Perbedaan body image antara remaja putri di sekolah homogen dengan sekolah heterogen - USD Repository

  

PERBEDAAN BODY IMAGE ANTARA REMAJA PUTRI

DI SEKOLAH HOMOGEN DENGAN SEKOLAH HETEROGEN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh

  

Ni Made Tan Sudariyanti

069114098

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2011

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI PERBEDAAN BODY IMAGE ANTARA REMAJA PUTRI SMA HOMOGEN DAN SMA HETEROGEN

  Disusun oleh :

  Ni Made Tan Sudariyanti 069114098

  Telah disetujui oleh : Dosen Pembimbing Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Psi Tanggal :

HALAMAN MOTTO

  

“Hidup adalah perjuangan dan keikhlasan. Perjuangan

yang tanpa mengenal menyerah dan ikhlas kepada Tuhan

Yang Maha Esa adalah kunci kesuksesan dalam hidup “

“Kekurangan dalam dirimu adalah kelebihan dalam dirimu.

  

Jangan kau bersedih apabila kau memiliki kekurangan

karena kekurangan dalam diri itulah yang akan selalu

menguatkanmu untuk bangkit dan menjadi lebih baik lagi “

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

  Yogyakarta, 16 Februari 2011 Penulis

  Ni Made Tan Sudariyanti

  

PERBEDAAN BODY IMAGE ANTARA REMAJA PUTRI DI SEKOLAH

HOMOGEN DENGAN SEKOLAH HETEROGEN

Ni Made Tan Sudariyanti

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan body image antara remaja putri di lingkungan sekolah homogen dengan lingkungan sekolah heterogen. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada perbedaan body image antara remaja putri di lingkungan sekolah homogen dengan lingkungan sekolah heterogen. Body

  

image remaja putri di sekolah homogen lebih positif dibandingkan dengan remaja

  putri di sekolah heterogen. Penelitian ini melibatkan 140 siswi yang terdiri dari 70 siswi SMA Santa Maria dan 70 siswi SMA Boda Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan skala Body Image dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,979. Hasil penelitian menghasilkan T sebesar 13,356 dan nilai P sebesar 0.00, hasil ini menunjukkan bahwa P < 0.05. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan dalam body image antara remaja putri di lingkungan sekolah homogen dengan lingkungan sekolah heterogen. Body image remaja putri di sekolah homogen lebih positif dibandingkan dengan remaja putri di sekolah heterogen. Mean teoritis pada siswi SMA Homogen sebesar 165 dan mean empiris 193,27. Hal tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar daripada mean teoritis sehingga dapat diartikan bahwa body image siswi SMA Homogen tergolong positif. Mean teoritis pada siswi SMA Homogen sebesar 165 dan mean empiris 148,36. Hal tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih kecil daripada mean teoritis sehingga dapat diartikan bahwa body image siswi SMA Heterogen tergolong negatif.

  Kata Kunci : Body Image, Sekolah Homogen, Sekolah Heterogen

  

THE DIFFERENCE BODY IMAGE OF TEENAGERS GIRL BASED ON

HOMOGENITY SCHOOL AND HETEROGENITY SCHOOL

Ni Made Tan Sudariyanti

ABSTRACT

  The aim of this research was to know the difference body image of

teenagers girl based on homogenity and heterogenity school. The hypothesis of

this research is there is the difference body image of teenagers girl based on

homogenity and heterogenity school. Body image of teenagers girl on homogenity

school more positive than teenagers girl on heterogenity school. This research

took 140 students that consist of 70 students of homogenity school and 70 students

of heterogenity school. This research uses Body Image Scale with an alpha

reability coefficient for 0,979. From the result of this research T was got 13,356

and P was 0,00. This result shows that p < 0,05. It’s mean that there is the

significant difference body image of teenagers girl based on homogenity and

heterogenity school. Body image of teenagers girl on homogenity school more

positive than teenagers girl on heterogenity school. The theoritical mean of

teenagers girl homogenity school was 165 and the empirical mean was 193,27.

The result indicated that the empirical mean larger than the theoretical mean

that’s mean body image’s teenagers of homogeneity school include positive. The

theoritical mean of teenagers girl homogenity school was 165 and the empirical

mean was 148,36. The result indicated that the empirical mean little than the

theoretical mean that’s mean body image’s teenager of heterogeneity school

include negative.

