MAKALAH EVOLUSI ORGANIK RAS RAS DAN SPES

MAKALAH
EVOLUSI ORGANIK
RAS-RAS DAN SPESIES MANUSIA SERTA MASALAH ASAL-USUL
HOMO SAPIENS
(Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Evolusi Organik Yang Dibina Oleh
Bapak Dr. Lud Waluyo M. Kes)

Oleh
Kelompok 6
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Asmaul Khusna
Ela Yuliasari
Ratna Sri Wahyuni
Eryansyah Faizal
Haryatin nurul A

Fadilah swantini

(201310070311135)
(201310070311143)
(201310070311150)
(201310070311168)
(201410070311171)
(201110070311034)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
Kata Pengantar
i

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok dalam mata kuliah
Evolusi Organik ini tepat pada waktunya. Melalui tugas kelompok ini kami

mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Lud Waluyo, Drs, M.kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah

Evolusi Organik yang telah memberi pengarahan, motivasi, serta ilmunya
yang sangat berarti bagi kami.
2. Teman-teman semester  yang telah membantu serta menjadi motivasi bagi

kami.
Kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Dan semoga dengan selesainya tugas kelompok ini dapat bermanfaat
bagi calon guru khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Malang, 0 November 201

Penyusun

ii


DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN..............................................................................3
2.1 Pengertian Ras.................................................................................3
2.2 Variasi Gen &Fenotip Sebagai Dasar Pembagian Ras....................3
2.3 Spesies Manusia...........................................................................14
2.4 Masalah Asal Usul homo sapiens..................................................18
BAB III. PENUTUP....................................................................................24
3.1 Kesimpulan ...................................................................................24
3.2 Saran..............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................26

iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam Biologi, manusia biasanya dipelajari sebagai salah satu dari berbagai

spesies di muka Bumi. Pembelajaran evolusi organik juga diperluas ke aspek
psikologis serta ragawinya, tetapi biasanya tidak ke kerohanian atau keagamaan.
Secara Biologi, manusia diartikan sebagai hominid dari spesies Homo sapiens.
Satu-satunya sub spesies yang tersisa dari Homo sapiens ini adalah Homo sapiens
sapiens. Mereka biasanya dianggap sebagai satu-satunya spesies yang dapat
bertahan hidup dalam genus Homo Hasan, 2014).
Ras pada hakekatnya merupakan populasi yang berkembang baik menurut
hukum-hukum genetika, oleh karena itu ras dapat berubah terus menerus. Ada
“ras” yang berubah cepat, ada yang lambat, tetapi semua “change is time” atau
berubah dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian ciri-ciri fisik merupakan
landasan untuk pembagian rasiologik ini, dimasa lampau tidak berlaku, dan
dimana yang akan datang perlu direvisi, tergantung kecepatan perubahan genetik.

Berbicara mengenai evolusi manusia dan primata, tidaklah berarti bahwa
manusia berasal dari kera. Dalam menjelaskan mengenai evolusi, terutama
mengenai evolusi manusia kita harus berhati-hati dan dapat bersikap netral. Hal
ini berarti apapun keyakinan kita mengenai asal usul manusia, kita harus bisa
mengemukakan bagaimana pendapat sekelompok orang dan bagaimana mengenai
pendapat dari kelompok yang lain dan bukan hanya pendapat kita sendiri. Apabila
memang manusia berasal dari kera sekalipun, para ahli evolusi tidak akan dapat
membuktikannya. Metode demikian kita kenal dengan metode pendekatan. Jadi
dalam membuktikan evolusi kita tidak menggunakan metode pendekatan
pembuktian Hasan, 2014).

1.2

Rumusan masalah
1

1. Bagaimana penjelasan tentang Ras?
2. Bagaimana penjelasan mengenai variasi gen dan fenotip sebagai dasar
pembagian ras?
3. Bagaimana penjelasan mengenai spesies manusia?

4. Bagaimana penjelasan mengenai masalah asal usul homo sapiens dan
penjelasnnya?
1.3 Tujuan masalah
1. Menjelaskan mengenai tentang ras
2. Menjelaskan mengenai variasi genotip dan fenotip sebagai dasar
pembagian ras
3. Menjelaskan mengenai spesies manusia?
4. Menjelaskan mengenai masalah asal usul homo sapiens dan penjelasnnya

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ras
Ras adalah kategori individu yang secara turun temurun memiliki ciri-ciri
fisik dan biologis tertentu.
1.

Pengertian Ras Menurut Bruce J. Cohen: Ras adalah kategori individu yang


2.

secara turun temurun memiliki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu yang sama.
Pengertian Ras Menurut Horton dan Hunt: Ras adalah suatu kelompok
manusia yang agak berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya dalam segi
ciri-ciri fisik bawaan. Di samping itu banyak juga ditentukan oleh pengertian

3.

yang digunakan oleh masyarakat.
Pengertian Ras Menurut Alex Thio: Ras adalah sekelompok orang yang

4.

dianggap oleh masyarakat memiliki ciri-ciri biologis yang berbeda.
Pengertian Ras Menurut Stephen K. Sanderson: Ras adalah suatu kelompok
atau kategori orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sendiri, dan
diidentifikasikan oleh orang-orang lain, sebagai perbedaan sosial yang


dilandasi oleh ciri-ciri fisik atau biologis Hasan, 2014).
2.2 Variasi Gen & Fenotip Sebagai Dasar Pembagian Ras
2.2.1 Variasi genetik pada manusia
Variasi genetik atau variasi genotipe dapat terjadi karena pada saat
individu baru terbentuk dengan sel telur yang telah dibuahi (zigot), puluhan ribu
gen dari pihak sel telur dan puluhan ribu gen dari pihak spermatozoa bergabung
dalam suatu kombinasi atau susunan pasangan gen yang untuk setiap individu
unik atau khusus. Kemungkinan kombinasi gen yang berebeda adalah 4n , n
untuk jumlah gen yang berbeda (Waluyo, Lud., 2005).
Bayangkan apabila jumlah gen yang berbeda hanya 100 dari puluhan ribu
gen yang berbeda, maka didapatkan kemungkinan kombinasinya adalah 4100. Hal

