PENGARUH NILAI TAKSIRAN AGUNAN PADA PENCAIRAN PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH NASABAH BBA DI BMT BINA INSANI PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR - PENGARUH NILAI TAKSIRAN AGUNAN PADA PENCAIRAN PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN

  

PENGARUH NILAI TAKSIRAN AGUNAN PADA

PENCAIRAN PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA)

TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH NASABAH BBA DI

BMT BINA INSANI PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

TUGAS AKHIR

  

Oleh :

HAJAR SEPTI NASUTION

NIM: 201 080 37

  

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

  

PENGARUH NILAI TAKSIRAN AGUNAN PADA

PENCAIRAN PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA)

TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH NASABAH BBA DI

BMT BINA INSANI PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

TUGAS AKHIR

  

Oleh :

HAJAR SEPTI NASUTION

NIM: 201 080 37

  

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lamp : 3 (tiga) eksemplar Agustus 2011 Hal : Pengajuan Naskah Tugas Akhir

  Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka tugas akhir saudara: Nama : Hajar Septi Nasution Nim : 20108037 Judul : Pengaruh Nilai Taksiran Agunan pada Pencairan Pembiayaan Bai’

  Bitsaman Ajil (BBA) terhadap Perkembangan Jumlah Nasabah BBA di BMT “Bina Insani” Pringapus Kabupaten Semarang Dapat diajukan ke sidang munaqosyah.

  Demikian untuk menjadi periksa. Waalaikumsalam wr. wb.

  Pembimbing Desi Trisnawati, MM.

  NIP. 19751207 199903 2 002

  

PENGESAHAN NASKAH TUGAS AKHIR

TUGAS AKHIR

PENGARUH NILAI TAKSIRAN AGUNAN PADA PENCAIRAN

PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN (BBA) TERHADAP PERKEMBANGAN

JUMLAH NASABAH BBA DI BMT BINA INSANI PRINGAPUS

  

KABUPATEN SEMARANG

DISUSUN OLEH

HAJAR SEPTI NASUTION

NIM: 20108037

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Tugas Akhir Jurusan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 22

  Agustus 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar

  A. Md. E.Sy (Ahli Madya Ekonomi Syariah)

  

Susunan Panitia Penguji

  Ketua Penguji : Drs. Miftahuddin, M. Ag Sekretaris Penguji : Ari Setiawan, MM. Penguji I : Mochlasin, M. Ag Penguji II : Moh Khusen, M. Ag, MM. Penguji III : Desi Trisnawati, MM.

  Salatiga, September 2011 Ketua STAIN Salatiga Dr. Imam Sutomo, M. Ag

  

MOTTO

Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah milik Allah Tuhan

seru sekalian alam

  

Doa tanpa usaha itu bohong, usaha tanpa doa itu sombong.

  

Suatu perjuangan pasti akan menuai kemenangan

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas akhir ini. Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang tetap istiqomah mengikuti sunnahnya.

  Tugas akhir ini “Pengaruh Nilai Taksiran Agunan pada Pencairan

  

Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) terhadap Perkembangan Jumlah

Nasabah BBA di BMT Bina Insani Pringapus Kabupaten Semarang”

  disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah strata Diploma III pada Jurusan Syariah Program studi Perbankan Syariah STAIN Salatiga.

  Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga

  2. Abdul Aziz NP., M.M, selaku Ketua Program Studi DIII Perbankan Syari’ah

  3. Desi Trisnawati, M.M, selaku dosen pembimbing pada penulisan Tugas Akhir.

  4. Segenap karyawan BMT Bina Insani Pringapus Kab. Semarang.

  5. Bapak dan Ibu dosen DIII Perbankan Syariah STAIN Salatiga di mana penulis mendapat ilmu pengetahuan.

  6. Rekan-rekan DIII Perbankan Syariah angkatan 2008 yang selalu memberikan dukungan hingga tugas akhir ini selesai.

  7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah anda berikan kepada penulis.

  Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penuis harapkan.

  Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua.

  Salatiga, Agustus 2011 Penulis

  Hajar Septi Nasution NIM: 20108037

  

ABSTRAK

  Nasution, Hajar Septi. 2011. Pengaruh Nilai Taksiran Agunan pada Pencairan

  Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) terhadap Perkembangan Jumlah Nasabah BBA di BMT Bina Insani Pringapus Kabupaten Semarang.

  Tugas Akhir. Jurusan Syariah. Program studi DIII Perbankan Syariah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Desi Trisnawati, SE. MM.

