Korelasi paparan benzene melalui pengukuran kadar trans-trans Muconic Acid (t,t-MA) dengan kadar enzim transaminase dan total protein pada pekerja SPBU Pertamina kota Medan

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu bahan kimia yang keberadaan dan penggunaannya tersebar luas
adalah benzena. Benzena secara luas digunakan di beberapa negara termasuk di
Indonesia, dan termasuk di dalam 20 bahan kimia yang diproduksi dalam jumlah
besar. Sumber benzena di udara antara lain adalah asap rokok, pembakaran dan
penguapan bensin yang mengandung benzena (lebih dari 5%), industri petrokimia,
serta proses pembakaran. Rata-rata konsentrasi benzena di udara perkotaan dan
pedesaan adalah sekitar 1 µg/M³ sampai 20 µg/M³. Konsentrasi lebih tinggi
benzena di dalam dan luar ruangan akan ditemukan di sekitar sumber emisi seperti
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Benzena merupakan salah satu
senyawa hidrokarbon aromatik yang memiliki banyak kegunaan bagi kehidupan
manusia. Penggunaan benzena ini cukup luas pada industri terutama industri yang
terkait dengan minyak, namun demikian benzena juga memiliki dampak yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. Benzena juga dihasilkan oleh produk yang
mengandung benzena seperti lem, cat, lilin furnitur dan deterjen (WHOEurope,2000). (ATSDR, 2007).
Paparan benzena dalam jumlah besar dapat menyebabkan kematian,

sedangkan paparan tingkat rendah dapat menyebabkan mual, debar jantung cepat,
sakit kepala, tremor, kebingungan, dan tidak fokus. Memakan dan meminum
makanan yang mengandung benzena dengan kadar tinggi dapat menyebabkan
muntah, iritasi terhadap lambung, pusing, kejang, hingga kematian. Efek paparan

2

kronis benzena terhadap kesehatan terutama adalah terhadap darah. Paparan
benzene secara kronis dapat menyebabkan penurunan pembentukan sel-sel darah
merah yang dapat menyebabkan anemia (Young et al, 1999). Benzena juga dapat
menyebabkan pendarahan, dan penurunan sistem kekebalan tubuh, sehingga
meningkatkan kemungkinan terkena penyakit infeksi. Benzena juga dapat
menyebabkan leukemia, dan penyakit lain yang berkaitan dengan kanker darah
(Fatonah, 2010). Benzena juga menimbulkan gangguan kesehatan pada ginjal,
hati, dan otot, dan juga menyebabkan kerusakan pada sistem kardiovaskular,
syaraf kekebalan / imunologi, dan reproduksi (Chen dan Chan, 1999 ; Mark et al.
2013). Paparan kronis pada anak-anak akan lebih berbahaya karena mereka
memiliki periode laten yang lebih lama (ATSDR, 2005).
Besarnya paparan benzena yang masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan
perubahan pada beberapa molekul tubuh, salah satu organ yang ikut mengalami

perubahan adalah hati (Szymanska J, 1998). Kerusakan pada hati akibat paparan
benzena dapat disebabkan karena hati merupakan organ utama untuk
biotransformasi berbagai zat kimia yang masuk ke dalam tubuh dan juga
merupakan organ utama dalam metabolisme toksin dan obat (Hegazy & Kamel
2014). Hati merupakan organ tubuh yang terbesar dan organ metabolisme yang
paling kompleks di dalam tubuh. Organ ini terlibat dalam metabolisme zat
makanan, sebagian obat-obatan

dan zat racun. Toksisitas dari benzena akan

dimetabolisme di hati kemudian melepaskan metabolitnya ke sirkulasi dan
selanjutnya ke sum-sum tulang (Hedli, et al. 1997; Watkins P, 1990). Bila paparan
benzena menyebabkan kerusakan hati, maka akan terjadi peningkatan aktivitas

3

enzim alanin aminotransferase (ALT) atau sering juga disebut glutamat piruvat
transaminase (GPT) pada manusia (Liu, 2009) dan juga pada hewan coba tikus
(Dere E, Ari F 2009). Tidak diketahui apakah ada efek paparan benzene pada
aktivitas AST dan total protein pada manusia ataupun hewan coba.

