Struktur Komunitas Makrozoobentos yang Berasosiasi dengan Padang Lamun di Pulau Unggeh Kabupaten Tapanuli Tengah

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Pulau Unggeh
Pulau Unggeh berada dalam wilayah administrasi desa Sitardas,
Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah yang berada pada pantai barat
pulau Sumatera. Pulau Unggeh terletak sekitar 11 mil dari daratan Sumatera dan
merupakan sebuah pulau yang ditumbuhi beragam flora seperti kelapa, semak
belukar, pohon ketapang serta beberapa jenis kayu lainnnya. Pengelolaan terumbu
karang tidak terlepas dari pengetahuan mengenai jenis-jenis karang dan biota
penghuni lainnya dilokasi ekosistem terumbu karang tersebut (Delisma, 2015).
Pulau Unggeh memiliki topografi, terdiri atas dataran rendah dengan
sedikit perbukitan pada arah barat. Pada bagian barat dan selatan terdapat pantai
berbatu, sedangkan bagian utara dan timur dengan pantai berpasir. Paparan dasar
laut sebelah selatan, barat dan utara landai dengan dasar pasir dan ditumbuhi
terumbu karang, sedangkan sebelah timur curam dengan dasar laut yang dalam.
Pada bagian barat, ditemukan ekosistem mangrove, kondisi pantai berpasir, dasar
perairan yang landai dan tidak dalam serta kondisi terumbu karang yang masih
baik(Zalukhu, 2016).

Lamun dan Padang Lamun
Lamun adalah tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi sepenuhnya

untuk hidup di laut. Vegetasi laut ini tumbuh di perairan dangkal zona intertidal
hingga daerah subtidal hingga kedalaman 40 m. Sekitar 60 jenis lamun diketahui
tersebar di seluruh dunia. Jenis lamun tersebut dikelompokkan ke dalam enam
suku dan 12 spesies. Tujuh genus diantaranya tersebar di daerah tropis dan lima

Universitas Sumatera Utara

6

genus tersebar di daerah temperata. Keseluruhan genus lamun tropis, dapat
ditemukan di wilayah Indo-Pasifik Barat yang menjadikan wilayah ini memiliki
keanekaragaman jenis lamun tertinggi di dunia (Mattewakkang, 2013).
Padang lamun merupakanekosistem laut dangkal yang mempunyai
peranan penting dalam kehidupan berbagai biota laut serta merupakan ekosistem
bahari yang paling produktif. Padang lamun merupakanekosistem yang
bemanfaat, namun di Indonesia manfaat langsung untuk manusia belum banyak
dilakukan, bahkan banyak dirusak karena kepentingan lainnya. Informasi
pengetahuan tentang padang lamun dari perairan Indonesia masih sangat rendah
dibandingkan dengan hasil yang dicapai negara tetangga seperti Filipina dan
Australia (Ruswahyuni, 2008).

Padang lamun merupakan ekosistem laut dangkal yang mempunyai
peranan penting dalam kehidupan berbagai biota laut serta merupakan ekosistem
bahari yang paling produktif. Jenis organisme yang dapat terpengaruh oleh
penurunan lingkungan sekitar adalah organisme benthos. Organisme benthos
seperti meiofauna menempati posisi yang sangat penting dalam proses
biodegradasi di ekosistem pantai. Meiofauna bersifat relatif menetap pada dasar
perairan, meiofauna juga dapat dijadikan bioindikator kualitas perairan, karena
jika

terjadi

penurunan

kualitas

perairan,

maka

akan


mempengaruhi

keanekaragaman dan keseragaman dari suatu organisme pada suatu daerah
(Assy dkk., 2013).
Terdapat 12 spesies lamun di Indonesia, tergolong ke dalam dua famili
yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceaceae/Potamogetonaceae, lamun termasuk
ke dalam divisi Magnoliophyta dan merupakan kelas Angiospermae, klasifikasi

