ANTARA PLATFORM PEER TO PEER LENDING DAN

ANTARA PLATFORM PEER-TO-PEER LENDING DAN
KREDIT PERBANKAN KONVENSIONAL DI MASA DEPAN:
LAWAN ATAU KAWAN?

Diusulkan oleh:
Alexander Michael Tjahjadi

(14/369292/EK/20125)

Putu Arya Wigita

(14/363548/EK/19879)

Ulayya Gempur Tirani

(14/363251/EK/19839)

UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017


RINGKASAN
Perubahan dari industri finansial tidak bisa dihindarkan terutama efek
disruptifnya (Schwab, 2016). Pernyataan diatas bukanlah tanpa sebab, karena
penggunaan teknologi finansial berbasis platform masif digunakan dalam masyarakat.
Asosiasi Fintech Indonesia mencatat adanya loncatan pertumbuhan tekfin dari 9% di
rentang tahun 2013-2014 menjadi 78% di 2015-2016. Hingga akhir 2016, tercatat
sejumlah 156 perusahaan yang bergerak di sektor tekfin. Nilai transaksi layanan tekfin
pun diperkirakan mencapai 15.02 miliar dolar AS pada tahun 2016.
Salah satu plaform tekfin yang marak digunakan masyarakat Indonesia adalah
peer-to-peer lending ((P2P). Layanan ini muncul dengan tujuan memberikan layanan

finansial kepada unbanked population. Kepercayaan masyarakat terhadap layanan ini
pun terus meningkat, ditunjukkan dengan jumlah transaksi yang mencapai 22,2 miliar
rupiah per September 2016. Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan yang
menarik untuk didiskusikan : akankah platform P2P menggeser peran kredit perbankan
konvensional di masa depan?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pesatnya perkembangan
P2P terhadap masa depan perbankan di Indonesia. Peneliti juga bermaksud untuk
memberikan solusi terhadap berbagai tantangan yang dapat ditimbulkan dari pesatnya
perkembangan P2P di masa depan. Metode penelitian bersifat deskriptif kualitatif.

Jenis data dalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai jurnal dan artikel media
massa yang terpercaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemunculan network effects yang dimiliki
P2P dapat membuat perbankan konvensional tertatih-tatih untuk melakukan inovasi di
masa depan. Alhasil, beberapa perbankan konvensional melakukan inovasi dengan
integrasi vertikal dan horizontal. Selain itu, masa depan perbankan patut dipertanyakan
jika tidak ada peran pemerintah dalam melakukan regulasi. Dalam hal ini, regulasi
sandbox dapat berperan untuk meminimalisasi risiko. Pemerintah dapat menetapkan

segmen penggunaan P2P layanan perbankan agar manfaat yang diperoleh maksimal.

PENDAHULUAN
Pada tahun 2010, Indonesia dikejutkan dengan kemunculan Go-jek, perusahaan
jasa transportasi berbasis teknologi yang kini telah berhasil mengubah bentuk industri
transportasi Indonesia. Setelah menjamurnya fenomena transportasi online ini, tidak
butuh lama bagi perusahaan-perusahaan lain seperti Grab dan Uber untuk turut
menyusul laju pertumbuhan pendahulunya. Melalui satu aplikasi online, masyarakat
dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, mulai dari berbelanja
kebutuhan sehari-hari, memesan tiket pesawat, tiket kereta api, dan fasilitas-fasilitas
lain yang membantu kebutuhan hidup manusia.

Industri keuangan pun tidak lepas dari pengaruh pesatnya laju perkembangan
teknologi. Satu per satu, berbagai startup penyedia jasa finansial, yang selanjutnya
dikenal dengan sebutan fintech atau teknologi finansial (tekfin), mulai bermunculan
dan menggeser bentuk layanan industri keuangan. Jasa-jasa yang ditawarkan antara
lain adalah mobile banking, peer to peer landing, peer to peer payment, digital wallet,
dan jasa-jasa finansial lainnya.
Pesatnya perkembangan tekfin di Indonesia dapat dilihat dari data yang dirilis
oleh Asosiasi Fintech Indonesia. Asosiasi ini mencatat adanya loncatan pertumbuhan
tekfin dari 9% di rentang tahun 2013-2014 menjadi 78% di 2015-2016. Hingga akhir
2016, tercatat sejumlah 156 perusahaan yang bergerak di sektor tekfin. Nilai transaksi
layanan tekfin pun diperkirakan mencapai 15.02 miliar dolar AS pada tahun 2016.
Munculnya platform UangTeman, Modalku, Cicil dan banyak tekfin lain akibat
ramainya pendanaan investor membuat masyarakat semakin mudah untuk mengakses
jasa finansial. Dari berbagai layanan yang ditawarkan oleh tekfin, 25% diantaranya
adalah sektor pinjaman dan pembiayaan personal atau peer to peer landing (P2P).
Berbeda dengan Amerika Serikat yang sudah mengenal skema ini sejak 2009, di
Indonesia, skema ini masih terbilang baru. Akan tetapi, survei yang diselenggarakan
oleh Investree, startup fintech dengan skema P2P, menyatakan bahwa jumlah
penyaluran pinjaman melalui skema ini telah mencapai angka 22.2 miliar rupiah per
September 2016. Data ini mengindikasikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap


