Evaluasi Kinerja Bangunan Sekolah Alam Star International Medan (Playgroup dan Taman Kanakkanak)

19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan sekolah merupakan salah satu dari 4 (empat) lingkungan yang paling
berpengaruh pada perkembangan anak (Irwin & Joachim, 1978; Monsur, 2013).
Lingkungan fisik sekolah harus dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan
anak secara optimal, melalui kesempatan eksplorasi dan belajar. Kualitas penggunaan
ruang di sekolah, baik di dalam maupun di luar ruangan, harus dievaluasi; karena
akan mempengaruhi tingkat keterlibatan dan interaksi anak-anak dalam kegiatan
pembelajaran (NAEYC, 1991).
Hal yang perlu dievaluasi dari sekolah adalah bagaimana desain fisik sekolah
dapat mempengaruhi perilaku anak dalam kegiatan belajar dan bermain sesuai sistem
pendidikan sekolah. Namun sangat sedikit penelitian yang telah memberikan bukti
empiris tentang hubungan antara variabel arsitektur dan perilaku belajar/bermain
anak-anak pada tingkat sekolah Playgroup (PG) dan Taman Kanak-kanak (TK) yang
dipengaruhi sistem pendidikan sekolah (Monsur, 2013).
Salah satu bentuk sistem pendidikan yang mulai berkembang di Indonesia adalah
pendidikan sekolah alam. Sistem pendidikan sekolah ini berbeda dari sekolah
formal/konvensional umumnya. Kurikulum yang diterapkan di sekolah ini disusun

oleh staf pengajar agar sesuai dengan kemampuan siswanya. Sistem pendidikan
sekolah alam memadukan teori pembelajaran dan penerapannya. Selain itu rasio

1

20

kegiatan di dalam kelas hanya sebesar 30% dan 70% di luar kelas; sementara kegiatan
pembelajaran di sekolah konvensional, hampir 90% berada di dalam ruang kelas
(Kusumawardhani, 2010).
Di Kota Medan sendiri, terdapat sekolah untuk tingkat pendidikan Playgroup
(PG) dan Taman Kanak-kanak (TK) dengan konsep alam, yakni sekolah alam Star
International Medan. Sekolah yang didirikan pertama sekali di Bogor oleh Ayah Edy
ini, menerapkan konsep pembelajaran berbasis alam dengan kurikulum Multiple
Intelligence. Bangunan sekolah alam Star International Medan ini terdiri dari 2 (dua)
massa bangunan yang berbeda, yaitu massa bangunan yang diperuntukkan sebagai
fasilitas pendukung sekolah seperti: tata usaha, kantor guru, kamar mandi, dapur,
musholla, mess serta massa bangunan yang diperuntukkan sebagai ruang kelas.
Namun setelah sekolah beroperasi selama lebih dari 3 (tiga) tahun, muncul
ketidakpuasan dan keluhan-keluhan dari pengguna sekolah yang disampaikan dari

pihak guru dan orang tua.
Oleh sebab itu dilakukan tahap evaluasi awal untuk mengumpulkan data-data
awal terkait masalah-masalah yang dirasakan pengguna tersebut. Peneliti mencatat
ada sejumlah masalah yang terjadi di sekolah yang menyebabkan kegiatan belajar dan
bermain anak tidak dapat diakomodasi secara maksimal. Kondisi inilah yang menjadi
penyebab munculnya ketidakpuasan dari pengguna sekolah. Dengan kata lain, kondisi
kinerja sekolah rendah.
Adapun permasalahan-permasalahan yang disampaikan oleh pengguna sekolah,
yaitu:

