PENERAPAN MODEL PJBL PROJECT BASID LEARN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak masalah dalam proses pembelajaran di sekolah,
lebih tepatnya di kelas, di mana siswa di tempatkan sebagai pendengar
setia saat guru menyampaikan konsep materi belajar. Sehingga siswa
merasa bosan dengan hanya duduk diam dan mendengarkan, seolah tidak
ada waktu yang terpakai untuk berfikir dan berkreasi seefektif mungkin.
Pemahaman siswa akan konsep materi yang diajarkan akan dirasa kurang
begitu dimengerti karena siswa tidak merasakan betul apa yang
disampaikan guru di kelas dan ini dirasa tidak efektif dalam proses
pembelajaran. Berkenaan dengan itu Isriani (2012) mengemukakan bahwa
guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa
hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik belajar.
Saat ini penting kiranya siswa mulai diberikan keluasan untuk
mendapatkan pengalaman dan pemahaman atas informasi yang diperoleh
dari penemuan-penemuan atau eksperimen-eksperimen yang mereka buat.
Dan tentunya akan menambah daya kreatifitas siswa di kelas.
Mahanal (2009: 1-2) mengatakan bahwa mata pelajaran biologi
memungkinkan untuk menghubungkan antara teori dengan praktek yang

bersifat membangun pengetahuan peserta didik (konstruktivistik) terhadap
lingkungan sekitar, sehingga tujuan KTSP dimungkinkan dapat tercapai
secara maksimal. Menurut Permendiknas RI no 22 tahun 2006 (dalam
Mahanal,

2009)

mata

pelajaran

Biologi

dikembangkan

melalui

kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Selanjutnya
dikemukakan juga bahwa permasalahan yang timbul adalah siswa tidak

mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan.
Karena itu perlu adanya suatu formulasi yang membawa siswa
pada tingkat kreatifitas yang lebih. dengan waktu yang cukup, sesuai

dengan waktu yang di gunakan untuk satu konsep bahasan, demi
tercapainya kurikulum yang sudah ditetapkan di sekolah juga penggunaan
media dan model yang tidak terlalu sulit dapat mempermudah siswa dan
guru dalam melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran yang
dimaksud adalah model project based learning, yang selanjutnya disebut
pembelajaran berbasis proyek. Isriani dan Dewi (2012: 128) mengatakan
bahwa model pembelajaran ini memiliki potensi yang besar untuk
memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa
Hasil penelitian di Amerika memperlihatkan bahwa pembelajaran berbasis
proyek telah menunjukkan hasil yang memuaskan (Richmond & Striley,
1996 dalam Miswanto, 2011: 61).
Dalam hal ini pokok bahasan Pencemaran Lingkungan yang
notabene merupakan pokok bahasan berwawasan lingkungan, harus betulbetul dipahami oleh siswa tidak hanya untuk ketercapaian kurikulum tetapi
bagaimana siswa secara sadar memahami untuk kemudian menjaga
lingkungannya dari sesuatu yang menjadi pencemar lingkungan itu sendiri.

Ini akan dirasakan siswa juga guru bila menggunakan Model Pembelajaran
Berbasis Proyek. Pembelajaran Berbasis Proyek ini lebih memusatkan
pada masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa, peran guru
menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi siswa
dalam merancang sebuah proyek yang kemudian akan mereka kerjakan
dalam waktu yang sudah guru sediakan sesuai dengan konsep yang
diajarkan. Pada akhirnya siswa akan memahami konsep tersebut (baca:
Konsep Pencemaran Lingkunan) dengan proyek-proyek yang mereka
lakukan. Dan ini akan menambah kreatifitas siswa.
Bertitik tolak dari uraian diatas dalam upaya peningkatan
kreatifitas siswa dan kualitas pembelajaran juga pengajaran biologi perlu
mengubah paradigma lama bahwa guru adalah pengelola. Kegiatan
mengajar menggunakan hal yang tidak beroriantasi pada ”Bagaimana saya
belajar (Tearcher Conterend)” tetapi lebih kepada ”bagaimana saya
membelajarkan siswa”. Sehingga dianggap penting bagi peneliti untuk
dilakukan penelitian tindakan kelas tentang “Penerapan Model PjBL

