PROSEDUR DAN TATA CARA. doc

PROSEDUR DAN TATA CARA
PENGANGGARAN PEMERINTAH

Disusun Oleh:
M. Rifky Adriatma

201410050311068

Puji Setyawan

201410050311092

Wahyu Karonia Putri

201410050311149

Andi Sulfikar A

201410050311065

Syarifullah


201410050311014

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Prosedur Dan
Tata Cara Penganggaran pemerintah. Tujuan penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Sistem Penganggaran Pemerintah di
Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang, dengan harapan
mahasiswa mampu memahami secara teknis tata cara penganggaran pemerintah
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun dari referensi buku yang kami gunakan juga mengingat
akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dengan demikian, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada

kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Malang, 13 Maret 2016

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penganggaran (budgeting) adalah suatu cara atau metode yang sistematis untuk
mengalokasikan sumber-sumber daya keuangan. Berkaitan dengan organisasi
pemerintahan, penganggaran berarti proses pengalokasian sumber daya keuangan
negara yang terbatas untuk digunakan membiayai pengeluaran oleh unit pemerintahan
yaitu kementerian dan lembaga sebagai pengguna anggaran. Penganggaran
memainkan peran penting di dalam perencanaan, pengendalian, dan pembuatan
keputusan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
(RKP), Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana
Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) sebagai operasionalisasi

kebijakan

penganggaran

kinerja,

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) serta Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pelaksanaan APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) pada satu tahun anggaran dimulai dengan penyusunan
dan pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran. Dokumen pelaksanaan anggaran
yang selanjutnya disebut sebagai Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

merupakan dokumen yang disusun oleh Pengguna Anggaran berdasarkan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) yang telah disetujui
oleh DPR dan ditetapkan dalam Keputusan Presiden mengenai Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) atau Dokumen Hasil Penelaahan Rencana Dana
Pengeluaran Bendahara Umum Negara (DHP RDP BUN), dan disahkan oleh Menteri
Keuangan.
Dalam proses penerbitan dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA),
semua informasi yang tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
berasal dari RKA-K/L atau RDP BUN yang telah disusun. Oleh karena itu, informasi
yang dituangkan pada saat penyusunan RKA-K/L atau RDP BUN harus dilakukan
dengan baik, benar, dan lengkap serta dilengkapi dengan dokumen pendukungnya

sehingga DIPA yang dihasilkan siap digunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
sejak awal tahun anggaran. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

(DIPA) adalah

dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran (PA/KPA). Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) berlaku
untuk 1 (satu) tahun anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang

berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan bagi Satker dan dasar pencairan dana
atau pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.
Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi yang tidak boleh dilampaui
dan pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian, untuk menjamin proses alokasi yang efisien, dibutuhkan
mekanisme perencanaan penganggaran yang andal dan tepat untuk dapat menjadi alat
bantu paling efektif sehingga memberikan hasil yang paling optimal dari setiap unit
sumber daya anggaran yang digunakan pemerintah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana prosedur atau tata cara penganggaran pemerintah?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui prosedur atau tata cara penganggaran pemerintah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prosedur atau Tata Cara Penganggaran Pemerintah
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL)
adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan

suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Strategis Kementerian Negara/Lembaga
(Renstra K/L) yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran untuk menjadi pedoman
pelaksanaan program dan kegaitan..
Dalam penyusunan RKAKL selain mengacu pada RKP dan Renstra K/L,
penyusunan RKAKL juga harus mengacu pada pagu indikatif dan pagu anggaran yang
ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan, hasil kesepakatan yang dilakukan oleh
Kementerian/Lembaga terkait dengan DPR, serta tidak boleh keluar dari tupoksi unit
organisasi Kementerian/Lembaga yang bersangkutan. Selain itu, banyak rambu-rambu
yang harus diperhatikan dalam proses penyusunan RKAKL agar tercapai anggaran
berbasis kinerja seperti memperhatikan alur perencanaan dan penganggaran
sebagaimana dicantumkan pada bagian selanjutnya dari makalah ini.
Selain itu, proses penganggaran juga merupakan uraian mengenai proses dan
mekanisme penganggaran yang dimulai dari Pagu Indikatif , Pagu Anggaran hingga
pada penetapan Pagu Alokasi Anggaran K/L yang bersifat final. Pagu Indikatif ini
merupakan ancar-ancar alokasi anggaran usulan pemerintah. Adapun prosedur atau tata
cara penganggaran pemerintah. Prosedur atau tata cara penganggaran pemerintah ini
dilakukan dengan empat tahapan. Tahapan-tahapan itu adalah tahap perencanaan, tahap
penyusunan, tahap pembahasan dan tahap penetapan.


Tahap Perencanaan
Pada tahapan perencanaan dilakukan beberapa penetapan dan penyusunan
rancangan awal, antara lain:
1.

