulis akan membicarakan mengenai mengenal lebih dekat tentnag alat musik gitar klasik sebagai sarana penelitian beserta detai-detail yang terdapat didalamnya. Terlebih dahulu penulis akan membahas mengenai pengenalan instrument.

3.1 Sejarah Perkembangan Gitar Klasik. 3.1.1 Sejarah Singkat Gitar Klasik

Kata gitar atau guitar dalam bahasa Inggris, pada mulannya diambil dari nama alat musik petik kuno di wilayah Persia pada kira-kira tahun 1500 SM yang dikenal dengan nama Citar atau Cehtar.

Alat musik ini kemudian berkembang menjadi berbagai model gitar kuno yang dikenal dengan istilah umum tanbur. Pada tahun 300 SM Tanbur Persia dikembangkan oleh bangsa Yunani dan enam abad kemudian oleh bangsa Romawi ( Bellow, 1970 : 54 – 55 ). Pada tahun 476 SM alat musik ini dibawa oleh bangsa Romawi ke Spanyol dan bertransformasi menjadi : 1) Guitara Morisca yang berfungsi sebagai pembawa melodi; dan 2) Guitarra Latina yang memainkan akor. Tiga abad kemudian bangsa Arab membawa semacam gitar gambus dengan sebutan al ud ke Spanyol ( Summerfield, 1982 : 12 ).


(52)

Berdasarkan konstruksi al ud Arab dan kedua hasilnya, Vihuella menjadi popular di Spanyol sementara alat-alat musik pendahulunya sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan.

Di Eropa al ud disambut baik dan berkembang menjadi berbagai model lute Eropa hingga kira-kira akhir abad ke-17. Sementara itu vihuela berkembang terus menjadi berbagai macam gitar selama berabad-abad hingga akhirnya menjadi gitar klasik yang digunakan pada saat ini.

Sudah sekian banyak ahli menyelidiki, namun sampai kini asal usul gitar yang sesungguhnya masih terus diperdebatkan. Sekian banyak pendapat bertebaran, namun tetap saja di dalamnya mengandung sebuah keraguan. Sebuah alat musik kuno bernama Khitarra sering disebut sebagai nenek moyang gitar. Kendati begitu, hanya namanya saja yang mirip, lantaran bentuknya seperti harpa kecil. Berbagai artefak kuno di Mesopotamia dan Mesir juga menunjukan adanya alat musik petik dengan tubuh dan leher seperti gitar. Kenyataanya, hampir di semua kawasan pusat peradaban manusia, alat musik petik mirip gitar senantiasa ada.

Pada abad ke 11, di Eropa mulai bermunculan instrument-instrumen petik mirip gitar. Desainnya diyakini berasal dari alat-alat musik yang ada di Asia salah satunya Gitern. Bentuknya sudah mirip dengan gitar modern. Bahkan dilengkapi dengan Freet pada lehernya. Senarnya terbuat dari usus domba ( bukan usus kucing, kendati julukannya adalah Catgut.)


(53)

Gbr 5. Gambar alat musik Chitarra atau Khittara

( Sumber : www. Gitaris.Com )

Keterangan Gambar : Gambar ini merupakan gambar alat musik Chitara atau Khitara dalam lukisan mitologi persia


(54)

Selama dua abad lebih, Gitern berkembang menjadi berbagai bentuk dengan nama-nama baru yang mirip semisal Guitara, Guoitere,Gitarer, dan Gitar. Pada tahun 1300-an di Eropa berkembang dua desain Gitern dengan nama Guitare Latine dan Guitare Morrisca. Memasuki abad ke-15 mulai berkembang instrument petik lain dari Arab bernama Lute bentuknya seperti gitar namun tubuhnya mirip buah pir dengan Course yang lebih banyak.

Menjelang abad ke-20 desain gitar di Eropa tidaklah seragam. Masing-masing gitaris bisa saja meminkan gitar yang berbeda jenis dari gitar yang lainnya. Orang yang paling bertanggung jawab mendesain gitar hinga bentuknya ada seperti yang sekarang ini adalah Antonio De Torres Jurado (1817-1892). Pembuat gitar dari spanyol ini menemukan standar anatomi gitar (Dimensi, rangka, panjang badan/dawai, dan sebagainya) yang mampu menghasilkam kualitas suara yang maksimal, sekaligus nyaman dimainkan. Temuan jurado ini segera diikuti para pembuat gitar lainnya. Kini kendati tiap pembuat gitar punya kekhasan dan “resep “ masing-masing, ada patokan-patokan tertentu pada desain gitar yang mengikuti dan berpegang kepada desain Torres.