  Keyword : Body image, homogenity school, heterogenity school

  

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini : NAMA : NI MADE TAN SUDARIYANTI NIM : 069114098 adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, memberikan skripsi saya yang berjudul :

  

“Perbedaan Body Image Antara Remaja Putri

Di Sekolah Homogen Denga Sekolah Heterogen”

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mempublikasikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantukan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk digunakan dengan semestinya.

  Yogyakarta, 16 Februari 2011 Penulis, Ni Made Tan Sudariyanti

KATA PENGANTAR

  Segala puji, hormat, dan syukur penulis persembahkan kepada Hyang Widhi atas segala berkat dan rahmat serta anugrahNya yang senantiasa penulis rasakan dari awal sampai akhir penulisan yang berjudul “ Perbedaan Body Image Antara Remaja Putri Sma Homogen Dan Sma Heterogen”. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salahsatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa tanpa adanya motivasi, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Titik, M.Psi , selaku Ketua Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  3. Bapak Heri Widodo, S.Psi., M.Psi selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan, koreksian, pengetahuan, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

  4. Bapak Minto Istana, S.Psi., M.Psi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  5. Semua Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis

  6. Agnes Indar Etikawati dan M.M Nimas Eki S selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi penulis.

  7. Mas Muji, Pak Gie, Mas Gandung, Bu Nanik dan Mas Doni yang sudah membantu penulis selama berada di Fakultas Psikologi

  8. Sr. M. Cornelia OSF, S.AG selaku Kepala Sekolah SMA BODA Yogyakarta yang dengan ramah menerima dan memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMA BODA Yogyakarta. 9. selaku Kepala Sekolah SMA SANTA MARIA Yogyakarta yang dengan ramah menerima dan memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMA SANTA MARIA Yogyakarta.

  10. Bu Ning selaku pendamping BK di SMA BODA Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

  11. Bu Setiti dan Bu Bekti selaku pendamping BK di SMA SANTA MARIA Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

  12. Adik-adik kelas X dan XI SMA BODA Yogyakarta yang sudah membantu penulis untuk mengisi kuisoner penelitian.

  13. Adik-adik kelas X dan XI SMA SANTA MARIA Yogyakarta yang sudah membantu penulis untuk mengisi kuisoner penelitian.

  14. Pak Lurah Desa Kadekrowo terima kasih atas bimbingan dan bantuan selama penulis KKN di desa Kadekrowo.

  15. Bapak Suraji dan sekeluarga selaku bapak pondokan KKN 39 kelompok 38 yang telah memberikan kenangan dan menjadi keluarga kedua bagi penulis selama KKN di Kadekrowo

  16. Anak-anak Mbebekan terima kasih atas bantuan dan kenangan yang tidak terlupakan selama penulis KKN di Kadekrowo

  17. Bapak dan ibu beserta kakak tersayang terima kasih semangat, dukungan, doa restu dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

  18. Jero terima kasih atas doa dan dukungannya kepada penulis selama ini.

19. I Komang Gedhe Sangastya Sambara (Papah Tersayang) terima kasih atas

  motivasinya, kesabaran untuk menunggu dan cinta dan kasih sayangnya selama ini kepada penulis. I love u n miss u so much my honey.

  20. Tante, Mami, Jesy, Oki dan Hermin terima kasih atas kenangan yang tidak terlupakan, kebersamaan, motivasi dan dukungan selama masa-masa kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. I will miss u all my best friend.

  21. Mas Sigit, Laras, Dona, Vika dan Indi terima kasih atas kenangan yang tidak terlupakan selama KKN di Kadekrowo.

  22. Pak Toni, Mbak Diana, Mbak Ruri, Mas Sumar dan teman-teman asisten P2TKP terima kasih atas pengalaman yang diberikan selama penulis magang di P2TKP.

  23. Teman-teman Psikologi 2006 yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu terima kasih banyak atas kebersamaan dan kenangan selama ini.

  24. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk dukungan, doa dan kerja samanya selama ini.

