DESKRIMINASI PERHATIAN GURU TERHADAP MOT
DESKRIMINASI PERHATIAN GURU TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR PESERTA DIDIK
ABSTRACT
Artikel ilmiah ini menjelaskan tentang sebuah sisitem pembelajaran yang
memacu motivasi belajar peserta didik. Perhatian guru merupakan salah satu faktor
eksternal yang dapat memacu motivasi belajar peserta didik. Namun tidak jarang di
dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas terdapat seorang siswa yang di anak
emaskan oleh gurunya. Tanpa disadari hal ini merupakan salah satu tindak
deskriminasi perhatian dari seorang guru terhadap peserta didik.
Deskriminasi merupakan kecenderungan seseorang untuk membeda-bedakan
orang satu terhadap orang lainnya. Deskriminasi perhatian ini pun menimbulkan
kecenderungan sosial terhadap peserta didik lainnya. Diharapkan guru tidak
melakukan perhatian individual ketika di dalam kelas, tapi perhatian secara global di
arahkan ke setiap peserta didik yang lebih baik diharapkan bisa menunjang hasil
akhir yang merata.
KATA KUNCI :
Deskriminasi, perhatian, motivasi belajar.
PENDAHULUAN
Berdasarkan undang-undang No. 14 tahun 2005, menyatakan bahwaguru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendididkan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendididkan menengah.
Sebagai pendidik dan pengajar peserta didik, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang
mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat
mengajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal.
Hanya saja, setiap motivasi anak berbeda-beda. Motivasi belajar dapat membantu
pesserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimilikinya. Ibarat
kecepatan sebuah mobil makin tinggi angka kilometernya, makin mudah dan cepat
mendapatkan tujuan yang dicapainya.
Seorang guru diharapkan dapat menjadi subjek pembelajaran yang
sesungguhnya, yang dapat berinteraksi langsung dengan peserta didiknya yaitu
dengan memberi sebuah perhatian baik berupa nasihat, pujian, maupun gurauan.
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar (Gage & Berliner,
1984:355). Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipal berbeda dari hewan,
sehingga perhatian yang dibutuhkan harus sesuai dengan sifat dan hakikat manusia
itu sendiri. Perhatian yang dibutuhkan adalah perhatian yang mampu membangkitkan
motivasi belajarnya. Misalnya dari pembelajaran yang tidak sukai menjadi disukai
berkat pemberian perhatian lebih dari guru yang mengajarnya.
Indikasi perhatian terhadap motivasi belajar
Motivasi terjadi apabila terdapat dorongan dari kekuatan mental individu itu
sendiri. “Motivation is the cancept we use when we describe the force action or
within an organism to intiate and direct behaviour”( Petri, Herbert L, 1986 : 3 ).
Maka dari itu, dibutuhkan sesuatu hal yang dapat mendorong kekuatan mental
tersebut. Sehingga motivasi seseorang dapat bersumber dari : (i) dalam diri sendiri,
yang dikenal sebagai motivasi internal, dan (ii) dari luar seseorang yang di kenal
sebagai motivasi eksternal ( Dimyati & Mudjiono, 2006 : 90 ). Lemahnya sebuah
motivasi atau tiadanya motivasi belajar pada peserta didik merupakan kurangnya
dorongan kekuatan pada dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya
(eksternal).
Bentuk perhatian dari seorang guru merupakan motivasi eksternal yang
bertujuan untuk memacu hasrat, dorongan, kebutuhan, dan tujuan peserta didik. Oleh
sebab itu, intuk nisa menanamkan sikap positif terhadap peserta didiknya, seorang
guru di tuntut untuk menimbulkan sebuah daya tarik tersendiri yang dapat
menimbulkan motivasi belajar peserta didik dari perhatian yang di berikan. Sehingga
perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
Pengaruh Deskriminasi Perhatian Guru
Motivasi belajar peserta didik berbeda-beda, ada yang kuat dan lemah akan
motivasi belajarnya. Kuat dan lemahnya motivasi belajar peserta didik tergantung
sumber dorongan yang di peroleh. Sebagaimana di atas disebutkan bahwa motivasi
seseorang bersumber dari 2 sumber, yaitu internal dan eksternal. Kedua-duanya
saling mempengaruhi, namun biasanya kuat dan lemahnya motivasi jika didasarkan
pada sumber eksternal, itu tergantung pada jumlah perhatian yang mereka dapat.
