POLA SPASIAL DAN BUDAYA MINANG DALAM MER

POLA SPASIAL DAN BUDAYA MINANG DALAM MERANTAU KE JAKARTA
DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

UNIVERSITAS INDONESIA

Mata Kuliah
Metode Kualitatif

Disusun oleh:
Ella Marlena, 1306397646

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN GEOGRAFI
DEPOK
2015

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Migrasi adalah salah satu cara yang dilakukan oleh seseorang untuk menuju suatu
tempat yang dituju. Migrasi bersifat permanen dan non permanen. Migrasi yang dilakukan
seseorang dari tempat asal ke suatu tempat dilatar belakangi dengan berbagai faktor

diantaranya faktor ekonomi, pendidikan, keluarga, dan lain-lain agar mengalami perubahan
yang lebih baik. Merantau merupakan hal yang banyak dilakukan oleh orang yang berada diluar
Jakarta untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. Merantau merupakan isilah yang
terkenal di budaya Minang untuk seorang laki-laki dalam menemukan jatidirnya. Merantau
menjadi sesuatu hal yang ditekankan oleh budaya Minang agar seseorang menjadi lebih baik
dan melihat daearah luar seperti kota Jakarta.
Pola yang terbentuk oleh suku Minang dapat diamati dengan adanya komunitas,
organisasi, Paguyuban Minang disuatu tempat. Pola tersbut didasari dari kuatnya budaya
sesama orang Minang dalam bersosialisasi sehingga terbentuk perkumpulan Minang di Jakarta.
Jakarta merupakan ibukota dengan banyak jumlah pendatang baru dari berbagai suku salah
satunya adalah suku Minang. Jakarta dijadikan alasan seseorang untuk mencari kehidupan yang
lebih baik seperti melanjutkan pendidikan, berdagang, bekerja dan sebagainya. yang menjadi
permasalahan adalah ketidakberhasilan seseorang dalam merantau sehingga mengaharuskan
seseorang benar-benar menemukan ruang yang cocok sehingga mampu mendukung
keberhasilan dalam bekerja maupun berdagang.
1.2 Pertanyaan Penelitian
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi orang Minang Merantau ke DKI Jakarta ?
2. Bagaimana Pola spasial dan budaya orang Minang dalam merantau ke DKI Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi orang Minang Merantau ke Dki Jakarta.
2. Mendeskripsikan kebudayaan Minang yang terbentuk di Dki Jakarta.
3. Menjelaskan Aktivitas yang dilakukan oleh perantau selama di Jakarta.
3. Memetakan pola spasial yang dilakukan orang Minang dalam merantau ke DKI Jakarta.
4. Menjelaskan Keterkaitan antar ruang yang terbentuk.

BAB II. KAJIAN KEPUSTAKAAN TEORI
2.1 Migrasi
Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan
migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah
tersebut. Tujuan utama migrasi adalah meningkatkan taraf hidup migran dan keluarganya,
sehingga umumnya mereka mencari pekerjaan yang dapat memberikan pendapatan dan status
sosial yang lebih tinggi di daerah tujuan (Tjiptoherijanto, 2000). Sejalan dengan definisi
tersebut, Martin (2003) menyatakan migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke
daerah lain, yang terjadi karena adanya perbedaan kondisi kedua daerah tersebut. Perbedaan
terbesar yang mendorong terjadinya migrasi adalah kondisi ekonomi dan non ekonomi.
Berdasarkan pengelompokannya, maka faktor yang mendorong migran untuk migrasi
dibedakan dalam tiga kategori, yaitu faktor demand pull, supply push dan network. Faktor
demand pull terjadi jika ada permintaan tenaga kerja dari daerah tujuan, seperti tenaga kerja

