SEJARAH KOLONISASI SPANYOL DI AFRIKA DAN

KOLONISASI SPANYOL DI AFRIKA
TUGAS SEJARAH AFRIKA

Disusun Oleh

:

Isti Ayu Wulandari

( 12040284002 )

Evi Dwi Agustriani

( 12040284019 )

Maulana Hanif Rahman

( 12040284023 )

Candra Fandy A


( 12040284037 )

Nurul Maghfiroh

( 13040284054 )

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015

KOLONISASI SPANYOL DI AFRIKA
Nama Kelompok

:

1. Isti Ayu Wulandari

( 12040284002 )


2. Evi Dwi Agustriani

( 12040284019 )

3. Maulana Hanif Rahman

( 12040284023 )

4. Candra Fandy A

(12040284037 )

5. Nurul Maghfiroh

(13040284054 )

A. RUTE KOLONISASI SPANYOL
Jalur kolonisasi Spanyol di Benua Afrika melalui Kepulauan Canary dan
masuk ke wilayah Maroko. Daerah Maroko inilah merupakan daerah terpenting dalam
kolonisasi Spanyol di Afrika. Selain melalui kepulauan Maroko, penjelajahan

samudera oleh bangsa Spanyol di Afrika melalui daerah sepanjang Samudera Atlantik
dengan rute Benua Amerika- Samudera Pasisik – Indonesia – Samudera Hindia –
Tanjung Harapan – kembali ke Spanyol. Penjelajahan Samudera tersebut dilakukan
oleh Magellan 1519-1521 dan Loaisa 1526 yang hanya berakhir di Philipina. Beikut
wilayah kolonisasi Bangsa Spanyol berdasarkan rentang waktu :
1. Tahun 1880 wilayah koloni Spanyol di Afrika meliputi kepulauan Cannary dan
Madeira
2. Tahun 1900 wilayah koloni Spanyol di Afrika meliputi Rio de Oro, Kepulauan
Canery, Ifni di daerah Maroko, Ceuta, Melilla, Rio De Muni, dan Fernando Po
(dekat Kamerun).
3. Tahun 1925 wilayah koloni Spanyol di Afrika meliputi Ifni, Rio de Oro,
Kepulauan Canary dan Guinea

4. Tahun 1950 wilayah koloni Spanyol di Afrika Ifni, kepualauan Canary, Sahara
dan Guinea.
5. Tahun 1975 wilayah koloni Spanyol di Afrika meliputi kepulauan Canary, Sahara,
Melilla, dan Ceuta. Dan pada masa pasca kolonial tahun 1956 Prancis dan
Spanyol mengakui kemerdekaan Maroko, sehingga Spanyol mempertahankan
Ceuta. Melilla dan Ifni.
6. Pada dunia modern wilayah koloni Spanyol di Afrika hanya meliputi kepulauan

Canary
Berikut Gambaran PETA Benua Afrika dari Tahun Ke tahun
Benua Afrika tahun 1900

Benua Afrika tahun 1925

Benua Afrika Tahun 1950

Afrika tahun 1975

Benua

Benua Afrika Moderen

Kolonisasi Spanyol di Benua Afrika tidak begitu berarti, hal ini di karenakan dengan adanya
Traktat of Tordesillas (Perjanjian Tordesillas) pada tahun 1494. Perjanjian Todesillas
dilatarbelakangi oleh adanya pertentangan antara Portugis dan Spanyol mengenai penguasaan
wilayah di “Dunia Baru” setelah penjelajahan samudera bangsa Portugis dan Spanyol. Untuk
menyelesaikan masalah tersebut, Paus Alexander VI mengeluarkan “Keputusan Kepausan”
(Papal Bull). Menurut keputusan ini, garis khayal utara-selatan dari demarkasi 100 liga (1

