RESPON ORANG TUA DALAM BIAYA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI KASUS DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO) TAHUN 2015 | ningsih | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 5949 12696 1 SM
RESPON ORANG TUA DALAM BIAYA PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS
(STUDI KASUS DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO)
TAHUN 2015
Veraningsih
Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon orang tua terhadap biaya pendidikan
dan pemaknaan orang tua terhadap pendidikan anak mereka yang bersekolah. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Kristen Kalam Kudus Sukoharjo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus.
Sumber data berasal dari wawancara yang dilakukan pada subyek penelitian yaitu orang tua
dan siswa, yang kedua subjek penelitian masih menyekolahkan atau bersekolah di SMA
Kristen Kalam Kudus Sukoharjo. Penelitian ini tidak menggunakan sampel, tetapi
menentukan sejumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh informasi tentang
permasalahan yang diteliti. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif yang
terdiri dari reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa respon orang tua mengenai biaya
pendidikan mayoritas mengatakan ‘mahal’, mereka menyadari bahwa untuk menuntaskan
anaknya pada sebuah pendidikan menengah bukan suatu hal yang mudah. Namun seiring
berjalannya waktu, orang tua menyadari ketika kualitas semakin terlihat dan telah dirasakan,
predikat ‘mahal’ itu menjadi sesuatu yang sebanding dengan manfaat yang telah didapat. Dari
respon orang tua terdapat juga beberapa makna didalamnya, pertama orang tua adalah pihak
yang menginvestasikan biaya pendidikan dalam skala besar, hingga menyebabkan orang tua
berekspektasi penuh kepada sekolah. Ekspektasi pada sekolah ini memanifestasikan dirinya
menjadi investasi jangka panjang bagi para orang tua. Kedua, mahalnya biaya pendidikan
sekolah beriringan dengan kualitas yang ditawarkan sekolah, kesebandingan antara kualitas
dan biaya pendidikan menjadi kepuasan tersendiri bagi orang tua. Ketiga, respon orang tua
menunjukkan terjadinya pergeseran makna hakikat pendidikan mengarah pada kebutuhan
semu (false needs) yang pada akhirnya membawa pendidikan kepada posisi prioritas yang
diutamakan.
Berkaitan dengan teori budaya konsumen, respon orang tua terhadap biaya pendidikan
tidak terlepas dari ekspetasi pada sekolah yang membawa pada harapan-harapan cemerlang
bagi anak dan masa depan orang tua itu sendiri.
Kata kunci : Budaya Konsumen, Ekspetasi Pendidikan, Pendidikan Investasi,
Kapitalisme Pendidikan
Masalah SPP dan aksi pungutan
PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi fokus dalam
yang
terjadi
tak
hanya
satu-satunya
pembangunan bangsa. Hal ini terbukti
masalah yang muncul, pengadaan seragam
dengan adanya lembaga formal maupun
sekolah
informal yang ikut berpartisipasi dalam
masyarakat. Kali ini keluhan datang dari
menyukseskan
orangtua yang anaknya diterima di SMP
program
pendidikan
pun
lembaga
informasi yang dihimpun Solopos.com,
dengannya
(12/07/2014).
oleh
Negeri
yang
Depok
dikeluhkan
bangsa. Sekolah merupakan salah satu
formal
2
juga
masyarakat dapat meningkatkan mobilitas
mereka
sosial vertikal. Selain itu, sekolah juga
mengeluarkan dana sebesar Rp 1,2 juta
dianggap sebagai solusi untuk mengatasi
lebih untuk membeli bahan seragam dan
sejumlah
Pada
berbagai atribut sebesar Rp 930.000,00,
kenyataannya, di dalamnya masih terdapat
sementara sisanya untuk ongkos jahit
berbagai masalah terkait dengan akses
meski
masyarakat.
diwajibkan.
persoalan
sosial.
Mahalnya
biaya
sekolah
keberatan
pengadaan
Biaya
harus
seragam
tidak
pendidikan
yang
adalah salah satu persoalan yang masih
semakin
terjadi hingga saat ini.
masyarakat saat ini. Disaat kebutuhan
Beberapa kasus di bawah dapat
dijadikan
sebagai
contoh
gambaran
mahal
karena
Dari
menjadi
problematika
pokok harus dipenuhi, disitu pula harga
kebutuhan pokok juga semakin naik.
Bagaimana
tentang persoalan yang ditimbulkan oleh
pun
pendidikan
mahalnya biaya pendidikan. Di kota Solo,
menjadi hal yang menimbulkan polemik
DPRD
usulan
jika dihadapkan dengan kapitalisme. Di
Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan
satu sisi, pendidikan merupakan modal
(SPP)
Sekolah
sebagai pembentuk kesadaran manusia,
Berbasis Internasional (RSBI) SMAN 1
sehingga manusia dengan sadar akan
dan SMAN 3 terlalu tinggi yaitu sebesar
dirinya dan pengetahuan. Sedangkan di
Rp 300.000,00/ bulan, dimana pembayaran
sisi
sekolah RSBI bukan untuk pembenahan
semacam senjata untuk menundukkan.
program, tetapi lebih digunakan untuk
Pendidikan dijadikan sebuah alat untuk
honor guru (Kompas, 17/09/2014).
meraih keuntungan materialis (Ardlin,
kota
oleh
Solo
eks
menilai
Rancangan
kapitalisme,
2013).
pendidikan
menjadi
Menariknya, tidak sedikit orang
dideskripsikan serta dianalisis dari hasil
tua yang menyekolahkan anaknya pada
wawancara yang telah dilakukan. Studi
sekolah
mahal.
kasus menjadi satu metode yang digunakan
untuk
untuk mengeksplorasi serta menelisik jauh
yang
Mereka
dikategorikan
berupaya
penuh
mendapatkan manfaat dari pendidikan itu
lebih
sendiri. Sepertinya ada sesuatu yang
persoalan biaya pendidikan sekolah masa
mendorong
kini. Hasil pengumpulan data yang telah
mereka
hingga
tergerak
dalam
makna
ada
dilakukan
yang dianggap memiliki masa depan yang
mendalam sehingga membongkar sesuatu
cemerlang.
yang tersembunyi dibalik dunia kesadaran
individu.
dimaknai
pada
hatinya untuk berkorban demi pendidikan
Dari penjelasan di atas, penelitian
dapat
yang
Dengan
secara
demikian,
hasil
ini bertujuan untuk: 1) Menggali lebih
penelitian yang telah dilakukan dengan
dalam
menggunakan metode studi kasus telah
mengenai
mengenai
biaya
dibebankan
dan
alasan
orang
tua
pendidikan
yang
menemukan
alasan
banyak orang yang menyekolahkan di
berhasil
menguak
sebuah
fenomena
budaya konsumen yang pada akhirnya
menjawab rumusan masalah penelitian.
SMA Kristen Kalam Kudus Sukoharjo. 2)
Menjelaskan
bagaimana
orang
tua
HASIL PENELITIAN DAN
memaknai pendidikan anak-anak mereka
PEMBAHASAN
di SMA Kristen Kalam Kudus Sukoharjo.
