PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DIN

79

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
TERINTEGRASI LAYANAN KESEHATAN DAN GIZI DI POSYANDU
KABUPATEN GORONTALO
Salma Halidu
Dosen Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK
Pentingnya pendidikan anak usia dini didasarkan adanya kajian neurology yang
menyebutkan bahwa perkemba ngan kecerdasa n anak terjadi sangat pesat pada
tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 59% kapabilitas kecerdasan orang
dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika anak
berusia 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika berumur 18 tahun. Program
pendidikan usia dini kini mulai banyak diselenggarakan oleh masyarakat, tetapi
masih ada sebagian masyarakat belum bisa memahami dengan ba ik pen tingnya
pendidika n Ana k Usia Dini. Ber ba ga i b entuk lemba g a pendidikan anak
mulai bermunculan dengan segala kekhasannya. Hal ini menjadi fenomena yang
sangat menarik untuk terus mengembangkan program pendidikan anak usia dini,
khususnya di lingkungan masyarakat menengah ke bawah.
I. PENDAHULUAN

Posyandu sebagai salah satu wahana yang sudah ada dan berjalan di
masyarakat merupakan suatu kegiatan strategis untuk pembinaan kelangsungan
hidup anak dan pembinaan perkembangan anak. Sebagaimana telah dijelaskan
dalam Surat Edaran MENDAGRI dan OTDA (2001 ) tentang pedoman
Revitilisasi Posyandu bahwa:
" — Posyandu mampu berperan sebagai wadah pelayanan kesehatan dasar
berbasis masyarakat. Melalui penyelenggaraan Posyandu yang dikelola
denga n pr insip da r i, oleh da n untuk ma sya r a ka t, ma ka ha l ini da pa t di
a r tika n, ba hwa posya ndu seca r a ter buka da pa t dikelola oleh
unsur masyarakat atau kelompok masyarakat yang mempunyai minat dan
misi dalam upaya peningkatan sumber daya manusia dini."
Jika kita kaitkan penjelasan di atas dengan konsep PLS dari Philip H.
Coombs dan Manzoor Ahmed (1984:10) yang berbunyi "...kegiatan pendidikan
terorganisir dan sistematis, yang berlangsung di luar karangka sistem pendidikan
normal untuk menyediakan mereka pelajaran tertentu kepada kelompok-kelompok
penduduk ter tentu, ba ik golonga n dewa sa ma upun r ema ja ". Jelaslah terlihat
bahwa posyandu merupakan kegiatan pendidikan luar sekolah, pendidikan yang
terjadi di masyarakat, untuk dan oleh masyarakat guna mencapai suatu tujuan
tertentu yang sudah direncanakan.
Keberhasilan kegiatan posyandu di atas (Paud Terintegrasi), adalah

ditentukan oleh peranan dari pembimbing atau kader sebagai
fasilitator/komunikator, pengolola, puskesmas pembina posyandu, dinas
sosial dan Dinas pendidikan khususnya PLS (BP–BLSP 2006:14) dalam
memberikan pembinaan dan perangsangan peningkatan perkembangan anak,

80

kegiatan penimbangan, pemberian makanan tambahan menyadarkan dan
meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama pada orang tua (ibu) yang
memiliki anak dini serta memberikan layanan pendidikan kepada anak usia 3-5
tahun selama mengikuti kegiatan posyandu, sehingga keberhasilan paud
terintegrasi ini dapat dilihat dari perancangan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan
evaluasi kegiatan dan itupun mungkin ada hambatan dalam pelaksanan kegiatan
baik internal maupun eksternal.
Kader posyandu adalah masyarakat (orang tua) yang bekerja secara suka
rela serta mampu melaksanakan kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga dan
menggerakkan masyarakat lainnya untuk ikut serta dalam kegiatan usaha
perbaikan gizi keluarga. Serta memiliki tugas dan fungsi sebagai perintis dalam
kegiatan di masyarakat seperti halnya dalam peningkatan pelayanan anak usia
dini. Kader PAUD adalah anggota masyarakat yang memenuhi syarat-syarat

