TUHAN ALAM SEMESTA DAN MANUSIA MENURUT

1 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013

TUHAN, ALAM SEMESTA, MANUSIA
MENURUT KITAB KEJADIAN

Midrash Sefer Bereshit/Kitab Kejadian 1-2
TEGUH HINDARTO
Kitab
Kejadian
memberikan
penjelasan mengenai Tuhan sbb:
Pertama, Tuhan yang memulai
segala sesuatu. Kitab Kejadian
1:1 dimulai dengan frasa,
bereshit bara Elohim…. Kata
bereshit dari kata reshit yang
bermakna permulaan. Segala
sesuatu dimulai oleh Tuhan. Ada
pertanyaan unik yang diberikan
oleh adik sepupu saya saat saya
masih awal kuliah teologi,

sementara dia baru kelas enam
sekolah dasar. Dia bertanya,

―sebelum Tuhan menciptakan
segala sesuatu, Dia sedang apa?‖
Saya tidak bisa menjawab dan
hanya berkata, ―ah, kamu belum
cukup umur. Besok jika sudah
dewasa akan tahu‖. Ini jawaban
diplomatis
untuk
menutupi
ketidaktahuan saya terhadap
pertanyaan kritis dan filosofis
dari seorang anak berumur enam
tahun‖. Namun jujur sampai hari
ini pun saya belum dapat
memastikan
jawaban
atas

pertanyaan tersebut, sekalipun

2 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
saya
telah
memiliki
gelar
Magister Theology. Kita memang
tidak
memiliki
pengetahuan
apapun tentang Tuhan kalau Dia
tidak menyingkapkan-Nya pada
kita.
Dan
Tuhan
hanya
memberikan pernyataan melalui
Moshe bahwa Dialah yang
memulai segala sesuatu. Apa

yang dilakukan Tuhan sebelum
Dia menciptakan, adalah diluar
kemampuan akal dan penalaran
kita. Ayat ini menepis spekulasi
Ilmu
Pengetahuan
yang
menyatakan
bahwa
segala
sesuatu dimulai dari suatu
kebetulan belaka, juga menepis
bahwa angkasa dan bumi terjadi
dari hasil ledakan besar (big
bang) pada jutaan tahun lampau.
Apakah Teori Bing Bang itu
(ledakan dahsyat) itu? Untuk
memberikan gambaran umum
bagi pembaca yang awam
mengenai teori tersebut, akan

saya kutipkan penjelasan dari
Wikipedia sbb:

Dahsyat
atau
―Ledakan
Dentuman
Besar
(bahasa
Inggris: Big Bang) merupakan
sebuah
peristiwa
yang
menyebabkan
pembentukan
alam semesta berdasarkan kajian
kosmologi mengenai bentuk awal
dan
perkembangan
alam

semesta (dikenal juga dengan

Teori Ledakan Dahsyat atau
Model
Ledakan
Dahysat).
Berdasarkan pemodelan ledakan
ini, alam semesta, awalnya
dalam keadaan sangat panas dan
padat, mengembang secara
terus menerus hingga hari
ini. Berdasarkan pengukuran
terbaik tahun 2009, keadaan
awal alam semesta bermula
sekitar 13,7 miliar tahun lalu,
yang kemudian selalu menjadi
rujukan sebagai waktu terjadinya
Big Bang tersebut. Teori ini telah
memberikan penjelasan paling
komprehensif dan akurat yang

didukung oleh metode ilmiah
beserta pengamatan.
Adalah
Georges
Lemaître,
seorang biarawan Katolik Roma
Belgia, yang mengajukan teori
ledakan dahsyat mengenai asal
usul alam semesta, walaupun ia
menyebutnya sebagai "hipotesis
atom purba". Kerangka model
teori ini bergantung pada
relativitas umum Albert Einstein
dan beberapa asumsi-asumsi
sederhana, seperti homogenitas
dan isotropi ruang. Persamaan
yang
mendeksripsikan
teori
ledakan dahsyat dirumuskan oleh

Alexander Friedmann. Setelah
Edwin Hubble pada tahun 1929
menemukan bahwa jarak bumi
dengan galaksi yang sangat jauh
umumnya
berbanding
lurus

3 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
dengan
geseran
merahnya,
sebagaimana yang disugesti oleh
Lemaître pada tahun 1927,
pengamatan
ini
dianggap
mengindikasikan bahwa semua
galaksi dan gugus bintang yang
sangat jauh memiliki kecepatan

tampak yang secara langsung
menjauhi titik pandang kita:
semakin jauh, semakin cepat
kecepatan tampaknya.
Jika jarak antar gugus-gugus
galaksi terus meningkat seperti
yang
terpantau
sekarang,
semuanya
haruslah
pernah
berdekatan pada masa lalu.
Gagasan
ini
secara
rinci
mengarahkan
pada
suatu

keadaan massa jenis dan suhu
yang
sebelumnya
sangat
ekstrem. Berbagai pemercepat
partikel raksasa telah dibangun
untuk mencoba dan menguji
kondisi
tersebut,
yang
menjadikan teori tersebut dapat
konfirmasi dengan signifikan,
walaupun
pemercepatpemercepat
ini
memiliki
kemampuan yang terbatas untuk
menyelidiki fisika partikel. Tanpa
adanya bukti apapun yang
berhubungan

dengan
pengembangan awal yang cepat,
teori ledakan dahsyat tidak dan
tidak
dapat
memberikan
beberapa penjelasan mengenai
kondisi awal alam semesta,

melainkan mendeskripsikan dan
menjelaskan perubahan umum
alam
semesta
sejak
pengembangan awal tersebut.
Kelimpahan unsur-unsur ringan
yang terpantau di seluruh
kosmos sesuai dengan prediksi
kalkulasi pembentukan unsurunsur ringan melalui proses
nuklir di dalam kondisi alam

semesta yang mengembang dan
mendingin pada awal beberapa
menit kemunculan alam semesta
sebagaimana yang diuraikan
secara terperinci dan logis oleh
nukleosintesis ledakan dahsyat.
Fred Hoyle mencetuskan istilah
Big Bang pada sebuah siaran
radio tahun 1949. Dilaporkan
secara luas bahwa, Hoyle yang
mendukung model kosmologis
alternatif
"keadaan
tetap"
bermaksud menggunakan istilah
ini secara peyoratif, namun Hoyle
secara eksplisit membantah hal
ini dan mengatakan bahwa istilah
ini hanyalah digunakan untuk
menekankan perbedaan antara
dua model kosmologis ini.
Hoyle kemudian memberikan
sumbangsih yang besar dalam
usaha para fisikawan untuk
memahami
nukleosintesis
bintang yang merupakan lintasan
pembentukan unsur-unsur berat
dari unsur-unsur ringan secara