(55)

Gbr.6 dan 7 Guitara Latina dan Guitara Morisca

Guitara Latina Guitara Morisca

( Sumber : www. Gitaris .Com )

Keterangan Gambar : Gambar ini merupakan contoh alat musik Gitara Latina dan Guitara Morisca yang digunakan di eropa sekitar abad ke 16 dan 17 yang kelak menjadi asal mula gitar klasik

Gbr. 8 Al’ ud

( Sumber : www. Gitaris .Com )

Keterangan Gambar : Al’ut merupakan alat musik yang banyak dijumpai di timur tengah biasa juga digunakan dalam orkes musik gambus.


(56)

Gbr. 9 Evolusi tanbur

( Sumber : www. Gitaris .Com )

Keterangan Gambar : Jenis tanbur dari Persia yang merupakan bagian dari evolusi gitar klasik. Jika dibandingkan dengan alat musik saz dari Turki maka akan terlihat sekali kemiripannya.


(57)

Gbr. 10. Guitarra Morisca Repro

( Sumber : www. Gitaris.com )

Keterangan Gambar : Gambar gutara Morisca dalam relief pada sebuah guci dan seorang wanita yang sedang memainkan guitara morisca


(58)

Gbr. 11. Instrumen Hittie ( Instrumen mirip gitar tertua )

( Sumber : www. Gitaris.com )

Keterangan Gambar : Lukisan dari mesir kuno menggambarkan instrument hitie yaitu alat musik yang tergolong chordophone yang berjenis lira


(59)

3.1.2 Perkembangan Gitar Klasik Di Kota Medan 3.1.2.1 Compact Disk ( CD )

Sekitar tahun 90-an munculah rekaman-rekaman lagu-lagu gitar klasik dalam bentuk Compact Disk (CD) yang dapat disaksikan atau didengar melalui Video Compact

Disc (VCD) yang lagi “ Naik Daun “ masa sekarang. Munculnya CD di pasaran

mengurangi pasaran rekaman kaset karena lebih mudah diperoleh dan harga yang relativ murah. Selain itu adannya bentuk visual yang bisa disaksikan bisa membantu untuk mempelajari gitar klasik secara detail karena gambar pemain yang memainkan gitar bisa dilihat dan sambil dipelajari.

Gbr.12 Sampul CD Andres Segovia

( Sumber : www. Partiture.org )

Keterangan Gambar : Andress Segovia merupakan salah satu musisi gitar klasik yang berpengaruh di abad ke-20.


(60)

3.1.2.2 Kaset Dan Rekaman

Salah satu media sosialisasi gitar klasik di Indonesia ialah melalui kaset rekaman yang banyak dijual di toko-toko kaset, plaza-plaza maupun pasar bahkan kaki lima di pinggiran jalan.

Selain itu melalui kaset ini kita bisa mendengarkan melalui walkman sambil bersantai sekaligus juga mempelajari lagu-lagu gitar klasik. Banyak lagu-lagu gitar klasik baik musisi lokal maupun luar negeri mengkomersilkan lagu mereka melalui media ini seperti Jubing Kristianto dengan albumnya ” Hujan Fantasi “ maupun John Wiliams, Francis Goya dan lain sebagainya.

3.1.2.3 Internet

Tidak bisa dipungkiri seiring zaman yang semakin maju tentu diiringi juga dengan teknologi dan informasi yang semakin maju. Pada abad ke- 21 ini internet menjadi hal yang lumrah bagi generasi sekarang.

Hal ini juga berimbas kepada perkembangan gitar klasik, banyak orang sekarang lebih memilih Browsing di internet saja ketimbang harus membeli CD MP3, Kaset atau majalah. Ini dikarenakan kita bisa mendapat semua fasilitas itu di internet.

Banyak siswa, mahasiswa, akademisi, dan praktisi yang mencari kebutuhan mereka melalui internet. Bagi para siswa gitar klasik mereka bisa men-download partiture gitar, lagu, maupun video dari internet, bahkan bisa mengirim video permainan mereka ke internet agar bisa dilihat orang banyak.


