Problematika Berbicara Bahasa Arab Mahasiswa Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Usu Pada Mata Kuliah MuhadaṠah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Terdahulu
Salah satu fungsi tinjauan pustaka adalah sebagai pembeda antara penelitian
yang satu dengan yang lainnya. Sebelum peneliti menyusun proposal ini lebih lanjut
maka terlebih dahulu peneliti meninjau skripsi-skripsi yang ada di kantor
Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dengan
tujuan agar penelitian ini tidak sama dengan skripsi sebelumnya.
1. Rodhiah (060704020), mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara angkatan 2006, dengan judul ʽPengaruh Faktor Internal
Mahasiswa Program Studi Sastra Arab USU dalam Belajar Muhadaṡah Bahasa
Arab pada Program Studi Sastra Arab USU”. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teori yang dikemukakan oleh Dalyono (2007: 55-60) di dalam buku
Psikologi Pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif yang memaparkan hasil penelitian dalam bentuk frekuensi dan
persentase yang disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 40% responden memiliki faktor internal yang sangat baik
yang mempengaruhi kesuksesan belajar Muhadaṡah Bahasa Arab, 34% responden
memiliki faktor Internal yang baik. 20% responden memiliki faktor internal yang
cukup dan 6% responden berada di tingkat yang kurang baik. Dari hasil penelitian
juga diketahui bahwa mahasiswa memiliki tingkat kesehatan, intelegensi dan

bakat, minat dan motivasi yang baik. Tidak ada perbedaan di setiap angkatan yang
signifikan mengenai pengaruh faktor internal dalam belajar Muhadaṡah Bahasa
Arab.
2. Citra Gandini (090704014), mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara angkatan 2009, dengan judul ʽAnalisis Kemampuan
Menyimak Mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang
menggunakan data kuantitatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
terdapat 27% responden mencapai kategori tingkat kemampuan sangat baik, 36%
mencapai kategori tingkat kemampuan baik, 21% mencapai kategori tingkat

7
Universitas Sumatera Utara

kemampuan sedang dan 15% mencapai kategori tingkat kemampuan kurang.
Presentasi kesulitan menunjukkan bahwa 3,03% responden mengalami tingkat
kesulitan rendah, 36% mengalami tingkat kesulitan sedang dan 12% responden
mengalami tingkat kesulitan tinggi.
Adapun penelitian tentang problematika kemampuan berbicara bahasa Arab
mahasiswa Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU pada Mata Kuliah

Muhadaṡah belum pernah diteliti di Departemen Sastra Arab.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, masih banyak permasalahan yang
muncul di lapangan. Permasalahan tersebut antara lain karena bahasa Arab yang
merupakan bahasa ketiga setelah bahasa ibu dan bahasa Indonesia sehingga banyak
kesulitan yang dihadapi oleh pembelajar antara lain : 1) pengucapan beberapa bunyi
yang tidak sama dengan bahasa Indonesia, 2) tulisan huruf/kata/kalimat yang berbeda
dengan bahasa yang dikuasai oleh pembelajar, 3) penyesuaian makna kata yang
sangat beragam dalam bahasa Arab, 4) struktur kalimat yang berbeda dengan bahasa
yang telah dikuasai oleh pembelajar lain (Hamid, dkk. 2008: 169).
Problematik atau rangkaian masalah akan selalu ada dalam setiap kegiatan
pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran bahasa. Hal ini berkaitan erat dengan
masalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar . problematik
pembelajaran bahasa akan secara langsung difokuskan pada aspek-aspek dominan
yang sering mengemuka sebagai suatu rangkaian masalah. Aspek-aspek tersebut
berhubungan dengan faktor guru dan siswa, cara pandang masyarakat, sarana dan
prasarana pembelajaran, metode dan pendekatan yang digunakan, sistem evaluasi,
serta dialektika seputar muatan dan pesan kurikulum yang berlaku (Jamaluddin,
2003: 41).

Bagi masyarakat Indonesia bahasa Arab adalah merupakan bahasa asing,
bukan bahasa ibu dan bukan bahasa nasional. Karena itu banyak orang mengalami
kesulitan dalam usaha mempelajarinya, lebih-lebih dalam tahap permulaan.
Kesulitan itu macamnya banyak sekali, demikian pula faktor-faktor yang menjadi
penyababnya. Menurut Bawani ( 1996: 22-23) rangkaian masalah yang menjadi

8
Universitas Sumatera Utara

faktor penghambat dalam mempelajari bahasa Arab antara lain adalah sebagai
berikut :
1.