  Kata kunci: nilai taksiran agunan, pembiayaan bai’ bitsaman ajil, dan perkembangan jumlah nasabah.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tentang nilai taksiran sebuah agunan pada pebiayaan Bai’ Bitsaman Ajil( BBA) yang berpengaruh terhadap besarnya dana dan pengaruhnya terhadap perkembangan jumlah nasabah BBA di BMT Bina Insani Pringapus Kabupaten Semarang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana proses pencairan pebiayaan BBA di BMT Bina Insani Pringapus Kabupaten Semarang?, dan (2) bagaimana pengaruh nilai taksiran agunan terhadap perkembangan jumlah nasabah BBA?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder.

  Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nilai taksiran sebuah agunan pada pebiayaan BBA yang dilakukan oleh BMT Bina Insani berpengaruh terhadap besarnya jumlah dana yang bisa dicairkan dan berpengaruh terhadap perkembangan jumlah nasabah BBA. Dengan sistem BBA dapat membantu penyelesaian masalah keuangan yang dihadapi masyarakat dengan menggunakan akad jual beli. Prinsip yang digunakan dalam pembiayaan BBA adalah prinsip 5 C yaitu : character, condition, capacity, collateral, dan

  

capital . Dalam proses pencairan dana menggunakan aspek jaminan yang nilainya

  sebanding dengan jumlah dana. Faktor yang mempengaruhi jumlah nasabah pembiayaan BBA di BMT Bina Insani adalah banyaknya masyarakat yang membutuhkan dana yang cepat dalam proses pencairannya, serta nilai taksiran agunan sebesar 70% dari harga jual sekarang ini, membuat masyarakat mempercayakan BMT sebagai lembaga keuangan yang sepenuhnya melayani masyarakat.

  

DAFTAR ISI

  Halaman Halaman Judul …………………………………………………………............. i Halaman Pengajuan Tugas Akhir ……………………………………………… ii Halaman Pengesahan…………………………………………………………… iii Motto……………………………………………………………………………. iv Kata Pengantar……..…………………………………………………………… v Abstrak ...........…………………………………………………………………. vii Daftar Isi……………………………………………………………………….. viii Daftar Gambar……………………………………………….………………..... x Daftar Tabel ...…………………………………………………………………. xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………………..... 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 4 C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan……………………………………. 5 D. Metode Penelitian…………………………………………………… 6 E. Objek Penelitian…………………………………………………….. 8 F. Sistematika Penulisan……………………………………………….. 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka…..………………………………………………….. 10 B. Tinjauan Pustaka…...……………………………………………….. 23 C. Kerangka Teoritik…………………………………………………... 25

  A. Gambaran Umum…………………………………………………… 28

  B. Data-Data Diskriptif………………………………………………… 45

  BAB IV ANALISIS A. Proses pencairan pembiayaan BBA………………………………... 47 B. Penagruh nilai taksiran agunan terhadap perkembangan jumlah nasabah BBA………………………………………………………. 55

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………………. 60 B. Saran………………………………………………………………… 61 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar

  2.1 Gambaran umum proses pemberian pinjaman................. 25 Gambar

  4.1 Alur pemberian pembiayaan BBA………………........... 48

  

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Taksiran dana atas barang jaminan berdasarkan tahun............... 55Tabel 4.2 Perkembangan jumlah nasabah BBA....................................….. 57Tabel 4.3 Jumlah pembiayaan pada bulan juni, juli 2011.......................... 59

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak lembaga keuangan syariah yang membantu melayani

  kebutuhan keuangan masyarakat, yang salah satunya adalah koperasi jasa keuangan syariah atau BMT. Keberadaan BMT turut serta membantu masyarakat terutama dalam penyediaan dana pinjaman yang cepat dalam proses pencairannya dan turut serta dalam membantu kegiatan ekonomi umat.

  Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul dan baitul tamwil. Baitul lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat infaq, shadaqah. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.

  Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarkat kecil dengan berlandaskan syariah (Heri Sudarsono, 2003: 84).

  BMT Bina Insani adalah salah satu lembaga keuangan yang berbasis syariah yang didirikan di Pringapus, juga menyediakan produk- produk unggulannya yang salah satunya adalah produk pembiayaan.