(Project Basid Learning) dalam Upaya Meningkatkan Kreatifitas Siswa
pada Konsep Pencemaran Lingkungan di MAN Babakan Ciwaringin
Cirebon”

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengguanaan Model PjBL (Project Based Learning) pada
Konsep Pencemaran Lingkungan Di MAN Babakan Ciwaringin?
2. Seberapa besar peningkatan kreatifitas siswa di MAN Babakan
Ciwaringin setelah menggunakan Model PjBL (Project Based
Learning)?
3. Adakah

perbedaan

kreaatifitas

siswa

yang

diajar


dengan

menggunakan Model PjBL (Project Based Learnign) pada konsep
Pencemaran Lingkungan dengan yang tidak?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengkaji penggunaan PjBL (Project Based Learning) pada
Konsep Pencemaran Lingkungan Di MAN Babakan Ciwaringin.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kreatifitas siswa di
MAN Babakan Ciwaringin setelah menggunakan Model PjBL
(Project Based Learning).
3. Untuk mengkaji perbandingan kreatifitas siswa yang diajar dengan
menggunakan PjBL (Project Based Learning) pada konsep
Pencemaran Lingkungan dengan yang tidak.

D. Manfaat Penelitian
Manfaaat penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan bagi guru dalam menggunakan Model PjBL
(Project Based Learning)
2. Guru dapat menggunakan Model PjBL (Project Based Learning)

dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Meningkatkan Kreatifitas siswa khususnya pada konsep Pencemaran
Lingkungan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar Dan Mengajar
1. Belajar
Menurut Gagne seperti dikutip Ratna Wilis dahar dalam bukunya
Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran (2011; 02) belajar didefinisikan
sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat
suatu pengalaman. Skinner (dalam Isriani dan Dewi, 2012: 4) mengatakan
belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku
yang berlangsung secara progresif. Hal senada diungkapkan Rusman
bahwa belajar adalah proses perubahan ingkah laku individu sebagai hasil
dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkunagn (Rusman,
2011: 134). Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang
belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak
belajar, responnya menurun. Dengan demikian, belajar diartikan sebagai
suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons.

Ratna Wilis Dahar mengatakan bahwa bealajr dihasilkan dari pengalaman
dengan lingkungan, yang didalamnya terjadi hubungan-hubungan antara
stimulus-stimulus dan respons-respons (2011: 03).

Hal senada

diungkapkan Isriani dan Dewi (2012: 4) bahwa belajar pada dasarnya
berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat
pengalaman yang berasal dari lingkungan.
Dari beberapa definisi belajar diatas tersirat bahwa agar terjadi proses
belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar
mengajar di kelas, seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan
berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada peserta didik dan
pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses
belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.
Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar.
Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi

lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus

mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada,
yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung efektif dan
efisien adalah dengan adanya tujuan dari belajar itu sendiri.
Menurut Sardiman A.M, 1986 (dalam Isriani dan Dewi, 2012: 5)
tujuan belajar adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Agar siswa berpikir maka harus
ada interaksi antara guru dan siswa baik berupa tatap muka ataupun tugastugas. Dengan demikian, siswa akan berpikir dan mencari sumber-sumber
pengetahuan dalam rangka memperka pengetahuannya itu.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep erat kaitannya dengan keterampilan. Hal ini karean
untuk merumuskan suatu konsep diperlukan keterampilan baik jasmani
maupun rohani.
c. Pembentukan sikap
Dalam hal menumbuhkan sikap siswa baik sikap mental, perilaku dan
kepribadian seorang guru harus hati-hati dalam pendekatannya.
2. Belajar, Mengajar dan Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar
dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama.
Menurut Rusman pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses

interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti
kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan
menggunakan berbagai media pembelajaran. . Artinya belajar dapat terjadi
tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain.
Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam
kelas.

Menurut Moh. Uzer Usman (2010: 21) mengajar adalah

membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. Sementara
itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan

menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai
tujuan kurikulum.
Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja
untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya
suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.
Fungsi sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi
pembelajaran dan fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh
komponen siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian (yang terbagi dalam

pengelolaan belajar dan sumber-sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di
luar diri siswa (Isriani dan Dewi, 2012: 11). Sebenarnya belajar dapat saja
terjadi tanpa pembelajaran namun hasil belajar akan tampak jelas dari
suatu

pembelajaran.