4 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
reaksi nuklir. Setelah penemuan
radiasi latar belakang gelombang
mikro kosmis pada tahun 1964,
kebanyakan
ilmuwan
mulai
menerima
bahwa
beberapa
skenario teori ledakan dahsyat
haruslah pernah terjadi‖1.

ini dan mengutip ayat-ayat Kitab
Suci
untuk
membenarkan
pararelisasi dengan teori ini.
Salah satu ayat yang dirujuk
dalam TaNaKh (Perjanjian Lama)
dan Qur‘an al.,
―Beginilah firman Tuhan, YHWH,

yang menciptakan langit dan
membentangkannya (natah)
yang menghamparkan bumi
dengan segala yang tumbuh di
atasnya, yang memberikan nafas
kepada umat manusia yang
mendudukinya
dan
nyawa
kepada mereka yang hidup di
atasnya‖ (Yes 42:5)
Teori Bing Bang sendiri masih
menjadi perdebatan hingga kini.
Baik kalangan Kristiani2 maupun
Islam3 ada yang menyetujui teori
1

Ledakan Dahsyat

http://id.wikipedia.org/wiki/Ledakan
_Dahsyat

―Dan langit itu Kami bangun
dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya (lamusiun)― (QS
51:47).
Namun tidak semua kalangan
sarjana yang berlatar belakang
agama Kristen4 maupun Islam5

2

Dr. Hugh Ross, Big Bang—The
Bible Taught It First!
http://www.reasons.org/articles/bigbang---the-bible-taught-it-first
3

Sherif Alkassimi, The Quran on the
Expanding Universe and the Big
Bang Theory
http://www.islamreligion.com/article
s/1560/

4

Branyon May, Ph.D., Bert
Thompson, Ph.D., Brad Harrub,
Ph.D, The Big Bang Theory--A

Biblical Critique
https://www.apologeticspress.org/ap
content.aspx?category=12&article=5
6

5 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
yang menyangkal korelasi teori
Bing Bang dengan konsepsi
penciptaan menurut kitab suci
masing-masing.
Kita tinggalkan kontroversi Teori
Bing Bang. Kembali kepada
kajian Kejadian 1:1.
Kata
bara
bermakna
menciptakan dari tidak ada
menjadi
ada.
Kata
bara
merupakan kata kerja yang khas
dan hanya dilakukan oleh Tuhan.
Kata bara dipergunakan Tuhan
untuk menciptakan ―langit dan
bumi‖ (Kej 1:1), ―mahluk-mahluk
hidup‖ (Kej 1:21) dan ―manusia‖
(Kej 1:27). Untuk manusia,
dipergunakan kata kerja asyah.
li
gannot
Contoh:
―asyiti
upardesim…‖ (aku membuat
bagiku kebun-kebun dan tamantaman…Pengkht 2:5) Namun
Tuhan
dapat
sekaligus
―menciptakan‖
(bara)
dan
―membentuk‖ (asyah). Contoh:
―Anoki asyiti erets we Adam
aleyha barati‖ (Akulah yang
menjadikan bumi dan yang
menciptakan
manusia
di
5

Penciptaan alam semesta : ilmu
pengetahuan vs al qur‘an (3)

http://imazu747.wordpress.com/200
9/10/07/penciptaan-alam-semestailmu-pengetahuan-vs-al-quran-3/

atasnya;…Yes
45:12).
Ini
memberikan
indikasi
bahwa
manusia memiliki keterbatasan
dan tidak mampu melampui
Tuhan. Manusia dapat membuat
apa saja, dari robot super
canggih sampai mengkloning
hewan. Namun manusia tidak
dapat menciptakan dari tidak ada
menjadi ada, baik hewan,
tumbuhan dan apapun.
Kata Elohim merupakan bentuk
plural dari Eloah yang merupakan
akar dari kata El yang bermakna
Yang Kuat. Digunakan bentuk
jamak Elohim untuk memberikan
sifat pluralis maiestaticum (jamak
kemuliaan) yaitu memberikan
pernyataan
bahwa
Tuhan
menguasai
segala
sesuatu.
Bukan bermakna Dia memiliki
keberadaan lebih dari satu,
sebagaimana
anggapan
Kekristenan pada umumnya yang
menghubungkan istilah Elohim
dengan
istilah
―Tritunggal‖.
Elohim merujuk pada Tuhan itu
sendiri, Firman-Nya dan Roh-Nya
yang terlibat serentak dalam
penciptaan, sebagaimana frasa,
―weruakh Elohim merakhefet al
ha
mayim…‖
(Roh
Tuhan
melayang/bergetar/mengerami di
atas air, Kej 1:2) dan frasa,
―wayomer
Elohim…‖
(dan
berfirmanlah Tuhan, Kej 1:3).
Baik Tuhan, Firman-Nya dan

6 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
Roh-Nya bukanlah tiga pribadi
melainkan hakikat Tuhan yang
memiliki Firman dan Roh di
dalam diri-Nya. Firman Tuhan
menciptakan
segala
sesuatu
(Mzm 33:6, Yokh 1:3). Roh
Tuhan menghidupkan segala
sesuatu (Ayb 34:14).