Eksekutif (Presiden) menetapkan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional
yang kemudian akan menghasilkan konsep kebijakan RAPBN

2. Kementerian

Keuangan

dengan

Kementerian

Perencanaan

Pembangunan


Nasional/Bappenas menyusun resource envelope (kapasitas fiskal) sebagai bahan
penyusunan pagu indikatif dan konsep kebijakan fiskal.
Penyusunan Pagu Indikatif

3. Diterbitkannya surat edaran bersama Menteri Keuangan dengan Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenas setelah penyusunan pagu indikatif
4. Pelaksanaan Trilateral Meeting. Trilateral Meeting adalah pertemuan tiga pihak yang
merupakan forum koordinasi yang melibatkan:
a. Kementerian Keuangan yang diwakili oleh Direktorat dibawah lingkup Direktorat
Jenderal Anggaran yang memilki mitra kerja sesuai dengan lingkup tugas dan
fungsinya beserta perwakilan lainnya dari Kementerian Keuangan apabila
dibutuhkan

b. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang diwakili oleh
Pejabat dari Direktorat Sektoral/Regional yang memiliki tugas dan tanggung
jawab sesuai lingkup kewenangannya
c. Kementerian/Lembaga diwakili oleh Pejabat dari Biro Perencanaan/Keuangan
atau Unit Organisasi yang bertanggung jawab dalam perencanaan program dan
anggaran
Pelaksanaan Trilateral Meeting ini bertujuan untuk dapat lebih meningkatkan

kualitas perencanaan penganggaran yang akan dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Selain itu, tujuan yang hendak dicapai
dengan adanya pelaksanaan Trilateral Meeting ini adalah untuk mempertajam hasil
penelaahan rancangan renstra kementerian/lembaga yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Dalam pertemuan ini juga ditekankan pembahasan untuk menjaga
konsistensi kebijakan yang ada dalam dokumen perencanaan RPJMN dan
mengkonfirmasikan rencana pelaksanaan janganka menengah beserta ukuran
kinerjanya dalam rangka pencapaian visi dan misi Presiden beserta Wakil.

Tahap Penyusunan
Pada tahap kedua ini memuat tentang:
1. Penyusunan KEM, PPKF (Pokok Pokok Kebijakan Fiskal), kebijakan makro dan
RKP (Rencana Kerja Pemerintah) serta pembicaraan pendahuluan oleh
Kementerian

Keuangan

dan

Kementerian


Perencanaan

Pembangunan

Nasional/Bappenas
2. Penetapan KEM dan PPKF (Pokok Pokok Kebijakan Fiskal) oleh Presiden.
3. Pembicaraan Pendahuluan RAPBN (KEM, PPKF, RKP) antara Kementerian
Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas oleh
DPR
4. Penyusunan Pagu Anggaran Kementerian/Lembaga oleh Kementerian Keuangan
Penyusunan Pagu Anggaran

5. Penyusunan dan Review RKA-K/L oleh APIP K/L
6. Penelaahan RKA-K/L oleh Kemenkeu, Kemen PPN/Bappenas dan K/L

Tahap Pembahasan
Pada tahap pembahasan, dilakukan pembahasan atas:
1. RAPBN,RUU, APBN, Nota Keuangan, Dokumen Hasil Penelaahan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Dokumen Hasil Penelaahan

Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara oleh Kementerian Keuangan
2. Persetujuan DPR dan Presiden atas Pembahasan RAPBN,RUU, APBN, Nota
Keuangan, Dokumen Hasil Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Dokumen Hasil Penelaahan Rencana Dana Pengeluaran
Bendahara Umum Negara
3. Pengesahan UU APBN oleh Kementerian Keuangan

Tahap Penetapan
Tahap Penetapan adalah tahapan terakhir yang pada tahapan ini dilakukan:
1. Penetapan Alokasi Anggaran Kementerian/Lembaga oleh Kementerian Keuangan dan
Presiden
Alokasi Anggaran

2. Penyesuaian RKA-K/L, Review RKA-K/L oleh APIP K/L (Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah Kementerian Negara/Lembaga)
3. Penyusunan Keppres RABPP oleh Kementerian Keuangan
4. Penetapan Keppres RABPP dan DHP RDN BUN (Dokumen Hasil Penelaahan
Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara) oleh DPR dan Presiden
5. Penyusunan dan pengesahan DIPA oleh Kementerian Keuangan dan Presiden

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam hal ini proses penyusunan anggaran harus menjamin pelaksanaan fungsi
anggaran, alokasi, stabilitas dan distribusi. Artinya bahwa perspektif ekonomi tidak
dapat dihilangkan begitu saja dalam setiap pengkajian anggaran sektor public. Alokasi
anggaran dikatakan efektif apabila dapat menyeimbangkan berbagai permintaan di
dalam pemerintahan, baik organisasi sektor publik maupun swasta dan strategi
pencapaian visi yang telah diterapkan.
3.2 Saran
1. Bobot pengukuran penyusunan anggaran harus dikaitkan dengan bobot
pendapatan dan pengeluaran.
2. Stabilitas anggaran didasarkan atas akurasi perhitungan dampak pelaksanaan baik
disisi program maupun ekonomi. Dimana poin stabilitas anggaran ini dilihat dari
laporan keuangannya.

REFERENSI

1. Bastian, Indra. 2005. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta:
Erlangga

2. Halim, Abdul . 2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik : Problematika
Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah APBN/APBD. Jakarta: Salemba
Empat