Pembelajaran

yang

efektif

ditandai

dengan

berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah
mengalami proses belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan tingkah
laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan

sebagainya.
B. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pemebalajaran dalam tutorial (Trianto, 2011: 51). Model ini merupakan
karakteristik yang dimunculkan dalam pembelajaran sebagai langkah untuk
melaksanakan pembelajaran di kelas. Model harus sesuai dengan materi yang
diajarkan karena setiap materi atau konsep memiliki karakteristik tersendiri
sehingga bisa jadi suatu konsep tertentu harus menggunakan model tertentu
juga. Bila tidak menggunakan model yang cocok maka pembelajaran menjadi
tidak efektif yang dampaknya pada pemahaman siswa.
Joyce dan Weil (1992 dalam Trianto: 51) menyatakan bahwa: Models
of teaching are really models of learnign. As we help student acquire
information, ideas, skills, value, way of thinking and means of expressing
themselves, we are also teching them how to learn. Ini artinya guru harus
membantu siswa dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara

berfikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Jadi guru tidak memberikan
secara langsung tetapi bagaimana siswa diarahkan untuk menemukan sendiri.
C. Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas
dengan melibatkan kerja proyek (Isriani dan Dewi, 2012: 127). Menurut
Mahanal (2009: 2) pembelajaran PBL secara umum memiliki pedoman
langkah: Planning (perencanaan), Creating (mencipta atau implementasi),
dan Processing (pengolahan). Selanjutnya dkemukakan bahwa PBL
mendukung pelaksanaan KTSP untuk mencapai tujuan pembelajaran biologi,
mengingat

PBL

merupakan

pembelajaran

yang

komprehensif

mengikutsertakan siswa melakukan investigasi secara kolaboratif. PBL
membantu siswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan yang kokoh
yang dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan otentik. Situasi belajar,
lingkungan, isi, dan tugas-tugas yang relevan, realistik, otentik, dan
menyajikan

kompleksitas

alami

dunia

nyata

mampu

memberikan

pengalaman pribadi siswa terhadap obyek siswa dan informasi yang diperoleh
siswa membawa pesan sugestif cukup kuat.
Begitu juga mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan
dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa
membangun sendiri pengetahuannya. Ini sesuai dengan Pembelajaran
Berbasis proyek yang notabene lebih menekankan pada siswa melakukan dan
menemukan.
1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis proyek
Menurut Thomas (2000, dalam Isriani, 2012: 127-128) fokus pembelajaran
terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan
siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatantugas-tugas
bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom
dalam mengontruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya
untuk menghasilkan produk nyata.
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek

Sedikitnya ada lima prinsip pembelajaran berbasis proyek menurut Thomas
seperti dikutip Wena (2011, dalam Isriani, 2012: 128), antara lain:
a. Prinsip Sentralisk
Prinsip sentralis menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari
kurikulum.
b. Prinsip pertanyaan pendorong
Prinsip ini merupakan external motivation yang mampu menggugah
kemandiriannya dalam mengajarkan tugas-tugas pembelajaran
c. Prinsip Otonom
Merupakan kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran .
d. Prinsip Realistis
Prinsip mengatakan bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan
sepoerti di sekolah.
3. Keuntungan Pembelajaran Berbasis proyek
Menurut Moursund seperti dikutip Wena, 2011 (dalam Isriani, 2012: 130131) beberpa keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek, antara lain
sebagai berikut:
a. Increased motivation
Pembelajaran berbasis proyek terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa.
b. Increased problem-solving ability
Pembelajaran

berbasis

proyek

dapat

meningkaatkan

kemampuan

memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang bersifat komplek
c. Improved library research skills
Dengan pembelajaran berbasis proyek keterampilan siswa untuk mencari dan
mendapatkan informasi akan meningkat
d. Increased collaboration
Siswa dapat mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi
dan kerjasama.