Kedua, Tuhan menciptakan
segala
sesuatu.
Frasa
selengkapnya dari Kejadian 1:1
adalah, ―Bereshit bara Elohim et
ha shamayim we et ha arets‖.
Yang diciptakan oleh Tuhan
adalah ―ha shamayim‖ dan ―ha
arets‖.
LAI
menerjemahkan
dengan ―langit dan bumi‖. Istilah
―ha shamayim‖, secara literal
dapat diterjemahkan ―langit‖ (Ul
10:14, Ayb 11:8, Mzm 19:2)
namun dapat juga diterjemahkan
―surga‖ (Mzm 11:4, 2 Raj 2:11, 2
Taw 7:14). Tidak mudah untuk
menetapkan apakah kata ―ha
shamayim‖ dalam Kejadian 1:1
harus diterjemahkan ―langit‖ atau
―surga‖.
Jika
diterjemahkan
secara literal sebagai ―langit‖
dalam
pengertian
suatu
hamparan berwarna biru yang
ada
diatas
bumi,
maka
menimbulkan pertanyaan serius:
Apakah
Tuhan
hanya
menciptakan
bentangan
berwarna biru yang dinamakan
langit dan bumi tempat manusia
dan hewan dan tumbuhan hidup?

Jika diterjemahkan ―surga‖, maka
menimbulkan pertanyaan serius
serupa: Bagaimana dengan kata
―shamayim‖ yang muncul pada
ayat 8-9, apakah layak untuk
diterjemahkan ―surga‖, padahal
ayat tersebut berbicara mengenai
hamparan luas yang memisahkan
air yang berada di atas dan air
yang berada di bawah, yang
kelak disebut daratan dan
lautan? Maka sebutan ―angkasa‖
dipilih
untuk
memberikan
identifikasi
betapa
luasnya
angkasa tersebut dan tidak
berbatas. Angkasa secara sempit
dapat dimakna langit dan secara
luas dapat dimaknai sebagai
sebuah tempat keberadaan yang
bersifat metafisika, yaitu Surga,
tempat kediaman Tuhan dan
mahluk-mahluk
surgawi.
Kejadian
1:1
sekaligus
menjelaskan
mengenai
penciptaan dua dunia, yaitu
dunia
material
dan
dunia
spiritual.
Tuhan menciptakan
segala sesuatu selama enam
hari. Istilah hari, dalam bahasa
Ibrani adalah yom yang menjadi
penanda waktu. Ada beberapa
tafsiran tentang arti kata yom.
Pertama, kurun waktu zamanzaman yang lamanya dapat
berjuta-juta tahun. Pandangan
ini
berusaha
menyesuaikan

Ketiga,

7 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
dengan kolom geologis yang
disusun oleh para ahli evolusi, di
mana rentang waktu antara
evolusi mahluk yang satu ke
mahluk mencapai ratusan juta
tahun. Namun teori ini tidak
dapat diterima, karena kolom
geologis
memulai
dengan
keberedaan
ganggang
dan
bakteri sebagai yang awal ada,
sementara
Kitab
Kejadian
memulai dengan Terang sebagai
yang awal diciptakan. Kedua,
lama waktu dua puluh empat
jam. Namun hari-hari dalam
penciptaan bukanlah hari yang
lama waktunya selama dua puluh
empat jam. Hari yang lama
waktunya dua puluh empat jam,
ditandai
dengan
perputaran
matahari, padahal matahari baru
diciptakan pada hari keempat.
Ketiga, lama waktu seribu tahun
berdasarkan Mzm 90:4-6. Namun
jika jujur pada teks, Mazmur
90:4 hanya menyatakan, ―Sebab
di mata-Mu seribu tahun sama
seperti hari kemarin,…‖ (ki elef
shanim beeyneka, keyom etmol).
Kata ke merupakan ―particle
preposition‖
yang
bermakna
―seperti‖, ―bagai‖. Jadi ayat ini
tidak memberikan perbandingan
numerik bahwa satu hari adalah
seribu tahun. Berarti istilah ―hari‖
di sini untuk menandai antara
selesainya suatu fase tertentu
yang dilanjutkan fase yang lain

yang lama waktunya tidak
diketahui. Jeff Hammond dan
Charles Pallaghy memberikan
perbandingan
istilah
dlam
penciptaan dengan istilah Ilmiah
sbb:6

HARI

ISTILAH
KITAB
KEJADIAN

ISTILAH
ILMIAH

Hari 1

Penciptaan
Terang

Hari 2

Penciptaan
Cakrawala

Hari 3

Penciptaan
daratan,
lautan dan
tumbuhan
Penciptaan
matahari,
bulan,
bintang
Penciptaan
hewan di
udara dan
lautan
Penciptaan
binatang
dan
manusia
Tuhan

Bergeraknya
tenaga
unsur-unsur
fisik dari
kosmos
Terbentuknya
Atmosfir dan
hidrosfir
Terbentuknya
Litosfir dan
Biosfir

Hari 4

Hari 5

Hari 6

Hari 7
6

Terbentunya
Astrosfir

Terbentuknya
kehidupan di
Atmosfie dan
Hidrosfir
Terbentuknya
kehidupan
bagi Litosfir
dan Biosfir
Tuhan

Alkitab & Ilmu Pengetahuan, YPI

IMMANUEL, 1992, hal 92-93

8 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
beristirahat

beristirahat

bumi dalam keadaan ―tohu wa
vohu‖, maka keadaan ini pastilah

Keempat, dari ciptaan yang
tohu wa vohu menjadi ciptaan
yang tov meod. Beberapa

disebabkan
peristiwa.

penafsir meyakini bahwa ada
―rentang waktu‖ antara Kejadian
1:1 dan Kejadian 1:2. Menurut
mereka, Kejadian 1:1 adalah
peristiwa
penciptaan
yang
pertama dan telah selesai.
Sementara
Kejadian
1:2-31
adalah penciptaan ulang. Alasan
mereka adalah pertama, kata
kerja hayeta merupakan bentuk
lampau dari kata dasar hayah.
Kata hayeta bermakna ―menjadi‖.
Sehingga kalimat ―wehaarets
hayeta tohu wa vohu‖ diartikan,
―Dan bumi menjadi kosong dan
tidak
berbentuk‖.
Ayat
ini
ditafsirkan bahwa dunia yang
sudah
sempurna
diciptakan
Tuhan ―menjadi kosong dan tidak
Padahal
Tuhan
berbentuk‖.
berfirman dalam YeshaYah 45:18
sbb: ―Sebab beginilah firman

