PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN RAMAH LING

T a k e H o m e Te s t | 1

Nama

: ZUKY IRIANI

NIM
No.Ujian
Label
Mata Ujian
Semester
Dosen Pengampu

:
:
:
:
:
:

12155140037

12155140037
UJIAN TAKE HOME
Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan
II (DUA)
Prof. Dr. Kodiran, MA

1. SDA dan Program Pembangunan

Lingkungan Hidup secara global (dunia)
dan lokal/ Indonesia.

Pemetaan
SOAL

2. Pembangunan berwawasan lingkungan dan
beragam alternatif serta berbagai pandangan
baru dalam upaya pelestarian lingkungan
hidup.

3. Pengembangan pariwisata dalam berbagai

aspek positif dan negatifnya, serta berbagai
implikasinya pada lingkungan hidup.
4. Pokok-pokok pemikiran tentang solusi yang berhubungan dengan aktivitas
konservasi dan pelestarian lingkungan melalui model pembangunan
berkelanjutan, khususnya dalam pelaksanaan proyek ekowisata di Indonesia.

Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

T a k e H o m e Te s t | 2

1.

Tinjauan anlitis komprehensif
mengenai:
SDA dan Program Pembangunan Lingkungan
Hidup secara global (dunia) dan lokal/ Indonesia.
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang

berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk ke dalam
sumberdaya alam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan. Namun demikian harus

disadari bahwa sumberdaya alam tersebut mempunyai keterbatasan dalam banyak hal, yaitu
keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumberdaya alam tertentu
juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Dalam artian, sumber daya alam yang
dapat diperbarui pun akan dapat habis manakala dalam eksploitasinya tidak disertai dengan
upaya pelestarian. Apalagi kecenderungan kehidupan modern saat ini, pengelolaan sumber daya
alam dalam skala industrilisasi sedemikian besarnya untuk meraup keuntungan materiil. Oleh
sebab itu diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan
dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat.
Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan
aktivitas manusia sehari-hari. Kita tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya ada pula
aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di
sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak
contoh kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas
manusia seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan
yang kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia, yang pada akhirnya akan merugikan
manusia itu sendiri.
Pembangunan

yang mempunyai


tujuan

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi
sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan
mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan
kemerosotan kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan, terutama yang berasal dari
aktivitas manusia. Tidak perlu menunggu waktu terlalu lama untuk bisa melihat dampak dari
kemerosotan lingkungan hidup. Kerugian akibat pengelolaan sumber daya alam yang
serampangan tidak hanya mengganggu keseimbangan alam, tetapi akan berdampak pula pada
kehidupan ekonomi dan social kemasyarakatan.
Dalam contoh yang sederhana mengenai penggunaan tanah di Indonesia, terutama di
Pulau Jawa, terdapat banyak perubahan fungsi lahan. Banyak kawasan hutan yang berubah
Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.


T a k e H o m e Te s t | 3

fungsi untuk perkebunan dan pertanian; banyak kawasan agraris yang berubah fungsi untuk
pemukiman penduduk maupun area perindustrian; sungai ditambang pasirnya; bukit dna
pegunungan diubah bentangannya untuk berbagai keperluan pembangunan fisik. Daya dukung
alam menjadi berkurang, semakin sering terjadi bencana alam, dilain sisi perekonomian
penduduk sekitar kawasan yang berubah fungsi lahannya justru mengalami kemiskinan karena
tidak bisa lagi menggantungkan kehidupan pada alam. Alam yang sebelumnya mampu
menyediakan kebutuhan tidak lagi memiliki kemapuan produktif.
Dalam cakupan global, sebenarnya upaya dunia internasional dalam pembagunan
yang berwawasan lingkungan hidup telah lama dirintis. Bertepatan dengan di umumkannya
“Strategi Pembangunan Internasional” bagi “Dasawarsa Pembangunan Dunia ke–2 “(The
Second UN Development Decade) yang dimulai pada tanggal 1 Juni 1970, Sidang Umum PBB
menyerukan untuk meningkatkan usaha dan tindakan nasional serta Internasional guna
menanggulangi “proses pemerosotan kualitas lingkungan hidup” agar dapat diselamatkan
keseimbangan dan keserasian ekologis, demi kelangsungan hidup manusia, secara khusus
resolusi Sidang Umum PBB No. 2657 (XXV) Tahun 1970 menugaskan kepada Panitia
Persiapan untuk mencurahkan perhatian kepada usaha “melindungi dan mengembangkan
kepentingan-kepentingan negara yang sedang berkembang” dengan menyesuaikan dan
memperpadukan secara serasi kebijakan nasional di bidang lingkungan hidup dengan rencana

