TRANSFORMASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN P
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Transformasi Pertanian
Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah proses transformasi pertanian.
Transformasi pertanian yaitu sutu proses perubahan pada berbagai aspek di bidang
pertanian. Perubahan yang dimaksud bukan hanya pada teknologi namun lebih jauh lagi
pada kelembagaan ekonomi dan sosial pertanian. Modernisasi pertanian dalam sistem
perekonomian campuran di beberapa negara berkembang juga dapat katakan sebagai suatu
proses transisi yang berlangsung secara bertahap tetapi berkesinambungan, yakni pola
produksi yang subsisten menjadi sistem pertanian yang terdiversifikasi dan terspesialisasi.
Setiap negara yang mencoba mengubah pola pertanian tradisional harus menyadari bahwa
upaya untuk menyesuaikan struktur pertanian dalam rangka memenuhi tuntutan atau bahan
pangan yang yang semakin tinggi itu juga meliputi perubahan – perubahan yang
mempengaruhi stuktur sosial, politik, dan kelembagaan masyarakat pedesaan. Tanpa
perubahan – perubahan tersebut, pembangunan pertanian tidak akan berjalan lancar, bahkan
sebaliknya akna menyebabkan jurang ketimpangan antara pemilik lahan luas yang kaya
dengan para petani kecil penyewa, penggarap, dan yang tidak memiliki lahan sama sekali.
Sebenarnya salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia adalah sektor
pertanian yang merupakan penerapan akal dan karya manusia melalui pengendalian proses
produksi biologis tumbuh-tumbuhan dan hewan, sehingga lebih bermanfaat bagi manusia.
Tanaman dapat diibaratkan sebagai pabrik primer karena dengan memakai bahan dasar
langsung dari alam dapat menghasilkan bahan organik yang bermanfaat bagi manusia baik
langsung maupun tidak langsung.
Usaha pertanian memiliki dua ciri penting yaitu:
1. Selalu melibatkan barang dalam volume besar
2. Proses produksi yang memiliki resiko yang relatif tinggi
Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu
1
dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budi daya alga dan
hidroponika) telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian
dunia masih menggunakan bentuk dan cara pertanian yang lama. Dalam rangka
meningkatkan taraf hidup kelompok masyarakat yang paling miskin, upaya yang dilakukan
harus langsung diarahkan kepada kelompok penduduk yang bersangkutan. Karena pada
umumnya mereka tinggal di pedesaan dan bekerja di sektor pertanian, maka kunci
pengentasan kemiskinan terletak pada pembangunan sektor pertanian secara sungguhsungguh. Revolusi hijau sangat berperan dalam meningkatkan jumlah kawasan garapan dan
menaikkan output. Namun, manfaat yang dihsilkan tidak selalu menyebar ke wilayah lain
atau mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
Gambaran produksi pertanian berbeda sekali dengan yang dialami oleh negaranegara dunia ketiga. Di negara-negara miskin, metode produksi pertanian dari waktu ke
waktu tidak mengalami perubahan berarti. Sampai sekarang, para petani di negara-negara
berkembang masih banyak yang menggunakan metode produksi yang sudah dipraktekkan
sejak ratusan yang lampau. Dengan teknologi pertanian dan penggunaan masukan (input)
tradisional diluar tenaga kerja manusia yang sama, kita mengetahui dari prinsip perolehan
hasil yang semakin berkurang (diminishing returns) bahwa jika semakin banyak orang yang
mengerjakan sebidang lahan maka tingkat produktivitas marjinal akan semakin menurun
sebagai hasil akhirnya standar hidup petani pedesaan di negara-negara dunia ketiga terus
memburuk. Sehingga antara negara maju dan negara berkembang muncul suatu
kesenjangan yang disebut sebagai kesenjangan produktivitas.
2.2 Struktur Sistem Pertanian (Agraria) Dunia
Jika diperhatikan bahwa kondisi pertanian yang ada sekarang ini pada sebagian
besar negara miskin, akan segera disadari bahwa betapa banyak tugas-tugas yang harus
dilaksanakan sesegera mungkin. Perbandingan sekilas antara produktivitas pertanian di
negara maju dengan negara berkembang akan memperjelas gambaran suram tersebut.
Sebenarnya, sistem atau pola pertanian yang ada di dunia ini dapat dibagi menjadi 2 pola
yang berbeda yaitu:
2
Pola pertanian di negara-negara maju yang memiliki tingkat efisiensi tinggi, dengan
kapasitas produksi dan rasio output per tenaga kerja yang juga tinggi, sehingga
jumlah petani yang sedikit dapat menyediakan bahan pangan bagi seluruh
penduduk.
Pola pertanian yang tidak atau kurang berkembang yang terjadi di negara-negara
berkembang. Tingkat produktivitasnya begitu rendah sehingga hasil yang diperoleh
seringkali tidak dapat memenuhi kebutuhan para petaninya sendiri. Jangankan untuk
mencukupi kebutuhan pangan penduduk daerah perkotaan, untuk keperluan seharihari para petani itu saja, hasil-hasil pertanian yang ada tidak mencukupi.
Sehingga antara negara maju dan negara berkembang muncul suatu kesenjangan yang
disebut sebagai kesenjangan produktivitas. Pada tahun 2000 kesenjangan produktivitas ini
meningkat menjadi lebih dari 50 banding 1, dimana negara-negara yang berpendapatan
rendah (produktivitasnya rendah) nilai tambah per pekerja sektor pertanian adalah 346
dolar sedangkan di negara maju seperti Inggris, Swedia, Jepang masing-masing adalah
34.730 dolar, 34.285 dolar, dan 30.620 dolar. Dari hal ini dapat dilihat dan dibuktikan
bahwa tingkat kesenjangan produktifitas antara negara maju dengan negara berkembang
cukup tinggi dan hal ini merupakan sebuah keadaan yang sangat memprihatinkan.
2.3 Penyebab Semakin Memburuknya Kinerja Pertanian Di Negara Berkembang
Karena banyak negara berkembang yang memiliki daerah pertanian yang cukup luas
namun tidak bisa memanfaatkan kelebihan luas lahan pertanian yang mereka miliki. Negara
tersebut masih terpengaruh oleh para teoritisi barat bahwa yang didengung-dengungkan
adalah bagaimana cara membangun dan memajukan perekonomian suatu bangsa yaitu
dengan cara mengubah perekonomian agraris menjadi perekonomian industri, dan banyak
negara berkembang yang meletakkan dasar pemikiran itu dalam struktur tatanan
perekonomian mereka. Ternyata strategi tersebut sangat tidak cocok untuk diterapkan di
negara-negara tersebut. Hal ini terjadi karena memang infrastruktur pembangunan industri
di negara tersebut memang belum tersedia secara lengkap. Maka salah satu akibat yang
ditimbulkan dari masalah ini adalah tingginya angka migrasi para penduduk dari desa ke
kota yang sebenarnya daerah perkotaan sudah terlampau padat bagi para penduduk
3
sementara lahan garapan pertanian yang ada di desa ditinggalkan dan tidak ada generasi
penerus yang akan mengelola karena para pemuda dan pemudi desa memilih untuk
melakukan migrasi ke kota agar bisa bekerja di perkantoran atau di sektor industri lain
dengan harapan memperoleh standar hidup yang lebih baik. Dari kejadian ini maka sebab
dan masalah yang ditimbulkan di negara tersebut adalah:
a. Lapangan pekerjaan di kota semakin sedikit. Hal ini diakibatkan karena banyaknya
tenaga kerja yang mencari pekerjaan disana sehingga terjadi persaingan yang sangat
ketat antara para pencari kerja.
b. Lahan garapan pertanian di desa mulai terbengkelai. Hal ini diakibatkan karena para
pemuda dan pemudi desa melakukan migrasi ke kota untuk mencari pekerjaan
disana sehingga orangtua mereka di desa yang sudah berumur tua kerepotan untuk
mengelola lahan petaniannya yang luas. Sehingga produktivitas mereka berangsurangsur turun seiring bertambahnya usia mereka.
c. Semakin sedikitnya tenaga kerja yang ada untuk mengelola lahan pertanian yang
luas di daerah pedesaan maka produktivitas sektor pertanian tersebut juga akan
turun. Dampaknya juga akan dirasakan oleh negara tersebut yaitu dimana negaranegara yang memiliki lahan pertanian yang luas sudah mulai mengimpor bahan
pangan untuk menjaga kestabilan pangan nasional mereka contoh yang paling jelas
adalah di negara kita sendiri. Hal ini tentu sangat memprihatinkan mengingat negara
kita mempunyai lahan pertanian yang cukup luas tetapi negara kita harus
mengimpor bahan pangan dari negara yang luas lahan pertaniannya lebih kecil dari
negara kita. Sebenarnya jika lahan pertanian negara kita dikelola dengan baik maka
negara kita tidak perlu mengimpor bahan pangan bahkan negara kita bisa menjadi
negara pengekspor bahan pangan.
d. Hal yang juga menjadi penyebab utama dari semakin memburuknya kinerja
pertanian adalah terabaikannya sektor yang sangat penting dalam perumusan
prioritas
pembangunan
oleh
pemerintahan
negara
yang
bersangkutan.
Terabaikannya sektor pertanian tersebut diperparah lagi dengan gagalnya
pelaksanaan investasi dalam perekonomian industri perkotaan, yang terutama
4
disebabkan oleh kesalahan dalam memilih strategi industrialisasi -- substitusi impor
dan penetapan nilai kurs yang terlalu tinggi.
Semakin memburuknya kinerja pertanian adalah terabaikannya sektor yang sangat penting
dalam perumusan prioritas pembangunan oleh pemerintahan negara yang bersangkutan
Melihat banyaknya hal yang menyebabkan kinerja pertanian di negara berkembang
semakin buruk maka dibutuhkanlah transformasi pertanian agar pembangunan pedesaan
tercapai. Adapun faktor pendorong terjadinya transformasi pertanian adalah:
1.
Ditemukannya varietas baru
2.
Adanya tekanan kependudukan
3.
Goncangan produksi
4.
Intensitas panen
5.
Penggunaan pupuk dan air
2.4 Tahap – Tahap Pembangunan Pertanian
Ada 3 tahap perkembangan pembangunan pertanian:
1.
Pertanian tradisional (subsisten)
Sistem pertanian tradisional adalah sistem pertanian yang masih bersifat ekstensif
dan tidak memaksimalkan input yang ada. Sistem pertanian tradisional salah satu
contohnya adalah sistem ladang berpindah. Sistem ladang berpindah telah tidak sejalan lagi
dengan kebutuhan lahan yang semakin meningkat akibat bertambahnya penduduk. Sistem
pertanian ini merupakan sistem yang dimulai sejak manusia memilih mulai menetap dan
berladang pada satu lokasi saja. Pada sistem ini teknologi pertaniannya tergolong sangat
rendah karena hanya menggunakan peralatan pertanian yang masih sederhana dan belum
berkembang. Selain itu, pertanian tradisional ini masih sangat bersahabat dengan alam, arif
dan mendukung ekosistem, hal ini karena petani masih membiarkan berbagai macam
hewan tetap hidup sehingga ketersediaan rantai makanan untuk flora dan fauna yang hidup
didalamnya terjaga. Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan
dengan kenyataan bahwa manusia seolah – olah hidup di atas tonggak. Pada daerah-daerah
yang lahan pertaniannya sempit dan penanaman hanya tergantung pada curah hujan yang
tak dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah, dan dalam keadaan
5
tahun-tahun yang buruk, para petani dan keluarganya akan mengalami bahaya kelaparan
yang sangat mencekam. Dalam keadaan yang demikian, kekuatan motivasi utama dalam
kehidupan para petani ini barangkali bukanlah meningkatkan penghasilan, tetapi berusaha
untuk bisa mempertahankan kehidupan keluarganya. Pada Pertanian tradisional biasanya
lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup para petani dan tidak untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi petani, sehingga hasil keuntungan petani dari hasil pertanian tradisional
tidak tinggi, bahkan ada yang sama sekali tidak ada dalam hasil produksi pertanian.
