Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual [PMS] terhadap pengetahuan dan sikap pekerja seks komersial [PSK] jalanan Yogyakarta tahun 2006.
INTISARI
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang dapat menular dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan salah satu kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap PMS. Penyebabnya adalah pengetahuan mereka yang relatif rendah tentang PMS sehingga banyak diantara mereka dalam melayani tamu tanpa menggunakan pelindung (kondom) Keadaan ini dapat menyebarkan PMS secara luas di masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh edukasi PMS di kalangan PSK jalanan Yogyakarta terhadap pengetahuan dan sikap mereka dalam ketaatan penggunaan kondom.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi tentang PMS dalam ketaatan penggunaan kondom. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian
one group pretest-posttest. Metode survei yang digunakan dengan instrumen penelitian kuisioner sebanyak 29 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis statistik deskriptif evaluatif dan statistik uji menggunakan Paired Sample T Test.
Hasil untuk uji dengan Paired Sample T Test menujukkan perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta setelah edukasi. Persentase nilai pengetahuan bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja yang menunjukkan peningkatan paling tinggi yaitu: SLTP (9,1%), 21-40 tahun (10,5%) dan lebih dari 4 tahun (11,4%). Persentase nilai sikap bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja yang menunjukkan peningkatan paling tinggi yaitu: SLTP (23,3%), 21-40 tahun (11,7%) dan lebih dari 4 tahun (12,5%).
Kata kunci: edukasi, penyakit menular seksual, pekerja seks komersial, kondom
(2)
ABSTRACT
Sexually Transmitted Diseases (STD) is a diseases that is to be able to affect from someone to others through commercial sex workers sexual intercourse that is a group that has a high risk toward STD. This is couse by they have a relatively low in knowledge on STD so that many of them in their service to their customers without using a protector (condom). This situation can speard STD widely in society. Relating with the subject, so it held a research about STD education effects in Yogyakarta street commercial sex workers toward their knowledge and attitude in using condoms.
The objection of this research is to identify Yogyakarta street commercial sex workers knowledge and attitude change after given education about STD in using condom. This research covers quasi experimental research, while research design to use is one group pretest posttest design. Survey methods be used is by questionnaire research instrument to 29 person. The analysis and examination statistics by Paired Sample T Test.
The result for this examination is Paired Sample T Test shows a significant difference in knowledge and attitude variable about STD in Yogyakarta street commercial sex workers after the education. Knowledge change percentage if is viewed from education grade, age and work duration that shows the highest changes are: Junior High School (9,1%), 21-40 years old (10,5%), and more than 4 years (11,4%). Attitude change percentage if viewed from education grade, age and work duration that shows the highest changes are: Junior High School (23,3%), 21-40 years old (11,7%) and more than 4 years (12,5%).
Keywords: education, sexually transmitted diseases, commercial sex workers, condoms.
(3)
PENGARUH EDUKASI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SEKS
KOMERSIAL (PSK) JALANAN YOGYAKARTA TAHUN 2006
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Themy Roestian Lavatinova NIM: 018114160
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
. . . sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya . . .
( Surat At-tiin : 4 )
Karya kecil ini kupersembahkan untuk:
Penciptaku
Allah SWT
atas segala keajaibanNya untukkuKeluargaku terCinta :
Mama Yani
terSayang,
Papa, Mama Dewi
danDella
yang selalu mendukung dan doakan aku Teman-teman dan sahabat
Almamaterku
(7)
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan anugerah serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas petunjuk, berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kota Yogyakarta.
3. Bapak Mukhotib, Md. selaku direktur PKBI DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di lokasi jalanan (Badran dan jalan Magelang) Yogyakarta.
4. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen pembimbing II atas kesabarannya dalam memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.
(8)
5. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.
6. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
8. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan.
9. Kedua orang tuaku tercinta atas kasih sayang yang begitu besar, kepercayaan, bimbingan, pelajaran hidup dan doa serta dukungannya baik moril maupun materiil.
10. Adikku Della yang selalu mendoakan yang terbaik. Hidup menjadi lebih indah karena persaudaraan kita.
11. Mas Fx. Ari “botax” Bandioko atas pengertian dan kesabarannya selama ini. 12. Relawan PKBI DIY: Dhini, mbak Titin, Dudi, Mala, Dewi, Maulana, Riza,
Indy atas bantuan dan kerjasamanya saat pengambilan data.
13. Teman-teman di Badran dan jalan Magelang yang sudah mau menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 14. Anak-anak kost Unix: Ira, Vita, Siwi, Gothe, Kadek, Emi, Pence, Eti terima
kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan kita yang indah.
15. Anak-anak kost Sekar Ayu: Mami, Sita, Hana, Jun, mas Vier, mas Soer, aa’, mas Per, atas bantuan dan kebersamaannya.
(9)
16. Temen-temen seperjuangan: jenk Ririn yang baik hati, Anjar ”ndut” Trilaksono yang lutchu, Adistyawan Yoga ”kobo” Wicaksono yang jenius, Ferawati Klau”dichay” Ida my soulmate, plus Maharani ”si menthel” Eka Sati atas kerjasama, semangat, keceriaan, dan masukannya. Makasih semua. 17. Sahabat-sahabatku: Dessy, Yono, Putut, Sunu, Deni atas persahabatan dan
kebersamaannya selama ini.
18. Teman-teman angkatan 2001, kelas C dan kelompok praktikum F: atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini.
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 20 Agustus 2007 Penulis
(10)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Agustus 2007 Penulis
Themy Roestian Lavatinova NIM. 018114160
(11)
INTISARI
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang dapat menular dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan salah satu kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap PMS. Penyebabnya adalah pengetahuan mereka yang relatif rendah tentang PMS sehingga banyak diantara mereka dalam melayani tamu tanpa menggunakan pelindung (kondom) Keadaan ini dapat menyebarkan PMS secara luas di masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh edukasi PMS di kalangan PSK jalanan Yogyakarta terhadap pengetahuan dan sikap mereka dalam ketaatan penggunaan kondom.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi tentang PMS dalam ketaatan penggunaan kondom. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian
one group pretest-posttest. Metode survei yang digunakan dengan instrumen penelitian kuisioner sebanyak 29 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis statistik deskriptif evaluatif dan statistik uji menggunakan Paired Sample T Test.
Hasil untuk uji dengan Paired Sample T Test menujukkan perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta setelah edukasi. Persentase nilai pengetahuan bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja yang menunjukkan peningkatan paling tinggi yaitu: SLTP (9,1%), 21-40 tahun (10,5%) dan lebih dari 4 tahun (11,4%). Persentase nilai sikap bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja yang menunjukkan peningkatan paling tinggi yaitu: SLTP (23,3%), 21-40 tahun (11,7%) dan lebih dari 4 tahun (12,5%).
Kata kunci: edukasi, penyakit menular seksual, pekerja seks komersial, kondom
(12)
ABSTRACT
Sexually Transmitted Diseases (STD) is a diseases that is to be able to affect from someone to others through commercial sex workers sexual intercourse that is a group that has a high risk toward STD. This is couse by they have a relatively low in knowledge on STD so that many of them in their service to their customers without using a protector (condom). This situation can speard STD widely in society. Relating with the subject, so it held a research about STD education effects in Yogyakarta street commercial sex workers toward their knowledge and attitude in using condoms.
The objection of this research is to identify Yogyakarta street commercial sex workers knowledge and attitude change after given education about STD in using condom. This research covers quasi experimental research, while research design to use is one group pretest posttest design. Survey methods be used is by questionnaire research instrument to 29 person. The analysis and examination statistics by Paired Sample T Test.
The result for this examination is Paired Sample T Test shows a significant difference in knowledge and attitude variable about STD in Yogyakarta street commercial sex workers after the education. Knowledge change percentage if is viewed from education grade, age and work duration that shows the highest changes are: Junior High School (9,1%), 21-40 years old (10,5%), and more than 4 years (11,4%). Attitude change percentage if viewed from education grade, age and work duration that shows the highest changes are: Junior High School (23,3%), 21-40 years old (11,7%) and more than 4 years (12,5%).
Keywords: education, sexually transmitted diseases, commercial sex workers, condoms.