(61)

Salah satu situs ( Alamat ) dari internet yang banyak diunduh para musisi gitar klasik antara lain :

3.2 Pengenalan Instrumen.

Hal-hal yang harus dikuasai oleh seorang siswa pada tingkat dasar adalah pengenalan terhadap komponen-komponen gitar klasik yang berkaitan langsung dengan permainan gitar klasik. Selain itu juga harus dipahami tentang klasifikasi gitar yang mencakup klasifikasi alat musiknya. Karena dengan mengenal komponen-komponen gitar klasik maka siswa akan dituntut untuk lebih menguasai alat musik tersebut.

Abad ke- 20 juga menyaksikan lahirnya jenis gitar baru antara lain gitar listrik/elektrik. Penemuan listrik membawa banyak revolusi pada dunia termasuk pada instrument gitar. Adalah Lyoid Loar dari perusahaan pembuat gitar Gibson yang diketahui pertama kali bereksperimen dengan pick-up megnetik pada gitar. Kendati demikian, Adolph Rickenbecker sera dua rekannya Paul Bart dan George Beucamhmplahyang sukses mewujudkan gitar elektrik pertama dan memproduksinnya secara komersial di tahun 1930-an. Lankah ini diikuti oleh perusahaan-perusahaan pembuat gitar lainnya, termasuk Gibson yang akhirnya malah memimpin pasar gitar elektrik. Persaingan ketat melahirkan berbagai desain gitar yang beragam.


(62)

Dengan demikian, jenis gitar yang umum dipakai saat ini adalah :

Gbr 11.1 Keterangan Gambar :Gitar Klasik. Jenis gitar akustik berbahan senar nilondan sutra yang dililit logam.lehernya lebih lebar dari jenis alat musik lainnya

( Sumber : Gitarpedia, Jubing Kristianto, 2005 )

Gbr 11.2 Keterangan Gambar : Gitar Folk-Akustik. Desain dasar seperti gitar klasik namun memiliki tubuh lebih lebar, leher yang lebih panjang dan sempit, serta senar dari logam. Suaranya lebih berdenting dan cemerlang digunakan untuk musik-musik balada,


(63)

Gbr 11.3 Keterangan Gambar : Akustik Elektrik. kerap juga disebut semi akustik. Semua jenis gitar akustik yang dilengkapi dengan system amplifier di dalam tubuhnya

agar dapat disambingkan langsung ke amplifier.

Gbr 11.4 Keterangan Gambar : Guitar Elektric. Gitar elektrik dengan badan dari kayu tipis namun padat. Salah satu keunggulanya adalah penggunaan jenis suara yang hamir tak terbatas berkat adanya dukungan dari peranti efek. Lazim digunakan padaband-band


(64)

3.2.1 Pengenalan Bagian Gitar

Bagian-bagian pada gitar penting untuk diingat agar kita bias memahami bagian-bagian apa saja yang terdapat pada gitar. Tentunya ada istilah-istilah yang umum yang digunakan secara resmi oleh kursus-kursus yang ada dimanapun di dunia ini. Umumnya istilah yang digunakan memakai bahasa Spanyol karena memang asalanya dari sana tetapi di sini akan digunakan bahasa Indonesia saja agar lebih mudah dipahami dan diingat.

Gbr 13. Pengenalan Instrumen. Gitar Klasik


(65)

Gbr 14. Pengenalan Instrumen Gitar Elektrik

`


(66)

3.2.2 Klasifikasi Sachs Dan Hornbostel

Curt Sachs ( 1913 ) dan Erich Von Hornbostel ( 1933 ) adalah dua ahli organologi alat musik ( Instrumentenkunde ) berkebangsaan Jerman yang telah mengembangkan satu system pengklasifikasian / penggolongan alat musik.8

1) Membranofon, di mana pengetar utama penghasil bunyi adalah membrane atau kulit. Contoh adalah gendang dan drum.

System penggolongan alat musik Sahcs dan Hornbostel berdasarkan pada sumber penggetar utama dari bunyi yang dihasilkan oleh sebuah alat musik. Selanjutnya Sahcs-Hornbostel menggolongkan berbagai alat musik atas lima golongan besar, yaitu :

2) Idiofon, di mana penggetar utama bunyi adalah badan atau tubuh dari alat musik itu sendiri. Contoh adalah gong, symbal, atau alat perkusi.

3) Aerofon, di mana penggetar utama penghasil bunyi adalah udara. Sebagai contoh adalah suling, terompet, atau saksofon

4) Kordofon, di mana penggetar utama penghasil bunyi adalah dawai yang direngangkan. Contoh adalah gitar dan biola.