Sebenarnya pertanian tradisional merupakan pertanian yang akrab lingkungan
karena tidak memakai pestisida. Akan tetapi produksinya tidak mampu mengimbangi
kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus bertambah. Untuk mengimbangi
kebutuhan pangan tersbut, perlu diupayakan peningkatan produksi yang kemudian
berkembang sistem pertanian konvensional. Dalam pertanian tradisional, produksi
pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman saja
(biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan
produktivitas rendah karena hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana
(teknologi yang dipakai rendah). Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit sekali,
sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan. Pada
tahap ini hukum penurunan hasil (law of diminshing return) berlaku karena terlampau
banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di lahan pertanian yang sempit. Kegagalan panen
karena hujan dan banjir, atau kurang suburnya tanah, tindakan pemerasan oleh para rentenir
merupakan hal yang sangat ditakuti para petani. Sistem pertanian ladang berpindah sebagai
salah satu bentuk pengetahuan ekologi tradisional telah lama dikenal masyarakat luas dan
telah lama pula dipraktekkan di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Pertanian Tradisional berdasarkan fungsi dasar Ekonomi
Dalam pertanian tradisional biasanya menggunakan prinsip yang mana pertaniaan
tradisional hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya sekarang, misalnya pada
masyarakat bercocok tanam tanaman padi yang mana hasil padi yang telah di produksi dan
diolah menjadi beras kemudian di konsumsi oleh keluarganya, sehingga terus berjalan
kelangsungan hidupnya. Kemudian ciri dari pertanian tradisional yaitu masih berpaku dan
berharap pada alam yang mana ketika masyakrakat menanam suatu tanaman dengan
6
pertanain tradisional maka hasilnya akan tergantung pada proses alam. Pada sistem
pertanian terdapat beberapa evaluasi terhadap aspek ekonomi. Pertanian tradisional jika
dilihat dari aspek ekonomi antara lain:
a.
Penggunaan teknologi yang belum berkembang
Dalam hal ini biasanya pada pertanian tradisional menggunakan alat atau teknologi
yang masih rendah atau belum berkembang.Yang mana hal ini dapat memperlambat
hasil yang di produksi dan akan membuang waktu dalam proses bercocok tanam.
Misalnya pada sistem tradisional masyarakat untuk membajak sawah masih
menggunakan kerbau hal ini masih kurang efisiensi dalam pemanfaatan waktu dan
tenaga. Akan tetapi dari sektor ekonominya lebih rendah dan minim pengularan untuk
mengelolah lahan untuk menghasilkan produk.
b.
Tenaga kerja yang masih banyak digunakan
Untuk pertanian tradisional biasanya diguanakan lebih banyak dalam menggelolah
lahan pertanian untuk menghasilkan produksi. Hal ini dikarenakan masih minimnya
teknologi yang ada sehingga pelaksanaan menggunakan SDM (sumber daya manusia)
yang ada. Sebagai contoh dalam hal panen tanaman tebu yang mana digunakan tenaga
kerja manusia dalam proses penebangan, kemudian contoh lain proses perontokan helai
padi yang masih menggunakan tenaga manusia untuk melakukan walaupun saat ini
mulai ada teknologi yang membantu merontokan helai padi. Hal ini mencerminkan
bahwa pertanian tradisional masih tergantung dengan Sumber Tenaga Manusia yang
ada, akan tetapi dari sektor ekonominya lebih murah.
c.
Modal yang dipakai masih sedikit
Dalam hal ini modal dalam pengelolahan produksi pertanian masih sedikit karena
kebutuhan yang dibuat tidak terlalu membutuhkan modal lebih. Biasanya juga hanya
butuh modal untuk pembayaran tenaga kerja dan lain-lain yang rata-rata minim.
d.
Hasil produksi yang masih kurang terjangkau
Dalam pertanian tradisional sering hasil yang di produksi hanya sebatas untuk di
konsumsi keluarga maupun masyarakat golongan. Hal ini dikarenakan masih
minimnya cara budidaya tanaman sehingga produk yang dihasilkan masih rendah.
7
e.
Pertanian tradisional berdasarkan fungsi dasar Ekologi.
Dalam pertanian tradisional untuk mengolah hasil produk pertanian masih
tergantung dengan alam/ekologi sekitar. Dikarenakan dalam proses pertanian
tradisional produknya hanya untuk memeunhi konsumsi petaninya, bukan untuk
mencari keuntungan besar.
2.
Tahap pertanian tradisional menuju pertanian modern (tahap terdiversivikasi)
Pola pertanian terdiversifikasi merupkan tahap perantara yang harus dilalui dalam
proses transisi dari pola produksi pertanian subsisten menjadi produksi pertanian yang
terspesialisasi. Pada tahap ini, tanaman pokok tanaman pokok tidak mendominasi hasil
pertanian karena sudah banyak jenis tanaman perdagangan yang ditanam. Disamping itu
para petani juga memiliki pekerjaan sampingan seperti beternak. Ini akan menambah
penghasilan petani. Keberhasilan atau kegagalan usaha – usaha transformasi pola pertanian
tradisional ini tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan petani saja, tetapi
yang lebih penting, semua itu bergantung pada faktor lingkungan yang akan dihadapi petani
seperti kondisi sosial, komersial dan kelembagaan.
3.
Sistem Pertanian Modern (pertanian terspesialisasi)
Pertanian terspesialisasi merupakan tahap akhir dan bentuk yang paling maju dari
unit usaha pertanian. Ini adalah tipe pertanian yang pada umumnya diterapkan di negara
maju. Pertanian spesialisasi ini berkembang sbagai respon terhadap pembangunan yang
menyeluruh di bidang-bidang lain dalam ekonomi nasional. Karakteristik – karakteristik
umum dari pertanian terspesialisasi adalah pengutamaan jenis tanaman tertentu, pemakaian
modal secara intensif, penggunaan teknik produksi secara modern yang hemat, serta
pengembangan skala ekonomis yang besar untuk mengurangi biaya dan memaksimalkan
keuntungan.
Pertanian modern juga bertumpu pada pasokan eketernal berupa bahan-bahan kimia
buatan (pupuk dan pestisida), menimbulkan kekhawatiran berupa pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup, sedangkan pertanian tradisional yang bertumpu pada pasokan
8
internal tanpa pasokan eksternal menimbulkan kekhawatiran berupa rendahnya tingkat
produksi pertanian, jauh di bawah kebutuhan manusia. Kedua hal ini yang dilematis dan hal
ini telah membawa manusia kepada pemikiran untuk tetap mempertahankan penggunaan
masukan dari luar sistem pertanian itu, namun tidak membahayakan kehidupan manusia
dan lingkungannya. Pertanian modern memberikan dampak pencemaran sehingga
membahayakan kelestarian lingkungan, hal ini dipandang sebagai suatu krisis pertanian
modern. Sebagai alternatif penanggulangan krisis pertanian modern adalah penerapan
pertanian organik. Kegunaan budidaya organik adalah meniadakan atau membatasi
kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Pemanfaatan
pupuk organik mempunyai keunggulan nyata dibanding dengan pupuk kimia. Pupuk
organik dengan sendirinya merupakan keluaran setiap budidaya pertanian, sehingga
merupakan sumber unsur hara makro dan mikro yang dapat dikatakan cuma-cuma. Pupuk
organik berdaya amliorasi ganda dengan bermacam-macam proses yang saling mendukung,
bekerja menyuburkan tanah dan sekaligus menkonservasikan dan menyehatkan ekosistem
tanah serta menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan
demikian penerapan sistem pertanian organik pada gilirannya akan menciptakan pertanian
yang berkelanjutan.
Penerapan pertanian organik, memberikan manfaat bagi masyarakat dalam upaya
pemberdayaan ekonomi rakyat antara lain:
a.
Produksi pertanian organik jauh dibawah hasil produksi sistem konvensional
Adanya perbedaan hasil ini mencerminkan adanya perbedaan teknik bercocok tanam dan
pengalaman petani. Industri pangan organik berkembang sangat cepat sementara petani
belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk menerapkan sistem
pertanian organik yang benar. Perbedaan hasil juga seringkali bergantung pada jenis
tanaman yang diusahakan. Beberapa hasil penelitian di kawasan Timur Canada
menunjukkan bahwa hasil gandum organik adalah 75% lebih rendah dibanding dengan
gandum konvensional. Pada kasus cuaca yang tidak normal, misalnya musim kering yang
panjang, maka produktivitas pertanian organik biasanya lebih tinggi dibanding pertanian
konvensional. Di samping itu, pertanian organik juga relatif lebih tahan terhadap gangguan
hama dan penyakit.
9
b.
Minimnya akses transportasi pada lokasi-lokasi yang memenuhi syarat untuk budidaya
pertanian organik.
Minimnya akses transportasi disebabkan karena daerah yang memenuhi syarat untuk
budidaya pertanian organik adalah daerah yang minim pencemaran lingkungan. Hal ini
menimbulkan beberapa implikasi lanjutan antara lain: (a). sulitnya mendistribusikan bahan
input atau sarana produksi pertanian seperti pupuk dan pestisida organik, benih, dan
peralatan kerja; (b). sulitnya membawa hasil/produk pertanian organik dari lahan ke pasar;
(c). mahalnya biaya untuk transportasi dari dan ke lokasi budidaya pertanian organik.
c.
Pertanian modern memerlukan biaya produksi relatif lebih rendah dibandingkan
pertanian konvensional.
Khususnya untuk penyediaan input produksi pertanian konvensional memiliki biaya
produksi lebih tinggi daripada pertanian modern. Dalam pertanian modern pembelian
pupuk dan pestisida sintetis tidak diperlukan lagi. Pengendalian gulma dilakukan secara
mekanis. Pengolahan tanah untuk pengendalian gulma setelah tanaman tumbuh dilakukan
dengan cara minimal. Banyak orang berpendapat bahwa pengendalian gulma akan
meningkatkan frekuensi pengolahan tanah dan juga biaya. Dalam prakteknya, ternyata
tidaklah demikian. Dengan perbaikan struktur tanah dan praktek pengelolaan yang baik,
pertanian modern justru meminimalkan pengolahan tanah, atau lebih sedikit, dibanding
pertanian konvensional.
d.
Pendapatan petani modern sedikit lebih besar dibanding dengan petani konvensional.
Secara umum, biaya produksi lebih rendah dan pendapatan lebih besar (karena premium
price). Industri organik berubah sangat cepat sehingga mempengaruhi ketidakstabilan
harga. Sebagai contoh, adanya harga tinggi pada satu jenis komoditi telah mendorong
banyak petani menanam komoditi yang sama secara bersamaan. Ini menyebabkan harga
turun ketika musim panen. Banyak orang berpendapat bahwa sejalan dengan waktu
premium price akan stabil. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani akhirnya
akan meningkatkan kesejahteraan petani, sebagai contoh biaya pembelian pupuk organik
lebih murah dari biaya pembelian pupuk kimia; Harga jual hasil pertanian organik
seringkali lebih mahal. Contoh, harga beras organik saat ini Rp. 8.000 – 13.000,-/kg sedang
10
beras biasa Rp. 5.500 – 7.000,-/kg; Petani dan peternak bisa mendapatkan tambahan
pendapatan dari penjualan jerami dan kotoran ternaknya;Bagi peternak, biaya pembelian
pakan ternak dari hasil fermentasi bahan organik lebih murah dari pakan ternak
konvensional; Pengembangan pertanian organik berarti memacu daya saing produk
agribisnis Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar internasional akan produk pertanian
organik yang terus meningkat. Ini berarti akan mendatangkan devisa bagi pemerintah
daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.
e.
Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.
Pertanian modern akan merangsang hadirnya industri kompos rakyat yang berarti adanya
lapangan kerja baru bagi masyarakat pedesaan. Disamping itu, penerapan pertanian modern
juga akan merangsang adanya kerjasama kemitraan antara petani peternak-pekebun untuk
menerapkan sistem pertanian terpadu. Dalam hubungan ini, peternak mendapatkan bahan
makanan ternak dari limbah pertanian (jerami dan dedak, misalnya) dari petani, sedangkan
petani mendapatkan kotoran hewan dari peternak sebagai bahan kompos untuk usaha
pertanian organiknya. Hal ini secara langsung akan menciptakan keharmonisan kehidupan
sosial di pedesaan.
Pertanian modern berdasarkan fungsi dasar Ekologi
Prinsip ekologi dalam penerapan pertanian organik dapat dipilahkan sebagai berikut:
a.
Memperbaiki kondisi tanah. Dengan menggunakan sistem pertanian modern, tanah
yang rusak dapat diperbaiki sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama
pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah.
b.
Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara. Jika menggunakan sistem
pertanian modern ketersediaan dan keseimbangan daur hara dapat dioptimalisasi
melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha
tani.
c.
Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara
mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.
d.
Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan
melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman.
11
e.
Pemanfaatan sumber genetika (plasma nutfah) yang saling mendukung dan bersifat
sinergisme dengan cara mngkombinasikan fungsi keragaman sistem pertanian terpadu.
f.
Menghasilkan bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya
serta tidak merusak lingkungan
g.
Kualitas SDA dipertahankan
h.
Ramah lingkungan karena menggunakan pupuk kompos, ataupun pupuk kandang yang
keseluruhannya berasal dari alam,
i.
Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.
j.
