Penyakit penting tanaman pangan bpt 2

PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT
(Tanaman Pangan)
(Laporan Praktikum bioekologi penyakit tumbuhan)

Oleh :
Nopri Roinaldi
1414121177

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Gejala penyakit pada tumbuhan kerap terjadi setiap saat kita melakukan
penanaman atau pembudidayaan suatu tanaman, dibidang pertanian khususnya di
Indonesia hal ini mulai menjadi bahan pemikiran disaat mulai diusahakannya jenisjenis tanaman pangan seperti padi, jagung, dan singkong. Kondisi ini semakin
menjadi persoalan jika kerusakan-kerusakan yang terjadi menimbulkan kerugian

ekonomi. Kerugian ekonomi dalam jumlah yang besar akibat keruaskan yang
disebabkan oleh penyakit secara umum jarang terjadi meskipun pernah ada, dan
sebenarnya kerusakan sawah atau lading jagung yang menimbulkan kerugian
ekonomi dalam jumlah yang besar adalah akibat dari ulah manusia, yaitu seperti
penggunaan pestisida yang berlebihan dan pembasmian musuh alami. Meskipun
demikian kejadian suatu penyakit adalah salah satu proses yang terjadi di alam,
sehingga sangat perlu menjadi bahan pemikiran pada saat mengembangkan suatu
tanaman dimana manusia berperan didalamnya.
Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur. Lebih dari 250.000
spesies jamur sebagai pathogen tanaman. Hampir semua jamur dalam hidupnya
pada tanaman inangnya dam sebagian dalam tanah dan sisa-sisa tanaman. Penyakit
tanaman yang disebabkan oleh jamur sering dikenal dari bagian organ tanaman
yang terinfeksi dan dari tipe gejala yang dihasilkan. Tipe umum penyakit tanaman
yang disebabkan oleh jamur adalah damping-off (rebah kecambah), root rots
(busuk akar), vascular wilt(layu pembuluh), downy dan powdery mildew, leaf spot
(bercak daun) dan bligh (hawar), rust (karat), smuts(gosong), antraknosa, gall,
dieback (mati ujung) dan penyakit pasca panen.
Gejala adalah keadaan penyakit yang merupakan perwujudan dari reaksi fisiologis
dari tanaman terhadap kegiatan yang bersifat merusak yang disebabkan pathogen.


Setiap penyakit pada tanaman tertentu akan memberikan gejala khusus, yang
biasanya timbul dalam suatu rangkaian selama terjadinya penyakit. Gejala yang
dapat diamati secara langsung disebut juga gejala morfologis. Gejala ini dapat
dilihat dengan mata tanpa bantuan alat, atau juga dapat dirasa, dibaui, diraba.
Sedangkan gejala yang hanya diamati dengan bantuan alat seperti mikroskop
disebut sebagai gejala histologist.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui jenis penyakit penting tanaman pangan
2. Mengetahui gejala dan tanda penyakit

II METODELOGI

2.1 Alat dan bahan
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Alat tulis,
mikroskop majemuk, kaca preparat, jarum pentul, dan pipet tetes
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu Air dan bagian tanaman yang menunjukkan
gejala, baik preparat maupun foto.

2.2 Cara kerja
Pengamatan makroskop
1. Mengamati dan menggambar gejala penyakit tanaman yang ada.
2. Menulis nama penyakit dan pathogen penyebabnya
Pengamatan mikroskop
1. Mengamati gejala penyakit di bawah mikroskop
2. Teteskan air di atas bagian tanaman yang bergejala lalu dikorek dengan
menggunakan jarum, kemudian air/suspense tersebut diambil
menggunakan pipet tetes.
3. Suspense tersebut diletakkan diatas kaca preparat lalu ditutup dengan
cover glass lalu diamati di bawah mikroskop
4. Amati bentuk spora atau hifa
5. Gambar/foto

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tabel
N

Gamabar


Keterangan

o
1

Hawar daun pada jangung

Gejala
1. Berbentuk oval
2. Bercak semakin memanjang
3. Berbentuk elips dan berkembang
menjadi nekrotik
4. Panjang hawar 2,5-15 cm
5. Bercak muncul awal pada daun
paling bawah kemudian
berkembang menuju daun atas.
6. Penyakit ini tidak menginveksi
tongkol klobot