tertentu yang bersedia menjadi pendidik di Pos PAUD. Dan bersedia
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam proses pembelajaran PAUD. Kader
PAUD biasanya berasal dari kader posyandu.
Menempatkan kader sebagai pembelajar, membawa implikasi bahwa
kompotensi kader perlu didekati dalam kapasitasnya sebagai learning fasilitator .
Dalam kontek pendidikan luar sekolah kader PAUD berkedudukan sebagai
tutor, sedangkan tutor dalam pendidikan formal adalah guru.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk membentuk
anak indonesia yang sehat jasmani dan rohani, sebab pendidikan Anak Usia Dini
merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapatkan
pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik
yang akan berdampak pada prestasi belajar, etos kerja, produktivitas. Pada
akhirnya anak akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi
yang dimiliki.
Pembentukan anak yang sehat, cerdas dan ceria dapat diperoleh salah
satunya melalui pendidikan dan pembinaan yang dilakukan oleh kader pada
kegiatan posyandu, pada kegiatan PADU posyandu ini selain melihat
perkembangan anak juga membina orang tua khususnya ibu agar memiliki bekal
pengetahuan dan keterampilan agar dapat mendidik dan membina anak dengan
baik, dan tentunya untuk menunjang semua ini diperlukan kader-kader Posyandu

yang benar-benar handal dalam melaksanakan tugasnya.
Posyandu merupakan salah salah satu wahana yang sudah ada dan berjalan
di masyarakat telah melaksanakan kegiatan peningkatan gizi dan pemeliharaan
kesehatan bagi anak, dipandang sebagai wahana yang paling tepat yang dapat
dijadikan tempat kegiatan pembelajaran anak usia dini. Pemeliharaan dan
perawatan kesejahteraan ibu dan anak sejak usia dini, merupakan suatu strategi
dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar yang meliputi peningkatan derajat
kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan
psikososial, kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya
pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak terhadap pengabaian.
Keberhasilan program tersebut tidak terlepas dari kualitas yang harus
dimiliki oleh kader. Kader adalah wakil dari rakyat yang diharapkan satu
wahana yang sudah ada dan berjalan di masyarakat telah melaksanakan kegiatan
peningkatan gizi dan pemeliharaan kesehatan bagi anak, dipandang sebagai

81

wadah yang paling tepat yang dapat dijadikan tempat kegiatan
pembelajaran anak usia dini. Pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan
ibu dan anak sejak usia dini, merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan

pelayanan dasar yang meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang
baik, lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial,
kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir
dan daya cipta) serta perlindungan anak terhadap pengabaian.
Keberhasilan program tersebut tidak terlepas dari kualitas yang
harus dimiliki oleh kader. Kader adalah wakil dari rakyat yang
diharapkan dapat berfungsi sebagai penyuluh, pengembang dan perintis dari
hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat salah satunya pendidikan
bagi anak usia dini serta mengusahakan untuk mewujudkan
kebutuhan tersebut. Kader sebagai komunikator dalam penyampaian
pesan harus memilki kredibilitas yang tinggi agar apa yang menjadi pesannya
banyak memberikan pengaruh pada perubahan sikap penerima pesan dalam hal
ini adalah ibu dan anak usia dini sebagai peserta posyandu.
II. LANDASAN TEORITIS
Posyandu menurut Dirjen Bina Pemberdayaan Masyarakat 2001 dalam
revitalisasi Posyandu pada hakikatnya adalah sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan kesehatan dasar peningkatan izi masyarakat, yang secara umum
terpuruk sebagai akibat langsung mapupun tidak lansung adanya krisis multi
dimensi di Indonesia. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan setiap
keluarga dalam memaksimalkan potensi pengembangan kualitas sumber daya

manusia, diperlukan suatu revitalisasi posyandu sebagai unit pelayanan
kesehatan dasar masyarakat yang langsung dapat dimanfaatkan untuk melayani
pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan kualitas manusia dini, sekaligus
merupakan salah satu komponen perwujudan kesejahteraan keluarga.
Dari definisi di atas dapat dipahami bawa posyandu adalah merupakan
kegiatan milik masyarakat diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat
dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, sedangkan
instansi/lembaga terkait hanya memberikan bimbingan teknis dan fasilitas.
Pelayanan posyandu yang diberikan kepada masyarakat pada saat kegiatan
posyandu adalah:
(a) Jenis palayanan minimal, meliputi: penimbangan untuk memantau
pertumbuhan anak, pemberian makanan pendamping ASI dan vit A dua kali
setahun, pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya,
memantau atau melakukan pelayanan imunisasi, memantau kejadian ISPA
dan Diare, serta melakukan rujukan bila diperlukan.
(b) Paket pengembangan atau pilihan, adalah paket layanan yang dapat
ditambahkan atau dikembangkan bagi posyandu yang telah mapan. Paket
kegiatan pilihan ini merupakan perluasan kegiatan posyandu yang
disesuaikann dengan kebutuhan masyarakat/kelompok sasaran di daerah,
yang meiputi tambahan berbagai program, antara lain :