Dari system pengelompokan yang mereka lakukan, selanjutnya Sahcs-Hornbostel menggolongkan lagi alat musik kordofon menjadi lebih terperinci berdasarkan karakteristik bentuknya yakni:

1) Jenis Busur 2) Jenis Lira 3) Jenis Harpa

8

Sebelumnya sudah ada system pengklasifikasikan musik tradisional seperti yang ada di India dan Cina.


(67)

4) Jenis Lute 5) Jenis Siter

Gbr 15. Pembagian alat musik dawai berdasarkan bentuknya : a) Busur ; b) Lira ; c) Harpa ; d) Lute ; e) Siter

( Sumber : Alat Musik Dawai Irwansyah Harahap 2004 )

Untuk Gitar klasik digolongkan kepada jenis lute , pada prinsipnya berarti gitar klasik menggunakan kotak resonator suara. Selain itu jenis lute mempunyai leher ( Neck ) yang berfungsi sebagai papan jari ( Finger Board ) atau juga sebagai penyangga dawai ( String Bearer ).

Jenis lute ( pada umumnya tergolong keluarga gitar ) juga dapat ditemukan di berbagai wilayah lain di dunia. Kita temukan Sehtar di Persia, Tanbur di Turki, Sitar dan

Sarangi di India, Pipe di Cina, Al’Ud di Arab, Vihuella dari Spanyol dan lain

sebagainya. Untuk jenis alat musik yang terakhir ini bentuknya sangat mirip dengan gitar klasik bahkan merupakan embrio dari gitar klasik modern.


(68)

3.2.3 Pemain – Pemain Gitar Klasik Terpenting.

Repertoar gitar bertumbuh pesat dengan makin berlimpahnya gitaris dan composer yang tak henti mempopulerkan gitar. Salah satunya Fransesco Tarrega ( 1852-1909 ), gitaris dan composer kelahiran spanyol. Tarrega adalah perintis permainan gitar klasik menjadi sebuah ilmu dan seni tersendiri. Ia bukan saja dikenal sebagai pendidik yang bertangan dingin namun juga composer yang inovatif. Posisi duduk bermain gitar klasik yang dikenal sekarang ini adalah digagas oleh Tarrega. Posisi ini memungkinkan gitar dalam posisi stabil, serta membantu lengan kanan maupun kiri menjelajahi Freatboard dan senar di posisi manapun dengan leluasa.

Gebrakan Tarrega lainnya adalah mentranskrip berbagai komposisi untuk alat musik lain ke gitar tunggal. Termasuk berbagai komponis lainnya seperti Granados ( Piano ), Albeniz ( Piano ), Chopin ( Piano ), Bach ( Biola ), hingga Mahdelson ( Kuartet Gesek ). Murid-murid Tarrega pun menjadi sadar betapa gitar memiliki kemampuan setara dengan alat-alat musik lain yang lebih “ Bergengsi “.

Hingga saat ini terdapat cukup banyak gitaris-gitaris klasik dari berbagai belahan dunia. Di antaranya yang paling terkenal ialah gitaris-gitaris legendaries dan berkelas dunia yaitu :

1) Andres Segovia (Spanyol


(69)

2) Heitor Villa-Lobos

( Sumber : www. Partiture.com )

3) Isaak Albeniz (Spanyol, 1860-1909 )

( Sumber : www. Partiture.com )

4) Francisk Tarrega (1852-1909) Spain


(70)

5) Ferdinando Carulli ( Italy,1770-1841 )

( Sumber : www. Partiture .com )

Di anatara mereka, Segovia adalah yang paling terpenting karena jasanya yang besar dalam perkembangan gitar masa depan gitar klasik sejak awal abad ke-20. dengan usahanya yang amat produktif dan kreatif beliau telah membawa gitar menjadi sebuah alat musik solo standar di samping piano. Kerjasamanya dengan para musisi dan komponis non gitar telah menyebabkan suatu perkembangan yang signifikan pada repertoar gitar. Sejak itu gitar tidak lagi dimainkan solo atau ensamble bersama gitar lain, namun sebagai solois dalam orkestra dan msuik kamar. Hampir semua gitaris terkemuka di abad ke-20 lahir dari tangan dingin Segovia sebagai pengajar. Beberapa di antaranya seperti John Wiliams, K. Yamashita, Julian Bream dan lain sebagainya.