Pembangunan Nasional, berikut skala prioritasnya.
Amanat inilah yang kemudian dikembangkan dan menjadi hasil dari Konferensi
Stocholm yang dapat dianggap sebagai dasar-dasar atau cikal bakal konsep “Pembangunan
Berkelanjutan”. Pengaruh Konferensi Stocholm ini terhadap gerakan kesadaran lingkungan
tercermin dari perkembangan dan peningkatan perhatian terhadap masalah lingkungan dan
terbentuknya perundang-undangan nasional di bidang lingkungan hidup, termasuk di Indonesia
(Silalahi, 1992:20). Semua keputusan Konferensi tersebut diatas, disahkan oleh resolusi SU
PBB No. 2997 (XXVII) tertanggal 15 Desember 1972. Pentingnya Deklarasi PBB tentang
Lingkungan Hidup Manusia bagi negara-negara yang terlibat dalam konferensi ini dapat dilihat
dari penilaian negara peserta yang mengatakan bahwa deklarasi dianggap sebagai “a first step
in developing international environment law”.
Negara-negara

anggota

PBB

yang

telah


meratifikasi

konferensi

tersebut

berkewajiban membuat landasan hukum positif bagi pelaksanaan pembangunan di negaranya
dengan memberikan perhatian penuh terhadap lingkungan hidup. Pengelolaan sumber daya
alam harus memenuhi aturan dalam eksplorasi dan eksploitasinya. Di Indoneia, landasan
hukum dalam pengelolaan lingkungan hidup mengacu pada Undang-undang Nomor 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Meski demikian kenyataan yang terjadi tidak
Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

T a k e H o m e Te s t | 4

seideal peraturan hukum yang telah ditetapkan. Kebijakan pemerintah Orde Baru pada era 70an telah memberikan peluang besar bagi masuknya PMA (Perusahaan Modal Asing) terutama
dalam sektor pertambangan, energi migas, pengusahaan hutan dengan ijin HPH untuk kawasan
hutan di luar Jawa yang justru pengelolaannya didominasi oleh perusahaan swasta luar negeri,
dan perkebunan kelapa sawit dalam skala industri raksasa. Kebijakan tersebut hingga sekarang

masih berbuah konflik kepentingan antara masyarakat, perusahaan pengelola, dan pemerintah.
Di Indonesia, salah satu instrumen hukum dalam melindungi stabilitas lingkungan
hidup adalah kewajiban dalam pengurusan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup), bagi pihak-pihak yang hendak melakukan berbagai aktivitas yang dari aktivitas
tersebut akan memberikan pengaruh bagi lingkungan. Namun demikian, pelaksanaan dan
pengawasan pemberlakuan AMDAL pun belum optimal. Tidak jarang ijin AMDAL telah terbit
namun dalam proses perolehannya, penilaian AMDAL tidak dilakukan secara tegas. Upaya lain
untuk menjaga lingkungan hidup adalah kebijakan mengenai tata kota. Sebagai negara
berkembang, pembangun fisik baik sarana maupun prasarana di Indonesia cenderung
menunjukkan peningkatan. Pembangunan pabrik untuk kawasan industri; perumahan penduduk
terutama masyarakat kelas menengah keatas di kawasan perbukitan maupun pegunungan; dan
masyarakat miskin di bantaran sungai, kian meningkat kuantitasnya. Pembangunan tersebut
harus dibarengi dengan pemberlakuaan kebijakan tata kota, agar tidak merusak lingkungan.
Ketegasan lembaga terkait dalam pengurusan IMBB; tersedianya ruang hijau untuk daya
dukung alam dan lingkungan; kontrol terhadap keberadaan DAS (daerah aliran sungai);
pembangunan mall di kawasan perkotaan; alih fungsi lahan pertanian untuk kegunaan lain; dan
lain sebagainya termasuk dalam kebijakan tata kota yang harus diselenggarakan secara tegas
dan integratif.
REVERENSI:
1. Baiquni, M dan Susilawardani, 2002. Pembangunan yang tidak Berkelanjutan, Refleksi