Dalam hal ini deskriminasi perhatian pun kerap terjadi.
Bentuk perhatian itu sendiri dapat kita golongkan pada dua bentuk, yaitu
individual dan kelompok. Perhatian secara individual yang diberikan kepada anak
yang kurang atau bahkan bisa dikatakan kurang sekali akan motivasi belajarnya
mampu menjadikan peserta didik menjadi termotivasi, karena dia merasa dianggap
dan diperhatikan. Apalagi bila terbukti mendapat nilai baik, ini dapat menjadi suatu
hal yang berpengaruh bagi usaha belajar selanjutnya. Namun apabila diawal
pertemuan kesan seorang anak terhadap guru sudah jelek maka akan membuat
motivasi belajarnya menurun, mata pelajaranya tidak disukai dan hasil nilainya pun
menjadi tidak memuaskan, karena tidak ada motivasi belajar pada pelajaran tersebut.
Dampak negatif dari perhatian secara individual yaitu akan menimbulkan
deskriminasi terhadap peserta didik yang lain. Pengertian dari deskriminasi itu
sendiri merajuk pada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana
disebabkan karena kecenderungan untuk membeda-bedakan yang lain (wikipedia).
Untuk menghindari menurunya motivasi belajar yang disebabkan oleh deskriminasi
tersebut maka seorang guru diharapkan memberi perhatian dengan bentuk perhatian
kelompok. Khususnya pada siswa SLTP/SLTA yang masih merupakan pribadipribadi yang sedang berkembang dan masih labil yang mudah tersinggung dan putus
asa.
Memberikan perhatian secara kelompok tidak hanya kepada satu siswa saja.
Maka semua siswa yang ada pada kelas tersebut, akan termotivasi dan memiliki hasil
belajar yang relevan satu sama lainnya ( sinkron/rata). Menurut Dimyati &
Mudjiaono (2006) hasil belajar merupakan hasil dari satu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dan sebagian besar hasil belajar dipengaruhi oleh tindak pendidik
yang memberikan perhatiannya.
Simpulan
Berdasarkan analisis mengenai akibat deskriminasi perhatian seorang guru
terhadap peserta didik, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Sebuah perhatian dari seorang guru mempunyai peranan penting dala sebuah
pembelajaran. Hal ini dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta
didik. Perhatian merupakan bentuk perhatian yang bersifat internal, yakni datang
dari rasa ditanggapi, dihargai, dan diterima oleh orang lain. Sehingga guru di
tuntut untuk dapat memberi sebuah ketertarikan khusus dan motivasi dari
perhatian yang di berikan.
2. Terdapat beragam pengaruh positif maupun negatif. Terjadinya deskriminasi
perhatian dari seorang guru punenjadi masalah yang cukup serius. Peserta didik
yang diberi perhatian lebih oleh seorang guru secara individual akan membuat
motivasi belajarnya lebih dan cepat meningkat. Namun hal itu akan mengacu
peserta didik yang lain cemburu dan menurunkan motivasi belajar mereka.
Sehingga dituntut untuk memberi perhatian secara kelompok supaya memperoleh
hasil belajar atau nilai yang relavan (sinkron/merata).
Pustaka Rujukan
Danim, Sudarwan. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru.
Bandung:Alfabeta.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Tirtarahardja, umar dan S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Rineka cipta.