3

tersebut mencapai angka yang sulit dibayangkan jumlahnya. Padahal didalam
tubuh manusia terdapat puluhan ribu gen.
Kemungkinan kombinasi yang identik pada suatu individu tidak pernah
terjadi pada keturunan seksual dari sebuah pasangan orang tua tertentu. Setiap
individu memiliki gen spesifik untuk dirinya. Perkecualian terjadi apabila
individu hasil reproduksi aseksual contoh yang terjadi pada anak kembar dari

satu sel telur. Hal ini karena masing-masing anak yang merupakan hasil produk
pembelahan zigot tersebut mengandung susunan atau kombinasi gen yang
identik (Waluyo, Lud., 2005).
Variasi genetik tidak terbatas pada sebab susunan atau kombinasi gen
orangtua yang heterozigotik, tetapi juga mungkin terjadi akibat perubahan pada
gen itu sendiri atau disebut dengan mutasi. Menurut Snustad & Simmons (2012),
mutasi adalah perubahan pada materi genetic yang terjadi secara turun temurun
akibat adanya kesalahan pada proses genetik ditubuh. Mutasi juga dapat
memengaruhi evolusi.
Variasi genetik atau variasi pada genotip manusia terjadi karena pada saat
individu baru terbentuk dengan sel telur yang telah dibuahi (zigot), puluhan ribu
gen dari pihak sel telur dan puluhan gen dari pihak spermatozoa bergabung
dalam suatu kombinasi atau susunan pasangan gen. Dalam bentuk ciri-ciri yang
tampak, variasi genetik dibagi dalam variasi yang disebabkan oleh gen tunggal
dan variasi yang disebabkan oleh sekumpulan gen. Ciri golongan darah seperti
golongan A, B, AB, dan O merupakan variasi berdasarkan gen tunggal,
sedangkan warna kulit atau tinggi badan disebabkan oleh sekumpulan gen
(Lukman, 2008).
2.2.2 Variasi fenotip pada manusia
Fenotip adalah wujud fisik yang tampak dalam arti bisa dilihat, diukur,

dihitung, dan diuraikan. Fenotip adalah hasil interaksi lingkungan dengan
genotip sejak saat pembuahan sel telur. Pengaruh yang pertama datang dari
lingkungan sekitar zigot, yaitu lingkungan kandungan. Setelah lahir, lingkungan
ekstern mengambil peranan utama. Ciri genotip tertentu seperti golongan darah
tidak terpengaruh oleh lingkungan sepanjang hidup, tetapi banyak ciri yang lain
4

berubah terus, sekalipun terbatas dalam ruang lingkup kemampuan tertentu yang
tidak berubah. Kesulitan terbesar terletak pada penentuan seberapa jauh sesuatu
ciri terpengaruh lingkungan. Batas-batas suatu kemampuan genetic memang
tidak mudah ditentukan. Misalnya penambahan tinggi badan orang di Indonesia,
Jepang, dan sebagainya bukan suatu gejala perubahan kemampuan genetik,
tetapi penambahan tersebut masih dalam batas kemampuan genetic, hanya di
masa yang lampau keadaan lingkungan hidup (antara lain yang berkaitan dengan
nutrisi dan kesehatan) tidak memungkinkan pertumbuhan ke batas maksimal
genetika. Gejala semacam itu telah pula dikenal pada masyarakat Amerika
Serikat (Waluyo, Lud., 2005).
Variasi fenotip seperti warna kulit biasanya dipakai sebagai dasar
pembagian ras. Ras adalah suatu populasi (manusia) yang berbeda dari populasi
yang lain dalam hal frekuensi sejumlah gen tertentu. Jumlah gen yang membawa

perbedaan itu merupakan jumlah kecil dari genotip total. Karena itu, perbedaan
genotif yang kecil, semua individu populasi manusia dari mana saja dapat kawin
dan menghasilkan keturunan yang subur. Ras pada hakekatnya merupakan
populasi yang berkembang baik menurtut hukum-hukum genetika, oleh karena
itu ras dalam keadaan berubah terus. Ada “ras” yang berubah cepat, ada yang
lambat, tetapi semua “change is time” atau berubah dalam periode waktu
tertentu. Dengan demikian ciri-ciri fisik merupakan landasan untuk pembagian
rasiologik ini, dimasa lampau tidak berlaku, dan dimana yang akan datang perlu
direvisi, tergantung kecepatan perubahan genetic (Hodge, 2010).
Variasi fenotip dapat dibagi menurut berbagai cara, yakni:
a. Fenotip Berdasarkan Seks
Sampai kurang lebih minggu ke-7 di dalam kandungan, ketika ukuran embrio
manusia 14 nm, tidak tampak perbedaan kelamin antara embrio laki-laki atau
embrio wanita, baik dari wujud luar maupun dari alat kelamin embrional,
sekalipun embrio tersebut sudah bergenotip XX atau XY (atau lain seperti:
XXX, XO, XYX, dan sebagainya). Mulai pada minggu ke-7 di dalam kandungan
dan seterusnya kelenjar kelamin embrional yang disebut gonad, mulai berubah
jadi testis bila embrio itu berpola genetic XY dan tidak ada gangguan
5

lingkungan. Perubahan gonad menjadi ovarium bila pola genetic wanita dan
tidak ada gangguan lingkungan tertentu, terjadi sekitar minggu ke-10 di dalam
kandungan. Perkembangan wujud kelamin bagian luar sebagai wujud kelamin
laki-laki atau wanita terjadi pada stadium yang lebih lanjut.
Oleh karena asal pertumbuhan dan perkembangan fenotip wanita dan pria
dari wujud yang “netral”, maka tidak sulit untuk melihat bahwa fenotipe seks,
antara yang optimal wanita dan optimal laki-laki, merupakan suatu deretan
fenotipe yang kontinu.
b. Variasi Konstitusi Fisik, atau Habitus
Variasi konstitusi fisik atau variasi bangunan tubuh paling tepat dilihat setelah
tubuh mencapai kedewasaan fisiknya setelah kurang lebih 21 tahun dan belum
mengalami involusi fisik yang meluas lewat 60 tahun. Pembagian variasi
konstitusi ini bermacam-macam dengan ketentuan-ketentuan tersendiri untuk
masing-masing sistematika. Beberapa contoh pembagian menurut:
Sigaud (1904)

: Cerebral….Respiratoris….Muskuler….Digestif.

