PERAN ORANG TUA ASUH DALAM PEMBINAAN KEPRIBADIAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk

  

PERAN ORANG TUA ASUH

DALAM PEMBINAAN KEPRIBADIAN ANAK ASUH

DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH SURUH

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.)

  

Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh

Dina Fitriana

  

NIM: 11113213

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

MOTTO

ُناَسْحِ ْلْا الِْا ِناَسْحِ ْلْا ُءآَزَج ْلَه

  

“Tidak ada balasan untuk kebaikan selain

kebaikan (pula).”

(Ar-Rahman: 60)

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Ayah dan Ibuku Bazari dan Siti Anipah, yang selalu membimbing, memberikan doa, motivasi, dukungan moril serta materiil kepada penulis.

  2. Saudara kandung ku dan juga saudara-saudara ku yang lainnya yang telah memberi motigvasi dan juga semangat.

  3. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Abdul Syukur, M.Si yang telah memberikan bimbingan sampai skripsi ini selesai.

  4. Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam, Ibu Rukhayati, M.Ag.

  5. Sahabat dan teman-teman dekat ku yang selalu memberikan semangat, motivasi dan selalu membantu menyelesaikan skripsi ini.

  6. Sahabat-sahabat seperjuanganku khususnya angkatan 2013 jurusan Pendidikan Agama Islam.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmaanirrahiim

  Puji syukur

  alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat

  Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi dengan judul Peran Orang Tua Asuh dalam Pembinaan Kepribadian Anak Asuh di Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2017 ini dapat diselesaikan.

  Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd, rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd, dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag, ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  4. Bapak Rovi’in, M.Pd, selaku pembimbing akademik.

  5. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si, selaku pembimbing skripsi.

  6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan berbagai ilmu, serta karyawan IAIN Salatiga.

  7. Keluarga besar panti asuhan Darul Hadlanah Suruh, Kab. Semarang.

  8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran penelitian ini.

  Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, dan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Segala kritik, masukan dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaannya.

  Salatiga, 1 September 2017 Penulis

  

ABSTRAK

  Fitriana, Dina. 2017. Peran Orang Tua Asuh dalam Pembinaan Kepribadian

  Anak Asuh di Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2017 . Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan

  Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si

  Kata kunci : Peran, Orang Tua Asuh, Pembinaan Kepribadian, Panti Asuhan Orang tua yang tidak dapat membina dan membentuk kepribadian anaknya, maka anak berhak diasuh, dibina dan dibentuk kepribadiannya oleh orang tua asuh. Penelitian ini untuk menjawab permasalahan berikut: Bagaimana peran orang tua asuh, apa saja faktor pendukung dan penghambat, dan bagaimana hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?

  Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara dengan orang tua dan beberapa anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh. Untuk analisis data menggunakan metode reduksi data, menyusun kategorisasi, dan sintesisasi.

  Hasil penelitian menunjukkan: 1) Orang tua asuh sangat berperan dalam pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh, 2) Faktor pendukung dalam pembinaan kepribadian anak asuh adalah lingkungan yang islami, 3) Sedangkan faktor penghambat dalam pembentukan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh adalah kebiasaan yang dibawa dari sebelum masuk panti asuhan, dan 4) Hasil dari pembinaan kepribadian yang telah dilakukan di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh sudah terlihat jelas dengan adanya perubahan-perubahan sikap menjadi lebih baik pada anak asuh dari sebelum dan sesudah masuk panti asuhan.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN LOGO .................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iv DEKLARASI ............................................................................................. v MOTTO ..................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................ viii ABSTRAK .................................................................................................. x DAFTAR ISI .............................................................................................. xi DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang .....................................................................

  B.

  4 Fokus Penelitian ...................................................................

  C.

  4 Tujuan Penelitian ..................................................................

  D.

  5 Manfaat Penelitian ................................................................

  E.

  6 Penegasan Istilah ..................................................................

  F.

  7 Penelitian Terdahulu .............................................................

  G.

  7 Sistematika Penulisan ...........................................................

  BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Orang Tua Asuh ........................................................ 10

  B.

  Pembinaan Kepribadian Anak .............................................. 11

  BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian .......................................... 31 B. Lokasi Penelitian .................................................................. 31 C. Sumber Data ......................................................................... 31 D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 33 E. Analisis Data......................................................................... 35 F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................ 37 G. Tahap – Tahap Penelitian .................................................... 38 BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Paparan Data ......................................................................... 39 B. Analisis Data......................................................................... 54 BAB V PENUTUP A. Simpulan ............................................................................... 68 B. Saran ..................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Susunan Pengurus Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh ......