Friel, John C dan Linda D. Friel. 2002. 7 Kesalahan Terbesar Orangtua dan
cara-cara memperbaikinya. Bandung: Kaifa.
n.b
Motivasi belajar siswa
Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang
ditujukan para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar . dalam hal :
- Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
- Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
- Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya
- Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
- Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan
Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh
siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat
dari suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula
pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
penilaian terhadap proses belajar-mengajar. Dimensi penilaian proses belajar-
mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses belajar-mengajar seperti
tujuan pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan belajar oleh murid, kegiatan
mengajar guru, dan penilaian. Salah satu Kriteria yang digunakan dalam menilai
proses belajar mengajar ialah motivasi belajar siswa yang mereka peroleh dari
keteladanan guru yang di berikan.
Guru harus bisa menjadi contoh teladan bagi muridnya. Contohnya dapat kita
lihat ketika seorang guru memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak
membaca buku, yaitu dengan menemukan gurunya banyak membaca buku.
Tetapi, bagaimana mungkin seorang guru yang jarang sekali membaca mampu
memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku? Guru dapat
membuat hal kecil sendiri di dalam kelasnya, dan menjadikan dirinya sebagai
inspirator bagi murid-muridnya. Kita sebagai guru adalah motivasi bagi anakanak didik kita, melalui kebiasaan prilaku kita , budaya fisik dan mental ini bisa
memberi contoh kepada anak-anak didik kita. Karena murid-murid selalu
mengikuti perilaku guru mereka. Jadi seorang guru dapat melakukan banyak hal
melalui kekuatan motivasi. Seorang guru harus menyadari bahwa kekuatan
motivasi dan menggunakannya dengan baik dimanapun. Ada Senyum di Dalam
Kelas, Senyum memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam batasbatas sekolah, tetapi juga bahkan di dalam masyarakat pada umumnya. Senyum
adalah ekspresi cinta. Senyum adalah kekuatan dan kekuasaan seseorang.
Sekolah juga harus menjadikan senyum sebagai bagian dari kegiatan belajar
mengajar. Seorang guru menyentuh hati anak-anak didiknya melalui daya tarik
‘senyum’. Senyum menciptakan percaya diri anak-anak didik kita. Perkembangan
kemajuan anak-anak didik terhadap mata pelajarannya, terjadi ketika mereka
mulai menyukai dan mencintai gurunya. Bagaimana murid mau mencitai
pelajarannya jika ia tidak mencintai gurunya. Senyuman seorang guru,
menciptakan getaran yang kuat pada diri anak-anak didiknya. Anak-anak didik
kita tidak merasa takut untuk mengungkapkan persoalan apa yang terjadi dalam
dirinya. Mereka tidak segan-segan lagi mengajukan pertanyaan, dan kebebasan
berpikir di dalam kelas secara otomatis terjadi, ketika senyum hadir di dalam
kelas. Kita sebagai calon/guru, dituntut untuk menjadi seorang teman untuk anakanak didik kita. Persahabatan dapat membantu kita untuk lebih memahami
seorang anak. Seorang anak didik akan mengungkapkan kesulitan/masalah hanya
kepada guru yang sudah menjadi temanya. Tetapi, jika kita sebagai guru hanya
memerankan seseorang pemberi tugas atau bahkan pemimpin sirkus untuk anakanak didik kita, kita akan merusak kegitan belajar mengajar mereka. Anak-anak
didik kita mulai membenci kita dan menyembunyikan segala sesuatu yang ada
pada dirinya kepada kita. Anak-anak didik kita akan mengembangkan rasa takut
kepada kita. Itu sebabnya, banyak orang tua dan guru berada dalam masalah
besar, ketika semua persoalan pribadi anak-anak kita tidak mengemuka. Anakanak didik kita kehilangan kebebasan untuk berterus-terang menceritakan
masalahnya. Sebenarnya ini bukan kesalahan anak-anak didik kita, tapi kesalahan
kita sebagai orang tua dan guru di sekolah, yang tidak memiliki seni ‘bagaimana
untuk menjadi teman dari anak-anak didik kita.’ Karena strategi jitu dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas menentukan terciptanya
keoptimalan hasil belajar mangajar. Itu yang menjadi pendapat kami mengenai
cara seoarang guru menerapkan strategi belajar mengajar di masa depan.
