HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANG TUA DEN

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN
KEPERCAYAAN DIRI REMAJA DI SMPN 25 PEKANBARU
Trio Saputra
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi
orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja. Penelitian ini menggunakan
subjek sebanyak 120 orang siswa siswi SMP N 25 Pekanbaru, data penelitian
dikumpulkan dengan menggunakan dua buah skala, yaitu skala komunikasi orang
tua yang digunakan disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Djalaludin
Rakhmat dengan jumlah 30 aitem dan skala kepercayaan diri yang digunakan
disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori tentang kepercayaan diri yang
disampaikan oleh Hakim dengan jumlah 36 aitem.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik metode
summated ratings, analisis data dengan menggunakan analisis product moment,
dengan bantuan komputer program SPSS 18.0 for windows. berdasarkan hasil
analisis ditemukan bahwa terdapat hubungan positif antara komunikasi orang tua
dengan kepercayaan diri pada remaja, koefisien korelasi sebesar 0.471 dengan p =
0.000. maka hipotesis diterima, berarti semakin tinggi komunikasi orang tua
semakin tinggi kepercayaan diri dan sebaliknya semakin rendah komunikasi orang
tua semakin rendah kepercayaan diri remaja.
Kata kunci : komunikasi orang tua, kepercayaan diri


RELATIONSHIP BETWEEN PARENT COMMUNICATION WITH
CONFIDENCE IN ADOLESCENT
Trio Saputra
Abstract
This study aimed to determine the relationship between parental
communication with confidence in adolescents. This study used subjects students
120 people SMP N 25 Pekanbaru, data were collected by using two scales, the
scale used parental communication prepared by the researchers based on the
theory Djalaludin aitem Grace with the number 30 and a confidence scale used
structured self by the researchers based on the theory of confidence delivered by
the Judge with 36 items.
Sampling in this study using the technique of method Summated ratings,
analysis of data using product moment analysis, with the help of a computer
program SPSS 18.0 for windows. based on the results of the analysis found that
there is a positive relationship between parental communication with confidence
in adolescents, the correlation coefficient of 0471 with p = 0.000. then the

1


hypothesis is accepted, then the higher the higher the parental communication
confidence and conversely the lower the parental communication lower
confidence adolescents.
Keywords: parental communication, confidence
Latar belakang
Percaya diri adalah rasa percaya bahwa ia sanggup dan mampu untuk
mencapai prestasi tertentu, apabila prestasinya sudah tinggi maka individu yang
bersangkutan akan lebih percaya diri, Setyobroto (dalam Wayan, 2012). Tinggi
rendahnya kepercayaan diri seseorang akan tergantung pada beberapa hal, namun
yang sudah jelas menurut Sarwono (2002) kepercayaan diri tergantung pada
interaksi sosial seseorang. Melalui interaksi ini individu akan mendapatkan umpan
balik dalam aktifitas yang dilakukannya.
Kepercayaan diri diawali dengan pengenalan secara fisik, bagaimana
seseorang menilai dirinya, menerima atau menolak, perasaan inilah yang nantinya
akan memberikan rasa puas ataupun sebaliknya yang akan mempengaruhi
perkembangan jiwanya. Kepercayaan diri seseorang juga akan sangat dipengaruhi
oleh masa perkembangan yang sedang dilaluinya. Terutama bagi remaja,
kepercayaan diri ini akan mudah berubah. Hal ini tergantung pada pengalamanpengalaman dalam hubungan interpersonalnya (Andayani dan Afianti, 1996).
Selain itu juga remaja yang memiliki kepercayaan diri akan selalu berupaya
untuk mengenali potensi yang ada pada dirinya dan berupaya untuk meyakini

bahwa setiap orang memiliki potensi. Rasa percaya diri yang berlebihan pada
umumnya didasari oleh tekanan-tekanan yang mungkin datang dari orang tua dan
masyarakat, hingga tanpa sadar melandasi motivasi remaja untuk harus menjadi
orang sukses. Selain itu persepsi yang kelirupun dapat menimbulkan asumsi yang
keliru tentang diri sendiri hingga rasa percaya diri yang begitu besar tidak
dilandasi oleh kemampuan yang nyata. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
lingkungan dimana remaja dibesarkan, dari teman atau dari dirinya sendiri
(Brewer, 2005).
Menurut Afiatin dan Martaniah (1998) Kepercayaan diri merupakan aspek
kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi
yang dimilikinya. Afiatin dan Martaniah menggambarkan bahwa orang yang
mempunyai kepercayaan diri ciri-cirinya: individu merasa yakin terhadap
tindakan yang dilakukan, individu merasa diterima oleh kelompoknya, dan
individu percaya sekali terhadap dirinya serta memiliki ketenangan sikap.
Lauster (1978) juga mengatakan bahwa ciri-ciri orang yang percaya diri
adalah tidak mementikangkan diri sendiri, cukup toleran, cukup berambisi, tidak
perlu dukungan orang lain, tidak berlebihan, optimistik, mampu berkerja secara
efekif, bertanggung jawab atas pekerjaannya, dan bergembira. Dapat disimpulkan
bahwa orang yang percaya diri mempnyai hubungan sosial yang baik, mempunyai
aspirasi yang sehat, mampu bekerja dengan afektif dan bertanggung jawab, dan

sehat secara emosional. Dengan kemampuan-kemampuan tersebut individu

2

mempunyai kemungkinan untuk sukses bila dibandingan dengan individu yang
kurang atau tidak percaya diri.
Sebaliknya, orang yang kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan
positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya
pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Ciri diatas mengatakan
tidak bisa mendmonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengar
yang meyakinkan, disini karena bentuk lemahnya komunikasi.
Namun wujud dari harapan seperti itu, tidaklah dialami oleh semua orang,
sebab dari berbagai kasus dalam kehidupan sehari-hari menunjukan bahwa
keluarga tidak selalu menjadi arena perkembangan yang sehat, dan kebanyakan
masalah yang terjadi dapat ditelusuri, karena kurang adanya proses komunikasi
dalam keluarga tersebut. (Irwanto 1985).
Peranan ayah dan ibu di rumah sangat penting. Mereka inilah yang harus
selalu menciptakan kondisi yang membuat remaja cukup betah di rumah dan lebih
penting lagi membuat anak menyukai keluarga sebagai panduan ideal keluarga
yang kelak ia akan dibina sebagai orang dewasa. Kebebasan, ketentuan-ketentuan