Meksiko yang direkrut untuk bekerja pada sektor pertanian di Amerika. Faktor supply push
terjadi jika tenaga kerja sudah tidak mungkin lagi memperoleh pekerjaan di daerahnya sendiri,
sehingga mendorong mereka untuk migrasi ke daerah lain. Network factor merupakan faktor
yang dapat memberi informasi bagi migran dalam mengambil keputusan untuk migrasi.
Menurut Osaki (2003) migrasi penduduk terjadi karena adanya keperluan tenaga kerja
yang bersifat hakiki (intrinsic labor demand) pada masyarakat industri modern. Pernyataan ini
merupakan salah satu aliran yang menganalisis keinginan seseorang melakukan migrasi yang
disebut dengan dual labor market theory. Menurut aliran ini, migrasi terjadi karena adanya
keperluan tenaga kerja tertentu pada daerah atau negara yang telah maju. Oleh karena itu
migrasi bukan hanya terjadi karena push factors yang ada pada daerah asal tetapi juga adanya
pull factors pada daerah tujuan. Aliran new economics of migration, beranggapan migrasi
penduduk tidak hanya berkaitan dengan pasar kerja saja, tetapi berkaitan juga dengan
keputusan lingkungan terdekat migran, terutama keluarganya. Berbeda dengan keputusan
individu, keputusan keluarga lebih mampu menangani resiko dalam rumah tangga pada saat
migrasi dilakukan, yaitu melalui diversifikasi alokasi sumber daya yang mereka miliki, seperti
alokasi tenaga kerja keluarga. Beberapa anggota keluarga tetap berada di daerah asal,
sementara yang lain bekerja di daerah atau negara lain. Alokasi tersebut merupakan upaya
untuk meminimalkan resiko kegagalan yang dapat terjadi akibat migrasi. Selain itu, jika pasar
kerja lokal tidak memungkinkan anggota keluarga yang berada di daerah asal memperoleh
penghasilan yang memadai, maka pengiriman uang (remittances) yang dikirim oleh anggota


keluarga yang bekerja di luar daerah atau luar negara dapat membantu ekonomi rumah tangga
(Stark, 1991).
Menurut Todaro (1998) migrasi internal sebagai proses alamiah yang menyalurkan
surplus tenaga kerja di daerah pedesaan ke sektor industri modern di kota yang daya serap
tenaga kerjanya lebih tinggi. Proses ini dipandang positif secara sosial, karena memungkinkan
berlangsungnya suatu pergeseran sumberdaya manusia dari lokasi yang produk marjinal
sosialnya nol ke lokasi yang produk marjinal sosialnya bukan hanya positif tetapi juga akan
terus meningkat sehubungan dengan adanya akumulasi modal dan kemajuan teknologi.
Berdasarkan teori-teori tersebut terlihat bahwa tujuan utama migrasi adalah meningkatkan taraf
hidup migran dan keluarganya, sehingga masalah migrasi masih dipandang sebagai suatu hal
yang positif dalam pembangunan ekonomi. Fakta yang terjadi di negara berkembang berbeda
dengan pandangan tersebut, dimana arus migrasi tenaga kerja dari pedesaan yang umumnya
bekerja pada sektor pertanian jauh melampaui tingkat penciptaan atau penambahan lapangan
pekerjaan khususnya sektor industri atau jasa-jasa layanan sosial di perkotaan.
2.2 Merantau
Merantau adalah perginya seseorang dari tempat asal dimana ia ia tumbuh besar ke
wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman. Banyak faktor yang
mendorong orang-orang untuk pergi dari tempat asal atau kelahirannya menuju tempat lain.
Diantaranya faktor tradisi atau budaya dari suatu kelompok etnis, juga ada faktor ekonomi,

pendidikan dan faktor peperangan. Ramainya Bandar Malaka pada abad 15 dan 16
mengakibatkan Malaka jadi tujuan perantauan dari bermacam etnis di Nusantara. Sampai saat
ini keturunan dari para perantau itu masih teridentifikasi dengan jelas. Di Malaka dan
sekitarnya bahkan di wilayah lainnya di Malaysia bisa ditemukan komunitas
keturunan Minangkabau, Jawa, Banjar, Bawean(di Malaka lazim disebut orang Boyan) dan
etnis-etnis lainnya dari Nusantara. Karena pada masa itu Malaka adalah pusat perdagangan,
maka bisa dipahami bahwa faktor ekonomilah yang mendorong orang-orang untuk merantau
ke Malaka.
Pada abad-abad sebelumnya, pelabuhan Barus juga pernah menjadi pusat perdagangan.
Pada awalnya perdagangan di Barus didominasi oleh orang-orang Tamil dari India, yang
menjadikan Barus semacam koloni India untuk menguasai perdagangan hasil-hasil alam
dari Sumatera dan Nusantara pada umumnya. Dominasi Tamil terhadap perdagangan di Barus
baru bisa dipatahkan oleh pedagang Minangkabau sekitar abad 14 dan 15 dengan dukungan
kerajaan Pagaruyung. Barus juga sudah jadi tujuan perantauan dari etnis lain di nusantara
sebelum adanya Bandar Malaka.
Pada masa-masa berikutnya Timur Tengah juga menjadi tujuan perantauan bagi orangorang dari Nusantara. Banyak orang-orang dari berbagai etnis merantau menuntut ilmu agama,