1|Essay DEE-Masa Depan Perbankan

skema ini mulai meningkat.
Seiring meningkatnya kepercayaan terhadap skema P2P yang ramai ditawarkan
oleh tekfin, tentu kita bertanya-tanya tentang nasib perbankan Indonesia. Seperti yang
kita ketahui, perbankan sendiri memiliki jasa serupa meski terdapat perbedaan dari segi
jangka waktu pinjam, target peminjam, dan kekuatan operasional. Hal ini tentu
memunculkan serentetan pertanyaan: bagaimanakah hubungan antara skema P2P
teknologi finansial dengan kredit konvensional yang dimiliki perbankan?

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Kehadiran P2P bukanlah hal yang baru. Sejak krisis 2008, penggunaan P2P
untuk mendapatkan kredit banyak dilakukan oleh investor. Pinjam-meminjam tersebut
dapat terjadi karena rendahnya bunga pinjaman dan rendahnya tingkat gagal bayar. Hal
ini menyebabkan P2P dapat tumbuh dan berkembang. Secara khusus, kehadiran P2P
diakibatkan oleh beberapa hal seperti kondisi makro yang membaik, perubahan
demografi, perilaku konsumen, pertumbuhan pembiayaan, dan keuntungan dalam hal
regulasi. P2P untuk jenis pinjaman dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis yaitu
pinjaman pribadi, pinjaman bisnis kecil, dan pinjaman untuk pelajar. Menurut laporan

Goldman Sachs (2015), terdapat delapan pemain besar dalam P2P.
Tabel I. Kondisi Pasar Peer to Peer
Jenis P2P

Pemain Besar

Jumlah peminjam Presentase Pasar
(orang)
(persen)

Pinjaman
LendingClub, Prosper, Zona, 853.942
pribadi
Ratsetter
Pinjaman
OnDeck, Funding Circle, 132.100
bisnis kecil Kabbage
Pinjaman
Earnest dan Sofi
15.500

pelajar
Sumber: Goldman Sachs (2015), diolah.

69
20
11

Akan tetapi, harus disadari bahwa perkembangan layanan P2P juga terjadi di
Indonesia. Banyaknya pengguna yang memakai P2P di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan kredit konsumsi dan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan
Menengah).

2|Essay DEE-Masa Depan Perbankan

Grafik 1. Posisi Kredit Konsmsi dan UMKM Indonesia

Sumber: Bank Indonesia (2017)
Grafik di atas menunjukkan bahwa perkembangan kredit mengalami kenaikan
dari sisi nominal. Di sisi lain, pertumbuhan generasi muda juga semakin besar. Hal ini
ditunjukkan dengan komposisi pemuda usia 21 tahun sampai 25 tahun yang mengalami

peningkatan hingga mencapai 33.6 persen dari keseluruhan pemuda pada tahun 2015.
Grafik 2. Komposisi Pemuda Indonesia Berdasarkan Umur, 2011- 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik (2015)
Selain itu, dari sisi komposisinya, generasi milenial sebesar 17.44 persen
menggunakan internet untuk pembelian barang dan fasilitas finansial (BPS, 2015). Hal
ini membuka peluang bagi platform P2P untuk berkembang di masa yang akan datang.

3|Essay DEE-Masa Depan Perbankan

Lawan atau Kawan?
Grafik 3. Penggunaan Instrumen Perbankan untuk Pinjaman Bisnis Tahun 2015

Sumber: Bank of America dalam Goldman Sachs (2015)
Bank of America menunjukkan adanya pergeseran penggunaan layanan P2P
dan layanan perbankan konvensional dalam hal peminjaman bisnis kecil. Kondisi ini
akan berubah ketika terjadi dinamika penduduk terutama generasi gen-x dan baby
boomers. Penggunaan angel investors dan P2P akan semakin masif dilakukan untuk

