Perilaku Seksual Pria Dengan Wanita Pekerja Seks Komersial (Psk) Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual (Pms) Di Warung Bubur Dusun Vi Gaya Baru Kecamatan Tebing Tinggi Tahun 2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku
2.1.1 Definisi Perilaku
Menurut Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner dalam Azwar (2007),
seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan
respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang
berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua
yaitu :
a.

Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan
yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
jenis kelamin dan sebagainya.

b.


Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

2.1.2. Model Perilaku Kesehatan
Terdapat berbagai macam model perilaku kesehatan yang digunakan untuk
menggambarkan perilaku pemanfaatan pelayanan, model-model tersebut adalah :
1.

Model Andersen dan Anderson
Menurut Ilyas (2003), menggolongkan model utilisasi kesehatan kedalam tujuh
kategori berdasarkan tipe dari variabel yang digunakan sebagai faktor yang
menentukan utilisasi pelayanan kesehatan. Ketujuh faktor-faktor tersebut adalah:

a.

Model Demografi
Pada model ini variabel yang digunakan berdasarkan umur, jenis kelamin, status
perkawinan dan besarnya keluarga. Variabel tersebut digunakan sebagai
indikator yang memengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan.


b.

Model Struktur Sosial
Pada model ini variabel yang digunakan adalah pendidikan, pekerjaan dan etnis.
Variabel-variabel tersebut mencerminkan status sosial dari individu atau
keluarga di dalam masyarakat dan dapat pula menggambarkan gaya hidup
individu dan keluarga.

c.

Model Sosial Psikologis
Pada model ini variabel yang digunakan adalah pengetahuan, sikap dan
keyakinan individu di dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Variabel
tersebut memengaruhi individu untuk mengambil keputusan dan bertindak di
dalam menggunakan pelayanan kesehatan.

d.

Model Sumber Daya Keluarga

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pendapatan keluarga dan
cakupan mengenai pelayanan kesehatan. Variabel tersebut dapat mengukur
kesanggupan dari setiap individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan
kesehatan.

e.

Model Sumber Daya Masyarakat
Pada model ini variabel yang digunakan adalah pelayanan kesehatan dan
sumber-sumber di dalam masyarakat.

f.

Model Organisasi
Pada model ini variabel yang digunakan adalah pencerminan perbedaan bentukbentuk pelayanan kesehatan.

2. Teori Health Believe Model (HBM)
Model perilaku kesehatan Health Believe Model (HBM) dan Becker &
Rosenstock didasarkan oleh empat elemen persespsi antara lain : Perceived
suscepilbility: penilalan Individu mengenai kerentanan mereka terhadap suatu

penyakit,

Perceived seriousness: penilaian individu mengenai seberapa serius

kondisi dan konsekuensi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut, Perceived
barriers: penilaian individu mengenai besar hambatan yang ditemui untuk
mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan, seperti hambatan fmansial, fisik,
dan psikososial serta Perceived benefits: penilaian individu mengenai keuntungan
yang didapat dengan mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan (Smet, 1994).

Model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi
karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai
variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi
pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan
memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang
kekuatannya lebih besar dari pada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan
prediksi perilaku lebih kompleks (Azwar, 2007).
Secara sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan
suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya
bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Dalam teori perilaku terencana

keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu pada normanorma subjektif dan pada kontrol perilaku yang dia hayati. Ketiga komponen ini
berinteraksi dan menjadi determinan bagi intense yang pada gilirannya akan
menentukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak (Azwar,
2007).
Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat
yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para
petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku. Menurut Leavel dan Clark yang disebut pencegahan adalah
segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung untuk
mencegah suatu masalah kesehatan atau penyakit. Pencegahan berhubungan dengan

masalah kesehatan atau penyakit yang spesifik dan meliputi perilaku menghindar
(Romauli, 2009).
Tingkatan pencegahan penyakit menurut Leavel dan Clark ada 5 tingkatan
yaitu (Maryati, 2009) :
a.

Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
1)


Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitas.

2)

Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan.

3)

Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain pelayanan
kesehatan reproduksi bagi remaja yang hamil diluar nikah, yang terkena
penyakit infeksi akibat seks bebas dan pelayanan keluarga berencana.

b.

Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit tertentu (Spesific Protection)
1)

Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah
terhadap penyakit-penyakit tertentu.


2)

Isolasi terhadap penyakit menular.

3)

Perlindungan terhadap keamanan kecelakaan di tempat-tempat umum dan di
tempat kerja.

c.

Menggunakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early
Diagnosis and Promotion)
1)

Mencari kasus sedini mungkin.

2)


Melakukan pemeriksaan umum secara rutin.

3)

Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu misalnya kusta, TBC, kanker
serviks.

4)

Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.

5)

Mencari

orang-orang yang

pernah

berhubungan


dengan

penderita

berpenyakit menular.
6)
d.

Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.

Pembatasan Kecacatan (Dissability Limitation)
1)

Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjut agar terarah dan tidak
menimbulkan komplikasi.

2)

Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan. Perbaikan fasilitas

kesehatan bagi pengunjung untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan
yang lebih intensif.

e.

Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)
1)

Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikut sertakan
masyarakat.

2)

Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberi
dukungan moral, setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.

3)

Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita
yang telah cacat mampu mempertahankan diri.


4)

Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutannya harus tetap dilakukan seseorang
setelah ia sembuh dari suatu penyakit.

2.2. Seksual
2.2.1. Definisi Seksual
Menurut Zawid (1994), seksualitas sulit untuk didefinisikan karena seksualitas
memiliki aspek kehidupan kita dan di ekspresikan melalui beragam perilaku.
Seksualitas bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang tetapi juga meluas
sampai berhubungan dengan orang lain. Keintiman dan kebersamaan fisik merupakan
kebutuhan sosial dan biologis sepanjang kehidupan. Kesehatan seksual telah
didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual dan
sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif memperkaya dan
meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta. Seks juga digunakan untuk
memberi label gender, baik seseorang itu pria atau wanita.
Pendapat Denney dan Quadagno (1992) dalam Zawid (1994), seksualitas di
lain pihak adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana
seseorang mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan
yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, senggama seksual dan melalui
perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpelukan dan
perbendaharaan kata.
2.2.2 Bentuk Perilaku Seksual
Transeksual adalah orang yang identitas seksual atau gendernya berlawanan
dengan seks biologinya. Seorang pria mungkin berfikir tentang dirinya sebagai
seorang wanita dalam tubuh wanita. Perasaan terperangkap seperti ini disebut disforia
gender. Para penulis tidak memahami dengan jelas sifat atau penyebab dari saling