Terdapatnya perbedaan antara bahasa Arab dan bahasa-bahasa yang telah kita
kuasai tersebut, baik dalam segi tata-bahasa maupun tulisan atau huruf yang
digunakan.

2.

Masyarakat Indonesia pada umumnya lebih banyak dipengaruhi oleh

penggunaan istilah sehari-hari yang berasal dari Negara Barat khususnya bahasa
Inggris, yang masuknya bersamaan dengan kebudayaan dan hasil teknologi.
Berbeda dengan masa lampau di mana kita bangsa Indonesia banyak menyerap
dan mempergunakan istilah sehari-hari dari bahasa Arab.

3.

Penyelenggaraan pengajaran bahasa Arab di Indonesia dikatakan kurang
memadai, khususnya bila disbanding dengan bahasa Inggris.

4.

Banyak pelajar yang mengeluh karena sulit memperoleh buku pelajaran bahasa
Arab yang benar-benar sesuaii menurut kemampuan.

5. Negara Arab sendiri melalui Perwakilannya di Indonesia, tampaknya juga belum
sempat mengambil langkah-langkah tertentu guna mendukung penyebar-luasan
pengajaran bahasaArab di tengah-tengah masyarakat kita.
2.2.2 Problematik kebahasaan
Problematik kebahasaan juga sering muncul di antara lain meliputi masalah

pelafalan fonem-fonem tertentu, pembentukan kata dan istilah, penyerapan kosa kata
asing ke dalam bahasa Arab, penelitian kata penghubung (intrakalimat, antarkalimat,
dan dalam judul karangan), bias makna kata-kata figuratif, dan masalah
pendefenisian suatu unsur bahasa (Jamaluddin, 2003: 49).
Menurut Nuha, (2016: 53) secara garis besar problematika orang Indonesia
mempelajari bahasa Arab ada dua yaitu problematika linguistik dan non linguistik.

9
Universitas Sumatera Utara

a. Linguistik

Ada berbagai macam problem yang dialami oleh mahasiswa Indonesia yaitu
perbedaan-perbedaan yang menimbulkan kesulitan dalam belajar bahasa Arab
meliputi:
1) Tata Bunyi (phonology)
Sistem tata bunyi bahasa Arab disebut ilmu tajwid alQur‟an, dengan
mempelajari makharijul huruf (Dahlan, 1992-44). Akan tetapi, aspek ini hanya
dikhususkan pada keterampilan membaca al-Qur‟an, dalam ilmu tajwid, hanya
diajarkan hukum-hukum bacaan al-Qur‟an yang berupa ikhfa, idgham, izhar, dan

lain-lain yang hal tersebut tidak berlaku dalam kemampuan berbahasa Arab (Nuha,
2016: 54).
2) Perbendaharaan Kata (mufradat/ vocabulary)
Semakin banyak kosakata Arab yang dikuasai, semakin memudahkan
mahasiswa untuk mempelajari bahasa Arab. Penguasaan kosakata juga sangat
penting karena merupakan tuntutan dan syarat dasar dalam berbicara.
3) Tata Bahasa (Nahwu dan sharf)
Tata bahasa dalam bahasa Arab disebut dengan ilmu nahwu dan sharf, sangat
penting peranannya dalam pembelajaran bahasa Arab (Arsyad, 2004: 15)
4) Tulisan (Imla‟)
Tulisan Arab jauh berbeda dengan tulisan latin, adapun perbedaan yang
paling sederhana adalah jika tulisan Arab dimulai dari kanan ke kiri, maka tulisan
latin dimulai dari kiri ke kanan (Nuha, 2016: 60).
5) Susunan Kata (Ushlub)
Bahasa Arab sangat memperhatikan kesesuaian aspek i‟rabnya, sedangkan
dalam bahasa Indonesia, aspek ini hanya sekedarnya saja.

b. Non Linguistik

Problem non linguistik meliputi mahasiswa, sarana pra-sarana, alokasi waktu,

faktor lingkungan/sosial ( Aziz, 2009: 50).

10
Universitas Sumatera Utara

1) Mahasiswa
Mahasiswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan
tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek
kepribadian, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada
setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat diperangaruhi oleh
perkembangan anak yang tidak sama itu, di samping karakteristik lain yang melekat
pada diri anak. Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa
(Muhaimin, 1996:102).
a) Aspek Latar Belakang
Aspek latar belakang mahasiswa meliputi tempat tinggal, dari mana asal
sekolahnya dan lain sebagainya. Sikap dan penampilan mahasiswa dalam proses
pembelajaran, juga merupakan aspek lain yang dapat mempengaruhi sistem
pembelajaran. Adakalanya ditemukan mahasiswa yang sangat aktif dan ada pula
mahasiswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan mahasiswa yang memiliki

motivasi yang rendah dalam belajar. Semua itu akan mempengaruhi proses
pembelajaran di dalam kelas. Mahasiswa Departemen Sastra Arab berlatar belakang
berbeda-beda, sebagian lulusan dari MA atau pondok pesantren, dan sebagian besar
lulusan dari sekolah negeri.
b) Motivasi
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, maka tidak mungkin melakukan aktivitas
belajar. Motivasi ditinjau dari jenisnya dibedakan menjadi dua yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul
tidak perlu dirangsang dari luar atau berasal dari diri mahasiswa itu sendiri.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul karena adanya
perangsang dari luar.
2) Alokasi Waktu
Waktu merupakan faktor yang sangat menentukan hasil pembelajaran,
semakin tinggi frekuensi belajar maka semakin baik hasilnya. Sebagaimana
diketahui, dalam kurikulum pembelajaran bahasa yang berlaku saat ini, terdapat

11
Universitas Sumatera Utara


sejumlah kompetensi yang harus dicapai peserta didik dalam kurun waktu tertentu,
misalnya satu semester atau satu tahun ajaran.
3) Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap
kelancaran proses pembelajaran, misalnya buku-buku bahasa arab, perpustakaan,
laboraturium, dan perlengkapan sekolah lainnya.
4) Faktor Lingkungan/Sosial
Yang dimaksud faktor sosial disini adalah situasi dan kondisi di mana bahasa
asing itu diajarkan. Menerjunkan langsung pada lingkungan berbahasa, maka
mahasiswa akan terbiasa secara terus menerus berbicara dalam bahasa. Jika
mahasiswa tidak berusaha menggunakan bahasa Arab dalam berkomunikasi, maka
mereka tidak akan pernah bisa menguasai bahasa Arab, terutama dalam
berkomunikasi.

2.2.3 Berbicara Bahasa Arab

Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud bisa
berupa gagasan, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain. Menurut Tarigan
(dalam Slamet, 2008: 33) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Berbicara sebagai suatu keterampilan

berbahasa diperlukan untuk berbagai keperluan. Berbicara adalah tingkah laku yang
harus dipelajari dahulu, kemudian baru bisa dikuasai. Keterampilan berbicara
merupakan keterampilan yang mekanistis. Semakin banyak berlatih, semakin
dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara. Berbicara paling sedikit, dapat
dimanfaatkan untuk dua hal. Pertama, untuk mengkomunikasikan ide, perasaan, dan
kemauan. Kedua, berbicara dapat juga dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan
dan cakrawala pengalaman (Slamet, 2008: 35). Ada dua hal yang betul-betul patut
diketahui bila seseorang ingin mempelajari suatu bahasa asing. Pertama, kosa kata;
dan kedua, bagaimana kosa kata tersebut diramu.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan
fikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang

12
Universitas Sumatera Utara

dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah
otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau
ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, semantik dan