liga = 3 mil) di sebelah barat Kepulauan Tanjung Verde mulai ditetapkan. Tanah non-Kristen
di sebelah barat garis ini berada di bawah kepemilikan Spanyol dan tanah di sebelah timur
dimiliki Portugis. Sehingga dengan perjanjian ini, kolonisasi Spanyol di Benua Afrika tidak
begitu penting, dan hingga akhirnya Spanyol menemukan negara baru di Meksiko.
B. PROSES KOLONISASI SPANYOL DI AFRIKA
Diantara negara-negara imperalisme barat, Portugal dan Spanyol adalah yang
paling lama menguasai daerah-daerah di Afrika. Sebelum memulai pembahasan
proses kolonisasi Spanyol di Afrika, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih
dahulu arti dari kolonialisme itu sendiri. Arti dari kolonialisme itu adalah bertujuan
untuk menguras habis sumber daya alam dari negara yang bersangkutan untuk
diangkut di negara Induk. Sedangkan imperialisme yaitu bertujuan untuk
menanamkan pengaruh pada semua bidang kehidupan di negara yang bersagkutan.
Koloni Spanyol lebih sedikit dan kurang berarti, meliputi : Rio de Oro, Rio
Muni, Guinea, Fernando Po dan daerah kecil di Maroko.Kenyataan membuktikan
bahwa karena bantuan tentara Mor dari Maroko, Jendral Franco keluar sebagai
pemenang dalam perang saudara di Spanyol. Politik kolonial Spanyol di Afrika juga
tidak berarti. Protektorat Spanyol di Maroko yang berdasarkan perjanjian Algeciras.
Berakhir sesudah Perancis mengakui kemerdekaan Maroko Perancis (1956).
Kemudian sultan Marokomengadakan perundingan dengan Spnyol yang berakhir


dengan penyerahan daerah Spanyol tersebut kepada sultan. Dengan dihapusnya
pemerintahan di Tanger (1956), maka kesatuan Maroko dapat tercapai.
Berdasarkan perjanjian Tordesillas, Portugal mempunyai hak untuk menguasai
seluruh wilayah Afrika, akan tetapi Spanyol juga memproleh daerah koloni di benua
Afrika. Bagi Spanyol daerah koloni yang paling berarti terletak di wilayah Maroko,
karena di wilayah tersebut terpadat jumlah penduduknya, yaitu sekitar 1 juta orang.
Wilayah yang sangat kecil tersebut hanya digunakan sebagai pangkalan militer untuk
menjaga kestabilan negeri induk, selain itu wilayah koloni tersebut juga digunakan
sebagai basis rute perdagangan antara Eropa dengan koloni Spanyol lainnya di benua
Afrika dan Amerika.
Pada tahun 1860 setelah perang Tetuan Maroko menyerahkan Sidi Ifni kepada
Spanyol. Selain itu di tahun 1911 marocco di bagi menjadi dua antara Prancis dengan
spanyol. Akibat ketidakberesan ditubuh militer, akhirnya terjadi pemberontakan di
kalangan tetntara Spanyol sendiri pada tahun 1921. Pemberontakan ini menyebabkan
posisi Spanyol terancam, tetapi pemberontakan ini segera dapat dipulihkan. Spanyol
juga membangun infrastrukutur perekonomian yang memadai di daerah tersebut,
sehingga daerah koloni spanyol pada masa itu merupakan salah satu daerah yang
termaju, dibandingkan dngan daerah koloni di benua Afrika lainnya. Pada tahun 1956
Perancis mengakui kemerdekaan Maroko. Kemudian sultan Mohammed V
mengadakan perundingan kepada pemerintah Spanyol agar sisa daerah Maroko yang

masih dikuasai oleh spanyol dikembalikan kpada pemerintahan Maroko. Akhirnya
dengan dihapuskannya pemerintahan internasional di Tanger, maka akhirnya Maroko
menjadi negara yang bersatu dan merdeka sepenuhnya. Atas desakan dunia
internasional, akhirnya Spanyol menyerahkan Sidi Ifni ke Maroko.

Pada tahun 1959, wilayah koloni spanyol di Guinea mendapatkan perlakuan
yang sama dengan provinsi di daerah Spanyol lainnya. Akan tetapi atas desakan para
nasionalis Guinea dan PBB, maka Spanyol akhirnya memberikan kemerdekaan pada
bulan Maret 1968, setelah menjadi negara merdeka Guinea memilki pendapatan
tertinggi dibandingkan negara-ngara Afrika lainnya yang baru saja merdeka. keadaan
wilayah koloni Spanyol di Afrika sangat kecil sehingga tidak terlalu berpengaruh
terhadap kestabilan daerah colonial lainnya. Wilayah yang kecil tersebut bagi spanyol
digunakan untuk mengamankan rute perdagangan mereka, selain itu selama
mempertahankan wilayah mereka, banyak resistensi dari penduduk pribumi terutama
yang telah terpengaruh oleh agama Islam.
C. KEBIJAKAN SPANYOL DI AFRIKA
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan koloni Spanyol di
Maroko adalah sebagai berikut:
1. Memborong sejumlah besar lahan pertanian yang kaya.
2. Eksploitasi dan modernisasi tambang dan pelabuhan