A. Respon Orang Tua: Menabur Biaya,
Menuai Ekspetasi
Mengenai pendidikan menengah
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengambil subyek
atas, Kalam Kudus memiliki kualitas
penelitian yaitu orang tua dan siswa, yang
bagus dari banyak aspek, seperti aspek
kedua
masih
kerohanian, akademis serta pendidikan
menyekolahkan atau bersekolah di SMA
karakter. Pandangan yang kemudian
Kristen Kalam Kudus Sukoharjo.
menjadi
subjek
penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis
bekal
untuk
mempercayai
kualitas sekolah seringkali disebarkan
lebih
melalui strategi gethok tular, yang
mengutamakan pada hasil subjektivitas
penyebarannya dilakukan dari mulut ke
informan yang kemudian hasil tersebut
mulut. Balter (2008: 32), di dalam
penelitian
kualitatif
yang
penelitiannya tentang The Word of
sekolah, di saat yang bersamaan pula
Mouth mengatakan bahwa perkataan
orang
yang
‘kepercayaan’ kepada sekolah.
keluar
dari
mulut
dalam
percakapan, 1.000 kali lebih berkuasa
tua
melakukan
Seiring
transaksi
berjalannya
daripada pengaruh dari sebuah iklan
perjalanan
biasa, sebuah angka yang terlihat sangat
menyekolahkan anak mereka dapat
luar biasa sebagaimana itu merupakan
dikatakan berat. “Mahal” menjadi satu
hal yang besar. Kepuasan pelayanan
kata yang diucapkan oleh Ibu UK dan
pendidikan menjadi sebuah pijakan
Ibu AS selaku orang tua murid beserta
implementasi
strategi
gethok
tular
siswa
para
ketika
orang
waktu,
berbicara
tua
dalam
soal
biaya
dimana setiap dialog yang dilontarkan
pendidikan di SMA Kristen Kalam
memiliki kekuatan yang luar biasa
Kudus Sukoharjo. Jika ditelaah lebih
hingga
mempengaruhi
dalam, pihak yang paling berkorban
pertimbangan orang tua dalam sebuah
dalam memberikan penghasilan demi
keputusan di sekolah mana anak-anak
pendidikan anaknya tidak lain ialah
mereka akan dididik.
orang
mampu
Biaya
pemerintah
sebenarnya ikut andil di dalamnya
dicantumkan di lembar brosur maupun
untuk meringankan beban pembiayaan
di
sekolah
lainnya
yang
Walaupun
telah
media
yang
tua.
telah
menjadi
dalam
bentuk
Bantuan
kebijakan sekolah yang menunjukkan
Operasional
Sekolah—BOS
yang
suatu bentuk legitimasi. Tinta hitam di
dibagikan tiga bulan sekali dengan
atas kertas putih menjadi bukti bahwa
nominal Rp 250.000,00.
pengesahan suatu kebijakan sekolah
Anak-anak mereka pun tidak
telah terbentuk atas konsensus dari
mau kalah dalam halnya berinvestasi
hasil pertemuan komponen-komponen
dengan cara mereka sendiri. Jika orang
sekolah. Berangkat dari tabel angka
tua berinvestasi dengan menanggung
biaya pendidikan, para orang tua dan
seluruh biaya pendidikan anak-anak
siswa secara tidak langsung telah
mereka, kemudian pemerintah yang
menyetujui
memberikan
apa
yang
menjadi
subsidi
Operasional
dalam
Sekolah,
bentuk
kebijakan sekolah. Ketika para orang
Biaya
60%
tua tengah menerima sebuah kebijakan
informan (3 dari 5 siswa) selaku siswa
SMA Kristen Kalam Kudus Sukoharjo
pembiayaan pendidikan. Menabur yang
mengaku mereka melakukan berbagai
dimaksudkan
upaya untuk meringankan beban orang
keberanian
tua mereka dengan cara berjualan. Dari
menginvestasikan dana atau sesuatu
berjualan makanan kecil, makanan berat
yang berharga namun mengharapkan
hingga berjualan sepatu.
keuntungan
disini
ialah
adanya
seseorang
dari
dalam
apa
yang
ia
Secara tidak sadar, sebenarnya
investasikan, konsep ini sering kita
orang tua tengah menginvestasikan
sebut dengan—menuai. Menuai hasil
segala sesuatunya demi pendidikan
pendidikan dapat dilihat dari angan-
anak-anaknya. Penginvestasian biaya
angan orang tua terhadap anak-anak
pendidikan yang telah dilakukan oleh
mereka. Mendapatkan pekerjaan yang
orang tua dan anak-anak digerakkan
memungkinkan mandiri secara ekonomi
oleh satu kekuatan yang berkuasa
atau
memampukan
kemakmuran
mereka
melangkah.
Satu
untuk
kekuatan
yang
barangkali
meraih
menjadi
derajat
fenomena
romantisme lamunan orang tua.
dominan dan melekat dalam masyarakat
modern masa kini, kekuatan itu disebut
B. Ketika Kualitas Mulai Berbicara
ekspetasi. Sifat alamiah dari suatu
ekspetasi
bermanifestasi
kesenangannya
ekspetasi
pendidikan
yang
dalam
ditawarkan oleh sekolah tentu memiliki
yang
berbau
keunggulan
sendiri.
Manifestasi
angan-angan
dapat
ke
Program
dibangun
dengan
tersendiri,
entah
itu
program reguler maupun International
Program.
Kedua
program
yang
adanya modal imajinasi; yang mana
ditawarkan oleh sekolah menjadi media
seseorang
penjangkauan untuk anak-anak dari segi
akan
belajar
rangsangan
imajiner
rangsangan
nyata,
melalui
penciptaan
menerima
menggantikan
yang
kemudian
kesadaran
diri
biaya
pendidikan
maupun
kualitas
pendidikan. Program reguler misalnya,
program ini memiliki keunggulan yang
memanipulasi ilusi-ilusi imajiner yang
diakui
menyenangkan (Lury, 1998: 103–104).
Secara akademis, anak menjadi lebih
Menabur dan menuai menjadi
konsep
dasar
dari
penginvestasian
baik secara keseluruhannya.
pintar dan banyak menguasai ilmu
pengetahuan yang telah mereka pelajari
selama bersekolah. Dari segi karakter
biaya
pun, orang tua merasa anaknya menjadi
penghargaan akademis calon peserta
lebih bertanggung jawab, mandiri, jujur
didik. Potongan biaya sekolah menjadi
dan juga disiplin. Bahkan bagi siswa IP,
suatu keunggulan dari segi biaya.
manfaat besar yang diperoleh adalah
Mereka mengakui kebaikan hati pihak
kemampuan dalam berbahasa Inggris
sekolah dalam meringankan biaya awal
yang menjadi program andalan sekolah.
masuk yang cukup menguntungkan bagi
Jika dilihat dari segi ekonomi,
calon peserta didik baru. Berangkat dari
memang benar bahwa biaya pendidikan
keberhasilan dari beberapa ketetapan
relatif mahal, namun disisi lain mereka
sekolah inilah yang menambah para
mendapat
yang
orang tua merasakan kualitas sekolah
mereka bayar. Bagi orang tua yang
yang dirasa sebanding dengan apa yang
memiliki rencana untuk menyekolahkan
mereka bayar.
manfaat
dari
apa
anaknya di Perguruan Tinggi di luar
negeri,
mereka
masuk
sebagai
bentuk
Sekolah mampu menciptakan
akan
mendapat
lamunan asumsi dan keyakinan budaya
maksimal
dengan
kepada masyarakat, khususnya orang
dalam
tua dan anak mereka yang tengah
International Program dari jenjang
meraih ekspetasi yang menjanjikan
SMP hingga ke jenjang SMA. Selain
tersebut. Hal ini digunakan orang tua
anak menjadi pintar berbahasa inggris,
untuk menjadikan keyakinan sebagai
anak juga mengantongi O level sebagai
fakta
bekal pengakuan yang bisa terpakai
mereka. Douglas dan Isherwood (dalam
untuk melanjutkan studi di luar negeri.