21

1. Tingkat kenyamanan di dalam ruang kelas cukup rendah karena kurang
mampu mengakomodasi kegiatan belajar yang dilakukan di dalam kelas, serta
kurang memperhatikan faktor kesehatan dan kebersihan ruang kelas.
2. Pemilihan furniture dan material bangunan kurang mempertimbangkan aspek
keamanan, keselamatan dan kualitas material (durability) bagi anak.
3. Fasilitas yang tersedia di sekolah kurang mampu mengeksplorasi anak untuk
dapat melakukan berbagai kegiatan bermain dan belajar.
4. Zoning dan sirkulasi antar ruang yang kurang baik, meyebabkan kegiatan

pembelajaran menjadi kurang efisien. Misalnya jarak toilet yang jauh dari
kelas menyebabkan beberapa anak sudah buang kecil sebelum sampai ke toilet
dan zona publik yang terkoneksi langsung dengan zona kegiatan belajar dan
bermain anak.
5. Desain bangunan kelas dengan model saung menimbulkan beberapa gangguan
perilaku pada anak. Anak dengan gaya belajar visual akan sulit berkonsentrasi
bila belajar di luar ruangan (tanpa batasan fisik/fokus yang jelas), sementara
anak dengan gaya belajar kinestetis akan sulit dikontrol bila belajar di dalam
kelas.
6. Tidak adanya ruang khusus seperti: perpustakaan, dapur, ruang musik dan tari
dan musholla; yang menjadi setting untuk melakukan beberapa kegiatan
sentra, serta tidak ada tempat penyimpanan peralatan, buku-buku dan tas
sekolah anak.

22

7. Ukuran ruang kelas yang sempit, sehingga anak-anak tidak bebas untuk
bergerak.
8. Aplikasi warna bangunan sekolah yang terkesan monoton dan kurang
mencerminkan sebagai sekolah PG dan TK.

Untuk dapat meningkatkan kinerja sekolah, masalah yang menyebabkan
terjadinya penurunan kepuasan pengguna, harus dapat diselesaikan. Jika dilihat dari
keluhan-keluhan pengguna di atas, maka lebih dari 90% masalah terjadi pada
bangunan atau pada ruang dalam di sekolah. Selain itu berdasarkan literatur yang ada,
sangat sedikit penelitian tentang peran ruang dalam (indoor) pada kegiatan anak di
sekolah (Monsur 2013), yang hanya sekitar 30% pada sekolah alam. Oleh sebab itu,
fokus penelitian adalah Evaluasi kinerja pada bangunan sekolah alam Star
International Medan.
Evaluasi Kinerja Bangunan (Building Performance Evaluation/BPE) yang akan
dilakukan, merupakan proses perbandingan secara menyeluruh antar berbagai
variabel yakni ekspektasi/harapan pengguna sekolah dan standar bangunan yang telah
ada, untuk diterapkan sebagai solusi desain baru; sehingga masalah yang
menyebabkan tingkat kepuasan pengguna sekolah menjadi rendah, diharapkan dapat
terselesaikan. Solusi desain bangunan tentunya juga berhubungan dengan kualitas
ruang luar di sekolah.

23

1.2 Alasan Pemilihan Topik Permasalahan
Fokus penelitian adalah evaluasi kinerja yang dilakukan pada bangunan sekolah

alam, terkait dengan kegiatan belajar dan bermain anak. Topik ini mengandung
beberapa inti penelitian yakni: Evaluasi Kinerja Bangunan (BPE), sekolah alam,
bangunan atau ruang dalam sekolah, serta kaitannya dengan kegiatan belajar dan
bermain anak.

1.2.1 Mengapa dilakukan evaluasi kinerja bangunan (BPE) pada sekolah alam
BPE digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi, karena hasil BPE dapat
secara realistis memberikan solusi dalam memecahkan permasalahan yang ada; dan
idealis bagi kriteria desain sekolah alam yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dan
standar.
Evaluasi Kinerja Bangunan sekolah merupakan langkah penting dalam
meningkatkan kepuasan pengguna serta menghasilkan standar kinerja bangunan yang
mungkin sudah ada, atau yang harus dikembangkan sebagai desain bangunan dengan
konsep dan metode pembelajaran sekolah yang sama.