Universitas Sumatera Utara

7

jenis lamun di Indonesia secara lengkap disajikan dalam Tabel 1. Sebagian besar
lamun berumah dua, yang artinya hanya terdapat satu jantan dan satu betina saja
dalam satu individu. Sistem perkembangbiakannya tergolong khas karena melalui
penyerbukan dalam air (hydrophillous pollination) (Sakaruddin, 2011).
Tabel 1. Klasifikasi lamun di Indonesia menurut Phillips & Menez (1988)
Divisio
Magnoliophyta

Angiospermae
Class
Sub Class Monocotyledonae
Ordo
Helobiae
Familia (1) Hydrocharitaceae
Genus
Enhalus
Thalassia
Halophila
Halophila decipiens
Halophila ovalis
Enhalus
Thalassia
Spesies
acoroides
hemprichii
Halophila minor
Halophila spinulosa
Familia (2)

Cymodoceaceae/Potamogetonaceae
Genus
Cymodocea
Halodule
Syringodium Thalassodendron
Cymodocea
Halodule
rotundata
pinifolia
Syringodium Thalassodendron
Spesies
isoetifolium
ciliatum
Cymodocea
Halodule
serrulata
uninervis

Tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara
penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air

adalah lamun. Lamun memiliki rizhoma, daun, dan akar sejati seperti halnya
tumbuhan di darat. Komunitas lamun memegang peranan penting baik secara
ekologis, maupun biologis di daerah pantai dan estuaria. Disamping itu juga
mendukung aktifitas perikanan, komunitas kerang-kerangan dan biota avertebrata
lainnya. Pertumbuhan lamun dibatasi oleh suplai nutrien antara lain partikulat
nitrogen dan fosfor yang berfungsi sebagai energi untuk melangsungkan
fotosintesis. Kedalaman air dan pengaruh pasang surut, serta struktur substrat
mempengaruhi zonasi sebaran jenis-jenis lamun dan bentuk pertumbuhannya.
Jenis lamun yang sama dapat tumbuh pada habitat yang berbeda dengan

Universitas Sumatera Utara

8

menunjukkan bentuk pertumbuhan yang berbeda dan kelompok- kelompok jenis
lamun membentuk zonasi tegakan yang jelas, baik murni ataupun asosiasi dari
beberapa jenis (Gosari dan Haris, 2012).
Biota laut yang senang berada di padang lamun adalah bivalvia. Bivalvia
adalah bagian dalam kelas moluska yang memiliki dua cangkang atau yang sering
disebut kerang. Padang lamun yang sering dijumpai di alam sering beasosiasi

dengan flora dan fauna akuatik lainnya, seperti alga, meiofauna, moluska,
ekinidermata, krustacea, dan berbagai jenis ikan. Lamun dan bivalvia memiliki
keterkaitan diantaranya memiliki karakteristik tipe substrat yang sama yang
dijadikan sebagai habitat. Selain itu, asosiasi lamun dan bivalvia mempunyai
keterkaitan yang kuat dalam siklus makanan. Secara logika serasah pada lamun
akan mengendap didasar perairan yang kemudian diuraikan oleh mikroorganisme
yang menjadi makanan bivalvia sedangkan hasil penguraian akan menjadi sumber
makanan bagi larva, ikan-ikan kecil dan selanjutnya menjadi maanan bagi biota
lain (Hermala dkk., 2015).

Fungsi Ekologis Lamun
Ekosistem padang lamun dalam ekosistem di laut dangkal yang produktif
mempunyai peran sangat penting. Lamun mempunyai peran penting sebagai
habitat ikan dan berbagai biota lainnya. Berbagai jenis ikan yang bernilai ekonomi
penting menjadikan padang lamun sebagai tempat mencari makan, berlindung,
bertelur, memijah dan sebagai daerah asuhan. Padang lamun juga berperan
penting untuk menjaga kestabilan garis pantai (Harpiansyah dkk., 2014).
Ekosistem lamun di Indonesia biasanya terletak di antara ekosistem
mangrove dan karang, atau terletak di dekat pantai berpasir dan hutan pantai.