Peristiwa
inilah
yang
memunculkan alasan kedua,
bahwa penyebab bumi menjadi
―tohu wa vohu‖ adalah, jatuhnya
Lucifer ke dunia (Yes 14:12-15,
Yer 4:23-28, Yekhz 28:12-19).
Finis Jennings Dake memberikan
komentar mengenai kata ―tohu
wa vohu‖ sbb: ―The Hebrew

Yahweh,
yang
menciptakan
langit, -- Dialah Tuhan -- yang
membentuk
bumi
dan
menjadikannya
dan
yang
menegakkannya, -- dan Dia
menciptakannya bukan supaya
kosong, (lo tohu veraah) tetapi

kedua peristiwa yang disebutkan
dalam ayat ini, telah terjadi suatu
malapetaka yang dahsyat, yang
mempunyai penmgaruh besar
sekali terhadap planet bumi kita,
- yakni kejatuhan Iblis! Yesaya
14:12-15; Yeremia 4:23-28 dan

Ia membentuknya untuk didiami
(lashevet yetsarah)--: "Akulah

7

Yahweh dan tidak ada yang lain‖.
Jika Tuhan tidak menciptakan

oleh

sesuatu

phrase tohu wa vohu, waste and
empty, describes the chaotic
condition of the earth at that
time it was cursed and made
flooded because of the sins of
Lucifer and the pre Adamites. It
could not refer to the earth as
originally created – beatiful,
perfect, dry land‖ 7
Demikian pula Jeff Hamond dan
Charles Phallaghy memberikan
keterangan sbb: ―Dia antara

Dake‘s Annotated Reference Bible,

Dake Bible Sales, 1991, p.54

9 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
Yekhezkiel 28:12-19 dapat kita
pelajari
dalam
kaitannya
terhadap peristiwa itu‖ 8

―was‖. Contoh: ―Lea tidak berseri
matanya, tetapi Rahel itu elok
sikapnya dan cantik parasnya‖.
Padahal dalam teks Ibrani
berbunyi, ―wee‘yne Leah rakkot

we Rakhel hayeta yefat toar wifat
mare‖.

Menyikapi tafsiran di atas,
marilah kita melihat secara wajar
teks Ibrani dalam Kejadian 1:2.
Kata hayeta, bukan hanya
mengindikasikan
suatu
―perubahan‖ atau ―menjadi‖.
Kata hayeta merupakan bentuk
perfek dari kata hayah yang
bermakna ―ada‖. Sehingga kata
hayeta dapat bermakna ―suatu
keadaan yang sudah terjadi‖.
Sehingga American Standard
Version pun menerjemahkannya
dengan, ―And the earth was
waste and void;…‖ (dan bumi
pada waktu itu kosong dan
belum berbentuk).
Kata hayeta dalam Kejadian
17:29 tidak harus diterjemahkan,
sekalipun
dalam
terjemahan
berbahasa Inggris ditambahkan
8

Op.Cit., Alkitab & Ilmu
Pengetahuan hal 92)

Sungguh tidak tepat kata hayeta
dalam
ayat
ini
jika
diterjemahkan,
―dan
Rakhel
menjadi elok sikapnya dan cantik
parasnya‖. Kata hayeta dalam
Kejadian 1:2 tidak memiliki
makna apapun selain suatu
proses dalam Penciptaan yang
meliputi
beberapa
tahapan.
Tahapan pertama adalah tohu
wa vohu, seperti seorang
pembuat tembikar yang akan
memulai dengan bentuk tanah
yang tidak beraturan. Dan
Penciptaan
diakhiri
dengan
sebutan tov meod (Kej 1:31)
setelah sebelumnya sebanyak
enam kali tiap hasil ciptaan
disebut
dengan
tov (baik,
sempurna). Ini seperti pembuat
patung atau tembikar yang
menyelesaikan karya ciptaannya
yang terbuat dari bahan tanah
hingga menjadi ciptaan yang
sempurna dan berbentuk indah.

Kelima, Tuhan menetapkan Hari
Shabat
untuk
memperingati
perhentian penciptaan. Ketika
Yahweh menyelesaikan proses

10 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
penciptaan langit dan bumi serta
isinya, Dia melanjutkan dengan
"memberkati"
dan
"menguduskan" hari ketujuh,
dimana Dia mengakhiri proses
penciptaan. Dalam Kejadian 2:3
disebutkan, "wa yebarek Elohim
et yom ha sheviyi wa yeqadesh

otto ki vo shavat mikal melakto
asyer bara Elohim la ashot"
(maka diberkatilah oleh Tuhan
hari yang ketujuh itu dan
dikuduskan-Nya, sebab pada hari
itu Dia berhenti dari semua yang
diperbuat-Nya
saat
menciptakan). Sabat adalah hari
yang diperkenan atau diberkati
serta dikuduskan atau dipisahkan
secara khusus dari hari-hari yang
lain.
Yang
menarik
untuk
kita
perhatikan, jika pada kata
"berhenti", dalam Kejadian 2:2
dan kata "memberkati" serta
"menguduskan" dalam Kejadian
2:2 digunakan bentuk kata
imperfek
(menunjukkan
pekerjaan
yang
belum
diselesaikan,
sedang
berlangsung),
maka
kata
"berhenti" dalam Kejadian 2:3
digunakan bentuk "perfek" yang
bermakna,
"menunjuk
pada

suatu kejadian yang sudah
dikerjakan,lengkap".
Hal
ini
bermakna bahwa Yahweh Sang
Pencipta telah menyelesaikan