(71)

BAB IV

ANALISIS METODE PENGAJARAN GITAR KLASIK DI LPM FARABI KOTA MEDAN

Pada bab ini penulis akan membicarakan mengenai hasil analisis penulis selama berada di LPM Farabi kota Medan. Fakta-fakta yang terkumpul di lapangan akan disusun dan kemudian dituliskan di dalam bentuk analisis ini.

Selanjutnya akan dibahas mengenai metode pengajaran yang ada di LPM Farabi seperti metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan pemberian tugas juga akan dibahas tentang saran dan prasarana, alat peraga dan pendukung, kendala yang dihadapi selama belajar hasil pembelajaran siswa selama belajar di LPM Farabi dengan indikator ujian Grade yang diadakan oleh LPM Farabi dan hasil yang diraih oleh siswa, semuanya itu adalah hasil analisis yang penulis dapatkan dan temukan selama meneliti di LPM Farabi yang merupakan analisis metode pengajaran gitar klasik di LPM Farabi Kota Medan. Pertama penulis akan membahas mengenai analisis metode mengajar yang digunakan di LPM Farabi.

4.1 Metode Pengajaran Gitar Klasik Di LPM Farabi

LPM Farabi mempunyai metode-metode tersendiri dalam pengjarannya, bertujuan untuk memudahkan siswa memahami bahan pengajaran yang diberikan oleh pengajar. Di samping metode mengajar, media/alat peraga dan buku tidak kalah pentingnya dalam proses belajar mengajar. Alat peraga, buku dan media yang relevan dengan materi yang


(72)

akan disajikan mempunyai peranan yang penting sebagai alat Bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

Di dalam proses belajar mengajar, guru memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik pengajaran, atau biasanya disebut metode mengajar.

Peranan metode dalam pengajaran adalah menumbuhkan gairah peserta dalam menerima pelajaran atau materi yang disajikan. Oleh karena itu, metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar para peserta.

Adapun metode-metode mengajar yang mungkin dapat dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di LPM Farabi Medan adalah sebagai berikut:

1) Ceramah 2) Demonstrasi 3) Pemberian tugas

Ada beberapa metode mengajar gitar klasik yang dilakukan oleh pengajar dalam mengajarkan gitar klasik di LPM Farabi, yakni dengan metode ceramah, metode demonstrasi dan metode pemberian tugas. Penjelasannya sebagai berikut :

4.1.1 Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode awal yang digunakan pengajar dalam mengajar, metode ini bertujuan untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh siswa sehingga pengajar akan membatasinya.


(73)

Metode ini juga bertujuan untuk mengatasi kejenuhan yang dialami siswa pada saat sedang belajar gitar klasik, yakni dengan mengajak siswa bercerita, sehingga siswa akan sedikit lebih santai atau rileks.

Gbr. 27 Pengajar menggunakan metode ceramah

( Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2009 )

Selain itu di dalam metode ini pula diterangkan tentang teori-teori gitar klasik dan juga bagaimana cara memainkan gitar klasik dengan baik dan benar. Seperti teknik umum bermain gitar klasik, posisi tubuh ketika memainkan gitar serta notasi yang digunakan.

4.1.1.1 Teknik Umum Bermain Gitar Klasik

Dalam bermain gitar klasik, setiap jari-jari tangan baik kiri ataupun kanan sudah memiliki aturan atau nama-nama yang ditentukan. Berikut ini beberapa hal yang sangat penting untuk diketahui dalam bermain gitar klasik.


(74)

4.1.1.1.1 Posisi Jari dan Tangan a) Posisi Jari

Pengenalan nama-nama jari tangan kiri dan kanan : -Jari kiri diberi tanda dengan urutan angka 1- 4, urutannya yakni -Jari telunjuk diberi tanda dengan nomor 1

-Jari tengah diberi tanda dengan nomor 2 -Jari manis diberi tanda denga nomor 3 -Jari kelingking diberi tanda dengan nomor 4

Untuk lebih jelas lihat gambar berikut ini :

Gbr. 16 Urutan jari kiri

( Sumber : Yamaha Classic Guitar Fundamental )


(75)

Pemberian nama-nama jari tangan kanan, ditandai secara tradisional, dan diberi huruf-huruf yang berasal dari bahasa Spanyol yaitu :

-p untuk pulgar ( ibu jari ) -i untuk indicio ( Jari telunjuk ) -m untuk medio ( Jari tengah ) -a untuk anular ( Jari manis ) -Ch untuk chico ( Jari kelingking )

Sedangkan untuk jari kelingking tidak digunakan untuk petikan. Untuk lebih jelas lihat gambar :

Gbr. 17 Urutan jari kanan

( Sumber : Yamaha Classic Guitar Fundamental )

b) Posisi Tangan

Pengunaan tangan kiri dalam bermain gitar klasik ialah sebagai berikut penjelasannya :


(76)

1) Semua kuku tanga kiri harus dipotong pendek, sehingga tidak menggangu waktu menekan senar.