BELAJAR PESERTA DIDIK
ABSTRACT
Artikel ilmiah ini menjelaskan tentang sebuah sisitem pembelajaran yang
memacu motivasi belajar peserta didik. Perhatian guru merupakan salah satu faktor
eksternal yang dapat memacu motivasi belajar peserta didik. Namun tidak jarang di
dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas terdapat seorang siswa yang di anak
emaskan oleh gurunya. Tanpa disadari hal ini merupakan salah satu tindak
deskriminasi perhatian dari seorang guru terhadap peserta didik.
Deskriminasi merupakan kecenderungan seseorang untuk membeda-bedakan
orang satu terhadap orang lainnya. Deskriminasi perhatian ini pun menimbulkan
kecenderungan sosial terhadap peserta didik lainnya. Diharapkan guru tidak
melakukan perhatian individual ketika di dalam kelas, tapi perhatian secara global di
arahkan ke setiap peserta didik yang lebih baik diharapkan bisa menunjang hasil
akhir yang merata.
KATA KUNCI :
Deskriminasi, perhatian, motivasi belajar.
PENDAHULUAN
Berdasarkan undang-undang No. 14 tahun 2005, menyatakan bahwaguru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendididkan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendididkan menengah.
Sebagai pendidik dan pengajar peserta didik, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang
mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat
mengajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal.
Hanya saja, setiap motivasi anak berbeda-beda. Motivasi belajar dapat membantu
pesserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimilikinya. Ibarat
kecepatan sebuah mobil makin tinggi angka kilometernya, makin mudah dan cepat
mendapatkan tujuan yang dicapainya.
Seorang guru diharapkan dapat menjadi subjek pembelajaran yang
sesungguhnya, yang dapat berinteraksi langsung dengan peserta didiknya yaitu
dengan memberi sebuah perhatian baik berupa nasihat, pujian, maupun gurauan.
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar (Gage & Berliner,
1984:355). Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipal berbeda dari hewan,
sehingga perhatian yang dibutuhkan harus sesuai dengan sifat dan hakikat manusia
itu sendiri. Perhatian yang dibutuhkan adalah perhatian yang mampu membangkitkan
motivasi belajarnya. Misalnya dari pembelajaran yang tidak sukai menjadi disukai
berkat pemberian perhatian lebih dari guru yang mengajarnya.
Indikasi perhatian terhadap motivasi belajar
Motivasi terjadi apabila terdapat dorongan dari kekuatan mental individu itu
sendiri. “Motivation is the cancept we use when we describe the force action or
within an organism to intiate and direct behaviour”( Petri, Herbert L, 1986 : 3 ).
Maka dari itu, dibutuhkan sesuatu hal yang dapat mendorong kekuatan mental
tersebut. Sehingga motivasi seseorang dapat bersumber dari : (i) dalam diri sendiri,
yang dikenal sebagai motivasi internal, dan (ii) dari luar seseorang yang di kenal
sebagai motivasi eksternal ( Dimyati & Mudjiono, 2006 : 90 ). Lemahnya sebuah
motivasi atau tiadanya motivasi belajar pada peserta didik merupakan kurangnya
dorongan kekuatan pada dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya
(eksternal).
Bentuk perhatian dari seorang guru merupakan motivasi eksternal yang
bertujuan untuk memacu hasrat, dorongan, kebutuhan, dan tujuan peserta didik. Oleh
sebab itu, intuk nisa menanamkan sikap positif terhadap peserta didiknya, seorang
guru di tuntut untuk menimbulkan sebuah daya tarik tersendiri yang dapat
menimbulkan motivasi belajar peserta didik dari perhatian yang di berikan. Sehingga
perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
Pengaruh Deskriminasi Perhatian Guru
Motivasi belajar peserta didik berbeda-beda, ada yang kuat dan lemah akan
motivasi belajarnya. Kuat dan lemahnya motivasi belajar peserta didik tergantung
sumber dorongan yang di peroleh. Sebagaimana di atas disebutkan bahwa motivasi
seseorang bersumber dari 2 sumber, yaitu internal dan eksternal. Kedua-duanya
saling mempengaruhi, namun biasanya kuat dan lemahnya motivasi jika didasarkan
pada sumber eksternal, itu tergantung pada jumlah perhatian yang mereka dapat.