memperoleh tingkat bunga yang rendah. Di sisi lain, fasilitas P2P memberikan

kemudahan akses data. Misalnya, bagi kreditur, data dapat memberikan informasi yang
biasanya tidak tersedia di layanan bank konvensional, sehingga bisa menspesifikasi
pada risiko kredit yang lebih rendah. Bagi debitur, keuntungannya terletak pada
kecepatan waktu transaksi dan transparansi dalam pengajuan kredit. Kemudahan
tersebut dapat menjadi daya tarik bagi debitur. Harus disadari bahwa dibalik
berkembangnya layanan P2P, masih terdapat pertanyaan kontradiktif mengenai
keburukan layanan ini. Layanan P2P bisa hadir karena kondisi kredit yang kuat,
sehingga menurut The Economist (2015) pertanyaan terbesar adalah sampai kapan
kondisi kredit seperti ini dapat terus tumbuh. Tentunya, kondisi kredit juga tidak lepas
dari fluktuasi ekonomi yang terjadi. Data pertumbuhan PDB di Indonesia dengan
spesifikasi waktu kuartal ke kuartal menunjukkan fluktuasi ekonomi yang terjadi.

4|Essay DEE-Masa Depan Perbankan

Grafik 4. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Q to Q, 2010-2014

Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)
Keuntungan dari P2P dapat terjadi karena bank tidak dapat bersaing secara
kompetitif. Misalnya ketika suku bunga naik, maka kartu kredit bisa lebih kompetitif
karena banyaknya kredit yang bisa disalurkan. Hal ini akan membuat layanan P2P

menetapkan sendiri rasio kredit untuk menarik investor. Bahkan, kondisi terparahnya
adalah ketika terjadi resesi atau shock sehingga debitur tidak bisa mengembalikan
pinjaman.
Meskipun begitu, P2P memiliki beberapa permasalahan untuk bertahan. Sejauh
ini, layanan P2P mengandalkan inovasi sehingga dapat menarik masyarakat. Akan
tetapi, terdapat konsekuensi dalam jangka panjang. Konsekuensinya adalah biaya yang
dikeluarkan untuk menarik konsumen baru. Kegiatan P2P untuk melakukan promosi
biasa menggunakan pemasaran berbasis digital dengan algoritma yang membutuhkan
penelitian dan pengembangan tingkat tinggi. Hal ini akan membuat biaya yang
meningkat dan pada gilirannya mengikis margin keuntungan.
Beberapa analisis di atas membuka peluang akan terjadinya persaingan antara
P2P dengan layanan konvensional. Goldman Sachs memperkirakan bahwa ketika
pengguna P2P menjadi besar dan model bisnisnya semakin mapan, layanan ini dapat
mengurangi pangsa 7 persen dari layanan perbankan konvensional. Oleh karena itu,
persaingan antara bank konvesional dan jasa P2P yang disediakan teknologi finansial
tidak bisa dielakkan lagi.

5|Essay DEE-Masa Depan Perbankan

Network Effect dan Fenomena Disruptif


Perkembangan layanan P2P yang berbasis platform tidak bisa dilepaskan dari
network effects (Geoffrey, 2016). Efek ini adalah pengaruh yang dimiliki oleh jumlah

pengguna dan diciptakan oleh setiap pengguna.Tentunya, efek ini memiliki efek positif
maupun negatif. Suatu efek dikatakan positif jika memiliki kemampuan untuk
melakukan pengelolaan berbasis pengguna guna memberikan nilai tambah. Akan
tetapi, terdapat juga efek negatif dimana terdapat kemungkinan pengurangan nilai
tambah ketika semakin banyak pengguna.
Adanya network effects menambah prospek dari P2P terutama di bidang
keuangan karena semakin besar jumlah pengguna maka akan menambah besaran
pengelolaan dana. Akan tetapi, pertumbuhan dari layanan ini bersifat resiprokal. Di
satu sisi, pemberi pinjaman membutuhkan konsumen, dan konsumen membutuhkan
pemberi pinjaman. Hal ini disebut two- sided effect. Kedua hal ini baik network effect
dan two- sided effect saling memberikan keuntungan dari sisi konsumen maupun
pemberi pinjaman. Interaksinya dapat dilihat di grafik dibawah ini,

Grafik 5, Interaksi P2P Terkait Network Effects
Kebutuhan
Pinjaman

meningkat

Suku bunga
pinjaman
kompetitif

Syarat
semakin
sedikit

Banyaknya
pemberi
pinjaman

Semakin
banyaknya
debitur

Sumber: David Sack’s dalam Geoffrey (2016), diolah untuk P2P keuangan
Berdasarkan grafik tersebut, proses bersifat siklus yang dimiliki perusahan P2P
dalam hal layanan keuangan dapat memperoleh demand economies of scale. Istilah ini

6|Essay DEE-Masa Depan Perbankan

dipopulerkan oleh ekonom Google, Hal Varian dan profesor bisnis Carl Shapiro,
dimana terdapat keuntungan dari kemajuan teknologi P2P yang menambah profit
perusahaan. Dapat dibayangkan bahwa banyak layanan perbankan konvensional akan
terpengaruh efek disruptif ini (Accenture, 2015). Pengaruh dari P2P untuk layanan
keuangan juga dapat dilihat dari berbagai sisi yaitu:
1)