2

Karat daun pada kedelai

Gejala
1. Mucul bercak klorotik kecil yang
tidak beraturan pada prmukaan
daun
2. Gejala muncul pada permukaan
bawah daun
3. Bercak kemudian berubah menjadi
warna coklat dan membentuk
kustul
4. Kustul yang telah matang akan
pecah dan mengeluarkan tepung

yang berwarna seperti karat besi
3

Bercak coklat pada daun


Gejala

singkong

1. Bercak tampak jelas pada kedua
sisi daun
2. Pada sisi atas bercak tampak coklat
merata dengan tepi gelap yang jelas
3. Pada sisi bawah daun bercak
kurang jelas dan di tepi bawah
warna abu-abua
4. Jika berkembang bentuk bercak
agak miring sampai sudut karena
dibatasi oleh tepi daun.

4

Virus tungro pada padi


Gejala
1. Terdapat wereng hijau sebagai
vector, gejalanya daun berwarna
kuning, berbintikkarat warna hitam
dari ujung sampai kebawah.
2. Tanaman kerdil, malai lebih pendek
dari malai normal
3. Malainya hampa/ tidak berisi

5

Hawar daun pada Padi

Gejala
1. Terjadi goresan yang lebarnya 0,51 mm dgn panjang 3-5 mm
2. Permukaan goresan mengeluarkan
tetes-tetes lender dan setelah
mongering tampak seperti bintikbintik kuning
3. Pada tanaman dewasa
menimbulkan hawar.


6

Penyakit Blas Pada Padi

Gejala
1. Berupa bercak pada daun malai,
batang dan bulir padi
2. Daun bercak berbentuk belah
ketupat dengan ujung
runcingberwarna kelabu dengan
tepi berwarna coklat kemerahan.
3. Pada malai menyebabkan busuknya
tangkai malai yang disebut busuk
leher
4. Pada batang berupa busuk dan
mudah rebah
5.

7


Bulai Pada jagung

Pada Bulir menjadi hampa

Gejala
1. Gejala khasnya warna klorotik
memanjang sejajar tulang daun
2. Pada bercaknya terdapat tepung
berwarna putih

3. Daun yang terkena bercak menjadi
sempit dan kaku

3.2 Pembahasan
1. Hawar Daun pada jagung (Helmithosporium turcicum)
Penyebab Penyakit
Penyakit hawar daun disebabkan oleh Helminthosporium turcicum.
Gejala Serangan
Awal terinfeksinya hawar daun, menunjukkan gejala berupa bercak kecil,

berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan
berkembang menjadi nekrotik (disebut hawar), warnanya hijau keabu-abuan atau
coklat. Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul di mulai dari daun terbawah
kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat akibat serangan penyakit
hawar daun dapat mengakibatkan tanaman jagung cepat mati atau mengering.
Cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot jagung, cendawan dapat
bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau sisa-sisa tanaman di
lahan.
Daur hidup penyakit

Bakteri bertahan dari musim ke musim pada sisa-sisa tanaman sakit dan dalambiji.
Setelah biji berkecambah bakteri menginfeksi kecambah dengan melaluimulut
kulit. Bakteri dapat menyebar dari petak ke petak karena terbawa oleh airirigasi.
(Semangun,1994)
Bakteri masuk melalui hidatoda. Kemudian bakteri berkembangbiak di
dalamepitheme dan menyerang jaringan pembuluh hingga menimbulkan penyakit.
Padatanaman muda bakteri sering dapat masuk ke dalam daun melalui stomata
danberkembang di dalam ruang intraselular dari parenkim tanpa menimbulkan
gejala. Cara masuk lainnya adalah melalui luka mekanis yang sering terjadi pada
daundan akar. Ras dari pathogen ini juga selalu berbeda pada setiap lokasi

sehinggapatogen ini merupakan penyebab penyakit terpenting di wilayah
pegununganHirosima.