dan disiplin dapat disatukan secara wajar. Sikap jujur dari orang tua, komunikasi
orang tua anak, ikut menyebarkan iklim kesenangan akan keluarga sendiri. Hal ini
harus berdasarkan pada suatu pendekatan dialog dengan anak secara mesra.
(Surakhman 1980,).
Pada hakekatnya orang tua mempunyai harapan agar anak-anak mereka
tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan apa yang
baik dan tidak baik, tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang
dapat merugikan dirinya sendiri maupun merugikan orang lain. Harapan ini
kiranya akan lebih mudah terwujud apabila sejak mula orang tua telah menyadari
peranan mereka sebagai orang tua yang besar hubungan terhadap perkembangan
moral anak. (Gunarsa, 1986).
Berangkat dari permasalahan yang telah di uraikan di atas, akhirnya peneliti
merasa terdorong untuk menulis topik tersebut, serta mengadakan suatu
penelitian, karena kian hari permasalahan remaja makin membesar di kota-kota,
dan kemungkinan besar akan merambat ke pelosok-pelosok.di samping itu, karena
permasalahan mengenai komunikasi orangtua terhadap kepercayaan diri remaja,
sampai saat ini belum diteliti oleh peneliti terdahulu. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk menelitinya.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi

orang tua dengan kepercayaan diri remaja.
Manfaat penelitian
Memberikan sumbangan kepada remaja maupun orang tua, tentang suatu
komunikasi timbal-balik yang efekti, sehinga dapat menambah kepercayaan diri
para remaja.

3

khusus untuk psikologi bahwa penelitian ini dapat memberikan informasi,
khususnya dalam ilmu psikologi remaja, sehingga dapat mempersiapkan remaja,
agar lebih bersifat optimis untuk menghadapi masa depan dengan gairah dan
penuh semangat.
Pengertian Kepercayaan Diri
Kepercayan diri merupakan milik pribadi yang sangat penting dan
ikut menentukm kehihapaan hidup seseorang. Seseorang yang tidak
mamiliki kepercayaan diri akan tumbuh menjadi individu yang tidak kreatif
dan tidak produktif Menurut Rini Jasinta, (2002) kepercayaan diri adalah
sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk
mengembangkan penilain positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan sekitar.

Kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang indvidu yang
mampukandirinya untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya
(Ieokmono, 1983).
Berdasarkan uraian di atas dapat disipulkan bahwa pengertian rasa
percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa
mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan din remaja
Ada banyak unsur yang membentuk atau menghambat pekermbangan
rasa percaya diri seorang. Kebanyakan unsur tersebut berasal dari norma
dalam pribadi individu sendiri, tetapi ada juga yang berasal dari norma dan
pengalaman keluarga, tradisi, kebiasaan dan nilai-nilai lingkungan dan
kelompok dimana keluarga itu berasal (leokmono, 1983). Berapa faktor
yang dapat mempengruhi kepercayaan diri seorang, antara lain :
1. Keadaan fisik
Menurut Suryabrata (1984) mengatakan bahwa bila seorang memiliki
jasmania yang kurang sempurna maka timbullah perasaan tidak enak
pada dirinya karena merasa tidak atau kurang berharga untuk
dibandingkan dengan sesamamnya. Perasaan yang demikian itu dapat

disebut rasa rendah diri. Perasaan rendah diri ini selanjutnya
menyebabkan orang tersebut menjadi kurang pecaya diri.
2. Konsep diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam hubungan dengan orang lain. Menurut Stuart dan Sundden,
(dalam Suntrock, 1995). Konsep ini mempengaruhi kepercayaan diri
seorang. Menurut Coleman (dalam Martani dan Adiyanti, 1991)
mengatakan bahwa melalui evaluasi diri soerang dapat memahami diri
sendiri dan akan tahi siapa dirinya yang kemudian akan bekembang
menjadi kepercayaan diri. Hakim (2002) juga menambahkan bahwa

4

langkah awal untuk menumbuhkan rasa percaya diri adalah
pemahaman diri yaitu pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan
diri sendiri.
3. Harga diri
Harga diri menurut Robbin sundan shater (dalam ramdani, 1991) dapat
diartikan sebagai rasa menguasai dan menghargai diri sendiri dengan

berdasarkan pada hal-hal yang realitas dan perasaan ini biasanya akan
mempengaruhi proses berfikir, perasaan, keinginan. Nilai maupun
tujuan hidupnya. Harga diri mempengaruhi kepecayaan diri seorang.
Menurut Cohen (dalam Azwar, 1989) mengemukakan bahwa seorang
yang memiliki self esteem atau harga diri yang tinggi cendrung lebih
percaya diri dibandingkan orang-orang yang memiliki self esteem yang
rendah.
Maslow (dalam Andayani dan Afiati, 1996) juga menyatakan bahwa
dengan harga diri yang tinggi, seorang akan dapat mengaktualisasikan
potensi dirinya. Dan pengaktualisasiaan pontensi ini, bila positif, akan
meningkatkan kepercayaan diri seorang.
Sebaliknya, rasa rendah diri dapat membuat orang lekas tersinggung
karena itu ia akan menjauhi pergaulan dengan orang banyak,
menyendiri, tidak berani mengemukakan pendapa dan tidak berani
bertindak. Lama kelamaan hal ini dapat menyebabkan hilangnya
kepercayaan diri orang tersebut (Hakim, 2002)
4. Tingkat pendidikan
Monk (2002) menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai
pengaruh dalam menentukan kepecayaan diri. Semakin tinggi tingkat
pendidikan, semakian banyak yang telah di pelajari individu berarti