Aset bukanlah hal yang terpenting dalam model bisnis ini. Bank yang

mempunyai pegawai yang banyak, kantor bank yang tersebar di banyak lokasi dengan
mudah digantikan oleh server dan algoritma yang bisa menyelesaikan permasalahan
dengan cepat. Aset yang banyak dan memiliki depresiasi dapat digantikan oleh mesin.
2)

Memudarnya intermediasi. Peran bank maupun lembaga keuangan

untuk memberikan pinjaman akan memudar ketika sumber pendanaan tersedia dengan
masif. Proses yang panjang untuk mengidentifikasi klien dapat dengan mudah
terlaksana ketika data dapat menelusuri rekam jejak klien.
3)

Pembentukan pasar yang baru. Ketika layanan P2P keuangan

bergabung menjadi satu, yang terjadi adalah efisiensi. Konsumen akan menjadi
semakin mudah ketika terdapat variasi layanan keuangan.
Efeknya yang lain, menurut Accenture (2015), dapat dilihat dari grafik dibawah
ini. Menurut grafik dibawah, dapat dianalisis bahwa setiap pemain dalam perbankan
akan membuat nilai tambah agar tidak tertinggal dari pemain yang lain. Namun, ada
juga bank yang pesimis akan kehilangan pangsa pasar karena efek disruptif P2P.
Grafik 6, Perubahan dari Sisi Perbankan

Sumber : Accenture (2015)
Setelah efek disruptif terjadi, pemain konvensional mulai dari bank hingga
layanan keuangan mulai mengevaluasi model bisnisnya. Perbankan konvensional dapat
7|Essay DEE-Masa Depan Perbankan

melakukan integrasi vertikal yaitu membeli layanan P2P keuangan yang sudah mapan
untuk menambah pasar baru. Selain itu, layanan keuangan bisa juga melakukan
integrasi horizontal atau melakukan inovasi atas produk yang sudah ada sehingga bisa
maksimal.
Fenomena disruptif P2P akan mengubah “wajah” konsumen dan juga produsen.
Hal ini membuat perlunya layanan keuangan konvensional melakukan inovasi untuk
bersaing dengan P2P yang berbasis teknologi platform. Namun, layanan keuangan
memerlukan regulasi yang tepat dalam menghadapi dinamika P2P yang dinamis.
Lantas, regulasi seperti apakah yang ideal?

Sandbox: Regulasi Tekfin di Masa Depan

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan dinamis tidak bisa diimbangi
dengan penyesuaian peraturan yang mengatur teknologi tersebut. Teknologi bukan
wilayah yang diatur undang-undang karena pada dasarnya undang-undang bersifat
statis sehingga mengatur teknologi adalah sebuah pemborosan dana (Panjaitan, 2000).
Salah satu solusi untuk mengatur teknologi finansial yang sudah diterapkan oleh
beberapa negara adalah Sandbox Regulatory. Menurut Pavel Shoust (2016) sandbox
adalah aturan-aturan yang memperbolehkan tekfin untuk mencoba model bisnisnya di
dalam suatu lingkungan tanpa mengikuti legal requirements dan terbatas kepada waktu
dan pengecualian tertentu. Sandbox tidak memberikan sanksi kepada tekfin yang
melakukan pelanggaran terkait dengan inovasi, model dan praktik sehingga mampu
mengurangi ketidakpastian pemain pasar nantinya. Otoritas yang mengawasi sandbox
bertugas melakukan observasi terhadap model bisnis dan praktiknya. Harapannya,
otoritas tersebut mampu menemukan kekurangan dan celah yang nantinya digunakan
untuk mengembangkan aturan-aturan baru terkait tekfin.
Sandbox regulatory di pasar keuangan pertama kali diterapkan oleh Britania

Raya pada Oktober 2014. Adapun otoritas yang bertanggungjawab atas kegiatan ini
adalah Financial Conduct Authority (FCA). Sandbox di Britania Raya bertujuan untuk
mencoba inovasi dari produk, jasa, bisnis, model dan mekanisme distribusi di dalam