Kretscher (1921)

: Leptosom….Atletis….Piknis

Sheldon (1940)

: Ektomorf….Mesomorf….Endomorf

Martin (1957)

: Ektoblastik.Mesoblastik….Chordoblastik….Endoblastik

c. Variasi Rasiologik
Salah satu pengertian yang banayk dilanda salah paham adalah pengertian
“ras”. Orang awam membagi umat manusia menurut warna kulit: putih, hitam,
coklat, kuning, dan merah, suatu pembagian yang paling tidak dapat
dipertahankan secara ilmiah. Dari uraian pada bab yang terdahulu, dapat
diketahui, bahwa warna kulit termasuk salah satu ciri fisik manusia yang
terpengaruhi lingkungan, dan karenanya bukan merupakan suatu patokan yang
tetap.
Pembagian lain yang masih populer sampai di kalangan akademik
nonantropologi, adalah pembagain menurut geografi: orang Eropa, orang Afrika,
orang Amerika, orang Asia, orang Australia, dan sebagainya (demi mudahnya
komunikasi, istilah geografis semacam itu digunakan pada beberapa referensi).
Pada hakekatnya pembagian menurut geografis sulit dipertahankan bila sejarah
migrasi manusia sejak puluhan ribu tahun diperhatikan, ditambah dengan sejarah
6

penyebaran geografik manusia dan sejarah adat istiadat seksualnya beserta pola
pembinaan keturunannya. Istilah yang membawa nama lokasi dipakai (misalnya:
Kaukasoid, Australoid), tetapi pengertian bukan semata-mata geografik.
Pengertian “ras” adalah suatu populasi (manusia) yang berbeda dari
populasi yang lain dalam hal frekuensi sejumlah gen tertentu. Jumlah gen yang
membawa perbedaan itu merupakan sejumlah kecil dari genotip total. Karena itu,
perbedaan genetik yang kecil, semua individu populasi manusia dari mana saja
dapat kawin dan mengasilkan keturunan yang subur. Dalam hal ini tidak mungkin
bila perbedaan genetik besar; dalam hal perkawinan kuda dan kedelai,
keterunannya tidak subur, suatu tanda bahwa perbedaan genetik antara kuda dan
keledai sudah cukup besar sehingga kombinasinya masih mungkin berwujud,
tetapi berhenti sampai di situ saja.
Semua manusia dewasa ini tergolong satu spesies, yakni Homo sapiens.
Sub kelompok-sub kelompok di dalam spesies Homo sapiens, dinamakan ras yang
pada hakekatnya merupakan populasi yang berkembang baik menurut hukumhukum genetika, oleh karena itu dalam keadaan berubah terus. Data arkeologikpaleoantropologik menunjang konsep ini, seperti juga penelitian antropologi fisik
pada populasi tertentu yang mencatat ciri-ciri dari beberapa generasi. Ada “ras”
yang berbubah cepat, ada yang lambat, tetapi semua “change i time” atau berubah
dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian ciri-ciri fisik merupakan landasan
untuk pembagian rasiologik ini, di masa lampau tidak berlaku, dan di masa yang
akan datang perlu direvisi, tergantung kecepatan perubahan genetik.
Sistem klasifikasi mengenai ras-ras manusia yang ada di dunia menurut
para ahli adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi ras menurut Carolus Linnaeus
Menurut carolus linnaeus,1725 mempergunakan warna kulit sebagai dasar
klasifikasinya. Linnaeus membagi manusia menjadi empat golongan:
a. Europeus albus
b. Asiaticus Luridus
c. Amerinanus rufus
d. Afer niger
2. Klasifikasi menurut J.F. Blumenbach
Blumenbach,
1755
mengkombinasikan
ciri
morfologi
sehingga
mengklasifikasikan menjadi ras:
a. Caucasia
7

b. Ethiopia
c. Mongolia
d. Amerika
e. Malaya
3. Klasifikasi ras menurut J.Deniker
Deniker, 1889 menggunakan warna dan bentuk rambut sebagai ciri-ciri
pembeda terpenting dalam sistem klasifikasinya.
4. Klasifikasi ras menurut A.L. Kroeber
Klasifikasi ras manusia menurut kroeber adalah:
a. Australoid,penduduk asli australia
b. Mongoloid, antara lain:
 Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur).
 Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Kep. Indonesia, Malaysia,
Filipina, dan penduduk asli Taiwan.
 American Mongoloid (penduduk asli benua Amerika Utara dan
Amerika selatan, Eskimo di Amerika Utara, penduduk Terradel
c.

d.

e.

Fuego di Amerika Selatan).
Caucasoid antara lain penduduk:
 Nordic (Eropa Utara sekitar Laut Baltik)
 Alpin (Eropa Tengan dan Eropa Timur)
 Mediteranean (penduduk sekitar Laut Tengah, Afrika, Armenia,
Arab, dan Iran)
 Indic ( Pakistan, India, Bangladesh, dan Srilangka)
Negroid
 African Negroid (Benua Afrika)
 Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina)
 Malanisian (Melanisian Irian)
Ras-ras Khusus:
Ras-ras ini merupakan ras yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam

kelompok diatas, antara lain:
 Bushman (penduduk daerah Gurun Kalahari di Afrika Selatan)
 Veddoid (penduduk dipedalaman Srilanka dan Sulawesi Selatan)
 Polynesian (penduduk di Kep. Indonesia dan Polinesia)
 Ainu (penduduk di pulau Karafuto dan Hokkaido di Jepang Utara)
5. Klasifikasi ras menurut litton
Menurut litton ras atau istilah ras kurang jelas batasan-batasannya, dan
sebagai gantinya ia mengusulkan penggunaan istilah breed, rase, dan stock.
Berdasarkan konsepsisnya, Litton membangi adanya 3 Stock, yakni:
a. Stock Caucasoid, terpecah menjadi 5 ras, yakni:
1. Ras Nordic
8

2.

3.

4.

b.

c.