Lury, 1998: 17) menyebut realitas ini
Lain lagi halnya, apabila orang tua yang
sebagai
berencana
anaknya
Lamunan asumsi yang tersosialisasikan
kelak di negeri sendiri, tentu orang tua
terus-menerus selama ini berdampak
lebih concern untuk memilih program
menjadi
reguler saja.
sebenarnya berujung pada promosi yang
keuntungan
menyekolahkan
anaknya
ke
menyekolahkan
Terdapat
pula
salah
satu
yang
melekat
kekonkritan
ditawarkan
keyakinan
pada
dalam
benak
(concreteness).
budaya
sekolah,
yang
dimana
ketetapan yang cukup memudahkan
sekolah menawarkan diri untuk menjadi
orang tua siswa ialah terdapat potongan
sarana melakukan mobilitas sosial dan
sekolah menganggap dapat memberikan
potongan dan hanya mengambil 1 ekstra
solusi atas permasalahan sosial yang
kurikuler saja selama 3 tahun. Total
ada.
biaya program IGCSE hampir 2 kali
lipat dari program reguler biasa, yaitu
C. Implementasi Ekspetasi Tertuang
sebesar Rp 78.015,00 dengan asumsi
dalam Semangat Merogoh Rupiah
tanpa potongan, mengambil satu ekstra
Tidak ada orang tua yang tidak
kurikuler saja selama 2 tahun. Jika
berkorban demi anaknya. Prinsip ini
dilihat
terbukti dengan komitmen pada orang
mencolok
tua memelihara anak-anaknya hingga
program reguler dengan International
tumbuh besar. Apapun yang dimiliki
Program (IGCSE). Biaya pendidikan
oleh orang tua akan diberikan asal
diatas
anaknya mendapatkan satu keadaan
transportasi, pemberian uang saku pada
yang diimpi-impikan oleh setiap insan
anak-anak mereka, kebutuhan sekolah
manusia
Besar
seperti tas, sepatu, alat tulis. Tidak
harapan orang tua untuk menjadikan
jarang pula orang tua memasukkan
anaknya memiliki keadaan yang lebih
anaknya
baik
yang
tertentu ke dalam lembaga nonformal
ditempuh orang tua pun bermacam-
seperti bimbingan belajar, dan masih
macam untuk mewujudkan harapan
banyak lagi kebutuhan yang harus
mereka. Tetapi ada satu jalan yang tidak
dipenuhi
mungkin tidak dilakukan orang tua
seringkali dilakukan orang tua dalam
demi mendapatkan sebuah kebahagiaan,
rangka
yaitu menyekolahkan anak mereka.
pendidikan yakni dengan cara bekerja.
yaitu—kebahagiaan.
daripada
Penulis
mereka.
mengajak
Cara
pembaca
nominalnya,
perbedaan
belum
ke
orang
terlihat
sangat
total
biaya
termasuk
dalam
tua.
biaya
kursus-kursus
Upaya
mencukupi
yang
kebutuhan
Betapa pendidikan saat ini mulai
untuk menganalisis biaya pendidikan
memposisikan diri
pada
kebutuhan
yang ditempuh selama anak bersekolah
primer yang sama pentingnya dengan
sesuai dengan program yang telah
kebutuhan pangan. Hal ini disebabkan
dipilih. Bagi program reguler, orang tua
ekspektasi orang tua terhadap sekolah
mengeluarkan biaya kira-kira sebesar
yang membuat orang tua memiliki
Rp 34.610.000,00 dengan asumsi tanpa
keyakinan yang kuat bahwa sekolah
mampu
memindahkan
mereka
ke
kehidupan yang lebih baik.
dari sebuah rekayasa psikologis yang
Sekolah bagaikan tongkat sihir
yang
mengubah
kehidupan
mereka
yang
lebih
memilih sekolah terimplementasikan
menuju
baik
telah
diciptakan.
dihujam
oleh
Kesadaran
rekayasa
massa
psiokologis
dari
hingga terendap ke alam bawah sadar
sebelumnya. Bagaimana tidak, sekolah
yang mengendalikan pikiran, perasaan
menawarkan berbagai program dengan
tingkah
kualitasnya, fasilitas lengkap dengan
174). Rekayasa psikologis tidak bisa
alat-alat canggih di dalamnya, serta
lepas kaitannya dengan ekspetasi orang
sekolah memberikan
harapan masa
tua, dua hal ini saling beriringan dan
depan yang cemerlang dengan berbagai
mendukung sampai kesadaran bawah
kerja sama yang telah disepakati dengan
sadar
pihak-pihak
pendidikan anaknya.
ternama.
Kini
biaya
pendidikan menjadi sebuah prioritas
yang
dapat
(Soyomukti
mengakui
Merespon
akan
2008:
kebutuhan
tingginya
biaya
dengan
pendidikan yang diemban orang tua
Jika
merupakan tindak lanjut dari pergeseran
kebutuhan pangan yang tidak dipenuhi,
kebutuhan pendidikan sama seperti
maka manusia itu akan mati, karena
kebutuhan
hakikatnya
membutuhkan
dilakukan orang tua pun bermacam-
makanan demi kelangsungan hidupnya.
macam, selain bekerja dan mencari
Sama pula dengan biaya pendidikan,
sampingan.
begitu
dapat
kesempatan menjadi upaya alternatif
memenuhinya, maka anak mereka akan
yang dirasa cukup memberikan rasa
putus sekolah.
‘aman’ bagi orang tua.
kebutuhan
disejajarkan
lakunya
pangan
manusia
orang
Keputusan
manusia.
tua
tidak
Upaya
Menangkap
yang
sebuah
tua
dalam
Memiliki asuransi pendidikan
di
SMA
menjadi pemikiran modern bagi orang
Kristen Kalam Kudus Sukoharjo bisa
tua masa kini. Mereka menganggap
dimaknai sebagai konsekuensi logis
dengan
orang tua dalam menuntaskan biaya
memiliki
pendidikan yang tidak murah. Jika
Menabung demi masa depan bukanlah
ditelisik, keputusan orang tua dalam
tujuan satu-satunya yang sebenarnya
menyekolahkan
orang
primer.
anaknya
berasuransi,
multiplikasi
mereka
akan
keuntungan.
didapatkan. Secara finansial, orang tua
yang selaku investor akan menimbun
hasilnya berlipat-lipat. Namun dibalik
pelipatgandaan hasil yang diperoleh,
sebenarnya mereka tengah membagi
beban yang diangkat di punggung
mereka kepada pihak asuransi. Mulailah
perasaan aman yang dirasakan ketika
orang tua menjadi pribadi yang tidak
sendirian untuk memikul
tanggung
jawab dalam menuntaskan anaknya
bersekolah. Asuransi menjadi alat untuk
memproteksi
terburuk
segala
yang
kemungkinan
dialami
orang
tua.
Ketakutan orang tua yang telah tercover
melalui kehadiran asuransi menjadi
suatu kelegaan tersendiri yang tidak
terkatakan.
diri sebagai obyek menifestasi asumsi
ekspetasi orang tua tampaknya berhasil
menciptakan keyakinan budaya dari
eksistensi
ekspetasi
itu
Kekuatan
keyakinan
budaya
menggerakkan
dari
semangat
saku
sendiri.
ini
merogoh
mereka.