  Keterbatasan dana dan kemampuan manajerial yang kurang, menjadi kendala bagi masyarakat Pringapus yang sebenarnya dapat diatasi dengan adanya BRI unit desa, BKK dengan unit kelilingnya maupun lembaga keuangan yang lain, namun kenyataannya fasilitas yang diberikan kurang bisa menembus dan menyentuh golongan pengusaha menengah ke bawah. Hal tersebut disebabkan sistem dan mekanisme operasional perbankan harus melalui persyaratan administrasi yang rumit atau sulit dipenuhi oleh pengusaha menengah ke bawah sehingga kalaupun ada yang mendapatkan kucuran dana tidak disertai dengan bimbingan dan pengawasan bisa berakibat usaha yang dilakukan tidak berhasil.

  Dengan tingginya kebutuhan, menimbulkan masyarakat Pringapus dan sekitarnya mempercayakan BMT Bina Insani Pringapus sebagai salah satu lembaga keuangan yang sepenuhnya melayani masyarakat ini, sebagai alternatif yang tercepat dan termudah dalam memenuhi keinginan masyarakat. Semakin tingginya kebutuhan masyarakat yang mendesak mengakibatkan masyarakat menginginkan dana cepat untuk memenuhi kebutuhannya.

  Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank atau lembaga keuangan, yaitu dengan memberikan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Pada umumnya, bank konvensional membatasi pemberian kredit untuk pemenuhan barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang sah, seperti rumah dan kendaraan bermotor, yang kemudian menjadi barang jaminan utama (main collateral). Adapun untuk pemenuhan sebagai collateral. Sumber pembayaran kembali atas pembiayaan tersebut berasal dari sumber pendapatan lain dan bukan dari eksploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas ini.

  BMT dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan barang konsumsi yaitu Al-Bai’bitsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual beli dengan angsuran. Pengertian Ba’i Bitsaman Ajil untuk selanjutnya disebut Piutang BBA merupakan transaksi jual-beli barang dengan pembayaran dengan sistem cicilan atau angsuran, dengan lama angsuran atau tenor sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

  Pada piutang BBA, BMT Bina Insani bertindak sebagai penjual sedangkan Anggota atau Calon Anggota Pembiayaan bertindak sebagai Pembeli. Akad yang digunakan dalam transaksi Piutang BBA adalah Akad Jual Beli (Bai’). Harga jual yang diberikan dan atau dikeluarkan kepada Anggota atau Calon Anggota Pembiayaan adalah Harga Pokok ditambah keuntungan atau marjin yang telah disepakati kedua belah pihak. Harga Jual yang telah disepakati tersebut, tidak berubah walapun terjadi: inflasi, deflasi, dan atau kenaikan suku bunga pasar .

  Agunan merupakan jaminan tambahan yang diserahkan nasabah Debitur kepada BMT dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan. Dengan mentaksir seberapa besar nilai agunan yang dapat dicairkan, dengan ketentuan dari pihak BMT akan mempengaruhi besarnya pembiayaan yang akan diperoleh nasabah. Produk pembiayaan BBA ini adanya kenaikan jumlah nasabah pembiayaan tiap tahunnya, serta keuntungan yang diperoleh oleh nasabah peminjam dengan pihak BMT.

  Dari fenomena di atas bahwa kebanyakan masyarakat Pringapus mempercayakan BMT Bina Insani sebagai lembaga keuangan yang sepenuhnya melayani nasabah terutama dalam hal pembiayaan, maka penulis mengambil judul “Pengaruh Nilai Taksiran Agunan Pada Pencairan Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) Terhadap Perkembangan Jumlah Nasabah BBA Di BMT Bina Insani Pringapus Kabupaten Semarang”.

B. Rumusan Masalah

  Setelah mengetahui latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana proses pencairan pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil di BMT Bina Insani Pringapus Kabupaten Semarang?

  2. Bagaimana pengaruh nilai taksiran agunan terhadap perkembangan jumlah nasabah BBA di BMT Bina Insani Pringapus Kabupaten Semarang?

C. Tujuan dan Manfaat

  1. Tujuan Untuk mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan maka perlu ditentukan tujuan dari penelitian ini secara tegas.

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui proses pencairan pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil.

  b. Untuk mengetahui pengaruh nilai taksiran agunan terhadap perkembangan jumlah nasabah BBA.

  2. Manfaat Penulisan Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :

  a. Bagi Penulis Diharapkan hasil penulisan ini dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil.

  b. Bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  Sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa yang ingin mengetahui lebih tentang pengaruh nilai taksiran agunan terhadap perkembangan jumlah nasabah BBA.

  c. Bagi Perusahaan Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam rangka meningkatkan pendapatan dan peningkatan jumlah nasabah. d. Bagi Pembaca Dapat menjadi bahan tambahan pengetahuan tentang taksiran nilai agunan terhadap perkembangan jumlah nasabah pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil yang dilakukan oleh BMT.