silang. Penjelasannya mencakup teori biologis dan pembelajaran sosial. Para
penganut transeksual tidak melihat identitas seksual mereka sebagai suatu pilihan.
Identifikasi mereka tentang diri mereka sebagai wanita dan pria, seksual dan sosial
adalah jelas dan persis seiring sejak masa kanak-kanak dini.
Menurut Daili (2009) transvestit adalah pria heteroseksual yang secara periode
berpakaian seperti wanita untuk pemuasan psikologis dan seksual. Transvestit
umumnya melakukan hal ini dalam lingkup pribadi dan perilaku mereka kadang
bersifat rahasia bahkan dari orang yang sangat dekat dengan mereka sekalipun.
2.2.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual
Master (1992), menyatakan bahwa keinginan seksual beragam diantara
individu, sebagian orang menginginkan dan menikmati seks setiap hari. Sementara
yang lainnya menginginkan seks hanya satu kali sebulan dan yang lainnya lagi tidak
memiliki keinginan seks sama sekali dan cukup merasa nyaman dengan fakta
tersebut. Keinginan seksual menjadi masalah jika klien semata-mata menginginkan
untuk melakukannya pada beberapa norma kultur atau jika perbedaan dalam
keinginan seksual dari pasangan menyebabkan konflik.
a.

Faktor Fisik
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik.

Aktivitas seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidak nyamanan. Bahkan hanya
membayangkan bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks.
Penyakit minor dan keletihan adalah alasan seseorang untuk tidak merasakan seksual.
Citra tubuh yang buruk, terutama jika diperburuk oleh perasaan penolakan atau

pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan
perasaannya secara seksual.
b.

Faktor Hubungan
Masalah dalam berhubungan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari

keinginan seks. Setelah kemesraan hubungan telah mundur, pasangan mungkin
mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai
atau gaya hidup mereka. Keterampilan seperti ini memainkan peran yang sangat
penting ketika menghadapi keinginan seksual dalam berhubungan. Penurunan minat
dalam aktivitas seksual dapat mengakibatkan ansietas hanya karena harus
mengatakan kepada pasanagan perilaku seksual apa-apa yang diterima atau
menyenangkan.
c.

Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau penyalah gunaan alkohol dapat

memengaruhi keinginan seksual. Namun demikian, banyak bukti sekarang ini
menunjukkan bahwa efek negatif alkohol terhadap seksual jauh melebihi euphoria
(perasaan yang berlebihan) yang mungkin dihasilkan. Pada awalnya menemukan
waktu yang tepat untuk aktivitas seksual adalah faktor gaya hidup. Klien seperti ini
sering mengungkapkan bahwa mereka perlu waktu untuk menyendiri, berfikir dan
istirahat sebagai hal yang lebih penting dari seks.
d.

Faktor Harga Diri
Tingkat harga diri juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan

seksualitas.

Jika

harga

diri

seksual

tidak

pernah

diperlihatkan

dengan

mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual diri dan dengan mempelajari
keterampilan seksual, seksual mungkin menyebabkan perasaan negatif atau
menyebabkan tekanan perasaan seksual. Harga diri seksual dapat menurun didalam
banyak cara, yaitu perkosaan, incest dan penganiayaan fisik atau emosi meninggalkan
luka yang dalam. (Master, 1992).
e. Faktor Norma
Nilai itu dibagi macamnya menurut kualitas nilainya yaitu ke dalam nilai baik
dan buruk yang dipelajari oleh etika, dan nilai indah dan tidak indah yang dipelajari oleh
estetika. Akan tetapi macam-macam nilai kemudian berkembang menjadi beraneka
ragam, tergantung pada kategori penggolongannya. Sebagai contoh, dikenal adanya nilai
kemanusiaan, nilai sosial, nilai budaya, nilai ekonmis, nilai praktis, nilai teorits, dan
sebagainya. Nilai sosial, nilai budaya dan sebagainya termasuk macam nilai yang
didasarkan pada kategori bidang dari obyek nilai. Sedangkan nilai praktis, nilai teoritis
dan sebagainya termasuk macam nilai yang didasarkan pada kategori kegunaan obyek
nilai itu. Dengan demikian ragam nilai dapat menjadi sangat banyak, bahkan semua yang
ada ini mengandung nilai. Dengan kata lain, nilai itu dapat melekat pada apa saja, baik
benda, keadaan, peristiwa dan sebagainya

f. Faktor Niat
Niat perilaku (behavioral intention) adalah suatu keinginan (niat) seseorang
untuk melakukan perilaku tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku
(behavior) jika mempunyai suatu keinginan atau niat untuk melakukannya. Niat
untuk melakukan suatu perilaku yang dalam hal ini adalah pencegahan terbentuk dari

kombinasi sikap terhadap perilaku tersebut, norma subyektif tentang perilaku tersebut
dan persepsi kontrol perilaku yang berkaitan dengan perilaku itu. Hasil akhirnya
adalah ketika derajat kekuatan niat mencapai level tertentu yang dirasa cukup,
seseorang dimungkinkan dapat mewujudkan niat tersebut menjadi perilaku itu dengan
catatan bahwa sepanjang terdapat peluang (Ajzen, 2005).

2.3. Penyakit Infeksi Menular Seksual
2.3.1. Definisi Penyakit Infeksi Menular Seksual
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi apapun yang terutama didapat
melalui kontak seksual. Penyakit Menular Seksual merupakan istilah umum dan
organisme penyebabnya, yang tinggal dalam darah atau cairan tubuh, meliputi virus,
mikoplasma, bakteri, jamur, spirokaeta dan parasit-parasit kecil. Sebagian organisme
yang terlibat hanya ditemukan di saluran genitalia (reproduksi) saja tetapi yang
lainnya juga ditemukan dalam organ tubuh lain. Sering kali Penyakit Menular
Seksual timbul secara bersama-sama dan jika salah satu ditemukan adanya Penyakit
Menular Seksual harus dicurigai. Terdapat rentang keinginan kontak tubuh yang
dapat menularkan Penyakit Menular Seksual termasuk berciuman, hubungan seksual
melalui anus, kunilingus, anilingus, felasio dan kontak mulut atau genital dengan
payudara (Mariyah, 2009).

2.3.2. Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Organisme dan Bakteri
a.