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
INTISARI... ix
ABSTRACT... x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan masalah... 2
2. Keaslian penelitian ... 2
3. Manfaat penelitian... 3
B. TUJUAN ... 3
1 Tujuan Umum ... 3
2 Tujuan Khusus ... 4
(14)
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 5
A. Penyakit Menular Seksual... 5
1. Pengertian... 5
2. Gejala-gejala umum ... 5
3. Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual... 6
B. Kondom... 9
C. Edukasi... 11
D. Pengetahuan ... 11
E. Sikap... 13
F. Pekerja Seks Komersial ... 13
G. Landasan Teori... 15
H. Hipotesis... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 16
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16
B. Variabel Penelitian ... 16
1. Variabel bebas... 16
2. Variabel tergantung... 16
C. Definisi Operasional ... 16
D. Tempat Penelitian ... 17
E. Subjek Penelitian... 18
F. Teknik Sampling ... 18
G. Instrumen Penelitian ... 19
(15)
H. Tata Cara Penelitian ... 19
1. Analisis Situasi ... 19
2. Pembuatan Kuisioner ... 20
3. Pembuatan Booklet ... 21
4. Penyebaran Kuesioner... 22
5. Pemberian Edukasi... 22
6. Pengolahan Data ... 22
I. Analisis Data Penelitian ... 23
J. Kesulitan Penelitian ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26
A. Karakteristik Responden ... 26
1. Tingkat Pendidikan ... 26
2. Umur ... 27
3. Lama Kerja... 27
B. Pengaruh Edukasi tentang PMS terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK jalanan Yogyakarta Tahun 2006 ... 28
C. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Kerja terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK jalanan Yogyakarta Tahun 2006... 30
D. Rangkuman Pembahasan ... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 40
A. Kesimpulan ... 40
B. Saran... 41
(16)
DAFTAR PUSTAKA ... 42 LAMPIRAN... 44 BIOGRAFI PENULIS ... 58
(17)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Persentase Tingkat Pendidikan PSK Jalanan Yogyakarta Tahun
2006 ... 26 Gambar 2. Persentase Umur PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 ... 27 Gambar 3. Persentase Lama Kerja PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006... 28 Gambar 4. Persentase Jawaban Kuisioner Pretest dan Posttest PSK Jalanan
YogyakartaTahun 2006 ... 30 Gambar 5. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang
PMS Tahun 2006 berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31 Gambar 6. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang
PMS Tahun 2006 berdasarkan Umur ... 32 Gambar 7. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang
PMS Tahun 2006 berdasarkan Lama Kerja ... 34 Gambar 8. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan
Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 35 Gambar 9. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan
Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Umur ... 36 Gambar 10. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan
Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Lama Kerja... 37
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat ijin penelitian ... 44
Lampiran 2. Kuisioner penelitian ... 46
Lampiran 3. Hasil skoring pretest ... 48
Lampiran 4. Hasil skoring posttest... 49
Lampiran 5. Hasil uji normalitas datadan uji T ... 50
Lampiran 6. Booklet PMS ... 51
(19)
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang dapat menular dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual (Munajat dan Bisri, 1998). Seseorang dapat berisiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal (Anonim, 2007a).
Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan kelompok yang terbiasa melakukan aktivitas seksual dengan pasangan yang tidak tetap, dengan imbalan berupa uang yang telah disepakati sebelumnya (Aprilianingrum, 2002).
Berdasarkan data Klinik Griya Lentera, dari bulan Januari sampai dengan September 2006 dilaporkan jenis infeksi gonore dengan jumlah penderita mencapai 23 kasus, diikuti penderita klamidia sebanyak 3 kasus, sedangkan untuk kasus sifilis belum ditemukan angka kejadian selama periode tersebut.
Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan salah satu kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap PMS. Penyebabnya adalah pengetahuan mereka yang relatif rendah tentang PMS sehingga banyak diantara mereka dalam melayani tamu tanpa menggunakan pelindung (kondom), kecuali atas permintaan si tamu (Sutama, 2005). Keadaan ini dapat menyebarkan PMS secara luas di masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai
(20)
pengaruh edukasi tentang PMS di kalangan PSK jalanan Yogyakarta terhadap pengetahuan dan sikap mereka dalam ketaatan penggunaan kondom.
Pemberian edukasi dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan PSK jalanan Yogyakarta tentang PMS. Meningkatnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat merubah sikap mereka dalam ketaatan penggunaan kondom, sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melayani pengguna layanan mereka dan kesadaran akan bahaya PMS akan lebih meningkat.
1. Perumusan Masalah
a. Seperti apakah karakteristik PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden dalam penelitian ini ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja ?
b. Adakah pengaruh edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden dalam penelitian ini?
c. Adakah pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden dalam penelitian ini?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan yaitu “Studi Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta” oleh Sutama (2005).
Pada penelitian kali ini metitikberatkan pada pengaruh edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006.
(21)
Perbedaan dengan penelitian yang terdahulu terletak pada tema yang diangkat, subjek yang di teliti, lokasi penelitian, waktu pelaksanaan, serta metode penelitian yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode pretest dan posttest untuk melihat pengaruh edukasi yang sudah diberikan.
Edukasi diberikan melalui suatu penyuluhan dalam program kamis sehat dan pemberian edukasi perindividu antara peneliti dan PSK jalanan Yogyakarta dengan menggunakan booklet. Pemberian edukasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta dan mengetahui pengaruhnya terhadap sikap mereka dalam ketaatan penggunaan kondom.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang PMS. b. Manfaat praktis
Memberikan informasi tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta sehingga diharapkan timbul kesadaran mereka dalam ketaatan penggunaan kondom.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan edukasi tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta.
(22)
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden dalam penelitian ini ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja.
b. Untuk mengetahui pengaruh edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden dalam penelitian ini.
c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden dalam penelitian ini.
(23)
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. Gejala awal yang menjadi pertanda PMS, diantaranya :
1. benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin 2. gatal atau sakit di sekitar alat kelamin 3. bengkak atau merah di sekitar alat kelamin 4. rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil 5. buang air kecil lebih sering dari biasanya
6. demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh 7. kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari
8. keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal 9. pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi
(Setyawan, 2006) Gejala umum PMS pada laki-laki biasanya muncul di bagian dalam saluran kencing, kalau sudah parah PMS ini juga dapat masuk ke saluran sperma sampai ke dalam testis. Sebagian PMS yang lain muncul di luar penis maupun di sekitar alat kelamin. Gejala muncul antara 2-3 hari setelah berhubungan seks dengan orang yang terkena PMS. Gejala-gejala yang sering dijumpai adalah rasa panas atau nyeri saat kencing, nanah keluar dari alat kelamin, benjolan,
(24)
bintil atau luka di alat kelamin serta pembengkakan di pangkal paha (Anonim, 2005).
Pada perempuan PMS seringkali tidak menunjukkan gejala. Gejala biasanya muncul di bagian dalam vagina atau mulut rahim, kalau sudah parah, PMS ini bisa naik ke dalam rahim dan saluran telur. Sebagian gejala PMS akan muncul di luar vagina maupun di sekitar alat kelamin. Selain di daerah organ reproduksi, gejala juga dapat muncul di daerah anus dan tenggorokan. Gejala muncul antara 3 hari sampai 1 bulan setelah hubungan seks dengan orang yang terkena PMS. Gejala yang sering dijumpai adalah rasa sakit atau gatal di alat kelamin, cairan yang berbau atau berwarna (yang tidak biasa keluar dari alat kelamin), benjolan, bintil-bintil atau luka di sekitar kemaluan, pembengkakan di pangkal paha, serta rasa sakit pada perut bagian bawah (Anonim, 2005).
Penyakit Menular Seksual (PMS) bisa dicegah dengan tidak melakukan hubungan seks sama sekali, saling setia dengan satu pasangan dan menggunakan kondom tiap kali berhubungan seks (Anonim, 2005).
Jenis-jenis PMS diantaranya adalah sebagai berikut: 1. gonore
Gonore adalah PMS yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoea, dengan cara penularan melalui hubungan seks. Pada beberapa kasus, gonore tidak menunjukkan gejala, tetapi jika gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah hubungan seks dengan orang yang terkena PMS. Gejala berupa rasa panas atau gatal saat buang air kecil (Anonim, 2005).
(25)
Pada laki-laki gejala timbul dalam waktu satu minggu berupa rasa sakit pada saat buang air kecil dan ereksi, keluar nanah dari saluran kencing terutama pada pagi hari dan sering tidak ada gejala pada stadium dini. Pada perempuan juga sering tidak terjadi gejala apapun, mengalami nyeri di daerah perut bagian bawah yang kadang-kadang disertai keputihan dengan bau yang tidak sedap (Munajat dan Bisri, 1998).
2. sifilis (Raja Singa)
Sifilis adalah PMS yang disebabkan oleh Treponema pallidum, dengan cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks, namun penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual. Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh (Anonim, 2005).
3. herpes genital
Herpes genital adalah PMS yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus
(HSV). Herpes genital menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks. Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar, rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah alat kelamin dan keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah alat kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang
(26)
lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul kembali (Anonim, 2005).
4. klamidia
Klamidia adalah PMS yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, terutama menyerang leher rahim. Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala.
Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada testis (Anonim, 2005).
5. trikomoniasis vaginalis
Trikomoniasis vaginalis adalah PMS yang disebabkan oleh parasit
Trichomonas vaginalis yang menular melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti pakaian yang dicuci dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan saat berhubungan seksual juga sering terjadi. Terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki akan terjadi radang pada saluran kencing dan luka pada penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.
(27)
Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus diobati. Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual dari penyakit ini (Anonim, 2005).
B. Kondom
Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet, berbentuk tabung yang tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma.