2) Jempol kiri bertugas sebagai penopang dan jari-jari kiri.

3) Jari-jari kiri bertugas menekan senar dengan tegak lurus pada papan jari.

4) Dalam hal ini ibu jari harus selalu serasi dengan jari tengah dan tidak boleh kelihatan saat memainkan gitar.

Gbr 18. Posisi tangan kiri

( Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2009 )

Skema penggunaan tangan kanan dalam bermain gitar klasik adalah sebagai berikut :


(77)

2) Kuku jari tangan dipotong melengkung, mencapai panjang kurang lebih 2 mm. 3) Jari kanan memetik senar bas ke-4 samapi ke-6. sedang senar 3 di petik oleh jari (

I, m,dan a )

4) Dalam memetik gitar hendaknya pada posisi normal yaitu berada di depan soundhole atau lubang suara, karena suara gitar terbagi tiga yaitu harmonic, normal, dan hard

Gbr. 19 Posisi tangan kanan

( Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2009 )

4.1.1.1.2 Letak Atau Posisi Gitar Saat Dimainkan

Dalam memilih sikap bermain gitar, kita harus memperhitungkan bahwa baik lagu yang sederhana maupun yang sulit perlu kita bawakan dengan baik. Oleh karena itu


(1)

Nettl, Bruno. 1964. Theory And Method In Ethnomusicology. New York : The Free Press-4 Division od Me Willau Pulishing Co.,Inc.

Roucek & Waren. 1984. Pengantar Sosiologi Terj Drs. Sahat Simamora. Jakarta : Bina Marga

Sagala, Syaiful, H. 2006. Konsep Dan Makna Pengajaran. Bandung : Alfabeta.

Silitonga, Timawar : 2003. Metode Pengajaran Ensamble Musik Anak Sekolah Minggu HKBP Di Sanggar Anugrah jalan Barowati No.4 Medan. Skripsi : Unimed

Syah, Muhibin. 1995. Psikologi Pendiidkan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : P.T Remaja Rodaskarya.

Takari, Muhammad. 2008 . Manajemen Seni. Medan : Studia Kultura.

Takari, Muhammad, 1993. “Estetika dalam Kesenian Melayu,” dalam Studia Kultura, Jurnal Ilmih Ilmu-ilmu Budaya. Medan: Studia Kultura.


(2)

Tirtarahardja, Umar dan Sulo, L.S. 2005 . Pengantar Pendidikan. Jakarta : Raneka Cipta.

www . wikipedia. com www. Partiture. org www. Gitaris.com www. Artis.inilah.com


(3)

DAFTAR INFORMAN

1) Nama : Dino Irwan Umur : 37 Tahun

Alamat : Jl. Lemon No. 88 A Komp. Cemara Asri Medan Pekerjaan : Pimpinan LPM Farabi Medan

2) Nama : Darwin Manalu, S.Sn Umur : 28 Tahun

Alamat : Jl. Sei Kapuas No. 91 Pekerjaan : Instruktur Gitar Klasik

3) Nama : Philip Sitompul Umur : 57 Tahun Alamat : Jl Pelangi No. 8

Pekerjaan : Seniman/ Instruktur gitar klasik.

4) Nama : Ronald Pasaribu, S.Sn Umur : 25 Tahun


(4)

5) Nama : Wonter Purba, S.Sn Umur : 28 Tahun

Alamat : Medan

Pekerjaan : Instruktur Gitar

5) Nama : Harry Dikana Situmeang, S.Sn Umur : 41 Tahun

Alamat : Jl Danau Marsabut No. 43

Pekerjaan : Dosen Universitas HKPB Nommensen

6) Nama : Drs. Muhammad Takari, M.A, P.hd. Umur : 45 Tahun

Alamat : Dusun 1 ,Tanjung Morawa Pekerjaan : Dosen Etnomusikologi, USU


(5)

(6)