D. Metode Penelitian

  Metode penelitian dilakukan secara terperinci dan efektif sehingga diketahui bahwa seseorang melakukan penelitian ilmiah adalah untuk mendapatkan suatu interpelasi yang sistematik dan menunjang.

  1. Jenis data

  a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian atau sumber data akurat. Data ini didapatkan dari BMT, sedangkan data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain data perkembangan jumlah nasabah pembiayaan bai’ bitsaman ajil, data standar penaksiran nilai agunan untuk realisasi pembiayaan, data perkembangan jumlah nasabah pembiayaan BBA.

  b. Data sekunder Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan dikumpulkan oleh pihak lain. Misalnya dalam bentuk tabel atau grafik. Data ini meliputi latar belakang dan sejarah, tujuan, visi dan misi dan struktur organisasi dari BMT Bina Insani Pringapus

  2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data melalui cara sebagai berikut:

  a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara ini dilakukan guna memperoleh informasi dan keterangan langsung dari informan.

  b. Observasi Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara memprhatikan secara akurat, mencatat hal yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi ini dilakukan untuk mengamati dan mencatat kondisi obyek dengan melihat pelaksanaan kegiatan secara langsung.

  c. Penelitian kepustakaan Berupa pengumpulan data dan informasi dari sumber tertulis yang memiliki hubungan dengan masalah yang sedang diteliti berupa buku, koran, majalah, internet dan sebagainya.

E. Objek Penelitian

  Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis mengambil objek penelitian di BMT “BINA INSANI” Pringapus Kabupaten Semarang .

F. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran secara sederhana dan menyeluruh, maka penulis membuat sistematika penulisan, yang bertujuan untuk mempermudah pembahasan. Sistematika penulisan akan disajikan saling berkaitan anatara bab satu dengan bab lainnya. Sedangkan gambaran umumnya adalah sebagai berikut:

  Bab Pertama, berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan Tugas Akhir.

  Bab Kedua, bab ini merupakan tahapan dalam proses pengamatan yang bertujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah pengamatan secara rasional atau berdasarkan penalaran. Dalam bab ini terdiri dari telaah pustaka, tinjauan pustaka dan kerangka teoritik.

  Bab Ketiga, menguraikan gambaran umum tentang BMT Bina Insani Pringapus, mulai dari latar belakang dan sejarah, struktur organisasi, produk- produk, sampai visi dan misi BMT tersebut.

  Bab Keempat, berisi tentang syarat pengajuan pinjaman, prosedur pemberian pinjaman, jenis agunan, penaksiran barang jaminan, pengaruhnya terhadap perkembangan jumlah nasabah BBA.

  Bab Kelima, memberikan kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi lembaga keuangan pada umumnya dan BMT Bina Insani

BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka

  1. Pengertian pembiayaan Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

  a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah

  b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna

  d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan

  e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa.

  Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank syariah dan/ atau UUS dan pihak lain lain mewajibkan pihak yang dibiayai dan/ atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.

  Menurut Muhammad (2005:304) pembiayaan secara luas berarti

  financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk

  mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah. Jadi, pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu dengan pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan dana dengan akad yang telah disepakati.

  2. Prinsip, Tujuan dan Fungsi pembiayaan

  1. Prinsip pembiayaan Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan bank syariah bagian marketing harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah. Di dunia perbankan syariah prinsip penilaian dikenal dengan 5 C + 1 S, yaitu: a. Character

  Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.

  b. Capacity Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan. c. Capital Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya.

  d. Collateral Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan.

  Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi , maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.

  e. Condition Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan.

  f. Syariah Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dibiayai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa DSN. (Muhammad, 2005: 304) Selain itu, penerapan prinsip 5 P juga diperlukan, yaitu:

  1) Party (golongan) adalah mencoba menggolongkan calon nasabah pembiayaan ke dalam kelompok tertentu menurut carakter, capacity, dan capitalnya. 2) Purpose (tujuan) adalah penggunaan pembiayaan yang diajukan sesuai dengan tujuan yang sebenarnya.

  3) Payment adalah kemampuan kekuatan calon nasabah pembiayaan untuk membayar kembali pembiayaan yang diberikan sekaligus cara dan jangka waktu pembiayaannya. 4) Profitability atau kemampuan mendapatkan keuntunga, yang dimaksud bukan hanya keuntungan yang diperoleh nasabah dari usahanya melainkan juga keuntungan yang akan didapatkan oleh bank apabila nasabah tersebut menggunakan fasilitas lain di bank tersebut. 5) Protection yaitu perlindungan terhadap pembiayaan dengan meminta jaminan atau asuransi.