8|Essay DEE-Masa Depan Perbankan

lingkungan tertentu sebelum diimplementasikan ke dalam dunia bisnis riil. Terdapat
beberapa indikator yang digunakan untuk menilai bisnis model dalam sandbox yakni
(FCA, 2016): 1). Ruang lingkup bisnis yang meliputi segmentasi, target, dan posisi; 2).
Keaslian ide dan teknologi dari model bisnis; 3). Manfaat yang diperoleh konsumen;
4). Manfaat sandbox bagi perusahaan dan instrument yang digunakan dalam sandbox;
5). Kesiapan model bisnis untuk dicoba di dalam sandbox.
Berbeda halnya dengan Britania Raya, sandbox regulatory di Singapura diawasi
oleh Monetary Authority of Singapore (MAS). MAS menggunakan kriteria seperti jenis
orisinalitas teknologi yang digunakan, pemecahan masalah, kemampuan ekspansi,
kejelasan expected outcomes, dan strategi keluar dari pasar untuk menilai model bisnis
dalam sandbox (MAS, 2016). Sandbox Singapura dibagi menjadi tiga tahap utama
yakni tahap pendaftaran, evaluasi, dan eksperimen. Pada tahap eksperimen model
bisnis dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah disebutkan. Tahap ini sekaligus
menjadi acuan bagi otoritas untuk memperbolehkan atau melarang bisnis tekfin
beroperasi di sektor riil.
Indonesia juga akan menjadi salah satu negara yang akan mengadopsi sandbox
regulatory setelah meresmikan BI Fintech Office pada 14 November 2016 1.

Perkembangan industri tekfin Indonesia yang pesat menuntut pemerintah untuk
menerapkan sandbox. Hasil riset Asosiasi Fintech Indonesia memetakan sedikitnya
120 perusahaan bergerak di bidang tekfin. Semua perusahaan tersebut belum
terkualifikasi melalui mekanisme sandbox sehingga berpotensi memunculkan risiko
yang besar terkait pangsa pasar. Segmentasi tekfin adalah masyarakat yang unbankable
sedangkan perbankan menyasar kepada prime-borrower . Untuk meminimalisir
kesalahan segmentasi tekfin, BI dan OJK paling tidak harus membuat rule of game
sandbox terkait dengan pemisahan pangsa pasar industri tekfin di Indonesia dan

industri perbankan. Harapannya industri tekfin dan perbankan saling melengkapi dan
bersinergi untuk menciptakan sektor perbankan yang kuat.

1

Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/92/DKom

9|Essay DEE-Masa Depan Perbankan

KESIMPULAN
P2P telah mengubah lanskap perbankan di Indonesia. Kemunculan network
effects yang dimiliki P2P membuat perbankan konvensional diperkirakan tertatih-tatih

untuk melakukan inovasi di masa depan. Alhasil, beberapa perbankan konvensional
melakukan inovasi dengan integrasi vertikal dan horizontal. Selain itu, perbankan
konvensional harus berjuang untuk memotong biaya hingga taraf minimun untuk
mendapatkan margin.
Masa depan perbankan patut dipertanyakan jika tidak ada peran pemerintah
dalam melakukan regulasi. Dalam hal ini, regulasi sandbox dapat berperan untuk
meminimalisasi risiko. Pemerintah dapat menetapkan segmen penggunaan P2P
layanan perbankan agar manfaat yang diperoleh maksimal. Hal lain yang patut
dipertanyakan adalah : sampai kapan rivalitas ini akan terjadi, dan mengubah sistem
pembayaran di masa depan? Terobosan regulasi dan cara berbisnis baru diperlukan
dalam P2P sehingga perbankan dan teknologi finansial dapat bersinergi.

10 | E s s a y D E E - M a s a D e p a n P e r b a n k a n

Daftar Pustaka
Accenture. 2015. The Future of Fintech and Banking.
Badan Pusat Statisik. 2015. Statistik Pemuda Indonesia . Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Bank Indonesia. 2016. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia . Jakarta: Bank
Indonesia
Financial Conduct Authority. 2016. Regulatory Sandbox.Inggris: FCA.
Goldman Sachs. 2015. The Future of Finance.
Herdiawan, Junanto. 2017. Teknologi Finansial dan Masa Depan Perbankan . Jakarta:
Kompas.
Kendy, Pardi.2016. Tingkatkan Daya Saing Perbankan melalui Fintech. Jakarta: Jurnal
Asosiasi Fintech Indonesia.
Klaus, Schwab. 2016. The Fourth Industrial Revolution . Geneva: World Economic
Forum.
Monetary Authority of Singapore: 2016. Fintech Regulatory Sandbox Guidelines.
Singapura: Monetary Authority of Singapore.
Pandjaitan, Hinca. 2000. Undang-Undang Telekomunikasi Partisipasi Publik dan
Pengaturan Setengah Hati. Jakarta: Internews Indonesia.

Parker, Geoffrey G, et al. 2016. Platform Revolution: How Networked Markets Are
Transforming the Economy. New York: W.W. Norton & Company.

Shoust, Pavel. 2016. Regulators and Fintech: Influence is Mutual? Rusia: Russian
Electronic Money Association.
The Economist. 2015. Special Report on International Banking.