Kelebihan kondom:
a. efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar
b. murah dan mudah didapat tanpa resep dokter dan dapat didistribusikan oleh dan untuk masyarakat
c. praktis dan dapat dipakai sendiri d. tidak ada efek hormonal
e. dapat mencegah kemungkinan penularan PMS f. mudah dibawa
g. kondom menggunakan pelicin/pelumas sehingga dapat menambah frekuensi hubungan seksual dan secara psikologis menambah kenikmatan
h. kondom membantu suami yang mengalami ejakulasi dini
i. adanya jaminan pengawasan kualitas produksi bahwa produk layak dipasarkan Keterbatasan kondom:
a. kadang-kadang ada pasangan yang alergi terhadap karet kondom b. kondom hanya dapat digunakan sekali pakai
(28)
c. secara psikologis kemungkinan mengganggu kenyamanan d. kondom yang kadaluarsa mudah sobek dan bocor
(Farida, 2006) Saat ini telah dikembangkan sejenis kondom yang digunakan oleh perempuan, yang biasa disebut femidom. Memang masih agak jarang dijual dipasaran dan harganya pun relatif masih mahal. Secara teknik penggunaannya sama dengan kondom pria, demikian juga fungsinya. Kelebihan dan kekurangan dari femidom relatif sama dengan kondom pria. Demikian juga persentase keberhasilan atau kegagalannya. Dengan cara penggunaan yang tepat alat ini sama efektifnya dengan kondom pria (Anonim, 2003).
Kondom wanita terbuat dari karet. Kondom wanita mempunyai panjang 17 cm, lebar 6-7 cm, dan mempunyai beberapa aroma tertentu untuk menghilangkan bau karet. Kondom wanita biasanya berwarna cerah seperti merah jambu atau bening. Kondom khusus wanita ini cukup elastis dan fleksibel, sehingga mudah mengikuti kontur vagina. Bentuknya silinder dengan ujung terbukanya berbentuk cincin, dan ujung lainnya tertutup. Ujung yang tertutup diberi spons untuk menyerap sperma (Anonim, 2007b).
Pemasangan kondom wanita ini sama sekali tidak sulit dan di setiap kemasan kondom yang dijual disertai cara pemakaiannya. Prinsip kondom wanita yaitu kondom ini akan menutupi dinding vagina dan mulut rahim, sehingga sperma atau penyakit dari pasangan tidak bisa tembus (Anonim, 2007b).
(29)
C. Edukasi
Edukasi kesehatan merupakan upaya agar masyarakat berperilaku sehat dengan cara bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan tersebut mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
D. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
(30)
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
d. analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.
(31)
E. Sikap
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu objek. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung ataupun perasaan tidak mendukung terhadap objek tersebut (Azwar, 1988).
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan a. menerima
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. bertanggungjawab
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko.
(Notoatmodjo, 2003)
F. Pekerja Seks Komersial (PSK)
Perempuan Pekerja Seks Komersial (PSK) didefinisikan sebagai perempuan yang pekerjaannya menjual diri kepada siapa saja, pada banyak laki-laki yang membutuhkan pemuasan nafsu seksual atau dengan kata lain perempuan yang melakukan hubungan seksual dengan banyak laki-laki (Wijadi, 1985).
(32)
Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan kelompok yang terbiasa melakukan aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan imbalan berupa uang yang telah disepakati sebelumnya, sehingga PSK merupakan kelompok risiko tinggi IMS (Aprilianingrum, 2002).
Ciri-ciri khas dari PSK perempuan adalah :
1. cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif, menarik, baik wajah maupun tubuhnya bisa merangsang selera seks kaum pria.
2. berusia muda, biasanya di bawah umur 30 tahun. Yang terbanyak adalah umur 17-25 tahun.
3. pakaiannya sangat mencolok, beraneka ragam, sering aneh-aneh/eksentrik untuk menarik perhatian kaum pria. Mereka sangat memperhatikan penampilan lahiriah, yaitu: wajah, rambut, pakaian, alat-alat kosmetik dan parfum yang merangsang.
4. menggunakan teknik-teknik seksual yang mekanistis, cepat, tidak hadir secara psikis, tanpa emosi, tidak pernah bisa mencapai orgasme
5. mobilitas tinggi, kerap berpindah dari tempat/kota yang satu ke tempat/kota lainnya. Biasanya mereka memakai nama samaran dan sering berganti nama. 6. pekerja seks kelas rendah dan menengah kebanyakan berasal dari strata
ekonomi dan strata sosial rendah. Mereka biasanya tidak memiliki ketrampilan khusus dan kurang pendidikannya. Pelacur amatir, disamping bekerja sebagai buruh di pabrik, restoran bar, toko-toko, sebagai sekretaris, mereka menyempatkan diri beroperasi sebagai wanita panggilan. Pelacur kelas tinggi pada umumnya berpendidikan sekolah lanjutan pertama dan atas,
(33)
atau lulusan akademi dan perguruan tinggi, yang beroperasi secara amatir atau secara profesional.
(Kartono, 1999)
G. Landasan Teori
Pengetahuan merupakan pandangan subyek terhadap suatu stimulus yang ditangkap melalui indera dan dikenal serta dipahami sehingga menimbulkan pembentukan sikap negatif maupun positif. Sikap dapat berubah dengan adanya perkembangan pengetahuan. Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap seseorang terhadap sesuatu hal yang baru bagi orang tersebut atau lebih memperjelas sesuatu yang sudah diketahui.
Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap PSK terhadap PMS. Berubahnya tingkat pengetahuan PSK akan mempengaruhi perubahan sikap PSK dalam menghadapi masalah PMS tersebut.
Tingkat pengetahuan yang semakin bertambah diharapkan dapat menimbulkan kesadaran dari dalam diri PSK untuk berpartisipasi secara aktif dalam usaha untuk mencegah penularan PMS di masyarakat yaitu dengan menggunakan kondom setiap melayani tamu
H. Hipotesis
Edukasi tentang PMS berpengaruh terhadap perubahan nilai pengetahuan dan nilai sikap pada PSK jalanan Yogyakarta.
(34)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu pertama untuk melihat pengaruh edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta menggunakan jenis penelitian eksperimental semu dengan rancangan penelitian
one group pretest-posttest. Bagian kedua menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian evaluasi untuk melihat karakteristik PSK jalanan Yogyakarta, serta untuk melihat pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian adalah pemberian edukasi tentang PMS yang diberikan pada PSK jalanan Yogyakarta.
2. Variabel tergantung dalam penelitian ini:
a. pengetahuan PSK jalanan Yogyakarta tentang PMS.
b. sikap PSK jalanan Yogyakarta dalam ketaatan penggunaan kondom.
C. Definisi Operasional
1. Pekerja Seks Komersial (PSK) jalanan Yogyakarta adalah perempuan yang memberikan pelayanan seksual dengan imbalan berupa uang yang bekerja di daerah Badran dan jalan Magelang Yogyakarta.
(35)
2. Edukasi adalah pemberian informasi tentang PMS melalui program kamis sehat dan booklet pada PSK jalanan Yogyakarta untuk mempengaruhi pengetahuan mereka tentang PMS dan sikap mereka dalam ketaatan penggunaan kondom.
3. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman yang dimiliki oleh PSK jalanan Yogyakarta tentang PMS meliputi cara penularan, gejala, terapi dan cara pencegahannya.
4. Sikap adalah suatu kesadaran yang timbul dari dalam diri PSK jalanan Yogyakarta dalam menghadapi PMS dengan menggunakan kondom setiap saat berhubungan seksual dengan pelanggan.
5. Responden adalah subjek penelitian yang bekerja sebagai PSK jalanan Yogyakarta.
D. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi jalanan, yaitu pertama di daerah Badran tepatnya di sebelah barat Stasiun Tugu, lokasi ini berupa rel kereta api yang aktif digunakan sebagai jalur perjalanan kereta api. Tempat ini lebih dikenal dengan istilah ”Bong Suwung” atau di kalangan masyarakat umum disebut dengan istilah ”ngebong”. Lokasi penelitian kedua di jalan Magelang, tepatnya di daerah Denggung Sleman dan di Hotel Melati selatan perempatan ringroad Jombor.
(36)
E. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah para PSK jalanan di Yogyakarta (Badran dan jalan Magelang) yang merupakan PSK dampingan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan populasi sejumlah 91 orang dengan rincian 71 orang di Badran dan 20 orang di jalan Magelang. Peneliti mengambil 29 subjek penelitian yaitu 17 orang dari Badran dan 12 orang dari jalan Magelang. Jumlah subjek ditentukan berdasarkan syarat penelitian deskriptif oleh Gay (cit., Sevilla et al., 1993) menyatakan ukuran minimum pengambilan sampel diperlukan 10% dari populasi atau untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimum 20%. Sehingga jumlah subjek penelitian yang diambil sudah memenuhi syarat penelitian.
F. Teknik Sampling
Pada penelitian ini dilakukan teknik sampling secara non-random sampling dengan jenis quota sampling, yaitu peneliti menetapkan jumlah sampel yang diperlukan (quota) untuk dijadikan responden (Notoatmodjo, 2002).