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Human Immunodeficiency virus (HIV) pertama kali dilaporkan menyebabkan

penyakit pada tahun 1981. Di Amerika Serikat AIDS merupakan penyebab utama
kematian nomor lima pada wanita usia subur. Salah satu kesulitan mengenali infeksi
HIV adalah masa laten tanpa gejala yang cukup lama, antara 2 bulan hingga 5 tahun.
Umur rata-rata saat diagnosis infeksi HIV ditegakkan adalah 35 tahun (Mariyah,
2009).
b. Gonorrhea
Neisseria gonorrhoeae adalah diflokokus gram negatif yang biasanya berdiam
dalam uretra, serviks, faring atau saluran anus wanita. Infeksi terutama mengenai
epitel kolumner atau transisionel saluran kemih dan kelamin. Organisme ini sangat
sulit untuk dikultur dan peka terhadap suasana kering, cahaya matahari, pemanasan
dan sebagian besar desinfektan. Diperlukan media khusus untuk mencapai hasil yang
optimal. Bahkan saluran genetal bawah biasanya didapat dengan memutar lidi kapas
selama 15-20 detik jauh di dalam saluran endoserviks. Jika dibuat usapan rektum
insiden keberhasilan meningkat 85% menjadi >90% (Mariyah, 2009).
c.

Infeksi Chlamidia
Chlamidia trachomatis adalah mikroorganisme intraseluler obligat dengan

dinding sel yang menyerupai bakteri gram negatif. Meskipun dikelompokkan sebagai
bakteri, namun chlamidia mengandung DNA dan RNA, dan melakukan pembelahan
biner, hanya tumbuh intra seluler seperti virus. Karena kebanyakan serotype

Chlamidia trachomatis hanya menyerang sel epitel kolumner (kecuali serotype L
yang agresif), tanda-tanda dan gejala yang terjadi cenderung terlokalisir ditempat
yang terinfeksi misalnya mata atau saluran genital tanpa adanya invasi ke jaringan
dalam (Mariyah, 2009).
Infeksi Chlamidia biasanya berlangsung pada hubungan seks lewat vagina dan
anus. Chlamidia trachomatis dapat pula mengenai mata bila mata terkena tangan yang
sudah menyentuh kelamin dari orang yang terinfeksi. Chlamidia trachomatis juga
dapat menyerang kerongkongan, sehingga pasangan dianjurkan untuk tidak
melakukan seks oral bila salah satu sudah terkena. Bayi dapat terinfeksi chlamidia
pada matanya sewaktu melewati serviks ibu yang menderita infeksi (Hutapea, 2003).
e.

Siffilis
Siffilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh spirokaeta treponema

pallidum yang ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi basah yang infeksius.
Organisme ini dapat menembus membrane mukosa yang intake atau kulit yang
terkelupas atau didapat melalui transplasenta. Satu kali kontak seksual dengan mitra
seksual yng terinfeksi memberikan kemungkinan 10% menderita siffilis (Mariyah,
2009).
f.

Vaginitis
Vaginitis adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi atau

peradangan vagina. Vaginitis biasanya ditandai dengan adanya cairan berbau kurang
enak yang keluar dari vagina. Gejala lain adalah gatal atau iritasi di daerah kemaluan
dan perih sewaktu kencing. Beberapa kasus vaginitis disebabkan oleh reaksi alergi

atau kepekaan terhadap bahan kimia. Umumnya disebabkan oleh kuman yang
ditularkan secara seksual atau yang tadinya menetap di vagina dan menjadi ganas
karena gangguan keseimbangan di dalam vagina (Hutapea, 2003).
g.

Candidiasis
Candidiasis juga dikenal dengan nama moniliasis, thrush atau infeksi yeast

yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candidiasis biasanya menimbulkan
gejala peradangan, gatal dan perih di daerah kemaluan. Juga terdapat keluarnya cairan
vagina yang menyerupai bubur. Walaupun fungus selalu terdapat sampai taraf
tertentu, biasanya tidak menimbulkan gejala selama lingkungan vagina terjaga
normal. Candidiasis dapat ditularkan secara seksual seperti bola pingpong antar
pasangan seks, sehingga dua pasangan harus diobati secara simultan. Candidiasis
pada pria biasanya berbentuk Non Gonococcal Urethritis (NGU), penis memerah atau
lecet di kemaluan yang rasanya membakar dan nyeri sewaktu kencing. Candidiasis
juga dapat menular secara non seksual, bila wanita memakai handuk atau lap yang
sama. Penularan juga terjadi melalui seks oral atau anal (Hutapea, 2003).
h.

Chancroid
Chrancoid (Chancre lunak) disebabkan oleh kuman batang gram negatif

Haemophilus ducreyi dan jarang ditemui di Amerika Serikat. Infeksi pada wanita
dimulai dengan lesi papula atau vesikopustuler pada perineum, serviks atua vagina 35 hari setelah terpapar. Lesi berkembang selama 48-72 jam menjadi ulkus dengan tepi
tidak rata berbentuk piring cawan yang sangat lunak. Beberapa ulkus dapat

berkembang menjadi satu kelompok. Discharge kental yang dihasilkan ulkus berbau
busuk atau infeksius (Mariyah, 2009).
i.

Granuloma Inguinale
Granuloma inguinale disebabkan oleh Calymmatobacterium granulomatis.

Penemuan yang khas dalam lesi adalah badan Donovan (bakteri yang terbungkus
dalam lekosit mononuclear). Hampir tidak pernah dijumpai di Amerika Serikat (kirakira 100 kasus/tahun) tetapi umum terjadi di India, Brazil dan Hindia Barat. Masa
inkubasi 1-12 minggu. Granuloma inguinale dapat menyebar melalui kontak seksual
maupun non seksual yang berulang (Mariyah, 2009).
j.

Infeksi Panggul
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital

atas yaitu endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterine
(salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterine (parametritis)
dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat menyebar ke seluruh pelvis.
k.

Intralumen
Penyakit radang panggul akut non purporalis hampir selalu (kira-kira 99%)

terjadi akibat masuknya kuman pathogen melalui serviks ke dalam kavum uteri.
Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterine, akhirnya pus dari ostium masuk ke ruang
peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar dengan mekanisme tersebut adalah
neisseria

gonnorhoeae,

chlamidia

trichomatis,

streptococcus

agalactiae,

sitomegalovirus dan virus herpes simpleks. Tiga per empat wanita dengan penyakit
radang panggul akut juga menderita endometritis, kira-kira 40%-nya disertai servisitis

mukopurulen dan 50% kasus dengan biakan endoserviks positif untuk chlamidia
trachomatis atau neisseria gonnorhoeae juga mengalami endometritis. Fase
endometritis biasanya tidak bergejala, seringkali singkat dan terjadi pada akhir
menstruasi.
l.