Universitas Sumatera Utara

9

Dalam ekosistemnya, padang lamun memiliki berbagai macam fungsi
(Rahmawati dkk., 2014) , antara lain:
1. Sebagai media untuk filtrasi atau menjernihkan perairan laut dangkal.
2. Sebagai tempat tinggal berbagai biota laut, termasuk biota laut yang
bernilai ekonomis, seperti ikan baronang/lingkis, berbagai macam kerang,
rajungan atau kepiting, teripang dll. Keberadaan biota tersebut bermanfaat
bagi manusia sebagai sumber bahan makanan.
3. Sebagai tempat pemeliharaan anakan berbagai jenis biota laut. Pada saat
dewasa, anakan tersebut akan bermigrasi, misalnya ke daerah karang.
4. Sebagai tempat mencari makanan bagi berbagai macam biota laut,
terutama duyung (Dugong dugon) dan penyu yang hampir punah.
5. Mengurangi besarnya energi gelombang di pantai dan berperan sebagai
penstabil sedimen sehingga mampu mencegah erosi di pesisir pantai.
6. Berperan dalam Berperan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Ekosistem pesisir yang memiliki produktivitas primer tinggi adalah
padang lamun. Massa daun lamun juga akan menurunkan pencahayaan matahari

di siang hari, melindungi dasar perairan dan memungkinkan pengem-bangan
lingkungan mikro pada dasar vegetasi. Sehingga merupakan habitat potensial bagi
komunitas ikan untuk berlindung, mencari makan, dan memijah. Sejumlah spesies
ikan ekonomis penting menghabiskan sebagian siklus hidup dan sepanjang
hidupnya pada ekosistem padang lamun. Ditemukan juga spesies non-komersial
sebagai sumber makanan penting untuk spesies komersial sehingga membentuk
hubungan trofik yang cukup kompleks (Latuconsina dkk., 2012).

Universitas Sumatera Utara

10

Parameter Lingkungan Lamun
Suhu
Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan organisme di perairan
khususnya lautan, karena pengaruhnya terhadap aktivitas metabolisme ataupun
perkembangbiakan dari organisme tersebut. Suhu mempengaruhi proses fisiologi
yaitu fotosintesis, laju respirasi, dan pertumbuhan. Lamun dapat tumbuh pada
kisaran 5 – 35 ⁰C, dan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25 – 30 ⁰C,


sedangkan pada suhu di atas 45 ⁰C lamun akan mengalami stres dan dapat
mengalami kematian (Sakaruddin, 2011).
Salinitas
Salinitas juga merupakan parameter fisik perairan yang penting bagi

kehidupan organisme perairan.Secara langsung, perubahan salinitas dapat
mempengaruhi penyebaran organisme perairan dan secara tidak langsung, dapat
merubah komposisi organisme dalam suatu perairan (Ikhsan, 2015).
Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur, lamun
akan mengalami kerusakan fungsional jaringan sehingga mengalami kematian
apabila berada di luar batas toleransinya. Beberapa lamun dapat hidup pada
kisaran salinitas 10 – 45 ‰, dan dapat bertahan hidup pada daerah estuari,
perairan tawar, perairan laut, maupun di daerah hipersaline sehingga salinitas
menjadi faktor distribusi lamun secara gradien. Thalassia dapat tumbuh optimum
pada kisaran salinitas 24-35 ‰, namun dapat juga ditemukan hidup pada salinitas
3.5 – 60 ‰ dengan waktu toleransi yang singkat (Sakaruddin, 2011).

Universitas Sumatera Utara

11


Kedalaman
Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secara vertikal.
Lamun hidup pada daerah perairan dangkal yang masih dapat dijumpai sampai
kedalaman 40 meter dengan penetrasi cahaya yang masih baik. Lamun tumbuh di
zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga mencapai kedalaman 30 m. Zona
intertidal dicirikan oleh tumbuhan pionir yang didominasi oleh Halophila ovalis,
Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia, sedangkan Thalassodendron
ciliatum mendominasi zona intertidal bawah. Semakin dalam suatu perairan maka
intensitas cahaya matahari untuk menembus dasar perairan menjadi terbatas dan
kondisi