pekerjaan penciptaan tersebut
dalam perspektif historis. Hari ini
Yahweh TIDAK MENCIPTAKAN
APAPUN. Hari ini, Yahweh
bertanggung jawab (mengawasi,
mengatur, mengontrol) proses
regenerasi (kelahiran) dan bukan
kreasi (penciptaan) pada mahluk
hidup, baik manusia, hewan
maupun tumbuhan. Pengkajian
Kejadian
2:2-3
memberikan
petunjuk pada kita bahwa Sabat
bukan semata-mata ibadah yang
secara
ekslusif
dihubungkan
dengan
keberadaan
orang
Yahudi atau Bangsa Israel kuno.
Sabat merupakan pola Sang
Pencipta yang ditetapkan sebagai
hari peringatan untuk perhentian
dan menghormati hari yang
diberkati serta dikuduskan olehNya.
Ada persoalan pelik yang masih
menjadi perdebatan di antara
para peneliti Kitab Suci. Mengapa
dalam Kejadian 1 tidak ada nama
Yahweh
sementara
dalam
Kejadian
2
nama
Yahweh
muncul?
Beberapa
penafsir
mengatakan bahwa Kejadian 1
merupakan
redaksi
yang
dikumpulkan oleh kaum Elohist
yang menekankan penggunaan
istilah
Elohim.
Sementara
Kejadian 2 merupakan hasil
redaksional yang dikumpulkan
oleh
kaum
Yahwist
yang

11 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
menekankan penggunaan nama
Yahweh. Namun teori ini lemah
karena sampai hari ini belum
terbukti ada penemuan Kitab
Suci
TaNaKh
yang
hanya
menggunakan Elohim saja atau
sebaliknya hanya menggunakan
nama Yahweh saja. Dalam hal
ini, penggunaan istilah Elohim
atau
Tuhan
dalam
proses
penciptaan alam semesta raya,
memberikan petunjuk mengenai
sifat universalitas dan generalitas
terhadap ciptaan-Nya. Dengan
kata lain, penggunaan istilah
Elohim
dalam
Kejadian
1
memberikan informasi mengenai
penciptaan umum. Sementara
penggunaan
nama
Yahweh
ketika
dihubungkan
dengan
penciptaan alam semesta (Kej
2:4) dan penciptaan manusia
(Kej 2:7), hendak memberikan
informasi mengenai penciptaan
yang bersifat khusus yang
dilakukan oleh Tuhan yang
bernama Yahweh, yaitu Tuhan
perjanjian
yang
mengikat
perjanjian
dengan
leluhur
Yishrael yang menuliskan Kitab
Kejadian, yaitu Moshe.

TUHAN DAN MANUSIA
MENURUT KITAB KEJADIAN
Kitab
Kejadian
memberikan
penjelasan mengenai Manusia
sbb: Pertama, manusia adalah
ciptaan Tuhan Yahweh. Manusia
bukan hasil evolusi panjang dan
berjuta-juta tahun dari mahluk
yang paling sederhana seperti
mikroba,
lalu
berkembang
menjadi mahluk-mahluk yang
lebih kompleks yang disebut
binatang
kemudian
menjadi
manusia,
seperti
anggapan
penganjur teori Evolusi Darwin.
Manusia, bukan ―percikan api
Ilahi‖ yang terperangkap dalam
tubuh yang harus mengalami
pembebasan kepada hakikatnya
yang
abadi,
sebagaimana
diajarkan
kaum
Gnostik,
Kebatinan, Gerakan Zaman Baru,
Hinduisme, Budhisme. Manusia
adalah ―keberadaan yang adanya
diadakan oleh Yang Ada secara

12 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
kekal‖. Dialah Tuhan Yahweh
yang memulai segala sesuatu
dan Ada sebelum segala sesuatu
dan Ada dengan sendirinya.
Apakah
penjelasan
ini
bertentangan
dengan
Ilmu
Pengetahuan Ilmiah? Sama sekali
tidak. Sebagaimana dikatakan
Fritz Ridenour dalam bukunya
yang
diterjemahkan
dalam
bahasa Indonesia, Dapatkah
Alkitab dipercaya? sbb: ―Apa

yang disebut ‗pertikaian‘ yang
pertama antara Alkitab dan Ilmu
pengetahuan,
sesungguhnya
adalah kasus sebuah teori ilmiah
melawan sebuah tafsiran tertentu
tentang Alkitab‖9.

Gereja dan Kekristenan pernah
memiliki
sejumlah
tafsiran
tertentu tentang alam semesta
dan manusia dan berselisih
paham
dengan
beberapa
penemuan
modern.
Ketika
Galileo (1564-1642) pada tahun
1616 menyatakan bahwa teori
Copernicus yang menyatakan
bahwa
bumi
mengelilingi
matahari
adalah
benar,
berdasarkan observasi melalui
teleskop
temuannya,
maka
pernyataan ini membuat marah
Gereja
Katholik
yang
berkeyakinan bahwa bumi adalah
9

Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993,
hal 97

pusat perputaran benda-benda
langit
rtermasuk
matahari,
berdasarkan tafsiran atas ayat
dalam Mazmur 104:1-5 sbb:

―Pujilah Yahweh hai jiwaku!
Yahweh Tuhanku, Engkau sangat
besar! Engkau yang berpakaian
keagungan dan semarak, yang
berselimutkan terang seperti
kain,
yang
membentangkan
langit seperti tenda, yang
mendirikan kamar-kamar lotengMu di air, yang menjadikan
awan-awan sebagai kendaraanMu, yang bergerak di atas sayap
angin, yang membuat angin
sebagai
suruhan-suruhan-Mu,
dan api yang menyala sebagai
pelayan-pelayan-Mu, yang telah
mendasarkan bumi di atas
tumpuannya, sehingga takkan
goyang untuk seterusnya dan
selamanya..
Apa yang terjadi di atas bukanlah
pernyataan
Kitab
Suci
bertentangan
dengan
ilmu
pengetahuan namun tafsiran
Gereja Katholik bertentangan
dengan Ilmu Pengetahuan. Teori
Galileo pada akhirnya dibenarkan
oleh Gereja Katholik, khususnya
Paus Johanes Paulus II pada tgl
31 Oktober 1992. Hal yang sama
terjadi pada Tgl 30 Juni 1860,
ketika terjadi perdebatan antara
seorang teolog Katholik bernama
Samuel
Wilberforce
dengan