yang dikemudian hari menjadi ulama-ulama besar di tanah air. Pada masa
kolonial, Belanda juga jadi tujuan perantauan bagi pelajar-pelajar Hindia Belanda. Tidak
sedikit di antara mereka akhirnya menjadi orang-orang terdepan dalam perjuangan

kemerdekaan Indonesia. Dalam hal ini tentu kita pahami faktor pendidikanlah yang mendorong
orang pergi merantau.
Saat ini, pada zaman globalisasi, tujuan perantauan bagi orang-orang Indonesia sudah
sangat beragam. Untuk tujuan pendidikan maupun ekonomi orang bisa pergi atau merantau
kemana saja di bagian dunia ini. Tidak sedikit orang-orang Indonesia yang merantau
ke Malaysia, Australia, Eropa bahkan Amerika Serikat dengan berbagai macam tujuan dan
motivasinya.
Mengenai aspek perantauan dalam negeri, pembangunan yang tidak merata dan lebih
terpusat di kota-kota besar, membuat banyak orang Indonesia dari berbagai etnis pergi
merantau terutama ke pulau Jawa untuk mencari pekerjaan atau pendidikan yang lebih baik.
Para perantau ini, terutama yang beragama Islam, memiliki tradisi untuk mudiksetiap tahun
untuk merayakan lebaran. Hal ini dapat diamati dari kenaikan arus penumpang sistem
transportasi umum.

2.3 Budaya Minang
Minangkabau atau disingkat Minang merujuk pada entitas kultural dan geografis yang
ditandai dengan penggunaan bahasa,adat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, dan
identitas agama Islam. Secara geografis, Minangkabau meliputi daratan Sumatera Barat,
separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara,
barat daya Aceh, dan Negeri Sembilan di Malaysia.Dalam percakapan awam, orang Minang

seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk pada nama ibu kota provinsi Sumatera
Barat Kota Padang. Namun, mereka biasanya akan menyebut kelompoknya dengan
sebutan urang awak, bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.
Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu
rumpun Melayu yang tumbuh dan besar karena sistem monarki serta menganut sistem adat
yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal,walaupun
budayanya sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam. Thomas Stamford Raffles, setelah
melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung,
menyatakan bahwa Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kelak
penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur.
Masyarakat Minang bertahan sebagai penganut matrilineal terbesar di dunia. Selain itu, etnis
ini telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan
adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau
tertuang dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (Adat bersendikan
hukum, hukum bersendikan Al-Qur'an) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.

Orang Minangkabau sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan
intelektual. Mereka merupakan pewaris dari tradisi lama Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang
gemar berdagang dan dinamis. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini
berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar,

sepertiJakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya.

2.4 Pendidikan
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat
imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan
mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran
dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan
tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Menurut Syah dalam Chandra (2009: 33) dikatakan bahwa pendidikan berasal dari kata
dasar “didik” yang mempunyai arti memelihara dan memberi latihan. Kedua hal tersebut
memerlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan tentang kecerdasan pikiran. Pengertian
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dengan melihat

definisi tersebut, sebagian orang mengartikan bahwa pendidikan adalah pengajaran karena
pendidikan pada umumnya membutuhkan pengajaran dan setiap orang berkewajiban mendidik.
Secara sempit mengajar adalah kegiatan secara formal menyampaikan materi pelajaran
sehingga peserta didik menguasai materi ajar. Tujuan pendidikan itu juga ditanamkan sejak
manusia masih dalam kandungan, lahir, hingga dewasa yang sesuai dengan perkembangan
dirinya. Ketika masih kecil pun pendidikan sudah dituangkan dalam UU 20 Sisdiknas 2003,
yaitu disebutkan bahwa pada pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan
kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik (Depdiknas
2003: 11).


BAB III. METODE PENELITIAN

3. 1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah memahami semua verbatim yang sudah disajikan
serta dilakukan tinjauan pustaka untuk merujuk terhadap teori yang berkaitan dengan topik
yang di teliti.

3.2 Jenis Penelitian

Metode Kualitatif yang disajikan berdasarkan hasil dari berbagai informan yang memiliki
syarat-syarat tertentu sesuai dengan penelitian yang diteliti. Syarat yang disajiakan adalah
orang asli minang yang melakukan perantauan ke DKI Jakarta dan memiliki keluarga di
Jakarta.