  41 Tabel 4.2 Daftar Anak Asuh .................................................................

  42 Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Harian Anak Asuh .....................................

  46 Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Mingguan Anak Asuh ...............................

  47 Tabel 4.5 Daftar Sarana dan Prasarana .................................................

  47

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Surat Permohonan Izin Melakuukan Penelitian 4. Surat Keterangan Melakkan Penelitian 5. Lembar Konsultasi 6. Hasil Observasi 7. Pedoman Wawancara 8. Hasil Wawancara 9. Keterangan Inisial 10.

  Daftar Anak Asuh 11. Dokumentasi 12. Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia dari Allah SWT yang merupakan

  dambaan setiap orang tua. Anak merupakan amanah Allah SWT untuk orang tua yang harus dididik dan dibimbing dengan baik karena anak juga menjadi generasi penerus orang tuanya maupun menjadi generasi penerus bagi agama, nusa dan bangsa. Karena orang tua merupakan guru pertama bagi anak, maka orang tua mempunyai tugas utama. Tugas utama dan pertama orang tua adalah menjadi teladan bagi anaknya karena anak belajar dengan meniru (Setyawan, 2015: 24).

  اَه ْيَلَع ُة َراَج ِحْلا َو ُساَّنلا اَهُد ْوُق َّواًراَن ْمُكِلْهَا َو ْمُكَسُفْنَا ا ْوُق ا ْوُنَمَا َنْيِذَّلا اَهُّيَآَي َن ْوُرَم ْؤُي اَم َن ْوُلَعْفَي َو ْمُهَرَمَا آَم َالله َن ْوُصْعَي َّلَّ ٌداَدِش ٌظ َلَِغ ٌةَكِئَلَم ) ٦ :ميرحتلا(

  Artinya:

  “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

  Dari surat at-Tahrim ayat 6 di atas orang tua berkewajiban menjaga dan melindungi keluarganya dari perbuatan-perbuatan tercela. Dengan memberikan teladan, ajaran, yang menjadikan keluarganya patuh terhadap perintah Allah.

  Orang tua mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan juga kebutuhan rohani anak yang hanya dapat dipenuhi dengan memberikan pendidikan agama dan akhlak yang baik, yaitu sebuah pendidikan yang akan menjaga anak agar tidak keluar dari jalan yang benar, serta pendidikan yang berguna untuk pembentukan kepribadian anak.

  Pada hakikatnya, orang tua adalah pembimbing dan pendidik dalam keluarga yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Unsur-unsur keterikatan batin, keakraban pergaulan, dan pengenalan terhadap individu anak merupakan beberapa faktor pendukung kuat atas keberhasilan pendidikan terhadap anak dalam keluarga, dan hal itu hanya dimiliki oleh seorang ibu (Syafei, 2006: 85).

  Namun, disaat orang tua tidak dapat melaksanakan peran dan tugasnya, membina dan membentuk kepribadian anak-anaknya, maka anak berhak mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan dari orang tuanya itu dari orang lain, misalnya orang tua asuh. Pengasuhan anak dapat berpindah tanagan dari orang tua kandung kepada orang lain yang lebih memenuhi persyaratan untuk menjadi pengasuh anak apabila orang tua kandung tidak dapat mengasuh anaknya dengan baik karena disebabkan oleh suatu alasan. Misalnya, orang tua kandung tidak dapat menafkahi anaknya, orang tua yang sengaja menelantarkan anaknya, anak yatim piatu, atau yang lainnya. Maka disinilah tanggung jawab serta peran orang tua kandung diambil alih oleh orang tua asuh dengan persyaratan dan ketentuan tertentu.

  Tugas orang tua asuh dalam hal ini adalah membesarkan hati anak- anak asuhnya dan membina dalam pembentukan akhlak dan kepribadian anak sehingga anak akan tumbuh dengan baik dan mempunyai pribadi yang baik pula sesuai dengan harapan orang tua. Karakter yanag kuat dibentuk oleh penanaman nilai yang menekankan tentang baik dan buruk. Nilai ini di bangun melalui penghayatan dan pengalaman, membangkitkan rasa ingin dan jijik yang sangat kuat, bukan menyibukkan diri dengan pengetahuan (Adhim, 2008: 272). Hal tersebut dapat dilakukan oleh orang tua yang mengasuh anaknya.

  Agar anak asuh memiliki kepribadian yang baik, tentunya orang tua asuh harus memiliki kepribadian yang baik pula dimana akan dicontoh atau dijadikan suri tauladan bagi anak-anak asuhnya, baik dalam perbuatan, ucapan maupun sikap, sehingga pembentukan kepribadian setiap anak asuh mudah dilakukan.