Bahkan
semangat yang timbul diantara mereka
mampu menembus batas kemampuan
orang
tua
pendidikan.
Ekspetasi
bagaikan
sebuah
pohon yang memposisikan diri sebagai
keyakinan budaya, dimana pohon ini
akan bertumbuh besar mengakar kuat
berkat adanya iklan yang memupuknya.
Harapan orang tua terhadap pendidikan
Pendidikan yang memposisikan
rupiah
Sumber: Ilustrasi yang digambar oleh
penulis, 12 Mei 2015
dalam
hal
pembiayaan
anaknya dijadikan sebuah kepercayaan
yang bertumbuh seiring banyaknya
orang memberikan testimonial, nasehat,
maupun rujukan yang bersifat persuasif.
Pengharapan
yang
tersosialisasikan
terus
akan
menerus
menimbulkan
ilusi signifikansi yang menyenangkan
hati. Keberhasilan anak-anak mereka
yang diangankan orang tua barangkali
akan terasa manis ketika orang tua
menyerahkan uang mereka sebagai
bentuk
siraman
yang
menyegarkan
ekspetasi itu sendiri. Padahal kepastian
dari buah signifikansi yang diangan-
yang tersembunyi di balik bilik sekolah
angankan belum tentu terjadi secara
merupakan
mulus dan utuh, kondisi ketidakpastian
diunggulkan kapitalisme pendidikan.
ini dapat dinamakan buah realitas.
Kemenangan kebutuhan semu (false
Realitas yang membawa pada kenyataan
needs) atas kebutuhan riil (real needs)
yang sebenarnya, bahwa sekolah tidak
sudah tak terelakkan lagi dengan tidak
sepenuhnya membawa segala keinginan
melupakan dukungan media di balik
menjadi terkabul.
layar pertarungan sengit ini. Pengaburan
Ketika
definisi
merenungkan
pendidikan,
tidak
produk-produk
sebuah
hakikat
pendidikan
jarang
keberhasilan
berakar
media-media
yang
pada
dalam
pendidikan
menciptakan kebutuhan semu (false
dengan sekolah. Jika merenungkan
needs) ke dalam pendidikan itu sendiri
sebuah arti pendidikan, segala pengaruh
(Marcuse 2002, dalam Soyomukti 2008:
yang diupayakan oleh sekolah terhadap
174).
masyarakat
mengkaitkan
anak (usia sekolah) untuk menjadikan
anak berkemampuan kognitif, memiliki
kesiapan
mental
yang
sempurna,
PENUTUP
kesadaran yang maju untuk terjun di
Berdasarkan pada penelitian yang
masyarakat, menjalin hubungan sosial,
telah dilakukan, maka dapat diambil suatu
dan memikul tanggung jawab mereka
kesimpulan
sebagai
sebagai
mengenai biaya pendidikan mayoritas
makhluk sosial menjadi definisi yang
mengatakan ‘mahal’, mereka menyadari
cukup mewakili hakikat pendidikan itu
bahwa untuk menuntaskan anaknya pada
sendiri
(Soyomukti
Hanya
persoalannya
individu
maupun
bahwa
respon
orang tua
2010:
40-41).
sebuah pendidikan menengah bukan suatu
ialah
makna
hal
yang
mudah.
Namun
seiring
pendidikan sebenarnya yang mulia ini
berjalannya waktu, orang tua menyadari
menjadi kabur semenjak kapitalisme
ketika kualitas semakin terlihat dan telah
masuk di dalamnya.
dirasakan, predikat ‘mahal’ itu menjadi
Lamunan
pendidikan,
rekayasa
romantisme
psikologis,
prestise, hingga manfaat-manfaat lain
sesuatu yang sebanding dengan manfaat
yang telah didapat.
Berawal dari respon orang tua
makna yang diciptakan untuk membentuk
terdapat beberapa makna didalamnya, yang
ekspetasi pada masyarakat konsumen.
pertama orang tua adalah pihak yang
Perkembangan teori budaya konsumen
menginvestasikan biaya pendidikan dalam
lebih
skala besar, hingga menyebabkan orang
konsumsi, gaya hidup konsumsi, identitas
tua berekspetasi penuh kepada sekolah.
individu secara luas dan lebih mengarah
Kedua, mahalnya biaya pendidikan sekolah
pada
beriringan
yang
disayangkan teori budaya konsumen tidak
ditawarkan sekolah, kesebandingan antara
membahas bagaimana perilaku orang tua
kualitas dan biaya pendidikan menjadi
yang mengarah pada gaya hidup konsumen
kepuasan tersendiri bagi orang tua. Ketiga,
yang erat kaitannya dengan pendidikan
respon orang tua menunjukkan terjadinya
masa kini.
dengan
kualitas
banyak
membicarakan
komoditas
materi.
konsep
Cukup
pergeseran makna hakikat pendidikan yang
Penelitian yang telah dilakukan
sebenarnya ke arah kebutuhan semu (false
dengan menggunakan metode studi kasus
needs) yang pada akhirnya membawa
telah berhasil menguak sebuah fenomena
pendidikan kepada posisi prioritas yang
budaya konsumen yang pada akhirnya
diutamakan. Strategi orang tua dalam
menjawab rumusan masalah penelitian.
menyiasati beban biaya pendidikan telah
ditunjukkan oleh semangat merogoh rupiah
yang diwujudkan dengan bekerja pada
sebuah
perusahaan
usaha-usaha
dianggap
lain.
hingga
Strategi
ampuh
untuk
membuka
lain
yang
mencukupi
DAFTAR PUSTAKA
Ardlin, Fuad (2013). Forma Mobilitas
Sosial
Dalam
Pendidikan
Kapitalisme
(Versi
Elektronik).
kebutuhan pendidikan antara lain yaitu
Jurnal Diskursus Islam, 1 (3), 1-12.
memercayakan
Diperoleh 25 Oktober 2014, dari
pada
sebuah
asuransi
pendidikan yang memproteksi masa depan.
Lury
http://www.uin-
Teori budaya konsumen Celia
alauddin.ac.id/download-Jurnal
mampu
Diskursus
menjelaskan
konsep
masyarakat konsumen masa kini yang
ditandai oleh adanya media-media yang
berfungsi
untuk
menanamkan
makna-
Islam
Vol
1
Desember 2013.111-122.pdf
No
3
Balter, Dave. (2008). The Word of Mouth
Manual II. Boston: Print Matters,
Inc.
Lury, Celia. (1998). Budaya Konsumen.
Terj. Hasti T. Champion. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. (Buku asli
diterbitkan 1996).
Prakoso, Taufiq Sidik. (2013, 14 Agustus).
Duh, Biaya Eks-RSBI di Solo di Atas
Standar. KOMPAS. Diperoleh 17
September
2014,
dari
http://www.solopos.com/2013/08/14/
biaya-sekolah-duh-biaya-eks-rsbi-disolo-di-atas-standar-437761
Sekarani, Rima. (2014, 12 Juli).
Pengadaan Seragam di Sekolah
Dikeluhkan. KOMPAS. Diperoleh 17
September
2014,
dari
http://www.solopos.com/2014/07/12/
tahun-ajaran-baru-pengadaanseragam-di-sekolah-dikeluhkan518853
Soyomukti,
Nurani.
(2008).
Metode
Pendidikan Marxis Sosialis. Antara
Teori dan Praktik. Yogyakarta: ArRuzz Media.
Soyomukti, Nurani. (2010). Teori-teori
Pendidikan.