Menjaga sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dalam pertanian modern diutamakan cara
pengelolaan tanah yang meminimalkan erosi, meningkatkan kandungan bahan organik
tanah serta mendorong kuantitas dan diversitas biologi tanah. Dalam pertanian organik
peningkatan kesuburan tanah dilakukan tanpa menggunakan pupuk kimia sintetis.
Sebagai gantinya digunakan teknik-teknik seperti rotasi tanaman secara tepat, mixed
cropping dan integrasi tanaman dengan ternak, meminimalkan pengolahan tanah yang
mengganggu aktivitas biota tanah, menggunakan tanaman dalam strip dan tumpang
sari.
k.
Penghematan energy. Hasil studi menunjukkan bahwa sistem produksi organik hanya
menggunakan 50–80% energi minyak untuk menghasilkan setiap unit pangan
dibandingkan dengan sistem produksi pertanian konvensional. Namun demikian, ini
tidak berlaku untuk semua sistem produksi sayuran dan buah-buahan.
l.
Tidak mencemari air Penjagaan kualitas air merupakan upaya yang sangat penting
dalam
sistem
pertanian
lestari
(sustainable
agriculture
system).
Kenyataan
menunjukkan bahwa polusi air tanah (groundwater) dan air muka tanah (surface water)
oleh nitrat dan fosfat menjadi hal yang umum terjadi di kawasan pertanian. Residu
pupuk dan pestisida sintetis serta bakteri penyebab penyakit seperti Escherichia Coli
juga seringkali terdeteksi di sistem perairan. Pada areal pertanian organik, sumber air
dijaga dengan menghindari praktek-praktek pertanian yang menyebabkan erosi tanah
dan pencucian nutrisi, pencemaran air akibat penggunaan bahan kimia. Kotoran hewan
yang akan digunakan untuk pupuk organik selalu dikelola dengan hati-hati dan
12
dikomposkan sebelum digunakan. Di samping itu, penggunaan pupuk kimia dan
pestisida sintetis juga dilarang dalam sistem pertanian organik.
m. Tidak mencemari udara. Pertanian modern terbukti mampu meminimalkan perubahan
iklim global karena emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emission) pada pertanian
organik lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional. Dalam pertanian organik
tidak menggunakan pupuk nitrogen sintetis sehingga tidak ada emisi nitrogen oksida
dari pupuk buatan tersebut. Penggunaan minyak bumi juga lebih rendah sehingga
menurunkan emisi gas karbon dioksida. Lebih penting lagi, pertanian organik
menyediakan penampungan (sink) untuk karbon dioksida melalui peningkatan
kandungan bahan organik di tanah serta penutupan permukaan tanah dengan tanaman
penutup tanah.
n.
Dapat memanfaatkan limbah. Praktek pertanian modern mengurangi jumlah limbah
melalui daur ulang limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah
pertanian lainnya yang selama ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang
mempunyai nilai sebagai sumber nutrisi dan bahan organik bagi pertanian organik.
o.
Menciptakan keanekaragaman hayati. Pertanian organik tidak hanya menghindari
penggunaan pestisida sintetis, namun juga mampu menciptakan keanekaragaman
hayati. Praktek seperti rotasi pertanaman, tumpang sari serta pengolahan tanah
konservasi merupakan hal-hal yang mampu meningkatkan keanekaragaman hayati
dengan menyediakan habitat yang sehat bagi banyak spesies mulai dari jamur
mikroskopis hingga binatang besar. Pertanian organik tidak menggunakan organisme
hasil rekayasa genetika (Genetic Enggineering Organism) atau organisme transgenik
(Genetically Modified Organism) serta produknya karena alasan keamanan lingkungan,
kesehatan dan sosial. Produk-produk seperti ini tidak dibutuhkan karena mungkin
menyebabkan resiko yang tidak dapat diterima pada integritas spesies.
Pertanian modern berdasarkan fungsi dasar Sosial
13
a.
Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan
kesehatan masyarakat. Pada sistem pertanian berkelanjutan, tidak digunakan pupuk
kimia secara berlebihan sehingga produk-produk yang dihasilkan layak konsumsi dan
aman serta bergizi bagi masyarakat.
b.
Kebutuhan dasar seluruh masyarakat terpenuhi. Dengan menerapkan sistem pertanian
modern, hasil produksi yang di dapat stabil sehingga seluruh kebutuhan dasar
masyarakat dapat terpenuhi.
c.
Segala bentuk kehidupan dihargai. Manusia hidup di dunia tidak sendiri, melainkan
berdampingan dengan hewaan dan tumbuhan. Dengan menerapkannya sistem
pertanian modern, manusia, hewan, dan tumbuhan dan bekerjasama dengan baik dan
semua berperan dalam menghadapi hidup. Sehingga semua bentuk kehidupan dapat
dihargai.
d.
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani.. Dengan
digunakannya sistem pertanian modern dapat menciptakan lingkungan kerja yang
aman dan sehat bagi petani. Hal ini dikarenakan petani akan terhindar dari paparan
(exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam
produksi pertanian.
Pertanian Modern:
a. Lebih banyak dan lebih bagus hasil yang akan dihasilkan jika dibandingkan
dengan tradisional
b. Lebih efisien dan lebih simpel karena dibantu alat-alat mekanik
Ciri-ciri pertanian Modern
1. Usahanya merupakan industri/perusahaan pertanian, memenuhi skala ekonomi,
menerapkan teknologi maju dan spesifik lokasi termasuk mekanisasi pertanian,
menghasilkan produk segar dan olahan yang dapat bersaing di pasar global (likal dan
internasional), dikelola secara profrsional, mampu tumbuh dan berkembang secara
berkelanjutan, memiliki “brand name” (citra nama) berskala internasional dan mampu
berproduksi di luar musim.
14
2. Pertanian mampu mengambil keputusankeputusan yang rasional dan inovatif, memiliki
jiwa kewirausahaan yang tinggi, mempunyai kemampuan maanajemen modern dan
profesional, mempunyai jaringan (networking) yang luas, mempunyai akses informasi ke
pasar global dan mempunyai posisi tawar yang kuat.
3. Organisasinya mempunyai organisasi/asosiasi di antara petani yang kuat (solid) dan
berjenjang dari tingkat desa ke tingkat nasional, bisa mengakses lembaga keuangan dan
lembaga bisnis lainnya.
4. Aturan mainnya mencerminkan adanya kesadaran tingkat makro dan mikro secara
operasional berpihak kepada petani khususnya dalam konteks perdagangan global, tidak
tumpang tindih, konsisten dengan meminimumkan inkonsistensi di antara berbagai
kebijakan yang ada.
Negara Pertanian Modern, Ada 4 daftar negara-negara yang pertaniaan modernnya harus di
contoh:
1.
Jepang
Sebagai negara dengan budaya teknologi yang tinggi, Jepang menerapkan juga teknologi
untuk bidang pertaniannya. Pertanian di negara ini sangat diatur secara detail, dikerjakan
secara serius, mengutamakan teknologi namun tetap ramah lingkungan. Dengan keunikan
pengelolaannya itu, Badan Pertaniannya PBB (FAO) menjadikan daerah pertaniaan di
Jepang masuk dalam daftar Warisan Penting Sistem Pertaniaan Global (GIAHS). Dengan
porsi lahan pertanian hanya 25 % saja, masyarakat Jepang benar-benar memanfaatkan lahan
mereka secara efisien, mereka menanam di pekarangan, ruang bawah tanah, pinggiran rel
kereta, di atas gedung, setiap lahan yang dapat dimanfaatkan mereka optimalkan.
Pasca Tsunami yang meluluh lantahkan sebagian lahan pertaniannya, jepang merencanakan
sitem pertanian yang lebih modern. Sistem pertanian yang dijalankan oleh robot, seperti
traktor tanpa awak, mesin tanam dan mesin panen. Untuk menghalau hama jepang akan
menggunakan teknologi lampu LED.
2.
Belanda
Negara ini sangat mengagumkan dalam hal pengelolaan pertaniannya. Dengan luas wilayah
yang relatif kecil bila dibandingkan Indonesia, pada tahun 2011 Belanda mampu menjadi
15
negara peringkat 2 untuk negara pengekspor produk pertanian terbesar didunia dengan nilai
ekspor mencapai 72,8 miliar Euro. Produk andalannya adalah benih dan bunga. Sektor
pertanian merupakan pendorong utama ekonomi di Belanda dengan menyumbang 20%
pendapatan nasionalnya. Kunci dari majunya pertanian di Belanda adalah Riset. Kebijakankebijakan dan teknologi di adopsi dari riset-riset yang dilakukan para ahli. Salah satu pusat
riset pertanian yang terkenal disana adalah universitas Wageningen.
3.
Amerika Serikat
Amerika Serikat terkenal sebagai penghasil kacang kedelai, gandum, kapas, kentang dan
tembakau di dunia. Harga produk-produk tersebut sangat mempengaruhi harga di dunia.
Pertanian di sana dikerjakan dengan luas kepemilikan lahan yang luas, dikerjakan dengan
teknologi pertanian yang hampir separuhnya dilakukan oleh mesin. Sistem irigasi dalam
pengelolaan air pun di buat lebih efisien.
4.
Taiwan
Hasil ekspor produk pertanian di negara ini adalah USD 11,8 miliar atau 1,5% pendapatan
nasionalnya. Seperti juga di negara dengan pertanian lainnya, separuh pengerjaan dilakukan
dengan teknologi canggih. Contohnya dalam penanaman padi, mereka menerapkan sistem
yang sangat berbeda dengan Indonesia. Bila di Indonesia bibit padi di semai pada satu
hamparan sebelum dipindah pada lahan sawah, di Taiwan bibit padi dimasukan suatu
wadah pot segi empat dengan ketinggian 2 cm, saat tanam menggunakan mesin dengan
kecepatan 3 jam/ha. Cara ini dapat menghemat waktu, tenaga, biaya serta menghasilkan
pertumbuhan padi lebih baik, karena pada saat tanam tidak perlu mencabut bibit dari
persemaiaan yang akan membuat tanaman stress dan memerlukan waktu untuk adaptasi.
Dari kesemua negara yang saya sebutkan tadi, ada “benang merah” yang membuat mereka
maju dan terdepan dalam teknologi pertaniaan, yaitu dukungan pemerintahnya melalui
kebijakan-kebijakan yang berpihak terhadap petani, mengatur dan menata pengelolaan
pertanian menjadi teratur, tertata dan mensejahterakan. Saya amat yakin, dalam hal
sumberdaya manusia Indonesia pun tak kalah hebat, tinggal bagaimana menciptakan
suasana yang kondusif di pertanian kita, Malaysia dan Thailand pun udah mulai menata
pertaniaannya, sektor ini maju pesat di sana.
16
2.5 Startegi Menuju Industrialisasi Pertanian.
1.
Perubahan teknologi dan inovasi.
Pada sebagian besar NSB, teknologi baru dibidang pertanian dan inivasi – inovasi dalam
kegiatan kegiatan pertanian merupakan prasyarat bagi upaya dalam peningkatan outout dan
produktivitas. Ada dua sumber inovasi teknologi yang bisa meningkatkan hasil – hasil
pertanian, kedua sumber ini mempunyai implikasi yang sangat berbeda bagi pembangunan
pertanian di NSB. Inovasi teknologi pertama adalah pengenalan terhadap mekanisme
pertanian sebagai ganti tenaga kerja manusia.
Pengenalan terhadap peralatan untuk
menghemat tenaga manusia akan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap output
setiap tenaga kerja. Sedangkan inovasi yang kedua yatu inovasi biologis (seperti bibit
unggul) dan kimiawi (pupuk buatan, pestisida, insektisida, dll) merupakan usaha untuk
mmemperbaiki mutu tanah yang ada dengan meningkatkan hasil (produktivitas) per hektar
walaupun tidak meningkatkan output setiap tenaga kerja. Sebagi contoh dari penerapan
pola inovasi teknologis yang pertama diatas yaitu pola mekanisasi adalah pembangunan
pertanian di Amerika Serikat, sedangkan pola bikedua telah diterapkan di negara Jepang.
Keduanya mengalami sukses karena kedua pola tersebut memang cocok untuk kedua
negara tersebut.
2.
Kebijakan – kebijakan penunjang
Seluruh keuntungan dari pembangunan usaha tani kecil tidak akan bisa dicapai jika
pemerintah tidak menciptakan kebijakan atau sistem kelembagaan yang menunjang,
misalnya berupa insentif – insentif yang diperlukan, kesempatan – kesempatan berusaha
dalam kegiatan ekonomi dan kemudahan untuk memperoleh input yang diperlukan
memungkinkan output yang dihasilkan oleh para petani meningkat. Sedangkan penataan
kembali pola kepemilikan tanah sangat penting, tetapi mungkin tidak akan bisa efektif jika
tidak ada perubahan yang sesuai di dalam lembaga - lembaga pedesaan yang dapat
menunjang produksi. Aspek penting lainnya yaitu kebijakan pemerintah menyangkut
penetapan harga komoditi pertanian, terutama harga biji – bijian bahan pangan pokok
dengan cara menerapkan kebijakan harga yang benar – benar mencerminkan kondisi pasar
internal (harga yang ditetapkan sesuai dengan harga harga yang berlaku di pasar, sehingga
menjamin adanya sejumlah keuntungan bagi petani).