  Pendidikan agama dan kepribadian anak asuh tidak hanya menjadi tanggung jawab guru, kyai, dan ulama saja, tetapi menjadi tanggung jawab orang tua asuh itu sendiri. Pada panti asuhan Darul Hadlonah Suruh terdapat 33 anak asuh, dimana setiap anak asuh memiliki sifat dan watak yang berbeda-beda. Ada yang minder, pemalu, cari perhatian orang, dan sebagainya. Peran orang tua asuh disini sangat dibutuhkan untuk membentuk pribadi yang baik bagi anak asuhnya.

  Dengan latar belakang masalah diatas, penulis mengadakan penelitian dengan judul

  “PERAN ORANG TUA ASUH DALAM PEMBINAAN KEPRIBADIAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH, SURUH, KAB. SEMARANG .

  B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan uraian diatas, maka ada beberapa hal yang menjadi permasalahan yang akan dibahas melalui penelitian ini.

  Adapun beberapa masalah itu adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?

  2. Apa saja faktor pendukung dalam upaya pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?

  3. Apa saja faktor penghambat dalam upaya pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?

  4. Bagaimana hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam upaya pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam upaya pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh.

  4. Untuk mengetahui hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh.

D. Manfaat Penelitian

  Dari hasil penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil, yaitu:

  1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pembentukan kepribadian anak baik umum maupun anak asuh di panti asuhan.

  2. Manfaat Praktis a.

  Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap orang tua dalam membentuk kepribadian anak, baik anak asuh di panti asuhan maupun bagi anak.

  b.

  Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalah pahaman penafsiran terhadap judul penelitian diatas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu: 1.

  Peran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 854), kata peran diartikan perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.

  2. Orang Tua Asuh Orang tua asuh dapat diartikan sebagai komponen orang tua yang terdiri dari para pengurus panti asuhan. Orang tua asuh memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak- anak asuhnya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak asuh untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat (Syafei, 2006: 34).

  3. Pembinaan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 152), pembinaan adalah proses atau cara untuk mengusahakan supaya lebih baik. Pembinaan dilakukan bertujuan agar yang dibina menjadi lebih baik sesuai dengan yang diharapkan oleh orang yang membina.

  4. Kepribadian Anak Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering di deskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Freud berpendapat bahwa, kepribadian sebenarnya pada dasarnya telah terbentuk pada akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Kesimpulan yang demikian itu diambilnya atas dasar pengalaman-pengalamannya dalam meakukan psikoanalisis (Sumadi, 1990: 163).

  F. Penelitian Terdahulu

  Rujukan penelitian yang pertama yaitu skripsi dari Rohmatul Wahidah mahasiswi IAIN Raden Intan Lampung dengan judul Peran Orang Tua Asuh dalam Pendidikan Akhlak Remaja (Studi Kasus di Panti Asuhan Roudhotus Sibyan Bandar Lampung). Dalam penelitiannya peneliti menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

  Metode pengumpulan data dengan dokumen, rekaman dan catatan arsip, wawancara, observasi langsung, dan observasi partisipan.

  Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih menekankan pada pembinaan kepribadian yang dilakukan oleh orang tua asuh. Subyek penelitian yang diteliti yaitu orang tua asuh dan juga anak- anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh.

  G. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan dalam menyusun skripsi yang penulis susun, maka diperlukan cara penulisan yang baik sehingga hasil penelitian tidak akan keluar dari batasan masalah yang diteliti. Oleh karena itu, perlu adanya sistematika penulisan yang baik yang terdiri dari 3 bagian dengan rinciannya sebagai berikut:

  1. Bagian Awal Bagian awal ini mencakup sampul, lembar berlogo IAIN Salatiga, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan.

  2. Bagian Inti

  Bagian inti terdiri dari 5 bab dengan rinciannya sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Dalam bab ini membicarakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II Landasan Teori Pada bab landasan teori ini, berisi bagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan orang tua asuh dalam membina kepribadian anak panti asuhan.

  Bab III Metode Penelitian Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah- langkah penelitian secara operasional yang meliputi: pendekatan penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

  Bab IV Paparan Data dan Analisis Berisi paparan data yang diperoleh dari pengamatan, hasil wawancara, dan deskripsi informasi lainnya yang disajikan dengan topik pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hasil analisis data yang diperoleh dari lapangan. Dan juga menguraikan gagasan peneliti terhadap teori-teori dan temuan-temuan yang diungkap dari lapangan.