  2. Tujuan dan fungsi pembiayaan

  a. Tujuan pembiyaan Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahateraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk distribusi barang-barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

  b. Fungsi pembiayaan Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya:

  1) Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur. 2) Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensioanal. 3) Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan.

  3. Nilai Agunan Nilai dapat ditafsirkan sebagai makna atau arti sesuatu barang atau benda. Hal ini mempunyai pengertian bahwa sesuatu barang atau benda akan mempunyai nilai bagi seseorang jika barang atau benda tersebut memberi makna atau bagi seseorang tersebut.

  Menurut Sudarsono (2006:3) Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah.

  Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Agunan adalah jaminan tambahan, bank berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan kepada Bank Syariah dan/atau UUS, guna menjamin pelunasan kewajiban nasabah penerima fasilitas.

  Jadi, nilai sebuah agunan dapat dijadikan sebuah jaminan sebagai syarat dalam pengajuan pembiayaan, proses pencairan, sebagai bahan taksiran seberapa jumlah dana yang akan dikucurkan, dan dapat diambil kembali setelah masa angsuran dalam pembiayaan berakhir.

  a. Syarat-syarat Jaminan Perkreditan 1) Secara umum syarat-syarat ekonomis yang dipenuhi dari jaminan perkreditan antara lain: a) Mempunyai nilai ekonomis (dapat diperjualbelikan).

  b) Nilai tersebut harus lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan.

  c) Barang jaminan tersebut harus mudah dipasarkan tanpa harus mengeluarkan biaya pemasaran yang berarti.

  d) Nilai barang jaminan tersebut harus konstan dan akan lebih baik kalau nilainya juga ada kemungkinan akan mengalami e) Kondisi dan lokasi barang jaminan tersebut cukup strategis (dekat dengan pasar atau konsumen).

  f) Secara fisik barang jaminan tersebut tidak cepat lusuh, rusak, dan sebab-sebab lain yang akan mengurangi nilai ekonominya.

  g) Barang jaminan tersebut mempunyai manfaat ekonomis dalam jangka waktu kredit lebih lama dari jangka waktu kredit yang akan dijaminnya. 2) Syarat-syarat yuridis yang harus dipenuhi dari suatu barang jaminan: a) Milik nasabah calon debitur yang bersangkutan.

  b) Ada dalam kekuasaan calon debitur sendiri.

  c) Tidak berada dalam persengketaan dengan pihak lain.

  d) Memiliki bukti-bukti pemilikan atau sertifikat atas nama nasabah yang bersangkutan yang masih berlaku.

  e) Bukti-bukti pemilikan yang masih ada memenuhi syarat untuk diadakan pengikatan bank.

  f) Barang-barang jaminan tersebut bebas tidak ada ikatan jaminan dengan pihak lain.

  Dalam praktik sehari-hari memang agak sulit memperoleh barang jaminan yang cukup sempurna menurut nilai ekonomis dan nilai yuridisnya. Jaminan kredit yang mempunyai nilai yuridis sempurna akan lebih baik dibandingkan dengan jaminan yang nilai ekonomisnya tinggi jaminan kredit seperti ini akan sulit dalam pengikatannya dan akan sulit dalam proses likuidasinya, lebih-lebih apabila pihak debitur sendiri mempunyai itikad yang kurang baik.

  4. Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil

  a. Pengertian Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil Bai’ Bitsaman Ajil atau dalam bahasa Indonesianya “jual beli dengan harga tangguh” adalah jual beli dengan harga yang lebih tinggi dari jual beli tunai. Harga yang lebih tinggi biasanya dikarenakan pembayaran beberapa kali atau dengan jangka waktu, alias tidak tunai.

  Para ulama berbeda pendapat dengan boleh tidaknya jual beli seperti ini. Pendapat Mazhab Syafii merupakan pendapat yang paling banyak diterima, yaitu sepanjang disepakati, maka harga dalam setiap jual beli tidak boleh berubah. Karena itu jika penjual dan pembeli sepakat untuk melakukan jual beli tangguh dengan harga lebih tinggi dari jual beli tunai, maka apabila sudah dilakukan ijab qabul, harga tidak boleh berubah sampai jatuh tempo.