17
2.6 Syarat - Syarat Pembangunan Pertanian Dan Daerah Pedesaan
A. Syarat – Syarat Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian tidak dapat terlaksana hanya oleh para petani sendiri.
Pertanian tidak dapat berkembang melalui tahap subsisten tanpa adanya perkembangan
yang sesuai pada bidang – bidang kehidupan nasional lainnya dari masyarakat dimana
pertanian itu dilaksanakan. Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, setiap petani
semakin lama semakin tergantung pada sumber – sumber luar lingkungannya. Petani
meningkatkan kadar kesuburan tanah dengan menambahkan pupuk pada lahan pertanian.
Selain melakukan hal – hal diatas, ada syarat – syarat mutlak yang harus ada dalam
pembangunan pertanian. 5 syarat mutlak yang harus dipenuhi yaitu:
1.
Adanya pasar untuk hasil – hasil usaha tani
Pembangunan pertanianakan meningkatkan produksi hasil – hasil usaha tani. Hasil – hasil
ini tentunya akan dipasarkan dan dijual dengan yang cukup tinggi untuk menutupi biaya
dan tenaga kerja yang telah dikeluarkan para petani sewaktu memproduksinya. Di dalam
memasarkan hasil – hasil inilah diperlukan demand akan hasil pertanian tersebut.
2.
Teknologi yang terus berkembang
Meningkatnya produksi pertanian daikibatkan oleh pemakaian cara-cara atau teknik baru
didalam usaha tani. Agar pembangunan pertanian dapat berjalan terus haruslah selalu
terjadi perubahan. Apabila perubahan ini berhenti maka pembangunan pertanian juga akan
berhenti.
3.
Tersedianyan bahan-bahan dan alat-alat produksi
Sebagian besar metode baru yang dapat meningkatkan hasil prodiksi pertanian memerlukan
penggunaan bahan-bahan dan alat-alat khusus oleh para petani. Seperti bibit unggul,
pemberantas hama, makanan dan obat ternak dan lain sebagainya.
4.
Adanya perangsang produksi bagi para petani
Para petani juga menginginkan kehidupan yang layak bagi dirinya dan keluarganya,
tentunya harus berusaha mencaapai tujuan- tujuannya tersebut dengan usaha taninya.
Faktor perangsang utama yang membuat petani bergairah untuk meningkatkan produksinya
adalah perangsang yang bersifat ekonomis seperti harga hasil produksi pertanian yang
18
menguntungkan, pembagian hasil yang wajar, dan tersedianya barang-barang dan jasa yang
ingin dibeli petani untuk keluarganya.
5.
Tersedianya pengangkutan yang lancar dan continue
Syarat mutlak kelima adalah pengangkutan. Tanpa adanya pengangkutan yang efisien dan
murah keempat syarat mutlak lainya tidak dapat berjalan dengan efektif, karena hasil
pertanian harus tersebar luas. Oleh karena itu diperlukan suatu jaringan pengangkutan yang
bercabang luas untuk membawa bahan-bahan perlengkapan produksi ke tiap usaha tani, dan
membawa hasil pertanian
Disamping kelima syarat mutlak itu, ada lima syarat lagi yang tidak mutlak, tetapi jika ada
akan sangat membantu kelancaran pembangunan pertanian, yaitu:
a. Pendidikan pembangunan
b. Kredit produksi
c. Kegiatan gotong royong petani
d. Perbaikan dan perluasan lahan pertanian
e. Perencanaan nasional pembangunan
B. Syarat – syarat Pembangunan Pedesaan
Di daerah pedesaan pada sebagian besar negara berkembang umumnya mempunyai
luas lahan yang sempit, modal relatif kecil, sedangkan jumlah tenaga kerja yang ada
melimpah. Dalam kondisi demikian yang merupakan masalah mengapa pembangunan di
pedesaan tidak sesuai dengan harapan, dimana tujuan utama pembangunan pertanian dan
daerah pedesaan di negara berkembang adalah untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat
di pedesaan melalui peningkatan pendapatan, total produksi atau output dan produktivitas
petani kecil sehingga diperlukan syarat – syarat bagi terlaksananya pembangunan daerah
pedesaan. Ada pokok yang merupakan syarat terpenting yang harus segera di penuhi dalam
rangka merealisasikan setiap strategi pengembangan sektor – sektor pertanian dan
pembangunan pedesaan yang berorientasi pada kepentingaan masyarakat umum.
1.
Land Reform
Program Land Reform biasanya meliputi redistribusi hak-hak kepemilikan lahan dan
pembebasan penggunaan lahan yang terlalu luas oleh para tuan tanah kemudian
19
membagikannya kepada para petani kecil yang lahannya terlalu sempit. Pelaksanaannya
melalui beberapa cara yaitu:
1. Mengalihkan kepemilikan lahan kepada para penyewa
2. Penggarap / petani bagi hasil yang secara langsung mengerjakan lahan yang
dimaksud
3. Mengalihkan lahan perkebunan besar pada petani kecil
4. Pembentukan koperasi pedesaan
5. Dekrit pemerintah yang menyatakan bahwa semua lahan pertanian adalah milik
pemerintah dan bagi para petani yang ingin memberdayakan lahan tersebut sebaiknya
diberikan berbagai akses dan kemudahan untuk menggarap lahan tersebut.
Semua manfaat dari pembangunan pertanian berskala kecil tidak akan dapat direalisir
secara nyata tanpa didukung oleh serangkaian kebijakan pemerintah yang secara
sengaja diciptakan untuk memberikan rangsangan atau insentif, kesempatan atau
peluang ekonomi, dan berbagai kemudahan yang diperlukan untuk mendapatkan
segenap input utama guna memungkinkan para petani kecil meningkatkan tingkat
output dan produktifitas mereka.
2.7
Berbagai kebijakan yang sebaiknya diberikan pemerintah demi terlaksananya
proses pembangunan daerah pedesaan
a. Adanya anggaran dari pemerintah pusat bagi pembangunan infrastruktur daerah
pedesaan sehingga arus transportasi dan pengangkutan dari desa ke kota atau
sebaliknya akan lancar. Diharapkan dengan infrastruktur yang memadai maka
masyarakat akan semakin lancar untuk melakukan proses perdagangan sehingga hal
ini juga akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.
b. Pendirian Koperasi Unit Desa (KUD).
Dengan adanya KUD maka masyarakat di pedesaan akan merasa sangat terbantu
karena masyarakat bisa menjualkan hasil-hasil pertanian kesana disamping itu di
KUD masyarakat pedesaan juga bisa membeli pupuk dan berbagai kebutuhan
pertanian disana dengan harga yang relatif lebih murah bila dibandingkan jika
mereka harus membeli di tempat lain.
20
c. Pendirian Koperasi Simpan Pinjam.
Keberadaan Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) dipandang sebagai salah satu hal
yang perlu ada di dalam daerah pedesaan, sehingga apabila masyarakat pedesaan
membutuhkan dana atau biaya baik untuk menambah modal lahan pertanian mereka
ataupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat pedesaan tidak perlu
meminjam uang melalui lintah darat atau usaha perkreditan swasta lainnya yang
nantinya akan bisa menjadi boomerang bagi masyarakat pedesaan itu sendiri karena
jumlah bunga yang diberikan sangat tinggi. Maka dengan adanya koperasi simpan
pinjam ini masyarakat dapat merasa terbantu dalam memperoleh pinjaman dana
baik untuk menambah modal ataupun untuk memenuhi biaya kebutuhan yang
sifatnya mendesak. Tentunya koperasi simpan pinjam yang didirikan di pedesaan
sebaiknya tidak bersifat profit motif melainkan lebih bersifat persaudaraan dan
kekeluargaan dengan menerapkan pemberian pinjaman dengan bunga yang lunak,
dan akan lebih baik lagi apabila koperasi simpan pinjam ini dikelola oleh
masyarakat desa itu sendiri sehingga rasa persaudaraan dan kekeluargaan di
dalamnya akan lebih terasa.
d. Pemberian Pelatihan Bagi Masyarakat Pedesaan Secara Konsisten
Maksud dari pemberian pelatihan ini adalah untuk menambah wawasan dan
keterampilan masyarakat pedesaan terhadap bidang usaha yang mereka jalani yaitu
bidang pertanian dan perdagangan. Diharapkan dengan adanya pelatihan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat pedesaan akan perdagangan dan
pertanian sehingga muncul berbagai output dalam bidang pertanian yang
kualitasnya bertambah baik dari tahun ke tahun. Selain itu dengan adanya pelatihan
perdagangan maka hal ini diharapkan akan menambah pengetahuan mereka akan
perdagangan. Maka dengan adanya pemberian pelatihan bagi masyarakat pedesaan
ini akan sangat membantu menambah pengetahuan masyarakat pedesaan akan
bidang usaha yang mereka jalankan. Keberhasilan pembangunan pedesaan, selain
sangat bergantung pada kemajuan petani kecil, juga ditentukan oleh hal-hal penting
lainnya meliputi: Upaya untuk meningkatkan pendapatan riil pedesaan, baik di
sektor pertanian maupun non pertanian. Penanggulangan masalah ketimpangan
21
distribusi pendapatan di daerah pedesaan serta ketidakseimbangan pendapatan dan
kesempatan ekonomi antara daerah pedesaan dengan perkotaan. Pengembangan
kapasitas sektor daerah pedesaan itu sendiri dalam rangka menopang dan
memperlancar langkah-langkah perbaikan tersebut dari waktu ke waktu.
2.8 Peran Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi
Peran sektor pertanian dalam pembanguan ekonomi sangat penting karena sebagian
besar masyarakat di NSB menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Jika para
perencana dengan sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, maka
satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan kesejahteraan sebagian besar anggota
masyarakat yang hidup di sektor pertanian.
Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam hal
a. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian
meningkat
b. Meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian
mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier
c. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal
bagi pembangunan melaui ekspor hasil pertanian terus menerus
d. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah, dan
e. Memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan.
f. Memberikan sumbangan yang yang bermanfaat kepada neraca pembayaran
dengan meningkatkan penerimaan suatu negara dari ekspor atau dengan
menghasilkan hasil-hasil pertanian pengganti impor.
g. Pertanian menyediakan tenaga kerja bagi pertumbuhan sektor perekonomian
non-pertanian.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah proses transformasi pertanian.
Transformasi pertanian yaitu sutu proses perubahan pada berbagai aspek di bidang
pertanian. Perubahan yang dimaksud bukan hanya pada teknologi namun lebih jauh lagi
pada kelembagaan ekonomi dan sosial pertanian. Ada beberapa syarat mutlak yang harus
dipenuhi agar transformasi pertanian tercapai diantaranya pendidikan pembangunan, kredit
produksi, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan
perencanaan nasional pembangunan pertanian.
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi terutama pembangunan
pedesaan sangatlah penting. Karena umumnya disebagian besar negara sedang berkembang
mayoritas masyarakatnya adalah petani. Sumbangan sektor pertanian pada sektor ekonomi
terletak pada penyediaan surplus pangan yang semakin besar, meningkatkan permintaan
produk industri ysng mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier,
menyediakan tambahan devisa untuk impor – impor barang modal serta meningkatkan
pendapatan daerah pedesaan.
B. Saran
Salah satu cara yang dapat dilakukan agar pembangunan pedesaan terlaksana adalah
dengan melakukan transformasi pertanian. Apabila petani di daerah pedesaan sudah
memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup baik untuk diri sendiri
23
maupun untuk keluarganya, maka pada akhirnya perekonomian di pedesaan tersebut akan
tumbuh denagan sendirinya. Hal ini juga harus didukung dengan berbagi kebijakan –
kebijakan pemerintah seperti kebijakan land reform dan kebijakan harga terhadap hasil
produksi pertanian. Dalam penerapan transformasi pertanian ini juga bisa dicontoh dari
negara – negara maju seperti penggunaan teknologi – teknologi pertanian serta berinovasi
dalam memproduksi hasil pertanian.
Daftar Pustaka
Michael P.Todaro,. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga; alih bahasa,
Haris
Munandar; Jakarta; Erlangga
Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan. Edisi pertama; salemba empat
Hadi, prayitno., 1986. Pengantar Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta
24
PEMBAHASAN
2.1 Transformasi Pertanian
Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah proses transformasi pertanian.