Beberapa uji pemeriksaan yang berfungsi untuk melihat adanya perubahan
pada fungsi hati yang sering dilakukan berupa serum transaminase, LDH (Lactat
dehydrogenase), alkaline fosfatase, GGT (gamma glutamyl transpeptidase), LAP
(Leucine aminopeptidase), bilirubin serum, asam empedu, albumin dan globulin
serum, TTT (thymol turbidity test), waktu protrombin serta alfa feto protein (Lu,
1995). Piccoli et al tahun 2010 menyebutkan bahwa CYP2E1 (sitokrom P2E1)
merupakan biomarker potensial terbaru untuk paparan benzena.
Berdasarkan banyak penelitian yang dilakukan pada hewan dan manusia,
terbukti secara signifikan bahwa benzena memiliki efek yang berbahaya bagi
kesehatan terutama efek karsinogenik, metabolit benzena yang dapat menginduksi
apoptosis (Moran et al. 1996; Bratton et al. 2000; Ross et al. ) dan hasilnya
terlihat

pada kromosom (Hamilton, 2003) serta kerusakan oksidatif (Snyder,

2007) dan perubahan pola metilasi DNA (Bollati, 2007) yang ada pada sel sumsum tulang, sel hepar, protein plasma dan sel darah perifer (Bodell et al. 1996; Li
et al. 1996; Creek et al. 1997; Lindstrom et al. 1999; Troester et al. 2000).

Sejak ditemukannya bukti gangguan kesehatan akibat paparan benzena pada
pekerja yang terpapar, benzena ditetapkan menjadi salah satu bahan kimia yang

berbahaya bagi kesehatan manusia (Snyder, 2000; ATSDR,2007). Keracunan
benzene akibat kerja terjadi apabila seseorang terpapar selama 8 jam kerja dalam

4

sehari dimana mereka diperkirakan

menghirup udara mengandung benzene

sebanyak ± 8 m3 setiap hari (Mahawati et al. 2006).
Tidak ada batas terendah pemaparan benzene yang aman terhadap resiko
kesehatan pada semua tingkat paparan. WHO memberikan peringatan bahwa
untuk setiap paparan benzena sebanyak 1 µg/M³ akan terjadi 4 – 8 tambahan
kasus leukemia per satu juta populasi. Paparan oleh benzena bisa terjadi pada saat
pengisian BBM, asap rokok, industri bahan perekat/ lem, industri cat, minyak
pelumas, produk kecantikan. (Krewski et al, 2000).
Populasi pekerja yang bekerja pada industri yang memproduksi atau
menggunakan benzena dapat terpapar dengan tingkat paparan tertinggi (ATSDR,
2006). Karyawan SPBU, khususnya operator pengisian BBM adalah salah satu
populasi pekerja yang memiliki tingkat resiko tinggi terhadap paparan benzena

(NOISH, 2005), terutama melalui jalur inhalasi karena tarpapar secara kontinyu.
Egeghy et al., 2000 menyebutkan bahwa, pembeli BBM secara swalayan akan
terpapar benzena yang antara lain diemisikan dari proses pembakaran bahan
bakar,

dari

tanki

penyimpanan

bawah

tanah,

tumpahan

BBM,

dan


dari perpindahan uap dari tangki bahan bakar. Dari jumlah tersebut, perpindahan
uap bahan bakar dianggap sebagai proses yang paling bertanggung jawab atas
sebagian besar paparan benzena. Agency for Toxic Subtance and Disease Registry
(ATSDR, 2007) mengestimasikan bahwa rata-rata paparan benzena terhadap
pekerja pada area SPBU adalah sebesar 0,12 ppm. Melalui proses pernapasan
(inhalasi) adalah jalur paparan benzena yang dominan terhadap manusia. Paparan
singkat dengan konsentrasi yang tinggi dapat terjadi saat pengisian BBM