Limfatik
Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang berhubungan

dengan pemasangan IUD (Intra Uterine Disease) menyebar melalui sistem limfatik
seperti infeksi Mycoplasma non purpuralis.
m. Hematogen
Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu
misalnya tuberculosis (TBC) dan jarang terjadi di Amerika Serikat (Mariyah, 2009).
2.3.3. Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Virus
a. Herpes
Virus herpes simpleks menimbulkan berbagai jenis herpes. Yang paling sering
virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) mengakibatkan herpes mulut berupa lecet dan
bentolan disertai salesma dan demam di daerah mulut dan bibir. HSV-1 juga dapat
ditularkan ke daerah kemaluan dengan sentuhan atau seks oral. Herpes genitalis
disebabkan oleh herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) yang mengakibatkan lepuh yang
nyeri dan luka di daerah kemaluan. Herpes ini juga dapat berpindah ke mulut melalui
seks oral.
Herpes dapat ditularkan melalui seks per vagina, anal atau oral, atau dengan
menyentuh luka herpes. Sentuhan yang kemudian mengenai mata dapat menimbulkan

infeksi mata serius. Virus ini dapat hidup beberapa jam pada benda-benda seperti
toilet duduk, dan dapat berpindah melalui benda tersebut. Herpes oral dapat
dipindahkan dengan berciuman, memakai gelas atau handuk bersama penderita
herpes dan sudah tentu melalui hubungan seksual (Hutapea, 2003).
b. Viral Hepatitis
Terdapat sejumlah jenis radang hati atau hepatitis. Penyebabnya adalah virus
dan sering ditularkan secara seksual. Jenis yang terutama adalah hepatitis A,B,C dan
D. Infeksi hepatitis A biasanya bersifat sementara dan ditandai dengan gejala kuning
(jaundice), yaitu suatu kondisi dimana kulit, urine dan bola mata menguning karena
kadar pigmen empedu yang meninggi di dalam darah. Gejala lain adalah nyeri perut,
lemah dan mual, hilangnya nafsu makan dan tinja yang berwarna pucat. Hepatitis B
lebih parah dan lama serangannya. Hepatitis C gejalanya ringan, jarang disertai gejala
kuning, tetapi dapat berlanjut menjadi penyakit hati menahun atau kanker hati.
Hepatitis D terjadi hanya bersamaan dengan hepatitis B. Gejalanya mirip dengan
hepatitis B tetapi lebih mengancam nyawa penderita. Hepatitis A dan B dapat
ditularkan secara seksual, terutama melalui kegiatan seks anal. Hepatitis A ditularkan
terutama karena melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi, yang dapat mengenai air
atau makanan. Transmisi seksual dari hepatitis A biasanya melalui kegiatan oral dan
anal seks. Transmisi seksual dari hepatitis B dapat juga lewat transfusi darah yang
tercemar, jarum suntik yang dipakai bersama-sama (biasanya pada kelompok
pengguna obat terlarang), dan lewat mani, ludah, cairan mens dan lendir hidung
penderita. Hepatitis C juga dapat ditularkan secara seksual. Sedangkan hepatitis D

ditularkan melalui kegiatan seksual atau kontak dengan darah yang tercemar.
Hepatitis biasanya didiagnosis melalui tes darah untuk memeriksa kelainan dalam
fungsi hati. Tidak terdapat obat untuk hepatitis, tetapi istirahat di tempat tidur dengan
banyak minum cairan biasanya dianjurkan. Vaksin telah tersedia untuk perlindungan
terhadap hepatitis B dan D, karena hepatitis D tidak mungkin ada tanpa hepatitis B.
Tidak ada vaksin terhadap hepatitis C (Hutapea, 2003).
c. Genital Warts
Genital Warts atau disebut juga Veneral Warts disebabkan oleh Human
Papiloma Virus (HPV). Penyakit ini menyerang pria dan wanita berusia 20 hingga 24
tahun. Lesi kelihatan di daerah kemaluan dan anus beberapa bulan setelah infeksi.
Wanita lebih rentan daripada pria karena ada suatu bagian pada leher rahim dimana
sel-selnya melakukan pembuahan diri lebih cepat disbanding dengan yang lainnya,
dan HPV membonceng pada sel-sel tersebut untuk berkembang biak. Genital Warts
agak mirip dengan warts (kutil) yang biasa ada di telapak kaki dan terdiri dari
benjolan gatal dari berbagai bentuk dan ukuran. Benjolan ini teraba agak keras
dengan warna kuning keabuan pada permukaan kulit yang kering, sedangkan di
daerah basah seperti vagina, bentuknya seperti bunga kol berwarna merah muda dan
teraba lembek. Kutil ini dapat pula terlihat di daerah penis, kulup, skrotum dan di
dalam saluran kencing pada pria. Pada wanita dapat pula muncul di labia mayora dan
minora dinding vagina dan serviks. Pria dan wanita sering juga menemukannya di
luar daerah kemaluan seperti di mulut, bibir, alis, putting susu, sekitar anus atau
bahkan di daerah rectum.

Genital Warts yang berada di dalam uretra akan mengeluarkan cairan atau
darah dan terasa perih. HPV dapat pula menimbulkan kanker pada organ-organ
reproduksi seperti pada penis atau serviks. HPV dapat ditularkan melalui kontak seks
atau jenis lainnya, seperti melalui pakaian dan handuk. Genital Warts sebaiknya
diangkat dengan menggunakan teknik pembekuan (cryotherapy) dengan nitrogen cair
kutil ini dapat juga dicuci dengan larutan podophylin yang bertujuan untuk
mengeringkan dan membuang jaringannya. Dapat pula dibuang dengan cara
membakar dengan electrode atau pembedahan baik dengan pisau atau sinar laser.
Walaupun tindakan-tindakan tersebut bertujuan membuang warts-nya, akan tetapi
HPV-nya sendiri tidak lenyap dari dalam tubuh kita. Genital Warts sewaktu-waktu
dapat kembali lagi (Hutapea, 2003).
2.3.4. Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Parasit
a. Trichomoniasis
Trichomoniasis atau trich adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan oleh
suatu parasit atau suatu protozoa (hewan bersel tunggal) yang disebut trichomonas
vaginalis. Gejalanya meliputi perasaan gatal dan terbakar di daerah kemaluan, disertai
dengan keluarnya cairan berwarna putih seperti busa atau juga kuning kehijauan yang
berbau busuk. Sewaktu bersetubuh atau kencing sering terasa agak nyeri di vagina.
Namun sekitar 50% dari wanita yang mengidapnya tidak menunjukkan gejala apa
apa.
Trichomoniasis hampir semuanya ditularkan secara seksual. Hal ini dapat
mengakibatkan radang saluran kencing pada pria, yang tidak menunjukkan gejala