e. Increased resource-management skills
Pembelajaran berbasis proyek memberikan kepada siswa pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk mnyelesaikan tugas.
4. Langkah-langkah mendesain suatu proyek
Stienberg seperti dikutip Wena, 2011 (dalam Isriani, 2012: 131-132)
mengajukan enam strategi dalam mendesain suatu proyek yangh disebut
dengan The Six A’s of Designing Project, yaitu sebagai berikut:
a. Authenticity (keautentikan)
b. Academic Rigor (ketaatan terhadap nilai akademik)
c. Applied Learning (belajar pada dunia nyata)
d. Active Exploration (aktif meneliti)
e. Adult relationship (hubungan dengan ahli)
f. Assesment (Penilaian)
Keenam langkah evaluatif tersebut dapat dijadikan pedoman dalam
merancang suatu bentuk pembelajaran berbasis proyek. Dengan mengacu
pada standar tersebut, pembelajaran berbasis proyek yang dilakukan oleh
siswa lebih bermakna bagi pemngembangan dirinya (Isriani dan Dewi, 2012:
132).
D. Kreatifitas
Kreatifitas yang diangkat apada penelitian ini yaitu kreatifitas yang
berfokus pada produk. Definisi yang berfokus pada produk kreatif
menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969)
yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/
menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam
Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua
definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi
mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.

Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan
diatas peneliti menyimpulkan bahwa : “Kreativitas adalah proses konstruksi
ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif
(berbeda/lebih baik)”.
E. Penelitian Tindakan Kelas
Munculnya istilah “classroom action research” atau penelitian tindakan
kelas (PTK) sebenanya diawali dari istilah “action research” atau penelitian
tindakan. Istilah ini dikemukakan oleh Hopkins, namun dia sendiri kemudian
memakai istilah “calssroom rearch in action” pada saat penelitian itu
memasuki tahap-tahap kegiatan yang harus dilakukan, dengan alasan bahwa
istilah itu sering dipakai oleh para peneliti pendidikan dengan menjadikan
gurur dan siswa sebagai obyek penelitian yang berada diluar orbit kehidupan
mereka (dalam Rochiati, 2005: 4). Secara umum,”action research” digunakan
untuk menemukan pemecahan perma- salahan yang dihadapi seseorang dalam
tugasnya sehari-hari di mana pun tempatnya, baik di kantor, di rumah sakit, di
kelas, maupun di tempat-tempat tugas lain. Dengan demikian para peneliti
“action research” tidak berasumsi bahwa hasil penelitiannya akan
menghasilkan teori yang dapat digunakan secara umum atau general. Hasil
”action research” hanya terbatas pada kepentingan penelitinya sendiri, yaitu
agar dapat melaksanakan tugas di tempat kerjanya sehari-hari dengan lebih
baik. Hal ini seperti diungkapkan Rochiati Wiriaatmaja bahwa Penelitian
Tindakan Kelas disini merupakan wacana Penelitian Tindakan emansipatoris
(Rochiati, 2005: 25). Disampaikannya lagi bahwa emansipasi dalam
pemahaman bahasa Indonesia sehari-hari mempunyai makna perbaikan nasib,
peningkatan status, atau perjuangan kesetaraan.
Dari sini jelaslah bahwa dilihat dari ruang lingkup, tujuan, metode, dan
praktiknya, ”action research” dapat dianggap sebagai penelitian ilmiah mikro
yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Dikatakan bersifat partisipatif
karena “action research” dilakukan sendiri oleh peneliti mulai dari penentuan
topik,

perumusan masalah,

perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan

pelaporannya. Dikatakan kolaboratif karena pelaksanaan “action research”

(khususnya dalam pengamatannya) juga dapat melibatkan teman sejawat.
Walaupun bersifat mikro, ”action research” berbeda dengan studi kasus
karena tujuan dan sifat kasus yang terdapat pada “action research” tidaklah
unik sebagaimana keunikan yang terdapat pada studi kasus. Namun,
keduanya mempunyai kesamaan, yaitu peneliti tidak berharap hasil
penelitiannya akan dapat digeneralisasikan atau berlaku secara umum. Sebab,
sejak awal, kedua penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
Berdasarkan pengertian tersebut, PTK bertujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan
guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelas maupun disekolah.
F. Kerangka Pemikiran
Menurut Sugiyono (2008: 388) kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Pada penelitian ini digunakan kerangka berfikir asosiatif/hubungan dan
komparatif/perbandingan yaitu:
1. Model PjBL (Project Based Learning) dapat digunakan di kelas untuk
mengukur kreatifitas siswa di kelas dalam pembelajaran pada konsep
Pencemaran Lingkungan.
2. Jika pembelajaran menggunakan Model PjBL (Project Based Learning),
maka tingkat kreatifitas siswa pada konsep Pencemaran Lingkungan Di
MAN Babakan Ciwaringin akan tinggi.
3. Karena eksperimen A menggunakan PjBL (Project Based Learning),
maka kretifitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan eksperimen B dengan
tidak menggunakannya.