  Pembiayaan BBA adalah pembiayaan untuk membeli barang dengan cicilan. Syarat-syarat dasar dari produk ini hampir sama dengan pembiayaan murabahah. Perbedaan diantara keduanya terletak pada sistem pembayaran, dimana pada pembiayaan murabahah pembayaran ditunaikan setelah berlangsungnya akad kredit atau sering disebut adalah dengan sistem cicilan yang dilakukan setelah nasabah menerima barang.

  b. Landasan Syariah:

  ﱠﻞَﺣَاَو ا ُﮫﱠﻠﻟ َﻊْﯿَﺒْﻟا َمﱠﺮَﺣَو اٰﻮَﺑﱢﺮﻟا

  “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.(QS Al Baqarah:275)

  Jadi BBA merupakan suatu akad jual beli dengan angsuran dengan margin keuntungan yang disepakati.

  c. Syarat Bai’ Bitsaman Ajil 1) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah.

  2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Kontrak harus bebas dari riba. 4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli terjadi cacat atas barang sesudah dibeli.

  5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

  Secara prinsip, jika syarat dalam (1), (4), atau (5), tidak dipenuhi pembeli memiliki pilihan: a) Melenjutkan pembelian seperti apa adanya.

  b) Kembali kepada penjulan dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual.

  c) Membatalkan kontrak. d. Ketentuan Umum Bai’ Bitsaman Ajil 1) Jaminan

  Pada dasarnya, jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang mutlak dipenuhi dalam BBA. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar si pemesan tidak main-main dengan pesanan. Si pembeli (penyedia pembiayaan atau bank) dapat meminta si pemesan (pemohon atau nasabah) suatu jaminan (rahn) untuk dipegangnya. Dalam teknik operasionalnya, barang-barang yang dipesan dapat menjadi salah satu jaminan yang bisa diterima untuk pembayaran utang.

  2) Utang Secara prinsip, penyelesaian utang si pemesan dalam transaksi BBA tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan si pemesan kepada pihak ketiga atas barang pesanan tersebut. Apakah si pemesan menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan utangnya kepada si pembeli. Jika pemesan menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

  Seandainya penjualan asset tersebut merugi, contohnya kalau nasabah adalah pedagang juga, pemesan tetap harus menyelesaikan pinjamannya sesuai kesepakatan awal. Hal ini nasabah merupakan akad yang benar-benar terpisah dari akad BBA pertama dan bank.

  3) Penundaan Pembayaran Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis dilarang menunda penyelesaian utangnya dalam BBA ini.

  Bilaseorang pemesan menunda penyelesaiaan utang tersebut, pembeli dapat mengambil tindakan, mengambil prosedur hukum untuk mendapatkan kembali utang itu dan mengklaim kerugian financial yang terjadi akibat penundaan.

  4) Bangkrut Jika pemesan yang berutang dianggap pailit dan gagal menyelesaikan utangnya karena benar-benar tidak mampu secara ekonomi dan bukan karena lalai, sedangkan ia mampu, kreditur harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali.

  e. Manfaat Bai’ Bitsaman Ajil Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi BBA memiliki beberapa manfaat. BBA memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah keuntungan yang muncul dari selisih itu, sistem BBA juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah.

  5. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Pengertian BMT

  Baitul maal wattamwil (BMT) adalah salah satu bentuk lembaga keuangan bukan bank yang diperuntukkan bagi masyarakat luas yang berpenghasilan menengah ke bawah yang membutuhkan dana dalam waktu segera.

  Terdiri dari dua istilah, yaitu baitul dan baitul tamwil. Baitul lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat infaq, shadaqah. Sedangkan baitul tamwil lsebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarkat kecil dengan berlandaskan syariah.

  Secara kelembagaan BMT didampingi atau didukung Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Keberadaan BMT merupakan representasi dari kehidupan masyarakat di mana BMT itu berada, dengan jalan ini BMT mampu mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat. Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat (Heri Sudarsono, 2003).

  Jadi, BMT adalah suatu lembaga keuangan mikro yang berbasis syariah yang dalam kegiatannya juga menghimpun dana masyrakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit.

B. Tinjauan Pustaka

  Pembiayaan merupakan bentuk penyaluran dana yang diberikan oleh bank syariah kepada masyarakat. pembiayaan ini ada banyak jenisnya, diantaranya yaitu pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, pembiayaan murabahah, pembiayaan BBA, dan lain sebagainya.

  Penelitian terdahulu didapat dari berbagai argumentasi dan hasil penelitian yang sejenis yang disusun sebagai panduan untuk memecahkan masalah dan merumuskan hipotesis.