ini

akan

menghambat

laju

fotosintesis

lamun

di

dalam

air

(Sakaruddin, 2011).
Kecerahan
Kecerahan perairan menunjukan kemampuan cahaya untuk menembus
lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami, kecerahan sangat
penting karena erat kaitannya dengan proses fotosintesis. Kebutuhan cahaya yang
tinggi bagi lamun untuk kepentingan fotosintesis terlihat dari sebarannya yang
terbatas pada daerah yang masih menerima cahaya matahari. Nilai kecerahan
perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan lumpur, plankton dan zat-zat terlarut
lainnya (Dwindaru, 2010).
Kecepatan Arus
Arus merupakan faktor pembatas yang penting bagi organisme perairan.
Pergerakan arus dibituhkan oleh organisme akuatik sebagai pembawa makanan
berupa bahan organik dan sebagai pembersih terhadap endapan lumpur atau pasir

Universitas Sumatera Utara

12

yang dapat mengendap pada tubuh organisme akuatik yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan (Ikhsan, 2015).
Kecepatan arus perairan berpengaruh pada produktifitas padang lamun.
Arus 0,66 m/s akan menghanyutkan semua transplantasi metode Plugs dalam
kurun waktu dua minggu. Pada daerah yang arusnya lemah, sedimen pada padang
lamun terdiri dari lumpur halus dan detritus (Dwindaru, 2010).
Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid (TSS) menunjukkan banyaknya bahan-bahan
tersuspensi (diameter > 1μm) yang tertahan pada saringan milipore dengan
diameter pori 0.45 μm. Total Suspended Solid terdiri dari lumpur, pasir halus serta
jasad-jasad renik. Penyebab tingginya kandungan TSS yang utama adalah kikisan
tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Nilai TSS yang berlebih akan
menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya
proses fotosintesis (Sakaruddin, 2011).
Fraksi Substrat
Kehidupan lamun sangat erat kaitannya dengan substrat. Beberapa jenis
lamun menyukai habitat substrat tertentu. Terdapat korelasi antara substrat dan
hewan

makrozobenthos,

dimana

makrozobentos

seperti

teripang

sangat

bergantung terhadap kondisi substrat untuk keberlangsungan hidupnya sehingga
kondisi substrat suatu perairan juga akan mempengaruhi penyebaran hewan
tersebut (Ikhsan, 2015).
Hampir semua jenis lamun dapat tumbuh pada berbagai substrat, kecuali
pada Thalassodendron ciliatum yang hanya dapat hidup pada substrat karang
batu. Terdapat perbedaan antara komunitas lamun dalam lingkungan sedimen

Universitas Sumatera Utara

13

karbonat dan sedimen terrigen dalam hal struktur, kerapatan, morfologi dan
biomassa lamun (Sakaruddin, 2011).
Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas yang amat penting bagi
kehidupan organisme perairan. organisme perairan memiliki kisaran tertentu yang
sesuai bagi kehidupannya. Oksigen terlarut berkurang dengan semakin
meningkatnya suhu, salinitas dan ketinggian perairan (Ikhsan, 2015).

Bentos dan Makrozoobentos
Bentos merupakan organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di
dalam atau pada sedimen dasar perairan. Makrozoobentos adalah hewan yang
sebagian atau seluruh hidupnya berada di dasar perairan, baik sesil, merayap
maupun menggali lubang. Makrozoobentos merupakan kelompok terpenting
dalam ekosistem perairan sehubungan dengan perannya dalam jaring makanan.
Kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobenthos sangat dipengaruhi oleh
perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya (Rizka dkk., 2016).
Secara umum, organisme bentos dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
fitobentos (tumbuhan) dan zoobentos (hewan). Berdasarkan ukurannya bentos
terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: mikrobentos dan makrobentos. Sedangkan
berdasarkan pengelompokan terbaru membagi makrozoobentos menjadi beberapa
kelompok (kategori) berdasarkan ukuran mata saringan yang digunakan untuk
menyaring organisme tersebut, yaitu: mikrofauna (< 63 μm), meiofauna (63 - 500
μm), makrofauna (500μm - 5 cm) dan megafauna (>5 cm) (Priosambodo, 2011).