2. Karat Daun pada Kedelai (Phakopsora pachyrhizi)
Penyebab penyakit
Akibat yang ditimbulkan pada tanaman kedelai yang disebabkan oleh cendawan
Phakopsora pachyrhizi adalah sebagai berikut :
1. Berkurangnya produktifitas hasil panen
2. Kerontokan pada daun sebelum masa panen
3. Tanaman cepat layu dan mati karena proses foosintesis terganggu.
Gejala Serangan
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penyakit karat kedelai adalah
terdapatnya bintik-bintik kecil yang kemudian berubah menjadi bercak-bercak
berwarna coklat pada bagian bawah daun, yaitu uredium penghasil uredospora.
Serangan berat menyebabkan daun gugur dan polong hampa.Terjadi bercakbercak kecil berwarna cokelat kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit
berubah menjadi cokelat atau coklat tua. Bercak karat terlihat sebelum bisul- bisul
(pustule) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut karena dibatasi oleh tulang-tulang

daun tepatnya didekat daun yang terinfeksi.Biasanya dimulai dari daun bawah baru
kemudian ke daun yang lebih muda. Penyakit karat menyebabkan daun menjadi
kering dan rontok sebelum waktunya. Stadium awal penyakit karat mungkin tidak
dapat dibedakan dengan pustul bakteri atau embun bulu (downy mildew).

Daur Hidup Penyakit
Urediospora masuk ke dalam tumbuhan melalui stomata. Setelah mencapai mulut
kulit (stomata), ujung pembuluh kecambah membesar dan membentuk apresorium.
Alat ini membentuk tabung penetrasi yang masuk ke dalam lubang stomata lalu
membengkak menjadi gelembung substomata di dalam ruang udara. Dari
gelembung ini tumbuh hifa infeksi yang berkembang ke semua arah dan
membentuk haustorium yang mengisap makanan dari sel-sel tumbuhan inang
(Semangun, 1996)
3. Bercak Coklat Pada Daun Singkong Geja Penyakit (cercosporidium
henningsii)
Penyebab penyakit
Penyebab penyakit bercak coklat ialah cercosporidium henningsii. Hifa cendawan
ini berkembang dalam ruang sela-sela sel, membentuk stroma dengan garis tengah
20 – 45µm. Stroma membentuk konidiofor dalam berkas – berkas yang rapat.
Konidiofor coklat kehijauan pucat, warna dan lebar merata, tidak bercabang,
dengan 0 – 2 bengkokan, bulat pada ujungnya dan mempunyai bekas spora yang
kecil atau sedang. Konidium dibentuk pada kedua sisi daun pada ujung konidiofor,
berbentuk tabung, lurus atau agak bengkok, kedua ujungnya membulat tumpul,
pangkalnya berbentuk tumpul. Cendawan membentuk peritesium hitam, bergaris
tengah 100µm, kadang – kadang tampak tersebar pada bercak di permukaan atas
daun. Askus seperti gada memanjang, berisi 8 spora.
Gejala Serangan

Gejala yang timbul ialah bercak tampak jelas pada kesua sisi daun. pada sisi atas
bercak tampak coklat merata dengan tepi gelap yang jelas. Pada sisi bawah daun
tepi bercak kurang jelas dan di tengah bercak coklat terdapat warna keabu-abuan
karena adanya konidiofor dan konidium jamur. Bercak berbentuk bulat dengan
garis tengah 3 – 12 mm. Jika berkembang bentuk bercak dapat kurang teratur dan
agak bersudut – sudut karena dibatasi oleh tepi daun atau tulang – tulang daun. Jika
penyakit berkembang dengan terus menerus daun yang sakit menguning dan
mengering dan dapat gugur. Pada cuaca hujan dan panas jenis rentan dapat menjadi
gundul .
Daur hidup Penyakit
Daur penyakit pada tanaman ini berasal dari angin atau hujan yang membawa
spora dari bercak tua dan daun tua yang sudah rontok ke permukaan daun sehat.
Jika udara cukup lembab, konidium berkecambah, membentuk pembuluh
kecambah. Penetrasi terjadi melalui mulut kulit dan jamur meluas dalam jaringan
lewat ruang sela-sela sel. Dalam cuaca panas dan lembab memerlukan waktu 12
jam. Selama musim kemarau cendawan mempertahankan diri pada bercak-bercak.
4. Virus tungro Pada Padi Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan Rice
Tungro Spherical Virus (RTSV)
Penyebab Penyakit
Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk
batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro
Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan
serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama. Virus tungro hanya
ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi multiplikasi dalam
tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya. Sejumlah species wereng
hijau dapat menularkan virus tungro, namun Nephotettix virescens merupakan
wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya.
Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah

mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap
tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor.
Gejala Serangan
Gejala penyakit tungro umumnya muncul kurang lebih seminggu setelah inokulasi,
dimulai dari adanya diskolorasi kekuningan pada ujung daun muda, kemudian
diikuti klorosis di antara vena daun. Tanarnan yang sakit parah mcmpunyai anakan
sedikit, pertumbuhan akar terhambat, sangat kerdil, dan menghasilkan panikel
yang kecil dengan bulir-bulir gabah kosong. Gejala penyakit akan persisten pada
varietas yang rentan, sedangkan pada varietas yang agak tahan gejala tidak
berkembang pada daun muda dan ada kecenderungan sehat kembali.