Liberal,
Tradisional,
Marxis
-
(Neo)
Sosialis,
Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
SEKOLAH MENENGAH ATAS
(STUDI KASUS DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO)
TAHUN 2015
Veraningsih
Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon orang tua terhadap biaya pendidikan
dan pemaknaan orang tua terhadap pendidikan anak mereka yang bersekolah. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Kristen Kalam Kudus Sukoharjo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus.
Sumber data berasal dari wawancara yang dilakukan pada subyek penelitian yaitu orang tua
dan siswa, yang kedua subjek penelitian masih menyekolahkan atau bersekolah di SMA
Kristen Kalam Kudus Sukoharjo. Penelitian ini tidak menggunakan sampel, tetapi
menentukan sejumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh informasi tentang
permasalahan yang diteliti. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif yang
terdiri dari reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa respon orang tua mengenai biaya
pendidikan mayoritas mengatakan ‘mahal’, mereka menyadari bahwa untuk menuntaskan
anaknya pada sebuah pendidikan menengah bukan suatu hal yang mudah. Namun seiring
berjalannya waktu, orang tua menyadari ketika kualitas semakin terlihat dan telah dirasakan,
predikat ‘mahal’ itu menjadi sesuatu yang sebanding dengan manfaat yang telah didapat. Dari
respon orang tua terdapat juga beberapa makna didalamnya, pertama orang tua adalah pihak
yang menginvestasikan biaya pendidikan dalam skala besar, hingga menyebabkan orang tua
berekspektasi penuh kepada sekolah. Ekspektasi pada sekolah ini memanifestasikan dirinya
menjadi investasi jangka panjang bagi para orang tua. Kedua, mahalnya biaya pendidikan
sekolah beriringan dengan kualitas yang ditawarkan sekolah, kesebandingan antara kualitas
dan biaya pendidikan menjadi kepuasan tersendiri bagi orang tua. Ketiga, respon orang tua
menunjukkan terjadinya pergeseran makna hakikat pendidikan mengarah pada kebutuhan
semu (false needs) yang pada akhirnya membawa pendidikan kepada posisi prioritas yang
diutamakan.
Berkaitan dengan teori budaya konsumen, respon orang tua terhadap biaya pendidikan
tidak terlepas dari ekspetasi pada sekolah yang membawa pada harapan-harapan cemerlang
bagi anak dan masa depan orang tua itu sendiri.
Kata kunci : Budaya Konsumen, Ekspetasi Pendidikan, Pendidikan Investasi,
Kapitalisme Pendidikan
Masalah SPP dan aksi pungutan
PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi fokus dalam
yang
terjadi
tak
hanya
satu-satunya
pembangunan bangsa. Hal ini terbukti
masalah yang muncul, pengadaan seragam
dengan adanya lembaga formal maupun
sekolah
informal yang ikut berpartisipasi dalam
masyarakat. Kali ini keluhan datang dari
menyukseskan
orangtua yang anaknya diterima di SMP
program
pendidikan
pun
lembaga
informasi yang dihimpun Solopos.com,
dengannya
(12/07/2014).
oleh
Negeri
yang
Depok
dikeluhkan
bangsa. Sekolah merupakan salah satu
formal
2
juga
masyarakat dapat meningkatkan mobilitas
mereka
sosial vertikal. Selain itu, sekolah juga
mengeluarkan dana sebesar Rp 1,2 juta
dianggap sebagai solusi untuk mengatasi
lebih untuk membeli bahan seragam dan
sejumlah
Pada
berbagai atribut sebesar Rp 930.000,00,
kenyataannya, di dalamnya masih terdapat
sementara sisanya untuk ongkos jahit
berbagai masalah terkait dengan akses
meski
masyarakat.
diwajibkan.
persoalan
sosial.
Mahalnya
biaya
sekolah
keberatan
pengadaan
Biaya
harus
seragam
tidak
pendidikan
yang
adalah salah satu persoalan yang masih
semakin
terjadi hingga saat ini.
masyarakat saat ini. Disaat kebutuhan
Beberapa kasus di bawah dapat
dijadikan
sebagai
contoh
gambaran
mahal
karena
Dari
menjadi
problematika
pokok harus dipenuhi, disitu pula harga
kebutuhan pokok juga semakin naik.
Bagaimana
tentang persoalan yang ditimbulkan oleh
pun
pendidikan
mahalnya biaya pendidikan. Di kota Solo,
menjadi hal yang menimbulkan polemik
DPRD
usulan
jika dihadapkan dengan kapitalisme. Di
Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan
satu sisi, pendidikan merupakan modal
(SPP)
Sekolah
sebagai pembentuk kesadaran manusia,
Berbasis Internasional (RSBI) SMAN 1
sehingga manusia dengan sadar akan
dan SMAN 3 terlalu tinggi yaitu sebesar
dirinya dan pengetahuan. Sedangkan di
Rp 300.000,00/ bulan, dimana pembayaran
sisi
sekolah RSBI bukan untuk pembenahan
semacam senjata untuk menundukkan.
program, tetapi lebih digunakan untuk
Pendidikan dijadikan sebuah alat untuk
honor guru (Kompas, 17/09/2014).
meraih keuntungan materialis (Ardlin,
kota
oleh
Solo
eks
menilai
Rancangan
kapitalisme,
2013).
pendidikan
menjadi
Menariknya, tidak sedikit orang
dideskripsikan serta dianalisis dari hasil
tua yang menyekolahkan anaknya pada
wawancara yang telah dilakukan. Studi
sekolah
mahal.
kasus menjadi satu metode yang digunakan
untuk
untuk mengeksplorasi serta menelisik jauh
yang
Mereka
dikategorikan
berupaya
penuh
mendapatkan manfaat dari pendidikan itu
lebih
sendiri. Sepertinya ada sesuatu yang
persoalan biaya pendidikan sekolah masa
mendorong
kini. Hasil pengumpulan data yang telah
mereka
hingga
tergerak
dalam
makna
ada
dilakukan
yang dianggap memiliki masa depan yang
mendalam sehingga membongkar sesuatu
cemerlang.
yang tersembunyi dibalik dunia kesadaran
individu.
dimaknai
pada
hatinya untuk berkorban demi pendidikan
Dari penjelasan di atas, penelitian
dapat
yang
Dengan
secara
demikian,
hasil
ini bertujuan untuk: 1) Menggali lebih
penelitian yang telah dilakukan dengan
dalam
menggunakan metode studi kasus telah
mengenai
mengenai
biaya
dibebankan
dan
alasan
orang
tua
pendidikan
yang
menemukan
alasan
banyak orang yang menyekolahkan di
berhasil
menguak
sebuah
fenomena
budaya konsumen yang pada akhirnya
menjawab rumusan masalah penelitian.
SMA Kristen Kalam Kudus Sukoharjo. 2)
Menjelaskan
bagaimana
orang
tua
HASIL PENELITIAN DAN
memaknai pendidikan anak-anak mereka
PEMBAHASAN
di SMA Kristen Kalam Kudus Sukoharjo.