Sampel yang diambil sesuai dengan perhitungan yaitu 10-20% dari populasi (91 orang). Jumlah responden yang diambil sudah memenuhi syarat penelitian yaitu minimal 9-18 orang. Pemilihan metode ini mengingat PSK jalanan yang memiliki kesediaan untuk bekerja sama terbatas jumlahnya.
(37)
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuisioner dan booklet. Lembar kuisioner dibuat dengan bahasa sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh subjek penelitian dalam hal ini adalah para PSK jalanan Yogyakarta yang secara umum mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Sebagai media edukasi digunakan booklet yang berisi pengetahuan mengenai PMS. Booklet dibuat semenarik mungkin agar responden tertarik untuk membacanya.
H. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi
Pada tahap ini dilakukan observasi dengan cara mengumpulkan informasi mengenai kemungkinan bisa tidaknya diadakan penelitian dan melihat keseharian subjek sebelum dilakukan penelitian. Pada proses ini peneliti banyak dibantu oleh teman-teman dari PKBI DIY agar lebih mudah diterima oleh komunitas PSK jalanan Yogyakarta.
Para PSK jalanan mulai bekerja pada malam hari sekitar jam 8 hingga dini hari, karena semakin malam biasanya pelanggan yang datang semakin banyak. Pemberian edukasi personal lebih banyak dilakukan pada sore hari di tempat tinggal mereka. Pada sore hari mereka memiliki waktu yang cukup luang karena pada malam hari akan mengganggu mereka bekerja. Selain itu, faktor lokasi tempat mereka bekerja yang cukup gelap dan berupa rel kereta api yang aktif
(38)
digunakan dapat mengganggu konsentrasi para PSK dalam menerima edukasi yang diberikan.
2. Pembuatan Kuisioner
Pertanyaan disusun dan dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel penelitian yang ingin diketahui. Dalam penyusunan kuisioner ini peneliti banyak bertanya pada dosen pembimbing ataupun rekan dari Fakultas Psikologi yang dianggap menguasai tata cara pembuatan kuisioner penelitian. Sebelum dilakukan penyebaran kuisioner, dilakukan uji coba terlebih dahulu supaya pertanyaan yang diajukan pada kuisioner dapat dipahami oleh responden dengan bantuan teman-teman dari PKBI DIY yang sudah terbiasa melakukan interaksi dengan responden sebelumnya.
Setelah kuisioner sebagai alat ukur selesai disusun, belum berarti kuisioner tersebut dapat langsung digunakan untuk mengumpulkan data. Kuisioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan reliabilitas.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur (Notoatmodjo, 2002). Pada penelitian ini dilakukan uji validitas dengan menggunakan tipe validitas isi. Validitas dilakukan melalui professional judgement, yaitu melalui diskusi dengan dosen pembimbing dan dosen dari Fakultas Psikologi. Uji validitas dilihat dari
item pertanyaan dari kuisioner yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang diinginkan.
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan, sejauh mana hasil pengukuran itu tetap
(39)
konsisten bila dilakukan pengukuran berulang-ulang (Notoatmodjo, 2002). Pada penelitian ini dilakukan uji reliabilitas dengan cara mengujikan kuisioner pada responden, apakah bahasa yang digunakan dalam kuisioner mudah dimengerti atau tidak oleh responden.. Berdasarkan hasil uji, ada beberapa item pertanyaan yang belum dapat dimengerti oleh responden. Hasil ini kemudian didiskusikan kembali dengan dosen pembimbing untuk dilakukan beberapa perbaikan.
Kuisioner yang digunakan terdiri dari 17 item pertanyaan berbentuk obyektif dengan dua pilihan jawaban (ya atau tidak). Peneliti menggunakan format pertanyaan ”ya dan tidak” dengan pertimbangan sederhana, mudah dipahami dan mudah dikerjakan oleh subjek penelitian. Kuisioner dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pertanyaan untuk mengukur variabel pengetahuan dan pertanyaan untuk mengukur variabel sikap. Skor dalam setiap item pertanyaan hanya terdapat satu jawaban yang benar, sehingga cara penilaian adalah dengan memberikan skor 0 bagi setiap jawaban yang salah atau tidak diisi, dan skor 1 bagi jawaban yang benar. Bila responden menjawab “ya” untuk item pertanyaan jenis favourable
maka akan mendapatkan skor 1 dan jika pertanyaan tidak diisi atau dijawab “tidak” maka akan mendapat skor 0. Hal ini berlaku sebaliknya untuk item
pertanyaan jenis non favourable. Item-item pertanyaan yang ada dalam kuisioner, juga terdiri dari 13 item untuk pertanyaan jenis favourable dan 4 item untuk pertanyaan jenis non favourable.
3. Pembuatan Booklet
Booklet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang PMS pada PSK jalanan. Berisi tentang hal-hal yang terkait dengan PMS. Dibuat semenarik
(40)
mungkin, jelas, singkat dan lengkap dengan bahasa yang mudah dipahami oleh subjek penelitian.
4. Penyebaran Kuisioner
Kuisioner ditujukan kepada subjek penelitian yaitu para PSK jalanan, dengan melakukan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu. Kuisioner diberikan sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Dalam penyebaran kuisioner ini ada pembagian tugas antara rekan-rekan satu kelompok penelitian dengan maksud memudahkan dalam mendapatkan data dan mempercepat proses pengumpulan data. Dimana kelompok penelitian tersebut terdiri dari 3 orang dan terbagi menjadi 2 lokasi yang berbeda yaitu, Vincensius Anjar Trilaksono di lokasi jalan Magelang, Ferawati Klaudia Ida dan penulis di lokasi Badran Yogyakarta.
5. Pemberian Edukasi
Pemberian edukasi dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang PMS yang berupa penyuluhan pada saat program Kamis Sehat berlangsung, acara tersebut diadakan setiap hari kamis minggu ke-2 setiap bulannya di kantor PKBI. Penyuluhan diberikan sebulan sekali selama 3 bulan oleh dosen-dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain itu pemberian edukasi berupa booklet yang dilakukan berulang untuk mengingatkan subjek penelitian di lokasi jalanan Yogyakarta. Pada pemberian edukasi ini dibantu oleh teman-teman dari PKBI DIY.
6. Pengolahan Data
Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan cara menjumlahkan angka dari setiap item pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh responden,
(41)
kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik yang tepat. Sebelumnya
item pertanyaan dalam kuisioner dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu variabel pengetahuan dan variabel sikap. Hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase dan dianalisis secara deskriptif evaluatif untuk setiap kategori pertanyaan dan setiap karakteristik responden.
I. Analisis Data Penelitian
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan dua metode, yaitu metode statistik parametrik dan metode statistik deskriptif. Metode statistik parametrik menggunakan Paired Sample T Test dengan taraf kepercayaaan 90%. Peneliti melihat sejauh mana pengaruh pemberian edukasi tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta terhadap pengetahuan mereka tentang PMS dan sikap mereka dalam ketaatan penggunaan kondom, dengan membandingkan hasil data pretest
dan posttest.
Dilakukan uji normalitas pada data yang ada, distribusi data dikatakan normal bila nilai probabilitas (Asymp.Asg) lebih besar dari 0,1 dan analisis selanjutnya dapat menggunakan metode uji hipotesis Paired Sample T Test. Hasil uji normalitas diperoleh nilai Asymp.Asg lebih besar dari 0,1 yaitu sebesar 0,5. Hal ini berarti bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal sehingga metode uji hipotesis Paired Sample T Test dapat digunakan.
Uji hipotesis menggunakan Paired Sample T Test melihat nilai thitungnya.
(42)
perubahan yang signifikan pada nilai pengetahuan dan sikap responden dengan adanya pemberian edukasi (Triton, 2006).
Analisis dengan metode statistik deskriptif digunakan untuk melihat bagaimana karakteristik responden ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja, serta melihat persentase nilai pengetahuan dan sikap responden berdasarkan tingkat pendidikan, umur, dan lama kerja setelah pemberian edukasi.
Analisis data dilakukan dengan menghitung selisih antara nilai posttest
dan pretest yang kemudian dicari nilai rata-ratanya. Kuisioner dibagi menjadi 2 bagian, yaitu persentase perubahan pengetahuan dan persentase perubahan sikap. Persentase perubahan pengetahuan dilihat dari rata-rata peningkatan nilai jawaban pengetahuan pada PSK jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi yang dibuat dalam persen. Persentase perubahan sikap dilihat dari rata-rata peningkatan nilai jawaban sikap pada PSK jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi yang dibuat dalam persen. Cara perhitungan didasarkan pada rumus di bawah ini.