Kritis Pembangunan Indonesia. Transmedia Global Wacana, Yogyakarta.
2. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997. Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional
untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.
3. Marfai,
M.A.
2005.
Moralitas
Lingkungan,
Wahana
Hijau, Yogyakarta
Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2002. Rencana Strategis Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemda Propinsi DI Yogyakarta.

Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

T a k e H o m e Te s t | 5

Tinjauan anlitis komprehensif
mengenai:
2. Pembangunan berwawasan lingkungan dan

beragam alternatif serta berbagai pandangan
baru dalam upaya pelestarian lingkungan
hidup.
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan
bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung
jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk
menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang
layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak. Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil
dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan
menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan
berwawasan lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara
bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal
dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan
kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan
penting, yaitu:
a.

Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.


b.

Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:

a.

Menjamin pemerataan dan keadilan.

b.

Menghargai keanekaragaman hayati.

c.

Menggunakan pendekatan integratif.

d.

Menggunakan pandangan jangka panjang.
Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi

berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
mempunyai tujuan di antaranya:
a.

Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.

b.

Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

T a k e H o m e Te s t | 6

c.

Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh berbagai pihak dalam mewujudkan pembangunan

berwawasan lingkungan:
1.

Upaya yang Dilakukan Pemerintah
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki
tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian
lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:
a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata Guna
Tanah.
b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan).
d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan tujuan
pokoknya:
1) Menanggulangi kasus pencemaran.
2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
e. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.

2.

Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan
hidup antara lain:
a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan).
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan
dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air
yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya
lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur
yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal
tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah
menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara
menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap
tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya

Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

T a k e H o m e Te s t | 7

miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran
air hujan.
b. Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas
memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas,
salah satunya oksigen. Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran
menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi
kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga
kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan
untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:
1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita. Tanaman
dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu
memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan
jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di
samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan
tetap terjaga.
2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik
pembakaran hutan maupun pembakaran mesin. Asap yang keluar dari knalpot
kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di
perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke
udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta
pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.
3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak
lapisan ozon di atmosfer. Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun
kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat
bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut.
Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi,
karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang
dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan
jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global terjadi
di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
c. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa
diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak.
Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

T a k e H o m e Te s t | 8

kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab
hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga
penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai
pengelolaan hutan.
d. Pelestarian laut dan pantai
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan
biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai,
karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang
mengancam kelestarian laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian
pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung
alami terhadap gempuran ombak.
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar
pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut,
karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
e. Pelestarian flora dan fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan,
tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistemtersebut akan
mengakibatkan gangguan dalam kehidupan. Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna
merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang
dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:
1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2) Melarang kegiatan perburuan liar.
3) Menggalakkan kegiatan penghijauan.

Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

T a k e H o m e Te s t | 9

REVERENSI:
1.
2.

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997. Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional
untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.
A. Sonny Keraf, 2010. Etika Lingkungan Hidup, Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tinjauan anlitis komprehensif
mengenai:
3. Pengembangan pariwisata dalam berbagai aspek positif dan
negatifnya, serta berbagai implikasinya pada lingkungan
hidup.