13 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
Thomas Henry Huxley seorang
ahli
Sejarah
Alam
dan
Palaentologi. Perdebatan terjadi
setahun setelah diterbitkannya
buku Darwin berjudul The Origin
of the Species. Perdebatan
diawali oleh tindakan Huxley
yang mengejek hasil penemuan
Richard
Owen
seorang
Biologiawan Inggris ternama
pada waktu itu. Pada pertemuan
bangsawan
Inggris,
Huxley
mengritik kelemahan ilmu urai
tubuh dan perbandingan Owen,
sehingga mempermalukan Owen.
Oleh karena itu, Owen ingin
membalas dan meningkatkan
reputasinya. Dia menggandeng
Samuel Wilberforce Uskup Oxford
untuk mendebat teori Huxley
mengenai teori Evolusi organik
Darwin melalui proses Seleksi
Alam. Hari yang dinantikan
terjadi. Karena Wilberforce bukan
seorang
ilmuwan,
dalam
perdebatan
tersebut,
dia
terpojok.
Parahnya,
ketika
Wilberforce
bertanya
pada
Huxley
apakah
dirinya
mengganggap keturunan monyet
dari pihak ibunya, jawaban yang
diberikan
Huxley
menampar
Wilberforce dan masyarakat pada
umumnya yang hadir saat itu.
Huxley menjawab, ―Saya lebih
suka menjadi keturunan monyet
malang yang berbunyi tidak
berarti,
daripada
menjadi

keturunan
manusia
yang
berbakat besar yang lebih suka
mengimbau
dukungan
berdasarkan
pendapat
yang
salah, daripada bertumpu pada
kebenaran‖.
Habislah
sudah
Wilberforce karena dia berbicara
atas nama Kekristenan pada
waktu itu. Sejak itulah muncul
tudingan bahwa Kekristenan
identik dengan agama anti
ilmiah, anti ilmu pengetahuan,
agama
penuh
prasangka
terhadap
ilmu pengetahuan,
sehingga
upaya
untuk
menyajikan Kekristenan yang
relevan habis sudah. Imbas itu
masih terasa hingga Abad XXI.
Sekali lagi perlu ditegaskan, tidak
ada
pertentangan
antara
pernyataan-pernyataan
dalam
Kitab
Suci
dengan
Ilmu
Pengetahuan. Yang ada adalah
tafsiran Kitab Suci yang keliru
melawan hasil Ilmu Pengetahuan
atau sebaliknya, tafsiran Ilmu
Pengetahuan terhadap data-data
tertentu terhadap pernyataan
dalam Kitab Suci.
DR. D.C. Mulder memberikan
penjelasan
mengenai
keterbatasan ilmu pengetahuan
sbb: ―Dapat disimpulkan bahwa

ilmu pengetahuan modern tidak
diikat atau diganggu oleh
kepercayaan kepada Kitab Suci.

14 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
Ahli-ahli supaya menjalankan
tugas mereka dengan rasa
bebas. Makin majulah ilmu
pengetahuan itu, makin baik
juga.
Hanyalah,
ilmu
pengetahuan itu harus insyaf
aakan
batas-batasnya.
Akal
manusia tidak dapat menjawab
soal-soal
pokok
mengenai
(Tuhan Yahweh), mengenai asal
manusia
atau
tujuan
kehidupannya,
jika
tidak
diterangi oleh pernyataan (Tuhan
Yahweh) sendiri. Karena hanya
Tuhanlah yang mengerti dari
manakan manusia itu dan
kemanakah dia. Dan justru inilah
yang menjadi tugas istimewa dari
ahli-ahli
theologia,
yaitu
membantu semua orang supaya
mereka
mengetahui
Firman
(Tuhan) dengan lebih jelas dan
lebih dalam‖10
Perumpamaan ―Tikus Putih‖ yang
dikisahkan Ray E. Sthal dalam
artikelnya
yang
dimuat
Christianity
Today, Tgl 24
November 1967 memberikan
gambaran dua sikap seorang
ilmuwan
terhadap
Tuhan.
Menerima atau menolak. Berikut
kutipannya: ―Pada suatu hari,

seorang ilmuwan yang sedang
melakukan eksperimen dengan
tikus-tikus putih, menciptakan
suatu jaringan jalan yang ruwet,
lalu ia menempatkan di dalamnya
salah seekor di antara tikus-tikus
putih pilihannya yaang bernama
―Teo‖ [singkatan ‗Teologiawan‘].
Berhari-hari dan bermingguminggu Teo binggung tak
mengerti akan misteri ciptaan
ilmuwan itu. Dia berkata kpada
tikus-tikus putih lainnyaa di
laboratorium
itu,
‗Alangkah
agugnya
ilmuwan
kita!‘.
Kemudian pada suatu hari,
setelah
berminggu-minggu
mengadakan eksperimen, Teo
mampu memecahkan rahasia
jaringan
ruwet
yang
menakjubkan itu. Dengan sikap
angkuh, ia berpaling kepada
tikus-tikus putih lainnya di
llaboratorium itu dan berkata,
‗Ilmuwan kita telah mati!‘11
Kedua, manusia diciptakan pada
hari keenam. Apa artinya bagi
kita? Ada dua sisi mata uang
bahwa manusia diciptakan pada
hari keenam. Sisi pertama,
manusia
merupakan
puncak
karya
penciptaan
Elohim
Yahweh, setelah ciptaan-ciptaan

10

Iman Dan Ilmu Pengetahuan,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989,
hal 26

11

Fritz Ridenour, Dapatkah Alkitab
dipercaya?, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1993, hal 204

15 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
lainnya. Manusia ada setelah
semua ciptaan lainnya disediakan
bagi
manusia.
Sisi kedua,
manusia memiliki keterbatasan.
Karena angkaa enam adalah
angka
keterbatasa,
angka
ketujuh
adalah
angka
kesempurnaan. Ketika Yahweh
menyelesaikan segala ciptaanNya pada hari keenam, maka
pada hari ketujuh, Dia berhenti
dan memberkati hari ketujuh.
Inilah puncak kesempurnaan
Tuhan. Ketika kita membaca
Kitab Wahyu 13 mengenai
munculnya Anti Mesias diakhir
zaman yang akan mengontrol
kekuasaan politik, dan ekonomi
dunia,
Yokhanan
memperingatkan bahwa bilangan
namanya adalah ―666‖ (Why
13:18). Terlepas dari berbagai
spekulasi yang tiada henti
mengenai siapakah tokoh ―666‖
yang akan datang itu, yang pasti
bahwa angka ―666‖ memberikan
isyarat bahwa tokoh yang akan
datang nanti adalah ―seorang
manusia
yang
meninggikan
kemanusaannya
dan
segala
keterbatasannya,
untuk
menyaingi Tuhan Pencipta‖.