Lampiran. Biodata Peserta
I.

Alexander Michael Tjahjadi

ALEXANDER MICHAEL TJAHJADI
alexandermichaeltj@gmail.com
Departemen Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
Jl. Sosio Humaniora 01, Sleman, Yogyakarta

Kost “Alfita”
Iromejan Gk. III/ No 783
Klitren, Gondokusuman,
Yogyakarta

POSISI SEKARANG
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM KM) UGM
Direktur Jenderal Kajian Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat
Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembagunan Indonesia (IMEPI)
Koordinator Ekonomi dan Kajian Strategis
Dewan Energi Mahasiswa UGM
Direktur Riset

Yogyakarta
2017-sekarang
Yogyakarta
2017-sekarang
Yogyakarta
2016-sekarang

PENDIDIKAN
Kolese Kanisius
Ilmu Sosial, magna cum laude
Universitas Gadjah Mada
S.E, Ilmu Ekonomi,

Jakarta
2008-2014
Yogyakarta
2014-sekarang

PENGHARGAAN
Juara 1 “Journalist Days”
FEB Universitas Indonesia
Delegasi “Asian Economic Challenges (Economix)”
FEB Universitas Indonesia
Juara 1 “Liga Ekonomi Mahasiswa”
FE Universitas Atmajaya Yogyakarta
Penghargaan 10 paper Terbaik “East Java Economic Forum
(EJAVEC)”
FEB Universitas Airlangga – Bank Indonesia
PENGALAMAN ORGANISASI
Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (Himiespa), Universitas
Gadjah Mada
Ketua Umum

2014
2015
2016
2016

2015-2016

Mengorganisasi puluhan program kerja dan jumlah anggota
seluruh mahasiswa ilmu ekonomi
- Membuat inovasi program kajian-penelitian, dan eksternal
- Merancang sistem organisasi dengan key performance indicator
dan standard operation procedure
- Memperkenalkan riset organisasi menggunakan STATA dan
SPSS
Badan Penerbitan Pers Mahasiswa (BPPM) Equilibrium,
Universitas Gadjah Mada
Staff Penelitian Pengembangan
- Merancang kolom baru mengenai ekonomi di website pers
- Inisiator penelitian Sui Generis yang menjadi indikator kepuasan
kerja dari organisasi Himiespa (skala likert)
-

2014-2015

PENGALAMAN ACARA
Forum Studi Diskusi dan Ekonomi
Penanggungjawab
1st Economics Summit (UGM, UI, Unpad, Unair, dan Undip)
Penanggungjawab
Bimbingan Dasar Pengurus Himiespa
Penanggungjawab

2016

PENGALAMAN KERJA
Perkumpulan Prakarsa
Magang Riset
- Mempelajari Multidimensional Poverty Index melalui alat
analisis STATA dan penggunaan data Susenas 2013
- Menganalisis Assesment Bank dari Annual Report 10 bank
nasional dan multinasional melalui indikator Sustainable
Development Goals
Center of Reform on Economics (CORE)
Telah diterima Magang Riset

2016

2016
2016

2017

2015-sekarang
PENGALAMAN RISET DAN PENDIDIKAN
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada
- Asisten dosen untuk beberapa mata kuliah, Ekonomika Bisnis I,
Statistika II, dan Matematika Ekonomi I, Matematika Ekonomi
II, dan Ekonometrika Dasar
- Penelitian majalah Equilibrium terkait pariwisata Gunung Kidul
- Surveyor penelitian harga riil dan intrinsik Candi Prambanan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada
- Analis data proyek Aktivisme Hotel di Yogyakarta dengan SPSS

2015

SERTIFIKASI
- Introduction to R dari Data Camp
- R for SPSS, STATA, and SAS Users dari Data Camp
- Data Science Indonesia (DSI) mengenai Introduksi R,
Visualisasi Data Tableau, dan Integrasi Data Embulk
- STATA, SPSS, E-Views dari Lembaga Kursus BTC
- SPSS dan Minitab dari Himpunan Mahasiswa Statistik UGM
- Global Supply Chain Management dari WU-UGM
- International ASEAN Business Environment dari UGM
- Bahasa Perancis (DELF A2), Bahasa Rusia (Intermediate), dan
Bahasa Belanda (Intermediate)
SERTIFIKASI YANG SEDANG DIAMBIL
- The Challenges of Global Poverty oleh MIT
- Financing for Development oleh World Bank
- Engaging Citizens oleh World Bank
- Macroeconomic Forecasting oleh IMF
- From Poverty to Prosperity oleh Oxford University
- Politics and Economics of International Energy oleh Sciences Po

II. Putu Arya Wigita








Deskripsi singkat
Mampu bekerja di dalam tim, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
Memiliki kemampuan komunikasi yang baik
Berprestasi secara akademik
Mahasiswa Strata 1 Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada angkatan 2014

Pengalaman Organisasi
Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIMIESPA)
periode 2014-2015 sebagai anggota Departemen Eksternal.