Aspek Positif dan Negatif
Pengembangan Pariwisata

Implikasinya terhadap
Lingkungan Hidup

Kegiatan pengembangan pariwisata, disamping mempunyai dampak positif tentunya juga
mempunyai dampak negatif. Oleh karena itu diperlukan perencanaan untuk menekan sekecil
mungkin dampak negatif yang ditimbulkan. Dampak positif dari adanya kegiatan pengembangan
pariwisata meliputi :
1) Penciptaan lapangan kerja, dimana pada umumnya pariwisata merupakan industri padat karya
dimana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan modal atau peralatan.
2) Sebagai sumber devisa asing.
3) Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, disini pariwisata secara wajar cenderung
mendistribusikan pembangunan dari pusat industri kearah wilayah desa yang belum
berkembang, bahkan pariwisata disadari dapat menjadi dasar pembangunan regional. Struktur
perekonomian regional sangat penting untuk menyesuaikan dan menentukan dampak ekonomis
dari pariwisata.
Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan pariwisata meliputi :
1) Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan perekonomian terbuka,
pariwisata menjadi sumber mudah kena serang atau luka (vulnerability), khususnya kalau
negara tersebut sangat tergantung pada satu pasar asing.
2) Banyak kasus kebocoran sangat luas dan besar, khususnya kalau proyek-proyek pariwisata
berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian, seperti barang-barang impor, biaya promosi
keluar negeri, tambahan pengeluaran untuk warga negara sebagai akibat dari penerimaan dan
percontohan dari pariwisata dan lainnya.
Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

Ta k e H o m e Te s t | 10

3) Polarisasi spasial dari industri pariwisata dimana perusahaan besar mempunyai kemampuan
untuk menerima sumber daya modal yang besar dari kelompok besar perbankan atau lembaga
keuangan lain. Sedangkan perusahaan kecil harus tergantung dari pinjaman atau subsidi dari
pemerintah dan tabungan pribadi. Hal ini menjadi hambatan dimana terjadi konflik aspasial
antara perusahaan kecil dan perusahaan besar.
4) Sifat dari pekerjaan dalam industri pariwisata cenderung menerima gaji yang rendah, menjadi
pekerjaan musiman, tidak ada serikat buruh.
5) Dampak industri pariwisata terhadap alokasi sumber daya ekonomi industri ini dapat
menaikkan harga tanah dimana kenaikan harga tanah dapat menimbulkan kesulitan bagi
penghuni daerah tersebut yang tidak bekerja disektor pariwisata yang ingin membangun rumah
atau mendirikan bisnis disini.
6) Dampak terhadap lingkungan, bisa berupa polusi air atau udara, kekurangan air, keramaian lalu
lintas dan kerusakan dari pemandangan alam yang tradisional.
Implikasi-implikasi terhadap lingkungan hidup:
1.

Dengan pengembangan pariwisata, terutama ekowisata, kepedulian berbagai pihak terutama
pemerintah akan semakin meningkat dalam melakukan upaya nyata konservasi terhadap
lingkungan. Terutama bilamana objek ekowisata tersebut adalah lingkungan hidup itu sendiri,
seperti konservasi kawasan hutan, konservasi suaka margasatwa, konservasi laut, dan
sebagainya. Kawasan yang dijadikan sebagai areal konservasi, selalin digunakan untuk
penelitian, juga memiliki system dan struktur pengamanan yang lebih terjamin. Pengamanan
yang dimaksud adalah pengamanan dari kemungkinan adanya gangguan maupun tindakan
melawan hukum terhadap wilayah konservasi.

2.

Objek pariwisata alam, mengutamakan keindahan, keaslian, dan keseimbangan kondisi alam
lingkungan dan daya dukungnya, agar tetap menarik untuk dikunjungi. Dengan demikian upaya
untuk ‘menjaga’ potensi-potensi tersebut dilakukan secara tegas dan sesuai aturan. Bilamana
potensi-potensi tersebut tidak terjaga, maka objek wisata alam akan menjadi tidak menarik lagi
untuk dikunjungi. Sebagai contoh, misalnya wisata arum jeram yang mengandalkan derasnya
arus sungai, akan sepi pengunjung manakala sungai kering atau mengalami pendangkalan. Hal
tersebut bisa disebabkan oleh kerusakan sungai akibat ulah manusia. Contoh lain, wisata diving
(menyelam), tujuan utama wisatawan adalah menikmati keindahan alam dasar laut yang kaya
akan flora dan biota laut, tetapi manakala terumbu karang banyak yang rusak atau air laut
tercemar oleh limbah buangan pabrik maka ekosistem bawah laut akan menjadi rusak dan tidak
menarik lagi, dsb.