Daur hidup Penyakit
Sumber inokulum penyakit tungro terdapat pada tanaman padi, singgang serta
rumput-inang yang sakit. Serangga penular virus tungro menularkan virus secara
non persisten. Serangga penular penyakit tungro terutama adalah wereng hijau dari
spesies Nephotetix virescens dan N. nigropictus.
Serangga penular penyakit virus tungro menularkan penyakit tersebut secara non
persisten. Masa inkubasi dalam tanaman adalah 6 – 9 hari. Serangga dapat
menularkan virus dengan segera dalam waktu 2 jam setelah memperoleh virus dan
mempertahankan dalam tubuhnya selama tidak lebih dari 5 hari. Setelah masa itu,
serangga menjadi tidak infektif lagi. Kembali menjadi infektif setelah menghisap
tanaman sakit. Nimfa wereng hijau dapat menularkan virus, tetapi infektif setelah
ganti kulit. Virus tidak dapat ditularkan melalui telur serangga maupun melalui
biji, tanah, air dan secara mekanis (pergesekan antara bagian tanaman sakit dengan
yang sehat).
5. Hawar Daun Pada Padi (Xanthomonas oryzae)
Penyebab Penyakit
Penyakit disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzicola yangsebelumnya

disebut sebagai Xanthomonas campestris pv. oryzicola. Dahulubakteri disebut
Xanthomonas translucens f.sp oryzae atau X. translucens f.sporyzicola. Bakteri ini
berbentuk batang 1,2 x 0,3– 0.5 um, tunggal, kadang-kadang berpasangan, tetapi
tidak membentuk rantai. Bakteri tidak membentuk spora, tidak membentuk
kapsula, bergerak denang satu bulu cambuk (flagellum)di ujung. Gram negatif,
aerob, berkembang paling baik pada suhu 28 C(Semangun,1994) .
Gejala Serangan
Mula mula pada daun terjadi gores-gores atau coreng-coreng yangmempunyai
lebar 0,5-1 mm, dengan panjang 3-5 mm, memanjang sejajar dengantulang daun,
berwarna hijau tua kebasah-basahan dan agak jernih ( transculent).Pada tingkatan
ini gejala masih terbatas di antara tulang-tulang daun yang besar.Gores-gores
bertambah panjang dan mungkin melebar melewati tulang tulangdaun. Dalam
cuaca lembap pada permukaan gores keluar tetes-tetes lender bakteriyang setelah
mengering tampak seperti bintik-bintik kuning yang teratur padagaris. Bercak yang
tua berwarna cokelat muda . Pada jenis padi yang rentan disekitar bercak terdapat
halo berwarna kuning. Pada tingkat yang lebih lanjutseluruh daun menjadi cokelat
dan mati. Akhirnya daun menjadi luntur, tampak putih kelabu, dan diserang oleh
banyak jasad renik saprofit (Semangun,1994)Di lapangan terdapat dua bentuk
gejala, yaitu kresek dan hawar. Kresek terjadipada tanaman muda, yaitu tanaman
yang berumur sekitar satu bulan. Rumpunpadi yang terkena kresek secara
keseluruhan menjadi layu. Di laboratorium, gejala ini dapat dikonfirmasi oleh
adanya eksudat bakteri yang keluar dari jaringantanaman sakit bila diamati di
bawah mikroskop. Di lapangan, dapat dilihat dengancara memasukan daun– daun
sakit ke dalam gelas berisi air jernih, biarkan sekitar5 – 10 menit, maka air jernih
dalam gelas akan berubah menjadi keruh karenamassa bakteri yang keluar dari
dalam jaringan sakit. Gejala kresek ini sering miripdengan gejala karena penggerek
batang, tepi daun atau bagian daun yang lukaberupa garis bercak dan bercak
tersebut meluas (Manik,2005)
Daur Hidup Penyakit