  Bab V Penutup Dalam bab penutup ini diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subjek penelitian.

3. Bagian Akhir

  Pada bagian akhir skripsi memuat lampiran-lampiran dan juga daftar riwayat hidup penulis.

BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Orang Tua Asuh Pengertian orang tua asuh adalah warga masyarakat, baik

  perorangan maupun kelompok, yang secara sukarela memberi bantuan pendidikan kepada anak sekolah dari keluarga tidak mampu agar mereka dapat menyelesaikan pendidikan formalnya. Orang tua asuh juga dapat diartikan sebagai komponen orang tua yang terdiri dari para pengurus panti asuhan. Orang tua asuh memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anak asuhnya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak asuh untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.

  Secara tradisional, orang tua asuh diartikan sebagai adopsi yang memiliki tempat tinggal bersama. Namun secara dinamis individu yang membentuk orang tua asuh dapat digambarkan sebagai anggota dari grup masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka.

  Orang tua asuh kali pertama anak-anak mendapat pengalaman dini langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual (Syafei, 2006: 34).

  Berdasarkan Konvensi Hak Anak dijelaskan bagi anak-anak yang hidup dan berkembang di luar keluarga alami, diberikan ketentuan- ketentuan khusus untuk memberikan kepada mereka keluarga atau lembaga asuh alternatif, mengingat bahwa anak-anak bergantung pada orang dewasa. Inilah yang dimaksud dengan “pengasuh pengganti”. Dalam konteks Konvensi Hak Anak, anak berhak untuk mendapatkan keluarga atau keluarga pengganti agar kehidupan dan perkembangannya dapat dipenuhi dengan baik. Keluarga atau keluarga pengganti bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak dasar anak. Sedangkan negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah agar hak-hak anak untuk memperoleh keluarga atau keluarga pengganti dapat terpenuhi, dan agar keluarga atau keluarga pengganti dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan maksimal. Secara umum, ketentuan-ketentuan yang tercakup dalam kelompok lingkungan keluarga atau pengasuh pengganti meliputi antara lain: tanggung jawab keluarga dalam pengasuhan anak, penempatan bagi anak-anak yang terpisah dari keluarganya, misalnya anak yatim piatu, terlantar dan sebagainya (dengan kafalah sebagaimana yang dikenal dalam hukum Islam, adopsi atau panti-panti yang dikelola oleh negara), serta melindungi anak-anak dari tindakan kekerasan oleh orang tua, keluarga atau keluarga pengganti mereka (Nugraha dan Zaman, 2016: 33-34).

B. Pembinaan Kepribadian Anak 1. Kepribadian

  Kepribadian atau dalam bahasa Inggrisnya

  “personality”

  berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu prosopon atau persona yang berarti ‘topeng’ dan biasa digunakan dalam pertunjukan teater. Para pemain drama dalam pementasa teater selalu menggunakan topeng dan bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya. Seolah-olah, topeng itu mewakili ciri karakter tertentu, seperti halnya topeng dalam pementasan drama. Menurut Schultz (2005) dalam Hidayat konsep awal dari personaliti adalah tingkah laku yang ditunjukkan kepada lingkungan sosial dan kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh orang lain (2011:6).

  Gordon Allport dalam Hidayat mengklarifikasi lebih dari lima puluh definisi kepribadian yang berbeda. Menurutnya (dalam Engler, 1995), kepribadian adalah sesuatu yang nyata dalam seorang individu yang mengarah pada karakteristik perilaku. Sementara itu, menurut Carl Rogers, seorang ahli kepribadian, kepribadian ataau “diri” adalah sesuatu yang terorganisasi, berisikan pola persepsi te ntang “aku” (self) atau “aku yang menjadi pusat pengalaman individual” (Engler, 1995). Menurut B. F Skinner, seorang psikolog behavioral dari Amerika, istilah “kepribadian” tidak diperlukan untuk memahami perilaku manusia. Adapun menurut Sigmud Freud, bapak psikonalisis, kepribadian sebagian besar terdiri dari ketidaksadaran, tersembunyi, dan tidak diketahui (2011:6).

  Kepribadian mendasari atau menjadi penyebab kemunculan perilaku individual, yang bersumber dari dalam diri dan pegalaman.

