PENGEMBANGAN STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJ

PENGEMBANGAN STRATEGI
DAN MODEL PEMBELAJARAN
EFEKTIF
Oleh :

SUMARSO, M.Pd.
Pengawas SMP

PENGANTAR
(1) Pendekatan pembelajaran
(2) Strategi pembelajaran
(3) Metode pembelajaran
(4) Teknik pembelajaran
(5) Taktik pembelajaran
(6) Model pembelajaran

SUMARSO, M.Pd.

Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses
pembelajaran

SUMARSO, M.Pd.

Roy Killen (1998) mencatat ada
dua pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan
yang berpusat pada guru
(teacher-centred approaches) dan
pendekatan yang berpusat pada
siswa (student-centred

approaches)

SUMARSO, M.Pd.

Pendekatan yang berpusat pada
guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct

instruction), pembelajaran
deduktif atau pembelajaran
ekspositori

SUMARSO, M.Pd.

Sedangkan, pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada
siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan
inkuiri serta strategi pembelajaran
induktif

SUMARSO, M.Pd.

Strategi Pembelajaran
Kemp (1995) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan

peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien

SUMARSO, M.Pd.

Kozma (dalam Sanjaya 2007)
secara umum menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap kegiatan
yang dipilih, yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau
bantuan kepada peserta didik
menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu
SUMARSO, M.Pd.

Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran merupakan caracara yang dipilih untuk menyampaikan
materi pembelajaran dalam

lingkungan pembelajaran tertentu.
Selanjutnya dijabarkan oleh mereka
bahwa strategi pembelajaran
dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan
urutan kegiatan pembelajaran yang
dapat memberikan pengalaman
belajar kepada peserta didik

SUMARSO, M.Pd.

Dick dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007)
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
terdiri atas seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur atau tahapan
kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh
guru dalam rangka membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Menurut mereka strategi pembelajaran
bukan hanya terbatas pada prosedur atau
tahapan kegiatan belajar saja, melainkan

termasuk juga pengaturan materi atau paket
program pembelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik

SUMARSO, M.Pd.

Cropper di dalam Wiryawan dan
Noorhadi (1998) mengatakan
bahwa strategi pembelajaran
merupakan pemilihan atas
berbagai jenis latihan tertentu
yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
la menegaskan bahwa setiap
tingkah laku yang diharapkan
dapat dicapai oleh peserta didik
dalam kegiatan belajarnya harus
dapat dipraktikkan
SUMARSO, M.Pd.


Simpulan :
Pertama, strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam
pembelajaran

SUMARSO, M.Pd.

Kedua, strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu.
Artinya, arah dari semua
keputusan penyusunan strategi
adalah pencapaian tujuan

SUMARSO, M.Pd.

Metode Pembelajaran

Menurut Fathurrahman Pupuh
(2007) metode diartikan sebagai
suatu cara atau prosedur yang
dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu

SUMARSO, M.Pd.

Dalam kaitannya dengan
pembelajaran, metode
didefinisikan sebagai cara-cara
menyajikan bahan pelajara pada
peserta didik untuk tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan

SUMARSO, M.Pd.

Dengan demikian, salah satu
keterampilan yang harus dimiliki
oleh seorang guru dalam

pembelajaran adalah
keterampilan memilih motode

SUMARSO, M.Pd.

Pemilihan metode terkait
langsung dengan usaha-usaha
guru dalam menampilkan
pengajaran yang sesuai dengan
situasi dan kondisi sehingga
pencapaian tujuan pengajaran
diperoleh secara optimal

SUMARSO, M.Pd.

Oleh karena itu, salah satu hal
yang sangat mendasar untuk
dipahami guru adalah bagaimana
memahami kedudukan metode
sebagai salah satu komponen

bagi keberhasilan kegiatan
belajar-mengajar sama
pentingnya dengan komponenkomponen lain dalam
keseluruhan komponen
pendidikan
SUMARSO, M.Pd.

Teknik Pembelajaran
Teknik adalah cara yang
dilakukan orang dalam rangka
mengimplementasikan suatu
metode, yaitu cara yang harus
dilakukan agar metode yang
dilakukan berjalan efektif dan
efisien

SUMARSO, M.Pd.

Taktik Pembelajaran
Taktik adalah gaya seseorang

dalam melaksanakan suatu teknik
atau metode tertentu. Dengan
demikian, taktik sifatnya lebih
individual

SUMARSO, M.Pd.

Model Pembelajaran
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000)
mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah: “Kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar.”
SUMARSO, M.Pd.