  Penulis percaya bahwa kasih dan kemurahan Tuhan selalu menyertai dan memberkati semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungannya dalam skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang membacanya

  Yogyakarta, 16 Februari 2011 Penulis

  Ni Made Tan Sudariyanti

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………....... i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………....... ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………… iii HALAMAN MOTTO…………………………………………………………… iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………… v ABSTRAK …………………………………………………………………........ vi

ABSTRACT………………………………………………………………….......... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………....... viii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ix

DAFTAR ISI…………………………………………………………………....... xiii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………....... xvii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….. xviii

  BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………....... 1 A. Latar Belakang…………………………………………………........... 1 B. Rumusan Permasalahan…………………………………………........ 8 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………... 8 D. Manfaat Penelitian……………………………………………………. 8 BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………. 9 A. Body Image........................................................................................ 9

  1. Pengertian Body Image…………………………………………. 9

  2. Aspek-Aspek Body Image………………………………………. 10

  3. Faktor yang Mempengaruhi Body Image……………………..... 12

  B. Remaja Putri………………………………………………………. 21

  1. Pengertian Remaja……………………………………………… 21

  2. Perkembangan Fisik Remaja Putri……………………………… 21

  3. Konsep Diri Remaja……………………………………………. 23

  4. Perkembangan Sosial Remaja………………………………….. 29

  5. Tugas Perkembangan Remaja Putri……………………………. 31

  C. Remaja Putri Di Sekolah Homogen dan Heterogen…………...... 32

  1. Remaja Putri Di Sekolah Homogen…………………………..... 32

  2. Remaja Putri Di Sekolah Heterogen…………………………… 34

  

D. Perbedaan Body Image Antara Remaja Putri Di Sekolah

Homogen Dengan Sekolah Heterogen………………………….... 35 E. Hipotesis………………………………………………………….... 42

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………… 43

A. Jenis Penelitian……………………………………………………. 43 B. Identifikasi Variabel Penelitian………………………………….. 43 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian………………………... 43 D. Subjek Penelitian………………………………………………….. 44 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data……………………………. 45

  F. Pertanggungjawaban Mutu……………………………………....

  52

  55 C. Pembahasan……………………………………………………....

  3. Uji Tambahan…………………………………………………

  54

  52 2. Uji Hipotesis……………………………………………….....

  b. Uji Homogenitas…………………………………………

  53

  a. Uji Normalitas……………………………………………

  53

  53 1. Uji Asumsi…………………………………………………....

  53 B. Hasil Penelitian…………………………………………………...

  3. Data Demografi Subjek Penelitian……………………………

  2. Proses Penelitian………………………………………………

  47 1. Estimasi Validitas……………………………………………...

  52

  1. Perijinan Penelitian……………………………………………

  52

  52 A. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………...

  51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………

  1. Uji Asumsi…………………………………………………….. 51 2. Uji Hipotesis…………………………………………………...

  G. Teknik Analisa Data…………………………………………….... 50

  4. Hasil Uji Skala………………………………………………… 49

  48

  48 3. Uji Daya Beda Item …………………………………………...

  47 2. Estimasi Reliabilitas …………………………………………..

  57

  BAB V PENUTUP……………………………………………………………...

  62 A. Kesimpulan……………………………………………………….

  62 B. Saran……………………………………………………………....

  62 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...

  64 LAMPIRAN……………………………………………………………………..

  69

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  Tabel 1 Tabel Spesifikasi Item-item Skala Body Image ……………..

  45 Tabel 2 Skor Butir-butir Favorable Skala Body Image………………

  46 Tabel 3 Skor Butir-butir Unfavorable Skala Body Image……………

  47 Tabel 4 Tabel Skala Body Image Sebelum dan Sesudah Uji Coba…..

  50 Tabel 5 Tabel Skala Body Image Sesudah Uji Coba…………………

  50 Tabel 6 Data Usia Subjek Penelitian…………………………………

  53 Tabel 7 Data Mean Empiris Sekolah Homogen dan Heterogen..........

  56

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN I Estimasi Reliabilitas dan Uji Beda Item Skala Body Image…………………………………..

  69 LAMPIRAN II Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji Beda………..

  82 LAMPIRAN III Skala Body Image (Penelitian)……………………..

  85 LAMPIRAN IV Surat Keterangan Penelitian………………………..

  87

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu mendambakan menjadi pribadi yang sehat. Hal ini

  dikarenakan individu-individu tersebut menganggap bahwa menjadi pribadi yang sehat dapat membawa mereka menuju kebahagiaan. Misalnya salah satu hal yang dapat membuat mereka merasa bahagia dengan menjadi pribadi yang sehat yaitu mereka mampu menunjukkan performance mereka yang baik dalam lingkungan masyarakat serta mampu berpikir secara realistis dan positif. Misalnya mampu berpikir realistis dan positif mengenai bentuk tubuhnya sehingga individu tersebut dapat menerima kondisi tubuhnya apa adanya. Individu tersebut dapat menerima hidungnya yang kurang mancung dan ukuran tubuhnya yang cenderung pendek. Individu tersebut juga merasa nyaman dengan bentuk tubuhnya dikarenakan mereka dapat menerima kelebihan dan kekurangan dalam dirinya yaitu penampilan tubuhnya (Riyanto, 2006).