Transformasi pertanian yaitu sutu proses perubahan pada berbagai aspek di bidang
pertanian. Perubahan yang dimaksud bukan hanya pada teknologi namun lebih jauh lagi
pada kelembagaan ekonomi dan sosial pertanian. Modernisasi pertanian dalam sistem
perekonomian campuran di beberapa negara berkembang juga dapat katakan sebagai suatu
proses transisi yang berlangsung secara bertahap tetapi berkesinambungan, yakni pola
produksi yang subsisten menjadi sistem pertanian yang terdiversifikasi dan terspesialisasi.
Setiap negara yang mencoba mengubah pola pertanian tradisional harus menyadari bahwa
upaya untuk menyesuaikan struktur pertanian dalam rangka memenuhi tuntutan atau bahan
pangan yang yang semakin tinggi itu juga meliputi perubahan – perubahan yang
mempengaruhi stuktur sosial, politik, dan kelembagaan masyarakat pedesaan. Tanpa
perubahan – perubahan tersebut, pembangunan pertanian tidak akan berjalan lancar, bahkan
sebaliknya akna menyebabkan jurang ketimpangan antara pemilik lahan luas yang kaya
dengan para petani kecil penyewa, penggarap, dan yang tidak memiliki lahan sama sekali.
Sebenarnya salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia adalah sektor
pertanian yang merupakan penerapan akal dan karya manusia melalui pengendalian proses
produksi biologis tumbuh-tumbuhan dan hewan, sehingga lebih bermanfaat bagi manusia.
Tanaman dapat diibaratkan sebagai pabrik primer karena dengan memakai bahan dasar
langsung dari alam dapat menghasilkan bahan organik yang bermanfaat bagi manusia baik
langsung maupun tidak langsung.
Usaha pertanian memiliki dua ciri penting yaitu:
1. Selalu melibatkan barang dalam volume besar
2. Proses produksi yang memiliki resiko yang relatif tinggi
Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu
1
dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budi daya alga dan
hidroponika) telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian
dunia masih menggunakan bentuk dan cara pertanian yang lama. Dalam rangka
meningkatkan taraf hidup kelompok masyarakat yang paling miskin, upaya yang dilakukan
harus langsung diarahkan kepada kelompok penduduk yang bersangkutan. Karena pada
umumnya mereka tinggal di pedesaan dan bekerja di sektor pertanian, maka kunci
pengentasan kemiskinan terletak pada pembangunan sektor pertanian secara sungguhsungguh. Revolusi hijau sangat berperan dalam meningkatkan jumlah kawasan garapan dan
menaikkan output. Namun, manfaat yang dihsilkan tidak selalu menyebar ke wilayah lain
atau mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
Gambaran produksi pertanian berbeda sekali dengan yang dialami oleh negaranegara dunia ketiga. Di negara-negara miskin, metode produksi pertanian dari waktu ke
waktu tidak mengalami perubahan berarti. Sampai sekarang, para petani di negara-negara
berkembang masih banyak yang menggunakan metode produksi yang sudah dipraktekkan
sejak ratusan yang lampau. Dengan teknologi pertanian dan penggunaan masukan (input)
tradisional diluar tenaga kerja manusia yang sama, kita mengetahui dari prinsip perolehan
hasil yang semakin berkurang (diminishing returns) bahwa jika semakin banyak orang yang
mengerjakan sebidang lahan maka tingkat produktivitas marjinal akan semakin menurun
sebagai hasil akhirnya standar hidup petani pedesaan di negara-negara dunia ketiga terus
memburuk. Sehingga antara negara maju dan negara berkembang muncul suatu
kesenjangan yang disebut sebagai kesenjangan produktivitas.
2.2 Struktur Sistem Pertanian (Agraria) Dunia
Jika diperhatikan bahwa kondisi pertanian yang ada sekarang ini pada sebagian
besar negara miskin, akan segera disadari bahwa betapa banyak tugas-tugas yang harus
dilaksanakan sesegera mungkin. Perbandingan sekilas antara produktivitas pertanian di
negara maju dengan negara berkembang akan memperjelas gambaran suram tersebut.
Sebenarnya, sistem atau pola pertanian yang ada di dunia ini dapat dibagi menjadi 2 pola
yang berbeda yaitu:
2
Pola pertanian di negara-negara maju yang memiliki tingkat efisiensi tinggi, dengan
kapasitas produksi dan rasio output per tenaga kerja yang juga tinggi, sehingga
jumlah petani yang sedikit dapat menyediakan bahan pangan bagi seluruh
penduduk.
Pola pertanian yang tidak atau kurang berkembang yang terjadi di negara-negara
berkembang. Tingkat produktivitasnya begitu rendah sehingga hasil yang diperoleh
seringkali tidak dapat memenuhi kebutuhan para petaninya sendiri. Jangankan untuk
mencukupi kebutuhan pangan penduduk daerah perkotaan, untuk keperluan seharihari para petani itu saja, hasil-hasil pertanian yang ada tidak mencukupi.
Sehingga antara negara maju dan negara berkembang muncul suatu kesenjangan yang
disebut sebagai kesenjangan produktivitas. Pada tahun 2000 kesenjangan produktivitas ini
meningkat menjadi lebih dari 50 banding 1, dimana negara-negara yang berpendapatan
rendah (produktivitasnya rendah) nilai tambah per pekerja sektor pertanian adalah 346
dolar sedangkan di negara maju seperti Inggris, Swedia, Jepang masing-masing adalah
34.730 dolar, 34.285 dolar, dan 30.620 dolar. Dari hal ini dapat dilihat dan dibuktikan
bahwa tingkat kesenjangan produktifitas antara negara maju dengan negara berkembang
cukup tinggi dan hal ini merupakan sebuah keadaan yang sangat memprihatinkan.
2.3 Penyebab Semakin Memburuknya Kinerja Pertanian Di Negara Berkembang
Karena banyak negara berkembang yang memiliki daerah pertanian yang cukup luas
namun tidak bisa memanfaatkan kelebihan luas lahan pertanian yang mereka miliki. Negara
tersebut masih terpengaruh oleh para teoritisi barat bahwa yang didengung-dengungkan
adalah bagaimana cara membangun dan memajukan perekonomian suatu bangsa yaitu
dengan cara mengubah perekonomian agraris menjadi perekonomian industri, dan banyak
negara berkembang yang meletakkan dasar pemikiran itu dalam struktur tatanan
perekonomian mereka. Ternyata strategi tersebut sangat tidak cocok untuk diterapkan di
negara-negara tersebut. Hal ini terjadi karena memang infrastruktur pembangunan industri
di negara tersebut memang belum tersedia secara lengkap. Maka salah satu akibat yang
ditimbulkan dari masalah ini adalah tingginya angka migrasi para penduduk dari desa ke
kota yang sebenarnya daerah perkotaan sudah terlampau padat bagi para penduduk
3
sementara lahan garapan pertanian yang ada di desa ditinggalkan dan tidak ada generasi
penerus yang akan mengelola karena para pemuda dan pemudi desa memilih untuk
melakukan migrasi ke kota agar bisa bekerja di perkantoran atau di sektor industri lain
dengan harapan memperoleh standar hidup yang lebih baik. Dari kejadian ini maka sebab
dan masalah yang ditimbulkan di negara tersebut adalah:
a. Lapangan pekerjaan di kota semakin sedikit. Hal ini diakibatkan karena banyaknya
tenaga kerja yang mencari pekerjaan disana sehingga terjadi persaingan yang sangat
ketat antara para pencari kerja.
b. Lahan garapan pertanian di desa mulai terbengkelai. Hal ini diakibatkan karena para
pemuda dan pemudi desa melakukan migrasi ke kota untuk mencari pekerjaan
disana sehingga orangtua mereka di desa yang sudah berumur tua kerepotan untuk
mengelola lahan petaniannya yang luas. Sehingga produktivitas mereka berangsurangsur turun seiring bertambahnya usia mereka.
c. Semakin sedikitnya tenaga kerja yang ada untuk mengelola lahan pertanian yang
luas di daerah pedesaan maka produktivitas sektor pertanian tersebut juga akan
turun. Dampaknya juga akan dirasakan oleh negara tersebut yaitu dimana negaranegara yang memiliki lahan pertanian yang luas sudah mulai mengimpor bahan
pangan untuk menjaga kestabilan pangan nasional mereka contoh yang paling jelas
adalah di negara kita sendiri. Hal ini tentu sangat memprihatinkan mengingat negara
kita mempunyai lahan pertanian yang cukup luas tetapi negara kita harus
mengimpor bahan pangan dari negara yang luas lahan pertaniannya lebih kecil dari
negara kita. Sebenarnya jika lahan pertanian negara kita dikelola dengan baik maka
negara kita tidak perlu mengimpor bahan pangan bahkan negara kita bisa menjadi
negara pengekspor bahan pangan.
d. Hal yang juga menjadi penyebab utama dari semakin memburuknya kinerja
pertanian adalah terabaikannya sektor yang sangat penting dalam perumusan
prioritas
pembangunan
oleh
pemerintahan
negara
yang
bersangkutan.
Terabaikannya sektor pertanian tersebut diperparah lagi dengan gagalnya
pelaksanaan investasi dalam perekonomian industri perkotaan, yang terutama
4
disebabkan oleh kesalahan dalam memilih strategi industrialisasi -- substitusi impor
dan penetapan nilai kurs yang terlalu tinggi.
Semakin memburuknya kinerja pertanian adalah terabaikannya sektor yang sangat penting
dalam perumusan prioritas pembangunan oleh pemerintahan negara yang bersangkutan
Melihat banyaknya hal yang menyebabkan kinerja pertanian di negara berkembang
semakin buruk maka dibutuhkanlah transformasi pertanian agar pembangunan pedesaan
tercapai. Adapun faktor pendorong terjadinya transformasi pertanian adalah:
1.
Ditemukannya varietas baru
2.
Adanya tekanan kependudukan
3.
Goncangan produksi
4.
Intensitas panen
5.
Penggunaan pupuk dan air
2.4 Tahap – Tahap Pembangunan Pertanian
Ada 3 tahap perkembangan pembangunan pertanian:
1.
Pertanian tradisional (subsisten)
Sistem pertanian tradisional adalah sistem pertanian yang masih bersifat ekstensif
dan tidak memaksimalkan input yang ada. Sistem pertanian tradisional salah satu
contohnya adalah sistem ladang berpindah. Sistem ladang berpindah telah tidak sejalan lagi
dengan kebutuhan lahan yang semakin meningkat akibat bertambahnya penduduk. Sistem
pertanian ini merupakan sistem yang dimulai sejak manusia memilih mulai menetap dan
berladang pada satu lokasi saja. Pada sistem ini teknologi pertaniannya tergolong sangat
rendah karena hanya menggunakan peralatan pertanian yang masih sederhana dan belum
berkembang. Selain itu, pertanian tradisional ini masih sangat bersahabat dengan alam, arif
dan mendukung ekosistem, hal ini karena petani masih membiarkan berbagai macam
hewan tetap hidup sehingga ketersediaan rantai makanan untuk flora dan fauna yang hidup
didalamnya terjaga. Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan
dengan kenyataan bahwa manusia seolah – olah hidup di atas tonggak. Pada daerah-daerah
yang lahan pertaniannya sempit dan penanaman hanya tergantung pada curah hujan yang
tak dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah, dan dalam keadaan
5
tahun-tahun yang buruk, para petani dan keluarganya akan mengalami bahaya kelaparan
yang sangat mencekam. Dalam keadaan yang demikian, kekuatan motivasi utama dalam
kehidupan para petani ini barangkali bukanlah meningkatkan penghasilan, tetapi berusaha
untuk bisa mempertahankan kehidupan keluarganya. Pada Pertanian tradisional biasanya
lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup para petani dan tidak untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi petani, sehingga hasil keuntungan petani dari hasil pertanian tradisional
tidak tinggi, bahkan ada yang sama sekali tidak ada dalam hasil produksi pertanian.