BAB IV. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

4.1 Pemilihan tema


Pembahasan 1 : Alasan merantau ke DKI Jakarta
A1 : Melanjutkan Pendidikan seperti sekolah dan Kuliah.
A2 : Ajakan teman atau saudara di Jakarta.
A3 : Mencari pengalaman
A4 : Berdagang dan berkerja

Pembahsan 2 : Kebudayaan Minang di Jakarta
B1 : Membeli rumah atas nama Istri
B2 : Ruang Sholat memiliki gaya ala Minang
B3 : Menampung Keluarga asal Minang yang ingin menetap sementara
B4 : Tergabung dalam koperasi, arisan, ikatan Minang, Paguyuban Minang dan Perkumpulan
Minang yang tinggal di DKI Jakarta.
B5 : Merantau bagi laki-laki

Pembahasan 3 : Tingkat Pendidikan perantau yang datang ke DKI Jakarta
C1 : Tidak Sekolah
C2 : SMP
C3 : SMA/SMK
C4 : Sarjana

Pembahasan 4 : Profesi para perantau Minang selama di DKI Jakarta
D1 : Wiraswata atau Pedagang
D2 : Dosen
D3 : PNS
D4 : Birokrat

D5 : Buruh ( Kenek, Bangunan, Pelabuhan, Pengiriman dll)

Pembahasan 5 : Daerah tempat tujuan orang minang
E1 : Pekanbaru
E2 : Bangka Belitung
E3 : Jakarta
E4 : Sabang – Merauke
E5 : Jogjakarta
E6 : Singapore
E7 : Malaysia

Pembahasan 6 : Pergerakan ruang perantau selama di DKI Jakarta dalam menetap
F1 : Area Pejompongan 7 kali pindah dalam lingkup area yang sama – Tanah Abang
F2 : Pasar benhil – Karet – Tanah Abang
F3 : Setiabudi – Perumnas Klender – PIK, Jatinegara
F4 : Manggrai – Pasar Rumput – Pasar Petojo Hilir – Cibubur – PIK, Jatinegara.
F5 : Cipete – Cijantung – Purwakarta – Pelabuhan Tanjung Priuk ( Sabang – Merauke) –
Tanah Abang, Jakpus.
F6 : Kebon Kacamg – Manggarai – Cipinang Muara
F7 : Manggarai – Cipinang Muara – Pondok Kopi
F8 : Bekasi – Rawamangun – Cipinang Timur

P1

P2

P3

P4

P5

P6

A1

B1

C1

D1

E1

F1

A2

B2

C2

D2

E2

F2

A3

B3

C3

D3

E3

F3

A4

B4

C4

D4

E4

F4

D5

E5

F5

E6

F6

E7

F7
F8

Tema 1 : Karakteristik perantau Minang yang memiliki background pendidikan tidak
sarjana (A2, A3, A4, B3, B4, B5, C1, C2, C3, D1, D5, E1, E3, E4, E6, E7)
2. Ajakan teman atau saudara di Jakarta.
3. Mencari pengalaman
4. Berdagang dan berkerja

4. Tergabung dalam koperasi, arisan, ikatan Minang, Paguyuban
Minang dan Perkumpulan Minang yang tinggal di DKI Jakarta.
5. Merantau bagi laki-laki

Tema 1

1. Tidak Sekolah
2. SMP
3. SMA/SMK
1. Wiraswasta dan Pedagang
5. Buruh ( Kenek, Bangunan, Pelabuhan, Pengiriman dll)
Pekanbaru, Jakarta, Sabang-Merauke, Singapore dan Malaysia

Berdasarkan beberapa subtema diatas akan menjelaskan bagaimana karakteristik perantau
Minang yang berada di DKI Jakarta dengan Background pendidikan tidak Sarjana. Pendidikan
seseorang akan berdampak kepada kehidupan seseorang di masa depan. Perantau Minang yang
dilatarbelakangi pendidikan tidak Sekolah, SD, SMP, SMA/SMK berhubungan dengan
pekerjaan yang digeluti seseorang. Khususnya perantau dari Minang yang melakukan migrasi
dari satu daerah ke kota DKI Jakarta. Profesi yang digeluti oleh perantau antara lain pedagang,
wiraswasta dan buruh. Daerah yang menjadi tujuan orang Minang adalah Pekanbaru, Jakarta,
Sabang-Merauke, Singapore dan Malaysia. Sedangkan budaya yang terbentuk oleh para
perantau Minang yakni tergabung dalam koperasi, arisan, ikatan Minang, Paguyuban Minang
dan mengikuti Perkumpulan Minang yang tinggal di DKI Jakarta. Selain itu merantau bagi
laki-laki masih menjadi budaya di Minang dalam menemukan jatidiri.
Tema 2 : Karakteristik perantau Minang yang memiliki background pendidikan hingga
Sarjana (A1, B1, B2, B4, C4, D2, D3, D4, E2, E3, E5)