Berkontribusi dalam hubungan eksternal pihak HIMIESPA dengan
mengundang alumni FEB UGM dalam acara alumni corner.
Berkontribusi dalam mengundang masyarakat berpendapatan rendah dalam
acara Bakti Sosial HIMIESPA tanggal 28 Juni 2015.
Berkontribusi dalam penerimaan kunjungan dari universitas-universitas dari
luar UGM.

Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIMIESPA)
periode 2015-2016 sebagai Wakil Departemen Penelitian
 Rutin dalam membuat kajian bulanan HIMIESPA
Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Universitas Gadjah Mada (KMHD UGM)
periode 2015-2016 sebagai Ketua 1.







Berkontribusi dalam acara Kirtanyah Sada Saraswati dengan memberikan
bantuan sosial di Pura Girinatha, Gunungkidul tahun 2015.
Berkontribusi dalam acara Kirtanyah Sada Saraswati dengan memberikan
bantuan sosial di Pura Segoro Wukir, Gunungkidul tahun 2016.
Sebagai penyelenggara donasi/dharma punia dalam rangka Dies Natalis
KMHD UGM ke 33 di Pura Ngasti Berata Dharma, Gunungkidul tahun 2016.
Pengalaman Kepanitiaan
Charity project Dolanan ning Alas tahun 2014 sebagai bagian acara.











Panitia pemilihan ketua dan wakil ketua HIMIESPA tahun 2014, sebagai
wakil ketua panitia.
Forum Studi dan Diskusi Ekonomi (FSDE) 2014 sebagai bagian acara.
Institutional Visit HIMIESPA: Jakarta-Bandung tahun 2015 sebagai
penanggungjawab kegiatan.
Forum Studi dan Diskusi Ekonomi (FSDE) tahun 2015 sebagai bagian acara.
Forum Studi dan Diskusi Ekonomi (FSDE) tahun 2016 sebagai Project
Manager Acara.
Dies Natalis KMHD ke-33 sebagai penanggungjawab kegiatan.

Riwayat Pendidikan




SD Negeri 1 Seminyak (2002-2008).



Prestasi Akademik
Juara dua dalam Indonesian Service Dialogue writing competition “Services
Sectors as Driver of Change” tahun 2016.














SMP Negeri 1 Kuta (2008-2011).
SMA Negeri 1 Kuta (2011-2014).

Delegates in the event 13th Economix 2015: Asian Economic Challenges
Urban Development as a Pathway towards Sustainable Growth.

Finalis lomba menulis esai Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada tahun 2014.
Medali Perunggu Olimpiade Sains Nasional bidang ekonomi di Jatinangor,
Bandung tahun 2013.
Deskripsi lainnya
Mampu berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa inggris.
Menguasai teori pengantar ekonomika, baik mikro ataupun makro.
Mampu menggunakan software MS office ( word, excel, dan powerpoint).
Mampu menggunakan software analisis statistik (stata, eviews).
Berkontribusi sebagai pengajar lepas ekstrakurikuler bidang ekonomi di
SMAN 1 Kuta tahun 2013-2015.

III. Ulayya Gempur Tirani

CURRICULUM VITAE

Ulayya Gempur Tirani
Personal information
Place of Birth
Date of Birth
Current Address
55242
Phone
E-mail Address
Education
2014
2011–2014
Work experience
December,2016-January, 2017
2016

Mataram, West Nusa Tenggara
April 25th, 1996
Jatimulyo TR 1/730 RT 14 RW 03, Yogyakarta, Indonesia,
087839475469
ulayyagempurtirani@gmail.com

Studying at Accounting Departement, Faculty of Economics
and Business, University of Gadjah Mada
Attended Senior High School at SMAN 3 Yogyakarta.
Intern at Financial Planning Bureau, Secretary General,
Ministry of Finance, Republic of Indonesia
Intern INKOMPASS Philip Morris International at PT HM Sampoerna
Tbk, Management and Organization Development , Human
Resources Function
I was given a real project to solve real problems happened in the
company. My responsibilities as an intern are to design high-leverage
training for employees, making rewards system for internal trainer, etc.
- Master of Ceremony Jogja Student Orchestra
-Master of Ceremony CEO Talk the Walk : Sandiaga Uno