Dalam hal ini deskriminasi perhatian pun kerap terjadi.
Bentuk perhatian itu sendiri dapat kita golongkan pada dua bentuk, yaitu
individual dan kelompok. Perhatian secara individual yang diberikan kepada anak
yang kurang atau bahkan bisa dikatakan kurang sekali akan motivasi belajarnya
mampu menjadikan peserta didik menjadi termotivasi, karena dia merasa dianggap
dan diperhatikan. Apalagi bila terbukti mendapat nilai baik, ini dapat menjadi suatu
hal yang berpengaruh bagi usaha belajar selanjutnya. Namun apabila diawal
pertemuan kesan seorang anak terhadap guru sudah jelek maka akan membuat
motivasi belajarnya menurun, mata pelajaranya tidak disukai dan hasil nilainya pun
menjadi tidak memuaskan, karena tidak ada motivasi belajar pada pelajaran tersebut.
Dampak negatif dari perhatian secara individual yaitu akan menimbulkan
deskriminasi terhadap peserta didik yang lain. Pengertian dari deskriminasi itu
sendiri merajuk pada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana
disebabkan karena kecenderungan untuk membeda-bedakan yang lain (wikipedia).
Untuk menghindari menurunya motivasi belajar yang disebabkan oleh deskriminasi
tersebut maka seorang guru diharapkan memberi perhatian dengan bentuk perhatian
kelompok. Khususnya pada siswa SLTP/SLTA yang masih merupakan pribadipribadi yang sedang berkembang dan masih labil yang mudah tersinggung dan putus
asa.
Memberikan perhatian secara kelompok tidak hanya kepada satu siswa saja.
Maka semua siswa yang ada pada kelas tersebut, akan termotivasi dan memiliki hasil
belajar yang relevan satu sama lainnya ( sinkron/rata). Menurut Dimyati &
Mudjiaono (2006) hasil belajar merupakan hasil dari satu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dan sebagian besar hasil belajar dipengaruhi oleh tindak pendidik
yang memberikan perhatiannya.
Simpulan
Berdasarkan analisis mengenai akibat deskriminasi perhatian seorang guru
terhadap peserta didik, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Sebuah perhatian dari seorang guru mempunyai peranan penting dala sebuah
pembelajaran. Hal ini dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta
didik. Perhatian merupakan bentuk perhatian yang bersifat internal, yakni datang
dari rasa ditanggapi, dihargai, dan diterima oleh orang lain. Sehingga guru di
tuntut untuk dapat memberi sebuah ketertarikan khusus dan motivasi dari
perhatian yang di berikan.
2. Terdapat beragam pengaruh positif maupun negatif. Terjadinya deskriminasi
perhatian dari seorang guru punenjadi masalah yang cukup serius. Peserta didik
yang diberi perhatian lebih oleh seorang guru secara individual akan membuat
motivasi belajarnya lebih dan cepat meningkat. Namun hal itu akan mengacu
peserta didik yang lain cemburu dan menurunkan motivasi belajar mereka.
Sehingga dituntut untuk memberi perhatian secara kelompok supaya memperoleh
hasil belajar atau nilai yang relavan (sinkron/merata).
Pustaka Rujukan
Danim, Sudarwan. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru.
Bandung:Alfabeta.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Tirtarahardja, umar dan S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Rineka cipta.