1. Untuk melanjutkan sekolah dan Kuliah

4. Tergabung dalam koperasi, arisan, ikatan Minang, Paguyuban
Minang dan Perkumpulan Minang yang tinggal di DKI Jakarta.
5. Merantau bagi laki-laki

Tema 2

4. Sarjana
2. Dosen
3. PNS
4. Birokrat
Bangka Belitung, Jakarta, Jogjakarta

Beradasarkan tema diatas akan menggambarkan karakteristik perantau asal Minang yang
melakukan misgrasi ke Kota Jakarta dengan latar belakang pendidikan Sarjana. Alasan
Perantau tersebut memiliki kemauan yang kuat untuk mencari ilmu atau melanjutkan
sekolah/Kuliah, hal tersebut. Profesi yang digeluti oleh perantau Minang dengan pendidikan
sarjana antara lain Dosen, PNS, Birokrat dan lain-lain sedangkan tempat yang dijadikan daerah
tujuan dalam merantau adala Bangka Belitung, Jakarta, Jogjakarta. Dengan demikian maka
budaya yang terbentuk para perantau minang tergabung dalam koperasi, arisan, ikatan Minang,

Paguyuban Minang dan Perkumpulan Minang yang tinggal di DKI Jakarta dan Merantau bagi
laki-laki masih di pertanahkan.
Tema 3 : Pola Spasial yang terbentuk dari budaya Minang dalam memandang suatu
lokasi berdasarkan pendidikan tidak Sarjana. (C1, C2, C3, D1, D5, E1, E3, E4, E6, E7,
F1, F2, F3, F4, F5)

1. Tidak Sekolah
2. SMP
3. SMA/SMK
1. Wiraswasta dan Pedagang
5. Buruh ( Kenek, Bangunan, Pelabuhan, Pengiriman dll)

Tema 3

Pekanbaru, Jakarta, Sabang-Merauke, Singapore dan Malaysia
1. Area Pejompongan 7 kali pindah dalam lingkup area yang sama – Tanah Abang
2. Pasar benhil – Karet – Tanah Abang
3. Setiabudi – Perumnas Klender – PIK, Jatinegara
4. Manggrai – Pasar Rumput – Pasar Petojo Hilir – Cibubur – PIK, Jatinegara.
5. Cipete – Cijantung – Purwakarta – Pelabuhan Tanjung Priuk ( Sabang – Merauke) –
Tanah Abang, Jakpus.

Berdasarkan tema diatas untuk menggambarkan pola spasial yang terbentuk dari budaya
minang dalam memandang suatu lokasi berdasarkan latar belakang pendidikan tidak Sarjana.
Pola Spasial yang terbentuk dapat dilihat dari tempat tinggal perantau tersebut dan pendidikan
yang telah ditempuh perantau dengan pendidikan tidak sekolah, SMP, SMA/SMK. Membentuk
pola profesi diantara nya adalah pedagang atau wiraswasta dan buruh. Sehingga dalam mencari
suatu lokasi memilih tempat di Pekanbaru, Jakarta, Sabang-Merauke, Singapore dan Malaysia
karena tidak terlalu jauh dengan lokasi asal. Dalam menetap lebih bervaritif dan tersebar di
kota DKI Jakarta. Perantau Minang ini lebih memilih untuk hidup menumpang kepada teman
atau saudara yang memiliki pengalaman di DKI Jakarta sebelumnya. Dalam menetap pun
masih berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Berikut adalah lokasi-lokasi yang
menjadi tempat tinggal perantau Minang di Jakarta.
1. Area Pejompongan 7 kali pindah dalam lingkup area yang sama – Tanah Abang
2. Pasar benhil – Karet – Tanah Abang

3. Setiabudi – Perumnas Klender – PIK, Jatinegara
4. Manggrai – Pasar Rumput – Pasar Petojo Hilir – Cibubur – PIK, Jatinegara.
5. Cipete – Cijantung – Purwakarta – Pelabuhan Tanjung Priuk ( Sabang – Merauke) –
Tanah Abang, Jakpus.
Tema 4 : Pola Spasial yang terbentuk dari budaya Minang dalam memandang suatu
lokasi berdasarkan pendidikan hingga sarjana. (C4, D2, D3, D4, E1, E3, E5, F6, F7)

4. Sarjana

Tema 4

2. Dosen
3. PNS
4. Birokrat
Bangka Belitung, Jakarta, Jogjakarta
6. Kebon Kacamg – Manggarai – Cipinang Muara
7. Manggarai – Cipinang Muara – Pondok Kopi
8. Bekasi – Rawamangun – Cipinang Timur