A. Respon Orang Tua: Menabur Biaya,
Menuai Ekspetasi
Mengenai pendidikan menengah
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengambil subyek
atas, Kalam Kudus memiliki kualitas
penelitian yaitu orang tua dan siswa, yang
bagus dari banyak aspek, seperti aspek
kedua
masih
kerohanian, akademis serta pendidikan
menyekolahkan atau bersekolah di SMA
karakter. Pandangan yang kemudian
Kristen Kalam Kudus Sukoharjo.
menjadi
subjek
penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis
bekal
untuk
mempercayai
kualitas sekolah seringkali disebarkan
lebih
melalui strategi gethok tular, yang
mengutamakan pada hasil subjektivitas
penyebarannya dilakukan dari mulut ke
informan yang kemudian hasil tersebut
mulut. Balter (2008: 32), di dalam
penelitian
kualitatif
yang
penelitiannya tentang The Word of
sekolah, di saat yang bersamaan pula
Mouth mengatakan bahwa perkataan
orang
yang
‘kepercayaan’ kepada sekolah.
keluar
dari
mulut
dalam
percakapan, 1.000 kali lebih berkuasa
tua
melakukan
Seiring
transaksi
berjalannya
daripada pengaruh dari sebuah iklan
perjalanan
biasa, sebuah angka yang terlihat sangat
menyekolahkan anak mereka dapat
luar biasa sebagaimana itu merupakan
dikatakan berat. “Mahal” menjadi satu
hal yang besar. Kepuasan pelayanan
kata yang diucapkan oleh Ibu UK dan
pendidikan menjadi sebuah pijakan
Ibu AS selaku orang tua murid beserta
implementasi
strategi
gethok
tular
siswa
para
ketika
orang
waktu,
berbicara
tua
dalam
soal
biaya
dimana setiap dialog yang dilontarkan
pendidikan di SMA Kristen Kalam
memiliki kekuatan yang luar biasa
Kudus Sukoharjo. Jika ditelaah lebih
hingga
mempengaruhi
dalam, pihak yang paling berkorban
pertimbangan orang tua dalam sebuah
dalam memberikan penghasilan demi
keputusan di sekolah mana anak-anak
pendidikan anaknya tidak lain ialah
mereka akan dididik.
orang
mampu
Biaya
pemerintah
sebenarnya ikut andil di dalamnya
dicantumkan di lembar brosur maupun
untuk meringankan beban pembiayaan
di
sekolah
lainnya
yang
Walaupun
telah
media
yang
tua.
telah
menjadi
dalam
bentuk
Bantuan
kebijakan sekolah yang menunjukkan
Operasional
Sekolah—BOS
yang
suatu bentuk legitimasi. Tinta hitam di
dibagikan tiga bulan sekali dengan
atas kertas putih menjadi bukti bahwa
nominal Rp 250.000,00.
pengesahan suatu kebijakan sekolah
Anak-anak mereka pun tidak
telah terbentuk atas konsensus dari
mau kalah dalam halnya berinvestasi
hasil pertemuan komponen-komponen
dengan cara mereka sendiri. Jika orang
sekolah. Berangkat dari tabel angka
tua berinvestasi dengan menanggung
biaya pendidikan, para orang tua dan
seluruh biaya pendidikan anak-anak
siswa secara tidak langsung telah
mereka, kemudian pemerintah yang
menyetujui
memberikan
apa
yang
menjadi
subsidi
Operasional
dalam
Sekolah,
bentuk
kebijakan sekolah. Ketika para orang
Biaya
60%
tua tengah menerima sebuah kebijakan
informan (3 dari 5 siswa) selaku siswa
SMA Kristen Kalam Kudus Sukoharjo
pembiayaan pendidikan. Menabur yang
mengaku mereka melakukan berbagai
dimaksudkan
upaya untuk meringankan beban orang
keberanian
tua mereka dengan cara berjualan. Dari
menginvestasikan dana atau sesuatu
berjualan makanan kecil, makanan berat
yang berharga namun mengharapkan
hingga berjualan sepatu.
keuntungan
disini
ialah
adanya
seseorang
dari
dalam
apa
yang
ia
Secara tidak sadar, sebenarnya
investasikan, konsep ini sering kita
orang tua tengah menginvestasikan
sebut dengan—menuai. Menuai hasil
segala sesuatunya demi pendidikan
pendidikan dapat dilihat dari angan-
anak-anaknya. Penginvestasian biaya
angan orang tua terhadap anak-anak
pendidikan yang telah dilakukan oleh
mereka. Mendapatkan pekerjaan yang
orang tua dan anak-anak digerakkan
memungkinkan mandiri secara ekonomi
oleh satu kekuatan yang berkuasa
atau
memampukan
kemakmuran
mereka
melangkah.
Satu
untuk
kekuatan
yang
barangkali
meraih
menjadi
derajat
fenomena
romantisme lamunan orang tua.
dominan dan melekat dalam masyarakat
modern masa kini, kekuatan itu disebut
B. Ketika Kualitas Mulai Berbicara
ekspetasi. Sifat alamiah dari suatu
ekspetasi
bermanifestasi
kesenangannya
ekspetasi
pendidikan
yang
dalam
ditawarkan oleh sekolah tentu memiliki
yang
berbau
keunggulan
sendiri.
Manifestasi
angan-angan
dapat
ke
Program
dibangun
dengan
tersendiri,
entah
itu
program reguler maupun International
Program.
Kedua
program
yang
adanya modal imajinasi; yang mana
ditawarkan oleh sekolah menjadi media
seseorang
penjangkauan untuk anak-anak dari segi
akan
belajar
rangsangan
imajiner
rangsangan
nyata,
melalui
penciptaan
menerima
menggantikan
yang
kemudian
kesadaran
diri
biaya
pendidikan
maupun
kualitas
pendidikan. Program reguler misalnya,
program ini memiliki keunggulan yang
memanipulasi ilusi-ilusi imajiner yang
diakui
menyenangkan (Lury, 1998: 103–104).
Secara akademis, anak menjadi lebih
Menabur dan menuai menjadi
konsep
dasar
dari
penginvestasian
baik secara keseluruhannya.
pintar dan banyak menguasai ilmu
pengetahuan yang telah mereka pelajari
selama bersekolah. Dari segi karakter
biaya
pun, orang tua merasa anaknya menjadi
penghargaan akademis calon peserta
lebih bertanggung jawab, mandiri, jujur
didik. Potongan biaya sekolah menjadi
dan juga disiplin. Bahkan bagi siswa IP,
suatu keunggulan dari segi biaya.
manfaat besar yang diperoleh adalah
Mereka mengakui kebaikan hati pihak
kemampuan dalam berbahasa Inggris
sekolah dalam meringankan biaya awal
yang menjadi program andalan sekolah.
masuk yang cukup menguntungkan bagi
Jika dilihat dari segi ekonomi,
calon peserta didik baru. Berangkat dari
memang benar bahwa biaya pendidikan
keberhasilan dari beberapa ketetapan
relatif mahal, namun disisi lain mereka
sekolah inilah yang menambah para
mendapat
yang
orang tua merasakan kualitas sekolah
mereka bayar. Bagi orang tua yang
yang dirasa sebanding dengan apa yang
memiliki rencana untuk menyekolahkan
mereka bayar.
manfaat
dari
apa
anaknya di Perguruan Tinggi di luar
negeri,
mereka
masuk
sebagai
bentuk
Sekolah mampu menciptakan
akan
mendapat
lamunan asumsi dan keyakinan budaya
maksimal
dengan
kepada masyarakat, khususnya orang
dalam
tua dan anak mereka yang tengah
International Program dari jenjang
meraih ekspetasi yang menjanjikan
SMP hingga ke jenjang SMA. Selain
tersebut. Hal ini digunakan orang tua
anak menjadi pintar berbahasa inggris,
untuk menjadikan keyakinan sebagai
anak juga mengantongi O level sebagai
fakta
bekal pengakuan yang bisa terpakai
mereka. Douglas dan Isherwood (dalam
untuk melanjutkan studi di luar negeri.