Sebenarnya pertanian tradisional merupakan pertanian yang akrab lingkungan
karena tidak memakai pestisida. Akan tetapi produksinya tidak mampu mengimbangi
kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus bertambah. Untuk mengimbangi
kebutuhan pangan tersbut, perlu diupayakan peningkatan produksi yang kemudian
berkembang sistem pertanian konvensional. Dalam pertanian tradisional, produksi
pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman saja
(biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan
produktivitas rendah karena hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana
(teknologi yang dipakai rendah). Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit sekali,
sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan. Pada
tahap ini hukum penurunan hasil (law of diminshing return) berlaku karena terlampau
banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di lahan pertanian yang sempit. Kegagalan panen
karena hujan dan banjir, atau kurang suburnya tanah, tindakan pemerasan oleh para rentenir
merupakan hal yang sangat ditakuti para petani. Sistem pertanian ladang berpindah sebagai
salah satu bentuk pengetahuan ekologi tradisional telah lama dikenal masyarakat luas dan
telah lama pula dipraktekkan di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Pertanian Tradisional berdasarkan fungsi dasar Ekonomi
Dalam pertanian tradisional biasanya menggunakan prinsip yang mana pertaniaan
tradisional hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya sekarang, misalnya pada
masyarakat bercocok tanam tanaman padi yang mana hasil padi yang telah di produksi dan
diolah menjadi beras kemudian di konsumsi oleh keluarganya, sehingga terus berjalan
kelangsungan hidupnya. Kemudian ciri dari pertanian tradisional yaitu masih berpaku dan
berharap pada alam yang mana ketika masyakrakat menanam suatu tanaman dengan
6
pertanain tradisional maka hasilnya akan tergantung pada proses alam. Pada sistem
pertanian terdapat beberapa evaluasi terhadap aspek ekonomi. Pertanian tradisional jika
dilihat dari aspek ekonomi antara lain:
a.
Penggunaan teknologi yang belum berkembang
Dalam hal ini biasanya pada pertanian tradisional menggunakan alat atau teknologi
yang masih rendah atau belum berkembang.Yang mana hal ini dapat memperlambat
hasil yang di produksi dan akan membuang waktu dalam proses bercocok tanam.
Misalnya pada sistem tradisional masyarakat untuk membajak sawah masih
menggunakan kerbau hal ini masih kurang efisiensi dalam pemanfaatan waktu dan
tenaga. Akan tetapi dari sektor ekonominya lebih rendah dan minim pengularan untuk
mengelolah lahan untuk menghasilkan produk.
b.
Tenaga kerja yang masih banyak digunakan
Untuk pertanian tradisional biasanya diguanakan lebih banyak dalam menggelolah
lahan pertanian untuk menghasilkan produksi. Hal ini dikarenakan masih minimnya
teknologi yang ada sehingga pelaksanaan menggunakan SDM (sumber daya manusia)
yang ada. Sebagai contoh dalam hal panen tanaman tebu yang mana digunakan tenaga
kerja manusia dalam proses penebangan, kemudian contoh lain proses perontokan helai
padi yang masih menggunakan tenaga manusia untuk melakukan walaupun saat ini
mulai ada teknologi yang membantu merontokan helai padi. Hal ini mencerminkan
bahwa pertanian tradisional masih tergantung dengan Sumber Tenaga Manusia yang
ada, akan tetapi dari sektor ekonominya lebih murah.
c.
Modal yang dipakai masih sedikit
Dalam hal ini modal dalam pengelolahan produksi pertanian masih sedikit karena
kebutuhan yang dibuat tidak terlalu membutuhkan modal lebih. Biasanya juga hanya
butuh modal untuk pembayaran tenaga kerja dan lain-lain yang rata-rata minim.
d.
Hasil produksi yang masih kurang terjangkau
Dalam pertanian tradisional sering hasil yang di produksi hanya sebatas untuk di
konsumsi keluarga maupun masyarakat golongan. Hal ini dikarenakan masih
minimnya cara budidaya tanaman sehingga produk yang dihasilkan masih rendah.
7
e.
Pertanian tradisional berdasarkan fungsi dasar Ekologi.
Dalam pertanian tradisional untuk mengolah hasil produk pertanian masih
tergantung dengan alam/ekologi sekitar. Dikarenakan dalam proses pertanian
tradisional produknya hanya untuk memeunhi konsumsi petaninya, bukan untuk
mencari keuntungan besar.
2.
Tahap pertanian tradisional menuju pertanian modern (tahap terdiversivikasi)
Pola pertanian terdiversifikasi merupkan tahap perantara yang harus dilalui dalam
proses transisi dari pola produksi pertanian subsisten menjadi produksi pertanian yang
terspesialisasi. Pada tahap ini, tanaman pokok tanaman pokok tidak mendominasi hasil
pertanian karena sudah banyak jenis tanaman perdagangan yang ditanam. Disamping itu
para petani juga memiliki pekerjaan sampingan seperti beternak. Ini akan menambah
penghasilan petani. Keberhasilan atau kegagalan usaha – usaha transformasi pola pertanian
tradisional ini tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan petani saja, tetapi
yang lebih penting, semua itu bergantung pada faktor lingkungan yang akan dihadapi petani
seperti kondisi sosial, komersial dan kelembagaan.
3.
Sistem Pertanian Modern (pertanian terspesialisasi)
Pertanian terspesialisasi merupakan tahap akhir dan bentuk yang paling maju dari
unit usaha pertanian. Ini adalah tipe pertanian yang pada umumnya diterapkan di negara
maju. Pertanian spesialisasi ini berkembang sbagai respon terhadap pembangunan yang
menyeluruh di bidang-bidang lain dalam ekonomi nasional. Karakteristik – karakteristik
umum dari pertanian terspesialisasi adalah pengutamaan jenis tanaman tertentu, pemakaian
modal secara intensif, penggunaan teknik produksi secara modern yang hemat, serta
pengembangan skala ekonomis yang besar untuk mengurangi biaya dan memaksimalkan
keuntungan.
Pertanian modern juga bertumpu pada pasokan eketernal berupa bahan-bahan kimia
buatan (pupuk dan pestisida), menimbulkan kekhawatiran berupa pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup, sedangkan pertanian tradisional yang bertumpu pada pasokan
8
internal tanpa pasokan eksternal menimbulkan kekhawatiran berupa rendahnya tingkat
produksi pertanian, jauh di bawah kebutuhan manusia. Kedua hal ini yang dilematis dan hal
ini telah membawa manusia kepada pemikiran untuk tetap mempertahankan penggunaan
masukan dari luar sistem pertanian itu, namun tidak membahayakan kehidupan manusia
dan lingkungannya. Pertanian modern memberikan dampak pencemaran sehingga
membahayakan kelestarian lingkungan, hal ini dipandang sebagai suatu krisis pertanian
modern. Sebagai alternatif penanggulangan krisis pertanian modern adalah penerapan
pertanian organik. Kegunaan budidaya organik adalah meniadakan atau membatasi
kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Pemanfaatan
pupuk organik mempunyai keunggulan nyata dibanding dengan pupuk kimia. Pupuk
organik dengan sendirinya merupakan keluaran setiap budidaya pertanian, sehingga
merupakan sumber unsur hara makro dan mikro yang dapat dikatakan cuma-cuma. Pupuk
organik berdaya amliorasi ganda dengan bermacam-macam proses yang saling mendukung,
bekerja menyuburkan tanah dan sekaligus menkonservasikan dan menyehatkan ekosistem
tanah serta menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan
demikian penerapan sistem pertanian organik pada gilirannya akan menciptakan pertanian
yang berkelanjutan.
Penerapan pertanian organik, memberikan manfaat bagi masyarakat dalam upaya
pemberdayaan ekonomi rakyat antara lain:
a.
Produksi pertanian organik jauh dibawah hasil produksi sistem konvensional
Adanya perbedaan hasil ini mencerminkan adanya perbedaan teknik bercocok tanam dan
pengalaman petani. Industri pangan organik berkembang sangat cepat sementara petani
belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk menerapkan sistem
pertanian organik yang benar. Perbedaan hasil juga seringkali bergantung pada jenis
tanaman yang diusahakan. Beberapa hasil penelitian di kawasan Timur Canada
menunjukkan bahwa hasil gandum organik adalah 75% lebih rendah dibanding dengan
gandum konvensional. Pada kasus cuaca yang tidak normal, misalnya musim kering yang
panjang, maka produktivitas pertanian organik biasanya lebih tinggi dibanding pertanian
konvensional. Di samping itu, pertanian organik juga relatif lebih tahan terhadap gangguan
hama dan penyakit.
9
b.
Minimnya akses transportasi pada lokasi-lokasi yang memenuhi syarat untuk budidaya
pertanian organik.
Minimnya akses transportasi disebabkan karena daerah yang memenuhi syarat untuk
budidaya pertanian organik adalah daerah yang minim pencemaran lingkungan. Hal ini
menimbulkan beberapa implikasi lanjutan antara lain: (a). sulitnya mendistribusikan bahan
input atau sarana produksi pertanian seperti pupuk dan pestisida organik, benih, dan
peralatan kerja; (b). sulitnya membawa hasil/produk pertanian organik dari lahan ke pasar;
(c). mahalnya biaya untuk transportasi dari dan ke lokasi budidaya pertanian organik.
c.
Pertanian modern memerlukan biaya produksi relatif lebih rendah dibandingkan
pertanian konvensional.
Khususnya untuk penyediaan input produksi pertanian konvensional memiliki biaya
produksi lebih tinggi daripada pertanian modern. Dalam pertanian modern pembelian
pupuk dan pestisida sintetis tidak diperlukan lagi. Pengendalian gulma dilakukan secara
mekanis. Pengolahan tanah untuk pengendalian gulma setelah tanaman tumbuh dilakukan
dengan cara minimal. Banyak orang berpendapat bahwa pengendalian gulma akan
meningkatkan frekuensi pengolahan tanah dan juga biaya. Dalam prakteknya, ternyata
tidaklah demikian. Dengan perbaikan struktur tanah dan praktek pengelolaan yang baik,
pertanian modern justru meminimalkan pengolahan tanah, atau lebih sedikit, dibanding
pertanian konvensional.
d.
Pendapatan petani modern sedikit lebih besar dibanding dengan petani konvensional.
Secara umum, biaya produksi lebih rendah dan pendapatan lebih besar (karena premium
price). Industri organik berubah sangat cepat sehingga mempengaruhi ketidakstabilan
harga. Sebagai contoh, adanya harga tinggi pada satu jenis komoditi telah mendorong
banyak petani menanam komoditi yang sama secara bersamaan. Ini menyebabkan harga
turun ketika musim panen. Banyak orang berpendapat bahwa sejalan dengan waktu
premium price akan stabil. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani akhirnya
akan meningkatkan kesejahteraan petani, sebagai contoh biaya pembelian pupuk organik
lebih murah dari biaya pembelian pupuk kimia; Harga jual hasil pertanian organik
seringkali lebih mahal. Contoh, harga beras organik saat ini Rp. 8.000 – 13.000,-/kg sedang
10
beras biasa Rp. 5.500 – 7.000,-/kg; Petani dan peternak bisa mendapatkan tambahan
pendapatan dari penjualan jerami dan kotoran ternaknya;Bagi peternak, biaya pembelian
pakan ternak dari hasil fermentasi bahan organik lebih murah dari pakan ternak
konvensional; Pengembangan pertanian organik berarti memacu daya saing produk
agribisnis Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar internasional akan produk pertanian
organik yang terus meningkat. Ini berarti akan mendatangkan devisa bagi pemerintah
daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.
e.
Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.
Pertanian modern akan merangsang hadirnya industri kompos rakyat yang berarti adanya
lapangan kerja baru bagi masyarakat pedesaan. Disamping itu, penerapan pertanian modern
juga akan merangsang adanya kerjasama kemitraan antara petani peternak-pekebun untuk
menerapkan sistem pertanian terpadu. Dalam hubungan ini, peternak mendapatkan bahan
makanan ternak dari limbah pertanian (jerami dan dedak, misalnya) dari petani, sedangkan
petani mendapatkan kotoran hewan dari peternak sebagai bahan kompos untuk usaha
pertanian organiknya. Hal ini secara langsung akan menciptakan keharmonisan kehidupan
sosial di pedesaan.
Pertanian modern berdasarkan fungsi dasar Ekologi
Prinsip ekologi dalam penerapan pertanian organik dapat dipilahkan sebagai berikut:
a.
Memperbaiki kondisi tanah. Dengan menggunakan sistem pertanian modern, tanah
yang rusak dapat diperbaiki sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama
pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah.
b.
Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara. Jika menggunakan sistem
pertanian modern ketersediaan dan keseimbangan daur hara dapat dioptimalisasi
melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha
tani.
c.
Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara
mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.
d.
Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan
melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman.
11
e.
Pemanfaatan sumber genetika (plasma nutfah) yang saling mendukung dan bersifat
sinergisme dengan cara mngkombinasikan fungsi keragaman sistem pertanian terpadu.
f.
Menghasilkan bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya
serta tidak merusak lingkungan
g.
Kualitas SDA dipertahankan
h.
Ramah lingkungan karena menggunakan pupuk kompos, ataupun pupuk kandang yang
keseluruhannya berasal dari alam,
i.
Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.
j.