Universitas Sumatera Utara

14

Kelimpahan makrozoobentos pada ekosistem pantai sangat penting
pengaruhnya terhadap struktur rantai makanan. Makrozoobentos bersifat relatif
menetap pada dasar perairan. Tekanan ekologis yang berlebihan dapat
mengurangi kelimpahan organisme ini sehingga dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem. Pantai berpasir cenderung didominasi oleh hewan jenis infauna (hewan
bentik penggali lubang) yang paling banyak dijumpai biasanya adalah kelas
Polychaeta dan Mollusca (Ruswahyuni, 2008).
Makrozoobentos merupakan kumpulan banyak organisme yang menjadi
bagian dari zoobentos yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar
perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Seperti halnya di
ekosistem yang lain, makrozoobentos di lamun berperan sebagai mata rantai
penghubung dalam aliran energi dan siklus materi dari alga planktonik dan lamun
sampai konsumen tingkat tinggi. Hewan bentik (Polikhaeta) dapat mendaur ulang,
bioturbasi sedimen dan pemakan bahan organik (Ira, 2011).
Secara empiris wilayah pesisir merupakan tempat aktivitas ekonomi yang
mencakup perikanan laut dan pesisir, transportasi dan pelabuhan, pertambangan,
kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata serta
kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah. Makrozoobentos
merupakan biota yang hidup di dasar perairan. Organisme bentos memainkan
peran penting dalam komunitas dasar, karena fungsinya dalam proses mineralisasi
dan pendaur ulang bahan organik yang tertangkap di dalam lingkungan perairan.
Sifat pergerakan makrozoobentos yang terbatas atau relaitf menetap dan habitat
hidupnya di dasar perairan yang merupakan tempat bahan pencemar maka

Universitas Sumatera Utara

15

perubahan kualitas air dan substrat hidupnya mempengaruhi kelimpahan dan
keanekaragaman makrozoobentos (Daeli dkk., 2013).

Parameter Lingkungan Makrozoobentos
Suhu
Suhu merupakan factor yang sangat penting dalam mengatur kehidupan
organisme perairan. Keberadaan suatu spesies dan keadaan seluruh kehidupan
suatu komunitas cenderung bervariasi dengan berubahnya suhu. Suhu air
permukaan di perairan Nusantara kita umumnya berkisar antara 28-31 oC. Kisaran
ini merupakan kisaran yang optimum untuk pertumbuhan lamun dan kehidupan
makrozoobentos. Lamun memiliki kisaran pertumbuhan berkisar 28-30 oC dan
suhu yang kritis bagi makrozoobentos berkisar 35-40

o

C, karena dapat

menyebabkan kematian (Ira, 2011).
Kedalaman
Secara umum keadaan laut mempunyai kedalaman yang berbeda-beda
yaitu berkisar antara 0 - 40 meter. Sebaran makrozoobentos dipengaruhi oleh
kedalaman suatu perairan. Kedalaman berpengaruh terhadap pengadukan massa
air dan proses sedimentasi. Kemudian proses sedimentasi akan mempengaruhi
karakteristik serta kandungan bahan organik pada substrat atau sedimen sebagai
habitat makrozoobentos. Seiring dengan bertambahnya kedalaman perairan,
gangguan yang disebabkan oleh ombak akan berkurang sehingga komunitas yang
lebih dalam cenderung dihuni oleh lebih banyak spesies ekuilibrium daripada
spesies oportunistik (Wulansari, 2012).

Universitas Sumatera Utara

16

Kecepatan Arus
Kecepatan arus berpengaruh pada turbulensi air yang akan membawa
unsur hara serta partikel-partikel yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
produktivitas suatu kawasan. Faktor fisik yang beraksi pada komunitas dasar adalah
turbulensi atau gerakan ombak. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pengadukan
sedimen sehingga bahan-bahan yang telah mengendap pada sedimen akan kembali
terlarut atau terbawa oleh massa air. Karena itu karakteristik sedimen akan berbeda
pada setiap lokasi dan berpengaruh terhadap sebaran organisme bentik di dalamnya
(Aziz, 2010).

Kecerahan
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan
secara visual. Nilai kecerahan dapat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu
pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi dalam perairan. Penetrasi cahaya
yang semakin rendah karena meningkatnya kedalaman dan kekeruhan
mengakibatkan cahaya yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan air
menjadi berkurang. Kecerahan sangat mempengaruhi kehidupan organisme di
perairan terutama organisme yang berperan sebagai produsen pertama yang
memanfaatkan sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis seperti lamun.