Bakteri bertahan dari musim ke musim pada sisa-sisa tanaman sakit dan dalambiji.
Setelah biji berkecambah bakteri menginfeksi kecambah dengan melaluimulut
kulit. Bakteri dapat menyebar dari petak ke petak karena terbawa oleh airirigasi.
(Semangun,1994)
Bakteri masuk melalui hidatoda. Kemudian bakteri berkembangbiak di
dalamepitheme dan menyerang jaringan pembuluh hingga menimbulkan penyakit.
Padatanaman muda bakteri sering dapat masuk ke dalam daun melalui stomata
danberkembang di dalam ruang intraselular dari parenkim tanpa menimbulkan
gejala. Cara masuk lainnya adalah melalui luka mekanis yang sering terjadi pada
daundan akar. Ras dari pathogen ini juga selalu berbeda pada setiap lokasi
sehinggapatogen ini merupakan penyebab penyakit terpenting di wilayah
pegununganHirosima. Terdapat empat ratus limapuluh ras Xanthomonas oryzae
yang sudah terisolasi dari delapan lokasi di daerah pegunungan Hirosima
selamatahun 2000 sampai tahun 2003, kultivar – kultivar padi yang terkena
infeksimenyebar. Bakteri juga mengadakan infeksi melalui luka – luka pada akar
sebagaiakibat dari pencabutan. Infeksi terjadi pada saat penanaman atau beberapa
harisesudahnya. Bahkan sudah diketahui bahwa luka pada akar – akar dapat
menarik bakteri. Bakteri juga dapat mengadakan infeksi melalui pori air yang
terdapatpada daun, melalui luka – luka yang terjadi karena daun yang bergesekan,
dan melalui luka – luka karena serangga . Dalam pertanaman bakteri terutama
tersebaroleh hujan yang berangin. Di sini angin tidak hanya memencarkan bakteri
tetapi juga menyebabkan luka – luka karena gesekan daun padi (Manik,2005)
6. Penyakit Blas Pada Padi (Pyricularia grisea)
Penyebab Penyakit
penyakit blas pada padi yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea Sacc.
Menurut Scardaci et al. (1997) serangan cendawan blas pada padi tersebut dapat
menurunkan hasil 1-50%. sementara bila menyerang leher malai dapat
menurunkan hasil sampai 100%. Cendawan blas cepat berubah virulensinya,
tergantung pada genotipe inang dan lingkungan sekitarnya.

Gejala Serangan
Gejala berupa bercak pada daun malai batang dan bulir padi, pada daun bercak
berbentuk belah ketupat dengan ujung runcing berwarna kelabu atau putih dengan
tepi warna coklat kemerahan, pada malai menyebabkan busuknya tangkai malai
yang disebut busuk leher. Pada batang berupa busuk dan mudah rebah. Pada bulir
akan menyebabkan bulir menjadi hampa atau tidak berisi.
Daur Hidup Penyakit
Proses infeksi pada saat daun dalam keadaan basah dan pada kondisi lingkungan
yangmendukung, perkecambahan akan terjadi setelah 3 jam. Jika konidia melewati
masa kering selama 24 jam maka perkecambahan akan tertunda. Setelah terjadi
infeksi, hifa akan mempenetrasi melalui epidermis. Kolonisasi tergantung dari
salah satu faktor seperti genetik, umur tanaman inang, nutrisi dan faktor
lingkungan seperti suhu dan tanah. Sporulasi terjadi ketika kelembaban diatas 90%
dibawah kondisi optimum, konidiofor di bentuk selama 4-6 jam. Satu konidium
dibentuk 40 menit. Sejumlah spora dihasilkan oleh beberapa luka yang telah
ditemukan pada hari yang ke-6 berupa luka. Sporulasi maksimum terjadi pada 7-12
hari setelah inokulasi, sporulasi berlanjut sampai 60 hari.