Ketiga,

manusia
diciptakan
berdasarkan
―gambar‖
dan
―keserupaan‖ dengan Tuhan.
Inilah kualitas yang membedakan
manusia dengan ciptaan Tuhan

lainnnya, baik malaikat, alam
semesta dan hewan serta
tumbuhan. Manusia diciptakan
dengan suatu keistimewaan.
Manusia diciptakan berdasarkan
―Gambar‖
dan ―Keserupaan‖
dengan Tuhan. Dalam Kejadian
1:26
dikatakan,
―wayyomer

Elohim,
naasyeh
adam
betsalmenu kidemutenu…‖ (dan
berfirmanlah Tuhan, marilah kita
menjadikan manusia berdasarkan
gambar dan keserupaan dengan
Kita).
Kata
Ibrani
tselem
bermakna ―gambar/lukisan yang
menyerupai aslinya‖ (1 Sam 6:5),
―patung
yang
menyerupai
aslinya‖ (Bil 33:52, Yekhz 16:17).
Septaginta menerjemah tselem
dengan
eikona
(gambar).
Sementara kata demut bermakna
―keserupaan
atau
kemiripan
dengan aslinya‖ (Yekhz 8:2, 2
Rak 16:10), ―setara dengan
aslinya‖ (Yes 40:18). Septuaginta
menerjemahkan demut dengan
homoioi
(kemiripan,
kesehakikatan).
Arti bahwa manusia adalah
gambar dan keserupaan dengan
Tuhan,
bahwa
manusia
merupakan mahluk ciptaan yang
menampilkan kemuliaan Tuhan.
Kemuliaan
Tuhan
tersebut,
nampak dalam tiga (3) perkara,
yaitu:
Pertama,
hakikat
manusia, yaitu ciptaan yang

16 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
bukan terdiri dari unsur tanah
belaka namun yang dihembusi
―nefhes
khaya‖
(nafas
kehidupan) oleh Tuhan. Dalam
Kejadian
2:7
dikatakan,
―wayyitser Yahweh et ha adam

afar min ha adaman, wayipakh
beapaiw nishmat khayim, wayehi
haadam
lenefesh
khaya‖.
Manusia dicipta dari unsur tanah,
namun
dia
mulia
karena
dihembusi nafas Tuhan, sehingga
dia menjadi jiwa yang hidup.
Manusia bukan sekedar mahluk
yang ada hanya karena dikatakan
yehi (ada) maka yehi (ada)
seperti
binatang
dan
tummbuhan. Manusia dibentuk
dan diambil dari unsur bumi
namun diberi kemuliaan karena
memiliki nishmat Elohim atau
―nafas Tuhan‖. Inilah yang
menyebabkan manusia memiliki
dua kesadaran, yaitu kesadaran
akan Tuhan di dalam batin atau
rohnya dan kesadaran akan alam
semesta di dalam jiwa serta
pancaindra tubuhnya.. Kedua,
mandat manusia, yaitu menerima
mandat penatalayanan bumi dan
mengelolanya, baik darat dan
lautan. Dikatakan dalam Kejadian
1:26 sbb: ―…wayirddu bidgat

hayyam
ubeof
hashamayim
uvabehema
uvekal
haarets
uvekal haremesy haromesy al ha
arets‖ (supaya mereka berkuasa
atas

ikan-ikan

di

laut

dan

burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas seluruh bumi dan
atas segala binatang melata yang
merayap di bumi).
Protestantisme Barat yang kelak
melahirkan ekonomi Kapitalisme,
memahami ayat ini sebagai suatu
perintah bagi manusia untuk
mengeruk
seluas-luasnya
kekayaan bumi yang telah
diberikan Tuhan. Hasilnya dapat
kita
lihat
sekarang,
yaitu
terjadinya ―pemanasan global‖
(global warming). Ayat ini adalah
sebuah mandat yang diberikan
pada manusia sebagai ciptaan
yang mulia untuk ―memerintah‖
(rada) atas bumi dan seisinya
sesuai dengan hakikat dirinya
sebagai ciptaan yang mulia dan
bukan ―mengeruk kekayaan alam
sepuas-puasnya‖.

Ketiga, potensi manusia. Potensi
manusia tersebut dapat dilihat
dibidang ―pengetahuan‖ dan
―akal‖ yang luar biasa, dimana
manusia memberi nama semua
hewan yang diciptakan Yahweh
(wayyiqra haadam shemot lekal
haabehema, Kej 2:20). Lalu
potensi ―kekuatan fisik‖ dimana
manusia harus mengelola Taman
Eden yang luas (wayyannikhehu
began eden leavdah uleshamrah,
Kej 2:15). Dan akhirnya ―potensi
spiritual‖,
dimana
manusia

17 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
berkomunikasi dengan Tuhan
tanpa sekat pembatas (Kej 3:910).