semakin mengnal diri baik kekurangan maupun kelebihannya sehingga
mampu menentukan sendiri standar keberhasilannya.
Menurut Hakim (2002) juga menambahkan bahwa tingkat pendidikan
formal bisa menjadi salah satu utama yang bisa menentukan tingg
rendahnya status sosial seorang selain itu adanya gelar-gelar yang bisa
diperoleh oleh orang yang sudah menamatkan pendidikan tinggi
tertentu, juga turut menentukan tinggi rendahnya status sosial pada diri
seorang. Pandangan ini menyababkan orang yang tidak mempunyai
pendidikan atau gelar yang tinggi merasa rendah diri. Jika gejala ini
dialami setiap hari, maka rasa rendah diri ini bisa berkembang menjadi
rasa tidak percaya diri.
5. Interaksi sosial akan munculkan dukungan sosial
Interaksi sosial merupakan suatu proses dimana individu
memperhatikan dan merespon terhadap individu lain, sehingga dibalas
dengan respon tertentu, dalam hubungan kesehariannya, orang tua
sebagai orang yang dekat dengan individu dalam hubungan keduanya
akan muncul saling mempengaruhi satu sama lain, saling mengubah
dan memperabaiki (Garungan, 2004) dukungan sosial adalah bantuan
yang berasal dari orang-orang sekitar (setiap keluarga, lingkungan
masyarakat, teman dan lain sebagainya ) dalam hal ini kaitannya


5

dengan rasa percaya diri adalah bagaimana interaksi sosial dapat
memunculkan dukungan. Interaksi sosial dapat digambarkan oleh
adanya hubungan yang terjadi antara orang tua dan anak, sedangkan
dukungan disini kaitannya dengan respon orang tua dalam memberikan
pengertian, semangat. Informasi kepada remaja mengenai rasa pecaya
diri mereka. Dengan adanya hubungan dari orang tua melalui proses
komunikasi diharapkan mampu meningkatkan dan munculnya
padangan positif akan kepercayaan diri.
6. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya
kepercayaan diri individu pada umumnya laki-laki menunjukkan diri
yang lebih baik dari pada perempuan, sehingga perempuan biasanya
akan menampakan rasa kurang kepercayaan diri terhadap kemampuan.
Perempuan cenderung kurang stabil untuk mewujudkan kemampuan
dan lebih memperhatikan fisiknya sehingga banyak perempuan
mengalami kurang percaya diri terhadap keadaan fisiknya. Dalam
penelitiannya menurut Basow, Maccoby dan jacklin 1974 (dalam
jurnal laurie L.cohen dan janet K. Swim. 1995) menyebutkan bahwa
perempuan merasa berdasarkan perbedaan jenis kelamin adalah
terbentuknya penelitian sosial yang mengurangi kepercayaan diri pada
perempuan yang berkaitan dengan penampilan. Dengan menambah
persepsi penilaian sosial maka akan mempertinggi kerusakan rasa
percaya diri perempuan dari pada laki-laki. Perempuan merasa percaya
diri dengan kemampuannya dalam mengerjakan suatu dengan baik dan
jika dapat diterima dalam kelompok dengan penghargaan ini tidak
akan menjadi sebuah ancaman. Degan rasa percaya diri mereka akan
mampu mengatasi akibat/ pengaruh tekonism. Percaya diri dapat
menenangkan ancaman tekonism dan dapat berdampak negatif
perempuan dengan tingkat percaya diri rendah pada perempuan dengan
tingkat percaya diri tinggi.
2. Ciri-ciri Percaya diri
Menurut Darajat (1990), ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan
diri adalah tidak memiliki keraguan dan perasaan rendah diri, tidak takut
memulai hubungan dengan orang lain, tidak suka mengkritik dan aktif
dalam pergaulan dan pekerjaan, tidak mudah tersinggung, berani
mengemukakan pendaat, berani bertindak, dapat mempercayai orang lain.
Dan selalu optimis menurut Anthoy (1996), ciri individu yang memiliki
kepercayaan diri adalah sebagai berikut:
1. Berpikir positif yaitu menyadari dan mengetahui bahwa dirinya memiliki
kekuatan untuk mengatasi rintangan.
2. Tidak mudah putus asa, yaitu mampu menerima kelebihan dan kelemahan
yang ada pada dirinya
3. Memiliki sikap mandiri, yaitu tidak bergantung pada orang lain dan
melakukan sesuatu yang berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
4. Mampu berkomunikasi dengan baik adalah melakukan hubungan dengan

6

orang lain melalui komunikasi.
Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan pada
diri sendiri untuk dapat merasa nyaman, aman yakin kepada diri sendiri tidak
yakin orang lain selalu lebih baik melakukan sebaik mungkin sehing pintu terbuka
dikemudian hari menetapkan tujuan yang tidak terlalu tinggi sehingga mampu
meraihnya tidak merasa minder ketika membandingkan diri sendiri dengan orang
lain memiliki kemampuan untuk bertindak dengan percaya diri memiliki
kesadaran adanya kegagalan dan melakukan kesalahan merasa nyaman dengan
diri sendiri, dan tidak khawatir dengan yang dikpirkan orang lain, memiliki
keberanian untuk mencapai apa yang diinginkan.
Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication, yang berasal
darikata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama
disini artinya "sama maka (Onong Uchjana dalam prasetyo, 2000,).
Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi
manusia dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Pendek
kata dengan melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan atau berinteraksi
antara satu dengan yang lain.
Menurut Edward Depari (Onong, 2000) komunikasi adalah proses
penyampaian gagasan harapan dan pesan melalui lambang tertentu, mengandung
arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana, seseorang menyatakan sesuatu
kepada orang lain.
Dalam pengertian paradigmatic, komunikasi mengandung tujuan tertentu
ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media.
Pengertian lain komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku, bark langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.
Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah
sikap (attitude), pendapat ( opinion), atau perilaku (behavior).
Di dalam komunikasi tengah hubungan interpersonal. Melalui komunikasi
interpersonal manusia dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang
lain. Dengan melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan, berinteraksi
satu dengan yang berdasarkan definisi-deifinisi di atas dapat ditarik kesimpulan
pengertian komunikasi adalah suatu proses penyampaian pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain, dengan mengandung tujuan tertentu, memberi tahu
atau untuk mengubah sikap pendapat, atau perilaku berlangsung secara lisan
maupun tidak langsung melalui media.
2. Aspek-aspek Komunikasi
Djalaluddin (1996) merumuskan beberapa aspek komunikasi antara lain :