 Terdapat di Eropa Utara
 Ciri-cirinya: kepala panjang, pigmentasi putih.
Ras Alpine
 Terdapat di Eropa Tengah
 Tanda-tandanya: kepala bulat, bentuk pendek, warna mata dan
rambut coklat.
Ras Mediternian
 Terdapat di Eropa Selatan
 Tanda-tandanya: kepala panjang, bentuk badan medium sampai
pendek, pigmentasi hitam,warna rambut dan mata hitam.
Ras Amenoid
 Terdapat di Eropa Timur
 Tanda-tandanya: pigmentasi hitam, warna rambut dan mata

hitam.
5. Ras Indi
 Terdapat di India

Tanda-tanda seperti ras Mediteranian
Stock Mongoloid, terpecah menjadi 2 ras, yakni:
 Old Word Mongoloid
 New Word Mongoloid (berada di benua Amerika, yakni ras
Tinghoa, dan ras Malaya)
Strock Negroid, terpecah menjadi beberapa ras, yakni:
 Ras Negro Nelotic
 Ras Negro Hotan
 Ras Negro Pigmeis
 Ras Negrito
 Ras Negro Oceanic
 Ras Bushman Hottentot

6. Klasifikasi ras menurut lewontin
Lewontin, 1972 membuat daftar populasi hasil penyelidikan genetik sebagai
berikut:
a. Kaukasia, meliputi:
Arab, Armenia, Basque, Belgia, Bulgaria, Ceko, Denmark, Belanda,
Mesir, Ingris, Estonia, Finlandia, Perancis, Georgia, Jerman, Yunani,
Gipsi, Hongaria, Eslandia, India, Italia, Iran, Norwegia, Yahudi, Oriental,
Pakistan, Polandia, Portugis, Rusia, Spanyol, Swedia, Swiss, Syria,
Tristan, Wales, Dan Cucha.
b. Afrika Hitam
9

aq Shoha, Shomali, Sudan, Tanganyika, Tutsi, Uganda, Kulit Hitam
Amerika Serikat, Afrika Barat, Xoma, Dan Zulu.
c. Mongoloid
Ainu, Bhutan, Bogobos, Brunei, China, Daya, Filipina, Ghasghai,
Indonesia, Jepang, Jawa, Kirghiz, Korea, Lapp, Malaya, Senoy, Siam,
Taiwan, Tartar, Thailand, Turki.
d. Pribumi (Aborigin) Asia Tenggara
Andaman, Bagadas, Chenchu, Irula, Maratha, Naiar, Onge, Oraon,
Tamil, Dan Toda.
e. Amerin
Alacaluf, Aleut, Atacameno, “Athabasca”, Ayamara, Baroro, Kaki
Hitam (Black Feet), “Indian Brazilia”, Chippewa, Cinggang, Choco,
Cousshalta, Cunna, Diegueno, Eskimo, Fltheat, Huastco, Ica, Kwakiutl,
Labrador, Mapuche, Maya “Indian Meksiko”, Navaho, Nez Perce, Paez,
f.

Dll.
Ocenia
Bangsa-Bangsa Dikepulauan Admiral, Caroline,Easter, Ellice, Fiji,
Gilbert, Guamia, Hawaii, Kapingas, Maori, Marshall, Melanaua,
“Melanesia”,”Micronesia”, New Caledonia, New Hebride, Palauna,

Papua, “Polinesia”, Saipan, Samoa, Solomon, Tonga, Truke, Dan Yape.
g. Pribumu Australia (Aborigin)
7. Klasifikasi ras menurut elckstedt
Suatu pembagian oleh Elckstedt (1934) dan dikembangkan oleh Beals
(1959), urutan berdasarkan abjad untuk rumpun-rumpun, yakni:
a. Rumpun induk “Caucasoid”
1. Caucasoid purba meliputi Ainu, Australoid, Dravida, weda
2. Caucasoid utama, meliputi Alpine, Armenoid, mediteran
3. Caucasoid campuran meliputi Dinarik, Baltik Timur, Polinesia
b. Rumpun Induk Negroid:
1. Negroid utama yakni Suku-suku Negroid, Afrika Barat, Negrito
2. Negroid utama yakni Bushman-Hottentot, Negro Nilotik, Negro
Melanesia.
Ciri dari masing-masing ras seperti dijelaskan sebagai berikut:
a.

Ras Caucasoid
Ras Caucasoid dapat ditemui didaerah timur dekat sampai dengan eropa,
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
10

 Kulit putih
 Rambut berombak sampai lurus
 Warna rambut pirang sampai hitam
 Hidung sempit, panjang, dan mancung.
 Garis rambut tidak lebih dari dahi
 Perawakan sedang sampai tinggi
b. Ras Mongoloid
 Ciri-ciri umum Ras Mongoloid adalah sebagai berikut:
 Kulit berkisar dari kuning langsat sampai sawo matang
 Bulu badannya sedikit, tapi rambutnya lebat dan panjang, lurus,



kaku, dan kasar dengan diameter lebih kurang 100 mikroni;
Dahi banyak yang curam dan keningnya datar;
Bola mata kecil, hidungnya tidak mancung dengan akar datar dan
batang yang cekung atau lurus, ujung hidung membulat dan lebarnya

sedang;
 Bibir umumnya tebal sedang;
 Perawakan pendek sampai tinggi dan kecil;
 Tubuh panjang dan bidang dengan bahu lebar dan pinggul sempit;
 Fosil-fosil pendukung Ras Mongoloid adalah:
 Pithecanthropus modjokertonis dan megathropus palaeojavanicus
( usia kurang lebih 0,4 juta tahun yang lalu, ditemukan dilapisan

c.