1.2.2 Mengapa objek penelitian adalah sekolah alam dan difokuskan pada bangunan
atau ruang dalam sekolah
Kegiatan belajar dan bermain yang dilakukan anak, dipengaruhi oleh sistem
pendidikan yang diterapkan pada sekolah. Oleh sebab itu, desain sekolah alam


24

berbeda dengan sekolah konvensional. Karakteristik ruang dalam pada sekolah alam,
tidak sama dengan karakter ruang dalam pada sekolah formal (desain ruang yang
dibatasi dengan dinding dan atap, dengan kegiatan yang terkendali); dan tidak sama
dengan karakteristik ruang luar.
Sekolah alam tetap membutuhkan ruang-ruang belajar dan bermain di dalam
ruangan, untuk melindungi anak dari pengaruh cuaca buruk (Moore et al., 2007).
Selain itu lebih dari 90% penyebab penurunan kepuasana pengguna terjadi pada
bangunan/ruang dalam.
Faktor lainnya yang menjadi alasan fokus penelitian pada bangunan/ruang
dalam sekolah alam adalah sangat sedikit kajian literatur yang mengacu pada desain
sekolah alam, dan lebih sedikit lagi kajian mengenai ruang dalam (indoor) pada
sekolah alam. Kajian literatur yang ada lebih mengacu pada desain “Natural
Enviornment” dan ruang indoor pada sekolah formal/konvensional, yang juga lebih
banyak merujuk pada tingkat sekolah dasar (SD) ke atas.

1.2.3 Mengapa hasil evaluasi (BPE) berupa solusi desain, harus dikaitkan dengan
kegitan belajar dan bermain anak
Latar belakang melakukan evaluasi karena adanya masalah berupa keluhankeluhan dari pengguna. Keluhan tersebut berkaitan dengan tidak terakomodasinya

seluruh kegiatan belajar dan bermain anak di sekolah. Hal ini berarti indikator
penilaian kepuasan pengguna berhubungan dengan kegiatan anak, yang dipengaruhi
oleh sistem pendidikan sekolah (dalam hal ini sistem pendidikan berbasis alam).

25

1.3 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam melakukan Evaluasi Kinerja Bangunan sekolah alam
Star International Medan, melalui sistem facet approach BPE (melibatkan riset
metodologi, riset kuisioner, dan riset desain standar/guidelines) sebagai berikut:
1. Bagaimana mengidentifikasikan tingkat kepuasan pengguna terhadap kinerja
bangunan sekolah alam.
2. Bagaimana menghasilkan kriteria desain bangunan sekolah alam dengan
tingkat kinerja yang tinggi.

1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan Evaluasi Kinerja Bangunan sekolah
alam Star International Medan, adalah:
1. Mengidentifikasi tingkat kepuasan pengguna terhadap kinerja bangunan
sekolah alam.

2. Menghasilkan kriteria desain bangunan sekolah alam yang memiliki tingkat
kinerja yang tinggi.

1.5 Manfaat
Bagi Pihak Sekolah: penerapan hasil Evaluasi Kinerja Bangunan sekolah alam
Star International Medan ini; dapat meningkatkan kinerja bangunan sekolah dalam

26

mengakomodasi kegiatan belajar dan bermain anak, yang diikuti dengan peningkatan
kepuasan pengguna dan kualitas sekolah di mata publik (masyarakat luas).
Bagi Akademisi: dapat menjadi acuan dalam melakukan evaluasi kinerja pada
bangunan dan dalam mendesain bangunan sekolah alam dengan tingkat kinerja tinggi.
Bagi Masyarakat Umum: dapat mengetahui kebutuhan anak dalam bermain dan
belajar sesuai karakteristik sistem pendidikan berbasis alam.

1.6 Produk Evaluasi
Produk yang akan dihasilkan dari Evaluasi Kinerja Bangunan (BPE) di sekolah
alam Star International Medan, adalah:
1. Hasil identifikasi tingkat kepuasan pengguna terhadap kinerja bangunan.

2. Rekomendasi desain sekolah terkait faktor kinerja ruang yang menyebabkan
tingkat kepuasan pengguna menjadi rendah, berupa konsep:
a. Konsep layout bangunan;
b. Konsep furniture;
c. Konsep dimensi ruang;
d. Konsep bentuk bangunan;
e. Konsep material bangunan;
f. Konsep warna bangunan.