  Karenanya, dalam menjelaskan kepribadian terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan: pertama, mengenai deskripsi kepribadian yang harus mempertimbangkan ciri-ciri seseorang. Kita akan menggambarkan kepribadian seseorang dengan cara membandingkannya dengan orang lain, kedua, bagaimana kita dapat memahami dinamika kepribadian, cara seseorang menyesuaikan diri dengan situasi kehidupan, dan pengaruh budaya terhadap proses pemikiran, dan ketiga, adalah perkembangan kepribadian (Hidayat, 2011: 7).

  Kepribadian sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Menurut pengertian sehari- hari, menunjuk kepada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya (Koswara, 1991: 10).

  Perkembangan kepribadian individu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor hereditas (pembawaan) dan lingkungan.

  a.

  Faktor Hereditas (Pembawaan) Masa dalam kandungan dipandang sebagai saat (periode) yang kritis dalam perkembangan kepribadian, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan kemampuan-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran. Lebih lanjut dapat dikemukakan, bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah: 1) sebagai sumber bahan mentah (raw materials) kepribadian seperti fisik, intelegensi, dan temperamen,

  2) membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi lingkungannya sangat baik/kondusif, perkembangan kepribadian itu tidak bisa melebihi kapasitas atau potensi hereditas), dan mempengaruhi keunikan kepribadian (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 21).

  b.

  Faktor Lingkungan (Environment) Menurut Alfred Adler dalam Hidayat kepribadian dipengaruhi oleh posisi kelahiran dalam keluarga, situasi sosial, dan pengasuhan sebagi fungsi dari perluasan perbedaan usia antara saudara kandung. Dalam pandangan Adler, perbedaan lingkungan rumah akan memberikan pengaruh kepada perbedaan kepribadian (2011:9).

  Sementara Karen Horney dalam Hidayat percaya bahwa kebudayaan dan periode waktu tertentu memberikan pengaruh terhadap kepribadian, misalnya neurosis yang diderita oleh pasien- pasiennya yang kebetulan orang Jerman dan orang Amerika, didapati memiliki perbedaan. Horney pun menyoroti perbedaan lingkungan sosial diantara anak laki-laki dan perempuan. Dia berpendapat bahwa perkembangan inferioritas perempuan disebabkan oleh perlakuan tertentu pada anak perempuan dalam budaya yang didominasi laki-laki (patriarki). Sementara perempuan yang dibearkan dalam budaya matriarki akan memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda dan harga diri (self esteem) yang lebih tinggi (2011: 9).

  Menurut Erich From dalam Hidayat percaya bahwa pengaruh kekuatan dan kejadian dalam sejarah memberi pengaruh yang lebih luas dalam membentuk kepribadian seseorang. Misalnya, setiap periode dalam sejarah, baik zaman pertengahan, renaissance, reformasi protestan, maupun zaman revolusi industri akan membentuk kepribadian yang berbeda atau tipe karakter yang lebih sesuai dengan kebutuhan pada zaman tersebut (2011: 10).

  Menurut Allport dan Cattel dalam Hidayat faktor lingkungan penting terhadap pembentukan kepribadian. Menurut Allport, meskipun faktor genetik merupakan dasar kepribadian, tetapi lingkungan sosiallah yang membentuk bahan dasar tersebut menjadi produk akhir. Cattel berpendapat bahwa hereditas adalah faktor penting pembentuk kepribadian, tetapi faktor lingkungan yang pada akhirnya memberikan pengaruh dalam perluasan kepribadian (2011: 10).

  Menurut Erik Erikson dalam Hidayat delapan tahapan perkembangan bersumber dari pembawaan (innate), tetapi lingkunganlah yang menentukan cara untuk tahapan yang berbasis genetik dicapai. Erikson percaya pengaruh dari kekuatan sejarah dan sosial terhadap pembentukan identitas ego. Maslow dan Rogers menyatakan bahwa aktualisasi diri adalah sesuatu yang bersifat dari dalam (innate), tetapi mereka mengakui bahwa faktor lingkungan akan mendorong atau sebaliknya menghambat kebutuhan aktualisasi diri (2011: 10).

  Setiap individu mempunyai kepribadain tersendiri dengan karakteristik atau ciri-ciri yang khas dan unik. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pembeda individu. Artinya, kepribadian seseorang tidak akan pernah sama dengan kepribadian orang lain.

  Menurut Elizabeth dalam Kartini kepribadian ada yang sehat dan tidak sehat. Asumsi sehat di sini dapat dipersamakan dengan hal- hal yang positif. Berikut ini ciri-ciri kepribadian yang sehat (positif): a.

  Mampu menilai diri sendiri apa adanya, baik tentang kelebihan dan kekurangan secara fisik, pengetahuan, maupun keterampilan.

  b.