7. Bulai pada jagung (Peronosclerospora maydis)
Penyebab Penyakit
Jamur Peronosclerospora maydis ( Rac ) Shaw, yang sampai sekarang dikenal
dengan Sclerospora maydis ( Rac. ) Butl disebabkan oleh sclerospora javanica
Palm oleh Palm ( 1918 ). Seterusnya hingga disebut Sclerospora maydis
( Rac )oleh Butler dan Bisby ( 1931 ).
Miselium P. maydis berkembang di ruang antar sel. Disini terdapat dua miselium
yaitu yang hifanya banyak bercabang dan yang hifanya kurang bercabang. Hifa
yang banyak bercabang membentuk kelompok – kelompok diantara tulang – tulang

daun dan yang hifanya kurang bercabang menghubungkan kelompok – kelompok
tersebut. Hifa membentuk haustorium yang masuk kedalam rongga sel.
Haustorium berbentuk batang, paku, cacing, jari, atau gelembung .
Pada waktu permukaan daun berembun, miselium membentuk konidiofor yang
keluar melalui mulut kulit. Dari satu mulut kulit dapat keluar satu atau lebih
konidofor. Mula – mula konidiofor berbentuk batang lalu membentuk batang
dikotom yang masing – masing membentuk cabang lagi. Pada umumnya
konidiofor mempunyai percabangan tingkat tiga atau empat. Cabang tingkat
terakhir membentuk sterigma ( tangkai konidium ), umumnya dua yang masing –
masing mendukung satu konidium.
Konidium yang masih muda berbentuk bulat, sedangkan yang sudah masak dapat
menjadi jorong, konidium berukuran 12 – 19 X 10 – 23 µm dengan rata – rata 19,2
– 17,0µm. konidium tumbuh dengan membentuk pembuluh kecambah. Oospora
jamur ini belum pernah ditemukan.
Gejala Serangan
Penyakit ini menimbulkan gejala sistemik yang meluas ke seluruh badan tanaman
dan dapat menimbulkan gejala local. Gejala sistemik hanya terjadi bila jamur dari
daun yang terinfeksi dapat mencapai titik tumbuh sehingga dapat menginfeksi
semua daun yang dibentuk oleh titik tumbuh tersebut. Gejala awal bulai jagung
Pada tanaman muda muncul bercak klorotis kecil – kecil pada daun yang beru
membuka. Bercak ini berkembang menjadi jalur yang sejajar dengan tulang induk.
Disini jamur penyebab penyakit berkembang menuju pangkal daun. Di pagi hari
pada sisi bawah daun ini terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari konidiofor
dan konidium jamur. Tanaman yang terinfeksi pada waktu yang masih sangat
muda biasanya tidak membentuk buah. Bila infeksi pada tanaman yang lebih tua,
tanaman masih dapat tumbuh terus dan membentuk buah bertangkai panjang,
dengan kelobot yang tidak menutup pada ujungnya dan membentuk sedikit biji.
Bila jamur dalam daun yang terinfeksi pertama kali tidak dapat mencapai titik

tumbuh , gejala hanya terdapat pada daun – daun yang bersangkutan sebagai garisgaris klorotik yang disebut juga gejala local ( Semangun, 1968 ).
Daur penyakit
P. maydis adalah pathogen biotrof , tidak dapat hidup secara saprofitik, tidak
terdapat tanda bahwa jamur dapat bertahan dalam tanah. Pertanaman baru di bekas
pertanaman yang terserang berat dapat sehat kembali. Jamur ini bertahan dari
musim ke musim pada tanaman hidup.
Sampai sekarang belum ditemukan adanya tumbuhan inang lain dan P. maydis di
alam. Jamur ini dapat menginfeksi Euchlaena Mexicana dan Tripsacum. Namun
di Indonesia kedua macam tumbuhan ini tidak terdapat di alam ( Semangun dan
Martoredjo, 1971 ).
Jamur dapat terbawa dalam biji tanaman sakit, namun hanya pada biji yang masih
muda dan basah serta pada varietas jagung yang rentan ( Purakusumah, 1965 ;
Semangun, 1968 ; Sudjadi et al, 1976 )
Konidium terbentuk di waktu malam pada waktu daun berembun, dan konidium
segera dipencarkan oleh angin. Oleh karena embun hanya terjadi bila udara tenang,
pada umumnya konidium tidak dapat terangkut jauh oleh angin.
Konidium segera berkecambah dengan membentuk pembuluh kecambah yang
akan mengadakan infeksi pada daun muda dari tanaman muda melalui mulut kulit.
Pembuluh berkecambah membentuk apresorium di muka kulit ini.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN