Problematika Berbicara Bahasa Arab Mahasiswa Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Usu Pada Mata Kuliah MuhadaṠah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh setiap kelompok
masyarakat. Setiap bahasa biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan
lingkungannya yang sejenis. Oleh karena itu wajar apabila manusia dalam komunitas
tertentu tidak dapat mengetahui bahasa dari komunitas yang lain. Meski demikian,
pada lingkungannya yang sejenis, setiap orang dapat berkomunikasi secara baik. Hal
ini menunjukkan bahwa pada dasarnya bahasa adalah alat komunikasi antara
individu dengan lingkungannya (Makruf, 2009: 1). Secara umum bahasa digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi. Proses komunikasi akan berjalan dengan baik
ketika kedua pihak yang berkomunikasi telah dibekali dengan pengetahuan tentang
bahasa dan keterampilan berbahasa Ghulayaini (2010: 27) mengatakan :

‫عن ق صد ه‬

‫ال غ الف ظ يع رب كل ق‬

/Al-lugatu alfāẓun yu abbiru bihā kullu qaumin „an maqāṣidihim/”Bahasa adalah
lafaz-lafaz yang digunakan oleh setiap kelompok masyarakat untuk menyampaikan
maksud mereka”.

Berbahasa ialah berbicara (sebagai fungsi pokok bahasa); peran kedua
barulah membaca dan memahami tulisan atau buku. Jadi fungsi utama belajar bahasa
asing itu ialah kemampuan berbahasa aktif, berkomunikasi lisan atau bercakapcakap, disusul dengan kemampuan membaca dan memahami atau penguasaan pasif.
Bahasa memiliki fungsi dan peranan yang sangat berarti dan penting bagi setiap
bangsa dan masyarakat. Bahkan bahasa merupakan cermin dari suatu bangsa yang
berbudaya. Ditilik dari fungsinya, maka bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan
penghubung dalam pergaulan sehari-hari, baik antara individu dengan individu,
individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan bangsa tertentu (Yusuf dan
Anwar, 1992: 158 dan 187).
Seseorang yang memiliki kemampuan berbicara akan lebih mudah dalam
menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain, keberhasilan menggunakan ide
itu sehingga dapat diterima oleh orang yang mendengarkan atau yang diajak bicara.
1
Universitas Sumatera Utara

Sebaliknya, seseorang yang kurang memiliki kemampuan berbicara akan mengalami
kesulitan dalam menyampaikan ide gagasannya kepada orang lain (Slamet, 2008:
32).
Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam
masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk,

dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi
mendatang, dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi (Keraf, 1989: 1). Jadi,
bahasa tidak terpisahkan dari manusia dan mengikuti di dalam setiap pekerjaannya.
Mulai saat bangun tidur pagi-pagi sampai jauh malam beristirahat.
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia Lengkap (Uswatun, 2014: 534)
problem berarti masalah atau persoalan, dan problematika berarti masih
menimbulkan masalah. Sedangkan problematika kemampuan berbicara bahasa Arab
yang peneliti maksud ini yaitu berbagai problem atau masalah yang mempengaruhi
kemampuan mahasiswa dalam berbicara menggunakan bahasa Arab khususnya pada
mata kuliah Muhadaṡah. Dalam pembelajaran bahasa asing termasuk bahasa Arab
bagi mahasiswa Indonesia, terutama mahasiswa Departemen Sastra Arab Fakultas
Ilmu Budaya USU, masih dihadapkan pada problematika.
Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang menempati posisi
yang penting dalam dunia pendidikan di Indonesia. Kedua institusi penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia, yaitu negeri dan swasta, pada jenjang dan program studi
tertentu semuanya mengajarkan bahasa Arab sebagai bagian dari mata pelajaran yang
harus diajarkan sejajar dengan matapelajaran- matapelajaran yang lain. Lebih-lebih
di lembaga pendidikan Islam, bahasa Arab merupakan keniscayaan untuk diajarkan
kepada peserta didik mereka (Hamid, dkk. 2008: 169).
Bahasa Arab memiliki fungsi istimewa dari bahasa-bahasa lainnya. Selain

bahasa Arab memiliki nilai Sastra bermutu tinggi, bahasa Arab juga ditakdirkan
sebagai bahasa Al-Quran, yakni mengkomunikasikan kalam Allah. Bahasa Arab dan
Al-Quran bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya. Mempelajari bahasa Arab adalah syarat wajib untuk menguasai
isi Al-Quran dan mempelajari bahasa Al-Quran berarti mempelajari bahasa Arab.