tertua)
Pithecanthropus soloensis ( usia kurang lebih 200 juta tahun yang



lalu dan hidup di zaman es).
Pithecanthropus erectus ( usia kurang lebih 500.000- 700.000 tahun



yang lalu dan berasal dari gunung muria).
Manusia wajak (usia lebih kurang 5.000 – 40.000 tahun yang lalu

dan ditemukan di Wajak).
Ras Australoid
 Ciri-ciri umum Ras Mongoloid adalah sebagai berikut:
 Warna kulit coklat tua sampai matang;
 Bulu badannya banyak;
 Rambutnya keriting sampai spiral, kasat berwarna hitam sampai


coklat tua;
Dahi miring smapi sempit, keningnya nyata, belakang keplaa
miring. Bola mata



dan celah matanya sempit, keningnya nyata,

belakang kepala miring;
Bibir sedang sampai tebal;
11

 Perawakan sedang sampai tinggi dan;
 Tubuh lebih tinggi dan tegap;
 Muka oval panjang dan pipinya menonjok;
 Fosil-fosil pendukung ras Australoid
 Manusia Hill (hidup diperkiraan 8.000 – 15.0000 tahun yang lalu)
 Manusia Mungo (hidup diperkiraan 30.000 tahun yang lalu).
d. Ras Indian Amerika
Ras india secara genetik berbeda dengan penduduk sebagaian asia. Ada
perbedaan frekuensi gen yang jelas antara Indian Amerika Selatan, India
Amerika Utara, Eskimo. Ciri fisik ras ini adalah kulit kuning, rambut hitam,
e.

dan perawakan sedang.
Ras Negroid
Orang-orang ras Negroid memiliki ciri yang dijadikan dasar diskriminasi
rasial. Ciri paling utama adalah warna kulit hitam atau gelap. Ras Negroid
dianggap mempunyai kemampuan intelektual yang rendah, berevolusi
belakangan, berdisiplin kurang dan lain sebagainya. Hitam dianggap kotor,
cemar, dan primitif.
 Ciri-ciri ras Negroid:
 Rambut keriting (sering dianggap sebagai penunjuk darah Negroid);
 Warna rambut hitam;
 Garis rambut yang lebih rendah daripada dahi (sering masih



dihubungkan dengan ciri mental yang jelek);
Bulu muka sedikit;
Hidung lebar, pendek, dan jari-jari yang panjang, serta jempol yang

pendek; dan
 Memiliki tumit panjang, otot betis panjang;
 Fosil-fosil pendukung ditemukannya ras Negroid:
 Fosil dari Afrika Selatan:
Ada dua kota di Afrika Selatan tempat ditemukannya fosil, yakni
Klasies River Mouth (KRM) dan Kwazula. Fosil yang ditemukan
diidentifikasi sebagai Homo sapiens.
 Fosil dari Afrika Timur (khususnya di Ethiopia, yang dinamakan
Omo1)
 Fosil dari Afrika Utara
Negara di Afrika Utara, yakni Moroko (kota safi dan Marrakech)
ditemukan fosil yang dinamkan Homo erectus. Manusia purba ini
melai timbul di Afrika kemudian segera menyebar ke seluruh Asia
12

(diwakili oleh manusia Jawa dan manusi peking). Penyebaran Homo
erectus

di Afrika, Asia, dan Timur Dekat membuat sejumlah

lengkang gen menjadi agak terisoler (Waluyo, 2005).
2.3 Spesies manusia
Dalam teori ini menurut Darwin aneka spesies makhluk hidup tidak
diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang
sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam. Contoh pada
halnya manusia bahwa darwin berpendapat kalau manusia itu berasal dari monyet
sebagai nenek moyangnya, Menurut mereka, selama proses evolusi yang
diperkirakan berawal 4-5 juta tahun lalu, terdapat beberapa “bentuk transisi”
antara manusia modern dan nenek moyangnya. Menurutnya sekenario yang
sepenuhnya rekaan ini, terdapat 4 kategori dasar:

Sumber:www. britannica.com
13

1.

Australopithecus (kera dari selatan)
Australopithecus berasal dari kata australis yang berarti dari selatan dan
pithecos yang berarti kera. Jadi Autralopithecus berarti “kera” dari daerah
selatan” berdasarkan bukti yang di kumpulkan paleontologis dan arkeologis,
Australopithecus berkembang 4 juta tahun silam, dan menyebar ke penjuru
benua sebelum punah 2 juta tahun kemudian. Diduga satu dari sekian spesies
australopithecus kemudian berevolusi menjadi genus homo. Fosil genus
Australopithecus pertama kali di temukan tahun 1924 di taung, afrika selatan,
oleh

Raymond

Dart

dari

Universitas

Witwatersand,

Johanesburg

Poesponegoro, 2008).
Melihat wajah dan giginya, tengkorak itu setengah menyerupai manusia
dan

setengah

menyerupai

kera.

Diperkirakan Australopithecus

africanus hidup antara 6 sampai 1,5 juta tahun yang lalu. Fosil-fosil baru
kemudian terus ditemukan. L.S.B. Leaky, di Olduvai George, Afrika Timur,
menemukan fosil manusia kera, yaitu Australopithecus paleojavanicus. Dari
Amerika Selatan juga ditemukan fosil-fosil manusia purba, yang juga disebut
manusia kera, yaitu: Australopithecines.
Australopithecines ini tinggi tubuhnya kira-kira 1,5 meter, volume
otaknya kira-kira 600 cm kubik (sedikit lebih lebar daripada gorila sekarang),
gigi belakang yang besar seperti pada manusia. Dua macam keturunan
Australopithecines yaitu Australopithecus yang berukuran tidak lebih seperti
orang kerdil modern dari Afrika dan Paranthropus yang sedikit lebih besar,
mempunyai rahang sekuat gorila. Australopithecus mulai dapat berdiri tegak
dan berjalan dengan dua kaki, serta mampu berlari di padang-padang terbuka.
Namun, mereka bukanlah pejalan-pejalan yang baik. Mereka juga tidak lagi
hidup di pohon-pohon dan penggunaan lengan tidak lagi seperti kera.
2.