  Kaum kapitalisme saat ini membentuk body image yang ideal melalui media massa. Body image yang ideal saat ini adalah perempuan yang memiliki tubuh yang seksi, tinggi, langsing, bentuk payudara yang besar dan kencang, perut datar serta hidung yang mancung. Hal ini dapat dilihat dari sebagian perempuan yang memiliki bentuk tubuh ideal dan proporsional yang dipakai oleh kaum kapitalisme untuk memasarkan produk-produk kecantikan (Melliana, 2006).

  Body image yang ideal yang diciptakan oleh kaum kapitalisme

  cenderung akan sangat berpengaruh terhadap individu yang kurang mampu menerima keadaan tubuhnya apa adanya. Hal ini dapat membuat suatu masalah bagi diri mereka karena mereka tidak menerima kondisi tubuh apa adanya dan ingin memiliki body image yang ideal. Penelitian mengenai body

  

image dari Debra Lynn Stephens, Ronald Paul Hill, and Chnthia Hanson

  (1994) mengenai “ Mitos Kecantikan dan Konsumer Wanita : Kontroversi Peran Iklan”. Penelitian ini memaparkan kasus kontroversi peran iklan terhadap diet yang kronik, ketidaknyamanan terhadap tubuh dan gangguan makan pada wanita Amerika. Menurut Debra Lynn Stephens, Ronald Paul Hill, and Chinthia Hanson, penelitian ini sangat penting karena penelitian ini memaparkan secara nyata dan jelas mengenai kontroversi peran media massa terhadap konsep kecantikan pada wanita di Amerika. Para wanita di Amerika berasumsi bahwa mereka akan dikatakan cantik apabila memiliki tubuh yang proporsional seperti model-model yang ditampilkan oleh media massa yaitu memiliki tubuh yang langsing, tinggi dan hidung mancung. Hal ini dapat menimbulkan efek yaitu gangguan makan pada wanita di Amerika.

  Sekitar 11 milyar wanita Amerika mengalami gangguan makan sedangkan pada pria hanya sekitar satu milyar. Bentuk gangguan makan merupakan gangguan makan yang ditandai oleh adanya usaha untuk mempertahankan berat badan di bawah standard normal dan ketakutan yan mendalam akan bertambahnya berat badan (Nevid, Rathus dan Greene 2003). Gangguan pola makan lainnya yang serupa dengan anoreksia, yaitu bulimia. Bedanya, penderita bulimia cenderung senang mengkonsumsi makanan yang mereka sukai. Mereka makan berlebihan demi memuaskan keinginan mereka namun selanjutnya mereka akan memaksa semua makanan itu keluar lagi, yaitu dengan cara dimuntahkan kembali semua makanan yang telah dimakan.

  Dengan demikian mereka dapat terhindar dari kegemukan tanpa perlu menahan diri mengkonsumsi makanan yang mereka sukai ( Santrock, 2002).

  Penelitian lain mengenai body image adalah penelitian Victoria Seitz, Ph.D (2007) mengenai “The Impact of Media Spokeswomen and Peer

  

Influence on Teen Girl’s Body Image : An Empirical Assessment ” menjelaskan

  bahwa media massa dan teman sebaya berperan penting dalam pembentukan

  

body image pada remaja putri. Media massa mempunyai peran dalam hal

  mempengaruhi body image remaja putri. Berdasarkan survei American Society

  

Surgeon pada tahun 2004 terdapat 74.233 kasus operasi plastik yang

  dilakukan oleh remaja putri. Hal ini dapat dilihat dari kasus operasi plastik yang dilakukan oleh remaja putri dikarenakan acara TV show “Mirror Mirror”. Dalam acara tv show tersebut memberikan gambaran bahwa dengan operasi plastik akan menyebabkan remaja putri mendapatkan penampilan fisik yang menarik seperti tokoh-tokoh idola mereka. Selain itu, teman sebaya juga

  Remaja putri sangat terpengaruh oleh teman sebaya karena mereka selalu membandingkan diri mereka sendiri dengan orang lain. Apabila bentuk tubuhnya tidak sesuai atau tidak sebagus dengan teman sebaya tersebut maka mereka akan malu dan kecewa sehingga mereka akan berusaha membentuk penampilan fisiknya sesuai dengan penampilan teman sebaya tersebut Heinberg and Thompson (dalam Seitz, 2007).