2
Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian peranan bahasa Arab di samping sebagai alat komunikasi manusia
sesamanya juga komunikasi manusia beriman kepada Allah (Yusuf dan Syaiful,
1992: 187). Khalifah Umar bin al-Khattab suatu kali berkata, “Belajarlah bahasa
Arab dan ajarkanlah, karena ia merupakan bagian dari agama kalian”.
Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa Al-Quran dan Al-Hadits, muncul
kesan bahwa bahasa Arab adalah bahasanya umat Islam. Dengan kata lain, setiap
yang berbahasa Arab kemudian di identikakan dengan Islam. Padahal tidak
semestinya yang berbahasa Arab itu adalah Islam. Karena pada dasarnya bahasa
Arab tidak hanya milik umat Islam. Hanya saja bahasa tersebutlah yang dipilih Allah
SWT untuk menurunkan Al-Quran (Makruf, 2009: 3). Hal ini dinyatakan dalam QS;
Yusuf (12): 2 sebagai berikut:


)٢ ( ‫ان انزلنه قرءن عربي لع ك تعق ن‬
/innā anzalnāhu Qur anā „arabiyyan la allakum ta qilūn/”sesungguhnya Kami
menurunkannya berupa Al-Quran dengan berbahasa Arab agar anda memahaminya”.
Salah satu bukti yang menguatkan kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa
agama adalah sabda Rasulullah saw (Makruf, 2009: 3) :

‫ اءني عربي القران عربي كا اهل الجن عربي‬: ‫اح ا العر لثاث‬
/Uhibū al-„arabi liṡalāṡi : Li anī „arabī wa Al-Qur anu „arabī wa kalāmu ahli aljanatu „arabī/“senangilah bahasa Arab karena tiga hal: karena saya adalah orang
Arab, Al-Quran adalah berbahasa Arab, dan perkataan ahli syurga adalah dengan
bahasa Arab”.
Sebagai kitab suci Al-Quran, bahasa Arab tidak bisa dipisahkan dengan umat
Islam. Karena itu, pembelajaran bahasa Arab di Indonesia (di pondok-pondok
pesantren) hampir dipastikan bahwa tujuannya adalah untuk mengkaji dan
memperdalam ajaran Islam melalui kitab-kitab berbahasa Arab dalam bidang tafsir,
hadis, fiqh, aqidah, tasawwuf, dan lain-lainnya (Hamid, 2010: 2). Penggunaan
bahasa Arab untuk bahasa Al-Quran mengandung lebih dari sekedar nilai teknis
penyampaian pesan. Penggunaan bahasa Arab untuk Al-Quran terkait erat dengan
konsep dan pandangan bahwa Al-Quran adalah sebuah mukjizat yang tak akan bisa
ditiru oleh manusia.


3
Universitas Sumatera Utara

Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab di lembaga pendidikan mulai dari
tingkat dasar hingga perguruan tinggi idealnya memungkinkan siswa menguasai
empat keterampilan bahasa Arab yaitu: keterampilan mendengar bahasa Arab
(istima‟), keterampilan berbicara bahasa Arab (kalam/Muhadaṡah), keterampilan
membaca bahasa Arab (qiraah), dan keterampilan menulis bahasa Arab (Hamid,
2010: 41). Tetapi ada dua hal yang betul-betul patut diketahui bila seseorang ingin
mempelajari suatu bahasa asing. Pertama, kosa kata; dan kedua, bagaimana kosa kata
tersebut diramu. Fuller dalam (Arsyad, 2002: 123). Penguasaan kosakata dan tata
bahasa merupakan dua aspek yang harus dikuasai seseorang yang ingin mempelajari
suatu bahasa, terutama bahasa asing.
Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara keterampilan berbicara dengan
keterampilan-keterampilan yang lain, di satu waktu kita bisa membaca, menulis
ataupun mendengarkan suatu kosa kata tertentu, akan tetapi tidak disertai
kemampuan untuk berbicara atau berkomunikasi kecuali terdapat faktor lain yang
mendorong kita menggunakan kosakata tersebut untuk berkomunikasi. Dalam
berkomunikasi, seorang penutur bisa beralih menjadi seorang pendengar atau