Joyce et al. (1992: 4)
mendefinisikan model
pembelajaran sebagai berikut: “A

model of teaching is a plan or
pattern that we can use to design
face to face teaching in
classrooms or tutorial settings and
to shape instructional materialsincluding books, films, tapes, and
computer-mediated programs and
curriculums (long term courses of
study).
SUMARSO, M.Pd.

Arends (2001: 24)
mengemukakan: “Models of

teaching is an overall plan, or
pattern, for helping students to
learn spesific kinds of knowledge,
attitudes, or skills”

SUMARSO, M.Pd.

Berdasarkan pengertian konsep
model pembelajaran seperti itu,
maka setiap model pembelajaran
berfungsi memberikan arah
dalam pendesainan pembelajaran
dalam rangka membantu peserta
didik mencapai berbagai tujuan
dan/atau kompetensi

SUMARSO, M.Pd.

Pembelajaran adalah proses
interaksi antarpeserta didik,
antara peserta didik dengan
tenaga pendidik dan sumber
belajar
pada
suatu
lingkungan
belajar.
(Permendikbud
No.
103
Tahun 2014)
SUMARSO, M.Pd.

Prinsip Pembelajaran K-13
1. peserta didik difasilitasi untuk
mencari tahu;
2. peserta didik belajar dari
berbagai sumber belajar;
3. proses pembelajaran
menggunakan pendekatan
ilmiah;
4. pembelajaran berbasis
kompetensi;
SUMARSO, M.Pd.

Lanjutan …
5. pembelajaran terpadu;
6. pembelajaran yang
menekankan pada jawaban
divergen yang memiliki
kebenaran multi dimensi;
7. pembelajaran berbasis
keterampilan aplikatif;

SUMARSO, M.Pd.

Lanjutan …
8. peningkatan keseimbangan,
kesinambungan, dan
keterkaitan antara hard-skills

dan soft-skills;
9. pembelajaran yang
mengutamakan pembudayaan
dan pemberdayaan peserta
didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat;
SUMARSO, M.Pd.

Lanjutan …
10.pembelajaran yang menerapkan
nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing

madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani);
11.pembelajaran yang berlangsung di
rumah, di sekolah, dan di
masyarakat;
SUMARSO, M.Pd.

Lanjutan …
12.pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran;
13.pengakuan atas perbedaan
individual dan latar belakang
budaya peserta didik;

SUMARSO, M.Pd.

Dan …
14. suasana belajar
menyenangkan dan
menantang

SUMARSO, M.Pd.

Model Pembelajaran berbasis Pendekatan Saintifik
(scientific approach

Proses pembelajaran menyentuh tiga
ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.

Sikap
(Tahu Mengapa)

Keterampilan
(Tahu Bagaimana)

Produktif
Inovatif
Kreatif
Afektif

Pengetahuan
(Tahu Apa)

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
32

SUMARSO, M.Pd.

Langkah Pembelajaran :

Observing
(mengamati)

SUMARSO, M.Pd.

Questioning
(menanya)

Experimenting
(mengumpul
kan
informasi/m
encoba)

Associating
(menalar/me
ngasosiasi)

Communicati
ng
(mengkomuni
kasikan)

Mengamati (Observing)

SUMARSO, M.Pd.

Menanya (Questioning)

SUMARSO, M.Pd.

Mengumpulkan informasi/
mencoba(experimenting)

SUMARSO, M.Pd.

Menalar/Mengasosiasi
(Associating)

SUMARSO, M.Pd.

SUMARSO, M.Pd.

SUMARSO, M.Pd.

Langkah-Langkah
Pembelajaran
1. Pendahuluan
2. Inti
3. Penutup

SUMARSO, M.Pd.

Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1. mengondisikan suasana belajar
yang menyenangkan;
2. mendiskusikan kompetensi yang
sudah dipelajari dan
dikembangkan sebelumnya
berkaitan dengan kompetensi
yang akan dipelajari dan
dikembangkan;
SUMARSO, M.Pd.

Lanjutan …
3. menyampaikan kompetensi yang
akan dicapai dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari;
4. menyampaikan garis besar
cakupan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan; dan
5. menyampaikan lingkup dan
teknik penilaian yang akan
digunakan.
SUMARSO, M.Pd.

Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai
kompetensi, yang dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
SUMARSO, M.Pd.

Kegiatan inti menggunakan
pendekatan saintifik yang
disesuaikan dengan karakteristik
mata pelajaran dan peserta didik.
Guru memfasilitasi peserta didik
untuk melakukan proses
mengamati, menanya,
mengumpulkan
informasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi, dan
mengomunikasikan.
SUMARSO, M.Pd.