G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah Hipotesis nol (Ho).
Menurut Sugoyono (2011: 162) dalam pengujian kebanyakan digunakan
kesalahan tipe 1 yaitu berapa persen kesalahan untuk menolak hipotesis nol
(Ho) yang benar (yang seharusnya diterima). Hipotesis ini membbuat
keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalahan tipe 1.
Hipotesinya adalah sebagai berikut:
1. Model PjBL (Project Based Learning) tidak dapat dilakukan untuk
mengukur tingkat kreatifitas siswa.
2. Tidak ada peningkatan terhadap kreatifitas siswa setelah menggunakan
Model PjBL (Project Based Learning).
3. Tidak ada pengaruh yang tinggi terhadap kreatifitas siswa dengan
menggunakan Model PjBL (Project Based Learning).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa MAN Babakan Ciwaringin
Cirebon pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 yaitu siswa kelas
XI IPA MAN Babakan Ciwaringin Cirebon. Yang terdiri dari satu kelas
eksperimen (40 siswa).
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mengambil lokasi di MAN
Babakan Ciwaringin Cirebon, dengan pertimbangan peneliti pernah
memiliki pengalaman mengajar di Sekolah tersebut dan mengenal baik
guru-guru di Sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Untuk waktu penelitian yaitu selama 3 bulan, yaitu Bulan Februari
sampai dengan April. Jadwal penelitian dapat dilihat di dalam tabel:
No.
1
2

3

Kegiatan
Penyusunan
Proposal
Penyusunan
Instrumrn
Seminar Proposal
dan Instrumen
Penelitian
Pengujian validitas

4

dan reliabilitas

5
6
7

instrumen
Penentuan Sampel
Pengumpulan data
Analisis Data
Pembuatan draft

8

laporan/pembahasa
n

1

2

3

4

Minggu Ke 5
6
7
8

9

1

2

3

9
10
11

Seminar
Laporan/Skripsi
Penyempurnaan
Skripsi
Penggandaan
Laporan penelitian/
Skripsi
C. Desain Penelitian
Desain Penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah:
1. SIKLUS SATU
a) Tahap Perencanaan (Planning) :
1) Mengidentifikasi masalah
2) Menganalisis dan merumuskan masalah
3) Merancang pembelajaran dangan menggunakan Model PjBL
(Project Based Learning)
4) Membuat rancangan indikator keberhasilan
5) Mendiskusikan penerapan penggunaan Model PjBL (Project
Based Learning)
6) Menyiapkan instrumen (pedoman observasi, angket dan tes
akhir)
7) Menyusun

perencanaan

pembelajaran

yang

memberikan

kesempatan kepada siswa untuk merancang dan melakukan
suatu proyek
b) Tahap Melakukan Tindakan (Action) :
1) Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan
2) Menerapkan pembelajaran yang menggunakan Model PjBL
(Project Based Learning).
3) Melakukan

pengamatan

terhadap

setiap

langkah-langkah

kegiatan sesuai rencana
4) Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya
kegiatan yang dilaksanakan

5) Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui
kendala saat melakukan tahap tindakan
c) Tahap Mengamati (observasi) :
1) Melakukan diskusi Kepala Sekolah untuk rencana observasi
2) Melakukan

pengamatan

pembelajaran

pada

saat

proses

belajar mengajar dengan menggunakan Model PjBL (Project
Based Learning)
3) Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat
penerpaan Model PjBL (Project Based Learning) tersebut
berlangsung saat proses belajar mengajar
4) Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang
kelamahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan saat
pembelajaran serta menyusun langkah-langkah perbaikan untuk
selanjutnya
d) Tahap Refleksi, (Reflection):
1) Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan
observasi
2) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan tindakan saat
menerapkan

pendekatan

keterampilan

proses

dan

mempertimbangkan langkah selanjutnya
3) Melakukan

refleksi

terhadap

penerapan

pendekatan

keterampilan proses
4) Melakukan refleksi terhadap penggunaan Model PjBL
5) Melakukan

refleksi

terhadap

pembelajaran
2. SIKLUS II
Tahapan pada Siklus II meliputi:
a) Tahap Perencanaan (Planning),yaitu:

kreatifitas

siswa

saat

1) Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya
perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya
2) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran
3) Merancang perbaikan II berdasarkan refleksi siklus I
4) Tahap Melakukan Tindakan (Action)
5) Melakukan analisis pemecahan masalah
6)