  Selain itu, terdapat kasus mengenai operasi plastik yang terjadi pada tahun 2004, dikisahkan seorang remaja bernama Hilda yang saat itu berusia 18 tahun meninggal dunia setelah disuntik dengan cairan kolagen di sebuah salon Jakarta. Hilda telah melakukan dua kali suntikan untuk memperbesar buah dadanya kepada Hon Jun Tju yang menjadi pemilik salon tersebut. Suntikan yang pernah dilakukan selama dua kali oleh Hilda ternyata tidak menimbulkan reaksi apa-apa, sehingga Hilda mencoba melakukannya untuk yang ketiga kali. Namun pada suntikan yang ketiga, maut telah menjemput Hilda (Koespradono, 2008).

  Penelitian-penelitian tersebut menggambarkan bahwa invidu yang kurang menerima penampilan fisik apa adanya dapat mengakibatkan munculnya gangguan psikologis yang ringan sampai yang berat. Gangguan psikologis ringan tersebut adalah perasaan gelisah, cemas dan tidak percaya diri dengan penampilan tubuh mereka. Selain itu, mereka cenderung malu untuk bergaul dengan teman-teman sebaya karena bentuk tubuh mereka yang kurang proporsional. Selain itu, gangguan psikologis berat yaitu tampak dari serta melakukan operasi plastik agar dapat membentuk tubuh yang ideal. Hal ini dapat dikatakan sebagai gejala yang berat karena remaja putri tersebut sudah benar-benar merubah bentuk tubuh yang asli tanpa memikirkan resiko yang dialami sehingga dapat membahayakan nyawa dan kesehatan mereka (Meliana, 2006).

  Body image remaja putri dipengaruhi oleh budaya, media massa,

  keluarga, teman baik itu di lingkungan sekolah maupun lingkungan di luar sekolah (Melliana, 2006). Penelitian ini lebih menfokuskan pada lingkungan sekolah dalam pengaruhnya terhadap body image remaja putri. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan lingkungan terdekat remaja dan sebagai salah satu tempat bagi remaja untuk menghabiskan waktu dan mengekspresikan diri karena sebagian besar aktivitasnya sehari-hari dilakukan di sekolah. Kolesnik (1976) menyatakan bahwa terdapat tipe sekolah berdasarkan komposisi jenis kelamin siswa yang menuntut ilmu di sekolah tersebut. Sekolah yang memiliki komposisi siswa putra dan siswi putri dalam satu sekolah disebut sekolah heterogen. Sekolah yang hanya memiliki komposisi siswa putra saja atau siswi putri saja dalam satu sekolah di sebut sekolah homogen.

  Dalam lingkungan sekolah heterogen, remaja putri menjalin relasi tidak hanya sebatas dengan teman yang memiliki jenis kelamin sama namun dengan teman lawan jenis. Dalam hal ini, remaja tidak lagi terlalu menaruh minat pada teman-teman yang memiliki jenis kelamin sama. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh remaja putri tidak hanya sebatas dengan teman yang tersebut juga melibatkan teman lawan jenis sehingga dapat menumbuhkan perasaan heteroseksual atau perasaan saling menyukai dengan teman lawan jenis dalam diri mereka. Ketertarikan remaja putri dengan teman lawan jenis dapat membuat remaja putri melakukan beberapa usaha untuk menarik perhatian teman lawan jenis. Salah satu usaha tersebut berkaitan dengan penampilan fisik (Hurlock, 1991). Hal ini dilakukan oleh remaja putri karena adanya asumsi bahwa daya tarik fisik sangat berperan penting dalam hubungan sosial, sehingga mereka yang menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik daripada mereka yang kurang menarik. Selain itu karena adanya pesan-pesan yang tersirat dalam iklan-iklan di televisi maupun di majalah. Pesan tersebut menyiratkan bahwa wanita yang memiliki tubuh ideal dan proporsional dapat membuat kaum laki-laki tertarik dan kagum terhadap dirinya (Melliana, 2006).