7

a. Pengertian
Penerimaan yang cermat dari stimuli seperti yang dimaksudkan oleh
komunikator kegagalan dalam menerima isi dari pesan secara cermat disebut
dengan kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication)
untuk menghindari hal tersebut perlu memahami paling tidak psikologi pesan
dan psikologi komunikator.
b. Kesenangan
Tidak semua komunikasi ditujunkan untuk menyampaikan informasi dan
membentuk pengertian. Tetapi dalam komunikasi ini dimaksudkan untuk
menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan
yang akrab, hangat dan menyenangkan
c. Mempengaruhi sikap.
Paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang
lain. Khatib ingin membangkitkan sikap, beragama, politisi ingin menciptakan
citra yang Baik, guru ingin mengajak muridnya untuk mencintai ilmu
pengetahuan, dan lain sebagainya. Semua ini adalah komunikasi persuasif.
Persuasif didefenisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan
tindakan orang yang menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang
tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
d. Hubungan sosial yang Baik
Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang
Baik. William menyebutnya kebutuhan sosial yang hanya dapat dipenuhi
dengan komunikasi interpersonal yang efektif
e. Tindakan
Tindakan adalah hasil komulatif seluruh proses komunikasi, bukan saja
memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat
dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi
manusia.
Dari kelima aspek komunikasi yang efektif tersebut di alas akan
menimbulkan perubahan perilaku pada remaja dengan informasi yang
diterima dari ibunya selaku komunikator, dan akan sangat bergantung dari
pembentukan sikap, untuk mewujudkan tingkah laku remaja tersebut. Untuk
mewujudkan perubahan tingkah laku pada remaja, ibu harus menggunakan
berbagai pendekatan pada remaja agar komunikasi yang berlangsung lebih
memiliki rasa ikatan-ikatan emosional pada remaja.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Keluarga
Menurut Lunadi (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Citra diri
Manusia belajar menciptakm citra din melalui hubungan dengan
orang lain dilingkungan. Melalui kommisi dengan orang lain seseorang akan
mengetahui apakah dirinya dibenci, dicinta, dihormati, diremehkan
direndahkan.
b. Lingkungan fisik
Perbedaan tempat akan mempengaruhi pola komunikasi yang

8

dilakukan cara untuk menyampaikan pesan, isi, infonnasi disesuaikan
dengan tempat dimana komunikasi itu dilakukan karena setiap tempat
mempunyai aturan, norma atau nilai-nilai sendiri.
c. Litngkungan sosial
Penting untuk dipahami, sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi dalam keluarga memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial
dapat berupa lingkungan kerja, dan lingkungan keluarga
d. Pengertian komunikasi orang tua dan remaja
Keluarga merupakan organisasi sosial yang paling penting dalam
kelompok sosial keluarga juga merupakan pusat pembentukan kepribadian
manusia sebagian besar dari anak manusia tumbuh, berkembang dan
didewasakan dalam lingkungan keluarga. Keluarga memberi ruang kepada
remaja untuk melaksanakan fungs-fungsi. Selanjutnya semakin mantap remaja
memerankan peranansosial maka semakin positif dan semakin produktif
dirinya. Kesuksesan dalam memainkan peranan tersebut memberikan rasa puas,
bahagia, dan kestabilan jiwa dalam hidupnya. Maka perlu adanya kedewasaan
psikis pada remaja agar mampu melaksanakan perkembangannya. Kedewasaan
psikis mengandung pengertian: memiliki emosi yang stabil, bisa mandiri,
menyadari tanggung jawab pada dirinnya, memiliki tujuan dan arah hidupnya.
Menurut Sarlito Wirawan, 1989, kaitannya dengan hal ini komunikasi
antara orang tua dan remaja putri bahwa remaja sebagai anggota keluarga.
Bahwa keluarga merupakan lingkungan primer setiap individu, sejak ialahir
sampai datang masanya meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga.
Sebagai hubungan primer, hubungan antar manusia yang paling intensif dan
paling awal terjadi adalah keluarga. Dengan demikian komunikasi yang terjalin
antara orangtua dan remaja putri dilandasi perasaan aman dan bahagia yang
timbul pada remaja dalam kebidupan keluarga yang harmonis tentang berbagai
hal akan bisa mempengaruhi daya penyesuaian sosial pada diri remaja dimasa
depan.
Remaja
Istilan Adolescence atau remaja berasal dari kata lain adolescere (kata
belanda, adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa
(Hurlock, 1999). Istilah adolescence, seperti yang digunakan saat ini
mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial
dan fisik.
Piaget (Hurlock, 1999), mengatakan bahwa secara psikologis masa
remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,
usia dimana anak tidak merasa lebih tua, melainkan berada di dalam tingkat
yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Hurlock (1999),
menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa, di mulai saat anak secara seksual matang clan berakhir
saat ia mencapai usia matang secara hukum.
Dari berbagai definisi mengenai remaja di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa remaja merupakan suatu periode perkembangan dari transisi antara
masa anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis, kognitif dan