atau berupa adanya sedikit cairan yang keluar dari penis biasanya pada waktu kencing
pertama sekali di pagi hari. Dapat juga terasa gatal, geli atau iritasi di uretra. Karena
pria dapat mengidap trich tanpa menyadarinya, mereka dapat menularkannya kepada
pasangan-pasangan seksnya. Kuman ini dapat pula ditularkan melalui kontak dengan
mania tau ada pada lap, handuk atau seprei. Walaupun secara teoritis kontak melalui
tempat duduk di toilet kecil sekali, tetapi bila terjadi kontak langsung pada bagian
kemaluan, hal ini dapat saja terjadi (Hutapea, 2003).
b. Pediculosis
Pediculosis adalah terdapatnya kutu pada bulu-bulu di daerah kemaluan. Kutu
pubis ini diberi julukan crabs karena bentuknya yang mirip kepiting seperti di bawah
mikroskop. Parasit ini juga dapat dilihat dengan mata telanjang. Kutu pubis termasuk
kelompok serangga kutu penggigit seperti halnya kutu kepala dan kutu badan. Kutu
kepala bergelayut pada akar rambut di kepala dan sering terdapat pada anak-anak
sekolah. Kutu pubis sering ditularkan secara seksual, tetapi juga melalui kontak lewat
handuk, seprei dan tempat duduk di toilet. Kutu pubis hanya dapat hidup dalam satu
hari apabila di luar tubuh manusia. Telur yang terdapat pada kain seprei atau handuk
dapat menetas sesudah satu minggu. Semua lat tidur, handuk dan pakaian yang
pernah digunakan orang pengidap kutu ini harus dicuci dengan air panas atau dry
clean untuk membuang dan memusnahkan telur.
Parasit ini menempel pada rambut dan dapat hidup dengan cara mengisap
darah, sehingga menimbulkan gatal-gatal. Masa hidupnya singkat, hanya sekitar satu

bulan. Tetapi kutu ini dapat tumbuh subur dan bertelur berkali-kali sebelum mati
(Hutapea, 2003).
Penyakit-penyakit tersebut di atas tidak lepas dari faktor-faktor yang
memengaruhinya, yaitu : faktor dasar, yaitu karena adanya penularan penyakit dan
berganti-ganti pasangan seksual. Faktor medis, yaitu : pengobatan modern, mudah,
murah, cepat dan efektif sehingga resiko resistensi tinggi dan bila disalah gunakan
akan meningkatkan resiko penyebaran infeksi. Faktor sosial, yaitu : mobilisasi
penduduk, prostitusi, waktu yang santai, kebebasan individu serta ketidak tahuan.
Peningkatan insiden PMS tidak terlepas kaitannya dengan perilaku resiko
tinggi. Perilaku resiko tinggi adalah perilaku yang menyebabkan seseorang
mempunyai resiko besar terserang penyakit. Yang termasuk kelompok resiko tinggi
adalah : Usia 20-34 tahun pada laki-laki dan 16-24 tahun pada wanita,
wisatawan/turis, pekerja seks komersial (WTS), Pecandu narkoba dan homoseksual
(Manuaba, 2009).
2.3.5. Tanda dan Gejala PMS secara Umum serta Cara Penularannya
PMS tidak menunjukkan tanda dan gejala sama sekali sehingga kita tidak tahu
kalau kita sudah terinfeksi. PMS dapat bersifat Asymtomatic (tidak memiliki gejala)
baik pada pria atau wanita. Beberapa PMS baru menunjukkan tanda-tanda dan gejala
berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi. Ada
beberapa gejala dari PMS secara umum, yaitu :

a.

Keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita
terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih kekuningan,
kehijauan atau kemerahan. Keputihan bisa memiliki bau tidak sedap dan lendir.

b.

Pada pria, rasa sakit seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing,
biasanya disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan
oleh PMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kemih yang tidak ditularkan
melalui hubungan seksual.

c.

Luka terbuka atau basah di sekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat
terasa sakit atau tidak.

d.

Tonjolan kecil-kecil (papules) di sekitar alat kelamin.

e.

Kemerahan di sekitar alat kelamin

f.

Pada pria rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar.

g.

Rasa sakit di perut bagian bawah yang muncul dan hilang dan tidak berhubungan
dengan menstruasi.

h.

Bercak darah setelah hubungan seksual.
Walaupun seseorang mungkin mengalami beberapa dari gejala tersebut, perlu

diperhatikan bahwa penyakit yang lain juga dapat menyebabkan gejala-gejala seperti
ini. Jika muncul gejala tersebut lebih baik dikonsultasikan dengan dokter secepatnya.
Kebanyakan PMS didapat dari hubungan seks yang tidak aman. Yang dimaksud dari
seks yang tidak aman yang dapat menularkan PMS adalah :
1.

Melakukan hubungan seksual lewat vagina tanpa kondom (penis di dalam
vagina).

2.

Melakukan hubungan seksual lewat anus tanpa kondom (penis di dalam anus).

3.

Hubungan seksual lewat oral (penis di dalam mulut tanpa kondom atau mulut
menyentuh alat kelamin wanita).

4.

Darah. Dari transfuse darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama,
atau benda tajam lainnya kebagian tubuh untuk menggunakan obat atau
membuat tato.

5.

Ibu hamil kepada bayinya. Penularan selama kehamilan, selama proses
kelahiran, setelah lahir, HIV bisa menular melalui menyusui (Manuaba, 2009).

2.3.6. Komplikasi dari Penyakit Infeksi Menular Seksual
a.

Endometriosis
Endometriosis terjadi karena jaringan endometrium yang masih berfungsi

terdapat di luar kavum uteri. Menurut teori Sampson, endometrium ditemukan di
ovarium, peritoneum dan ligamentum sakrouterium, kavum douglas, dinding
belakang uterus, tuba fallopii, plika vesikouterina, ligamentum rotundum dan
sigmoid, septum reptovaginal, kanalis iguinalis, appendiks, umbilicus, serviks uteri,
vagina, kandung kemih, vulva, perineum dan kelenjar limfe. Meskipun jarang,
endometriosis juga ditemukan di sekitar lengan, paha, pleura dan pericardim. Jika
endometriosis menyebabkan pelekatan di saluran telur, kemudian saluran tersumbat
maka akan menyebabkan infertilitas (kemandulan). Tingkat kejadian kasus ini sangat
tinggi. Endometriosis menimbulkan nyeri saat menstruasi. Bahkan pada kasus yang
lebih parah, nyeri juga terjadi di luar menstruasi. Gejala lain yaitu nyeri saat

senggama dan ada benjolan di perut bagian bawah. Manifestasi endometriosis adalah
timbul bercak atau kista (Manuaba, 2009).
Angka kejadian endometriosis semakin hari semakin tinggi. Endometriosis
lebih sering ditemukan pada wanita dari golongan ekonomi menengah ke atas. Hal
yang menarik perhatian, ternyata endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita
yang tidak menikah dan wanita yang tidak mempunyai anak. Hal ini menunjukkan
fungsi ovarium yang tidak diselingi kehamilan memegang peranan untuk terjadinya
endometriosis.
Meigs seorang ahli kandungan mengatakan bahwa cara paling mudah untuk
mengurangi resiko endometriosis adalah dengan kehamilan. Pada saat hamil gejala
endometriosis berkurang. Bahkan bisa hilang pada saat hamil dan sesudahnya
(Manuaba, 2009).
b. Kanker pada Wanita
Kanker merupakan penyakit yang ditakuti semua orang, termasuk wanita.
Apalagi organ reproduksi adalah bagian tubuh yang paling sering terkena kanker.
Deteksi dini merupakan cara yang efektif untuk menyembuhkan kanker. Sejumlah
penulisan menyebutkan kanker yang pengobatannya pada stadium awal dapat sembuh
total. Untuk dapat mewaspadainya lebih cepat, perlu informasi yang memadai tentang
gejala awal pada setiap jenis kanker khas wanita. Ada tiga kanker yang sering terjadi
pada wanita, yaitu kanker serviks (leher rahim), kanker indung telur (ovarium), dan
kanker endometrium (badan rahim).

c.