  Hal ini membuat remaja putri senantiasa ingin memiliki penampilan yang menarik dan bentuk tubuh yang proporsional. Misalnya memiliki bentuk tubuh yang seksi, tinggi, langsing, bentuk payudara yang besar dan kencang, perut datar dan hidung yang mancung. Di samping itu, remaja putri memiliki rasa takut akan gemuk terkadang sampai mengurangi makan atau mengatur makanan secara ketat (diet). Selain itu, remaja putri juga merasa tidak percaya diri dan malu apabila bentuk tubuh mereka tidak proporsional. Misalnya kurang tinggi, kurang langsing dan memiliki bentuk pinggul yang kecil (Hurlock, 1991). Hal ini dikarenakan remaja putri ingin tampil cantik teman lawan jenis lain (Daradjat, 1974). Berdasarkan hasil survey American

  

Society tahun 2004 terdapat 45.789 kasus remaja putri yang mengalami

  gangguan makan dan 74.233 kasus operasi plastik pada remaja putri di sekolah heterogen (Seizt, 2007). Remaja putri yang cenderung sensitif dan fokus berlebihan pada penampilan fisik karena mereka tidak nyaman dan tidak menerima penampilan fisiknya sehingga mengalami gangguan psikologis seperti perasaan malu, gelisah, tidak percaya diri dengan penampilan fisiknya yang kurang menarik, gangguan makanan dan operasi plastik (Melliana, 2006).

  Akan tetapi, hal ini berbeda dengan remaja putri di lingkungan sekolah homogen. Remaja putri di sekolah homogen cenderung tidak terlalu fokus pada penampilan fisik. Hal ini dikarenakan mereka cenderung lebih mementingkan prestasi akademik dan kompetisi meraih nilai tertinggi dibandingkan hal lain. Misalnya tidak terlalu fokus dan mementingkan penampilan fisik untuk menarik perhatian teman lawan jenis seperti yang terjadi pada remaja putri di sekolah heterogen (Hidayat,1984).

  Berdasarkan paparan masalah di atas, membuat peneliti tertarik untuk melihat perbedaan body image antara remaja putri yang lingkungan sekolahnya homogen dengan lingkungan sekolahnya heterogen. Peneliti tertarik melakukan penelitian tersebut karena penampilan fisik merupakan hal yang sangat penting bagi remaja putri dan kasus-kasus yang pada remaja putri yang berkaitan dengan body image, sehingga dilihat dari perbedaan lingkungan sekolah yang heterogen apakah ada perbedaan body image remaja putri dilihat dari lingkungan sekolah yang berbeda yaitu lingkungan sekolah yang homogen dengan lingkungan sekolah yang heterogen.

  B. Rumusan Masalah

  Apakah ada perbedaan body image antara remaja putri di lingkungan sekolah homogen dengan lingkungan sekolah heterogen ?

  C. Tujuan Penelitian

  Melihat perbedaan body image antara remaja putri di lingkungan sekolah homogen dengan lingkungan sekolah heterogen.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan remaja putri mengenai perbedaan body image antara remaja putri di lingkungan sekolah homogen dengan lingkungan sekolah heterogen.

  2. Manfaat Praktis

  Bagi para khalayak umum khususnya kaum remaja putri dapat menjadikan bahan reflektif dan lebih bisa menerima keadaan diri sendiri.

  Selain itu, dapat mengembangkan diri tanpa dipengaruhi pencapaian penampilan body yang ideal.

BAB II LANDASAN TEORI A. Body Image Pada dasarnya body image merupakan bagian dari konsep diri,

  karena body image dipengaruhi oleh pemikiran tentang tubuh ideal dan reaksi dari orang lain terhadap tubuhnya sehingga berpengaruh terhadap konsep diri seseorang (Hardy and Heyes, 1988). Konsep diri merupakan pandangan, penilaian, perasaan dan evaluasi terhadap dirinya. Konsep diri terdiri dari lima komponen yaitu body image, self ideal, self esteem, self

  role, self identity (Sunaryo, 2004). Terdapat dua jenis konsep diri yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif (Calhoun and Acocella, 1993).