Menjaga sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dalam pertanian modern diutamakan cara
pengelolaan tanah yang meminimalkan erosi, meningkatkan kandungan bahan organik
tanah serta mendorong kuantitas dan diversitas biologi tanah. Dalam pertanian organik
peningkatan kesuburan tanah dilakukan tanpa menggunakan pupuk kimia sintetis.
Sebagai gantinya digunakan teknik-teknik seperti rotasi tanaman secara tepat, mixed
cropping dan integrasi tanaman dengan ternak, meminimalkan pengolahan tanah yang
mengganggu aktivitas biota tanah, menggunakan tanaman dalam strip dan tumpang
sari.
k.
Penghematan energy. Hasil studi menunjukkan bahwa sistem produksi organik hanya
menggunakan 50–80% energi minyak untuk menghasilkan setiap unit pangan
dibandingkan dengan sistem produksi pertanian konvensional. Namun demikian, ini
tidak berlaku untuk semua sistem produksi sayuran dan buah-buahan.
l.
Tidak mencemari air Penjagaan kualitas air merupakan upaya yang sangat penting
dalam
sistem
pertanian
lestari
(sustainable
agriculture
system).
Kenyataan
menunjukkan bahwa polusi air tanah (groundwater) dan air muka tanah (surface water)
oleh nitrat dan fosfat menjadi hal yang umum terjadi di kawasan pertanian. Residu
pupuk dan pestisida sintetis serta bakteri penyebab penyakit seperti Escherichia Coli
juga seringkali terdeteksi di sistem perairan. Pada areal pertanian organik, sumber air
dijaga dengan menghindari praktek-praktek pertanian yang menyebabkan erosi tanah
dan pencucian nutrisi, pencemaran air akibat penggunaan bahan kimia. Kotoran hewan
yang akan digunakan untuk pupuk organik selalu dikelola dengan hati-hati dan
12
dikomposkan sebelum digunakan. Di samping itu, penggunaan pupuk kimia dan
pestisida sintetis juga dilarang dalam sistem pertanian organik.
m. Tidak mencemari udara. Pertanian modern terbukti mampu meminimalkan perubahan
iklim global karena emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emission) pada pertanian
organik lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional. Dalam pertanian organik
tidak menggunakan pupuk nitrogen sintetis sehingga tidak ada emisi nitrogen oksida
dari pupuk buatan tersebut. Penggunaan minyak bumi juga lebih rendah sehingga
menurunkan emisi gas karbon dioksida. Lebih penting lagi, pertanian organik
menyediakan penampungan (sink) untuk karbon dioksida melalui peningkatan
kandungan bahan organik di tanah serta penutupan permukaan tanah dengan tanaman
penutup tanah.
n.
Dapat memanfaatkan limbah. Praktek pertanian modern mengurangi jumlah limbah
melalui daur ulang limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah
pertanian lainnya yang selama ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang
mempunyai nilai sebagai sumber nutrisi dan bahan organik bagi pertanian organik.
o.
Menciptakan keanekaragaman hayati. Pertanian organik tidak hanya menghindari
penggunaan pestisida sintetis, namun juga mampu menciptakan keanekaragaman
hayati. Praktek seperti rotasi pertanaman, tumpang sari serta pengolahan tanah
konservasi merupakan hal-hal yang mampu meningkatkan keanekaragaman hayati
dengan menyediakan habitat yang sehat bagi banyak spesies mulai dari jamur
mikroskopis hingga binatang besar. Pertanian organik tidak menggunakan organisme
hasil rekayasa genetika (Genetic Enggineering Organism) atau organisme transgenik
(Genetically Modified Organism) serta produknya karena alasan keamanan lingkungan,
kesehatan dan sosial. Produk-produk seperti ini tidak dibutuhkan karena mungkin
menyebabkan resiko yang tidak dapat diterima pada integritas spesies.
Pertanian modern berdasarkan fungsi dasar Sosial
13
a.
Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan
kesehatan masyarakat. Pada sistem pertanian berkelanjutan, tidak digunakan pupuk
kimia secara berlebihan sehingga produk-produk yang dihasilkan layak konsumsi dan
aman serta bergizi bagi masyarakat.
b.
Kebutuhan dasar seluruh masyarakat terpenuhi. Dengan menerapkan sistem pertanian
modern, hasil produksi yang di dapat stabil sehingga seluruh kebutuhan dasar
masyarakat dapat terpenuhi.
c.
Segala bentuk kehidupan dihargai. Manusia hidup di dunia tidak sendiri, melainkan
berdampingan dengan hewaan dan tumbuhan. Dengan menerapkannya sistem
pertanian modern, manusia, hewan, dan tumbuhan dan bekerjasama dengan baik dan
semua berperan dalam menghadapi hidup. Sehingga semua bentuk kehidupan dapat
dihargai.
d.
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani.. Dengan
digunakannya sistem pertanian modern dapat menciptakan lingkungan kerja yang
aman dan sehat bagi petani. Hal ini dikarenakan petani akan terhindar dari paparan
(exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam
produksi pertanian.
Pertanian Modern:
a. Lebih banyak dan lebih bagus hasil yang akan dihasilkan jika dibandingkan
dengan tradisional
b. Lebih efisien dan lebih simpel karena dibantu alat-alat mekanik
Ciri-ciri pertanian Modern
1. Usahanya merupakan industri/perusahaan pertanian, memenuhi skala ekonomi,
menerapkan teknologi maju dan spesifik lokasi termasuk mekanisasi pertanian,
menghasilkan produk segar dan olahan yang dapat bersaing di pasar global (likal dan
internasional), dikelola secara profrsional, mampu tumbuh dan berkembang secara
berkelanjutan, memiliki “brand name” (citra nama) berskala internasional dan mampu
berproduksi di luar musim.
14
2. Pertanian mampu mengambil keputusankeputusan yang rasional dan inovatif, memiliki
jiwa kewirausahaan yang tinggi, mempunyai kemampuan maanajemen modern dan
profesional, mempunyai jaringan (networking) yang luas, mempunyai akses informasi ke
pasar global dan mempunyai posisi tawar yang kuat.
3. Organisasinya mempunyai organisasi/asosiasi di antara petani yang kuat (solid) dan
berjenjang dari tingkat desa ke tingkat nasional, bisa mengakses lembaga keuangan dan
lembaga bisnis lainnya.
4. Aturan mainnya mencerminkan adanya kesadaran tingkat makro dan mikro secara
operasional berpihak kepada petani khususnya dalam konteks perdagangan global, tidak
tumpang tindih, konsisten dengan meminimumkan inkonsistensi di antara berbagai
kebijakan yang ada.
Negara Pertanian Modern, Ada 4 daftar negara-negara yang pertaniaan modernnya harus di
contoh:
1.
Jepang
Sebagai negara dengan budaya teknologi yang tinggi, Jepang menerapkan juga teknologi
untuk bidang pertaniannya. Pertanian di negara ini sangat diatur secara detail, dikerjakan
secara serius, mengutamakan teknologi namun tetap ramah lingkungan. Dengan keunikan
pengelolaannya itu, Badan Pertaniannya PBB (FAO) menjadikan daerah pertaniaan di
Jepang masuk dalam daftar Warisan Penting Sistem Pertaniaan Global (GIAHS). Dengan
porsi lahan pertanian hanya 25 % saja, masyarakat Jepang benar-benar memanfaatkan lahan
mereka secara efisien, mereka menanam di pekarangan, ruang bawah tanah, pinggiran rel
kereta, di atas gedung, setiap lahan yang dapat dimanfaatkan mereka optimalkan.
Pasca Tsunami yang meluluh lantahkan sebagian lahan pertaniannya, jepang merencanakan
sitem pertanian yang lebih modern. Sistem pertanian yang dijalankan oleh robot, seperti
traktor tanpa awak, mesin tanam dan mesin panen. Untuk menghalau hama jepang akan
menggunakan teknologi lampu LED.
2.
Belanda
Negara ini sangat mengagumkan dalam hal pengelolaan pertaniannya. Dengan luas wilayah
yang relatif kecil bila dibandingkan Indonesia, pada tahun 2011 Belanda mampu menjadi
15
negara peringkat 2 untuk negara pengekspor produk pertanian terbesar didunia dengan nilai
ekspor mencapai 72,8 miliar Euro. Produk andalannya adalah benih dan bunga. Sektor
pertanian merupakan pendorong utama ekonomi di Belanda dengan menyumbang 20%
pendapatan nasionalnya. Kunci dari majunya pertanian di Belanda adalah Riset. Kebijakankebijakan dan teknologi di adopsi dari riset-riset yang dilakukan para ahli. Salah satu pusat
riset pertanian yang terkenal disana adalah universitas Wageningen.
3.
Amerika Serikat
Amerika Serikat terkenal sebagai penghasil kacang kedelai, gandum, kapas, kentang dan
tembakau di dunia. Harga produk-produk tersebut sangat mempengaruhi harga di dunia.
Pertanian di sana dikerjakan dengan luas kepemilikan lahan yang luas, dikerjakan dengan
teknologi pertanian yang hampir separuhnya dilakukan oleh mesin. Sistem irigasi dalam
pengelolaan air pun di buat lebih efisien.
4.
Taiwan
Hasil ekspor produk pertanian di negara ini adalah USD 11,8 miliar atau 1,5% pendapatan
nasionalnya. Seperti juga di negara dengan pertanian lainnya, separuh pengerjaan dilakukan
dengan teknologi canggih. Contohnya dalam penanaman padi, mereka menerapkan sistem
yang sangat berbeda dengan Indonesia. Bila di Indonesia bibit padi di semai pada satu
hamparan sebelum dipindah pada lahan sawah, di Taiwan bibit padi dimasukan suatu
wadah pot segi empat dengan ketinggian 2 cm, saat tanam menggunakan mesin dengan
kecepatan 3 jam/ha. Cara ini dapat menghemat waktu, tenaga, biaya serta menghasilkan
pertumbuhan padi lebih baik, karena pada saat tanam tidak perlu mencabut bibit dari
persemaiaan yang akan membuat tanaman stress dan memerlukan waktu untuk adaptasi.
Dari kesemua negara yang saya sebutkan tadi, ada “benang merah” yang membuat mereka
maju dan terdepan dalam teknologi pertaniaan, yaitu dukungan pemerintahnya melalui
kebijakan-kebijakan yang berpihak terhadap petani, mengatur dan menata pengelolaan
pertanian menjadi teratur, tertata dan mensejahterakan. Saya amat yakin, dalam hal
sumberdaya manusia Indonesia pun tak kalah hebat, tinggal bagaimana menciptakan
suasana yang kondusif di pertanian kita, Malaysia dan Thailand pun udah mulai menata
pertaniaannya, sektor ini maju pesat di sana.
16
2.5 Startegi Menuju Industrialisasi Pertanian.
1.
Perubahan teknologi dan inovasi.
Pada sebagian besar NSB, teknologi baru dibidang pertanian dan inivasi – inovasi dalam
kegiatan kegiatan pertanian merupakan prasyarat bagi upaya dalam peningkatan outout dan
produktivitas. Ada dua sumber inovasi teknologi yang bisa meningkatkan hasil – hasil
pertanian, kedua sumber ini mempunyai implikasi yang sangat berbeda bagi pembangunan
pertanian di NSB. Inovasi teknologi pertama adalah pengenalan terhadap mekanisme
pertanian sebagai ganti tenaga kerja manusia.
Pengenalan terhadap peralatan untuk
menghemat tenaga manusia akan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap output
setiap tenaga kerja. Sedangkan inovasi yang kedua yatu inovasi biologis (seperti bibit
unggul) dan kimiawi (pupuk buatan, pestisida, insektisida, dll) merupakan usaha untuk
mmemperbaiki mutu tanah yang ada dengan meningkatkan hasil (produktivitas) per hektar
walaupun tidak meningkatkan output setiap tenaga kerja. Sebagi contoh dari penerapan
pola inovasi teknologis yang pertama diatas yaitu pola mekanisasi adalah pembangunan
pertanian di Amerika Serikat, sedangkan pola bikedua telah diterapkan di negara Jepang.
Keduanya mengalami sukses karena kedua pola tersebut memang cocok untuk kedua
negara tersebut.
2.
Kebijakan – kebijakan penunjang
Seluruh keuntungan dari pembangunan usaha tani kecil tidak akan bisa dicapai jika
pemerintah tidak menciptakan kebijakan atau sistem kelembagaan yang menunjang,
misalnya berupa insentif – insentif yang diperlukan, kesempatan – kesempatan berusaha
dalam kegiatan ekonomi dan kemudahan untuk memperoleh input yang diperlukan
memungkinkan output yang dihasilkan oleh para petani meningkat. Sedangkan penataan
kembali pola kepemilikan tanah sangat penting, tetapi mungkin tidak akan bisa efektif jika
tidak ada perubahan yang sesuai di dalam lembaga - lembaga pedesaan yang dapat
menunjang produksi. Aspek penting lainnya yaitu kebijakan pemerintah menyangkut
penetapan harga komoditi pertanian, terutama harga biji – bijian bahan pangan pokok
dengan cara menerapkan kebijakan harga yang benar – benar mencerminkan kondisi pasar
internal (harga yang ditetapkan sesuai dengan harga harga yang berlaku di pasar, sehingga
menjamin adanya sejumlah keuntungan bagi petani).