Melaksanakan tindakan perbaikan II dengan

memaksimalkan

penerapan Model PjBL (Project Based Learning)
b) Tahap Mengamati (observation)
1) Melakukan pengamatan terhadap penggunaan Model PjBL (Project
Based Learning)
2) Mencatat perubahan yang terjadi
3) Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat
pembelajaran dan memberikan feed back
c) Tahap Refleksi (Reflection)
1) Merefleksi proses pembelajaran dengan menggunakan Model PjBL
(Project Based Learning)
2) Merefleksi kreatifitas siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan Model PjBL (Project Based Learning)
3) Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan pada semester genap

setelah selesai

eksperimen tahun ajaran 2012/2013. Teknik dan Alat pengambilan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Lembar Observasi: Untuk mendata aktivitas kelas pada saat
pelaksanaan pembelajaran berlangsung .
2. Instrumen Penilaian Rubrik, Kinerja dan Proyek: Untuk mendata hasil
belajar siswa mengenai kreatifitas diambil setelah masing-masing siklus
berlangsung.

3. Angket: Data tentang sikap siswa terhadap lingkungan diambil melalui
angket setelah KBM berlangsung.
4. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan
didapat dari rencana pembelajaran dan observasi.
E. Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian, yang menyangkut penerapan Model PjBL
(Priject Based Lerning) pada konsep Pencemaran Lingkungan dan
pengaruhnya terhadap kreatifitas siswa berupa sikap terhadap lingkungan
hidup dapat menggunakan analisis Covarian (ANOVA) dan dilanjutkan
dengan uji beda LSD (Sudjana, 1994 dalam Mahanal, 2009). Sebelum uji
hipotesis, dilakukan uji prasarat normalitas dan homogenitas data. Uji
normalitas menggunakan uji One- Sample Kolmogorov-Smirnov, sedangkan
uji homogenitas menggunakan Leven’s Test of Equality of Error Variances
(Sudjana, 1994 dalam Mahanal 2009). Pengujian statistik dilakukan pada
taraf signifikansi 0,5%.
Data hasil penelitian yang terhimpun diklasifikasikan atas dua jenis data
yaitu kuantitatif. Data kualitatif berupa nilai para siswa pada setiap siklus.
Dengan mempergunakan tehnik statistik data kuantitatif ditabulasikan dan
dihitung rata-ratanya.
Rata-ratanya dihitung melalui rumus :
X = ∑ƒ 1 x 1
∑ƒ 1
Keterangan :
X = Rata-rata nilai
ƒ 1= Jumlah siswa yang mendapat nilai dalam interval
X 1 = Angka tengah tiap interval kelas.
Rumusan tersebut ditarapkan setelah data ditabulasikan ke dalam
tabel distribusi berkelompok. Dari hasil perhitungan ini akan diperoleh
nilai tertentu yang menggambarkan kemampuan siswa memahami konsep
Pencemaran Lingkungan secara kontekstual.

F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dengan menggunakan metode eksperimen tipe
Quasi Eksperimen (Sugiyono, 2012: 77). Penelitian ini direncanakan 2
siklus. Setiap siklus dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk
mengetahui tingkat kemampuan awal siswa dalam mengenal konsep awal
Pencemaran Lingkungan diberikan test awal (pretes). Setiap siklus
dilaksanakan sesuai yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman siswa dalam mengenal konsep pencemaran lingkungan dan
mengoptimalkan aktifitas dan kreatifitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar yaitu penerapan Model PjBL (Project Based Learning) yang
dilanjutkan dengan diskusi kelompok kemudian diskusi kelas.
Dengan berpedoman pada evaluasi diatas, maka dilaksanakan
penelitian Quasi Eksperimen ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning).
2. Pelaksanaan tindakan (action).
3. Observasi (observation).
4. Refleksi (reflektion).