1. Pengertian Body Image

  Istilah body image pertama kali diperkenalkan oleh Paul Schilder pada tahun 1920. Definisi body image menurut Schilder adalah gambaran tubuh yang dimiliki oleh individu tentang penampilan tubuhnya. Pada tahun 1950, peneliti-peneliti lain tentang

  body image memberikan suatu arti yang berbeda, termasuk di

  dalamnya tentang pandangan terhadap ketertarikan penampilan tubuh, penurunan berat badan, pandangan tentang sensasi tubuh (Grogan, 1999).

  Body image menurut Grogan (1999) adalah pandangan individu, juga diungkapkan oleh Rickert (1996) mengenai body image, yaitu perasaaan, gambaran dan perilaku seseorang individu yang diasosiasikan dengan tubuh mereka.

  Hal ini berbeda dengan yang diungkapkan oleh Grodner, Sara and De Young Sandra (2004). Body image menurut Grodner, Sara and De Young Sandra (2004) adalah persepsi yang kita punya mengenai tubuh kita, yang lebih sering idealnya dengan ide-ide, perasaan dan pengalaman tentang penampilan fisik atau menariknya tubuh kita. Definisi body image yang serupa juga diungkapkan oleh Bernabeo (2010), yaitu sebuah kumpulan ide-ide yang kompleks yang merepresentasikan perasaan dan keyakinan seseorang mengenai penampilan fisik mereka. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa body

  image adalah gambaran seseorang terhadap bagian-bagian tubuhnya

  maupun penampilan fisik secara keseluruhan berdasarkan pandangan tentang tubuh, penilaian tentang tubuh serta emosi yang dibentuk oleh tubuh yang memberikan gambaran tentang tingkat kepuasan individu terhadap tubuhnya.

2. Aspek-Aspek Body Image

  a. Menurut Grogan (1999) bahwa body image memiliki beberapa elemen-elemen yaitu : 1) Elemen persepsi

  2) Elemen pikiran Penilaian tentang kemenarikan tubuh

  3) Elemen perasaan Emosi yang diasosiasikan dengan bentuk dan ukuran tubuh

  b. Menurut Rickert (1996) bahwa body image terdiri dari beberapa komponen yaitu : 1) Komponen persepsi mengenai bentuk tubuh

  Persepsi mengenai bentuk tubuhnya misalnya keyakinan memiliki ukuran yang besar daripada ukuran tubuh yang lain 2) Komponen subyektif

  Kenyamanan terhadap bentuk tubuhnya, cemas dan konsen mengenai bentuk tubuh pada bagian-bagian spesifik tertentu 3) Komponen Perilaku

  Menghindari situasi mengenai penyebab ketidaknyamanan atau kecemasan body image c. Menurut llene Morof Lubkin dan Pamala D. Larsen (2009) bahwa

  body image terdiri dari 3 komponen, yaitu :

  1) Persepsi Penilaian mengenai bentuk tubuh seseorang

  2) Psikologis Sikap atau perasaan seseorang terhadap tubuhnya

  3) Sosial Komponen ini berkaitan dengan konteks budaya dalam menganalisa bentuk tubuhnya d. Menurut Bernabeo (2010) bahwa body image terdiri dari dua komponen yaitu :

  1) Evaluasi mengenai body image Evaluasi mengenai body image adalah seorang individu menganalisa bagaimana penampilan mereka misalnya berkaitan dengan kenyamanan atau ketidaknyamanan mereka terhadap tubuhnya.

  2) Perasaan individu tersebut mengenai tubuhnya Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komponen

  body image adalah persepsi, perasaan dan perilaku individu mengenai

  bentuk tubuhnya. Persepsi berkaitan dengan penilaian dan evaluasi individu mengenai bentuk tubuhnya. Selain itu, perasaan berkaitan dengan emosi yang dirasakan individu mengenai bentuk tubuhnya. Perilaku berkaitan dengan hal-hal yang dilakukan individu dalam menghadapi ketidaknyaman bentuk tubuh.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Body Image

a) Jenis kelamin

  Jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan body image seseorang. Beberapa penelitian yang dibandingkan pria (Cash and Brown, 1989: Davison & McCabe, 2005). Wanita lebih sering berusaha untuk mengontrol berat badan dibandingkan dengan pria. Wanita cenderung tidak merasa puas dengan penampilan fisiknya (Papalian & Olds, 2003). Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak dialami pada remaja putri dibandingkan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri lebih cepat matang dibandingkan dengan remaja putra. Selain itu dikarenakan beberapa hambatan sosial mulai ditekankan pada perilaku remaja putri. Pada umumnya, remaja putri merasa prihatin akan bagian tubuh yang kelihatan lain dibandingkan remaja putra. Biasanya mereka melihat satu ciri fisik tertentu sebagai sangat kurang, tidak selaras proporsinya atau tidak sesuai dengan kelompoknya. Selain itu, mereka akan cenderung prihatin apabila mereka merasa penampilannya tidak ideal dan tidak menarik bagi remaja putra. Keprihatinan ini dikarenakan munculnya kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial (Hurlock, 1991).