3. Spanyol menyetujui pengadilan internasional untuk menyerahkan wilayah Sahara
Barat kepada Maroko.
4. Membangun infrastrukutur perekonomian yang memadai di daerah tersebut,
sehingga daerah koloni spanyol pada masa itu merupakan salah satu daerah yang
termaju
5. Spanyol secara lepas tangan menyerahkan 2/3 wilayah Sahara Barat ke tangan
Maroko, wilayah Sahara Barat dari Utara ke Barat di lepaskan ke Maroko
sedangkan 1/3 dari Sahara Barat di lepaskan ke Mauritania, dari Timur ke Selatan.
Karena kedua negara ini hanya mengacu kepada Madrid Accord kedua negara ini
pun melanjutkan tindakannya untuk menguasai daerah Sahara Barat sesuai dengan

pembagian di dalam Madrid Accord Maroko menempatkan pasukan militernya
dalam jumlah besar dan menerobos masuk ke dalam wilayah Sahara Barat, dan
Mauritania juga menempatkan militernya masuk ke Sahara Barat, tindakan ini
juga di dorong oleh adanya gerakan dari Polisario yang mendeklarasikan dirinya
sebagai Republik Demokratik Arab Sahrawi (RDAS), kedua negara ini ingin
mengamankan wilayah teritori mereka masing-masing, sekaligus wilayah mereka
di Sahara Barat.
D. RESISTENSI ( PERLAWANAN / TANGGAPAN ) BANGSA AFRIKA
TERHADAP KEDATANGAN SPANYOL

Kedatangan para koloni di afrika mendapat respon yang berbeda-beda. Begitu
juga terhadap sistem yang di terapkan oleh para koloni di wilayah afrika. Hal ini tentu
saja mempengaruhi lama tidaknya kekuasan koloni atas bangsa afrika.
PERLAWANAN ATAU RESISTENSI BANGSA AFRIKA
Desain imperialis Eropa dan tekanan dari akhir abad kesembilan belas
memprovokasi respon politik dan diplomatik Afrika dan juga ketahanan militernya.
Selama dan setelah Konferensi Berlin berbagai negara Eropa mengirimkan agen untuk
menandatangani apa yang disebut perjanjian perlindungan dengan para pemimpin
masyarakat Afrika, menyatakan, kerajaan, masyarakat desentralisasi, dan kerajaan.
Interpretasi diferensial perjanjian tersebut oleh pasukan bersaing sering menyebabkan
konflik antara kedua belah pihak dan akhirnya terjadi pertemuan militer (
pertempuran militer ). Untuk Eropa, perjanjian ini berarti bahwa Afrika telah
menandatangani kedaulatan mereka untuk kekuatan Eropa, tetapi untuk Afrika,
perjanjian itu hanya diplomatik dan komersial perjanjian persahabatan. Setelah
menemukan bahwa mereka telah berlaku telah ditipu dan bahwa kekuatan Eropa
sekarang ingin memberlakukan dan melaksanakan kewenangan politik di tanah

mereka, penguasa Afrika menyelenggarakan kekuatan militer untuk melawan
perampasan tanah mereka atas Eropa dan pengenaan dominasi kolonial.
Situasi ini diperparah oleh konflik komersial antara Eropa dan Afrika. Selama

fase awal munculnya perdagangan komoditas primer (keliru disebut dalam literatur
sebagai "Perdagangan sah atau Niaga"), Eropa mendapat pasokan mereka barang
perdagangan seperti kelapa sawit, kapas, biji sawit, karet, dan kacang tanah dari
perantara Afrika .Mereka ingin melewati perantara Afrika dan perdagangan langsung
dengan sumber barang perdagangan. Tentu Afrika menolak dan bersikeras pada
pemeliharaan sistem interaksi komersial dengan orang asing yang menyatakan
kedaulatan mereka sebagai entitas politik dan ekonomi yang otonom dan aktor. Untuk
bagian mereka, para pedagang Eropa dan perusahaan perdagangan yang disebut di
negara asal mereka untuk ikut campur tangan dan memaksakan "perdagangan bebas,"
kalau perlu dengan kekerasan. Itu faktor-faktor politik, diplomatik, dan komersial dan
perselisihan yang menyebabkan konflik militer dan perlawanan terorganisir Afrika
untuk imperialisme Eropa.
Perlawanan militer Afrika mengambil dua bentuk utama: perang gerilya dan
keterlibatan militer langsung. Sementara ini digunakan sebagai kebutuhan oleh
pasukan Afrika, jenis yang dominan digunakan tergantung pada organisasi politik,
sosial, dan militer dari masyarakat yang bersangkutan. Secara umum, masyarakat
skala kecil, masyarakat desentralisasi (keliru dikenal sebagai "stateless" masyarakat),
digunakan gerilya karena ukuran mereka dan tidak adanya berdiri atau tentara
profesional. Alih-alih tentara profesional, kelompok-kelompok kecil pejuang
terorganisir dengan penguasaan medan dipasang perlawanan dengan menggunakan

taktik gerilya klasik hit and run serangan terhadap pasukan musuh stasioner. Ini
adalah pendekatan yang digunakan oleh Igbo di tenggara Nigeria melawan Inggris.