Oleh karena itu, secara tidak langsung kecerahan akan mempengaruhi
pertumbuhan makrozoobentos yang hidup didalamnya (Wulansari, 2012).
Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman menunjukkan banyaknya jumlah ion hidrogen (H+)
dalam suatu larutan. Nilai pH di lingkungan perairan laut relatif stabil dan berada
dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,5 – 8,4. Hal tersebut
dikarenakan adanya sistem karbon dioksida-asam karbonat-bikarbonat yang

Universitas Sumatera Utara

17

berfungsi sebagai buffer sehingga mampu mempertahankan air laut dengan
kisaran yang sempit. Derajat keasaman (pH) berpengaruh terhadap metabolisme
dari hewan akuatik. Nilai pH sendiri dipengaruhi oleh kadar CO2 di perairan dan
kadar CO2 di perairan dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dan respirasi hewan
air (Aziz, 2010).
Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Kadar oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh suhu, salinitas, dan
turbulensi air. Kadar oksigen terlarut berkurang dengan semakin meningkatnya
suhu, ketinggian (altitude) dan berkurangnya tekanan atmosfer. Kelarutan oksigen
penting artinya dalam mempengaruhi keseimbangan komunitas dan kehidupan
organisme perairan. Selain itu kandungan oksigen terlarut mempengaruhi
keanekaragaman

organisme

suatu

ekosistem

perairan.

Perairan

yang

diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya memiliki kadar oksigen
tidak kurang dari 5 mg/l. Kadar oksigen terlarut kurang dari 4 mg/l
mengakibatkan efek yang kurang menguntungkan bagi semua organisme akuatik
(Ramadhan, 2010).
Salinitas
Salinitas merupakan jumlah total (gr) dari material padat termasuk NaCl
yang terkandung dalam air laut sebanyak 1 kg dimana bromin dan iodin diganti
dengan klorin dan bahan organik seluruhnya telah dibakar habis. Salinitas pada
bebagai tempat di lautan terbuka yang jauh dari daerah pantai variasinya sempit,
biasanya antara 34-37 PSU, dengan rata-rata 35 PSU. Perbedaan terjadi karena
perbedaan dalam penguapan dan presipitasi, oleh karena itu laut di daerah tropis

Universitas Sumatera Utara

18

cenderung memiliki salinitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
beriklim sedang atau subtropis (Aziz, 2010).
Nutrien (Nitrat dan Ortofosfat)
Nutrien atau senyawa inorganik esensial terlarut berperan dalam fungsi
metabolik biota laut, terutama untuk kehidupan dan pertumbuhan produktivitas
primer.Dalam perairan laut yang normal, rasio N/P adalah sebesar 15:1. Rasio N/P
yang meningkat (17:1) potensial menimbulkan blooming atau eutrofikasi perairan,
dimana terjadi pertumbuhan fitoplankton yang tidak terkendali. Di perairan, unsur
fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam
bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan partikulat.
Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung
oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis
membentuk ortofosfat terlebih dahulu, sebelum dapat dimanfaatkan sebagai
sumber fosfor (Ramadhan, 2010).
Tekstur Sedimen
Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan erat dengan ukuran,
bentuk butir, dan susunan komponen mineral-mineral penyusunnya. Tekstur
sedimen yaitu hubungan bersama antara ukuran butir dalam batuan. Partikel
mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai yang besar sampai halus. Ukuran butir
sedimen sangat penting dalam mengontrol kemampuan sedimen untuk menahan
dan mensirkulasi air dan udara. Sirkulasi air melalui ruang pori sedimen adalah
penting karena pergerakan air ini dapat memperbaharui suplai oksigen dan
suplaimakanan serta dapat mencegah kondisi kekeringan bagi makrozoobentos.

Universitas Sumatera Utara

19

Ukuran sedimen dapat pula berpengaruh terhadap kandungan bahan organik (Ira,
2011).

Universitas Sumatera Utara