P =
N X
x 100%
Keterangan:
P : Persentase
X: Rata- rata nilai selisih antara pretest dan posttest
N: Jumlah item pertanyaan
J. Kesulitan Penelitian
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama penelitian ini antara lain adalah cuaca yang tidak menentu karena pada saat penelitian ini dilakukan masuk dalam musim hujan dimana kecenderungan hujan terjadi pada malam hari. Faktor lokasi
(43)
yang kurang nyaman dan gelap. Lokasi kurang nyaman karena lokasi merupakan jalur/rel kereta api yang aktif digunakan setiap saat sehingga pendekatan yang dilakukan peneliti agak sedikit terhambat apabila ada kereta api yang sedang lewat. Kondisi yang gelap juga cukup menyulitkan peneliti pada saat turun ke lapangan. Selain itu, penelitian dilakukan saat memasuki bulan ramadhan sehingga di lokasi penelitian sering terjadi razia oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Tingkat pendidikan responden yang rendah juga menjadi salah satu hambatan bagi peneliti, sehingga peneliti dituntut untuk dapat menuntun satu persatu pertanyaan dalam pengisian kuisioner.
(44)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Karakteristik PSK jalanan Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja mereka sebagai PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006.
1. Tingkat Pendidikan
Sebagian besar PSK jalanan Yogyakarta merupakan lulusan SD sebanyak 22 orang (75,9%) dan lulusan SLTP sebanyak 7 orang (24,1%) dari jumlah populasi. Hasil lengkapnya ditunjukkan pada gambar 1.
75,9
24,1
0
0 25 50 75 100
P
er
sen
tase (
%
)
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA
Gambar 1. Persentase Tingkat Pendidikan PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Dilihat dari persentase tingkat pendidikan mereka yang sebagian besar hanya sampai SD (75,9%), hal ini sesuai dengan ciri-ciri khas PSK perempuan menurut Kartono (1999) yang menyatakan bahwa PSK biasanya tidak memiliki ketrampilan khusus dan kurang pendidikannya. Mereka mengganggap bahwa
(45)
pekerjaan sebagai PSK mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan ketrampilan khusus dan pendidikan yang tinggi.
2. Umur
Pekerja Seks Komersial (PSK) jalanan Yogyakarta tahun 2006 di dominasi oleh PSK berumur 21-40 tahun (69%). Di posisi kedua umur 41-60 tahun (24,1%), sedangkan persentase terendah adalah 6,9% merupakan PSK berumur <21 tahun.Hasil lengkapnya ditunjukkan pada gambar 2.
6,9
0 25 50 75 100
P
e
rs
en
tas
e
(%
) 69
24,1 0
Umur (tahun)
<21 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun >60 tahun
Gambar 2. Persentase Umur PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Para PSK pada umur 21-40 tahun cenderung lebih agresif dalam pendekatan mereka kepada para pelanggan, sehingga mereka lebih disukai pelanggan.
3. Lama Kerja
Dari hasil yang diperoleh, sebagian besar PSK jalanan Yogyakarta telah bekerja >4 tahun (69%) ini berarti mereka termasuk wajah-wajah lama. Di posisi kedua sebesar 24,1% untuk mereka yang memiliki lama kerja 3-4 tahun dan posisi
(46)
terakhir sebesar 6,9 % untuk mereka yang telah memiliki lama kerja <3 tahun. Hasil lengkapnya ditunjukkan pada gambar 3.
6,9
24,1
69
0 25 50 75 100
Pers
en
tase (%)
Lama Kerja (tahun) <3 tahun 3-4 tahun >4 tahun
Gambar 3. Persentase Lama Kerja PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Alasan mereka masih tetap bertahan di lokasi jalanan Yogyakarta disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya usia mereka sudah tidak muda lagi sehingga untuk mendapatkan pelanggan sangat sulit jika harus berpindah-pindah lokasi kerja yang baru, selain itu mereka sudah cukup memiliki pelanggan yang setia dan sudah mereka percayai tidak mengidap PMS di lokasi kerja mereka tersebut.
B. Pengaruh Edukasi tentang PMS terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Pada penelitian ini digunakan analisis statistik Paired Sample T Test
dengan taraf kepercayaan 90%. Diperoleh nilai Asymp.Sig lebih besar dari 0,1 yaitu sebesar 0,5. Hal ini berarti bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal sehingga metode uji hipotesis Paired Sample T Test dapat digunakan.
(47)
Menurut Triton (2006), apabila nilai thitung > ttabel maka hipotesis nol (Ho)
ditolak, yang berarti terjadi perubahan yang signifikan pada nilai pengetahuan dan sikap responden dengan adanya pemberian edukasi. Pada uji hipotesis Paired Sample T Test diperoleh nilai thitung = 2,600 dan ttabel pada tabel distribusi nilai t
dengan taraf kepercayaan 90% sebesar 1,701. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada nilai pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta dalam ketaatan penggunaan kondom setelah pemberian edukasi tentang PMS tahun 2006.
Hasil data penelitian tersebut dapat pula dikatakan bahwa edukasi yang diberikan pada responden sudah berhasil atau dengan kata lain terjadi perubahan yang cukup signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap responden tentang PMS dalam ketaatan penggunaan kondom. Hal ini sejalan dengan pernyataan Pratomo (1989), bahwa penyuluhan kesehatan adalah usaha untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar individu/kelompok/masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat.
Hasil dari pengisian kuisioner menunjukkan persentase peningkatan nilai pengetahuan dan sikap. Persentase peningkatan dari hasil pretest dan posttest
sebesar 7,7% menunjukkan bahwa pemberian edukasi tentang PMS berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta. Hasilnya ditunjukkan pada gambar 4.
(48)
48,2 55,9
0 25 50 75 100
Perse
n
tase (
%
)
Hasil Kuisioner Pretest Posttest
Gambar 4. Persentase Jawaban Kuisioner Pretest dan Posttest PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Hasil persentase jawaban pretest menunujukkan bahwa pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta terhadap PMS sudah cukup baik, hal tersebut disebabkan adanya pemenuhan kebutuhan informasi tentang PMS pada PSK jalanan Yogyakarta yang dilakukan oleh LSM terkait yaitu PKBI DIY melalui program pendampingan dan penyuluhan “Kamis Sehat” yang dilakukan secara rutin setiap bulannya oleh relawan PKBI DIY.
C. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Kerja terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Perilaku responden dalam penelitian ini difokuskan pada pengetahuan tentang PMS dan sikap responden dalam ketaatan penggunaan kondom. Persentase yang dihitung pada penelitian ini didasarkan pada karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, umur, dan lama kerja.
(49)
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang dimiliki responden mengenai PMS.
a. Tingkat pendidikan
Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan presentase nilai pengetahuan pada responden dengan tingkat pendidikan SD (8,2%) dan responden dengan tingkat pendidikan SLTP (9,1%). Hasil data tersebut ditampilkan pada gambar 5. 8,2 9,1 0 25 50 75 100 P e rse n tase Peru b a h a n P e n ge tahua n (%) Tingkat Pendidikan SD SLTP
Gambar 5. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang PMS Tahun 2006 berdasarkan Tingkat Pendidikan
Persentase peningkatan nilai pengetahuan responden dengan tingkat pendidikan SD dan SLTP setelah pemberian edukasi tidak jauh berbeda, karena responden tersebut belum banyak tahu tentang PMS secara mendalam sehingga mereka cukup antusias ketika peneliti memberikan informasi tentang PMS. Responden cenderung memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar sehingga mereka menerima semua informasi yang diberikan oleh peneliti dengan baik.
(50)
Hasil persentase yang diperoleh menggambarkan bahwa dalam penelitian ini, tingginya tingkat pendidikan berpengaruh pada proses pemahaman atau penerimaan edukasi yang diberikan. Hasil ini dipengaruhi oleh aspek individu responden dengan tingkat pendidikan yang mereka miliki, rasa ingin tahu yang lebih dan tingginya antusiasme mereka dalam menerima edukasi.
b. Umur
Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai pengetahuan pada responden dengan umur <21 tahun (4,6%), umur 21-40 tahun (10,5%) dan umur 41-60 (3,8%). Hasil data tersebut ditampilkan pada gambar 6.
4,6 10,5 3,8
0 25 50 75 100 Persent ase Perub a h a n P e ng e ta hua n (%) Umur (tahun) <21 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun
Gambar 6. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang PMS Tahun 2006 berdasarkan Umur
Persentase nilai pengetahuan responden berdasarkan perbedaan umur mengalami peningkatan untuk tiap kelompok umur. Peningkatan persentase paling tinggi terjadi pada kelompok umur 21-40 tahun. Perolehan data tersebut sesuai dengan hasil penelitian Arthur (cit., Wibowo, 2005) yang menunjukan bahwa perbedaan kemampuan mental antar individu-individu berbeda-beda,
(51)
terdapat kemampuan mental yang baik pada usia dewasa awal (21-40) tahun yang terus meningkat sampai mendekati usia dewasa madya (41-60) tahun, berupa kemampuan untuk mengingat kembali informasi yang telah dipelajari dan berpikir secara kreatif. Hasil tersebut menggambarkan bahwa dalam penelitian ini, umur responden berpengaruh pada proses pemahaman atau penerimaan edukasi yang diberikan.
c. Lama kerja
Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai pengetahuan pada responden dengan lama kerja 3-4 tahun (3,6%) dan sebesar 11,4% pada responden dengan lama kerja >4 tahun, sebaliknya pada responden dengan lama kerja <3 tahun mengalami penurunan sebesar 4,5%. Hasil data tersebut ditampilkan pada gambar 7.