Poesponegoro, 2008)
Homo habilis (kera yang dinyatakan sebagai manusia)
Homo habilis (dari bahasa Latin yang berarti "manusia yang pandai
menggunakan tangannya") adalah sebuah spesies dari genus Homo, yang
hidup sekitar 2,5 juta sampai 1,8 juta tahun yang lalu pada masa
awal Pleistocene. Definisi untuk spesies ini pertama kali diungkapkan oleh
14

Mary dan Louis Leakey. Homo habilis memiliki cranial capacity kurang dari
setengah kapasitas manusia modern. Meskipun masih memiliki bentuk
seperti-kera

(ape-like), Homo

habilis diperkirakan

telah

mampu

menggunakan peralatan primitif yang terbuat dari batu; hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya peralatan-peralatan dari batu di sekitar fosil mereka.
Homo habilis diduga merupakan nenek moyang dari Homo ergaster,
yang kemudian menurunkan spesies lain yang memiliki bentuk tubuh seperti
manusia, Homo erectus. Fosil ini yang ditemukan sebelumnya hanya berupa
fragmen

tulang,

sehingga

penemuan

kerangka

yang

nyaris

utuh

memungkinkan para ilmuwan menjawab pertanyaan kunci mengenai seperti
apa bentuk nenek moyang manusia ketika mereka mulai berjalan tegak
3.

menggunakan dua kaki. Poesponegoro, 2008)
Homo erectus
Tahun 1894, Eugene Dubois menemukan fosil berupa tulang paha,
rahang, dan beberapa gigi di Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Fosil manusia Jawa
purba ini diberi nama Pithecanthropus erectus. Diduga, manusia purba ini
adalah manusia purba yang pertama yang dapat berdiri tegak, sehingga
disebut Homo erectus. Fosil manusia Jawa purba ini tinggi tubuhnya kira-kira
1,5 sampai 1,6 meter, berjalan tegak dengan volume otaknya sekitar 900
centimeter kubik. Diduga sudah dapat membuat perkakas sederhana dari batu
berupa kapak genggam, sudah mengenal api, dan lain-lain. Pithecanthropus
erectus diperkirakan hidup pada zaman Pleistosin pertengahan (antara
500.000-300.000 tahun yang lalu) Davidson Black, pada tahun 1920 di
Peking (sekarang Beijing), Cina, menemukan beberapa fosil manusia Cina
yang kemudian diberi nama Sinanthropus pekinensis. Diperkirakan manusia
Peking ini hidup pada zaman yang sama dengan rekannya dari Jawa, yaitu
pada zaman Pleistosin pertengahan. Manusia Peking ini memiliki volume
otak 1075 cm kubik, lebih besar daripada volume otak manusia Jawa.
Keduanya memiliki struktur tubuh yang sama. Kebudayaan manusia Peking

4.

sudah lebih maju daripada manusia Jawa. Poesponegoro, 2008)
Homo sapiens

15

Homo sapiens merupakan manusia purba modern yang memiliki bentuk
tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Homo sapiens disebut pula
manusia berbudaya karena peradaban mereka cukup tinggi. Dibandingkan
dengan

manusia

purba

sebelumnya,

Homo

sapiens

lebih

banyak

meninggalkan benda-benda berbudaya. Diduga, mereka inilah yang menjadi
nenek moyang bangsa-bangsa di dunia.
Fosil Homo sapiens di Indonesia

ditemukan

di

Wajak,

dekat

Tulungagung, Jawa Timur, oleh Von Rietschoten pada tahun 1889. Fosil ini
merupakan fosil pertama yang ditemukan di Indonesia, yang diberi nama
Homo Wajakensis atau manusia dari Wajak. Fosil ini kemudian diteliti ulang
oleh Eugene Dubois. Manusia purba ini memiliki tinggi badan 130-210 cm,
berat badan 30-150 kg, dan volume otak 1350-1450 cc. Homo Wajakensis
diperkirakan hidup antara 25.000 – 40.000 tahun yang lalu. Homo
Wajakensis memiliki persamaan dengan orang Australia

purba

(Austroloid). Sebuah tengkorak kecil dari seorang wanita, sebuah rahang
bawah, dan sebuah rahang atas dari manusia purba itu sangat mirip dengan
manusia purba ras Australoid purba yang ditemukan di Talgai dan Keilor
yang rupanya mendiami daerah Irian dan Australia. Di Asia Tenggara
ditemukan pula manusia purba jenis ini di antaranya di Serawak, Filipina, dan
Cina Selatan Poesponegoro, 2008).
2.4 Masalah asal usul manusia
a. Asal usul yang paling banyak diperdebatkan: Manusia atau Kera,
Nenek Moyang Kita.
Darwin mengajukan penyataannya bahwa manusia dan kera berasal
dari satu nenek moyang yang sama dalam bukunya The Descent of Man,
terbitan tahun 1871. Sejak saat itu hingga sekarang, para pengikut jalan
Darwin telah mencoba mendukung pernyataannya. Tetapi meskipun
berbagai penelitian telah dilakukan, pernyataan mengenai “Evolusi
Manusia” tidak didukung oleh penemuan ilmiah yang nyata, khususnya
dalam hal fosil. Adanya opini yang keliru masalah “Evolusi Manuisa” ini
adalah bahwa permasalahan ini sering dibahas dalam media dan
dihadirkan sebagai fakta yang terbukti. Tetapi yang benar-benar ahli dalam

16

masalah ini menyadari bahwa tidak ada landasan ilmiah bagi pernyataan
evolusi manusia (Yahya, H. 2002).
1) Subyek yang terus diperdebatkan pada saat itu.
Pertentangan-pertentangan masa lampau yang sengit terjadi dalam
pertemuan British Association tahun 1860 antara Bishop Wilberforce
dan Thomas Huxley. Menjawab Wilberforce yang menolak teori
bahwa manusia merupakan keturunan dari kera, Huxley sebagai
pendukung Darwinisme menyatakan bahwa dia lebih suka menjadi
keturunan kera daripada anak manusia yang menghancurkan karya
seorang

ilmuwan

yang

berhasil

mempertahankan

kebenaran

(Waluyo,Lud. 2010).
Pertentangan-pertentangan di atas, pada mulanya hanya terbatas
pada kalangan kecil para ahli, tetapi kini terbuka bagi masyarakat
dikarenakan oleh banjirnya informasi di media massa. Kekurangan
yang

terjadi,

bahasa

yang

digunakan

media

lebih

sering

“menghewankan” manusia. Apabila kera dan manusia diteliti terdapat
perbedaan yang sangat jelas berbeda. Sebagian orang mengatakan
bahwa Pongid dan Hominid mempunyai nenek moyang yang sama.
Tetapi tidak terdapat dalam satu pertemuan pun yang dapat
membuktikan kebenaran tersebut. Tak seorangpun menemukan bentuk
yang memberikan mata rantai antara dua silsilah keturunan. Oleh
karena itu, antara kera dan manusia tetap terpisah.
Ada suatu hal yang jelas: manusia tidak mungkin terbentuk dengan
mengorbankan bentuk-bentuk yang sudah berkembang sebelumnya,
seperti kelompok Pongid (Simpanse, Gorila, Orangutan, dan lain
sebagainya). Ada dua ciri khas yang dimiliki oleh monyet dan kera
bahwa mereka hidup di pepohonan, dan karenanya memiliki tangan
yang sangat panjang dan berkembang dengan baik dan mereka tidak
menunjukkan postur berkaki dua. Siamang merupakan satu-satunya
spesies yang kadang-kadang menunjukkan postur berkaki dua, tetapi
mereka memiliki tangan-tangan yang panjang dan berkembang dengan