Daftar Pustaka

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta:

Penerbit Erlangga
Hardini, Isriani dan Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu
(Teori, Konsep dan Implementasinya). Yogyakarta: Familia.
Mahanal, Susriyati, dkk. 2009. Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) pada Materi Ekosistem terhadap Sikap dan Hasil Belajar
Siswa SMAN 2 Malang. Malang: Jurnal Universitas Negeri Malang
Miswanto. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek pada Materi
Program Linier Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Singosari. Dalam
Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan. Tulungagung: STAIN
Tulungagung.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Moh Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Wiriaatmaja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. 2005. Bandung;
Remaja Rosdakarya
“PENERAPAN MODEL PJBL (PROJECT BASID LEARNING) DALAM
UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS SISWA PADA KONSEP

PENCEMARAN LINGKUNGAN DI MAN BABAKAN CIWARINGIN
CIREBON”
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Di ajukan untuk memenuhi tugas mandiri pada:
Mata Kuliah

: Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Dosen

: Ipin Aripin, M.Pd

Oleh:
Ayub Al Ansori
NIM: 59461226

Tarbiyah/T. IPA. Biologi/VII

Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris IPA Biologi
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati
Cirebon 2012
LAMPIRAN

A. PENILAIAN KINERJA SISWA
Jenjang pendidikan : Madrasah Aliyah (MA)
Kelas

: XI

Semester

: II

Standar kompetensi :
Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi
energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi dasar :
1. Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi
dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem
bagi kehidupan
2. Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan
Indikator :
a.

Mengetahui obyek biologi di lingkungan sekitar

b.

Mengidentifikasi keadaan lingkungan di sekitar sekolah

c.

Mengetahui macam persoalan biologi di lingkungan sekolah

d.

Melakukan tindakan pencegahan pencemaran lingkungan

Nama Siswa : .........................
Kelas : .........................

Berilah tanda (  ) pada tabel
No

Aspek/kinerja yang diharapkan

1.

Mengidentifikasi macam obyek biologi

Ya

Penilaian
Tidak

di lingkungan sekitar sekolah
2.

Mengidentifikasi keadaan lingkungan di
sekitar sekolah

3.

Mencatat

dan membuat tabel hasil

pengamatan obyek biologi dan keadaan
lingkungan
4.

Menulis macam persoalan biologi di
lingkungan sekolah

5.

Melakukan

tindakan

pencegahan

pencemaran lingkungan
Skor
Tota
l
Rubrik: jika jawaban Ya akan bernilai 5, jika tidak akan bernilai 2
Skor
2

Deskripsi
Siswa mampu melaksanakan kinerja sesuai aspek yang
ditentukan

5

Siswa mampu melaksanakan kinerja sesuai aspek yang
ditentukan

B. PENILAIAN PROYEK SISWA
Standar kompetensi :

Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi
energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi dasar :
3. Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi
dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem
bagi kehidupan
4. Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan
Indikator :
1. Mengetahui obyek biologi di lingkungan sekitar
2. Mengidentifikasi keadaan lingkungan di sekitar sekolah
3. Melakukan tindakan pencegahan pencemaran lingkungan
IDENTITAS SISWA
1. Nama

:.............................

2. Kelas
:............................
TUGAS YANG DIBERIKAN
1. Judul proyek

: Pengamatan Pencemaran Lingkungan Sungai

2. Tugas ke

:1

3. Jangka waktu tugas
: 1 minggu
No STANDAR
SKOR/SKALA
1
Perencanaan Proyek (Lembar Observasi, 1 2 3 4
Angket Wawancara dan Proyek yang dibuat)
2

Pelaksanaan Proyek

1

2 3 4

3

Pembuatan Laporan Pyoyek

1

2 3 4

4

Presentasi Proye

1

2 3 4

Rubrik:
Skor
4

Deskripsi
Memiliki catatan lengkap (catatan observasi, foto2, hasil
wawancara),

Membuat

laporan

dengan

lengkap,

Mempresentasikan laporan dengan lengkap di sertai data-data

3

Memiliki catatan (catatan observasi dan hasil wawancara),
Membuat laporan, Mempresentasikan laporan tetapi kurang
lengkap

2

Memiliki

catatan

(foto-fotonya saja),

Membuat

laporan,

Mempresentasikan laporan dengan data yang tidak lengkap
1

Memiliki catatan (foto-fotonya saja), Belum membuat laporan,
Mempresentasikan dengan data yang tidak lengkap

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62