3.

Berkembanya sebuah destinasi wisata membuka peluang terhadap tumbuh dan berkembangnya
spesies-spesies eksotik. Wisatawan sering mengunjungi destinasi wisata dengan membawa

Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

Ta k e H o m e Te s t | 11

makanan yang mengandung biji, umbi atau bagian lain yang dapat tumbuh. Spesies eksotik
sering lepas dari pengawasan penegelola taman nasional, sampai kemudian keberadaanya
diketahui sangat mengancam kestabilan ekosistem. Potensi masuknya tumbuhan eksotik dapat
terjadi karena permintaan terhadap lanskap pertamanan yang melengkapi destinasi wisata.
Sebuah destiansi wisata, biasanya “dipercantik” dengan adanya tumbuh-tumbuhan berbunga
indah atau mempunyai karakter indah lainnya. Yang umumnya dijumpai pada destinasi alami
4.

Teori keseimbangan (Equilibrium theory) memendang bahwa ekosistem dijaga dalam sebuah
keseimbangan di atas fondasi dan spesies-spesies dan penyusunnya. Dalam keseimbangan
tersebut, spesies-spesies ada dan berinteraksi satu sama lain dalam hubungan predator-mangsa,
serta dalam hubungan-hubungan kompetisi yang ada. Jadi, interaksi-imteraksi faktor biotik
mendenterminasi struktur komunitas kahidupan dalam ekosistem. Pendekatan ini menciptakan
sebuah ide tentang kesimbangan alam “ the balanced of nature” . Namun, keseimbangan ini
dapat terganggu oleh sebab-sebab alamiah dan manusia.

5.

Saat ini, pariwisata juga duketahui memberikan dampak terhadap satwa liar lainnya. Reynols
dan Braithwaite (2001) mendeskripsikan bahwa aktifitas wisata yang dekat dengan habitat
satwa liar, dapat mempengaruhi kehidupan liar. Pengaruh-pengaruh negatif tersebut antara lain:
(1) Pengambilan secara ilegal terhadap satwa dan kematian satwa; (2) Pembersihan habitat; (3)
Perubahan komposisi tumbuhan; (4) Mengurangi produktifitas tumbuhan; (5) Mengubah
struktur tumbuhan; (6) Polusi; (7) Emigrasi satwa; (8) Mengurangi daya reproduksi satwa; (9)
Habituasi; (10) Munculnya perilaku stereotip; (11) Penyimpangan pola makan satwa; (12)
Penyimpangan perilaku social; (13) Meningkatnya predasi; (14) Modifikasi pola-pola aktifitas;
dan (15) Mengubah struktur aktifitas.

6.

Dampak dari pembangunan sektor wisata terhadap sumber daya air telah diketahui secara
nyata. Air adalah sumber daya penting, di mana manusia sangat bergantung. Air bersih
merupakan kebutuhan mutak dan penurunan kualitasnya (karena pencemaran dan penurunan
kuantitasnya, yakni karena berkurang debit aliran air) menjadi ancaman nyata bagi manusia.
Seringkali konflik antara pengelola industri wisata, terutama pemilik hotel, restoran, dan
pengembang wisata lainnya malawan penduduk lokal akan muncul. Konflik yang sering terjadi
menyangkut pengalihan tata guna air permukaan dan air tanah. Biasanya, pengalihan ini dapat
terjadi karena pembelokan aliran air, yakni untuk kepentingan masyarakat lokal dan pertanian
setempat menuju pemenuhan sumber daya air untuk hotel, restoran, dan kepentingan wisata
lainnya. Tidak semua kawasan destinasi wisata mempunyai sumber air yang bagus dan
melimpah, beberapa kawasan, bahkan tidak mempunyai sumber air sama sekali, kalaupun ada,
sungai yang terbentuk karena pengaruh hujan lebat dan besifat sesaat. Pada musim kemarau,
sungai akan kering.

Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

Ta k e H o m e Te s t | 12

REVERENSI:
1.
2.
3.

Damanik, J dan Weber, Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata; Dari Teori ke Aplikasi.
Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Nasikun, J. 1999. Globalisasi dan Pembangunan Periwisata Berbasis Komunitas. Yogyakarta:
Dewan Pariwisata Nasional dan Puspar UGM.
Hakim Luchman. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Malang: Bayumedia Publishing.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tinjauan anlitis komprehensif
mengenai:

4. Pokok-pokok pemikiran tentang solusi yang berhubungan dengan
aktivitas konservasi dan pelestarian lingkungan melalui model
pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam pelaksanaan proyek
ekowisata di Indonesia.

Konservasi yaitu usaha perlindungan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di
permukaan bumi yang bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam
hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebihmendukung upaya peningkatan
kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia. Strategi pelaksanaan konservasi antara lain sebagai
berikut :
1. Evaluasi secara menyeluruh kawasan konservasi
2. Dikembangkannya kawasan-kawasan konservasi untuk menjamin keberadaan dan keterwakilan
tipe-tipe ekosistem
3. Peningkatan pembinaan hewan liar baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi
4. Peningkatan pembinaan kawasan suaka alam melalui penilaian keunikan dan keasliannya
5. Peningkatan pembangunan dan pengelolaan taman nasional, taman wisata, taman hutan raya
untuk mendorong industri pariwisata alam baik di daratan maupun di lautan
6. Peningkatan keterpaduan kawasan konservasidengan pembangunan wilayah
7. Penerapan AMDAL secara ketat bagi semua kegiatan pembangunan kehutanan.
8. Pemantapan kegiatan perlindungan hutan melalui peningkatan kegiatan operasi pengamannan
hutan terpadu, penanaman cinta alam, penyuluhan serta peningkatan jumlah dan mutu polisi
khusus kehutanan dan penyuluh kehutanan bidang konservasi.
9. Peningkatan pengelolaan hutan lindung
Jumlah manusia terus berkembang, maka kebutuhan hidupnya juga meningkat baik jenisnya
maupun jumlahnya. Sumber daya alam di bumi terus dikuras dan dieksploitasi yang mengakibatkan
persedian makin menipis bahkan nyaris habis untuk generasi berikutnya. Berdasarkan keadaan
itulah maka manusia mulai menyadari perlunya menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan sumber
daya alam secara bijaksana yang dikenal dengan konservasi. Konservasi dalam arti sederhana
Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

Ta k e H o m e Te s t | 13

adalah pengawetan, perlindungan, atau penyelamatan sumber daya alam. Berdasarkan UU No. 5
Tahun 1990. Konservasi adalah pengelolaan sumber daya lingkungan yang pemanfaatannya
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Wilayah-wilayah yang perlu
dikonservasi untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup antara lain sebagai berikut :
a.

Daerah resapan air
Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi, ada yang meresap ke dalam tanah ada pula yang
mengalir ke sungai menjadi air sungai yang seterusnya mengalir kelaut. Air ini merupakan
cadangan air yang dapat digunakan pada musim kemarau oleh tumbuhan, hewan, dan manusia.
Daerah resapan air merupakan daerah yang perlu dilindungi. Jika daerah ini rusak maka air
hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah tetapi akan mengalir kelaut. Pada musim hujan akan
terjadi banjir dan musim kemarau kering. Hutan juga berfungsi sebagai daerah resapan air, oleh