82

1)

Program pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegrasikan
dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain
lainnya.
2) Program Dana Sehat/atau JPKM dan sejenisnya, seperti TABULIN,
TAUMAS dan sebagainya.
3) Program penyuluhan penanggulangan penyakit endemis setempat
seperti malaria, demam berdarah dengue (DBD), gondok endemic dan
lainnya.
4) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PABPLP).
5) Usaha kesehatan Gizi masyarakat Desa (UKGMD).
6) Program iversifikasi Pertanian Tanaman Pangan.
7) Program saran air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan
perbaikan lingkungan pemukiman.
8) Pemanfaatan pekarangan.
9) Kegiatan Ekonomi produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lainlain.

10) Dan kegiatan lainnya seperti: TPA, Pengajian, Taman bermain,
Arisan, Peragaan Teknologi tepat guna dan sejenisnya.

(c) Pelayanan Ibu Hamil dan Ibu menyusui
Bagi ibu hamil dan menyusui, pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan
baik oleh bidan Desa maupun tenaga kesehatan dari Puskesmas di meja V
saat posyandu dibuka, berupa :
1) tambahan bagi ibu hamil yang mengalami KEK, pemberian tablet Ibu
hamil, meliputi: Pemeriksaan kehamilan, pemberian makanan
tambahan darah, penyuluhan gizi dan kesehatan reproduksi.
2) Bu menyusui, meliputi: Pemberian vit A, pemberian makanan
tambahan, pelayanan nifas dan pemberian tablet tambahan darah,
penyuluhan tentang pemenuhan gizi selama menyusui, pemberian ASI
eksklusif, perawatan nifas dan perawatan nifas bayi baru lahir,
pelayanan KB.
Keragaman kondisi atau situasi anak dan ibu diberbagai Daerah di
Indonesi menuntut posyandu memberikan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat. Salah satunya adalah degan pendekatan
melalui pemberlakuan pilihan sistem kafetaria (pilihan jenis layanan ) sesuai
dengan kebutuhan kelompok sasaran, meskipun secara umum setiap posyandu

mampu memberikan pelayanan mulai dari paket minimum sampai paket
tambahan.
Pelayanan dengan pendekatan untuk memilih sendiri jenis layanan
sesuai kebutuhan masyarakat, hendaknya tetap tidak menghilangkan tugas
pokok posyandu untuk menjadi unit pemantau tumbuh kembang anak,
khususnya guna melindungi kelompok sasaran yang paling rawan dalam proses
tumbuh kembangnya, yakni Baduta. Selain itu, posyandu diharapkan selalu
dapat memberikan layanan dalam pendidikan pada para ibu untuk memelihara

83

balita secara tepat melaui peningkatan kemampuan untuk mengamai adanya
tanda-tanda penyimpangan dalam tumbuh kembang anak seperti
psikomotorik/kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta),
psikososial/emosi, bahasa dan jasmani.
Pengembangan posyandu ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa
keberhasilan pembangunan suatu bangsa bergantung kepada keberhasilan
pembangunan manusianya. Tantangan pembangunan di masa datang
memerlukan peningkatan mutu masa depan yang semakin tangguh.
Pengembangan posyandu merupakan suatu startegi untuk pembinaan