sebaliknya. Sehingga kemampuan berbicara membutuhkan beberapa aspek
keterampilan berbahasa lainnya (Hamid, 2010: 52-53).
Mata kuliah Muhadaṡah yaitu mata kuliah dengan cara menyajikan bahan
pelajaran bahasa Arab melalui percakapan. Untuk menambah dan terus memperkaya
perbendaharaan kata-kata (vocabulary) semakin banyak. Mata kuliah Muhadaṡah
merupakan mata kuliah wajib di Departemen Sastra Arab FIB USU dan dipelajari
selama VI semester yaitu semester I, II, III, IV, V, dan VI. Sebab tujuan pengajaran
muhadaṡah bahasa Arab adalah agar mahasiswa mampu berbicara dengan bahasa
Arab, juga dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan menggunakan
bahasa Arab. Mata kuliah Muhadaṡah yang diajarkan di Departemen Sastra Arab
FIB USU masih dirasa sulit oleh sebagian mahasiswa yang sebelumnya tidak terbiasa
menggunakan bahasa Arab dalam kesehariannya.
Peneliti sebagai mahasiswa Departemen Sastra Arab melihat bahwa
mahasiswa Sastra Arab berasal dari latar belakang pendidikan yang bermacammacam, ada yang berasal dari sekolah umum (SMA, SMK, dll) yang sama sekali

4
Universitas Sumatera Utara

belum pernah memperoleh pelajaran bahasa Arab. Kondisi seperti ini tentunya akan
menimbulkan berbagai problem terkait termasuk dalam berbicara (Muhadaṡah).

Peneliti sedikit memberikan hipotesis bahwa sehubung dengan adanya kondisi latar
belakang pendidikan mahasiswa yang bermacam ragam, ada problematika atau
masalah yang mempengaruhi berbicara (Muhadaṡah) mahasiswa Departemen Sastra
Arab FIB USU. Sehingga apabila penelitian ini berhasil dilakukan, harapan peneliti
semoga hasil penelitian ini bisa menjadi bahan evaluasi dan motivasi pada mata
kuliah Muhadaṡah.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti memberi batasan masalah yang akan dibahas
agar tidak menyimpang dari kaedah-kaedah kebahasaan. Untuk itu peneliti
membatasi hanya pada beberapa hal berikut ini :
1.

Apa problematika linguistik berbicara bahasa Arab mahasiswa Departemen
Sastra Arab FIB USU pada mata kuliah Muhadaṡah.

2.

Apa problematika non linguistik sebagai faktor penghambat dan faktor
pendukung berbicara bahasa Arab mahasiswa Departemen Sastra arab FIB
USU pada mata kuliah Muhadaṡah.


1.3 Tujuan Penelitian
1.

Untuk mengetahui problematika linguistik berbicara bahasa Arab mahasiswa
Departemen Sastra Arab FIB USU pada mata kuliah Muhadaṡah.

2.

Untuk mengetahui problematika non linguistik sebagai faktor penghambat
dan faktor pendukung berbicara bahasa Arab mahasiswa Departemen Sastra
Arab FIB USU pada mata kuliah Muhadaṡah.

1.4 Manfaat Penelitian
1.

Menambah wawasan dan ilmu bagi peneliti dalam dunia belajar dan
mengajar.

5

Universitas Sumatera Utara

2.

Untuk menambah referensi khazanah keilmuwan Departemen Sastra Arab
Fakultas Ilmu Budaya USU, khususnya dalam pembelajaran mata kuliah
Muhadaṡah.

3.

Menjadi sumber informasi bagi peneliti lain yang juga ingin membahas
mengenai problematika kemampuan berbicara bahasa Arab.

6
Universitas Sumatera Utara