Dalam setiap kegiatan guru harus
memperhatikan perkembangan
sikap peserta didik pada
kompetensi dasar dari KI-1 dan KI2 antara lain mensyukuri karunia
Tuhan, jujur, teliti, kerja sama,
toleransi, disiplin, taat aturan,
menghargai pendapat orang lain
yang tercantum dalam silabus
dan RPP.

SUMARSO, M.Pd.

Kegiatan Penutup
Terdiri atas :
1. Kegiatan Guru dengan Peserta
Didik
2. Kegiatan Guru

SUMARSO, M.Pd.

Kegiatan guru bersama peserta
didik yaitu:
a) Membuat rangkuman/simpulan
pelajaran;
b) melakukan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah
dilaksanakan; dan
c) memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil
pembelajaran;

SUMARSO, M.Pd.

Kegiatan guru yaitu:
(a) melakukan penilaian;
(b)merencanakan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau
memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik;
(c) menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
SUMARSO, M.Pd.

Model Pembelajaran Aktif :
1. Number Head Together (NHT)
2. Jig Saw
3. Student Team Achievment
Divisions (STAD)
4. Make a match
5. Picture and Picture
6. Stick Talking

SUMARSO, M.Pd.

Number Head Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran
yang mengutamakan adanya
kerjasama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Para siswa dibagi
ke dalam kelompok-kelompok
kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran
yang telah ditentukan.
SUMARSO, M.Pd.

Tujuan dibentuknya kelompok
kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada
siswa agar dapat terlibat secara
aktif dalam proses berpikir dan
dalam kegiatan-kegiatan belajar.
Dalam hal ini sebagian besar
aktifitas pembelajaran berpusat
pada siswa, yakni mempelajari
materi pelajaran serta berdiskusi
untuk memecahkan masalah
SUMARSO, M.Pd.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT
merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dalam
Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan
para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran
dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
SUMARSO, M.Pd.

Tujuan yang hendak dicapai
dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT
yaitu :
1. Hasil belajar akademik
stuktural
2. Pengakuan adanya
keragaman
3. Pengembangan
Ketrampilan sosial
SUMARSO, M.Pd.

Kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran Numbered Heads
Together adalah sebagai berikut :
Kelebihan:
 Setiap siswa menjadi siap
semua
 Dapat melakukan diskusi
dengan sungguh-sungguh.
 Siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang kurang
pandai.
SUMARSO, M.Pd.

Kelemahan:
 Tidak terlalu cocok untuk
jumlah siswa yang banyak
karena membutuhkan waktu
yang lama.
 Tidak semua anggota
kelompok dipanggil oleh guru

SUMARSO, M.Pd.

Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT merujuk pada
konsep Kagen dalam Ibrahim
(2000: 29), dengan tiga langkah
yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok

SUMARSO, M.Pd.

Langkah-Langkah
(Pengembangan)
Langkah 1. Persiapan
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Langkah 3. Tiap kelompok harus
memiliki buku paket atau buku
panduan
Langkah 4. Diskusi masalah
Langkah 5. Memanggil nomor anggota
atau pemberian jawaban
Langkah 6. Memberi kesimpulan
SUMARSO, M.Pd.

Ada beberapa manfaat pada model
pembelajaran kooperatif tipe NHT antara
lain adalah :
1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2. Memperbaiki kehadiran
3. Penerimaan terhadap individu
menjadi lebih besar
4. Perilaku mengganggu menjadi lebih
kecil
5. Konflik antara pribadi berkurang
6. Pemahaman yang lebih mendalam
7. Meningkatkan kepekaan dan toleransi
8. Hasil belajar lebih tinggi
SUMARSO, M.Pd.

Kesimpulan :
Model pembelajaran ini baik digunakan karena
model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih
siap dalam menguasai materi serta belajar
menerima keanekaragaman dengan kelompok
lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk
berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran
yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena
setia model atau metode mengajar masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh
karenanya guru dituntut untuk pandai memilih
model pembelajaran yang sesuai.
SUMARSO, M.Pd.

STAD
Model Pembelajaran STAD
dikembangkan oleh Robert Slavin
dan teman-temannya di Universitas
John Hopkins.
Siswa dalam suatu kelas tertentu
dipecah menjadi kelompok dengan
anggota 4-5 orang, setiap kelompok
haruslah heterogen, terdiri atas lakilaki dan perempuan
SUMARSO, M.Pd.