karena itu perlu dilindungi.
b. Daerah rawan erosi dan longsor
Daerah ini memiliki topografi yang terjal, misalnya perbukitan dengan lereng yang curam,
memiliki lapisan tanah yang tebal, dan curah hujan yang tinggi. Daerah ini jika tidak dilindungi
akan menjadi ancaman terjadi erosi dan tanah longsor. Lapisan tanah yang ada akan terhanyut
dan menjadi tanah yang tandus dan gersang, atau terjadi longsor yang mengakibatkan bencana
bagi orang disekitarnya. Cara perlindungannya adalah membiarkan wilayah tersebut menjadi
hutan alami, atau jika ditebang harus direboisasi dengan jenis tanaman tahunan dan tidak diolah
lagi oleh manusia.
c. Lahan potensial dan subur
Lahan potensi dan subur merupakan lahan pertanian yang sangat produktif memberikan hasil
bahan pangan. Daerah ini perlu dilindungi dengan cara menjaga lahan agar tidak
dialihfungsikan menjadi lahan industri atau pemukiman, dan dijaga agar tidak tercemar
tanahnya.
d. Hutan mangrove/bakau
Hutan mangrove yang tumbuh di pantai dapat melindungi pandai dari gempuran ombak,
mengendapkan lumpur dan merupakan tempat udang atau ikan mencari makan. Jika hutan
mangrove ini rusak akan terjadi abrasi laut yang menghancurkan dan mengerosi pantai.
Komunitas ikan dan udang akan musnah.
e. Habitat hewan dan tumbuhan langka
Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak diburu untuk tujuan
tertentu seperti dimakan, untuk obat, perhiasan. Habitatnya perlu dilindungi agar hewan dan
tumbuhan tidak mengalami kepunahan dengan ditetapkan sebagai kawasan cagar alam dan
suaka margasatwa.
f. Air tanah
Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

Ta k e H o m e Te s t | 14

Sejalan dengan makin pesatnya perkembangan penduduk, industri, kegiatan pertanian dan
perkebunan, peternakan dan kegiatan–kegiatan lain yang banyak membutuhkan air tawar, maka
air tanah perlu dilindungi. Di daerah pesisir pengambilan air tanah yang berlebihan dapat
mengakibatkan intrusi air laut sehingga air tanah yang tadinya tawar menjadi payau atau asin.
Di daerah tertentu air tanah tercemar bahan berbahaya dan polusi limbah dari pabrik sehingga
tidak bisa digunakan bagi berbagai kepentingan. Untuk melindungi air tanah ini perlu digalakan
cara pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk menetralkan air limbah sebelum
dibuang ke sungai.
Damanik dan Weber ( 2006 : 38 ) mengatakan dalam Deklarasi Quebec bahwa salah
satu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip pariwisata berkelanjutan adalah ekowisata yang
prakteknya terlihat dalam bentuk kegiatan wisata yang :
1) Secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya.
2) Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan wisata
serta memberikan sumbangan positif terhadap kesejahteraan mereka.
3) Dilakukan dalam bentuk wisata independen atau diorganisir dalam bentuk kelompok kecil
( UNEP, 2000; Heher, 2003 ).
Damanik dan Weber ( 2006 : 37 ) menyatakan bahwa dari definisi ini ekowisata dapat
dilihat dari tiga perspektif, yakni:
1. ekowisata sebagai produk, dimana ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada
sumberdaya alam.
2. ekowisata sebagai pasar, merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian
lingkungan.
3. ekowisata sebagai pendekatan pengembangan., yang merupakan metode pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya pariwisata secara ramah lingkungan.
Dari definisi di atas, dapat diidentifikasikan beberapa prinsip ekowisata ( TIES 2000 )
seperti disebutkan oleh Damanik dan Weber ( 2006: 39 - 40) :
1. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya
lokal akibat kegiatan wisata.
2. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata,
baik pada diri wisawatan, masyarakat lokal dan pelaku wisata lainnya.
3. Menawarkan pengalaman – pengalaman positif bagi wisatawan dan masyarakat lokal
melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau
konservasi ODTW.
4. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui
kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.
Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

Ta k e H o m e Te s t | 15

5. Memberikan keuntungan finasial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan
menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai – nilai lokal.
6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan, dan politik di daerah tujuan
wisata.
7. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja dalam arti memberi kebebasan kepada
wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebgai wujud hak azasi,
serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam transaksi wisata.
Prinsip dan Kriteria Ekowisata dapat dijadikan sebagai solusi yang berhubungan dengan
aktivitas konservasi, antara lain:
No
.
1.