9

sosioemosional.
Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan
Kepercayaan Diri Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan atau masa penghubung dan masa
anak-anak menjadi dewasa. Pada masa inii banyak perubahan yang terjadi pada
diri remaja. Perubahan itu meliputi perubahan secara fisik dan psikis. Dengan
adanya perubahan yang terjadi menyebabkan remaja dihadapkan pada sejumlah
masalah (strumdan masa drang). Permasalahan yang sering muncul pada masa
remaja berkaitan dengan perubahan fisik yang terjadi sehingga dapat
menimbulkan rasa kurang kepercayaan diri. dalam hal ini remaja cenderung
merasa kurang kepercayaan diri akan perubahan fisik yang mempengaruhi
penampilan mereka. Hal ini didukung peneiliti andari (Brook Sgunn dan
Paikoff (1993), Stattin dan Magungson (1990) dalam Santock (1995),
mengatakan bahwa kematangan yang lebih awal meningkatkan anak remaja
atas, sejumlah masalah. Remaja cenderung merasa percaya diri mengenai
penampilan mereka Dengan munculnya rasa kurang percaya diri dapat
menyebabkan remaja merasa minder, kurang optimis dan enggan dalam
pergaulan.
Adanya hambatan dari lingkungan serta kurang pengertian dan
dukungan dari keluarga terutama orang tua, membawa dampak yang kurang
baik bagi rasa percayadiri anak. Anak akan merasa tidak dukungan atau kurang
percaya diri terhadap perubahannya yang terjadi padanya.
Sejalan dengan masalah di atas maka peran orang tua sangat dibutuhkan
Komunikasi, antara remaja dan orang tua mempunyai peran besar bagi remaja
dalam menghadapi permasalahan rasa kurang kepercayaan diri seperti
kaitannya dengan perubahan fisik yang terjadi pada mereka yang berhubungan
dengan cara berpakaian dan lain sebagainya.
Dalam hal ini ada hubungan antara komunikasi orang tua dan anak
dengan rasa percaya diri remaja putri awal. Dimana hubungan yang terjalin
melalui komunikasi orang tua dan anak membantuk remaja dalam menghadapi
berbagai masalah kaintannya dengan rasa kepercayaan diri terhadap perubahan
fisik yang terjadi pada diri mereka. Komunikasi terjalin antara orang tua dan
anak dapat diwujudkan atas dasar keterbukaan, empati, dukungan. Perasaan
positif dan kesamaan. Diharapka pula remaja mau terbuka kapada orang tua
atas segala perubahan positif dan kesamaan. Diharapkan pula remaja mau
terbuka kepada orang tua atas segela perubahan yang terjadi pada diri mereka.
Keingingan untuk bercerita, terbuka dengan orang tua tdak terlepas dari suatu
hubungan komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak. Dengan
demikian dapat dilihat bahwa peran suatu komunikasi antara orang tua dan
anak yang diwujudkan dalam perilaku komunitas atas dasar, keterbukaan, rasa
percaya, pengertian. Sikap positif serta kesamaan akan suatu pandangan positif
remaja terhadap dirinya sendiri sehingga remaja akan merasa lebih percaya diri
terhadap keadaan dirinya, dan mampu menemukan dirinya dan menetapkan
hubungan dengan dunia sekitar dengan dilandasi rasa percaya diri. Dengan
adanya hubungan antara orang tua dalam menghadapi memecahkan

10

permasalahan remaja kaitannya dengan rasa percaya diri. Remaja akan merasa
diterima, dapat tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih matang karena
orang tua dapat membantu, memahami dan memberi pengertian kepada mereka
terhadap masalah yang dihadapi terutama masalah percaya diri. Oleh karena itu
dengan adanaya komunikasi antara orang tua dan anak, remaja diharapkan
lebih percaya diri di dalam menghadapi perubahan yang ada pada dirinya dan
mampu menjadi dirinya sendiri yang lebih baik.
Hipotesis
Hipotesis yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan antara komunikasi orang tua dan anak dengan kepercayaan diri
remaja semakin tinggi komunikasi orang tua dan anak, maka akan samakin
baik rasa kepercayaan diri remaja. Demikian juga sebaliknya semakin rendah
komunikasi orang tua dan anak, maka semakin rendah kepercayaan diri remaja
Metode Penelitian
IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas (X)
: Komunikasi orang tua anak
b. Variabel Tergantung (Y)
: Kepercayaan diri
Komunikasi orang tua dan anak, yaitu proses pengiriman pesan-pesan antar
individu dalam satu keluarga dimana orang tua bertanggung jawab dalam
mendidik anak, dengan efek umpan balik secara langsung. Dalam
mengembangkan eksistensi anak termasuk kebutuhan fisik dan psikis, sehingga
anak dapat tumbuh dan berkembang ke arah matang dan harmonis.
Semakin tinggi intensitas skor komunikasi orang tua dan anak yang
diperoleh dari skala komunikasi orang tua dan anak, maka semakin tinggi tingkat
komunikasi orang tua dan anak, sebaliknya semakin rendah skor komunikasi
orang tua dan anak yang diperoleh maka semakin rendah komunikasi orang tua
dan anak.
Kepercayaan diri merupakan suatu keadaan seseorang yang merasa yakin
terhadap dirinya untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya serta mampu
untuk menilai dan memahami apa-apa yang ada pada dirinya tanpa rasa ragu-ragu
dan bimbang. Kepercayaan diri memiliki ciri-ciri, diantaranya, selalu bersikap
tenang dalam mengerjakan sesuatu, mampu menetralisir ketegangan yang muncul
dalam berbagai situasi, mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi diberbagai
situasi, memiliki kondisi mental dan fisik yang menunjang penampilannya,
memiliki kemampuan bersosialisasi dan selalu bereaksi positif dalam menghadapi
masalah.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi
kepercayaan diri pada subjek tersebut, demikian juga semakin rendah skor yang
diperoleh subjek berarti semakin rendah kepercayaan diri pada subjek tersebut.