Kanker Serviks (Leher Rahim)
Selama dua decade terakhir, kanker leher rahim masih menduduki urutan

pertama antara kanker yang terjadi pada wanita Indonesia. Kanker ini mulai
ditemukan pada wanita usia 25-34 tahun dan puncaknya pada usia 45-54 tahun.
Kanker leher rahim secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni preinvasif
dan invasive. Kanker preinvasif adalah jenis kanker leher rahim yang belum
menyebar sehingga kemungkinan sembuhnya hampir mencapai 100% jika
pengobatannya sejak dini. Jenis invasive merupakan jenis kanker leher rahim yang
sudah menyebar ke seluruh bagian leher rahim dan lebih sulit disembuhkan.
Penyebab kanker leher rahim belum diketahui secara pasti, tetapi diduga
sekitar 95% dikarenakan jenis virus HPV. Virus ini dapat menular melalui hubungan
seksual. Penyebab yang cukup mengejutkan dan controversial pernah diungkap
Lancet. Ia mengungkapkan tenyata penggunaan pil kontrasepsi jangka panjang dapat
meningkatkan resiko berkembangnya kanker leher rahim pada wanita dengan
penyakit menular seksual. Namun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
pemakaian pil kontrasepsi jangka panjang dapat meningkatkan resiko kanker pada
wanita yang tidak menderita HPV.
Selain itu ada beberapa faktor resiko yang menjadi pemicu terjadinya kanker
leher rahim. Faktor-faktor tersebut meliputi berhubungan seksual di usia muda
(kurang dari 20 tahun), berganti-ganti pasangan hubungan seksual, kehamilan
berulang kali (sering melahirkan), infeksi virus (virus herpes simpleks dan virus
papilloma), dan kurangnya kebersihan alat genital sehingga sering mengalami infeksi.

Upaya paling baik untuk menghindari kanker leher rahim adalah dengan
melakukan pemeriksaan pap’s smear secara berkala, terutama jika anda sudah pernah
melakukan hubungan intim. Dengan cara ini, kemungkinan kanker dapat terdeteksi
dengan cepat karena pada tahap awal jenis kanker ini tidak menunjukkan gejala
secara khusus. Kecuali keluhan akibat infeksi seperti keputihan, perdarahan vagina di
luar masa menstruasi, serta keluhan sakit dan perdarahan setelah bersenggama. Pada
stadium lanjut mengakibatkan rasa sakit pada panggul, perdarahan yang mirip dengan
air cucian daging dan berbau amis, gangguan buang air kecil dan buang air besar
(sembelit), nafsu makan hilang, berat badan menurun, lemah dan anemia karena
perdarahan. Pengobatan kanker leher rahim sangat tergantung pada stadium atau
tingkatan kliniknya. Pengobatan yang biasa dilakukan meliputi operasi pengangkatan
rahim radikal (histerektomie radikal), radio terapi atau kemoradiasi.
d. Kanker Indung Telur
Kanker indung telur sering sulit dideteksi. Bahkan, sekitar tiga perempat
wanita yang menderita kanker ovarium terdiagnosis setelah kondisinya parah.
Pemeriksaan dini untuk mengetahui seorang wanita menderita kanker ovarium tidak
semudah mendeteksi dini kanker leher rahim. Idealnya setiap wanita melakukan
pemeriksaan dalam dan USG setiap satu tahun sekali bersamaan dengan pemeriksaan
pap’s smear. Tes darah (tumor marker) dilakukan jika ada kecurigaan keganasan
ovarium. Rangkaian pemeriksaan ini dapat dilakukan di klinik spesialis, rumah
bersalin, rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang
menyediakan sarana tersebut.

Gejala kanker ovarium hampir sama dengan penyakit gangguan rahim
sehingga banyak wanita yang tidak curiga. Gejala yang muncul berupa perut terasa
kembung dan tidak nyaman. Sayangnya semua gejala itu tidak spesifik sehingga sulit
dideteksi. Kecuali jika sudah ada tahap lanjutan dengan gejala perut membesar, terasa
ada benjolan di dalam perut, nyeri panggul, serta gangguan buang air besar dan buang
air kecil akibat penekanan pada saluran pencernaan dan saluran kencing.
Pada keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi penimbunan cairan di rongga
perut dan rongga dada sehingga perut Nampak membuncit. Kadang disertai sesak
nafas. Biasanya jika gejala ini sudah muncul sulit untuk menanganinya. Lokasi
ovarium yang berada di dalam rongga perut menjadikan kanker ini sulit dideteksi.
Oleh karena itu, kanker jenis ini dapat menyerupai kista dengan bagian padat. Untuk
mengetahui secara lebih pasti dilakukan operasi guna memastikan diagnosis kanker
ovarium dan perluasan atau penjalaran penyakit (stadium kanker). Tindakan operasi
juga menentukan jenis dan keberhasilan pengobatan selanjutnya.
e.

Kanker Endometrium
Kanker endometrium tidak sepopuler kanker leher rahim. Kanker jenis ini

dapat diderita oleh semua wanita yang sudah mengalami menstruasi. Kanker
endometrium terjadi karena adanya penebalan dinding endometrium secara
berlebihan. Kanker ini dapat menimbulkan gangguan serius pada organ tubuh di
sekitarnya. Gejala kanker endometrium berupa perdarahan, terutama pada pasca
menopause di luar menstruasi. Namun anda perlu waspada jika darah menstruasi
keluar secara berlebihan dalam waktu lama. Perdarahan di luar menstruasi yang

terlalu lama dan berulang dapat menunjukkan adanya penebalan dinding
endometrium yang tidak wajar.
Kanker jenis ini lebih sering ditemukan pada stadium dini. Gejalanya yang
mudah terlihat membuat setiap wanita merasa perlu untuk memeriksakan keadaannya
ke Dokter kandungan. Untuk mengetahui keadaan endometrium biasanya dilakukan
pemeriksaan USG. Selanjutnya dilakukan kuretase untuk mengetahui kanker atau
bukan. Pengobatan untuk kanker endometrium dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu operasi dan kemoterapi. Namun, semuanya sangat tergantung stadium yang
akan ditentukan selanjutnya (Eka, 2008).