Persentase nilai pengetahuan paling tinggi terjadi pada responden dengan lama kerja >4 tahun (11,4%). Hasil data penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Siagian (1995) yang menyatakan bahwa lamanya kerja seseorang memungkinkan orang tersebut untuk lebih memahami dan mengantisipasi perubahan yang terjadi. Lain halnya pada responden dengan lama kerja <3 tahun yang mengalami penurunan sebesar 4,5%, hal ini terjadi karena mereka masih sedikit memperoleh edukasi tentang PMS, sehingga mereka sulit mengingat edukasi yang pernah mereka dapatkan sebelumnya. Hasil tersebut menggambarkan bahwa dalam penelitian ini, lama kerja responden berpengaruh pada proses pemahaman atau penerimaan edukasi yang diberikan.
(52)
-4.5 3.6 11.4 -25 0 25 50 75 100 Persen ta se Peru bah a n P e nge ta hua n ( % )
Lama Kerja (tahun) <3 tahun 3-4 tahun >4 tahun
Gambar 7. Persentase Nilai Pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang PMS Tahun 2006 berdasarkan Lama Kerja
2. Sikap
Sikap yang dimaksud adalah sikap responden dalam ketaatan penggunaan kondom untuk mencegah penyebaran PMS.
a. Tingkat pendidikan
Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai sikap pada responden lulusan SLTP (23,3%). Pada responden lulusan SD tidak mengalami peningkatan sedikitpun (0%). Hasil data tersebut ditampilkan pada gambar 8.
Terjadi peningkatan persentase nilai sikap yang cukup baik pada responden lulusan SLTP, hal ini terjadi karena dengan pengetahuan mereka yang cukup tentang bahaya PMS, sehingga mereka berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menggunakan kondom saat melayani pelanggan yang mengajak mereka berhubungan seksual.
Persentase nilai sikap berdasarkan tingkat pendidikan pada penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan persentase nilai sikap dalam ketaatan
(53)
penggunaan kondom pada responden dipengaruhi oleh tingginya tingkat pendidikan terakhir responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Adi (1994) yang menyatakan bahwa sikap dapat dipengaruhi oleh adanya perkembangan pengetahuan.
0
23,3
0 25 50 75 100
Pe
rsen
tase
P
e
rubaha
n S
ik
a
p(%)
Tingkat Pendidikan SD SLTP
Gambar 8. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Tingkat Pendidikan
b. Umur
Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai sikap pada responden dengan umur 21-40 tahun (11,7%). Terjadi penurunan persentase pada responden dengan umur <21 tahun (16,7%) dan umur 41-60 (4,8%).
Terjadi penurunan persentase nilai sikap yang cukup tinggi pada responden berumur <21 tahun (16,7%), hal ini disebabkan umur mereka yang masih tergolong muda sehingga mereka merasa takut untuk menganjurkan pelanggannya memakai kondom, faktor pelanggan yang sering memaksakan kehendaknya terhadap responden, misalnya tidak mau menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Pada responden yang berumur 41-60 terjadi pula penurunan persentase (4,8%). Sikap responden yang sudah terbentuk sejak awal menjadi
(54)
faktor utama mereka sulit untuk menerima edukasi yang diberikan, selain itu rasa takut akan kehilangan pelanggan juga mempengaruhi sikap mereka untuk tidak menggunakan kondom saat melayani pelanggan.
-16,7 11,7 -4,8 -25 0 25 50 75 100 Perse n tase Peru b a h a n Sikap( % ) Umur (tahun) <21 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun
Gambar 9. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Umur
Persentase nilai sikap berdasarkan umur pada penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan persentase nilai sikap dalam ketaatan penggunaan kondom pada responden dipengaruhi oleh umur responden.
c. Lama Kerja
Data hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase nilai sikap pada responden dengan lama kerja >4 tahun (12,5%). Terjadi penurunan persentase pada responden dengan lama kerja <3 tahun (16,7%) dan lama kerja 3-4 tahun (6,7%).
Penurunan persentase nilai sikap pada responden dengan lama kerja <3 tahun (16,7%) disebabkan lama kerja mereka yang tergolong masih baru sehingga untuk menarik pelanggan sebanyak mungkin mereka akan menuruti apapun
(55)
keinginan pelanggan, termasuk tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Pada responden dengan lama kerja 3-4 tahun (6,7%) juga terjadi penurunan, selain faktor untuk menarik pelanggan, faktor ekonomi pun dapat menjadi penyebab mereka mau saja menerima ajakan pelanggan untuk berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Lain halnya pada responden dengan lama kerja >4 tahun yang mengalami peningkatan persentase (12,5%), mereka sudah memiliki pelanggan tetap selama bertahun-tahun sehingga mereka bisa saja menolak pelanggan yang tidak mau menggunakan kondom.
-16,7 -6,7
12,5
-25 0 25 50 75 100
Persen
tase Perub
a
h
a
n
S
ikap
(
%
)
Lama Kerja (tahun) <3 tahun 3-4 tahun >4 tahun
Gambar 10. Persentase Nilai Sikap PSK Jalanan Yogyakarta dalam Ketaatan Penggunaan Kondom Tahun 2006 berdasarkan Lama Kerja
Persentase nilai sikap berdasarkan lama kerja pada penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan persentase nilai sikap dalam ketaatan penggunaan kondom pada responden dipengaruhi oleh lama kerja responden.
(56)
D. Rangkuman Pembahasan
Responden sebagian besar berpendidikan terakhir SD (75,9%), berumur 21-40 (69%), dan lama kerja >4 tahun (69%). Hasil uji statistik dengan menggunakan metode Paired Sample T Test menunjukkan bahwa responden mengalami peningkatan nilai pengetahuan dan sikap yang signifikan setelah pemberian edukasi tentang PMS dilihat dari nilai thitung. Menurut (Triton, 2006),
apabila nilai thitung > ttabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti terjadi
perubahan yang signifikan pada nilai pengetahuan dan sikap responden dengan adanya pemberian edukasi.
Persentase peningkatan nilai pengetahuan dan sikap responden setelah pemberian edukasi kemudian ditinjau berdasarkan tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja. Persentase peningkatan nilai pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan paling tinggi pada responden berpendidikan terakhir SLTP (9,1%), karena responden tersebut belum banyak tahu tentang PMS secara mendalam sehingga mereka cukup antusias ketika peneliti memberikan informasi tentang PMS. Ditinjau dari umurnya terjadi peningkatan nilai pengetahuan paling tinggi pada responden dengan umur 21-40 tahun (10,5%), karena kemampuan untuk mengingat kembali informasi yang telah dipelajari dan berpikir secara kreatif pada umur tersebut meningkat. Ditinjau dari lama kerjanya terjadi peningkatan nilai pengetahuan paling tinggi pada responden dengan lama bekerja >4 tahun (11,4%), karena lamanya kerja seseorang memungkinkan orang tersebut untuk lebih memahami dan mengantisipasi perubahan yang terjadi.
(57)
Persentase peningkatan nilai sikap paling tinggi pada responden dengan tingkat pendidikan SLTP (23,3%), karena dengan pengetahuan mereka yang cukup tentang bahaya PMS mereka berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menggunakan kondom saat melayani pelanggan yang mengajak mereka berhubungan seksual. Ditinjau dari umurnya terjadi peningkatan nilai sikap paling tinggi pada responden dengan umur 21-40 tahun (11,7%), karena umur mereka yang masih tergolong muda sehingga mereka merasa takut untuk menganjurkan pelanggannya memakai kondom. Ditinjau dari lama kerjanya terjadi peningkatan nilai sikap paling tinggi pada responden dengan lama bekerja >4 tahun (12,5%), karena mereka sudah memiliki pelanggan tetap selama bertahun-tahun sehingga mereka bisa saja menolak pelanggan yang tidak mau menggunakan kondom.
(58)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil dan analisis data didapatkan kesimpulan sebagai berikut ini.
1. Karakteristik reponden di lokasi jalanan Yogyakarta tahun 2006 yaitu: tingkat pendidikan SD (75,9%) dan SLTP (24,1%), umur <21 tahun (6,9%), umur 21-40 tahun (69,%) dan umur 41-60 tahun (24,1%), lama kerja <3 tahun (6,9%), lama kerja 3-4 tahun (24,1%) dan lama kerja >4 tahun (69%).
2. Edukasi tentang PMS yang diberikan berpengaruh secara signifikan pada pengetahuan responden tentang PMS dan sikap responden dalam ketaatan penggunaan kondom.
3. Persentase peningkatan nilai pengetahuan responden tentang PMS di lokasi jalanan Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan
a. tingkat pendidikan, paling tinggi pada responden dengan tingkat pendidikan SLTP (9,1%).
b. umur, paling tinggi pada responden berumur 21-40 tahun (10,5%).
c. lama kerja, paling tinggi pada responden dengan lama kerja >4 tahun (11,4%).