17

baik. Inilah yang mencirikan bahwa monyet dan kera ini jelas tidak
terdapat pada manusia.
2) Perbedaan antara ciri anatomis manusia dan kera.
Perbedaan lainnya yakni aktivitas seksual manusia dan kera
berbeda. Pada manusia, aktivitas seksual berkesinambungan dan tidak
bergantung pada siklus menstruasi. Pada kera, siklus menstruasi lebih
panjang dan ditandai dengan periode kawin yang terlihat jelas dari
melebarnya Anu-vulvar, diikuti dengan memerahnya kulit penutupnya.
Ciri fisiologis ini dengan sendirinya mendatangkan pengaruh secara
langsung pada perilaku kera. Tindakan mereka hendaknya dilihat bahwa
hal itu merupakan suatu fenomena yang sangat umum yang
mengarahkan perilaku hewan.
b. Pengaruh Evolusi Kreatif dalam Perkembangan Manusia
Sejak permulaan abad kedua puluh kemajuan besar telah dibuat dalam
penelitian

mengenai

asal-usul

evolusi

manusia

yang

disebabkan

banyaknya sumbangan yang diberikan oleh berbagai disiplin ilmu.
Sumbangan ilmu tersebut antara lain dari ilmu-ilmu alam, zoologi dan
palaentologi. Telaah-telaah ultra-mikroskopis dan biokimia atas sel telah
membantu memperjelas permasalahan tersebut.
Gelombang manusia pertama muncul di atas bumi sekitar lima juta
tahun yang lalu, ada beberapa ahli yang menyebutkan enam juta tahun
yang lalu. Gelombang-gelombang selanjutnya juga telah ditetapkan
masanya oleh para ahli. Tetapi terdapat kesenjangan yang sangat
menganga dalam pengetahuan para ahli karena langkanya fosil. Sehingga
secara umum dikatakan bahwa hal yang menyangkut tentang hubungan
manusia dengan keturunan yang melahirkan kera tidak satupun yang di
dukung oleh argumen yang kuat.
Setidaknya jumlah data palentologi yang mendomentasikan asal-usul
manusia hendaknya membuat kita melangkah maju dengan penuh
ketelitian. Data kronologis mengenai kera dan manusia suatu saat nanti
akan berubah begitu ada penemuan-penemuan di masa yang akan datang.
Tetapi apapun yang terjadi, terdapat argumen-argumen yang kuat untuk
menolak bahwa manusia adalah keturunan kera. Sementara penemuan18

penemuan yang telah secara lambat laun mendorong kemunculan bentukbentuk manusia pertama menuju periode yang semakin ke belakang,
masalahdasarnya tetap sama. Apapun jawabannya, penemuan-penemuan
itu tidak menunjukkan bahwa manusia bukan merupakan keturunan bangsa
kera yang telah berkembang sepenuhnya.
Pengetahuan tentang aktivitas yang terjadi pada sel dan informasi
yang telah terkandung di dalam setiap sel manusia yang tercatat dalam gen
membantu memahami persoalan di atas. Informasi genetik termasuk di
dalamnya pita ADN berbentuk heliks yang panjangnya lebih dari 1 meter.
Bila dibandingkan dengan sel itu sendiri yang di ukur dalam unit 1/1000
milimeter, panjang pita itu sendiri sungguh berlipat-lipat. Pada bentukbentuk kehidupan primitif, seperti bakteri, ciri khas penting spesies itu
menentukan fungsinya dan reproduksinya. Konsep umum evolusi hanya
dapat di jelaskan dengan perbedaan ini. Apapun gagasan yang akan
dikemukakan mengenai faktor-faktor yang menentukan jalannya evolusi,
fakta dasarnya tetap sama. Ciri-ciri dan fungsi anatomis makhluk hidup
yang datang sesudahnya, yang berbeda antara spesies satu dengan spesies
yang lain, semuanya bergantung pada kode genetik yang menentukan
penampilan, kemampuan bertahan hidup, dan modifikasi-modifikasi yang
mungkin terjadi pada diri mereka.
Bagaimana asal-usul kode genetik itu? Ahli genetika J. Monod
tampaknya cukup puas dengan jawaban:” hal itu merupakan sebuah tekateki”. Tetapi kenyataanya, hal tersebut hanya merupakan masalah pertama
dari masalah-masalah yang kita hadapi, yang tidak dapat di jawab oleh
ilmu pengetahuan. Pertanyaan kedua muncul, yakni faktor apakah yang
menentukan bertambahnya informasi genetik sejalan dengan berlaunnya
waktu?.
Kita lebih mudah memahami kemampuan kode genetik memberikan
perintah-perintah bila kita mempertimbangkan peranan yang dimainkan
oleh kode itu dalam pembentukan individu. Hal tersebut merupakan suatu
proses yang jauh lebih mudah diterima oleh akal kita. Gen kita diturunkan
dari ayah dan ibu kita. Setelah spermatozoa menyatu dengan sel telur,
19