Berdasarkan tema diatas untuk menggambarkan pola spasial yang terbentuk dari budaya
minang dalam memandang suatu lokasi berdasarkan latar belakang pendidikan Sarjana. Pola
Spasial yang terbentuk dapat dilihat dari tempat tinggal perantau tersebut dilihat dari
pendidikan yang ditempuh hingga Sarjana S1 hingga S3.dalam hal tersebut membentuk pola
profesi diantara nya adalah Dose, PNS, Birokrat. Sehingga dalam mencari suatu lokasi memilih
tempat di Bangka Belitung, Jakarta dan Jogjakarta karena untuk meinimba ilmu. Namun, dalam
menetap di kota DKI Jakarta Perantau Minang ini lebih memilih untuk hidup menumpang
kepada teman atau saudara yang memiliki pengalaman di DKI Jakarta sebelumnya. Dalam
menetap pun masih berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Berikut adalah lokasilokasi yang menjadi tempat tinggal perantau Minang di Jakarta antara lain :
1. Kebon Kacamg – Manggarai – Cipinang Muara
2. Manggarai – Cipinang Muara – Pondok Kopi
3. Bekasi – Rawamangun – Cipinang Timur
Relasi Antar Tema

Analisis

Karakteristik perantau Minang yang memiliki background pendidikan tidak sarjana
memiliki kecenderungan melakukuan migrasi didasari dengan untuk mencari pengalaman,
untuk berdagang, dan ajakan teman atau saudara didaerah tujuan. Hal-hal yang biasanya di
lakukan perantau adalah berdagang atau menjadi buruh seperti buruh angkut barang, buruh
bangunan, buruh pelabuhan dan lain-lain nya. Hal tersebut karena belum adanya pengalaman
dan keterampilan yang dimiliki oleh perantau sehingga semua kegiatan dilakukan untuk
memenuhui kebutuhan sehari-hari di daerah tujuan. Untuk tempat tinggal biasanya numpang
di rumah teman atau saudara didaerah tujuan.
Kegiatan berdagang membuat seseorang memilih tempat yang ramai baisanya tempat
yang dijadikan tempat untuk berjualan ialah pasar-pasar di Jakarta untuk memudahkan menjual
barang dagangan. Berbeda dengan buruh bangunan dan buruh angkut di pelabuhan yang harus
mengikuti tempat yang sedang dilakukan pembangunan atau proyek dan untuk pelabuhan harus
siap untuk mengunjungi pelabuhan lain di berbagai tempat di Indonesia. Tak Jarang
perdangangan yang dilakukan tidak mengindahkan peraturan yang ada seperti barang black
market yang diperjualbelikan dan diperoleh dari Negara tetangga seperti Singapore dan
Malaysia. Hal tersebut dilakukan karena tuntukan ekonomi dan latar pendidikan yang rendah
sehingga melakukan berbagai cara untuk tetap bertahan hidup. Budaya Minang adalah laki-laki
melakukan perantauan untuk menemuakn jatidiri agar bisa menjadi orang yang beguna dan
banyak belajar ddaerah luar.
Sedangkan untuk karakteristik perantau dengan latar belakang pemdidikan yang tinggi
memiliki alasan merantau adalah untuk melanjutkan sekolah atau kuliah di daerah Jakarta dan
Jogjakarta yang terdapat Universitas Negeri yang menjadikan tujuan menimba ilmu. Kegiatan
yang dilakukan berbeda dengan perantau yang tidak melanjutkan studi hingga jenjang Sarjana.
Kegiatan nya adalah belajar dan bekerja. Pekerjaan nya antara lain PNS, Birokrat, Eselon, dan
Dosen. dalam hal tersebut kegiatan yang dilakukan para perantau Minang adalah mengikuti
organisasi atau Ikatan orang Minang. Sehingga dapat mengetahui dimana saja persebaran orang
Minang yang terdapat di Jakarta khususnya didaerah tempat tinggalnya. Perantau Minang pada
umumny adalah laki-laki sehingga ketika menkah dengan seorang wanita menurut kebudayaan
Minang tanah dan rumah nya adalah kepemilikan untuk wanita atau istri baik istri berasal dari
suku Minang ataupun bukan. Kemudian dalam menyusun rumah wanita berperan penting
karena pada kebudayaan Minang rumah adalah kepemilikan istri dan tanggungjawab seorang
istri untuk mengantur rumah tangga didalam sedangkan suami mengurusi diluar rumah.
Kebudayaan Minang pun yang masih diterapkan di Jakarta adalah gaya pembangunan