27

1.7 Metodologi
Sistem Evaluasi Kinerja Bangunan (BPE) merupakan proses perbandingan antara
ketiga variabel; yakni kriteria bangunan menurut pengguna (ekspektasi dan harapan
pengguna terhadap bangunan), standar bangunan yang telah ada, serta kondisi kinerja
bangunan. Proses perbandingan ini menggunakan metodologi facet approach
terhadap riset metodologi, riset kuisioner, dan riset desain standar, melalui
metode/tahapan-tahapan evaluasi yang telah dimodifikasi oleh penulis dengan
mengacu pada 2 (dua) literatur yakni Preiser & Vischer, 2005 dan Zamani, 2012.


1.7.1 Tahap 1: strategic planning
Tahap Strategic Planning terdiri dari:
1. Evaluasi/penelitian ini diawali karena munculnya keluhan dari pengguna
sekolah

terhadap

kondisi

bangunan

yang

tidak

dapat

mengakomodasi/berfungsi sesuai kegiatan belajar dan bermain anak (muncul
ketidakpuasan pengguna).
2. Menetapkan tujuan evaluasi, yakni tujuan evaluasi jangka pendek (short

term). Hal ini menyebabkan penelitian tidak difokuskan untuk menghasilkan
hasil evaluasi yang valid; karena sistem BPE pada tujuan tersebut, lebih
menekankan pada proses penyelesaian masalah yang ada.
3. Melakukan kajian awal mengenai hubungan antara desain setiap
setting/ruang dengan jenis kegiatan yang diakomodasi.

28

4. Menetapkan konsep-konsep umum tentang sekolah alam yang akan menjadi
bagian dari indikator penilaian dalam menyelesaikan masalah kepuasan
pengguna. Selanjutnya konsep umum tentang sekolah alam tersebut akan
diinterpretasikan ke dalam karakteristik ruang sesuai standar literatur (Tabel
1.1). Adapun standar literatur diperoleh dari perbandingan antara sekolah
alam, sekolah konvensional dan hasil penelitian terkait objek yang
dievaluasi.
Tabel 1.1 Kerangka Konsep Umum Sistem Pendidikan Sekolah Alam
Karakteristik
Penilaian kegiatan sesuai
Kriteria desain (berdasarkan
sistem pendidikan
konsep alam
standar literatur)
sekolah alam
Sesuai
Tidak Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Based on children
Active Learning
Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2014

1.7.2 Tahap 2: programming
Tahap Programming terdiri dari identifikasi masalah dengan menyaring
informasi/keluhan-keluhan dari pengguna, ke dalam kategori isu-isu dasar atau aspekaspek desain yang mempengaruhi kinerja bangunan (Perkins, 2001 dan Subiyantoro,
2012). Selain itu terdapat tahap mengidentifikasikan kriteria desain bangunan
berdasarkan aspek desain yang telah dikategorikan sebelumnya, melalui survey
kepuasan pengguna (kuisioner dan behavior mapping).

29

1.7.2.1. Kuisioner
Kuisioner dilakukan untuk mengidentifikasi lebih lanjut mengenai
ekspektasi dan harapan pengguna terhadap peningkatan kinerja sekolah (terkait
aspek-aspek desain fisik), melalui modifikasi Kuisioner BPE. Kuisioner ini
merupakan alat ukur dari Evaluasi Kinerja Bangunan International (International
Building Performance Evaluation (IBPE)) (Consortium, 1995, University of
Cincinnati, OH, USA; Preiser & Vischer, 2005). Kerangka pertanyaan dari kuisioner
ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat kualitatif/subjektif, namun dapat
terukur lebih objektif berdasarkan standar desain kinerja bangunan yang ada
(kuantitatif).
Kuisioner dibagikan kepada semua sampel (pengguna sekolah), yakni 6
(enam) guru, 15 orang anak TK (tanpa anak Playgroup, karena anak PG belum
memiliki konsep “suka” atau “tidak suka” (Shaw, 2010) sehingga survey kepuasan
pengguna untuk siswa PG hanya berdasarkan behavior mapping), 19 orang tua siswa,
2 (dua) pihak klien/owner. Namun pada kenyataannya, hanya 10 orang anak TK yang
berhasil diberikan kuisioner, 4 orang tua siswa, dan 1 pihak owner yang juga
merupakan arsitek bangunan sekolah tersebut.
Bentuk kuisioner akan dibedakan berdasarkan pengguna, seperti:
1. Kuisioner untuk anak, berupa bentuk pertanyaan tertutup. Proses
pemberian kuisioner, akan dimodifikasi oleh penulis ke dalam bentuk
kegiatan pembelajaran anak, yakni sentra spasial dan logis matematis.