warisan genetik kita pada mulanya terkandung dalam satu sel. Serangkaian
pembagian sel kemudian berlangsung dan ini menyebarkan warisan yang
sama pada seluruh sel terbentuk. Gen yang tercakup dalam pita ADN
menentukan perbedaan sel-sel di dalam embrio, setelah terjadi serangkaian
transformasi yang sangat kompleks. Akhirnya melahirkan jaringanjaringan dan organ-organ yang masing-masing memiliki fungsi-fungsi
yang sangat khas. Pada individu-individu yang normal, semua ciri-ciri
yang berbeda ini berfungsi bersama secara selaras.
Salah satu contoh adalah dua ciri khas manusia yang tidak selalu sama
dalam berbagai jenis manusia, yakni ukuran dan perkembangan otak.
Ukuran otak bergantung pada daya tumbuh badan secara keseluruhan,
sesuai dengan berbagai pengaruh yang diterima. Warisan genetik
Australopithecus dalam hal ini tidak mugkin sama dengan warisan genetik
manusia, sebab fosil-fosil tertentu Australopithecus menunjukkan tinggi
badannya sekitar 1,25 sampai 1,50 meter; sementara manusia modern
sekitar 40 centimeter lebih tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal
itu sangat beragam. Sejumlah besar gen tentu memainkan peranan
meskipun ada kemungkinan bahwa gen dapat memenuhi berbagai fungsi.
Informasi baru ditambahkan pada manusia modern sebagai perbandingan
dengan Australopithecus. Dia mungkin dipertahankan oleh gen-gen baru
yang aktif, atau oleh kemunculan gen-gen baru yang mungkin
menghalangi aktivitas gen-gen yang ada sebelumnya. Hal yang sama
berlaku bagi banyak faktor yang menentukan perkembangan otak. Proses
perkembangan

orak dikoordinasikan

dengan sejumlah

modifikasi,

termasuk modifikasi kapasitas tengkorak. Kita ketahui bahwa kapasitas
tengkorak Australopithecus adalah seertiga dari yang dmiliki manusia
padamasa kini.
Ekspresi gen tidak semuanya menjelaskan segala sesuatunya
menyangkut manusia dan proses evolusinya. Warisan genetik menentukan
sifat berbagai kemampuan yang digunakan manusia dengan keefektifan
yang lebih besaratau lebih kecil. Kesamaan ini jelas bergantung pada
kualitas kapasitas-kapasitas ini, sedangkan keinginan manusia untuk
20

menggunakan karunia alam yang diterimanya juga memainkan peranan,
karena manusia memiliki kebebasan untuk memilih. Sedangkan pada
hewan hanya memiliki perilaku hewan dan tidak mampu untuk
melepaskan diri dari berbagai pola perilaku yang ditentukan oleh warisan
genetik mereka. Lebih jauh lagi pada manusia, memiliki ciri-ciri khas dan
sifat-sifat yang didapatnya dari pengaruh masyarakat tempat dia hidup dan
tempat dia memperoleh pengetahuan yang terkumpul selama generasi ke
generasi.
Kemunculan sifat-sifat baru pada manusia tidak semata-mata
dikarenakan tambahnya gen-gen dan meningkatnya informasi secara
progresif padawarisan kita. Seperti disampaikan P.P. Grasse dalam
Bucaille, 1990: “Sampai pada batas tertentu, manusia mempengaruhi
perkembangannya

sendiri

dengan

memberikan

sumbangan

untuk

memperkaya modal warisannya; tanpa keikutsertaan aktif ini dalam
evolusinya sendiri, manusia tidak akan menjadi seperti sekarang ini.
Bentuk evolusi ini, yang unik dalam Dunia Hewan, benar-benar
memisahkan manusia dari hewan” (Waluyo, Lud. 2005).

21

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Ras adalah kategori individu yang secara turun temurun memiliki ciri-ciri
fisik dan biologis tertentu.
2. Variasi genetik atau variasi pada genotip manusia terjadi karena pada saat
individu baru terbentuk dengan sel telur yang telah dibuahi (zigot),
puluhan ribu gen dari pihak sel telur dan puluhan gen dari pihak
spermatozoa bergabung dalam suatu kombinasi atau susunan pasangan
gen. Fenotip adalah hasil interaksi lingkungan dengan genotip sejak saat
pembuahan sel telur. Pengaruh yang pertama datang dari lingkungan
sekitar zigot, yaitu lingkungan kandungan.
3. Klasifikasi RasRas Manusia meliputi klasifikasi ras menurut Carolus
Linnaeus, klasifikasi menurut J.F. Blumenbach, klasifikasi ras menurut
J.Deniker, klasifikasi ras menurut A.L. Kroeber, klasifikasi ras menurut
litton, klasifikasi ras menurut lewontin, klasifikasi ras menurut Elckstedt.
4. Dalam teori ini menurut Darwin aneka spesies makhluk hidup tidak
diciptakan secara terpisah oleh Tuhan. Menurutnya sekenario yang
sepenuhnya

rekaan

ini,

terdapat

4

kategori

dasar

yaitu:

Australophithecines (berbagai bentuk yang termasuk dalam genus
Australophitecus) Homo habilis Homo erectus Homo sapiens.
5. Perbedaan yang terlihat, jelas konsep Harun Yahya menentang konsep
Darwin. Harun Yahya memberikan suatu perspektif kreatif bahwa makhluk
hidup diciptakan dengan desainnya masing-masing oleh Sang Pencipta.

3.2 Saran
Demikian makalah ini disusun beserta masalah-masalah sosial yang sering
terjadi di masyarakat. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini kurang

22

baik dan masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran
membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

23

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M. S., Ferial W. Eddyman & Soekendarsi. Eddy. 2014. Pengantar Biologi
Evolusi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Hodge, Russ., 2010. Human Genetic: Race, Population, and Desease “Genetic
amd Evolution”. New York: Infobase Publishing.
Lukman, Aprizal., 2008. Evolusi Sel sebagai Dasar Perkembangan Makhluk
Hidup Saat Ini. Biospecies. 1(2): 67-72
Poesponegoro, Marwati Djoened, Dkk. 2008. Sejarah Nasional Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Snustad & Simmons, 2012. Principles of Genetic: 6th Edition. USA: John Wiley &
Sons. Inc
Waluyo, Lud. 2005. Evolusi Organik. Malang : UMM Press.
Waluyo, Lud. 2010. Miskonsepsi Dan Kontrovesi Evolusi Serta Implikasinya
Pada Pembelajaran. Malang: Umm press
Yahya, Harun. (2002). Menyanggah Darwinism : Bagaimana Teori Evolusi
Runtuh Di Bawah Ilmu Pengetahuan Modern. http://pustaka.islamnet.web.
id/Bahtsul_Masaail/Artikel/Artikel%20Harun%20Yahya/Kumpulan
%20Artikel/menyanggah_darwinisme.htm. Diakses 5 November 2015.

24