Persentase peningkatan nilai sikap responden dalam ketaatan penggunaan kondom di lokasi jalanan Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan
a. tingkat pendidikan, paling tinggi pada responden dengan tingkat pendidikan SLTP (23,3%).
(59)
b. umur, paling tinggi pada responden berumur 21-40 (11,7%).
c. lama kerja, paling tinggi pada responden dengan lama kerja >4 tahun (12,5%).
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana perilaku tamu atau pelanggan yang datang ke lokasi jalanan Yogyakarta.
2. Dapat dilakukan penelitian sejenis dengan responden PSK perempuan di lokasi Parangkusumo Bantul, Yogyakarta.
3. Dapat dilakukan penelitian sejenis pada kelompok risiko tinggi PMS yang lain, seperti Pekerja Seks Waria dan Pekerja Seks Pria.
(60)
DAFTAR PUSTAKA
Adi, R.I., 1994, Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Kesejahteraan Sosial, 183, PT. Raja Gafindo Persada, Jakarta.
Anonim, 2003, Alat Kontrasepsi, http://www.yakita.or.id/alatkontrasepsi.htm, diakses 29 Mei 2007
Anonim, 2005, Penyakit Menular Seksual (Pengertian, Gejala, dan Tanda),
http://hqweboi.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mb4pmshtml, diakses 17 Maret 2006
Anonim, 2007a, Infeksi Menular Seksual, http://www.ypilmu@tebet.link.net.id, diakses 30 Mei 2007
Anonim, 2007b, Pencegahan AIDS,
http://www.aidsindonesia.or.id/index.php?option=com_content&task=vi ew&id=23&Itemid=40,diakses 4 Juli 2007
Aprilianingrum, F., 2002, Survei Penyakit Sifilis dan Infeksi HIV Pada Pekerja Seks Komersial Resosialisasi Argorejo Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun 2002,
http://www.health-Irc.or.id/pdf/Penyakit%20Menular/Sifilis-HIV-FAO1.pdf, diakses 17 Maret 2006
Azwar, S., 1988, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, 1, Liberty, Yogyakarta
Farida, 2006, Pertanyaan Seputar Kondom,
http://www.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=23, diakses 29 Mei 2007
Kartono, K., 1999, Patologi Sosial, 204, Raya Grafindo Persada, Jakarta
Munajat, N. dan Bisri, M., 1998, PMS dan HIV/AIDS, cet. 1, 1-2, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, Jakarta
Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, 89, 129, 133, Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, 12, 121-124, 126, Rineka Cipta, Jakarta
(61)
Pratomo, H., 1989, “Metoda Penyuluhan Pada Kelompok Risiko Tinggi Penyakit AIDS dengan Minat Khusus Kelompok Homoseksual dan Perempuan Tuna Susila”. Dalam AIDS : Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan, Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal P2M dan PLP, Jakarta
Setyawan, 2006, Penyakit Menular Seksual,
http://dokteriwan.blogspot.com/2006/08/penyakit-menular-seksual-i.html, diakses 4 Juli 2007
Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Punsalam, T.G., Regala, B.P. dan Uriarte, G.G., 1993,
Pengantar Metode Penelitian, 163, Universitas Indonesia, Jakarta Siagian, S. P., 1995, Manajemen Strategik, Bumi Aksara, Jakarta
Sutama, M.A., 2005, Studi Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersial di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Triton, 2006, SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik, Andi Offset, Yogyakarta
Wibowo, Y., 2005, Perbedaan Perilaku Dewasa Awal Dan Dewasa Madya Pada Proses Pembelian Produk, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Wijadi, T.P. dan Siregar, A., 1985, Dolly: Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks pelacuran Dolly, 11, Grafiti Pers, Jakarta
(62)
(63)
(64)
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
PENGARUH EDUKASI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SEKS
KOMERSIAL (PSK) JALANAN YOGYAKARTA TAHUN 2006 Data responden
Nama Panggilan : Umur :
Pendidikan terakhir :
Lama kerja :
Jawaban No. Pernyataan
Ya Tidak 1. Apakah anda mengetahui tentang Infeksi
Menular Seksual (IMS)?
2. Apakah anda mengetahui tentang nyeri dan bengkak pada pangkal paha, merah di sekitar alat kelamin disertai kencing nanah serta keputihan kental berwarna kekuningan?
3. Apakah anda mengetahui tentang adanya benjolan disekitar alat kelamin disertai pusing-pusing dan nyeri pada daerah tulang seperti flu terkadang hilang dengan sendirinya?
4. Apakah anda mengetahui tentang bercak kemerahan pada tubuh yang dialami selama 6-12 minggu setelah berhubungan seksual?
5. Apakah anda mengetahui tentang bintil-bintil yang berair berkelompok seperti anggur disertai rasa nyeri pada alat kelamin yang dapat pecah dan meninggalkan luka yang kering mengerak? 6. Apakah anda mengetahui tentang cairan
(65)
yang keluar dari alat kelamin atau keputihan encer yang berwarna putih kekuningan disertai rasa nyeri di rongga panggul sampai dengan pendarahan setelah hubungan seksual?
7. Apakah anda mengetahui tentang cairan vagina yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman, nyeri saat berhubungan seksual dan pada saat kencing?
8. Penyakit kelamin adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit yang menular melalui hubungan kelamin 9. Gejala penyakit kelamin memberat apabila
timbul keputihan berwarna putih susu/kehijauan, berbau busuk disertai rasa gatal dan berwarna kemerahan pada alat kelamin dan terasa sakit/panas saat kencing dan saat berhubungan kelamin 10. Bentuk kelainan pada alat kelamin dapat
berupa bintil-bintil berair, luka, borok pada alat kelamin
11. Saya menyetujui penggunaan kondom bila diminta pelanggan saja
12. Saya boleh tidak menggunakan kondom, bila pelanggan mengeluh kepuasannya terganggu
13. Saya tidak perlu menyediakan kondom saat bekerja
14. Saya akan menolak pelanggan yang tidak bersedia menggunakan kondom
15. Pemakaian kondom bukan cara terbaik mencegah penyakit kelamin
16. Saya menyadari bahwa pekerjaan saya banyak bahaya, diantaranya tertular penyakit kelamin yang mematikan
17. Saya harus menggunakan kondom untuk mencegah semua penyakit kelamin
(66)
Lampiran 3. Hasil Skoring Pretest
RES i1 i2 i3 i4 i5 I6 i7 i8 i9 i10 i11 i12 i13 i14 i15 i16 i17 JUMLAH
1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 5
2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 9
3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 5
4 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 8
5 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
6 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5
7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 3
8 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 10
9 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 8
10 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10
11 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
12 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 10
13 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 7
14 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 7
15 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 5
16 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
17 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10
18 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 6
19 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 10
20 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 7
21 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 7
22 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 7
23 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 7
24 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9
25 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9
26 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9
27 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9
28 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9
(67)
Lampiran 4. Hasil Skoring Posttest
RES i1 i2 i3 i4 i5 i6 i7 i8 i9 i10 i11 i12 i13 i14 i15 i16 i17 JUMLAH
1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 9
2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 9
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 3
4 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 7
5 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
6 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 10
7 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 7
8 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 8
9 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 6
10 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10
11 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4
13 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 4
14 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 7
15 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 9
16 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
17 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10
18 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 11
19 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 12
20 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10
21 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10
22 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10
23 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 13
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 13
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 13
27 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 11
28 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 11
(68)
Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas Data dan Hasil T-Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
post-pre
N 29
Mean 1,3103
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 2,71377
Absolute ,152
Positive ,134
Most Extreme Differences
Negative -,152
Kolmogorov-Smirnov Z ,819
Asymp. Sig. (2-tailed) ,514
Sig. ,517(c)
Lower Bound ,365
Monte Carlo Sig. (2-tailed)
90% Confidence
Interval Upper Bound ,670
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. c Based on 29 sampled
Paired Samples Test
Paired Differences t df
Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 90% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 perilaku setelah edukasi - perilaku sebelum edukasi
1,31034 2,71377 ,50393 ,45309 2,16760 2,600 28 ,015
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
HIV/AIDS DAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL LAINNYA
HUMANIMMUNODEFICIENCY VIRUS HIV
KLAMIDIA HERPES
GENITAL
APAKAH ITU
Virus yang menurunkan sistem kekebalan tubuh yang
dapat menyebabkan AIDS Infeksi bakteri di sekitar genital Virus yang menginfeksi daerah genital dan kadang di sekitar mulut.
BERAPA JUMLAH PENDERITANYA
60 juta orang terkena HIV
20 juta orang sudah meninggal karena
AIDS
Kira-kira 3 juta kasus baru/ tahun. Kejadian tertinggi pada umur 15-19 tahun.
45 juta orang menderita penyakit ini. 1 juta penderita
baru/tahun.