Prinsip
Memiliki kepedulian, tanggung
jawab dan komitmen terhadap
pelestarian lingkungan alam dan
budaya, melaksanakan kaidahkaidah usaha yang bertanggung
jawab dan ekonomi
berkelanjutan.

Kriteria










2.

Pengembangan harus mengikuti
kaidah-kaidah ekologis dan atas
dasar musyawarah dan
pemufakatan masyarakat
setempat.












3.

Memberikan manfaat kepada



Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan
kawasan tujuan, melalui pelaksanaan sistem
pemintakatan (zonasi).
Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan
fasilitas sesuai dengan daya dukung lingkungan
daerah tujuan.
Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para
pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya.
Memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari
dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata.
Meminimumkan dampak negatif yang
ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan.
Mengelola usaha secara sehat.
Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage)
serendah-rendahnya.
Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu
dalam pengembangan ekowisata.
Membangun hubungan kemitraan dengan
masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan
pengelolaan ekowisata.
Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat
setempat untuk pengembangan ekowisata.
Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk
bisa menerima atau menolak pengembangan
ekowisata.
Menginformasikan secara jelas dan benar konsep
dan tujuan pengembangan kawasan tersebut kepada
masyarakat setempat.
Membuka kesempatan untuk melakukan dialog
dengan seluruh pihak yang terlibat (multistakeholders) dalam proses perencanaan dan
pengelolaan ekowisata.
Membuka kesempatan keapda masyarakat

Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

Ta k e H o m e Te s t | 16

masyarakat setempat.





4.

Peka dan menghormati nilainilai sosial budaya dan tradisi
keagamaan masyarakat
setempat.








5.

Memperhatikan perjanjian,
peraturan, perundang-undangan
baik ditingkat nasional maupun
internasional.









setempat untuk membuka usaha ekowisata dan
menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata
baik secara aktif maupun pasif.
Memberdayakan masyarakat dalam upaya
peningkatan usaha ekowisata untuk meningkatkan
kesejahtraan penduduk setempat.
Meningkatkan ketrampilan masyarakat setempat
dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang
pengembangan ekowisata.
Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage)
serendah-rendahnya.
Menetapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan,
pengelola dan pelaku usaha ekowisata.
Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak
lainya (multi-stakeholders) dalam penyusunan kode
etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha
ekowisata.
Melakukan pendekatan, meminta saran-saran dan
mencari masukan dari tokoh/pemuka masyarakat
setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai
langkah-langkah dalam proses pengembangan
ekowisata.
Melakukan penelitian dan pengenalan aspekaspek sosial budaya masyarakat setempat sebagai
bagian terpadu dalam proses perencanaan dan
pengelolaan ekowisata.
Memperhatikan dan melaksanakan secara
konsisten: Dokumen-dokumen Internasional yang
mengikat (Agenda 21, Habitat Agenda, Sustainable
Tourism, Bali Declaration dsb.). GBHN Pariwisata
Berkelanjutan, Undang-undang dan peraturanperaturan yang berlaku.
Menyusun peraturan-peraturan baru yang
diperlukan dan memperbaiki dan menyempurnakan
peraturan-peraturan lainnya yang telah ada sehingga
secara keseluruhan membentuk sistem per-UU-an
dan sistem hukum yang konsisten.
Memberlakukan peraturan yang berlaku dan
memberikan sangsi atas pelanggarannya secara
konsekuen sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(law enforcement).
Membentuk kerja sama dengan masyarakat
setempat untuk melakukan pengawasan dan
pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang
berlaku.

REVERENSI:
1. Baiquni, M dan Susilawardani, 2002. Pembangunan yang tidak Berkelanjutan, Refleksi Kritis
Pembangunan Indonesia. Transmedia Global Wacana, Yogyakarta.
Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.

Ta k e H o m e Te s t | 17

2. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997. Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional
untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.
3. Damanik, J dan Weber, Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata; Dari Teori ke Aplikasi.
Penerbit ANDI. Yogyakarta.
4. Hakim Luchman. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Malang: Bayumedia Publishing.

selesai

----------------------------------------

--------------------------------------------------------------

Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan/ Prof.Dr.Kodiran, MA.