Langkah-Langkah
1. Guru membentuk kelompok yang
anggotanya 4 orang secara
heterogen.
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas pada kelompok
untuk dikerjakan oleh anggotaanggota kelompok
4. Peserta didik yang bisa mengerjakan
tugas/soal menjelaskan kepada
anggota kelompok lainnya sehingga
semua anggota dalam kelompok itu
mengerti
SUMARSO, M.Pd.

5. Guru memberi kuis/pertanyaan
kepada seluruh peserta didik.
Pada saat
menjawab kuis/pertanyaan
peserta didik tidak boleh saling
membantu.
6. Guru memberi penghargaan
(rewards) kepada kelompok
yang memiliki nilai/poin
7. Guru memberikan evaluasi.
8. Penutup.
SUMARSO, M.Pd.

Kelebihan :
1. Meningkatkan kecakapan
individu
2. Meningkatkan kecakapan
kelompok
3. Meningkatkan komitmen
4. Menghilangkan prasangka
buruk terhadap teman sebaya
5. Tidak bersifat kompetitif
6. Tidak memiliki rasa dendam
SUMARSO, M.Pd.

Kekurangan
1. Konstribusi dari siswa
berprestasi rendah menjadi
kurang
2. Siswa berprestasi tinggi akan
mengarah pada kekecewaan
karena peran anggota yang
pandai lebih dominan

SUMARSO, M.Pd.

JIGSAW
Jigsaw adalah tipe pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh
Elliot Aronson’s. Model pembelajaran
ini didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak
hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus
siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut kepada kelompoknya
SUMARSO, M.Pd.

Pada model
pembelajaran jigsaw ini keaktifan
siswa (student centered) sangan
dibutuhkan, dengan dibentuknya
kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 3-5 orang yang
terdiri dari kelompok asal dan
kelompok ahli

SUMARSO, M.Pd.

Kelompok asal adalah kelompok
awal siswa terdiri dari berapa
anggota kelompok ahli yang
dibentuk dengan memperhatikan
keragaman dan latar belakang.
Guru harus trampil dan
mengetahui latar belakang siswa
agar terciptanya suasana yang
baik bagi setiap angota kelompok
SUMARSO, M.Pd.

Kelompok ahli, yaitu kelompok
siswa yang terdiri dari anggota
kelompok lain (kelompok asal)
yang ditugaskan untuk
mendalami topik tertentu untuk
kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal

SUMARSO, M.Pd.

Sesuai dengan namanya, teknis
penerapan tipe pembelajaran ini maju
mundur seperti gergaji. Menurut
Arends (1997), langkah-langkah
penerapan model pembelajaran
Jigsaw, yaitu:
1. Awal kegiatan pembelajaran
2. Melakukan Pembelajaran
Pendahuluan
3. Kegiatan
4. Evaluasi

SUMARSO, M.Pd.

Kelebihan
1. Mempermudah pekerjaan guru
dalam mengajar,karena sudah ada
kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekanrekannya
2. Pemerataan penguasaan materi
dapat dicapai dalam waktu yang
lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat
melatih siswa untuk lebih aktif
dalam berbicara dan berpendapat.
SUMARSO, M.Pd.

Kekurangan
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi
diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
2. Siswa yang memiliki kemampuan
membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan
materi apabila ditunjuk sebagai tenaga
ahli
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa
bosan
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi
akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran
SUMARSO, M.Pd.

Make a Match
Metode make a match atau mencari
pasangan merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan
kepada siswa. Penerapan metode ini
dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh
mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban/soal sebelum
batas waktunya, siswa yang dapat
mencocokkan kartunya diberi poin

SUMARSO, M.Pd.

Teknik metode pembelajaran
make a match atau mencari
pasangan dikembangkan oleh
Lorna Curran (1994). Salah satu
keunggulan tehnik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep
atau topik dalam suasana yang
menyenangkan
SUMARSO, M.Pd.

Langkah-Langkah :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu
yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review,
satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah
kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal
dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu
yang cocok dengan kartunya
SUMARSO, M.Pd.

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan
kartunya dengan kartu temannya (tidak
dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang
telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar
tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3
siswa lainnya yang memegang kartu yang
cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap materi pelajaran
SUMARSO, M.Pd.

Kelebihan
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif
dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan
lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa
mencapai taraf ketuntasan belajar secara
klasikal
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh
dalam proses pembelajaran (Let them
move)
5. Kerjasama antar sesama siswa terwujud
dengan dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang
merata di seluruh siswa.
SUMARSO, M.Pd.