  Mampu menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialami apa adanya secara wajar dan tidak mengharapkan situasi atau kondisi kehidupan dengan sesuatu yang sempurna.

  c.

  Mampu menilai keberhasilan dan menanggapinya secar rasional (masuk akal).

  d.

  Mau menerima tanggung jawab dan mempunyai keyakinan terhadap kemampuan untuk memecahkan dan mengatasi masalah kehidupan yang dialaminya.

  e.

  Mempunyai sifat mandiri, baik dalam berpikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.

  f.

  Mampu mengendalikan emosi, dapat menghadapi situasi frustasi, depresi, atau stres secara positif dan tidak destruktif (merusak).

  g.

  Mampu merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap kegiatan dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan yang rasional, bukan atas dasar paksaan dari luar.

  h.

  Peduli lingkungan, fleksibel (luwes) dalam berpikir, terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya menjadi orang lain. i.

  Mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial. j.

  Mengarahkan hidupnya berdasarkan keyakinan agama yang dianutnya. k.

  Kehidupan penuh kebahagiaan. Dan ada beberapa ciri-ciri yang menunjukkan bahwa kepribadian seseorang itu tidak sehat atau negatif: a.

  Mudah tersinggung atau marah.

  b.

  Mudah cemas atau khawatir.

  c.

  Merasa tertekan (stres atau depresi).

  d.

  Senang mengganggu orang lain, terutama yang usianya lebih muda.

  e.

  Perilakunya sering menyimpang meskipun sudah diperingatkan.

  f.

  Terbiasa berbohong.

  g.

  Hiperaktif (sangat aktif).

  h.

  Suka mencemooh orang lain. i.

  Kurang bertanggung jawab. j.

  Pesimis (harapan tipis). k.

  Pemarah. l.

  Memusuhi semua bentuk kekuasaan (otoritas) (2009: 13-29).

  Teori tentang kepribadian ada tiga, yaitu sebagai berikut: a. Kepribadian dalam Teori Psikoanalisa

  Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur sistem, yakni id, ego, dan

  super ego . Meskipun ketiga sistem tersebut memiliki fungsi,

  kelengkapan, prinsip-prinsip operasi, dinamisme, dan mekanismenya masing-masing, ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas.

  1) Id Id (istilah Freud: das Es) adalah sistem kepribadian yang

  paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk duasistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya (Koeswara, 1991: 32).

  Fungsi dari das Es sebagai suatu sistem dari sistem total kepribadian adalah: a)

  Sebagai sumber atau reservoir segala tenaga atau energi jiwa dan menyediakan seluruh energi atau daya untuk menjalankan sistem Ego dan sistem Super Ego, dalam membangun tingkah laku manusia.

  b) Berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah (metabolisme) untuk memperoleh energinya.

  Sifat-sifat das Es adalah sebagai berikut:

  a) Asli, kodrati, yakni sebagai sistem kepribadian pembawaan.

  b) Sebagai rahim atau medan, ataupun kancah, yaitu tempat Ego dan Super Ego berkembang.

  c) Secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak bayi lahir.

  d) Sebagai sumber energi yang bersifat primitif, asli, kodrati, impulsif, imaginatif.

  e) Freud mengatakan, bahwa das Es sebagai kenyataan psikis yang sebenarnya, karena das Es mempresentasikan dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif.

  Das Es mempunyai komponen sebagai berikut:

  a) Das Es berisi segala sesuatu yang bersifat pembawaan, yakni nafsu-nafsu, dorongan-dorongan, dan insting-insting.

b) Das Es berisi juga kompleks-kompleks terdesak.

  Prinsip kerja das Es adalah sebagai berikut: a) Kerja yang efektif, mencari kenikmatan dan menolak penderitaan.

  b) Prinsip kerja das Es juga disebut prinsip reduksi tegangan agar kembali kpada keseimbangan, dapat disebut prinsip reduksi untuk keseimbangan.

  Dinamisme kerja das Es adalah sebagai berikut:

  a) Das Es dapat memperbesar tegangan yang menyebabkan dorongan atau nafsu-nafsu menjadi kuat.

  b) Das Es dapat memperkecil tegangan, sehinga tenaga doronganmenjadi lemah.

c) Da Es membuat keseimbangan setelah kenikmatan tercapai.

  d) Das Es juga menggerakkan kompleks-kompleks terdesak untuk muncul dalam kesadaran.

  e) Das Es memobilisir energi psikis sehingga hidup manusia berlangsung.