Lury, 1998: 17) menyebut realitas ini
Lain lagi halnya, apabila orang tua yang
sebagai
berencana
anaknya
Lamunan asumsi yang tersosialisasikan
kelak di negeri sendiri, tentu orang tua
terus-menerus selama ini berdampak
lebih concern untuk memilih program
menjadi
reguler saja.
sebenarnya berujung pada promosi yang
keuntungan
menyekolahkan
anaknya
ke
menyekolahkan
Terdapat
pula
salah
satu
yang
melekat
kekonkritan
ditawarkan
keyakinan
pada
dalam
benak
(concreteness).
budaya
sekolah,
yang
dimana
ketetapan yang cukup memudahkan
sekolah menawarkan diri untuk menjadi
orang tua siswa ialah terdapat potongan
sarana melakukan mobilitas sosial dan
sekolah menganggap dapat memberikan
potongan dan hanya mengambil 1 ekstra
solusi atas permasalahan sosial yang
kurikuler saja selama 3 tahun. Total
ada.
biaya program IGCSE hampir 2 kali
lipat dari program reguler biasa, yaitu
C. Implementasi Ekspetasi Tertuang
sebesar Rp 78.015,00 dengan asumsi
dalam Semangat Merogoh Rupiah
tanpa potongan, mengambil satu ekstra
Tidak ada orang tua yang tidak
kurikuler saja selama 2 tahun. Jika
berkorban demi anaknya. Prinsip ini
dilihat
terbukti dengan komitmen pada orang
mencolok
tua memelihara anak-anaknya hingga
program reguler dengan International
tumbuh besar. Apapun yang dimiliki
Program (IGCSE). Biaya pendidikan
oleh orang tua akan diberikan asal
diatas
anaknya mendapatkan satu keadaan
transportasi, pemberian uang saku pada
yang diimpi-impikan oleh setiap insan
anak-anak mereka, kebutuhan sekolah
manusia
Besar
seperti tas, sepatu, alat tulis. Tidak
harapan orang tua untuk menjadikan
jarang pula orang tua memasukkan
anaknya memiliki keadaan yang lebih
anaknya
baik
yang
tertentu ke dalam lembaga nonformal
ditempuh orang tua pun bermacam-
seperti bimbingan belajar, dan masih
macam untuk mewujudkan harapan
banyak lagi kebutuhan yang harus
mereka. Tetapi ada satu jalan yang tidak
dipenuhi
mungkin tidak dilakukan orang tua
seringkali dilakukan orang tua dalam
demi mendapatkan sebuah kebahagiaan,
rangka
yaitu menyekolahkan anak mereka.
pendidikan yakni dengan cara bekerja.
yaitu—kebahagiaan.
daripada
Penulis
mereka.
mengajak
Cara
pembaca
nominalnya,
perbedaan
belum
ke
orang
terlihat
sangat
total
biaya
termasuk
dalam
tua.
biaya
kursus-kursus
Upaya
mencukupi
yang
kebutuhan
Betapa pendidikan saat ini mulai
untuk menganalisis biaya pendidikan
memposisikan diri
pada
kebutuhan
yang ditempuh selama anak bersekolah
primer yang sama pentingnya dengan
sesuai dengan program yang telah
kebutuhan pangan. Hal ini disebabkan
dipilih. Bagi program reguler, orang tua
ekspektasi orang tua terhadap sekolah
mengeluarkan biaya kira-kira sebesar
yang membuat orang tua memiliki
Rp 34.610.000,00 dengan asumsi tanpa
keyakinan yang kuat bahwa sekolah
mampu
memindahkan
mereka
ke
kehidupan yang lebih baik.
dari sebuah rekayasa psikologis yang
Sekolah bagaikan tongkat sihir
yang
mengubah
kehidupan
mereka
yang
lebih
memilih sekolah terimplementasikan
menuju
baik
telah
diciptakan.
dihujam
oleh
Kesadaran
rekayasa
massa
psiokologis
dari
hingga terendap ke alam bawah sadar
sebelumnya. Bagaimana tidak, sekolah
yang mengendalikan pikiran, perasaan
menawarkan berbagai program dengan
tingkah
kualitasnya, fasilitas lengkap dengan
174). Rekayasa psikologis tidak bisa
alat-alat canggih di dalamnya, serta
lepas kaitannya dengan ekspetasi orang
sekolah memberikan
harapan masa
tua, dua hal ini saling beriringan dan
depan yang cemerlang dengan berbagai
mendukung sampai kesadaran bawah
kerja sama yang telah disepakati dengan
sadar
pihak-pihak
pendidikan anaknya.
ternama.
Kini
biaya
pendidikan menjadi sebuah prioritas
yang
dapat
(Soyomukti
mengakui
Merespon
akan
2008:
kebutuhan
tingginya
biaya
dengan
pendidikan yang diemban orang tua
Jika
merupakan tindak lanjut dari pergeseran
kebutuhan pangan yang tidak dipenuhi,
kebutuhan pendidikan sama seperti
maka manusia itu akan mati, karena
kebutuhan
hakikatnya
membutuhkan
dilakukan orang tua pun bermacam-
makanan demi kelangsungan hidupnya.
macam, selain bekerja dan mencari
Sama pula dengan biaya pendidikan,
sampingan.
begitu
dapat
kesempatan menjadi upaya alternatif
memenuhinya, maka anak mereka akan
yang dirasa cukup memberikan rasa
putus sekolah.
‘aman’ bagi orang tua.
kebutuhan
disejajarkan
lakunya
pangan
manusia
orang
Keputusan
manusia.
tua
tidak
Upaya
Menangkap
yang
sebuah
tua
dalam
Memiliki asuransi pendidikan
di
SMA
menjadi pemikiran modern bagi orang
Kristen Kalam Kudus Sukoharjo bisa
tua masa kini. Mereka menganggap
dimaknai sebagai konsekuensi logis
dengan
orang tua dalam menuntaskan biaya
memiliki
pendidikan yang tidak murah. Jika
Menabung demi masa depan bukanlah
ditelisik, keputusan orang tua dalam
tujuan satu-satunya yang sebenarnya
menyekolahkan
orang
primer.
anaknya
berasuransi,
multiplikasi
mereka
akan
keuntungan.
didapatkan. Secara finansial, orang tua
yang selaku investor akan menimbun
hasilnya berlipat-lipat. Namun dibalik
pelipatgandaan hasil yang diperoleh,
sebenarnya mereka tengah membagi
beban yang diangkat di punggung
mereka kepada pihak asuransi. Mulailah
perasaan aman yang dirasakan ketika
orang tua menjadi pribadi yang tidak
sendirian untuk memikul
tanggung
jawab dalam menuntaskan anaknya
bersekolah. Asuransi menjadi alat untuk
memproteksi
terburuk
segala
yang
kemungkinan
dialami
orang
tua.
Ketakutan orang tua yang telah tercover
melalui kehadiran asuransi menjadi
suatu kelegaan tersendiri yang tidak
terkatakan.
diri sebagai obyek menifestasi asumsi
ekspetasi orang tua tampaknya berhasil
menciptakan keyakinan budaya dari
eksistensi
ekspetasi
itu
Kekuatan
keyakinan
budaya
menggerakkan
dari
semangat
saku
sendiri.
ini
merogoh
mereka.
Bahkan
semangat yang timbul diantara mereka
mampu menembus batas kemampuan
orang
tua
pendidikan.