TANDA
Berat badan turun, gejala seperti flu, diare, lelah, demam
terus menerus, berkeringat malam,
sakit kepala, gangguan mental, infeksi jamur berat vagina yang berulang Kadang tanpa tanda ±
10 tahun. Sebagian pasien wanita tanpa tanda, tetapi pasien pria mengalami tanda. Perdarahan vagina (yang bukan haid), lendir yang tidak normal, nyeri sewaktu kencing terjadi 1-3 minggu setelah terinfeksi. Sebagian besar tanpa tanda. Herpes 1: bisul
di mulut yang bisa menyebar ke genital. Herpes 2: umumnya di genital tetapi dapat menyebar ke mulut Bisa timbul bengkak nyeri di berbagai bagian tubuh. Infeksi awal: gejala seperti flu, demam, sakit kepala, pembengkakan kelenjar. CARA PENYEBARAN Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang tanpa kondom, air susu ibu,
dan jarum yang tercemar. Risiko terjangkit HIV melalui hubungan seks vagina
lebih tinggi pada wanita.
Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang
tanpa kondom.
Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal
yang tanpa kondom. Tersentuh bagian yang terinfeksi (tidak selalu terlihat jelas). PENGOBATAN
AIDS belum ada
Antibiotika untuk pasien
Belum ada obat yang
(74)
obatnya. Antivirus menghambat perkembangan virus dan munculnya AIDS.
Makin cepat diobati hasilnya lebih baik.
dan pasangannya saat bersamaan. menyembuhkan. Antivirus dapat digunakan untuk mengurangi nyeri, gatal, dan
kekambuhan. AKIBAT SELANJUTNYA HIV melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi, rentan terkena kanker
tertentu dan infeksi tertentu, contoh infeksi
paru: Pneumocystis carinii pneumonia dan
TBC; 30% bayi dari wanita HIV akan
menderita HIV. Kemandulan dan meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Pada wanita, infeksi dapat menyebar ke rahim dan panggul. Bisul yang sering kambuh. Penularan ke janin lewat ibu jarang. Tetapi
bayi yang terinfeksi herpes
sangat sakit.
UJI Apus sel dari mulut,
tes darah, dan urin.
Apus sel atau lendir dari tenggorokan, leher rahim, dubur, dan mulut saluran penis. Tes kencing. Tanda diperiksa secara penglihatan. Tes darah untuk membedakan
herpes tipe 1 atau tipe 2.
SIFILIS GONORRHEA
(GO) TRIKOMONAS
APAKAH ITU
Infeksi yang disebabkan organisme
kecil, yang menyebar di seluruh tubuh
Infeksi bakteri di sekitar
genital
Infeksi parasit di daerah genital.
BERAPA JUMLAH PENDERITANYA
Kira-kira 70.000 kasus baru per tahun
Kira-kira 650.000 kasus baru/ tahun. Kejadian tertinggi pada umur 15-19 tahun.
5 juta kasus baru per tahun.
TANDA
Tahap awal antara 3 bulan setelah infeksi, bisul tunggal di genital
atau mulut muncul 1-5minggu. Sering tanpa
tanda.
Tahap 2, setelah bisul hilang, muncul kemerahan di telapak
Rasa terbakar saat kencing, keluar cairan vagina/penis hijau kekuningan, dan untuk wanita bisa terjadi Sering tanpa tanda terutama pada pria. Lendir vagina/ penis berbusa, bau, kuning kehijauan, rasa tidak nyaman di sekitar vagina
(1)
(2)
(3)
HIV/AIDS DAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL LAINNYA
HUMAN IMMUNODEFICIENCY
VIRUS HIV
KLAMIDIA HERPES GENITAL
APAKAH ITU
Virus yang menurunkan sistem kekebalan tubuh yang
dapat menyebabkan AIDS Infeksi bakteri di sekitar genital Virus yang menginfeksi daerah genital dan kadang di sekitar mulut.
BERAPA JUMLAH PENDERITANYA
60 juta orang terkena HIV
20 juta orang sudah meninggal karena
AIDS
Kira-kira 3 juta kasus baru/ tahun. Kejadian tertinggi pada umur 15-19 tahun.
45 juta orang menderita penyakit ini. 1 juta penderita
baru/tahun.
TANDA
Berat badan turun, gejala seperti flu, diare, lelah, demam
terus menerus, berkeringat malam,
sakit kepala, gangguan mental, infeksi jamur berat vagina yang berulang Kadang tanpa tanda ±
10 tahun. Sebagian pasien wanita tanpa tanda, tetapi pasien pria mengalami tanda. Perdarahan vagina (yang bukan haid), lendir yang tidak normal, nyeri sewaktu kencing terjadi 1-3 minggu setelah terinfeksi. Sebagian besar tanpa tanda. Herpes 1: bisul
di mulut yang bisa menyebar ke genital. Herpes 2: umumnya di genital tetapi dapat menyebar ke mulut Bisa timbul bengkak nyeri di berbagai bagian tubuh. Infeksi awal: gejala seperti flu, demam, sakit kepala, pembengkakan kelenjar. CARA PENYEBARAN Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang tanpa kondom, air susu ibu,
dan jarum yang tercemar. Risiko terjangkit HIV melalui hubungan seks vagina
lebih tinggi pada wanita.
Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang
tanpa kondom.
Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal
yang tanpa kondom. Tersentuh bagian yang terinfeksi (tidak selalu terlihat jelas). PENGOBATAN
AIDS belum ada
Antibiotika untuk pasien
Belum ada obat yang
(4)
obatnya. Antivirus menghambat perkembangan virus dan munculnya AIDS.
Makin cepat diobati hasilnya lebih baik.
dan pasangannya saat bersamaan. menyembuhkan. Antivirus dapat digunakan untuk mengurangi nyeri, gatal, dan
kekambuhan. AKIBAT SELANJUTNYA HIV melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi, rentan terkena kanker
tertentu dan infeksi tertentu, contoh infeksi
paru: Pneumocystis carinii pneumonia dan
TBC; 30% bayi dari wanita HIV akan
menderita HIV. Kemandulan dan meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Pada wanita, infeksi dapat menyebar ke rahim dan panggul. Bisul yang sering kambuh. Penularan ke janin lewat ibu jarang. Tetapi
bayi yang terinfeksi herpes
sangat sakit.
UJI Apus sel dari mulut,
tes darah, dan urin.
Apus sel atau lendir dari tenggorokan, leher rahim, dubur, dan mulut saluran penis. Tes kencing. Tanda diperiksa secara penglihatan. Tes darah untuk membedakan
herpes tipe 1 atau tipe 2.
SIFILIS GONORRHEA
(GO) TRIKOMONAS
APAKAH ITU
Infeksi yang disebabkan organisme
kecil, yang menyebar di seluruh tubuh
Infeksi bakteri di sekitar
genital
Infeksi parasit di daerah genital.
BERAPA JUMLAH PENDERITANYA
Kira-kira 70.000 kasus baru per tahun
Kira-kira 650.000 kasus baru/ tahun. Kejadian tertinggi pada umur 15-19 tahun.
5 juta kasus baru per tahun.
TANDA
Tahap awal antara 3 bulan setelah infeksi, bisul tunggal di genital
atau mulut muncul 1-5minggu. Sering tanpa
tanda.
Tahap 2, setelah bisul hilang, muncul kemerahan di telapak
Rasa terbakar saat kencing, keluar cairan vagina/penis hijau kekuningan, dan untuk wanita bisa terjadi Sering tanpa tanda terutama pada pria. Lendir vagina/ penis berbusa, bau, kuning kehijauan, rasa tidak nyaman di sekitar vagina
(5)
tangan-kaki, dan genital. perdarahan vagina yang tidak normal dan nyeri panggul. Sebagian pasien tanpa gejala.
terjadi antara 4 hari-1 bulan setelah terinfeksi. CARA PENYEBARAN Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang tanpa kondom serta saat
berciuman.
Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal yang
tanpa kondom.
Hubungan seks melalui vagina, oral, dan anal
yang tanpa kondom.
PENGOBATAN
Bila cepat diobati antibiotika infeksi dapat sembuh. Tetapi kerusakan tubuh tidak
dapat diperbaiki. Pasien dan pasangannya harus diobati bersamaan. Antibiotika untuk pasien dan pasangannya saat bersamaan. Antibiotika untuk pasien dan pasangannya saat bersamaan. AKIBAT SELANJUTNYA
Bila tidak diobati, tanda bisa hilang tetapi infeksinya tetap.
Tahap 3, merusak otak, jantung, sistem
saraf, dan dapat menimbulkan kematian. Selama kehamilan, penyakit ini
bisa merusak janin.
Kemandulan dan meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Pada wanita, infeksi dapat menyebar ke rahim dan panggul, pada kehamilan dapat menyebabkan bayi lahir buta dan infeksi selaput otak. Meningkatkan risiko terinfeksi HIV, komplikasi selama kehamilan. Infeksi sering berulang-ulang.
UJI Tes darah, apus bisul
dan luka.
Apus sel atau sampel lendir mulut, servik, anus, dan penis. Tes urin. Apus lendir vagina dan penis.
(6)