-Master of Ceremony KAFEGAMA Sharing Session

-Master of Ceremony Sosialisasi Surat Utang Negara oleh Kementerian
Keuangan
-Master of Ceremony Talkshow KAMAFEST : Communicate Your
Innovation
2015-2017 Writer for Economics and Business News,Online Contributor
for Official Website of Faculty of Economics and Business
UGM (Part-Time).
-Developed an ability to communicate with many different
types of people from different background and perspective.
- Planning and organizing time effectively to meet deadlines.
- Learn to promote own point of view in a range of different
environments.
Awards
2017 - Selected Essay in Bangkok International Student
Conference with the theme of Creative Economy: Political
Participation, Innovation and Transparency
- Selected Participant in Japan-East Asia Network of
Exchange for Students and Youths (JENESYS 2.0)
Program
Representing Universitas Gadjah Mada for short exchange
program (10 days) in Japan. The theme for this year is
Economy.
2016 -1st Winner Liga Ekonomi Mahasiswa, Universitas Atma
Jaya, with the theme of Masyarakat Ekonomi Asean
I wrote a paper entitled “ Kesiapan Sektor Pariwisata
Indonesia dalam Menghadapi MEA: Analisis Keunggulan
Kompetitif pada Sektor Pariwisata Maritim Yogyakarta”
- FEB’s Most Inspiring Scholar 2016 Nominee, EB
Awards, FEB UGM
-Top 15 Konferensi Mahasiswa Nasional, Ekonomi Bebas
Korupsi, FEB UGM, with the theme of “Corruption in
Private Sector”
I did a research about corruption between doctors and
pharmacy company in Indonesia, and analyzed its impact to
our economy.
- Best Participant of INKOMPASS Assesment held by
Philip Morris International
- Tanoto Scholarship Grantee from Tanoto Foundation
2015 -1st Winner LEAD INDONESIA, held by XL Axiata
Company Ltd, where the selected young leaders compete to
solve problems in isolated areas in Indonesia. I won with the

topic of developing “Peace Education” to solve intercultural
problems in Papua and Maluku Island.
-1st Winner National Paper Competition Journalist Days
FEB UI 2015 with the topic of “Lifestyle Journalism”
I wrote a paper entitled “Gaya Hidup dan Jurnalisme Gaya
Hidup: Mempengaruhi atau Dipengaruhi?”
-1st Winner National Paper Competition Statistics in
Action UII 2015 with the topic of “What the government
should do to prepare our maritime sector in facing Asean
Economic Community.”
I did a research and wrote a paper entitled “ Kesiapan
Sumber Daya Kelautan dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean”
- Top 15 International Paper Competition Economix held
by University of Indonesia with the topic of “Increasing
Urban Services for Urban Population”
I did a research and wrote a paper entitled “Heading Towards
A Slum-Free Indonesia”
- Silver Scholarship Grantee from PT Newmont Nusa
Tenggara
- XL Future Leaders Batch 4 from XL Axiata Company Ltd.
Organizations
2015-2017 President (Pemimpin Umum) , Online Journalist and
Editor at Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa
Equilibrium FEB UGM. (Student Press Organization)
-Developed an ability to write ideas about many important
issues that will bring influences to people, pay attention to
details, working underpressure and multitasking to meet the
deadlines.
2015

Member of XL Future Leaders (XLFL)
- each year, selected university students begin a leadership
journey designed not only to impact those participating, but
the communities throughout Indonesia. XLFL’s objective is to
empower young leaders to create impact in our communities
and empower massive educational impact.

2014

Staff of External Affairs Accounting Student Association
(IMAGAMA)

Event Organizing Activities
2016 Conceptor and Head of Functional Divisions (COO),
Gadjah Mada Accounting Days 2016
- Coordinate nine functional divisions such as marketing,
public relation, etc. to work effectively and professionaly
based on SOP.
- Developed a good leadership skill and good team work.
2015 Public Relation of Jogja International Conference with the
topic of “Understanding International Diversity to Create a
Better Global Economy” and “Resolving Regional Conflict
Effectively”
- developed an ability to communicate with people from
different backgrounds and perspectives around the world.
2015

Sub-Coordinator Creative Director Career’s Talk 2015
- Developed an ability to make creative event, critical thinking
and team work
-Creating a good relationship with many different people from
different companies

2014-2015 Project Officer Inspiring Unileader from PT Unilever
Indonesia Tbk,
Coordinator of Event Creative
KREASI, Coordinator of Media Relation EQUALITY, Staff of
Event Creative SIMFONI,Staff of Media, Press, and
Publication Economics Jazz XX & XXI, Staff of Event Creative
Gadjah Mada Entrepreneur’s Festival
Volunteer
2016-2017
2015

Language Skill

Volunteer at Save Street Children Jogjakarta
Supervisor and Teacher at Desa Mitra (isolated village in
Yogyakarta province)
- Teaching children how to read, calculate numbers, and
operate a computer for one year period.
Bahasa Indonesia, English (passive and active)