Musholla atau tempat ibadah yang memiliki corak atau tata letak tersendiri berdasarkan adat
Minang.
Pola Spasial yang terbentuk dari budaya Minang dalam memandang suatu lokasi berdasarkan
pendidikan hingga sarjana dan tidak sarjana. Di Jakarta para perantau memiliki peregerakan
yang berpola berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh. Perantau yang tidak sarjana
memilih lokasai tersebut berdasarkan kebutuhan pasar karena banyak yang berprofesi sebagai
pedagang maka lokasi yang dipilih meliputi Tanah Abang, Pasar benhil, Pasar Karet, Perumnas
Klender, PIK (Perkampungan Industri Kecil), Manggrai, Pasar Rumput, Pasar Petojo Hilir.
Memilih lokasi tersebut karena agar dekat berjualan antara rumah dan lokasi berdagang.
Sedangkan berbeda dengan buruh yang lebih memiliki mobilitas yang tinggi karena mengikuti
perpindahan proyek bangunan, kapal dan buruh lainya. Salah satu kasusnya adalah perpindahan
dari Cipete – Cijantung – Purwakarta – Pelabuhan Tanjung Priuk ( Sabang – Merauke) – Tanah
Abang, Jakpus. Ketika merasa sudah cukup untuk mengumpulkan modal maka memilih untuk
berjualan di pasar. Dibandingkan untuk berpindah-pindah atau bekerja kepada orang lain
menjadi buruh bangunan atau jasa antar dari satu pulau ke pulau yang lain. Sehingga memilih
tempat untuk menetap di tanah abang karena banyak yang dipertimbangkan seperti keluarga,
istri dan anak dan memulai membuka usaha sendiri dari modal yang terkumpul.

Gambar 4.1 Pejompongan.

Gambar 4.2 Pasar Bendung Hilir dan Pasar Karet

Gambar 4.3 Pasar Karet ke PIK (Perkampungan Industri Kecil), Cakung

Gambar 4.4 Pasar Manggarai
Sedangkan perantau yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi memilih
tempat untuk tinggal dekat dengan kantor tempat bekerja. Berikut adalah tempat yang dipilih
perantau di Jakarta: Kebon Kacang, Manggarai, Cipinang Muara, Pondok Kopi, Rawamangun
dan Cipinang Timur lokasi tersebut dekat dengan kampus Salemba, Jakarta Pusat dan kampus

IKIP atau UNJ yang terletak di rawamangun. Hal tersebut karena didasari agar tidak jauh dalam
meimba ilmu dan bekerja sebagai Dosen. pergerakan nya lebih sedikit dalam hal berpindah
tempat tinggal bandingkan dengan orang yang bependidikan tidak sarjana.

Gambar 4.5 Rawamangun

Gambar 4.6 Manggarai

Gambar 4.7 Cipinang Muara

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan karakteristik perantau Minang yang dilihat dari latar belakang pendidikan
mempengaruhi aktivitas dan profesi yang digeluti. Namun semua tetap membawa nuansa
Minang ke tempat tujuan, membawa adat istiadat yang tidak luntur karena adanya persatuan
dan ikatan Minang di Jakarta. Hal tersebut dapat dilihat dari alasan merantau ke Jakarta. Yang
menjadi daerah tujuan Jakarta dan Jogjakarta adalah yang memilih untuk kuliah dan menimba
ilmu sedangkan yang berasalan untuk berdagang dan merantau maka tempat yang dituju di
Jakarta adalah Pasar-Pasar yang memabantu menopang kehidupan. Pola spasial yang terbentuk
adalah orang yang sarjana memilih lokasi dengan kampus atau tempat bekerja di Kantor
sedangkan pedagang memilih loksi dekat dengan pasar atau komplek perdagangan yang berada
di PIK, Cakung. Sedangkan melihat frekuensi menetap orang yang sarjana akan memiliki
mobilitas yang rendah dalam bertempat tinggal berbeda dengan pedagang yang harus pandai
mengikuti ramai tidak nya suatu tempat untuk menunjang pekerjaan nya, sehingga monilitas
untuk berpindah lebih besar hingga 5-7 berpindah.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Safrida,
Disertasi
Migrasi
internal
dan
internasional
dalam
perekonomian .
http://www.damandiri.or.id/file/safridaipbbab1.pdf diakses pada tanggal 20 Desember 2015.
Naim, Muchtar. "Merantau : Minangkabau Voluntary Migration", Disertasi Ph.D, Singapore : Faculty of
Arts and Social Sciences University of Singapore.1974.