linguistik, sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi
kontrol sosial. Berbicara lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau
kata. Tetapi, suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar dan penyimak
(Tarigan, 2008:16).
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan
dilihat, yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia. Tujuannya
adalah untuk menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Tujuan
utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi
lebih efektif, sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraannya.
Tujuan pertama berbicara ialah untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain, yakni untuk mampu berkomunikasi mengenai sesuatu dalam bahasa. Tujuan
kedua ialah menyampaikan pesan kepada orang lain dalam cara yang secara social
dapat diterima. Tujuan pertama dapat dicapai dengan aktivitas-aktivitas, sedangkan
tujuan kedua dengan latihan-latihan untuk mengembangkan kemampuan komunikatif
(subyakto, 1993:172).
Untuk memperoleh kemampuan berbicara bahasa Arab sebagai bahasa asing,
harus dikombinasikan dengan latihan antara mendengar, berbicara, membaca, dan
menulis. Hal tersebut dapat membantu mahasiswa bertutur dalam bahasa Arab.
Karena adanya perbedaan pengucapan beberapa bunyi yang tidak sama dengan
bahasa Indonesia, tulisan huruf/kata/kalimat yang berbeda dengan bahasa yang
dikuasai oleh pembelajar, penyesuaian makna kata yang sangat beragam dalam
bahasa Arab, struktur kalimat yang berbeda dengan bahasa yang telah dikuasai oleh
mahasiswa.
Proses kemajuan mahasiswa dalam berbahasa Arab sangat tergantung pada
tingginya perbedaan dan persamaan antara bahasa mereka dan bahasa Arab yang
sedang dipelajarinya dan seberapa jauh siswa memberikan pengaruh terhadap proses
mempelajari bahasa Arab.

13
Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Mata Kuliah Muhadaṡah

Mata kuliah Muhadaṡah yaitu mata kuliah dengan cara menyajikan bahan
pelajaran bahasa Arab melalui percakapan. Untuk menambah dan terus memperkaya
perbendaharaan kata-kata (vocabulary) semakin banyak. Mata kuliah Muhadaṡah
merupakan mata kuliah wajib di Departemen Sastra Arab FIB USU dan dipelajari
selama VI (enam) semester. Sebab tujuan pengajaran Muhadaṡah bahasa Arab adalah
agar mahasiswa mampu berbicara dengan bahasa Arab, juga dapat mengekspresikan
pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa Arab.
Menurut Yusuf dan Anwar (1995: 192) tujuan mata kuliah Muhadaṡah
adalah sebagai berikut :
1.

Melatih lidah mahasiswa agar terbiasa dan fasih berbicara dalam bahasa Arab,

2.

Terampil berbicara dalam bahasa Arab mengenai kejadian apa saja dalam
masyarakat dan dunia internasional,

3.

Mampu menerjemahkan percakapan orang lain baik secara langsung maupun
tidak langsung seperti menerjemahkan percakapan di radio, TV, telepon dan
lain-lain,

4.

Menumbuhkan rasa cinta dan menyenangi bahasa Arab dan Al-Qur‟an,
sehingga timbul kemauan untuk belajar dan mendalaminya.
Harus diakui bahwa tidak semua mahasiswa Sastra Arab mampu dengan baik

dalam berbicara bahasa Arab. Diantara mereka, ada yang mempunyai penguasaan
bahasa Arab sangat baik, ada yang sederhana, dan ada juga yang masih pemula yang
sama sekali belum bisa. Faktor utama dalam hal ini dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikan mereka sebelum memasuki Sastra Arab.
Dapat berbicara dengan bahasa Asing merupakan keterampilan dasar yang
menjadi tujuan pengajaran bahasa. Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana untuk
berkomunikasi dengan orang lain.

14
Universitas Sumatera Utara

2.2.5 Hipotesis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif yang merupakan prosedur
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari mahasiswa
yang diamati sehingga tujuan dari penelitian ini adalah pemahaman individu tertentu
dan latar belakangnya secara utuh. Berdasarkan rumusan masalah, hipotesis dalam
penelitian ini adalah Problematika, masalah atau persoalan, yang mempengaruhi
kemampuan mahasiswa dalam berbicara menggunakan bahasa Arab khususnya pada
mata kuliah Muhadaṡah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Problematika kemampuan berbicara
mahasiswa Departemen Sastra Arab FIB USU pada mata kuliah Muhadaṡah bisa
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor linguistik dan faktor non linguistik . Faktor
linguistik yaitu Tata Bahasa (Nahwu dan sharf), Tata Bunyi (phonology),
Perbendaharaan Kata (mufradat/ vocabulary), Susunan kata (Ushlub), dan Tulisan
(Imla‟). Faktor non linguistik yaitu mahasiswa, alokasi waktu, sarana dan prasarana,
dan Faktor Lingkungan/Sosial.

15
Universitas Sumatera Utara