  Menurut Budi Kurniasari, dalam penelitiannya yang berjudul “pengaruh pembiayaan Mudharabah, pembiayaan Musyarakah terhadap

  Laba Rugi BMT Bina Insani Pringapus ”, diperoleh bahwa besar kecilnya

  laba rugi dipengaruhi oleh besar kecilnya pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. Akan tetapi ada perbedaan pengaruh pendapatan pada kedua pembiayaan tersebut, yakni peningkatan laba akan terjadi ketika dana disalurkan pada pembiayaan musyarakah. Sedangkan ketika dana disalurkan pada pembiayaan mudharabah kemungkinan BMT akan mengalami kerugian.

  Dalam penelitiannya Luki Wijanarko, yang membahas “Perencanaan Manajemen Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA)di BMT

  

Al Muawanah Bringin” , bahwa dalam upaya pengalokasian dana melalui

  pembiayaan dengan beberapa produk ditawarkan yang diantaranya adalah produk bai’ bitsaman ajil. Dalam pembiayaan ini BMT harus bersifat selektif untuk menghindari resiko kredit macet.

  Dalam Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Bai

  

Bitsaman Ajil terhadap Tingkat Pendapatan BMT Al-Fattah Susukan ”,

  Istiqomah Mufidah menjelaskan bahwa pembiayaan BBA sangat mempengaruhi peningkatan pendapatan BMT, karena banyaknya jumlah nasabah pembiayaan BBA. Menurut Istiqomah, prosentase pendapatan dan jumlah dana yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan membuktikan bahwa pendapatan yang diperoleh dalam kondisi konstan atau seimbang berdasarkan seberapa besar penggunaan dana atau modal.

  Tugas Akhir ini lebih fokus pada peningkatan pendapatan yang dihubungkan dengan pembiayaan BBA dengan melihat prosentase pendapatan dan jumlah dana yang mengalami peningkatan cukup signifikan. Disamping itu, Istiqomah dalam Tugas Akhirnya juga menjelaskan bahwa peningkatan pendapatan juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah nasabah.

  Jadi, dalam penelitian penulis yang membahas pengaruh nilai taksiran agunan pada pencairan pembiayaan BBA terhadap perkembangan jumlah nasabah BBA tidak ada kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang juga membahas tentang pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) namun hanya dilihat dari segi tingkat profitabilitas dalam perkembangan jumlah nasabah.

C. Kerangka Teoritik

  Dari paparan di atas penulis dapat membuat kerangka yang berhubungan dengan penelitian yang penulis buat.

  

Nasabah BM T Dana

Jaminan Angsuran

Gambar 2.1 Gambaran Umum Proses Pemberian Pinjaman

  Sumber: BMT Bina Insani Penjelasan: 1) Nasabah

  Debitur adalah pihak yang berhutang kepada pihak lain yang dijanjikan untuk dibayar kembali pada masa yang akan datang. Nasabah peminjam atau sering disebut debitur datang ke BMT atau lembaga keungan lain untuk melakukan transaksi. Transaksi pembiayaan salah satunya. Kemudian

  2) BMT BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dalam kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Nasabah peminjam akan melakukan transaksi pembiayaan dengan pihak lembaga keuangan dengan akad yang telah disepakati oleh kedua pihak. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli dari produsen (pabrik atau toko) ditambah keuntungan (mark-up). Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat dirubah selama berlaku akad. Dalam perbankan, BBA lazim dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.

  3) Dalam konteks perbankan, biasanya dalam melakukan hutang atau pinjaman seorang debitur memerlukan agunan atau jaminan. Jika seorang debitur gagal dalam membayar hutang kepada pihak kreditur, hal ini menimbulkan sesuatu yang sering kita dengar sebagai kredit macet. Suatu koleksi formal kadang mengizinkan penyitaan dan penjualan agunan atau harta milik debitur untuk melunasi atau membayar hutang-hutangnya. Jaminan dalam pembiyaan dapat diartikan sebagai penyertaan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu barang. Jaminan merupakan alat pengamanan atas pembiayaan yang diberikan. 3) Setelah melelui tahap-tahap dalam analisis pembiayaan yang dilakukan oleh bank, maka ditentukan pula dana yang akan diperoleh oleh nasabah

  4) Prosedur Pemberian Dana Sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus melalui tahapan- tahapan penilaian mulai dari proposal kredit dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit dikucurkan. Tahapan-tahapan dalam memberikan kredit ini dikenal dengan prosedur pemberian kredit. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Dalam menentukan kelayakan suatu kredit maka dalam setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang mendalam. Apabila dalam penilaian mungkin ada kekurangan maka pihak bank dapat meminta kembali ke nasabah atau bahkan langsung ditolak.