30

Anak akan diberikan pilihan jawaban (Pilihan A/B) dalam bentuk gambar
dan permainan terhadap beberapa pertanyaan.
2. Kuisioner untuk guru, orang tua siswa dan owner sekolah, akan
dibedakan sesuai kapasitas masing-masing.
Kuisioner BPE ini secara umum berisikan pertanyaan-pertanyaan yang
ditujukan kepada pengguna sekolah berdasarkan: konsep desain sekolah, aspek
kesehatan dan keselamatan, faktor keamanan, eksterior bangunan, interior bangunan,
kegiatan yang berlangsung di sekolah, hubungan antara ruang/area di sekolah,
sirkulasi, penggunaan material, jumlah pengguna dan dimensi ruang, serta
kemampuan bangunan untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
Pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner disusun untuk menghasilkan harapan
dan kebutuhan pengguna terkait aspek-aspek desain fisik yang mempengaruhi kinerja
bangunan sekolah (Tabel 1.2).
Kuisioner BPE dievaluasi berdasarkan 5 (lima) point dengan range
(sangat baik),

(netral),

(sangat buruk). Rating dari skala tersebut

menunjukkan perbandingan tingkat kepuasan pengguna (Walden, 1999; Preiser &
Vischer, 2005).

31

Tabel 1.2 Kisi-kisi Instrumen Kuisioner
Faktor-faktor desain fisik
No. yang mempengaruhi kinerja
Nomor soal pada kuisioner
bangunan sekolah
1.
Kebutuhan Ruang
Owner: 1-6; Guru: 1,2,13,14; Orang tua: 13; Anak: 1,4,5
2.
Layout
Owner: 1-4,6 Guru: 1,2,3,5,6-12,14; Orang
tua: 1-3; Anak: 1,4,5
3.
Furniture
Owner: 1-6; Guru: 1,2,4,5,7-14; Orang tua:
1-3; Anak: 3, 5
4.
Dimensi Ruang
Owner: 1-4,6; Guru: 1,2,4,5,7-12,14; Orang
tua: 1-3; Anak: 1,4,5
5.
Bentuk Bangunan
Owner: 1-4,6; Guru: 2,3,7-12,14; Orang tua:
1-3; Anak: 5
6.
Material
Owner: 1-6; Guru: 2,5,7-12,14; Orang tua:
1-3; Anak: 5
7.
Warna
Owner: 1-4,6; Guru: 5,7-12,14; Orang tua:
1-3; Anak: 2,5
Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2014
1.7.2.2. Behavior mapping
Behavior mapping dilakukan untuk mengidentifikasi lebih lanjut mengenai
kondisi kinerja bangunan yang terjadi (terkait aspek-aspek desain fisik), melalui
survey lapangan untuk mengumpulkan data mengenai bangunan sekolah sesuai
dengan standar dokumen Evaluasi Kinerja Bangunan (Preiser & Vischer, 2005).
Adapun data yang harus dikumpulkan adalah:
1. Informasi klien/pengguna (pihak yang terkait), mengenai:
a. Pernyataan klien mengenai misi, struktur organisasi, dan staf di
sekolah Star International Medan;
b. Program awal bangunan sekolah;
c. Denah bangunan;

32

d. Laporan yang berhubungan dengan sekolah, kegiatan pembelajaran
yang berlangsung di sekolah baik dari rekaman atau laporan tertulis;
e. Laporan perbaikan/pemeliharaan sekolah;
f. Umpan balik lainnya mengenai sekolah.
2. Informasi yang berhubungan dengan bangunan, seperti:
a. Identifikasi penyediaan fasilitas di sekolah;
b. Tinjauan program ruang dan informasi lainnya yang terkait dengan
evaluasi sekolah;
c. Identifikasi penilaian kinerja bangunan sekolah berdasarkan aspek
desain fisik dari standar yang telah ada.