31
11

SUBJEK PENELITIAN
Populasi Penelitian
Hadi (2000) mengatakan bahwa populasi merupakan sejumlah individu
yang paling sedikit mempunyai suatu ciri yang sama dengan untuk menentukan
sample terlebih dahulu harus menentukan luas dan sifat populasi juga memberikan
batasan yang tegas. Jumlah siswa di SMPN 25 adalah sebanyak 1009 siswa, jadi
pengambilan sampel penelitian berjumlah 120 siswa, dalam Sugiono (2004)
jumlah populasi 1009 yang dijadikan sampel yang paling kecil adalah 120 orang.
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah remaja dengan karakterristik
sebagai berikut:
a. Remaja umur 13-17
b. Tinggal bersama orang tua.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive random sampling yaitu teknik
pemilihan subjek yang diambil secara acak yang didasarkan atas ciri-ciri atau
sifat-sifat tertentu (Suryabrata, 2005). Yang berarti teknik pengambilannya tidak
sistematis, namun secara acak dengan memperhatikan proporsi jumlah populasi
pada masing-masing remaja. Tujuan utamanya adalah agar semua populasi
terwakili. Jika pengambilan contoh tidak secara acak, maka tidak menjamin
bahwa keseluruhan populasi dapat terwakili (Suryabrata, 2005). Ciri-ciri subjek
yang diambil yaitu remaja berusia 13 sampai 17 tahun.
1.

METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakkan dalam penelitian ini
menggunakan dua skala, yaitu skala komunikasi orang tua anak dan skala
kepercayaan diri remaja. Pengumpulan data bersifat kuantitatif dengan metode
summated ratings yang berisi pernyatan favourebel dan unfavourebel (azwar
2000). Adapun skala yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Skala Kepercayaan Diri
Skala yang digunakan disusun sendiri oleh peneliti menggunakan indikator
berdasarkan teori Hakim (2002) yaitu : selalu bersikap tenang dalam mengerjakan
sesuatu, mampu menetralisir ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi,
mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi diberbagai situasi, memiliki
kondisi mental dan fisik yang menunjang penampilannya, memiliki kemampuan
bersosialisasi dan selalu bereaksi positif dalam menghadapi masalah.
Jumlah aitem yang direncanakan dalam skala ini adalah 36 aitem. Subjek
diminta untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan memilih
salah satu dari empat macam pilihan yang diajukan yaitu: sangat sesuai (SS),
sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor dalam aitem
berkisar dari 4 sampai dengan 1 berikan untuk aitem yang bersifat favorable,
sedangkan untuk aeitem unfavorable skornya bergerak dari 1 sampai dengan 4.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi
kepercayaan diri remaja tersebut, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor
yang diperoleh subjek berarti semakin rendah kepercayaan diri remaja tersebut.

12

2. Skala komunikasi orang tua anak
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkap variabel komunikasi orang
tua anak yang didasarkan pada teori Djalaludin (1996). Skala ini di susun
berdasarkan modifikasi dari skala likert yang dibuat dalam empat alternatif
jawaban dengan menghilangkan jawaban netral untuk menghindari jawaban
mengelompok. pada skala ini terdapat 30 butir pertanyaan, yang terdiri dari
kelompok pertanyaan, yaitu 15 butir pertanyaam favourable (medukung) dan 15
butir unfavorable (tidk mendukung). Subjek diminta untuk menanggapi
pernyataan-pernyataan yang diajukan dengan memilih salah satu dari empat
macam pilihan yang diajukan yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai
(TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor dalam aitem berkisar dari 4 sampai
dengan 1 berikan untuk aitem yang bersifat favorable, sedangkan untuk aeitem
unfavorable skornya bergerak dari 1 sampai dengan 4.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi tingkat
komunikasi orang tua anak dan semakin rendah nilai total yang didapat maka
semakin rendah tingkat komunikasi orang tua anak.
METODE ANALISI DATA
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji Prasyarat Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri
dari dua bagian:
a. Uji Normalitas Sebaran
Uji ini di maksudkan untuk mengetahui normal atau tidaknya
suatu sampel. Menurut Hadi (2001) bahwa kaidah yang di gunakan untuk
mengetahui normal atau tidaknya sebaran data adalah jika p > 0.05, maka
sebarannya normal, sebaliknya jika p < 0.05, maka sebaranya tidak
normal.
b. Uji Linearitas Hubungan
Uji ini bertujuan untuk mengetahui bentuk hubungan antara
variabel tergantung. Uji Linearitas juga dapat mengetahui taraf
keberartian penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Apabila
penyimpangan tersebut tidak berarti, maka hubungan antara variabel
prediktor dengan kriterium dianggap linear. Kaidah yang digunakan
adalah apabila p > 0.05, maka hubungan antara kedua variabel adalah
lenear. Jika p < 0.05, maka hubungan antara kedua variabel adalah
kuadratik.
2. Uji Hipotesis Penelitian
Setelah melakukan uji prasyarat analisis, kemudian pengujian
Hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Product
Moment. Analisis ini mengetahui hubungan kepercayaan diri dengan
penyesuaian sosial. Semua perhitungan analisis dilakukan dengan
mnggunakan perangkat lunak Statistic Program For Social Science seri
18.00 for windows.

13

Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja Sekolah
Menengah Pertama Negeri 25 Pekanbaru. Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan teknik korelasi product moment dari pearson diketahui bahwa
hipotesis yang diajukan penelitian terbukti atau diterima.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan positif dan
signifikan antara komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja
Sekolah Menengah Pertama Negeri 25 Pekanbaru. Data yang diperoleh dari
hasil analisis menunjukan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan
yang positif antara komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri tersebut
diterima, sebab variabel bebas dan variabel terikat yang dihipotesiskan
memiliki korelasi yang sangat signifikan. Hal ini dapat diketahui dari koefisien
korelasi (r) sebesar 0.471 dengan p= 0.000 (p 0.05) dengan demikian dapat disimpulakn bahwa
hubungan komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja sekolah
menengah pertama negeri 25 pekanbaru linier.
Hasil koefisien determinansi ( R2 ) diperoleh sebesar 0.222 yang
menggambarkan bahwa dalam penelitian ini komunikasi orang tua memiliki
sumbangan sebesar 22.2 % terhadap kepercayaan diri pada remaja SMP N 25
Pekanbaru. Nilai tersebut menunjukan bahwa tingkat konsistensi variabel
kepercayaan diri dapat dipengaruhi variabel kepercayaan diri. Sisanya 77.8%
ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.