Keempat, kekekalan manusia.
Tuhan Yahweh tidak mengatakan
bahwa
manusia
yang
diciptakannya akan mengalami
kematian, sampai dosa masuk
melalui pelanggaran manusia
terhadap perintah Tuhan Yahweh
agar tidak memakan buah Ets
Da‘at ha Tov (Pengetahuan Yang
Baik) dan Ets Da‘at ha Ra
(Pengetahuan Yang Buruk).
Demikianlah manusia adalah
mahluk mulia yang diciptakan
berdasarkan
gambar
dan
keserupaan
dengan
Tuhan
Yahweh yang direfleksikan dalam
hakikatnya
yang
memiliki
kesadaran spiritual dan rasional,
tugasnya mengelola bumi secara
bertanggung
jawab,
potensi
holistiknya atas ciptaan Tuhan
serta
sifat
kekekalannya.
Tidaklah heran jika kita melihat
hasil karya manusia yang inovatif
dan spketakuler, mulai dari
penemuan berbagai teknologi
yang
bermanfaat
bagi
kepentingan manusia sampai
yang
disalahgunakan
untuk
memusnahkan umat manusia.
Inilah
yang
dinamakan
―kebudayaan‖
(cultural)
dan
―peradaban‖
(civilization).

Manusia adalah mahluk yang
berbudaya dan beradab. Dengan
kata lain manusia adalah ciptaan
yang menghasilkan berbagai
karya yang mengekspresikan
kesadaran spiritual dan rasional
serta moralnya.
Berbicara
manusia
sebagai
mahluk berbudaya dan beradab,
ada satu pertanyaan menggelitik
dalam diri kita sebagai orang
beriman. Bagaimanakah sikap
orang beriman (Maaminim) atau
Gereja (Qahal Mesias/Ekklesia)
menyikapi
berbagai ekspresi
kebudayaan
manusia
yang
beragam
bahkan
cenderung
paganistik (bersifat kekafiran)
dan okultis (kekuatan ajaib)?
Jawaban utuk ini adalah sbb:

Pertama,

manusia
adalah
ciptaan Yahweh yang diciptakan
berdasarkan
gambar
dan
keserupaan dengan Yahweh.
Maka
berbagai
ekspresi
kebudayaan manusia adalah
ekspresi kesadaran spiritual dan
rasional mereka sebagai ciptaan
yang berdasarkan gambar dan
keserupaan
dengan
Tuhan.
Contoh ekspresi kebudayaan
manusia adalah, seni, politik,
hukum, ilmu pengetahuan, dll.
terlepas siapa yang mereka
yakini sebagai tuhan. Kedua,
namun karena manusia pada

18 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
Pasal
3
telah
mengalami
kejatuhan dalam dosa, sehingga
merusak gambar dan keserupaan
dengan Tuhan di dalam diri-Nya,
bahwkan merusak hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia
dengan hewan dan tumbuhan
serta manusia dengan manusia,
maka
ekspresi
kebudayaan
manusiapun
mengekspresikan
dosa dan kerusakan gambar dan
keserupaannya dengan Tuhan.
Ekspresi
dosa
dan
pemberontakan
ini
nampak
dalam bentuk penyembahan
berhala,
tarian-tarian
yang
dirasuki roh-roh jahat, upacaraupacara ritual yang bersifat
satanis.
Karena Gereja adalah bagian dari
suatu komunitas masyarakat
yang memiliki kebudayaan dan
peradaban tertentu (yang positip
dan negatif), maka kita harus
memilih dan memilah, mana saja
ekspresi kebudayaan yang masih
dapat kita tolerir dan pelihara
(seperti kesenian, moralitas, dll)
dan mana saja yang harus kita
tinggalkan
(ngipri,
muja,
pesugihan, tahayul, sihir, dll).
Sebagai pengikut Mesias, status
gambar dan keserupaan dengan
Tuhan itu dipulihkan, melalui
kematian dan kebangkitan-Nya
dari maut. Sehingga kita menjadi

manusia baru (2 Kor 5:17).
Marilah kita mengekspresikan
pemulihan
gambar
dan
keserupaan
dengan
Tuhan
Yahweh itu menjadi suatu
timdakan yang berwujud dan
dapat dirasakan oleh semua
pihak, baik dalam kehidupan
religius maupun sosial.

19 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013

INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE

Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) adalah organisasi yang didirikan
dengan maksud dan tujuan sbb:
1. Menghadirkan Kekristenan dengan corak Semitik Yudaik sebagai akar
historisnya. Corak Semitik Yudaik tersebut dijabarkan dalam Pokok
Keimanan (Akidah/Emunah) dan Tata Peribadatan (Ibadah/Avodah)
serta Perilaku Hidup (Akhlaq/Halakah)
2. Mengisi kesenjangan materi terkait Yudaisme sebagai akar Kekristenan
awal, dalam berbagai kajian dan kurikulum Teologi
3. Melakukan berbagai kajian kritis dan teologis terhadap Kitab Suci dengan
pola pikir Ibrani
4. Menghadirkan penafsiran baru terhadap Torah dan relevansinya terhadap
Kekristenan masa kini
5. Melakukan kajian-kajian mengenai hubungan Kekristenan awal dengan
kebudayaan Semitik
6. Memperkokoh Teologi Judeochristianity
7. Membantu pemerintah dalam pembangunan mental dan spiritual bangsa
dalam rangka pembinaan manusia Indonesia seutuhnya
Sebelumnya organisasi ini bernama Forum Studi Mesianika (FSM). Berdasarkan
rapat anggota yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2012 lalu, maka Forum

20 |Buletin IJI Vol 1 Juli 2013
Studi Mesianika (FSM) berganti nama menjadi Indonesian Judeochristianity
Institute (IJI).
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) bekerjasama dan berafiliasi dengan
Hebraic Root Teaching Institute (HRTI) yang berdomisili di Afrika Selatan dengan
pimpinan Prof. Liebenberg.
Salah satu usaha untuk mencapai beberapa tujuan di atas diantaranya adalah
menerbitkan buletin berkala sebagai wujud komunikasi dan pembelajaran
anggota IJI.

Indonesian Judeochristianity Institute (IJI)
Email: derekhatov@gmail.com
Website: www.messianic-indonesia.com (www.hrti.co.za)
Facebook:Messianic Indonesia (Indonesian Judeochristianity Institute)
Donasi dan Informasi: 081335969655