kelangsungan hidup anak dan pembinaan perkembangan anak. Sedangkan
pembinaan anak balita, sebab pada masa ini terjadi pertumbuhan dan
perkembangan intelektual, perkembangan emosional, dan perkembangan mental
yang pesat. Hal ini diperjelas dalam pengertian posyandu menurut Depkes RI
(1987:13) bahwa “Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan
pelayan kesehatan masyarakat oleh dan untuk msyarakat, yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber manusia sejak dini.”
Jika kita melihat definisi ini dengan konsep PLS dari Philip H. Coombs
dan Manzoor Ahmed (1984:10) yang berbunyi: “.............kegiatan pendidikan
terorganisir dan sistematis, yang berlangsung diluar kerangkan sistem
pendidikan formal untuk menyediakan aneka pelajaran tertentu kepada
kelompok-kelompok penduduk tetentu, baik golongan dewasa maupun remaja .”
Jelaslah terlihat bahwa kegiatan posyandu merupakan kegiatan pendidikan
luar sekolah, pendidikan yang terjadi di masyarakat, untuk dan oleh masyarakat
guna mencapai suatu tujuan tertentu yang sudah direncanakan.
Lebih jelasnya karakteristik pendidikan luar sekolah dapat dilihat dari empat (4)
aspek sebagai berikut:
a. Tujuan
1) Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu yang fungsional dalam
kemampuan masa kini dan masa mendatang.

2) Kurang menekankan pentingnya ijazah.
b. Waktu
1) Relatif singkat
2) Menekankan masa sekarang
3) Menggunakan waktu tidak terus menerus
c. Isi laporan
1) Kurikulum berpusat pada kepentingan-kepentingan peserta didik.
2) Mengutamakan aplikasi
3) Persyratan masuk ditetapkan bersama peseta didik.
d. Proses Pembelajaran
1) Dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga.
2) Berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat.
3) Struktur program luwes
4) Berpusat pada peserta didik.
5) Penghematan sumber-sumber yang tersedia.
Dengan pengertian dan karakteristik tersebut, apabila dianalisis dapat
dijabarkan sebagai berikut:

84

a. Pengorganisasian, dalam penyelenggaraan pendidikan luar sekolah
diperlukan adanya pengorganisasian yang jelas yang berkaitan dengan
penentuan tujuan pendidikan/kegiatan pendidikan, penetuan program
belajar yang didasarkan kepada identifikasi kebutuhan dan masalah warga
belajar dengan kriteria tertentu, ada penyelenggaraan, ada sumber belajar
atau tutor dengan persyaratan tertentu, ada sarana dan dana belajar serta
lokasi belajar.
b. Program pendidikan, diperlukan untuk menyesuaikan program belajar
dengan kebutuhan, masalah warga belajar dalam mencapai tujuan elajar.
Penentuan jadwal dan waktu belajar yang disesuaikan dengan warga
belajar. Penentuan metode yang tepat, sarana belajar yang sesuai dengan
program belajar, serta penentuan bentuk evaluasi belajar yang tepat.
c. Penyajian materi, dalam penyusunan materi pelajaran dibutuhkan suatu
taapan yang jelas, didahulukan materi yang bersifat teoritis ataukah materi
pelajaran praktis atau bersamaan yang diistilahkan “belaja sambil bekerja”.
Perurutan materi ini tinggi relevansinya dengan kondisi sumber belajar,
serta dan berikut sarana yag tersedia dan dapat disediakan, materi yang
disusun secara sistematis dapat dijadikan paket belajar, yang menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan belajar.
Dari analisa tersebut secara konseptual, posyandu mempunyai kesamaan
dengan pendidikan luar sekolah, dan dalam penjelasan selanjutnya akan
terlihat prinsip karakteristik PLS yang dapat diterapkan pada posyandu.
Sebagaimana halnya dengan pendidikan luar sekolah posyandu adalah
kegiatan yang terorganisir secara sistematis, yang mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1) Memelihara dan meningkatkan kesehatan dalam rangka mewujudkan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
2) Meningkatkan kegotongroyongan masyarakat
3) Sebagai tempat untuk saling memperoleh dan memberikan berbagai
informasi.
Program kegiatan belajar di Posyandu walaupun telah ditentukan
oleh pemerintah, tetapi penyusunannya didasarkan kepada kebutuhan sasaran
dan masalah yang ada pada sasaran dan lingkungannnya. Pertemuan di
Posyandu ditentukan sebulan sekali, diatur berdasarkan kesepakatan antara
sasaran, penyelenggara, kader dan fasilitator lain, dengan alasan tidak
mengganggu kegiatan sasaran, biasanya setelah selesai kegiatan rumah
tangga atau selesai bekerja di kebun/sawah.
Apabila kita kaitkan dengan Pendidikan Luar Sekolah menurut
Soeparjo Adikusumo (1983:7) dalam tesis Detty Rosita (1991:27)
mengatakan bahwa; pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan di
mana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah dan
seseorang informasi, pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai dengan
usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan mengembangkan tingkat
keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya
menjadi peserta yang efisien dan efektif baik dalam lingkungan keluarganya
maupun dalam masyarakat dan negaranya.