Survey lapangan dilakukan dengan behavior mapping, melalui tahapan:
1. Menentukan jadwal penelitian.
Pengambilan

data

lapangan

dengan

metode

behavior

mapping,

dilaksanakan mulai tanggal 24 Maret sampai dengan 11 April 2014
dengan 3 (tiga) hari yang dipilih untuk dipetakan dalam sistem behavior
mapping.
2. Menentukan desain penelitian, dengan cara:
a. Membagi konteks waktu penelitian menjadi 3 (tiga) waktu sesuai
dengan jadwal kegiatan di kelas yakni dari:

33

i. Kegiatan absensi dan pembelajaran moral, agama, sosial, emosi,
dan kemandirian (masek) yakni dari pukul 08.00/08.30 (jadwal
masuk sekolah) sampai 09.00 WIB;
ii. Kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kurikulum spider
web, yakni dari pukul 09.00 sampai 10.00 WIB;
iii. Kegiatan makan dan kegiatan bebas seperti bermain, yakni dari
pukul 10.00 sampai 11.00/11.30 WIB (jadwal pulang sekolah).
b. Melakukan tahapan pemetaan (mapping) dengan cara: pengkoodean
kegiatan

yang

dilakukan

pada

ruang-ruang/area

di

sekolah.

Pengkodean tersebut digambarkan pada tiap setting ruang/area di
sekolah, sehingga terlihat kegiatan yang dominan dan efektif untuk
dilakukan dalam setting tersebut. Kode perilaku disusun berdasarkan
kegiatan belajar/bermain anak (Gambar 1.1) (Van Hoorn, Nourot,
Scales, and Alward (2005); NAEYC, 2009).
Gangguan dari pihak luar

Bermain berkelompok

Mencuci tangan

Makan

Menonton TV

Lari

Mewarna/menulis

Duduk/sambil mendengar cerita

Kegiatan di alam, seperti: menangkap hewan

Menari

Memanjat

Bermain lego

Membuat kreativitas

Berganti baju

Bermain sendiri

Gambar 1.1 Pengkodean Kegiatan dalam Behavior Mapping
Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2014

34

Tahap terakhir dari programming adalah analisa kriteria desain bangunan,
dengan membandingkan hasil survey kepuasan pengguna (hasil kuisioner dan hasil
behavior mapping) terhadap interpretasi ruang sesuai karakteristik sekolah alam. Oleh
sebab itu hasil dari evaluasi ini merupakan kesimpulan konkret tentang penilaian
kinerja bangunan berdasarkan standar desain fisik ruang kelas dan tingkat kepuasan
penggunanya (Tabel 1.3).

6 (enam)
aspek desain

Tabel 1.3 Kerangka Hasil Analisa
Variabel
Hasil
Hasil
Interpretasi desain
terukur kuisioner BM
ruang berdasarkan
sekolah alam

Kriteria
konsep

Layout
Furniture
Dimensi
ruang
Bentuk
bangunan
Material
Warna
Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2014

Analisa hasil kuisioner dilakukan: secara kuantitatif (membuat rekapitulasi
jawaban kuisioner, dan melakukan penilaian tingkat kepuasan pengguna sekolah atas
setiap aspek pertanyaan); secara kualitatif (melakukan analisis terhadap nilai
puas/baik dari pengguna sekolah; menarik kesimpulan (berupa kriteria konsep).
Analisa hasil BM: dengan melakukan pengamatan langsung berdasarkan variabel
terukur dari 6 (enam) aspek desain yang mempengaruhi kinerja bangunan. Penilaian

35

ini diperoleh dengan melihat pola hubungan antara sifat konflik dan desain fisik
ruang.

1.7.3 Tahap 3: desain
Setelah memperoleh kesimpulan pada tahap analisa, maka dapat diambil
rekomendasi berupa konsep-konsep terkait aspek-aspek desain untuk meningkatkan
kinerja bangunan sekolah, berupa konsep layout bangunan, konsep furniture, konsep
dimensi ruang, konsep bentuk bangunan, konsep penggunaan material bangunan, dan
konsep pemilihan warna. Metodologi Evaluasi Kinerja Bangunan (BPE) sekolah Star
International Medan ini dapat dibuat menjadi suatu kerangka pemikiran (Gambar
1.2).