2.4. Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual termasuk HIV/AIDS
2.4.1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya agar orang sehat tetap sehat
atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer merupakan hal yang
paling penting, terutama dalam hal merubah perilaku. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain (DepKes, 2011) :
a.

Pencegahan dilakukan dengan tindakan seks yang aman dengan pendekatan
“ABC” yaitu Abstinence, artinya absen seks ataupun tidak melakukan hubungan
seks bagi orang yang belum menikah merupakan metode paling aman untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual, HIV/AIDS melalui hubungan
seksual, jika tidak memungkinkan pilihan kedua adalah Be Faithful, artinya tidak

berganti-ganti pasangan. Jika kedua hal tersebut tidak memungkinkan juga, maka
pilihan berikutnya adalah penggunaan kondom secara konsisten (Use Condom).
b.

Berhenti menjadi pengguna NAPZA terutama narkotika suntikan, atau
mengusahakan agar selalu menggunakan jarum suntik yang steril serta tidak
menggunakannya secara bersama-sama.

c.

Di sarana pelayanan kesehatan harus dipahami dan diterapkan kewaspadaan
universal (universal precaution) untuk mengurangi risiko penularan HIV melalui
darah. Kewaspadaan universal ini meliputi cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan, penggunaan alat
pelindung yang sesuai untuk setiap tindakan, pengelolaan alat kesehatan bekas
pakai dengan melakukan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi dengan benar.

d.

Pencegahan penyebaran melalui darah dan donor darah dilakukan dengan
skrining adanya antibody HIV, demikian pula semua organ yang didonorkan,
serta menghindari transfuse, suntikan, jahitan dan tindakan invasive lainnya yang
kurang perlu.

e.

WHO mencanangkan empat strategi untuk mencegah penularan vertical dari ibu
kepada anak yaitu dengan cara mencegah jangan sampai wanita terinfeksi
HIV/AIDS, apabila sudah terinfeksi HIV/AIDS mengusahakan supaya tidak
terjadi kehamilan, bila sudah hamil dilakukan pencegahan supaya tidak menular
dari ibu kepada bayinya dan bila sudah terinfeksi diberikan dukungan serta
perawatan bagi ODHA dan keluarganya.

2.4.2. Pencegahan Sekunder
Infeksi HIV/AIDS menyebabkan menurunnya system imun secara progresif
sehingga muncul berbagai infeksi opurtunistik yang akhirnya dapat berakhir pada
kematian. Sementara itu, hingga saat ini belum ditemukan obat maupun vaksin yang
efektif, sehingga pengobatan HIV/AIDS dapat dibagi dalam tiga kelompok sebagai
berikut (Depkes RI, 2011) :
a.

Pengobatan suportif yaitu pengobatan untuk meningkatkan keadaan umum
penderita. Pengobatan ini terdiri dari pemberian gizi yang baik, obat simptomatik
dan pemberian vitamin.

b.

Pengobatan infeksi opurtunistik merupakan pengobatan untuk mengatasi
berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS.
Penanganan terhadap infeksi opurtunistik ini disesuaikan dengan jenis
mikroorganisme penyebabnya dan diberikan terus menerus.

c.

Pengobatan antiretroviral (ARV) yang bekerja langsung menghambat kinerja
enzim protease yang terbukti bermanfaat memperbaiki kualitas hidup,
menjadikan infeksi opurtunistik menjadi jarang dan lebih mudah diatasi sehingga
menekan

morbiditas

dan

mortalitas

dini.

Tetapi

ARV

belum

dapat

menyembuhkan pasien HIV/AIDS ataupun membunuh HIV.
2.4.3. Pencegahan Tersier
Orang yang didiagnosa HIV biasanya banyak menerima diskriminasi saat
membutuhkan pengobatan HIV ataupun bantuan dari fasilitas rehabilitasi obat, selain
itu juga dapat mendatangkan trauma emosi yang mendalam bagi keluarganya. ODHA

perlu diberikan dukungan berupa dukungan psikososial agar penderita dapat
melakukan aktivitas seperti semula/seoptimal mungkin.
Untuk mencegah semakin meningkatnya angka kejadian Penyakit Menular
Seksual HIV/AIDS, maka perlu dilakukan beberapa pencegahan, yaitu :
1.

Memutuskan rantai penularan infeksi PMS.

2.

Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasinya.

3.

Tidak melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.

4.

Menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
Ada beberapa program yang dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO)

dan telah diterapkan di beberapa negara untuk dilaksanakan secara bersama-sama,
yaitu :
a.

Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda.

b.

Program penyuluhan sebaya untuk berbagai kelompok sasaran (peer group
education).

c.

Program kerja sama dengan media cetak dan elektronik.

d.

Paket pencegahan komprehensif untuk pecandu narkotika.

e.

Program pendidikan agama.

f.

Program promosi kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat.

g.

Pelatihan ketrampilan hidup.

h.

Program pengadaan tempat-tempat untuk test HIV dan konseling.

i.

Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak.

j.

Program pencegahan dengan pengobatan, perawatan dan dukungan untuk Orang
Dengan HIV/AIDS (ODHA).

k.

Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat
AZT (Sari, 2002).

2.5. Kondom
2.5.1. Definisi Kondom
Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau
penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama. Kondom biasanya terbuat dari
bahan karet latex, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya
tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kondom dipakai
pada alat kelamin pria pada keadaan ereksi sebelum bersenggama (bersetubuh) atau
hubungan seksual (BKKBN, 2006).
Kondom yang terbuat dari bahan karet latex ini secara klinis sangat baik
dalam mencegah :
a.

Vaginitis yang disebabkan oleh infeksi seperti trichomoniasis.

b.

Pelvic Inflammatory Disease (PID).

c.

Gonorrhoea.

d.

Chlamydia.

e.

Syphillis.

f.

Chancroid.

g.

Human Immunodeficiency Virus (HIV).

h.

Human Papilloma Virus (HPV) yang dapat menyebabkan genital wart.

i.

Herpes Simpleks Virus (HSV) yang dapat menyebabkan genital herpes.

j.

Virus Hepatitis B.

2.5.2. Cara Menggunakan Kondom dengan Baik dan Benar
Adapun cara menggunakan kondom dengan baik dan benar yaitu :
1.

Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan lalu dorong kondom
dengan jari anda ke posisi bawah. Tujuannya agar tidak robek saat membuka
bungkusnya, selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom.