85

III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian analisis-kualitatif. Menurut Nani Tuloli
(2010: 3) adalah sejenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Penelitian kualitatif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dengan tujuan untuk membuat
telaah, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Penelitian ini
diharapkan akan memberikan gambaran yang lengkap mengenai proses penelitian
ini.
Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data yang dibutuhkan adalah :
1. Pengamatan. Pengamatan menurut Lexy (1998: 123) merupakan teknik
pengumpulan data secara langsung dan sangat banyak dipakai di dalam
penelitian kualitatif. Alasan-alasan itu dapat dijelaskan dan yang akan
dilakukan dalam penelitian ini dalam proses pencarian dan pengumpulan
data, di antaranya:
(a) Teknik pengamatan atas pengalaman secara langsung.
(b) Teknik pengamatan juga melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mencatat prilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
sebenarnya.
(c) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasisituasi yang rumit, yaitu sebagai alat untuk prilaku yang kompleks.
2. Dokumentasi. Dokumentasi adalah suatu teknik dimana data diperoleh dari
dokumen-dokumen yang ada pada benda-benda tertulis seperti buku-buku,
notulensi, peraturan-peraturan, catatatan harian dan sebagainya. Adapun
dokumentasi yang dimaksud dalam penyusunan tesis ini adalah:
 Silabus, satuan kegiatan mingguan (SKM), satuan kegiatan harian (SKH),
Rangkaian Penilaian.
 Buku- buku yang berhubungan dengan masalah penelitian
3. Wawancara
Pengertian wawancara seperti dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto
(1993:126) sebagai berikut: “Sebuah dialog yang dikemukakan oleh
pewawancara (interviwer ) untuk memperoleh informasi dari wawancara”.
Pelaksanaan wawancara ini dilakukan dengan mengadakan tatap muka secara
langsung dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara
yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk memperoleh informasi mengenai
masalah yang diteliti.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PENUTUP
Posyandu milik masyarakat diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat,
sedangkan instansi terkait hanya memberikan bimbingan teknis dan fasilitas,
Sasaran dai kegiatan Posyandu antara lain balita, ibu hamil, ibu menyusui, wanita