5

kendaraan (WHO – Europe, 2000). Penilaian paparan secara akurat merupakan
langkah penting, baik dalam hal penilaian resiko maupun studi epidemiologi, yang
melibatkan paparan potensial oleh agen lingkungan. Berbagai metode telah
digunakan untuk menilai paparan terhadap manusia. Antara lain metode
berdasarkan kedekatan manusia dengan sumber paparan, dan metode pengukuran
materi biologis manusia (Biomarker)(Liu, 2009; Rappaport et al. 2010).
Pendekatan melalui metode pengukuran materi biologis manusia merupakan
"gold standar " untuk penilaian paparan secara akurat. Beberapa biomarker
paparan terhadap lingkungan dapat digunakan untuk mengestimasikan konsentrasi

paparan (IPCS, 2000). Trans,trans-Muconic Acid (t,t-MA) adalah metabolit minor
dari benzena yang dapat digunakan sebagai indikator biologi untuk paparan
benzena (Ducos et al. 1992; Rappaport et al.2010). Meskipun t,t-MA telah di
identifikasi sebagai hasil dari metabolisme benzena di awal abad ini, aplikasinya
sebagai biomarker untuk paparan benzena pada lingkungan kerja baru dikenal
akhir – akhir ini saja (Maria K, 2012). t,t-MA dalam urin dapat digunakan sebagai
indikator yang sensitif dan spesifik untuk pemantauan biologi, terutama untuk
paparan rendah benzena (Liu L et al. 1996). Beberapa penelitian mengindikasikan
hubungan kwantitas antara paparan inhalasi dengan t,t-MA sebagai biomarker
paparan benzena (WHO,1996).
Perusahaan Pertamina menetapkan bahwa prinsip kerja pelayanan di Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia adalah 3 S yaitu: Senyum,
Sapa, Salam. Hal ini menyebabkan petugas pengisian BBM tidak mungkin
menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa masker penutup hidung dan mulut

6

serta sarung tangan, sehingga mereka sangat beresiko tinggi terpapar oleh benzena
yang menguap serta dari bahan bakar yang mungkin melekat pada permukaan
kulit di tangan. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik

Indonesia Nomor : 01/Men/1997, nilai ambang batas paparan benzena di
lingkungan kerja adalah 10 ppm, sedangkan menurut American Conference of
Governmental Industrial Hygienist (ACGIH) pada tahun 2000 adalah 0,5 ppm,
sedangkan di Inggris pada tahun 2000 batas paparan benzena maksimum untuk 8
jam kerja adalah sebesar 3 ppm, sementara American Petroleum Institute (API)
menyatakan bahwa batas absolute paparan benzena yang aman adalah nol
(Ramon,2007 ; Pudyoko, 2010).
Berdasarkan penelusuran literatur dari berbagai sumber belum ditemukan
adanya penelitian yang menghubungkan paparan benzena dan fungsi hati.
Penelitian yang ada mengenai paparan benzena pada operator SPBU antara lain yang
berhubungan dengan kadar hemoglobin darah (Mahawati, 2006), kadar fenol
dalam urin (Pudyoko, 2010), analisis paparan benzena terhadap profil darah
(Ramon,2007), dan analisis paparan benzena melalui pengukuran tt-MA
(Zuliyawan 2010).
Mencermati besarnya bahaya yang ditimbulkan akibat paparan benzena pada
organ tubuh terutama organ metabolisme

maka perlu dilakukan penelitian

mengenai hubungan paparan benzena melalui pengukuran t,t-MA dengan kadar

enzim

transaminase

yaitu

alanin

aminotransferase

(ALT),

aspartat

aminotransferase (AST) dan total protein pada pekerja SPBU Pertamina di kota
Medan.

7

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Apakah ada korelasi paparan benzena dengan mengukur kadar t,t-MA dan
fungsi hati yang dilihat dari kadar enzim transaminase yaitu ALT, AST dan total
protein pada pekerja SPBU Pertamina di kota Medan.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. TUJUAN UMUM
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi paparan benzena melalui
pengukuran t,t-MA dengan kadar enzim transaminase dan Total Protein pada
pekerja SPBU Pertamina kota Medan.
1.3.2. TUJUAN KHUSUS
1. Mengetahui gambaran umum tentang SPBU Pertamina.
2. Mengetahui

distribusi

frekuensi

tenaga


kerja

SPBU

Pertamina

berdasarkan karakteristik (masa kerja, umur, jenis kelamin, riwayat
merokok).
3. Mengetahui kadar t,t-MA dalam urine tenaga kerja.
4. Mengetahui kadar ALT dalam darah tenaga kerja.
5. Mengetahui kadar AST dalam darah tenaga kerja.
6. Mengetahui kadar total protein dalam darah tenaga kerja.
7. Mengetahui korelasi kadar t,t-MA dengan kadar ALT pada pekerja SPBU
Pertamina.