Ekspetasi
bagaikan
sebuah
pohon yang memposisikan diri sebagai
keyakinan budaya, dimana pohon ini
akan bertumbuh besar mengakar kuat
berkat adanya iklan yang memupuknya.
Harapan orang tua terhadap pendidikan
Pendidikan yang memposisikan
rupiah
Sumber: Ilustrasi yang digambar oleh
penulis, 12 Mei 2015
dalam
hal
pembiayaan
anaknya dijadikan sebuah kepercayaan
yang bertumbuh seiring banyaknya
orang memberikan testimonial, nasehat,
maupun rujukan yang bersifat persuasif.
Pengharapan
yang
tersosialisasikan
terus
akan
menerus
menimbulkan
ilusi signifikansi yang menyenangkan
hati. Keberhasilan anak-anak mereka
yang diangankan orang tua barangkali
akan terasa manis ketika orang tua
menyerahkan uang mereka sebagai
bentuk
siraman
yang
menyegarkan
ekspetasi itu sendiri. Padahal kepastian
dari buah signifikansi yang diangan-
yang tersembunyi di balik bilik sekolah
angankan belum tentu terjadi secara
merupakan
mulus dan utuh, kondisi ketidakpastian
diunggulkan kapitalisme pendidikan.
ini dapat dinamakan buah realitas.
Kemenangan kebutuhan semu (false
Realitas yang membawa pada kenyataan
needs) atas kebutuhan riil (real needs)
yang sebenarnya, bahwa sekolah tidak
sudah tak terelakkan lagi dengan tidak
sepenuhnya membawa segala keinginan
melupakan dukungan media di balik
menjadi terkabul.
layar pertarungan sengit ini. Pengaburan
Ketika
definisi
merenungkan
pendidikan,
tidak
produk-produk
sebuah
hakikat
pendidikan
jarang
keberhasilan
berakar
media-media
yang
pada
dalam
pendidikan
menciptakan kebutuhan semu (false
dengan sekolah. Jika merenungkan
needs) ke dalam pendidikan itu sendiri
sebuah arti pendidikan, segala pengaruh
(Marcuse 2002, dalam Soyomukti 2008:
yang diupayakan oleh sekolah terhadap
174).
masyarakat
mengkaitkan
anak (usia sekolah) untuk menjadikan
anak berkemampuan kognitif, memiliki
kesiapan
mental
yang
sempurna,
PENUTUP
kesadaran yang maju untuk terjun di
Berdasarkan pada penelitian yang
masyarakat, menjalin hubungan sosial,
telah dilakukan, maka dapat diambil suatu
dan memikul tanggung jawab mereka
kesimpulan
sebagai
sebagai
mengenai biaya pendidikan mayoritas
makhluk sosial menjadi definisi yang
mengatakan ‘mahal’, mereka menyadari
cukup mewakili hakikat pendidikan itu
bahwa untuk menuntaskan anaknya pada
sendiri
(Soyomukti
Hanya
persoalannya
individu
maupun
bahwa
respon
orang tua
2010:
40-41).
sebuah pendidikan menengah bukan suatu
ialah
makna
hal
yang
mudah.
Namun
seiring
pendidikan sebenarnya yang mulia ini
berjalannya waktu, orang tua menyadari
menjadi kabur semenjak kapitalisme
ketika kualitas semakin terlihat dan telah
masuk di dalamnya.
dirasakan, predikat ‘mahal’ itu menjadi
Lamunan
pendidikan,
rekayasa
romantisme
psikologis,
prestise, hingga manfaat-manfaat lain
sesuatu yang sebanding dengan manfaat
yang telah didapat.
Berawal dari respon orang tua
makna yang diciptakan untuk membentuk
terdapat beberapa makna didalamnya, yang
ekspetasi pada masyarakat konsumen.
pertama orang tua adalah pihak yang
Perkembangan teori budaya konsumen
menginvestasikan biaya pendidikan dalam
lebih
skala besar, hingga menyebabkan orang
konsumsi, gaya hidup konsumsi, identitas
tua berekspetasi penuh kepada sekolah.
individu secara luas dan lebih mengarah
Kedua, mahalnya biaya pendidikan sekolah
pada
beriringan
yang
disayangkan teori budaya konsumen tidak
ditawarkan sekolah, kesebandingan antara
membahas bagaimana perilaku orang tua
kualitas dan biaya pendidikan menjadi
yang mengarah pada gaya hidup konsumen
kepuasan tersendiri bagi orang tua. Ketiga,
yang erat kaitannya dengan pendidikan
respon orang tua menunjukkan terjadinya
masa kini.
dengan
kualitas
banyak
membicarakan
komoditas
materi.
konsep
Cukup
pergeseran makna hakikat pendidikan yang
Penelitian yang telah dilakukan
sebenarnya ke arah kebutuhan semu (false
dengan menggunakan metode studi kasus
needs) yang pada akhirnya membawa
telah berhasil menguak sebuah fenomena
pendidikan kepada posisi prioritas yang
budaya konsumen yang pada akhirnya
diutamakan. Strategi orang tua dalam
menjawab rumusan masalah penelitian.
menyiasati beban biaya pendidikan telah
ditunjukkan oleh semangat merogoh rupiah
yang diwujudkan dengan bekerja pada
sebuah
perusahaan
usaha-usaha
dianggap
lain.
hingga
Strategi
ampuh
untuk
membuka
lain
yang
mencukupi
DAFTAR PUSTAKA
Ardlin, Fuad (2013). Forma Mobilitas
Sosial
Dalam
Pendidikan
Kapitalisme
(Versi
Elektronik).
kebutuhan pendidikan antara lain yaitu
Jurnal Diskursus Islam, 1 (3), 1-12.
memercayakan
Diperoleh 25 Oktober 2014, dari
pada
sebuah
asuransi
pendidikan yang memproteksi masa depan.
Lury
http://www.uin-
Teori budaya konsumen Celia
alauddin.ac.id/download-Jurnal
mampu
Diskursus
menjelaskan
konsep
masyarakat konsumen masa kini yang
ditandai oleh adanya media-media yang
berfungsi
untuk
menanamkan
makna-
Islam
Vol
1
Desember 2013.111-122.pdf
No
3
Balter, Dave. (2008). The Word of Mouth
Manual II. Boston: Print Matters,
Inc.
Lury, Celia. (1998). Budaya Konsumen.
Terj. Hasti T. Champion. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. (Buku asli
diterbitkan 1996).
Prakoso, Taufiq Sidik. (2013, 14 Agustus).
Duh, Biaya Eks-RSBI di Solo di Atas
Standar. KOMPAS. Diperoleh 17
September
2014,
dari
http://www.solopos.com/2013/08/14/
biaya-sekolah-duh-biaya-eks-rsbi-disolo-di-atas-standar-437761
Sekarani, Rima. (2014, 12 Juli).
Pengadaan Seragam di Sekolah
Dikeluhkan. KOMPAS. Diperoleh 17
September
2014,
dari
http://www.solopos.com/2014/07/12/
tahun-ajaran-baru-pengadaanseragam-di-sekolah-dikeluhkan518853
Soyomukti,
Nurani.
(2008).
Metode
Pendidikan Marxis Sosialis. Antara
Teori dan Praktik. Yogyakarta: ArRuzz Media.
Soyomukti, Nurani. (2010). Teori-teori
Pendidikan.
Liberal,
Tradisional,
Marxis
-
(Neo)
Sosialis,
Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.