86

usia subur dan pasangan usia subur. Yang pelaksanaannya dilaksanakan satu bulan
sekali.
Balita sebagai salah satu sasaran Posyandu telah mamperoleh pelayanan
pengontrolan dan pemantauan pertumbuhan fisik, pengendalian gizi dan juga
kesehatan. Dengan potensi tersebut, maka Posyandu dipandang memiliki peluang
untuk menjadi salah satu wadah pengembangan anak usia dini melalui
perangsangan psikososial (pendidikan).
Hal ini sesuai dengan program layanan PADU menurut Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini bahwa pendidikan anak usia dini dapat terlayani
melalui: Penitipan Anak, Kelompok Bermain, Satuan PADU yang sejenisnya
seperti PADU terintegrasi Posyandu, PADU terintegrasi BKB, PADU terintegrasi
Majelis Ta’klim dan sejenisnya, dan pemberdayaan peran peran serta masyarakat.
Secara alami anak telah memperoleh berbagai rangsangan yang bersifat
pendidikan, baik dari keluarga maupun lingkungannya, tetapi intensitas dan
kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Hal ini diperkuat dalam makalah Fasli Jalal
pada seminar nasional Pendidikan Anak Usia Dini tahun 2002, yang menyatakan
bahwa: “Stimulasi psikososial atau pendidikan untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan anak tidak akan memberikan arti bagi masa depan anak jika derajat
kesehatan dan gizi anak tidak menguntungkan. Pertumbuhan otak anak ditentukan
oleh begaimana cara orang tua mengasuh dan memberi makan serta menstimulasi
anak pada usia dini. Gizi yang tidak seimbang, maupun gizi buruk, serta derajat
kesehatan anak yang rendah akan menghambat pertumbuhan otak dan pada
gilirannya akan menurunkan kemampuan otak dalam mencatat, menyerap,
menyimpan, memproduksi dan merekontruksi informasi.
Berdasarkan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan anak usia dini,
dijelaskan bahwa pelayanan pendidikan yang integrative dengan kesehatan dan gizi
ternyata memiliki keuntungan multi dimensional baik secara alamiah, moral,
ekonomi, pendidikan, sosial, sekaligus peningkatan kualitas bangsa.
Diungkap lebih lanjut, bahwa seiring dengan tuntutan GBHN 1999 akan
pentingnya mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara
terarah, terpadu dan menyeluruh. Hal ini perlu pengembangan dalam upaya
pembinaan bagi anak dini usia secara integratif dan holistik, mencakup aspek
pendidikan pendidikan, kesehatan dan gizi yang dilakukan di lingkungan mereka
tinggal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
Keberadaan posyandu yang terintegrasi dengan PADU di lingkungan
masyarakat benar-benar memberikan pengaruh yang cukup besar bagi tumbuh
kembang anak, hal ini sesuai dengan tujuan dari diselenggarakannya PADU
terintegrasi Posyandu yang meliputi: (1) memberikan lingkungan dan sarana
bermain yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, (2)
memperluas jangkauan layanan pendidikan usia dini, terutama untuk daerah yang
belum terjangkau layanan pendidikan usia dini bentuk lain, (3) memperkuat
kemampuan keluarga dalam merangsang perkembangan kemampuan anak, (4)
mengkondisikan anak agar kesiapan masuk sekolah.
Untuk tercapainya tujuan di atas, kegiatan yang dapat dilakukan di
posyandu sebagai upaya untuk pengembangan kemampuan dan merangsang
kreativitas anak dapat dilakukan berdasarkan karakteristik usia anak. Untuk usia 02 tahun stimulasi dilakukan oleh orang tua/pengasuh bersama-sama anak seusianya

87

(sebaya), dengan difasilitasi kader. Orang tua/pengasuh memilihkan jenis alat
permainan yang disukai anak atau menggunakan mainan yang dibawa dari rumah.
Kegiatan bebas, namun diarahkan untuk meningkatkan kemampuan anak. Untuk
usia 2-6 tahun stimulasi dilakukan oleh kader. Mereka dikelompokan berdasarkan
usia anak, untuk anak usia 2-3, 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan 5-6 tahun. Jika jumlah
seluruh anak yang mengikuti kegiatan kurang dari 30 anak dapat dikumpulkan
dalam satu ruangan dengan dibimbing 2-3 kader, tetapi jika jumlah lebih dari itu
sebaiknya dipecah menjadi kelompok 2-4 tahun dan 4-6 tahun.
Kemampuan yang akan dikembangkan pada kegiatan bermain di Posyandu
pada prinsipnya mencakup semua aspek perkembangan anak, antara lain:
pengembangan pembentukan perilaku seperti pengembangan nilai-nilai moral dan
agama, dan sosial emosi, serta peningkatan kemampun dasar yang mencakup:
kemampuan bahasa, kognitif, fisik (motorik halus dan kasar) dan seni.
Selain kegiatan anak di posyandu, di rumah sebaiknya anak tetap diberikan
bimbingan dan berbagai rangsangan perkembangan oleh orang tua dan pengasuh.
Kegiatan di Posyandu yang hanya dilakukan sebulan sekali tidak ada artinya
apabila tidak ditindak lanjuti dengan kegiatan di rumah. Oleh karena itu orang tua
harus memahami hal-hal ynag berkenaan dengan anak, seperti: peran keluarga
dalam pembentukan karakter dan kualitas anak, tahap-tahap tumbuh kembang
anak, cara mendeteksi tumbuh kembang anak secara dan cara bermain dengan
anak/mendampingi anak bermain.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahmat. 2011. Excellent Learning. Bandung: MQS Publishing
Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jogjakarta: Rineka
Cipta
Arikunto, Suharsini. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2005. Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas. 2006. Model Pengembangan Kawasan Satuan PAUD Sejenis /
Lembang
Patmonodewo. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pratisti. 2008. Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.