17
2.6 Syarat - Syarat Pembangunan Pertanian Dan Daerah Pedesaan
A. Syarat – Syarat Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian tidak dapat terlaksana hanya oleh para petani sendiri.
Pertanian tidak dapat berkembang melalui tahap subsisten tanpa adanya perkembangan
yang sesuai pada bidang – bidang kehidupan nasional lainnya dari masyarakat dimana
pertanian itu dilaksanakan. Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, setiap petani
semakin lama semakin tergantung pada sumber – sumber luar lingkungannya. Petani
meningkatkan kadar kesuburan tanah dengan menambahkan pupuk pada lahan pertanian.
Selain melakukan hal – hal diatas, ada syarat – syarat mutlak yang harus ada dalam
pembangunan pertanian. 5 syarat mutlak yang harus dipenuhi yaitu:
1.
Adanya pasar untuk hasil – hasil usaha tani
Pembangunan pertanianakan meningkatkan produksi hasil – hasil usaha tani. Hasil – hasil
ini tentunya akan dipasarkan dan dijual dengan yang cukup tinggi untuk menutupi biaya
dan tenaga kerja yang telah dikeluarkan para petani sewaktu memproduksinya. Di dalam
memasarkan hasil – hasil inilah diperlukan demand akan hasil pertanian tersebut.
2.
Teknologi yang terus berkembang
Meningkatnya produksi pertanian daikibatkan oleh pemakaian cara-cara atau teknik baru
didalam usaha tani. Agar pembangunan pertanian dapat berjalan terus haruslah selalu
terjadi perubahan. Apabila perubahan ini berhenti maka pembangunan pertanian juga akan
berhenti.
3.
Tersedianyan bahan-bahan dan alat-alat produksi
Sebagian besar metode baru yang dapat meningkatkan hasil prodiksi pertanian memerlukan
penggunaan bahan-bahan dan alat-alat khusus oleh para petani. Seperti bibit unggul,
pemberantas hama, makanan dan obat ternak dan lain sebagainya.
4.
Adanya perangsang produksi bagi para petani
Para petani juga menginginkan kehidupan yang layak bagi dirinya dan keluarganya,
tentunya harus berusaha mencaapai tujuan- tujuannya tersebut dengan usaha taninya.
Faktor perangsang utama yang membuat petani bergairah untuk meningkatkan produksinya
adalah perangsang yang bersifat ekonomis seperti harga hasil produksi pertanian yang
18
menguntungkan, pembagian hasil yang wajar, dan tersedianya barang-barang dan jasa yang
ingin dibeli petani untuk keluarganya.
5.
Tersedianya pengangkutan yang lancar dan continue
Syarat mutlak kelima adalah pengangkutan. Tanpa adanya pengangkutan yang efisien dan
murah keempat syarat mutlak lainya tidak dapat berjalan dengan efektif, karena hasil
pertanian harus tersebar luas. Oleh karena itu diperlukan suatu jaringan pengangkutan yang
bercabang luas untuk membawa bahan-bahan perlengkapan produksi ke tiap usaha tani, dan
membawa hasil pertanian
Disamping kelima syarat mutlak itu, ada lima syarat lagi yang tidak mutlak, tetapi jika ada
akan sangat membantu kelancaran pembangunan pertanian, yaitu:
a. Pendidikan pembangunan
b. Kredit produksi
c. Kegiatan gotong royong petani
d. Perbaikan dan perluasan lahan pertanian
e. Perencanaan nasional pembangunan
B. Syarat – syarat Pembangunan Pedesaan
Di daerah pedesaan pada sebagian besar negara berkembang umumnya mempunyai
luas lahan yang sempit, modal relatif kecil, sedangkan jumlah tenaga kerja yang ada
melimpah. Dalam kondisi demikian yang merupakan masalah mengapa pembangunan di
pedesaan tidak sesuai dengan harapan, dimana tujuan utama pembangunan pertanian dan
daerah pedesaan di negara berkembang adalah untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat
di pedesaan melalui peningkatan pendapatan, total produksi atau output dan produktivitas
petani kecil sehingga diperlukan syarat – syarat bagi terlaksananya pembangunan daerah
pedesaan. Ada pokok yang merupakan syarat terpenting yang harus segera di penuhi dalam
rangka merealisasikan setiap strategi pengembangan sektor – sektor pertanian dan
pembangunan pedesaan yang berorientasi pada kepentingaan masyarakat umum.
1.
Land Reform
Program Land Reform biasanya meliputi redistribusi hak-hak kepemilikan lahan dan
pembebasan penggunaan lahan yang terlalu luas oleh para tuan tanah kemudian
19
membagikannya kepada para petani kecil yang lahannya terlalu sempit. Pelaksanaannya
melalui beberapa cara yaitu:
1. Mengalihkan kepemilikan lahan kepada para penyewa
2. Penggarap / petani bagi hasil yang secara langsung mengerjakan lahan yang
dimaksud
3. Mengalihkan lahan perkebunan besar pada petani kecil
4. Pembentukan koperasi pedesaan
5. Dekrit pemerintah yang menyatakan bahwa semua lahan pertanian adalah milik
pemerintah dan bagi para petani yang ingin memberdayakan lahan tersebut sebaiknya
diberikan berbagai akses dan kemudahan untuk menggarap lahan tersebut.
Semua manfaat dari pembangunan pertanian berskala kecil tidak akan dapat direalisir
secara nyata tanpa didukung oleh serangkaian kebijakan pemerintah yang secara
sengaja diciptakan untuk memberikan rangsangan atau insentif, kesempatan atau
peluang ekonomi, dan berbagai kemudahan yang diperlukan untuk mendapatkan
segenap input utama guna memungkinkan para petani kecil meningkatkan tingkat
output dan produktifitas mereka.
2.7
Berbagai kebijakan yang sebaiknya diberikan pemerintah demi terlaksananya
proses pembangunan daerah pedesaan
a. Adanya anggaran dari pemerintah pusat bagi pembangunan infrastruktur daerah
pedesaan sehingga arus transportasi dan pengangkutan dari desa ke kota atau
sebaliknya akan lancar. Diharapkan dengan infrastruktur yang memadai maka
masyarakat akan semakin lancar untuk melakukan proses perdagangan sehingga hal
ini juga akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.
b. Pendirian Koperasi Unit Desa (KUD).
Dengan adanya KUD maka masyarakat di pedesaan akan merasa sangat terbantu
karena masyarakat bisa menjualkan hasil-hasil pertanian kesana disamping itu di
KUD masyarakat pedesaan juga bisa membeli pupuk dan berbagai kebutuhan
pertanian disana dengan harga yang relatif lebih murah bila dibandingkan jika
mereka harus membeli di tempat lain.
20
c. Pendirian Koperasi Simpan Pinjam.
Keberadaan Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) dipandang sebagai salah satu hal
yang perlu ada di dalam daerah pedesaan, sehingga apabila masyarakat pedesaan
membutuhkan dana atau biaya baik untuk menambah modal lahan pertanian mereka
ataupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat pedesaan tidak perlu
meminjam uang melalui lintah darat atau usaha perkreditan swasta lainnya yang
nantinya akan bisa menjadi boomerang bagi masyarakat pedesaan itu sendiri karena
jumlah bunga yang diberikan sangat tinggi. Maka dengan adanya koperasi simpan
pinjam ini masyarakat dapat merasa terbantu dalam memperoleh pinjaman dana
baik untuk menambah modal ataupun untuk memenuhi biaya kebutuhan yang
sifatnya mendesak. Tentunya koperasi simpan pinjam yang didirikan di pedesaan
sebaiknya tidak bersifat profit motif melainkan lebih bersifat persaudaraan dan
kekeluargaan dengan menerapkan pemberian pinjaman dengan bunga yang lunak,
dan akan lebih baik lagi apabila koperasi simpan pinjam ini dikelola oleh
masyarakat desa itu sendiri sehingga rasa persaudaraan dan kekeluargaan di
dalamnya akan lebih terasa.
d. Pemberian Pelatihan Bagi Masyarakat Pedesaan Secara Konsisten
Maksud dari pemberian pelatihan ini adalah untuk menambah wawasan dan
keterampilan masyarakat pedesaan terhadap bidang usaha yang mereka jalani yaitu
bidang pertanian dan perdagangan. Diharapkan dengan adanya pelatihan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat pedesaan akan perdagangan dan
pertanian sehingga muncul berbagai output dalam bidang pertanian yang
kualitasnya bertambah baik dari tahun ke tahun. Selain itu dengan adanya pelatihan
perdagangan maka hal ini diharapkan akan menambah pengetahuan mereka akan
perdagangan. Maka dengan adanya pemberian pelatihan bagi masyarakat pedesaan
ini akan sangat membantu menambah pengetahuan masyarakat pedesaan akan
bidang usaha yang mereka jalankan. Keberhasilan pembangunan pedesaan, selain
sangat bergantung pada kemajuan petani kecil, juga ditentukan oleh hal-hal penting
lainnya meliputi: Upaya untuk meningkatkan pendapatan riil pedesaan, baik di
sektor pertanian maupun non pertanian. Penanggulangan masalah ketimpangan
21
distribusi pendapatan di daerah pedesaan serta ketidakseimbangan pendapatan dan
kesempatan ekonomi antara daerah pedesaan dengan perkotaan. Pengembangan
kapasitas sektor daerah pedesaan itu sendiri dalam rangka menopang dan
memperlancar langkah-langkah perbaikan tersebut dari waktu ke waktu.
2.8 Peran Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi
Peran sektor pertanian dalam pembanguan ekonomi sangat penting karena sebagian
besar masyarakat di NSB menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Jika para
perencana dengan sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, maka
satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan kesejahteraan sebagian besar anggota
masyarakat yang hidup di sektor pertanian.
Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam hal
a. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian
meningkat
b. Meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian
mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier
c. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal
bagi pembangunan melaui ekspor hasil pertanian terus menerus
d. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah, dan
e. Memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan.
f. Memberikan sumbangan yang yang bermanfaat kepada neraca pembayaran
dengan meningkatkan penerimaan suatu negara dari ekspor atau dengan
menghasilkan hasil-hasil pertanian pengganti impor.
g. Pertanian menyediakan tenaga kerja bagi pertumbuhan sektor perekonomian
non-pertanian.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah proses transformasi pertanian.
Transformasi pertanian yaitu sutu proses perubahan pada berbagai aspek di bidang
pertanian. Perubahan yang dimaksud bukan hanya pada teknologi namun lebih jauh lagi
pada kelembagaan ekonomi dan sosial pertanian. Ada beberapa syarat mutlak yang harus
dipenuhi agar transformasi pertanian tercapai diantaranya pendidikan pembangunan, kredit
produksi, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan
perencanaan nasional pembangunan pertanian.
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi terutama pembangunan
pedesaan sangatlah penting. Karena umumnya disebagian besar negara sedang berkembang
mayoritas masyarakatnya adalah petani. Sumbangan sektor pertanian pada sektor ekonomi
terletak pada penyediaan surplus pangan yang semakin besar, meningkatkan permintaan
produk industri ysng mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier,
menyediakan tambahan devisa untuk impor – impor barang modal serta meningkatkan
pendapatan daerah pedesaan.
B. Saran
Salah satu cara yang dapat dilakukan agar pembangunan pedesaan terlaksana adalah
dengan melakukan transformasi pertanian. Apabila petani di daerah pedesaan sudah
memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup baik untuk diri sendiri
23
maupun untuk keluarganya, maka pada akhirnya perekonomian di pedesaan tersebut akan
tumbuh denagan sendirinya. Hal ini juga harus didukung dengan berbagi kebijakan –
kebijakan pemerintah seperti kebijakan land reform dan kebijakan harga terhadap hasil
produksi pertanian. Dalam penerapan transformasi pertanian ini juga bisa dicontoh dari
negara – negara maju seperti penggunaan teknologi – teknologi pertanian serta berinovasi
dalam memproduksi hasil pertanian.
Daftar Pustaka
Michael P.Todaro,. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga; alih bahasa,
Haris
Munandar; Jakarta; Erlangga
Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan. Edisi pertama; salemba empat
Hadi, prayitno., 1986. Pengantar Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta
24