14

Dari kepercayaan diri yang dimiliki, kesuksesan dan keberhasilan
hidup seseorang seseorang akan dapat diprediksikan. Individu yang percaya
diri biasanya selalu bersikap optimis dan yakin akan kemampuannya dalam
melakukan sesuatu. Sebalikya, individu yang rasa percaya dirinya rendah akan
mengalami hambatan-hambatan dalam hidupnya, baik dalam berinteraksi
dengan individu lain maupun dalam pekerjaan.
Koentjaraningrat (dalam Wayan, 2012) menyatakan bahwa salah satu
kelemahan generasi muda Indonesia adalah kurangnya kepercayaan diri.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Afiatin dan Martaniah,
1998 terhadap remaja siswa SMTA di Kodya Yogyakarta menunjukkan bahwa
permasalahan yang banyak dirasakan dan dialami oleh remaja pada dasarnya
disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri. Melihat fenomena yang ada
sekarang ini, tampak beberapa karakteristik yang mengindikasikan betapa
remaja saat ini banyak yang mengalami kurang percaya diri. Beberapa
karakteristik tersebut antara lain: memiliki motivasi yang rendah untuk
berkompetisi, rendahnya motivasi siswa untuk mengembangkan diri dan
motivasi untuk belajar, kepribadian yang cenderung labil, senang meniru dan
tidak mentaati tata tertib sekolah.
Djalaluddin (1996) merumuskan beberapa aspek komunikasi yang efektif
antara lain :Pengertian, Kesenangan, Mempengaruhi sikap, Hubungan sosial
yang Baik, Tindakan. Dari kelima aspek komunikasi yang efektif tersebut di
rasa akan menimbulkan perubahan perilaku pada remaja sebagai kownunAwy
dengan informast yang diterima dari ibunya selaku komunikator, dan akan
sangat bergantung dari pembentukan sikap, untuk mewujudkan tingkah laku
remaja tersebut. Untuk mewujudkan perubahan tingkah laku pada remaja, ibu
harus menggunakan berbagai pendekatan pada remaja agar komunikasi yang
berlangsung lebih memiliki rasa ikatan-ikatan emosional pada remaja.
Monks, dkk (1994) mengatakan bahwa kualitas hubungan dengan orang
tua memegang peranan yang penting. Adanya komunikasi antara orangtua dan
anak pada masa remaja akan menimbulkan kedekatan. Hubungan antara ibu dan
anak lebih dekat dan pada antara ayah dan anak. komunikasi dengan ibu meliputi
permasalahan sehari-hari, sedangkan komunikasi dengan ayah meliputi
persaingan remaja hidup dalam masyarakat
Sebagian besar siswa dapat melakukan komunikasi orang tua yang
baik karena mereka memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
Keberhasilan melalukan komunikasi orang tua tidak terlepas dari kepercayaan
diri yang dimiliki. Siswa-siwa SMP N 25 Pekanbaru dapat berhasil
membangun kepercayaan diri dengan baik dan hasil yang mereka peroleh
adalah mereka dapat melakukan Komunikasi kepada orang tua dan memiliki
hubungan yang baik dengan orang tuanya.
Siswa yang dapat komunikasi orang tua dengan lingkungan sosialnya,
maka menunjang sikap yang menyenangkan dalam berhubungan dengan orang
lain, dan merasa puas karena dapat berhubungan dengan kelompok sosial, serta
menerima kelemahan-kelemahan diri sendiri, sehingga dapat menimbulakan
kepercayaan diri, karena dengan percaya diri siswa lebih mudah bergaul dan
tidak mudah terjerumus ke hal yang negatif.

15

Tahapan-tahapan proses dalam mencapai komunikasi orang tua secara
positif ditandai oleh kepercayaan terhadap diri sendiri, orang lain dan segala
sesuatu diluar dirinya, sehingga tidak pernah merasa tersisih dan kesepian.
Siswa yang mampu berinteraksi terhadap sosialnya dan mendapatkan
kepercayaan diri yang baik mempunyai ciri bertindak mandiri dengan membuat
pilihan dan mengambil keputusan sendiri, seperti menjalin relasi dengan orang
lain, memiliki tanggung jawab serta mampu bertindak dengan segera. memiliki
keyakinan yang kuat, memiliki persepsi diri yang positif serta suka mencari
tantangan baru dan mau melibatkan diri dengan lingkungan yang lebih luas,
mengungkapkan perasaannya dengan spontan, dan mampu mempengaruhi
orang lain.
Komunikasi keluarga penting dalam membentuk suatu keluarga yang
harmonis,dimana untuk mencapai keluarga yang harmonis semua anggota
keluarga harus didorong untuk diambil bagian dalam percakapan mengemukan
pendapat,gagasan serta menceritakan pengalamam-pengalaman komunikasi
komunikasi orang tua anak adalah suatu proses hubungan antara oraang
tua,yaitu ibu dan ayah anak. Yang merupakan jalinan yang mampu memberi
rasa aman bagi anak melalui suatu hubungan yang memungkinkan kedua nya
untuk saling berkomunikasi sehinga ada nya keterbukaan. Percaya diri dalam
menghadapi masalah. Komunikasi antara orang tua.anak dalam keluarga
merupakan interaksi yang terjadi antara angota keluarga dan merupkan dasar
dari pekembangan anak (dalam Prasetyo .dkk.2000)
Menurut (Surakhman 1980,).Peranan ayah dan ibu di rumah sangat
penting. Mereka inilah yang harus selalu menciptakan kondisi yang membuat
remaja cukup betah di rumah dan lebih penting lagi membuat anak menyukai
keluarga sebagai panduan ideal keluarga yang kelak ia akan dibina sebagai orang
dewasa. Kebebasan, ketentuan-ketentuan dan disiplin dapat disatukan secara
wajar. Sikap jujur dari orang tua, komunikasi orang tua anak, ikut menyebarkan
iklim kesenangan akan keluarga sendiri. Hal ini harus berdasarkan pada suatu
pendekatan dialog dengan anak secara mesra.
Kepercayaan diri merupakan milik pribadi yang sangat penting ikut.
Menentukan kebahagian hidup seseorang seorang yang tidak memiliki,
kepercayaan diri akan timbuh.menjadi individu yang tidak kreatif dan tidak
produktip. Menurut Rini jacinta kepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif.
Baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sekitar (Jacinta 2002)
Jacinta menjelaskan bahwa rasa percaya diri sebenar menunjuk pada adanya
beberapa aspek dari kehidupan.individu tersebut dimana ia merasa memiliki
kompetensi yakni mampu dan mempercaya bahwa ia bisa karena didukung
oleh pengalaman potensi aktual prestasi dan harapan yang realistik terhadap
diri sendiri
Kepercayaan diri bagi siswa dalam memulai hubungan komunikasi orang
tua dalam keluarga sangat penting karena sikap individu dalam berinteraksi
dengan keluarga tergantung pada kepercayaan diri individu. Remaja yang
mempunyai percaya diri yang tinggi akan mudah berintraksi dan remaja yang
mempunyai percaya diri kurang cenderung menutup diri dan sulit dalam