Naim, Mochtar, "Merantau : Pola Migrasi Suku Bangsa Minangkabau". Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 1979
De Jong, P.E de Josselin (1960). Minangkabau and Negeri Sembilan: Socio-Political Structure in Indonesia . Jakarta:
Bhartara.
Navis, A.A. (1984). Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau . Jakarta: Grafiti Pers.
Kingsbury, D.; Aveling, H. (2003). Autonomy and Disintegration in Indonesia . Routledge.ISBN 0-415-29737-0.
Reid, Anthony (2001). "Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities". Journal of Southeast
Asian Studies 32 (3): 295–313.doi:10.1017/S0022463401000157.

Jones, Gavin W.; Chee, Heng Leng; Mohamad, Maznah (2009). "Not Muslim, Not Minangkabau, Interreligious
Marriage and its Culture Impact in Minangkabau Society by Mina Elvira". Muslim-Non-Muslim Marriage: Political
and Cultural Contestations in Southeast Asia . Institute of Southeast Asian Studies. p. 51. ISBN 978-981-230-874-0.

Graves, Elizabeth E. (1981). The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule Nineteenth Century. Itacha, New
York: Cornell Modern Indonesia Project #60. p. 1.
Djamaris, Edwar (1991). Tambo Minangkabau . Jakarta: Balai Pustaka. pp. 220–221.ISBN 978-979-1477-09-3.

References
Haryanto. (2015, Desember 23). Belajar Psikologi. Diambil kembali dari http://belajarpsikologi.com:
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/
Rini, Y. S. (2015, Desember 23). Pendidikan : Hakekat, Tujuan dan Proses. Diambil kembali dari
staff.uny.ac.id:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dra.%20Yuli%20Sectio%20Rini,%20M.Hu
m./PENDIDIKAN%20HAKEKAT,%20TUJUAN,%20DAN%20PROSES%20Makalah.pdf

LAMPIRAN
Nama

: H.Syarkawi

Usia

: 71 tahun

Asal daerah

: Padang Pariaman

Latar belakang pendidikan

:Tidak Sekolah

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Jalan Pejompangan Raya. Bendungan Hilir.
Tanah Abang, Jakarta Pusat

Lama tinggal di Jakarta

: 39 tahun

Lama tinggal dirumah sekarang

: 30 tahun

Nama

: H.Herman

Usia

: 76 tahun

Asal daerah

: Talawi, Sawahlunto

Latar belakang pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat
Jakarta Pusat

: Gang 12, Bendungan Hilir, Tanah Abang,

Lama tinggal di Jakarta

: 49 tahun

Lama tinggal dirumah sekarang

: 25 tahun

Nama

: H.Zulfiardi

Usia

: 60 tahun

Asal daerah

: Cubadak Lawang, Matur, Agam

Latar belakang

: STM

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Komplek pusat Industri Kecil (PIK),
Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur

Lama tinggal di Jakarta

: 39 tahun

Lama tinggal di rumah sekarang

: 25 tahun

Nama

: Azmi

Usia

: 60 tahun

Asal

: Payakumbuh

Latar belakang

: Tidak Sekolah

Pekerjaan

: Wiraswata

Alamat

: Komplek Pusat Industri Kecil (PIK),
Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur

Lama tinggal di Jakarta

: 40 tahun

Lama tinggal di rumah sekarang

: 14 tahun

Nama

: Zuwardi Alies

Usia

: 69 tahun

Asal

: Talu, Pasaman Barat

Latar belakang

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Gang Masjid, Bendungan Hilir, Tanah Abang,
Jakarta pusat

Lama tinggal di Jakarta

: 49 tahun

Lama tinggal dirumah Sekarang

: 42 tahun

Nama

: Dr. Ir. H. Suhatmansyah, M.Si

Usia

: 61 tahun

Asal

: Pauh, Limokoto, Pariaman

Latar belakang

: S3

Pekerjaan

: Birokrat, PNS Eselon 1, Dosen

Alamat

: Jalan Marinir, Pondok Kopi, Jakarta Timur

Lama tinggal di Jakarta

: 26 tahun

Lama tinggal dirumah sekarang

: 10 tahun

Nama

: Prof. Dr. H. Musril Zahari, M.Pd

Usia

: 60 tahun

Asal

: Sungai Janiah, Pariaman

Latar belakang

: S3

Pekerjaan

: Dosen

Alamat

: Cipinang Muara, Jatinegara, Jatinegara

Lama tinggal di Jakarta

: 36 tahun

Lama tinggal dirumah sekarang

: 17 tahun