  Mekanisme kerja das Es adalah sebagai berikut:

  a) Tindakan-tindakan refleks, yakni semua refleks termasuk perbuatan-perbuatan salah yang tidak disengaja.

  b) Proses primer, yakni suatu proses untuk merasakan kepuasan atau kenikmatan itu hanya dalam imajinasi saja, dalam bayangan saja. Bermacam-macam mimpi yang dialami oleh individu, termasuk proses ini, karena dengan mimpi sering dapat menimbulkan kenikmatan atau kelegaan.

  c) Menghadirkan Ego untuk menghubungkan keinginan das

  Es dengan dunia riil. Proses pengoperan energi dan tugas kepada Ego inilah yang disebut proses sekunder.

  d) Energi jiwa dalam das Es juga menggerakkan semua kompleks terdesak, untuk mencari jalan-jalan keluar

  (Fudyartanta, 2012: 135-137).

  2) Ego Ego adalah sistem sistem kepribadain yang bertindak

  sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the

  reality princieple) .

  Menurut Freud, ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu adalah proses sekunder (secondary process). Dengan proses sekundernya ini, ego memformulasikan rencana bagi pemuasan kebutuhan dan menguji apakah rencana tersebut bisa dilaksanakan atau tidak.

  Sekilas akan tampak bahwa antara id dan ego hampir selalu terjadi konflik atau pertentangan. Tetapi bagaimanapun, menurut Freud, ego dalam menjalankan fungsinya tidaklah ditunjukkan untuk menghambat pemuasan kebutuhan- kebutuhan atau naluri-naluri yang berasal dari id, melainkan justru bertindak sebagai peranara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan naluri-naluri yang layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi fungsi yang palinga dasar dari ego itu tidak lain sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu (Koswara, 1991: 33-34).

  Ego mempunyai fungsi atas amanat das Es akan

  berfungsi sebagai translator, eksekutor, organisator dan

  

regulator dalam mengelola tugas-tugas dari das Es untuk

berhubungan dengan dunia nyata.

  Karena ego harus menghadapi dunia nyata, maka sifatnya harus realistis, rasional, etis, regulatif. Jadi, harus memfungsikan cipta, rasa, karsa dan tindakan yang tepat.

  Semua proses psikis yang nyata dan rasional untuk mewujudkan tindakan nyata yang dapat diterima oleh dunia objektif. Maka komponennya adalah cipta, rasa, karsa dan performan.

  Prinsip kerjan dari ego adalah prinsip realitas, rasional dan etis. Dinamismenya mengatur tugas objektif dengan menerima, menunda atau menolak keinginan-keinginan das Es sesuai dengan dunia riil. Sedangkan mekanisme kerjanya adalah melaksanakan dengan tindakan-tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Fudyartanta, 2012: 138).

  3) Superego Superego (istilah Freud: das Ueberich) adalah sistem

  kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud,

  superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-

  aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru (Koswara, 1991: 35).

  Superego berperan sebagai berikut:

  a) Memegang wewenang moral dalam kepribadian.

  b) Mencerminkan yang ideal dan bukan yang riil.

  c) Memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan.

  d) Super Ego terutama memerhatikan untuk memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah agar dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh wakil- wakil masyarakat.

  e) Super Ego sebagai wakil tingkah laku yang diinternalisasikan berkembang dengan memberikan respons terhadap hadiah-hadiah atau hukuman-hukuman yang diberikan oleh orang tua.

  

Super Ego mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

  a) Merintangi impils-impuls dari das Es, terutama impuls- impuls seksual dan agesif, kaena pernyataan-pernyataan impuls-impuls tersebutlah yang dikutuk oleh masyarakat.

  b) Super Ego mendorong Ego untuk menggantikan tujuan- tujuan yang realistis dengan tujuan-tujuannya yang moralitas.

  c) Super Ego mengejar kesempurnaan. Jadi, super ego cenderung untuk menentang das Es dan Ego, dan membuat dunia menurut gambarannya sendiri. Hal ini sedikit banyak super ego lalu bersifat subjektif dan irasional (Fudyartanta, 2012: 141-142).

  b.

  Kepribadian dalam Teori Behaviorisme Behaviorisme merupakan orientasi teoritis yang di dasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi tingkah laku yang teramati (observeable behavior). Watson mengemukakan bahwa psikologi harus meninggalkan fokus kajian yang terkait dengan proses mental, dan mengalihkan fokus kajiannya kepada tingkah laku yang tampak (overt behavior).