  5) Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang atau dana diserahkan segera kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan secara cicilan.

  

BAB III

LAPORAN OBYEK A. Gambaran umum 1. Sejarah Berdirinya BMT Bina Insani Pringapus BMT Bina Insani Pringapus merupakan sebuah lembaga keuangan

  syari'ah berbentuk koperasi yang dirintis sejak Juli 1998 sebagai pengaruh dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Masalah usaha ekonomi pengusaha kecil di wilayah Pringapus adalah keterbatasan dana dan kemampuan manajerial yang kurang. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan menjamurnya lembaga keuangan yang sudah merambah di Pringapus yaitu adanya BRI unit desa, BKK dengan unit kelilingnya maupun lembaga keuangan yang lain, namun kenyataannya fasilitas yang diberikan kurang bisa menembus dan menyentuh golongan pengusaha kecil.

  Hal tersebut disebabkan sistem dan mekanisme operasional perbankkan harus melalui persyaratan administrasi yang rumit atau sulit dipenuhi oleh pengusaha kecil sehingga kalaupun ada yang mendapatkan kucuran dana tidak disertai dengan bimbingan dan pengawasan bisa berakibat usaha yang dilakukan tidak berhasil tetapi sebaliknya.

  Disisi lain masih banyak umat islam yang enggan berhubungan dengan perbankan karena adanya persepsi yang kuat bahwa bunga bank Berangkat dari pemikiran di atas, sekelompok masyarakat yang mencoba peduli membentuk sebuah kelompok swadaya masyarakat dalam bentuk Koperasi yang menampung dan merangkul semua kelompok dan golongan yang ada di Pringapus dengan nama Koperasi Bina Insani yang diharapkan dengan usaha ini pengusaha kecil yang tidak mampu berhubungan dengan dunia bank dan lembaga keuangan lain merasa terpanggil untuk berkoneksi dengan Bina Insani untuk memajukan kualitas kehidupannya.

Dokumen yang terkait

PENGARUH NILAI MARGIN PEMBIAYAAN TERHADAP MINAT NASABAH PADA PRODUK WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI KCP UNGARAN TUGAS AKHIR - PENGARUH NILAI MARGIN PEMBIAYAAN TERHADAP MINAT NASABAH PADA PRODUK WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI KCP UNGARAN - Test Reposi

0 0 98

IMPLEMENTASI KONSEP MARKETING PADA PRODUK PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) UNTUK MEMPENGARUHI MINAT NASABAH DI BMT SYAMIL TUGAS AKHIR - IMPLEMENTASI KONSEP MARKETING PADA PRODUK PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) UNTUK MEMPENGARUHI MINAT NASABAH DI BM

0 0 88

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN JUMLAH NASABAH PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BNI SYARIAH CABANG PEMBANTU UNGARAN TUGAS AKHIR - ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN JUMLAH NASABAH PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BNI SYARIAH C

0 0 90

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN PADA BNI SYARIAH CABANG SEMARANG TUGAS AKHIR - ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN PADA BNI SYARIAH CABANG SEMARANG TUGAS AKHIR - Test Repository

0 0 99

ANALISIS MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT TUMANG CABANG SALATIGA TUGAS AKHIR - ANALISIS MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT TUMANG CABANG SALATIGA - Test Repository

0 0 84

ANALISIS PROSEDUR PEMBIAYAAN AKAD BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) DI KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH (KSPS) BMT RAMA SALATIGA TUGAS AKHIR - Analisis Prosedur Pembiayaan Akad Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) di Koperasi Simpan Pinjam Syariah Ramadana Salatiga - Test Repos

0 0 126

ANALISA STRATEGI PEMASARAN PRODUK TABUNGAN SIRELA DI BMT BINA INSANI PRINGAPUS

0 0 66

ANALISIS PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) TAHUN 2012-2014 DI BMT BINA INSANI CABANG BERGAS TUGAS AKHIR - ANALISIS PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) TAHUN 2012-2014 DI BMT BINA INSANI CABANG BERGAS - Test Repository

0 0 85

ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN BAI BITSAMAN AJIL (BBA) Di BMT BINA USAHA KARANGJATI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy)

0 0 85

PROSEDUR PEMBIAYAAN BA’I BITSAMAN AJIL (BBA) PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH (KSPS) BMT RAMA SALATIGA

0 0 112