b) Pola pikir

  Individu yang memiliki cara berpikir positif cenderung akan dapat menerima perubahan penampilan fisik yang dialami oleh mereka. Akan tetapi apabila individu tersebut memiliki cara berpikir negative maka mereka cenderung kurang dapat menerima Misalnya individu tersebut akan selalu merasa tidak puas dengan tubuh mereka yang mungkin menurut orang lain sudah cukup baik (Melliana, 2006).

  c) Kepribadian

  Setiap individu pasti memiliki kepribadian, dan kepribadian setiap individu itu sendiri berbeda dengan individu yang lain.

  Kepribadian individu hasil dari pengaruh lingkungan dan hereditas. Cara seseorang berprilaku dan berpikir dicerminkan oleh kepribadian orang tersebut. Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas. dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-pengalaman. Misalnya individu tersebut memiliki kepribadian perfeksionis akan berbeda dengan individu yang tidak memiliki kepribadian perfeksionis dalam hal evaluasi mengenai penampilan fisik individu tersebut. Individu yang memiliki kepribadian perfeksionis memiliki standar yang tinggi mengenai penilaian dan evaluasi mengenai penampilan fisik mereka (Whilhem, 2006).

  d) Budaya

  Budaya sangat mempengaruhi terhadap terbentuknya body

  image seseorang individu. Gambaran tubuh yang ideal mengalami jaman abad pertengahan. Pada abad pertengahan banyak dijumpai lukisan-lukisan yang berupa figur-figur perempuan bertubuh subur dengan perut, lengan, serta wajah yang berdaging dan berisi. Sebelum awal abad ini, bentuk tubuh perempuan yang ideal adalah bentuk tubuh yang gemuk dan memiliki lekukan-lekukan yang disimbolkan seperti perempuan rumahan.

  Kemudian perbedaan konsep mengenai body image yang ideal mengalami pergeseran pada tahun 1950, yaitu perempuan yang memiliki tubuh yang ideal dengan memiliki tubuh yang montok dan payudara yang besar. Sebagai contoh adalah aktris Marilyn Monroe yang dijadikan simbol seks dengan memiliki berat badan 67 kg dan tinggi 163 cm. Bentuk tubuhnya yang montok dengan payudara penuh dan pinggul yang besar menjadi inspirasi para perempuan. Lekuk tubuh Marilyn dianggap feminism dan memiliki daya tarik magis yang kuat untuk menarik perhatian lawan jenis.

  Pada tahun 1960-1970, konsep body image yang ideal mengalami pergeseran dan berbeda jauh dengan konsep body

  

image pada tahun 1950 dan pada abad pertengahan. Pada tahun ini,

perempuan yang memiliki tubuh kurus menjadi simbol kecantikan.

  Hal ini dikarenakan didukung muncul model yang bernama Twiggy yang memiliki tubuh yang kurus dengan berat 49 kg dan tinggi 170 tahun ini berupa rok mini yang memperlihatkan sepasang tungkai panjang dan ceking.

  Akan tetapi, konsep tubuh yang kurus sebagai simbol kecantikan mengalami pergeseran pada tahun 1980. Pada tahun ini, tubuh yang langsing tapi atletis, tidak berlemak dan berpayudara kecil menjadi tubuh yang ideal dan simbol kecantikan bagi para perempuan. Hal ini dapat dilihat pada saat munculnya supermodel Elle MacPherson dengan tubuh langsing dan atletis sebagai simbol kecantikan pada tahun 1980.

  Pada tahun abad 20an, konsep mengenai body image yang ideal yaitu perempuan yang memiliki tubuh yang langsing, perut datar, pinggul seksi, tinggi dan memiliki bentuk payudara yang besar. Hal ini dapat dilihat dari peragawati Cindy Crawford, Claudia Schiffer dan Christy Turlington sebagai pelopor simbol kecantikan saat ini (Grogan, 1999).