Kekurangan
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk
melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi
jangan sampai siswa terlalu banyak
bermain-main dalam proses
pembelajaran
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat
yang memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (>30
siswa/kelas) jika kurang pengelolaan
maka yang muncul adalah suasana
keramaian yang tidak terkendali.
SUMARSO, M.Pd.

Model Pembelajaran
Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara)
adalah metode yang pada
mulanya digunakan oleh
penduduk asli Amerika untuk
mengajak semua orang berbicara
atau menyampaikan pendapat
dalam suatu forum

SUMARSO, M.Pd.

Talking stick termasuk salah satu
model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran ini dilakukan
dengan bantuan tongkat, siapa
yang memegang tongkat wajib
menjawab pertanyaan dari guru
setelah siswa mempelajari materi
pokoknya

SUMARSO, M.Pd.

Langkah-Langkah :
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas
5 orang.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang
panjangnya 20 cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang
akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan para kelompok untuk membaca
dan mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang
terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi
pelajaran dan mempelajari isinya, guru
mempersilahkan anggota kelompok untuk
menutup isi bacaan

SUMARSO, M.Pd.

6. Guru mengambil tongkat dan
memberikan kepada salah satu anggota
kelompok, setelah itu guru memberi
pertanyaan dan anggota kelompok yang
memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab
pertanyaan jika anggota kelompoknya
tidak bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik
secara kelompok maupun individu.
10.Guru menutup pembelajaran
SUMARSO, M.Pd.

Kelebihan :
1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan
memahami dengan cepat.
3. Termotivasi lebih giat belajar
(belajar dahulu)

SUMARSO, M.Pd.

Kekurangan
Membuat siswa gelisah, bahkan
stress dan lain2 (bercanda)

SUMARSO, M.Pd.

Kesimpulan
1. Talking stick dipakai sebagai
tanda seseorang mempunyai
hak suara (berbicara) yang
diberikan secara
bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini
membuat anak didik ceria,
senang, dan melatih mental
anak didik untuk siap pada
kondisi dan siatuasi apapun
SUMARSO, M.Pd.

Picture and Picture
Salah satu model yang saat ini
populer dalam pembelajaran
adalah Model Pembelajaran
Picture and Picture ini merupakan
salah satu bentuk model
pembelajaran kooperatif

SUMARSO, M.Pd.

Picture and Picture adalah suatu
metode belajar yang
menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi
urutan logis

SUMARSO, M.Pd.

Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar
dalam model pembelajaran kooperatif picture
and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa)
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus
mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus
membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan
dikenai evaluasi

SUMARSO, M.Pd.

5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi
kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama
selama proses belajarnya
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan
diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif

SUMARSO, M.Pd.

Sesuai dengan namanya, tipe ini
menggunakan media gambar
dalam proses pembelajaran yaitu
dengan cara
memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan
yang logis. Melalui cara seperti ini
diharapkan siswa mampu berpikir
dengan logis sehingga
pembelajaran menjadi bermakna
SUMARSO, M.Pd.

Langkah-langkah
 Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai Di langkah ini guru
diharapkan untuk menyampaikan apakah
yang menjadi Kompetensi Dasar mata
pelajaran yang bersangkutan. Dengan
demikian maka siswa dapat mengukur
sampai sejauh mana yang harus
dikuasainya. Disamping itu guru juga
harus menyampaikan indikator-indikator
ketercapaian KD, sehingga sampai dimana
KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai
oleh peserta didik
SUMARSO, M.Pd.

 Menyajikan materi sebagai
pengantar
Guru menunjukkan/
Memperlihatkan gambar-gambar
kegiatan berkaitan dengan
materi
Guru menunjuk/memanggil
siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan
yang logis
SUMARSO, M.Pd.

Guru menanyakan alasan/dasar
pemikiran urutan gambar
tersebut
Dari alasan/urutan gambar
tersebut guru memulai
menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai
Kesimpulan/rangkuman

SUMARSO, M.Pd.

Kelebihan :
1. Guru lebih mengetahui kemampuan
masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir
berdasarkan sudut pandang suatu
subjek bahasan dengan memberikan
kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar
yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan
dan pengelolaan kelas
SUMARSO, M.Pd.

Kekurangan :
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan
terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang
apabila disuruh bekerja sama
dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas,
alat dan biaya yang cukup
memadai
SUMARSO, M.Pd.

SUMARSO, M.Pd.

SUMARSO, M.Pd.

SUMARSO, M.Pd.