Friel, John C dan Linda D. Friel. 2002. 7 Kesalahan Terbesar Orangtua dan
cara-cara memperbaikinya. Bandung: Kaifa.
n.b
Motivasi belajar siswa
Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang
ditujukan para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar . dalam hal :
- Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
- Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
- Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya
- Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
- Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan
Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh
siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat
dari suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula
pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
penilaian terhadap proses belajar-mengajar. Dimensi penilaian proses belajar-
mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses belajar-mengajar seperti
tujuan pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan belajar oleh murid, kegiatan
mengajar guru, dan penilaian. Salah satu Kriteria yang digunakan dalam menilai
proses belajar mengajar ialah motivasi belajar siswa yang mereka peroleh dari
keteladanan guru yang di berikan.
Guru harus bisa menjadi contoh teladan bagi muridnya. Contohnya dapat kita
lihat ketika seorang guru memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak
membaca buku, yaitu dengan menemukan gurunya banyak membaca buku.
Tetapi, bagaimana mungkin seorang guru yang jarang sekali membaca mampu
memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku? Guru dapat
membuat hal kecil sendiri di dalam kelasnya, dan menjadikan dirinya sebagai
inspirator bagi murid-muridnya. Kita sebagai guru adalah motivasi bagi anakanak didik kita, melalui kebiasaan prilaku kita , budaya fisik dan mental ini bisa
memberi contoh kepada anak-anak didik kita. Karena murid-murid selalu
mengikuti perilaku guru mereka. Jadi seorang guru dapat melakukan banyak hal
melalui kekuatan motivasi. Seorang guru harus menyadari bahwa kekuatan
motivasi dan menggunakannya dengan baik dimanapun. Ada Senyum di Dalam
Kelas, Senyum memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam batasbatas sekolah, tetapi juga bahkan di dalam masyarakat pada umumnya. Senyum
adalah ekspresi cinta. Senyum adalah kekuatan dan kekuasaan seseorang.
Sekolah juga harus menjadikan senyum sebagai bagian dari kegiatan belajar
mengajar. Seorang guru menyentuh hati anak-anak didiknya melalui daya tarik
‘senyum’. Senyum menciptakan percaya diri anak-anak didik kita. Perkembangan
kemajuan anak-anak didik terhadap mata pelajarannya, terjadi ketika mereka
mulai menyukai dan mencintai gurunya. Bagaimana murid mau mencitai
pelajarannya jika ia tidak mencintai gurunya. Senyuman seorang guru,
menciptakan getaran yang kuat pada diri anak-anak didiknya. Anak-anak didik
kita tidak merasa takut untuk mengungkapkan persoalan apa yang terjadi dalam
dirinya. Mereka tidak segan-segan lagi mengajukan pertanyaan, dan kebebasan
berpikir di dalam kelas secara otomatis terjadi, ketika senyum hadir di dalam
kelas. Kita sebagai calon/guru, dituntut untuk menjadi seorang teman untuk anakanak didik kita. Persahabatan dapat membantu kita untuk lebih memahami
seorang anak. Seorang anak didik akan mengungkapkan kesulitan/masalah hanya
kepada guru yang sudah menjadi temanya. Tetapi, jika kita sebagai guru hanya
memerankan seseorang pemberi tugas atau bahkan pemimpin sirkus untuk anakanak didik kita, kita akan merusak kegitan belajar mengajar mereka. Anak-anak
didik kita mulai membenci kita dan menyembunyikan segala sesuatu yang ada
pada dirinya kepada kita. Anak-anak didik kita akan mengembangkan rasa takut
kepada kita. Itu sebabnya, banyak orang tua dan guru berada dalam masalah
besar, ketika semua persoalan pribadi anak-anak kita tidak mengemuka. Anakanak didik kita kehilangan kebebasan untuk berterus-terang menceritakan
masalahnya. Sebenarnya ini bukan kesalahan anak-anak didik kita, tapi kesalahan
kita sebagai orang tua dan guru di sekolah, yang tidak memiliki seni ‘bagaimana
untuk menjadi teman dari anak-anak didik kita.’ Karena strategi jitu dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas menentukan terciptanya
keoptimalan hasil belajar mangajar. Itu yang menjadi pendapat kami mengenai
cara seoarang guru menerapkan strategi belajar mengajar di masa depan.