Gambar 1.2 Diagram Metodologi Evaluasi Kinerja Bangunan di Sekolah Alam
Star International Medan
Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2014

36

1.8 Kerangka Penelitian
Kerangka dasar penelitian dipengaruhi oleh tahap Evaluasi Kinerja Bangunan
(Tahapan BPE) (Gambar 1.3). Proses BPE dimulai dari munculnya keluhan pengguna
yang menjadi latar belakang penelitian, penetapan tujuan, dan konsep umum sekolah
alam (tahapan Strategic Planning), menyaring informasi berupa keluhan pengguna
tersebut kedalam kategori aspek desain yang akan diteliti, mengidentifikasikan dan
menganalisa kriteria desain (tahapan Programming), membuat konsep desain
berdasarkan hasil analisa (tahapan Desain), dan menguji kriteria desain.

Gambar 1.3 Diagram Kerangka Dasar Penelitian
Sumber : Hasil Olah Data Primer, 2014

37

1.9 Sistematika Penulisan Tesis
Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN; berisi latar belakang, alasan pemilihan topik, rumusan
masalah, tujuan, manfaat, produk evaluasi, metodologi, kerangka berpikir, dan
sistematika penulisan penelitian tentang Evaluasi Kinerja Bangunan sekolah alam
Star International Medan.
BAB II LANDASAN TEORITIS EVALUASI KINERJA BANGUNAN; berisi
pendekatan teoritis mengenai: sistem evaluasi kinerja bangunan (BPE), fase BPE,
tujuan BPE, variabel BPE (harapan/kebutuhan dan tujuan pengguna, kondisi faktual
kinerja yang terjadi, dan standar kinerja bangunan), survey tingkat kepuasan
pengguna (melalui pengamatan langsung (kuisioner dan behavior mapping).
BAB III EVALUASI KINERJA BANGUNAN (BPE) SEKOLAH ALAM STAR
INTERNATIONAL MEDAN; berisi rencana strategis mengenai: tujuan evaluasi,
hubungan antara setting/ruang dan jenis kegiatan, konsep sekolah alam berdasarkan
standar literatur (sekolah alam, sekolah konvensional, dan standar sekolah PG dan TK
menurut para ahli); program evaluasi mengenai: identifikasi masalah dan analisa
kriteria desain
BAB IV ANALISIS KRITERIA DESAIN BANGUNAN SEKOLAH ALAM STAR
INTERNATIONAL MEDAN; berisi analisa perbandingan indikator penilaian antara
tingkat kepuasan pengguna (hasil kuisioner dan behavior mapping), dan interpretasi
desain ruang berdasarkan karakteristik sekolah alam.

38

BAB V KONSEP SEKOLAH ALAM STAR INTERNATIONAL MEDAN; berisi
kriteria desain sekolah yang memiliki tingkat kinerja yang tinggi.
BAB

VI

RUMUSAN

KRITERIA

DESAIN

SEKOLAH

ALAM

STAR

INTERNATIONAL MEDAN; berisi asumsi/hipotesa peneliti untuk menghasilkan
kriteria-kriteria desain sekolah dengan tingkat kinerja yang tinggi.
BAB VII PENERAPAN KRITERIA DESAIN SEKOLAH ALAM STAR
INTERNATIONAL MEDAN; berisi rancangan penerapan konsep pada sekolah agar
memiliki tingkat kinerja yang tinggi.
BAB VIII EVALUASI AKHIR DAN REKOMENDASI; berisi evaluasi akhir dan
rekomendasi dari peneliti terhadap konsep desain sekolah dengan tingkat kinerja yang
tinggi.
BAB IX KESIMPULAN; berisi kesimpulan dari Evaluasi Kinerja Bangunan sekolah
alam Star International Medan
DAFTAR PUSTAKA; berisi sumber pustaka yang menjadi acuan dalam tesis ini.
LAMPIRAN; berisi hasil pengumpulan data kuisioner dan behavior mapping.