8

8. Mengetahui korelasi kadar t,t-MA dengan kadar AST pada pekerja SPBU
Pertamina.
9. Mengetahui korelasi kadar t,t-MA dengan

kadar Total Protein pada

pekerja SPBU Pertamina.
10. Mengetahui perbedaan kadar t,t-MA pada pekerja SPBU berdasarkan masa
kerja.
11. Mengetahui perbedaan kadar t,t-MA pada pekerja SPBU merokok dan
pekerja SPBU yang tidak merokok.
12. Mengetahui perbedaan kadar t,t-MA berdasarkan jenis kelamin.

1.4. HIPOTESA PENELITIAN
Ada korelasi paparan benzena melalui pengukuran kadar tt-MA dengan kadar
enzim transaminase dan kadar total protein pada pekerja SPBU Pertamina Kota
Medan.

1.5. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari peneltian ini adalah:
1. Memberikan kontribusi ilmiah mengenai benzena khususnya pengaruh
paparan benzena pada dilingkungan kerja terhadap fungsi hati.

9

2. Memberikan informasi kepada management perusahaan dan pekerja dalam
perencanaan dan pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja di SPBU
yang terdapat dikota Medan.
3. Sebagai referensi lanjutan untuk penelitian tentang paparan bezena, fungsi
hati maupun penelitian lainnya.

Dokumen yang terkait

Korelasi paparan benzene melalui pengukuran kadar trans-trans Muconic Acid (t,t-MA) dengan kadar enzim transaminase dan total protein pada pekerja SPBU Pertamina kota Medan

0 0 13

Korelasi paparan benzene melalui pengukuran kadar trans-trans Muconic Acid (t,t-MA) dengan kadar enzim transaminase dan total protein pada pekerja SPBU Pertamina kota Medan

6 17 31

Korelasi paparan benzene melalui pengukuran kadar trans-trans Muconic Acid (t,t-MA) dengan kadar enzim transaminase dan total protein pada pekerja SPBU Pertamina kota Medan

0 1 8

Korelasi paparan benzene melalui pengukuran kadar trans-trans Muconic Acid (t,t-MA) dengan kadar enzim transaminase dan total protein pada pekerja SPBU Pertamina kota Medan

2 4 32

Korelasi Paparan Sulfur Dioksida Dengan Kadar Protein C-Reaktif, Nilai VEP1, KVP, Rasio VEP1 KVP Dan AEP 25-75% Pada Pekerja SPBU Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 0 20

Korelasi Paparan Sulfur Dioksida Dengan Kadar Protein C-Reaktif, Nilai VEP1, KVP, Rasio VEP1 KVP Dan AEP 25-75% Pada Pekerja SPBU Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 0 2

Korelasi Paparan Sulfur Dioksida Dengan Kadar Protein C-Reaktif, Nilai VEP1, KVP, Rasio VEP1 KVP Dan AEP 25-75% Pada Pekerja SPBU Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 0 9

Korelasi Paparan Sulfur Dioksida Dengan Kadar Protein C-Reaktif, Nilai VEP1, KVP, Rasio VEP1 KVP Dan AEP 25-75% Pada Pekerja SPBU Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 5 37

Korelasi Paparan Sulfur Dioksida Dengan Kadar Protein C-Reaktif, Nilai VEP1, KVP, Rasio VEP1 KVP Dan AEP 25-75% Pada Pekerja SPBU Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 2 9

Korelasi Paparan Sulfur Dioksida Dengan Kadar Protein C-Reaktif, Nilai VEP1, KVP, Rasio VEP1 KVP Dan AEP 25-75% Pada Pekerja SPBU Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 0 38