  Para ahli behavioristik lebih memperhatikan kecenderungan-kecenderungan respon yang dapat diamati. Mereka memandang kepribadian individu sebagai “koleksi kecenderungan respon yang terkait dengan sebagai situasi rangsangan yang beragam” (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 123).

  Behaviorisme memandang manusia sangat mekanistik, karena menganalogikan manusia seperti mesin. Konsep mengenai stimulus-respons seolah-olah menyatakan bahwa manusia akan bergerak atau melakukan sesuatu apabila ada stimulus.

  Skinner adalah salah satu ahli waris behaviorisme yang dikembangka n Watson. Bagi Skinner, istilah “kepribadian” tidak ada, yang ada adalah perilaku, karena perilaku sepenuhnya dapat dipahami karena merupakan tanggapan terhadap faktor-faktor dari lingkungan. Upaya untuk memahami atau menjelaskan perilaku sebagai struktur internal, seperti kepribadian atau ego hanya merupakan fiksi,karena istilah ini tidak cukup membantu (Hidayat, 2011: 127).

  Berdasarkan perspektif behaviorisme Skinner , studi tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu.

  Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperolah perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point di mana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.

  Bagi Skinner studi tentang kepribadian itu ditujukan kepada pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya. Dalam memformulasikan sistem tingkah laku, Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku, yakni responden dan operan (operant). Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului respons. Contoh tingkah laku responden itu antara lain menyempitkan pupil mata untuk mengurangi stimulasi cahaya, menggigil karena kedinginan, dan keluarnya air liur karena melihat makanan. Orang yang pertama menemukan bahwa tingkah laku responden itu bisa dikondisikan adalah Ivan Pavlov, dengan percobaannya yang benama pengondisian klasik (classical conditioning), dengan menggunakan seekor anjing sebagai subjeknya (Koswara, 1991: 77-78).

  Respons dalam conditioning operan adalah sesuatu tindakan yang terjadi tanpa didahului stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, akan tetapi tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical respondent conditioning (Sobur, 2003: 227-228). Dalam pandangan Skinner, hukum- hukum fungsional dari tingkah laku paling baik dikembangkan dengan memusatkan pada faktor-faktor yang meningkatkan dan atau mengurangi probabilitas kemunculan respons di lain waktu dari pada menciptakan stimulus spesifik yang memacu respons. Dalam pengkondisian operant, tingkah laku organisme perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Dalam percobaan tikus menekan pengungkit, contohnya, setiap kali tikus menekan pengungkit, pena digerakkan oleh pencatat elektris membuat tanda pada kertas atau pita pencatat yang bergerak secara konstan. Alat pencatat otomatis ini, disebut pencatat kumulatif (Koswara, 1991: 82).

  c.

  Kepribadian dalam Humanistik Maslow yakin bahwa banyak tingkah laku manusia yang bisa diterangkan dengan memperhatikan tendensi individu untuk mencapai tujuan-tujuan personal yang membuat kehidupan bagi individu yang bersangkutan penuh makna dan memuaskan (Koswara, 1991: 118). Maslow memaparkan teori tentang basic

  needs dan meta needs. Basic needs atau kebutuhan dasar meliputi

  lapar, kasih sayang, rasa aman, harga diri. Sementara kebutuhan meta meliputi keadilan, kesatuan, kebaikan, keteraturan, keindahan.

  Maslow menyusun kebutuhan tersebut secara hirarkis dari kebutuhan terendah atau kebutuhan dasar sampai kebutuhan tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Lima jenis kebutuhan dari Maslow tersebut adalah: 1)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN ANAK USIA DINI DI PAUD IBNU KHALDUN JEMBER

0 12 17

View of PERAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI BELAJAR ANAK USIA 6 -12 TAHUN DI KELURAHAN BIRU WATAMPONE KAB.BONE TAHUN 2017

0 0 6

PENGARUH KEDISIPLINAN ORANG TUA TERHADAP KEPRIBADIAN ANAK DI DESA TEND AS KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 87

PENGARUH PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN PERMATA HATI DESA KEBUMEN KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN 2015 - Test Repository

0 0 103

PERANAN WALI KALAYAN DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 127

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN ANAK DI DUSUN KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 96

PERAN WANITA KARIER DALAM MEMBINA RELIGIUSITAS ANAK DI DESA MEDAYU KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 169

POLA ASUH ORANG TUA SINGLE PARENT DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK DI DESA JETIS KECAMATAN SELOPAMPANG KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI

0 1 186

PERAN ORANG TUA MUALLAF DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK DI DESA BARUKAN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

1 1 135

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII MTsN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 136