2.

Dorong kondom ke bawah agar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang
kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada di sebelah luar.

3.

Pencet ujung kondom agar tidak ada udara yang masuk dan letakkan pada kepala
penis.

4.

Baik pihak suami atau istri dapat memasangkan kondom ke penis, pada saat
kondom dipasang penis harus selalu dalam keadaan tegang. Pasanglah kondom
dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom
hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku, karena kondom dapat robek).

5.

Jangan ada kontak penis dengan vagina sebelum menggunakan kondom .

6.

Segera setelah ejakulasi cabut penis dari vagina. Pegang pangkal penis dan
lepaskan kondom dengan hati-hati selagi masih tegang (jangan sampai ada cairan
sperma yang tercecer keluar).

7.

Ikat kondom agar cairan sperma tidak dapat keluar, dan buang ditempat yang
aman, jangan buang kondom bekas pakai di WC dapat dapat menyumbat saluran
WC.

8.

Pilih kondom yang paling cocok dengan seleradan ukuran penis anda (BKKBN,
2006).

2.5.3. Tempat Memperoleh Kondom
Kondom dapat diperoleh antara lain di :apotik, klinik KB, PPKBD/ sub
PPKBD, pos KB desa, toko obat, pasar swalayan, puskesmas, puskesmas pembantu
dan vending machine kondom (BKKBN, 2006)

2.6. Pekerja Seks Komersial
2.6.1. Definisi Pekerja Seks Komersial
Pekerja seks komersial merupakan pekerja yang bertugas melayani aktivitas
seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau imbalan dari yang telah
memakai jasa mereka tersebut (Koentjoro, 2010). Pekerja seks komersial adalah suatu
pekerjaan dimana seseorang perempuan menggunakan atau mengeksploitasikan
tubuhnya untuk mendapat uang (Widyastuti, 2009).
Prostitusi adalah gejala kemasyarakatan dimana wanita menjual diri
melakukan perbuatan seksual sebagai mata pencaharian sehari-hari dengan jalan
melayani relasi-relasi seksual, karena berhubungan dengan mata pencaharian maka
orang sering menyebut prostitusi sebagai sebuah pekerjaan. Menurut Amstel yang

dikutip Kartono (2007), prostitusi adalah penyerahan diri dari wanita kepada banyak
laki-laki dengan pembayaran.
Masalah barter atau perdagangan secara tukar menukar, yaitu menukarkan
pelayanan seksdengan bayaran uang, hadiah atau barang-barang berharga lainnya.
Juga mengemukakan promiscuitas, yaitu hubungan seks bebas, dan ketidak acuhan
emosional, melakukan hubungan seks tanpa emosi, tanpa perasaan cinta dan kasih.
Pihak pelacur mengutamakan motif-motif komersial atau alasan keuntungan materil.
Karena motif komersialnya itu maka pelacur disebut sebagai PSK (Kartono, 2007).
Prostitusi dapat dibagi menurut aktivitasnya, yaitu terdaftar dan terorganisir
dan yang tidak terdaftar. Prostitusi yang terdaftar pelakunya diawasi oleh bagian
seperti Vice Control dari kepolisian yang dibantu dan bekerja sama dengan jawatan
sosial dan jawatan kesehatan. Pada umumnya ini di lokalisir dalam satu daerah
tertentu. Penghuninya secara periodik harus memeriksakan diri pada dokter atau
petugas kesehatan dan mendapatkan suntikan serta pengibatan sebagai tindakan
kesehatan dan keadaan umum. Prostitusi yang tidak terdaftar termasuk dalam
kelompok ini adalah mereka melakukan prostitusi secara gelap dan liar. Perbuatannya
tidak terorganisir, tempatpun tidak tentu. Mereka tidak pernah mencatatkan diri
kepada yang berwajib sehingga kesehatannya sangat diragukan, karena mereka belum
tentu mau memeriksakan kesehatannya kepada dokter atau petugas kesehatan.
Statistik menunjukkan bahwa kurang lebih 75% dari jumlah pelacur adalah
wanita-wanita muda di bawah umumr 30 tahun. Mereka itu umumnya memasuki
dunia pelacuran pada usia muda yaitu pada usia 13-24 tahun dan yang paling banyak

adalah usia 17-21 tahun. Sekitar 60-80% dari jumlah pelacur itu memiliki intelektual
yang tinggi, berpendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama dan di atas atau tamatan
akademi dan perguruan tinggi. Mereka bertingkah laku immoral karena didorong oleh
motivasi-motivasi sosial dan ekonomi. (Kartono, 2007).
2.6.2. Motif yang Melatar Belakangi Pelacuran
Menurut Kartono (2007), ada beberapa motif yang melatar belakangi
seseorang menjadi pelacur diantaranya sebagai berikut :
1.

Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan adanya pertimbangan-pertimbangan
ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidup, khususnya dalam usaha
mendapatkan status

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Wanita Pekerja Seks Komersial Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Tahun 2012

4 47 154

Gambaran Distribusi Penyakit Menular Seksual Dan Faktor Yang Berhubungan Dengan Penderita PMS Pada WTS Di Lokasi Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2000

0 31 85

Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentanginfeksi Menular Seksual (IMS) Di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

4 49 92

Pengetahuan Pasangan Suami Istri Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) Di Lingkungan IV Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Tahun 2008

0 35 42

Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual [PMS] terhadap pengetahuan dan sikap pekerja seks komersial [PSK] jalanan Yogyakarta tahun 2006.

0 0 76

Perilaku Seksual Pria Dengan Wanita Pekerja Seks Komersial (Psk) Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual (Pms) Di Warung Bubur Dusun Vi Gaya Baru Kecamatan Tebing Tinggi Tahun 2014

0 0 16

Perilaku Seksual Pria Dengan Wanita Pekerja Seks Komersial (Psk) Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual (Pms) Di Warung Bubur Dusun Vi Gaya Baru Kecamatan Tebing Tinggi Tahun 2014

0 1 2

Perilaku Seksual Pria Dengan Wanita Pekerja Seks Komersial (Psk) Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual (Pms) Di Warung Bubur Dusun Vi Gaya Baru Kecamatan Tebing Tinggi Tahun 2014

0 0 10

Perilaku Seksual Pria Dengan Wanita Pekerja Seks Komersial (Psk) Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual (Pms) Di Warung Bubur Dusun Vi Gaya Baru Kecamatan Tebing Tinggi Tahun 2014

0 2 4

Perilaku Seksual Pria Dengan Wanita Pekerja Seks Komersial (Psk) Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual (Pms) Di Warung Bubur Dusun Vi Gaya Baru Kecamatan Tebing Tinggi Tahun 2014

0 0 3