Meskipun imperialis Inggris menyapu Igboland dalam tiga tahun, antara tahun 1900
dan 1902, dan meskipun skala kecil dari masyarakat, Igbo melakukan perlawanan
berlarut-larut. Perlawanan itu menyebar dan sedikit demi sedikit, dan karena itu sulit
untuk menaklukkan mereka sepenuhnya dan menyatakan kemenangan mutlak. Lama
setelah Inggris secara resmi dijajah Igboland, mereka belum sepenuhnya menguasai
wilayah itu.
Keterlibatan militer langsung yang paling sering diselenggarakan oleh sistem
negara yang tersentralisasi, seperti chiefdom, negara-negara kota, kerajaan, dan
kerajaan, yang sering memiliki tentara berdiri atau profesional sehingga bisa
mengatasi kekuatan Eropa dengan pasukan berkumpul. Ini adalah kasus dengan
tindakan perlawanan dari Ethiopia, Zulu, kepemimpinan Mandinka, dan banyak
negara terpusat lainnya. Dalam kasus Ethiopia, penyusup imperialis adalah Italia. Ini
dihadapkan seorang pemimpin militer ditentukan dan cerdas dalam kaisar Ethiopia
Menelik II. Sebagai Italia intensif tekanan pada tahun 1890 untuk menjatuhkan
kekuasaannya atas Ethiopia, orang Ethiopia diselenggarakan untuk melawan. Dalam
pertempuran terkenal Adwa pada tahun 1896, seratus ribu tentara Ethiopia
menghadapi Italia dan menyebabkan kekalahan yang menentukan. Setelah itu,
Ethiopia berhasil mempertahankan kemerdekaannya untuk banyak masa kolonial,
kecuali untuk selingan singkat pengawasan Italia antara 1936 dan 1941.
Contoh lain dari perlawanan ( Resistensi ) adalah satu diselenggarakan oleh
Samory Toure dari muncul Mandinka kerajaan di Afrika Barat. Karena ini menyebar
kerajaan baru dan Touré berusaha untuk membentuk suatu tatanan politik baru ia
berlari melawan imperialis . Prancis yang juga berusaha memperluas wilayah mereka
pedalaman dari basis mereka di Dakar, Senegal. Ini membawa pihak-pihak dalam
konflik. Touré diselenggarakan militer dan perlawanan diplomatik antara 1882 dan

1898. Selama periode enam belas tahun ini, ia menggunakan berbagai strategi,
termasuk perang gerilya, program bumi hangus, dan keterlibatan militer langsung.
Untuk taktik terakhir ini ia memperoleh senjata, terutama senapan cepat-menembak,
dari pedagang Eropa dan pedagang di Sierra Leone dan Senegal. Dia juga mendirikan
workshop teknik di mana senjata diperbaiki dan bagian yang dibuat. Dengan sumber
daya tersebut dan pasukannya terlatih dan motivasi pertahanan nasional ia
memberikan perlawanan yang berlarut-larut untuk Perancis. Akhirnya ia ditangkap
dan, pada tahun 1898, diasingkan ke Gabon, di mana ia meninggal pada tahun 1900.
RESISTENSI PENDUDUK AFRIKA TERHADAP KEDATANGAN ORANG
EROPA ATAU SPANYOL ( DALAM BIDANG KEBUDAYAAN )
Penduduk pribumi berhasil mempertahankan kebudayaan asli mereka dengan
melakukan tardisi penyebaran suatu kisah dari mulut ke mulut, selain itu bentuk
resistensi mereka terhadap orang kulit putih direpresentasikan dengan sebuah lagu,
yaitu seperti yang dilakukan oleh penduduk Cuanhamas yang berada di wilayah
Angola, mereka menyanyakian lagu tersebut atas ketidakadilan yang mereka derita,
akibat kekalahan mereka dengan orang kulit putih.
Tidak hanya suku Cuanhamas saja yang melakukan resistensi budaya tersebut,
tetapi suku-suku lainnya juga melakukan hal serupa, seperti penduduk asli
Mozambique, mereka menyanyikan lagu tersebut akibat penderitaan mereka yang
terusir dari kampung halaman mereka.