16

menyesuaikan diri. Hal ini didukung juga dengan ciri-ciri yang terdapat pada
masing-masing variabel.
Terdapat hubungan antara komunikasi orang tua dengan kepercayaan
diri siswa SMP N 25 Pekanbaru, siswa SMP N 25 Pekanbaru memiliki
kepercayaan diri yang tinggi maka tingkat komunikasi orang tua juga tinggi.
Jika siswa tidak mempunyai kepercayaan diri maka dia tidak mampu untuk
menyesuaikan diri dengan kerabat, teman-temannya dan orang-orang yang ada
di sekitarnya serta lingkungannya. Tahapan-tahapan proses dalam mencapai
komunikasi orang tua yang secara positif ditandai oleh kepercayaan terhadap
diri sendiri, siswa yang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
sosialnya dan mendapatkan kepercayaan diri yang baik, mempunyai ciri
bertindak mandiri dengan membuat pilihan dan mengambil keputusan sendiri,
seperti menjalin relasi dengan orang lain, memiliki tanggung jawab dan
keyakinan yang kuat serta mampu bertindak dan berprestasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, R. 1992. Rahasia Membangun Kepercayaan Diri. (terjemahan Rita Wiryadi).
Jakarta: Binarupa Aksara
Andayani, B; Afiatin, T. 1996.[Jurnal] Psikologi. Yogyakarta: Universitas GajahMada. Nomor 6 tahun
III (66-79).
Afiatin, T., Martaniah, S.M. 1998.Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja . Jakarta :
Erlangga
Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Basow Maccoby & Jaklin. 1974. The Differential Impact of Gender Rations onWomen and Men:
Tokenism, Self Confidence, and Expectations.
Brewer. 2005. Bhuana Ilmu Populer . Yogyakarta: Gramedia
Dahlan, D. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja . Jakarta: PT.BPK Gunung
Mulia
Daradjat, Zakiah. 1994. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah .Jakarta, CV.
Ruhama.
Gunarsa, S. 1991,Psikologi Praktis Anak Renaja Dan Keluarga ,BPK Gunung Mulia
Gerungan, W. A. 2004.Psikologi Sosial. Bandung: Rafika Aditama
Hadi, Sutrisno. 2002. Metode Research. Yogyakarta : Andi Ofsset
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan “ suatu pendekatan sepanjang rentan
kehidupan” (terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarno). Jakarta : penerbit erlangga
Hakim. T, 2002, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta : Purwa Suara.
Haji Masagung.Effendy, Onong Uchjaya. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT.Citra Aditya Bakti.
Irwanto,1985,Penyesuaian Dalam Keluarga Masalah Komunukasi,Penerbit Arca
Jacinta F,R (2002) memupuk rasa percaya diri diunduh pada tanggal 20/10/2011 sumber
: http// www e-psikologi com/dewasa 161002 htm
Lauster, P. 1997. Test Kepribadian ( terjemahan Cecilia, G. Sumekto ). Yokyakarta.
Kanisius

17

Lunandi, A. G, 1994.Komunikasi Mengenai Peningkatan Efektivitas Komunikasi Antara
Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
Lunandi,1992,Komunikasi Mengenai Anak,Penerbit Kanisius
Lauster, P. 1978.The Personality Test . Jakarta: Bumi Aksara.
Loekmono, L. 1983. Rasa Percaya Diri Sendiri. Salatiga: Pusat BimbinganUniversitas Kristen
Satya Wacana
Mappiare, A. Drs. 1982. Psikologi Remaja . Surabaya ; usaha nasional.
Monks, F.J., A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu Haditono. 1998. Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Martani W.; Adiyanti M.G., 1991.Kompetensi Sosial dan Kepercayaan Diri Remaja .
Jakarta: Bumi Aksara.
Monks, F.J; Knoers, A.M.P; Haditono S.R. 1994.Psikologi Perkembangan:Pengantar dalam
berbagai bagiannya . Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press.
Prasetyo, M. 2000.Kesehatan Mental Anak Dalam Keluarga. Semarang: FIPUNNES.
Rachmat,J.1994,Psikologi Komunikasi Penerbit. PT Remaja Rosdakarya,Bandung
Rakhmat, J. 1996.Psikologi Komunikasi. Bandung; Remaja .
Ramdhani, N. 1991. Harga Diri dan Tingkat Kecemasan pada Mahasiswa yang
sulit bergaul. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UniversitasGajah Mada.
Sari, 2011. Fenomena Dan Tantangan Remaja Menjelang Dewasa . Yogyakarta:
Brilliant Book.
Santrock, John W. 2002. Edisi Kelima: Life-Span Development Perkembangan Masa
Hidup. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Santrock, J.W.2003. Adolancence (Perkembangan Remaja). Jakarta : Erlangga.
Sarwono, W.2002. Psikologi Remaja . Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Sugiyono, 2004. Metode Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung.
Suryabrata ,S.1988. Metode Penelitian. Jakarta. CV. Rajawali
Wayan. 2012. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Sosial Remaja.
Skripsi (tidak diterbitkan). Pekanbaru : Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau.

18